Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk
bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas
dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional
(MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
Salah satu bentuk pelayanan keperawatan dalam rangka meningkatkan kualitas
pelayanan adalah memberikan rasa tanggung jawab perawat yang lebih tinggi sehingga
terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien. Pelayanan keperawatan ini akan
lebih memuaskan tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional atau
MAKP karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan
yang optimal (Fisbach, 1991).
Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang dapat memuaskan setiap pemakai
jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan dan kode etik profesi yang telah
ditetapkan (Azwar, 1996).
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun
terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer,
praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk
menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana
dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Katagori pasien didasarkan atas, tingkat
pelayanan keperawatan yang dibutuhkan pasien , Usia, Diagnosa atau masalah kesehatan
yang dialami pasien dan terapi yang dilakukan (Bron , 1987). Pelayanan yang profesional
identik dengan pelayanan yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan
dalam melakukan kegiatan penerapan standart asuhan keperawatan
berkelanjutan.

Dalam kelompok keperawatan yang tidak kalah

dan pendidikan
pentingnya yaitu

bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara
teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi
kerja.
Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam,
yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen
perawatan, dan model perawatan berfokus pada pasien.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DAN PENERAPAN METODE KASUS


Metode kasus keperawatan memberikan asuhan keperawatan berdasarkan rasio satu
perawat kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas, jumlah klien yang
dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat itu dan kompleksnya
kebutuhan klien, metode ini yang oertama kali digunakan dalam pemberian asuhan
keperawatan (Sitorus, 2011). Metode kasus ini biasanya dipergunakan diruangan intensif,
karena perawat diberi tanggung jawab untuk mengelola klien secara penuh.
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu
yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan
konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa diterapkan untuk perawatan
khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas. Pada metode kasus,
merupakan metode pemberian asuhan keperawatan dimana setiap perawat merawat satu
atau beberapa pasien pada saat dinas, dan pada hari berikutnya pasien belum tentu akan
dirawat oleh perawat yang sama dengan hari sebelumnya.
B. KELEBIHAN METODE KASUS
1. Bersifat kontinue dan konfrehensif
2. Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap pasien,
perawat, dokter, dan rumah sakit ( Gillies,1998). Keuntungan yang dirasakan adalah
pasien merasa dimanusiawikan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain
itu asuhan diberiakan bermutut tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.
3. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa
mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui dan
komprehensif.
4. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
5. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

C. KEKURANGAN METODE KASUS


1. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas sehingga tidak
mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
2. Membutuhkan banyak tenaga.
3. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang
sederhana terlewatkan.
4. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap
pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan
pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasa
diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan
komunitas.

DAFTAR PUSTAKA
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit.
Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan
Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC
Gillies, D. (1989) , Nursing Management company a Sistem Approach, Philadelphia,
W.B. Saunders.
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang
Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Hidayah, Nur., 2014., Manajemen Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) Tim
dalam Peningkatan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit., Jurnal Kesehatan Volume VII no,
2

Anda mungkin juga menyukai