Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Keberhasilan suatu asuhan keperawatankepada pasien sangat ditentukan oleh


pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan professional. Dengan semakin
meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan dan tuntutan
perkembangan iptek, maka metode system pemberian asuhan keperawatan harus
efektif dan efisien.
Ada beberapa metode system pemberian asuhan keperawatan kepada pasien. Mc
Laughin, Thomas, dan Barterm (1995) mengidentifikasi delapan model pemberian
asuhan keperawatan, tetapi model yang umum digunakan di rumah sakit adalah
asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan primer. Dari beberapa
metode yang ada, institusi pelayanan perlu mempertimbangkan kesesuaian metode
tersebut untuk diterapkan. Tetapi, setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk
menyeleksi model untuk mengelola asuhan keperawatan berdasarkan kesesuaian
antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Oleh karena
setiap perubahan akan berakibat suatu stress sehingga perlu adanya antisipasi.
(Kurt Lewin, 1951 dikutip oleh Marquis dan Huston, 1998).
Terdapat enam unsur utama dalam penentuan pemilihan metode pemberian
asuhan keperawatan (Marquis dan Huston 1998 : 143). Dasar pertimbangan
pemilihan model metode asuhan keperawatan yaitu : Sesuai dengan visi dan misi
institusi yaitu dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus
didasarkan pada visi dan misi rumah sakit. Dapat diterapkannya proses keperawatan
dalam asuhan keperawatan yaitu proses keperawatan merupakan unsur penting
terhadap kesinambungan asuhan keperawatan kepada pasien. Efisien dan efektif
dalam penggunaan biaya yaitu setiap perubahan harus selalu mempertimbangkan
biaya dan efektivitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Terpenuhinya kepuasan
pasien, keluarga, dan masyarakat yaitu tujuan akhir asuhan keperawatan adalah
kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat.

1
Kepuasan dan kinerja perawat yaitu kelancaran pelaksanaan suatu model sangat
ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Terlaksananya komunikasi yang
adekuat antara perawat dan tim kesehatan lainnya yaitu komunikasi secara
professional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan dasar pertimbangan
penentuan model.
Ada berbagai jenis model keperawatan, akan tetapi pada tugas kali ini kami akan
membahas model keperawatan yaitu “Metode Kasus” berdasarkan dasar
pertimbangan pemilihan model metode asuhan keperawatan yang sudah kami uraikan
seperti diatas.

II. Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi Metode Kasus dalam Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) ?
2. Bagaimana konsep teori Metode Kasus dalam Metode Asuhan Keperawatan
Profesional (MAKP) ?
3. Bagaimana kekurangan dan kelebihan Metode Kasus dalam Metode Asuhan
Keperawtan Profesinal (MAKP) ?
4. Bagaimana stuktur organisasi (peran dan tugas) Metode Kasus dalam Metode
Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) ?

III. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengidentifikasi definisi Metode Kasus dalam Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP)
2. Untuk mengidentifikasi konsep teori Metode Kasus dalam Metode Asuhan
Keperawatan Profesional (MAKP)
3. Untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan Metode Kasus dalam Metode
Asuhan Keperawtan Profesinal (MAKP)
4. Untuk mengidentifikasi stuktur organisasi (peran dan tugas) Metode Kasus dalam
Metode Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)

2
IV. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Makalah ini diharapkan bermanfaat dalam berbagai proses pembelajaran.
2. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan tentang manajemen
keperawatan terutama mengenai metode asuhan keperawtan perfesional (MAKP).
3. Bagi pengembang ilmu
Makalh ini dapat digunakan sebagai acuan pengembangan ilmu dalam manajemen
keperawatan

3
BAB II

LANDASAN TEORI

I. Tinjauan Teori

A. Definisi
Model asuha keperawatan profesional (MAKP) adalah sebuah sistem yang
meliputi struktur, proses, dan nilai profesional yang memungkinnkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan dan mengatur lingkungan
untuk menunjang asuhan keperawatan sebagai suatu model berarti sebuah ruang
rawat dapat menjadi contoh dalam praktik keperawatan profesional di Rumah
Sakit (Sitorus, 2006).
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia dinas.
Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care.Metode ini berdasarkan pendekatan holistik dari
filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan dan observasi
pada pasien tertentu (Nursalam, 2002).

Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk


satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga
selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung
jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayan
keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan
untuk memberi asuhan lansung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.

4
B. Konsep Teori MAKP
1. Model asuhan keperawatan professional (MAKP) Kasus
Setiap perawta ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat ia
dinas. Pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu perawat, dan hal ini
umumnya dilaksanakan untuk perawat private atau untuk keperawatan khusus
seperti isolasi, intensive care. Metode ini berdasarkab pendekatan holistic dari
filosofi keperawatan. Perawata bertanggung jawab terhadap asuhan dan
observasi pada pasien tertentu. (Nursalam, 2007)

2. Model asuhan keperawatan professional (MAKP) Fungsional


Model fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keprawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu
karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan kepada semua
pasien di bangsal. Metode ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi
keperawatan, perawat melaksanakan tugas,(tindakan) tertentu berdasarkan
jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2007)

3. Model asuhan keperawatan professional (MAKP) Primer


Menurut Gillies (1986) perawat yang emnggunakan metode keperawtan
primer dalam pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer dalam
pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse). Pada
metode keperawatan primer terdapat kontinuitas keperawatan bersifat
komprehensif serta dapat dipertanggung jawabkan, setiap perawat primer
biasanya mempunyai 4-6 klien dan bertanggung jawab selama 24 jam selama
klien dirawat di rumah sakit. Perawat primer bertanggung jawab untuk
mengadakan komunikasi dan koordinasi dalam merencanakan asuhan
keperawatan dan juga akan membuat rencana pulang klien jika diperlukan.

5
Jika perawat primer sedang tidak bertugas, kelanjutan asuhan keperawatan
akan didelegasikan kepada perawat asosiet (associate nurse).

4. Model asuhan keperawatan professional (MAKP)


Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat professional memimpin sekelompok klien melalui upaya
kooperatif dan kolaboratif (Douglas, 1984)

C. Kelebihan dan kekurangan metode kasus


1. Kelebihan Metode Kasus:
a. Perawat lebih memahami kasus
b. Bersifat continue dan komprehensif
c. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
d. Memungkinkan komunikasi antara tim sehingga konflik mudah diatasi dan
memberi kepuasaan kepada anggota tim.

e. Perawat dalam metode kasus mendapatkan akuntabilitas yang tinggi


terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah sakit (Gillies,1998),
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan karena
terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu asuhan diberikan
bermutu tinggi dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap pengobatan,
dukungan,proteksi, informasi dan advokasi sehingga pasien merasa puas.

f. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena senantiasa


mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu diperbaharui
dan komprehensif.

g. Evaluasi manejerial lebih mudah.

h. Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat

i. Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai.

6
2. Kekurangan Metode Kasus
a. Penanggung jawab tidak pasti.
b. Kemampuan tenaga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh.
c. Membutuhkan banyak tenaga.
d. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan.
e. Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat
penanggung jawab klien bertugas.

7
D. Struktur Organisasi (Peran dan Tugas)

Kepala Perawat

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien Pasien Pasien

1. Menerima pasien dan mengkaji kebutuhan pasien secara komprehensif.


2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melaksanakan semua rencana yang telah dibuat selama ini.
4. Mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh disiplin
lain maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6. Menerima dan menyesuaikan rencana.
7. Menyiapkan penyuluhan pulang.
8. Melakukan rujukan kepada pekerja social, kontak dengan lembaga social masyarakat.
9. Membuat jadwal perjanjian klinik.
10. Mengadakan kunjungan rumah.

Ketenagaan Metode Kasus:


1. Setiap perawat primer adalah perawat “bed side’’.
2. Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat.
3. Penugasan ditentukan oleh kepala jaga.

8
Peran dari Pembagian Tugas Modifikasi Tim Metode Kasus:
1. Kepala Perawat
a. Memimpin rapat.
b. Menerima pasien baru.
c. Evaluasi kinerja perawat.
d. Membuat daftar dinas.
e. Menyediakan material.
f. Perencanaan, pengawasan, pengarahan.
2. Staf Perawat
a. Membuat perencanaan asuhan keperawatan.
b. Mengadakan tindakan kolaborasi.
c. Memimpin timbang terima.
d. Mendelegasikan tugas.
e. Memimpin ronde keperawatan.
f. Evaluasi pemberian asuhan keperawatan.
g. Bertanggung jawab terhadap klien.
h. Memberi petunjuk jika klien akan pulang.
i. Mengisi resume keperawatan.

II. Pencapaian Indikator dalam Metode Kasus

A. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate)


BOR menurut Huffman (1994) adalah ‘’the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration’’. Sedangkan menurut
Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indicator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI 2005).

9
Rumus :

Jumlah hari perawatan rumah sakit


𝐵𝑂𝑅 = x 100%
(Jumlah tempat tidur X Jumlah hari dalam satu periode)

Keterangan :
1. Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali
jumlah hari dalam satu satuan waktu.
2. Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-31
hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut.

B. Perhitungan ALOS ( Average Length of Stay)


ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata rata lama rawat seorang pasien.
Indicator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat
memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes RI 2005).

Rumus :

Jumlah lama dirawat


𝐴𝐿𝑂𝑆 =
Jumlah pasien (hidup + mati)

Keterangan :

1. Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar
hidup atau mati dalam satu periode waktu.
2. Jumlah pasien keluar ( hidup+ mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau
meninggal dalam satu periode tertentu.

10
Lama dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut keluar hidup
(pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk) atau meninggal.

C. Perhitungan TOI ( Turn Over Interval)


TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indicator ini memberikan gambaran
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :

(Jumlah tempat tidur X Periode) − Hari Perawatan)


𝑇𝑂𝐼 =
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Keterangan :

1. Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.


2. Hari perawatan : jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati.
3. Jumlah pasien keluar ( hidup+ mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar
baik pulang, lari atau meninggal.

D. Perhitungan BTO (Bed Turn Over)


BTO menurut Depkes RI 2005 adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

Jumlah pasien keluar (hidup + mati)


𝐵𝑇𝑂 =
Jumlah tempat tidur

11
Keterangan:

1.Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki


2.Jumlah pasien keluar (hidup+mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar
baik pulang, lari maupun meninggal.

E. Perhitungan NDR ( Net Death Rate )


NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk setiap-setiap 1000 penderita keluar. Indicator ini memberikan gambaran mutu
pelayanan di rumah sakit.

Rumus :

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖>48 𝑗𝑎𝑚


NDR𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖) 𝑥 1000% =

Keterangan :

1. jumlah pasien meninggal > 48 jam dirawat


2. jumlah pasien keluar (hidup+mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar
baik pulang, lari atau meninggal.

F. Pengertian GDR ( Gross Death Rate )


GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000
penderita keluar rumah sakit.

Rumus :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎


GDR =𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝=+𝑚𝑎𝑡𝑖) 𝑥1000%

ILUSTRASI KASUS :

“Sebuah ruang rawat inap RSUP Sanglah (Ruang Angsoka), dengan kapasitas
tempat tidur 26 tempat tidur (TT) pada tahun 2016”

12
1. Jumlah hari perawatan selama 6 bulan pada tahun 2016 di RS 4000 hari.
2. Jumlah pasien keluar (hidup+mati) =450 + 20 = 470 orang.
3. Jumlah lama rawat 2900.
4. Periode 4 bulan dari bulan januari sampai juni 2016 ( 182 hari ).
5. Jumlah pasien mati >48 jam = 15 orang.
6. Jumlah pasien mati seluruhnya 20 orang.

1. Perhitungan BOR

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑟𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑘𝑖𝑡


BOR =(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑋 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒) 𝑥1000%

= 4000 x 100%

26x182

=4000 x 100%
4732

=84,53 %

2. Perhitungan ALOS

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑑𝑖𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡


ALOS = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

2900
=
450+20

2900
= = 6 hari
470

13
3. Perhitungan TOI

(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟 𝑋 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑜𝑑𝑒)− ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛)


TOI =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

(26 𝑥 182) − 4000


=
450+20

732
=
470

= 1,5 hari
4. Perhitungan BTO

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)


BTO =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑡𝑖𝑑𝑢𝑟

450
=
26

= 18 kali

5. Perhitungan NDR

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖>48 𝑗𝑎𝑚


NDR = 𝑥 1000%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑜+𝑚𝑎𝑡𝑖)

15 𝑥 1000%
=
470

1500
=
470

= 3,2 %

14
6. Perhitungan GDR (gross death rate)

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎


GDR = 𝑥 1000%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝=𝑚𝑎𝑡𝑖)

20 𝑥 1000%
=
470

20.000
=
470

= 4,2 %

III. Perhitungan Beban Kerja dan Kebutuhan Tenaga Perawat


A. Perhitungan Beban Kerja
Beberpa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja
perawat antara lain :
1. Jumlah pasien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan pasien
3. Rata-rata hari perawat.
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung dan pendidikan
kesehatan
5. Frekuensi tindakan keperawatan yang dibutuhkan pasien
6. Rata-rata perawatan langsung, tidak langsung, dan pendidikan kesehatan

Ada 3 cara yang digunakan untuk menghitung beban kerja secara


profesional, antara lain :

1. Work Sampling
Teknik ini dikembangkan pada dunia industry untuk melihat beban kerja yang
dipangku oleh personel pada satu unit, bidang maupun jenis tenaga

15
tertentu.Pada metode ini,dapat diamati hal-hal spesifik tentang pekerjaan antara
lain:
a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan personel pada waktu jam kerja.
b. Apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada
waktu jam kerja.
c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak
produktif.
d. Pola beban personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja.

2. Time and Motion Study

Pada teknik ini kita mengamati dan mengikuti dengan cermat tentang kegitan
yang dilakukan oleh personel yang sedang kita amati. Melalui teknik ini akan
didapatkan beban kerja personel dan kualitas kerjanya. Langkah-langkah dalam
melakukan ini:

a. Menentukan personel yang akan diamati untuk mejadi sampel dengan


metode purposive sampling.
b. Membuat formulir daftar kegiatan yang dilakukan oleh personel.
c. Daftar kegiatan tersebut kemudian diklasifikasi sbeerapa banyak personel
yang melakukan kegiatan tersebut secara baik dan rutin selama dilakukan
pengamatan.
d. Membuat klasifikasi atas kegiatan yang telah dilakukan tersebut menjadi
kegiatan medis, kegiatan keperawatan dan kegiatan administrasi.
e. Menghitung waktu objektif yang diperlukan oleh personel dalam melakukan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

3. Daily Log
Daily log atau pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk sederhana work
sampling yaitu pencatatan dilakukan sendiri oleh personel yang diamati.
Pencatatan meliputi kegiatan yang dilakukan dan waktu yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan tersebut. Penggunaan ini tergantung kerjasama dan
kejujuran dari personel yang diamati. Peneliti bisa menggunakan pedoman dan

16
formulir isian yang dapat dipelajari sendiri oleh informan. Sebelum dilakukan
pencatatan kegiatan peneliti menjelaskan tujuan dan cara pengisian formulir
kepada subjek personel yang akan diteliti, tekankan pada personel yang diteliti,
yang terpenting adalah jenis kegiatan, waktu dan lama kegiatan, sedangkan
informasi personel tetap mejadi rahasia dan tidak akan dicantumkan pada
laporan penelitian.

(Sumber:Nursalam.2014.ManajemenKeperawatan.Ed.4.Jakarta:SalembaMedika)

B. Perhitungan Kebutuhan Tenaga Perawat


1. Douglas
Douglas (1984) menyampaikan standar waktu pelayanan pasien rawat inap sebagai
berikut :
a. Perawat minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam.
b. Perawat intermediet memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam.
c. Perawat maksimal/total memerlukan waktu 5-6 jam/24 jam.

Pernafasan sistem klasifikasi dengan tiga kategori tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kategori I : perawat mandiri


1) Dapat melakukan kebersihan diri sendiri, seperti mandi dan ganti pakaian.
2) Makan dan minum dilakukan sendiri.
3) Pengawasan dalam ambulasi atau gerakan.
4) Observasi tanda vital setiap shift.
5) Pengobatan minimal, status psikologi stabil.
6) Persiapan prosedur pengobatan.
b. Kategori II : perawatan intermediet
1) Dibantu dalam kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi
2) Observasi tanda vital setiap 4 jam.
3) Pengobatan lebih dari 1 kali.
4) Pakai kateter foley.
5) Pasang infuse intake-output dicatat.

17
6) Pengobatan perlu prosedur.
c. Kategori III : perawatan total
1) Dibantu segala sesuatunya, posisi tidur.
2) Observasi tanda vital tiap 2 jam.
3) Pemakaian selang NGT.
4) Terapi intravena.
5) Pemakaian suction.
6) Kondisi gelisah/disorientasi/tidak sadar.

Catatan :

a. Dilakukan satu kali sehari pada waktu yang sama dan sebaiknya dilakukan oleh
perawat yang sama selama 22 hari.
b. Setiap pasien minimal memenuhi 3 kriteria berdasarkan klasifikaasi pasien.
c. Bila hanya memenuhi 1 kriteria maka pasien dikelompokan pada klasifikasi
diatasnya.

Douglas menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit pelayanan
berdasarkan klasifikasi pasien, dimana masing-masing kategori mempunyai nilai
standar per shift, yaitu dalam tabel.

Klasifikasi Pasien
Jumlah Minimal Parsial Total
pasien P S M P S M P S M
1 0,17 0,14 0,07 0,27 0,51 0,10 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,211 1,08 0,90 0,60
Dst.

2. Menurut gillies
a. Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan tenaga kerja keperawatan di satu
unit perawatan adalah sebagai berikut :
Rumus :

A x B x C - F – H 18
(C – D) x E G
Keterangan :

A= rata -rata jumlah perawatan /pasien/hari

B= rata- rata jumlah perawatan pasien/hari

C= jumlah hari/tahun

D= jumlah hari linur masing-masing perawat

E= jumlah jam kerja masing-masing perawat

F=jumlah jam perawatan yang dibutuhkan pertahun

G= jumlah jam perawatan yang diberikan perawat pertahun

H= jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

b. Jumlah tenaga yang betugas setiap hari :

Rumus :

Rata-rata jam perawatan/hari x Rata-rata jumlah jam perawatan/hari

Jumlah jam kerja efektif/hari

c. Asumsi jumlah cuti hamil 5% (usia subur) dari tenaga yang dibutuhkan maka jumlah
jam kerja yang hilang karena cuti hamil = 5% x jumlah hari cuti hamil x jumlah jam
kerja/hari.

Tambahan tenaga :

Rumus :

5% x Jumlah tenaga x Jumlah jam kerja cuti hamil

Jumlah jam kerja efektif/tahun

19
Catatan :

1) Jumlah hari tak kerja/tahun


Hari minggu (52 hari) + cuti tahunan (12 hari) + hari besar (12 hari) + cuti
sakit/izin (10 hari) = 86 hari
2) Jumlah hari kerja efektif/tahun
Jumlah hari dalam 1 tahun – jumlah hari tak kerja = 365-86 = 279 hari
3) Jumlah hari efektif/minggu = 279 : 7 = 40 minggu
Jumlah jam kerja perawat perminggu = 40 jam
4) Cuti hamil = 12x6= 72 hari
5) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan disatu unit harus ditambah 20%
(untuk antisipasi kekurangan/cadangan)
6) Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan.
Proposal dinas pagi 47% , sore 36% dan malam 17%
7) Kombinasi jumlah tenaga menurut Abdellah dan Levinne adalah 55% tenaga
professional dan 45% tenaga nonprofessional

Prinsip perhitungan rumus Gillies :

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada 3 jenis bentuk pelayanan :

a. Perawatan langsung adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada
hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologi dan spiritual. Berdasarkan
tingkat ketergantungan pasien pada perawat maka dapat di klarifikasikan dalam empat
kelompok yaitu :
1) Self care
2) Partial care
3) Total care
4) Instensif care

Menurut Mineti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien


adalah empat jam perhari sedangkan untuk :

20
1) Self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam
2) Partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam
3) Total care dibutuhkan 1-1 ½ x 4 jam : 4-6 jam
4) Intensif care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam
b. Perawatan tak langsung meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan ,
memasang atau menyimak alat , konsultasi dengan anggota tim , menulis dan
membaca catatan kesehatan , melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS
Graha Detroit = 38 menit/pasien/hari , sedangkan menurut Wolfe dan Young = 60
menit/pasien dan penelitian di RS John Hopkins dibutuhkan 60 menit/pasien (Gillies,
1996)
c. Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada pasien meliputi : aktivitas serta tindak
lanjut pengorbanan. Menurut Mayer dalam Gillies (1996) , waktu yang dibutuhkan
untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/hari

ILUSTRASI KASUS

Sebuah Ruang perawatan ruang Angsoka RSUP Sanglah adalah ruang perawatan
untuk klien dengan kapasitas tempat tidur selama 50 TT, dengan BOR 75% jumlah
pasien sebanyak 30 orang, dengan rata-rata tingkat ketergantungan :

1. Total care sebanyak 5 orang


2. Patrial care sebanyak 10 orang
3. Self care sebanyak 15 orang

1. Menurut Douglas

Minimal Patrial Total


Pagi 0,17 0,17 0,36
Sore 0,14 0.15 0,30
Malam 0,07 0,10 0,20

Pagi = minimal 0,17 x 15 = 2,55


= parsial 0, 27 x 10 = 2,7
21
= total 0,36 x 5 = 5,4
Kebutuhan perawat pagi : 10 orang

Sore = minimal 0,14 x 15 = 2,1


= parsial 0,15 x 10 = 1,25
= total 0,30 x 5 = 1,5
Kebutuhan perawat sore : 5 orang

Malam = minimal 0,07 x 15 = 1


= parsial 0,10 x 10 = 1
= total 0,20 x 5 = 1
Kebutuhan perawat malam : 3 orang

Total : (10 orang + 5 orang + 3 orang) = 18 orang

a. Kebutuhan perawat untuk hari libur atau cuti atau hari besar dan tugas non
keperawatan

1) Hari libur/cuti/hari besar


=∑ hari minggu/tahun + cuti + hari besar x ∑ tenaga
∑ hari kerja efektif

= 52 + 14 + 12 x 18
287
= 1404
287
= 4 orang

2) Perawat yang mengerjakan tugas non profesi atau perawat tidak langsung (
perincian kebersihan dll)
=(∑ tenaga perawat +L.DAY) x 25%

22
= (18 + 3) x 25%
= 5 orang

ILUSTRASI KASUS :

Rata-rata perawatan klien per hari = 5 jam per hari.


Rata-rata = 17 klien per hari (3orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang dengan
ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantugan total).
Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam per minggu (6 hari per minggu) jadi jumlah jam
kerja per hari 40 jam dibagi 6 = 7 jam per hari.
Jumlah libur : 73 hari (52+8(cuti) + 13 (libur nasional)

1. Menurut Gillies

Jumlah jam keperawatan langsung :


1. Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
2. Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
3. Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam

Jumlah keperawatan tidak langsung


17 orang klien x 1 jam = 17 jam
Pendidikan kesehatan
17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga jumlah total jam keperawatan/klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4,25 jam = 4,96 jam/klien/hari
17 orang

Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :


4,96 x17 x 3,65 = 30.776,8 = 15,06 orang (15 orang)
(365-73) x 7 2044

23
Untuk cadangan 20% menjadi 15 x 20% = 3 orang
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 15 + 3 = 18 orang/hari
Perbandingan professional berbanding dengan vokasional = 55% : 45% = 10 : 8 orang

IV. Role Play


A. Struktur Discharge Planning danTimbang Terima

Kepala Ruangan Dokter

(Dwi Astari)
(Puspita Chandra)

Staf Perawat 1 Staf Perawat 2 Staf Perawat 3

(Rusma Rosalina, (Vivit Lastinawati, (Mirah Kumala, Yuni


Intan Pratiwi) Citra Inggriani) Anggreni)

Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3

(Putri Septiani) (Dianawati) (Lala)

Keluarga pasien 1 Keluarga Pasien 2 Keluarga Pasien 3

(Angga Putra) (Riska Dewi) (Lina)

B. Peran Discharge Planning dan Timbang Terima


 Kepala Ruangan : Puspita Chandra
 Staf Perawat 1 : -Rusma Rosalina
-Intan Pratiwi
 Staf Perawat 2 : -Vivit Lastinawati
: -Citra Inggriani
 Staf perawat 3 : -Mirah Kumala

24
-Yuni Anggreni
 Dokter : Dwi Astari

 Pasien : -Putri Septiani


-Dianawati
-Lala
 Keluarga : -Angga Putra
-Riska Dewi
-Lina

1. Timbang Terima
a. Pengertian
Operan sering disebut dengan timbang terima atau over hand. Operan adalah
suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien.
b. Tujuan
1) Menyampaikan kondisi atau keadaan secara umum klien.
2) Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
3) Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

25
c. Alur
Klien

Diagnosa Medis Diagnosa


Rencana Tindakan
Masalah Kolaboratif Keperawatan

Yang telah dilakukan Perkembangan/keadaa Yang telah dilakukan


n klien

Masalah:

1. Teratasi
2. Belum
3. Teratasi sebagian
4. Muncul masalah baru

d. Skenario 5.
1) PRE KONFERENS
Kepala Ruangan : Membuka dan fasilitator
Perawat Pelaksana : - Menjelaskan data pasien
- Menjelaskan implementasi yang sudah
dilakukan
- Menjelaskan intervensi yang akan dilakukan
- Melakukan evaluasi (soap).

Di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, pagi pukul 08.00 WITA, operan berlangsung antara karu,
staf perawat pagi dan staf perawat malam.

Karu Dayu : “Om Swastiastu, selamat pagi rekan-rekan, salam sejahtera untuk kita
semua, hari ini sama seperti hari-hari sebelumnya sesuai dengan kegiatan
awal shift pagi akan didahului oleh operan antara perawat yang berjaga

26
malam kemarin dengan perawat yang shift pagi hari ini. Silahkan kepada
perawat yang shift malam melapor kondisi pasien”.

Perawat Yuni : “Terimakasih atas waktu yang telah diberikan, selamat pagi rekan-
rekan, saya hari ini akan melaporkan kondisi pasien Ny. Pt dengan
penyakit jantung rematik. Seperti yang kita tahu pasien masuk ke ruang
angsoka pada hari selasa, tanggal 25 April 2017. Observasi terakhir kami
yang berjaga kemarin malam sama seperti pada saat kami operan malam,
pasien masih mengatakan dadanya berdebar-debar, namun keluhan
sebelumnya yakni merasakan denyutan di arteri karotis sudah tidak
dirasakan pasien lagi. Secara umum kondisi pasien baik, pasien hanya
sedikit terlihat cemas, namun dari segi asupan nutrisi dan istirahat baik”.

Perawat Mirah : “Apakah Perawat Yuni sempat melakukan pengkajian kardio pada
pasien ?”

Perawat Yuni : “Iya, pada saat pasien mengeluh dadanya berdebar-debar, saya melihat
iktus kordis terlihat, saya palpasi dada pasien dan teraba thrill, dan
ketika saya aulkultasi terdengar bunyi gallop”.

Perawat Mirah : “Lalu intervensi apa yang telah anda lakukan?”.

Perawat Yuni : “ Karena pasiennya sendiri terlihat cemas, saya sudah melakukan
intervensi teknik relaksasi untuk mereduksi cemasnya, lalu saya telah
memberikan HE tentang pentingnya bagi pasien untuk membatas
aktivitasnya, karena pasien sendiri mengaku cepas merasa lelah”.

Perawat Mirah : “Baik, selanjutnya untuk terapi dari dokter apakah semua lanjut?”.

Perawat Yuni :” Untuk terapinya semua lanjut, pasien tetap diberikan terapi aspirin,
Ciprofloxacin, dan penicillin. Karena pasien sendiri mengalami tirah
baring, saya rasa perlu dievaluasi bagaimana BAB pasien dan jika
memang pasien tidak bisa BAB untuk beberapa hari kedepan, saya rasa
dapat diberikan intervensi pemberian huknah atau dulcolax”.

27
Perawat Mirah :” Baik, itu akan menjadi pertimbangan kita bersama kelak. Lalu untuk
hari ini apakah ada jadwal pemeriksaan diagnostic atau lab?”.

Perawat Yuni :” Ada Bu, sesuai dengan instruksi dokter untuk pemeriksaan darah
pasien memang dilakukan setiap 2 hari sekali mengingat evaluasi dari
WBC pasien perlu dilakukan. Lalu untuk hari ini juga dijadwalkan untuk
tindakan kolaborasi pemeriksaan diagnostic echocardiography, dengan
pertimbangan hasil rontgen kemarin bahwa terdapat pembesaran pada
atrium sinistra dan terjadi penebalan katup bicuspid. Jadi untuk
intervensi selanjutnya yang akan dilakukan adalah selain tindakan
mengambil sample darah, pasien juga diberikan tindakan memantau
TTV pasien dan memantau adanya tanda-tanda yang mengarah pada
sesak napas. Lalu pasien pagi ini mengeluh dadanya terasa sedikit nyeri.
Jadi toling kaji nyeri pasien secara komprehensif, dan ajarkan teknik
penangan nyeri non farmakologi”.

Karu Chandra :” Baik, untuk para PA dan PP yang berjaga pada pagi ini apakah ada
pertanyaan lain? Jika tidak mari kita lanjutkan untuk operasi selanjutnya.
Lalu mereka melajutkan operasi kepada pasien selanjutnya.”

Perawat Citra :“ Ia, pasien Ny.RD, kemarin sempat kumat sesaknya pada malam hari,
berkeringat, batuk berdahak, dan kemarin sudah diberi nebulizer jam 11
malam. Pasien juga masih menggunakan oksigen dengan nasal kanul 2
lt/m. Untuk hasil pengecekan TTV tadi pagi tensi dan nadinya normal.
TD : 100/70 mmHg, N : 68x/m, R : 30x/menit, namun suhunya agak
tinggi 380 C. Masalah keperawatan yang masih muncul pada pasien ada
bersihan jalan nafas tidak efektif dan hipertermi”.

Perawat Vivit :” Terus untuk medikasinya, ada tambahan atau diberhentikan?”.

Perawat Citra :” Untuk medikasinya, px lanjut menggunakan ceftazidine 3x1 gram,


metrodinazole 3x500 mg, ambroxol 3x1, dan paracetamol 3x500 mg per
oral. Berdasarkan hasil cek DL sebelumnya, nilai leukositnya masih

28
tinggi, 14.000 uL. Untuk rencana tindakan hari ini ada rontgen thorax
dan cek darah lengkap, terutama untuk mengecek kadar leukositnya”.

Karu Chandra :” Ada rencana pemberian tindakan keperawatan yang lain? Untuk
kebutuhan dasar Ny. Dk apakah sudah terpenuhi dengan baik? Apa Ny.
Dk ada tanda-tanda cemas dan gelisah?”.

Perawat Vivit :” Saat saya kaji pasiennya, pasien tampak bersih dan bajunya tampak
kering. Untuk BAK dan BAB pasien bisa melakukan secara mandiri.
Saat dikaji ke pasien, ia mengatakan setiap hari di lap oleh istrinya,
hanya saja pasien tampaknya tidak oral hygiene selama beberapa hari
karena giginya tampak kuning. Mungkin nanti adik mahasiswa bisa
membantu dan meminta keluarga pasien untuk membawa sikat gigi dan
pasta gigi agar oral hygiene pasien terpenuhi. Untuk ansietas, pasien
tidamk mengeluh atau gelisah karena keluarganya selalu menemani”.

Perawat Vivit :” Jadi untuk hari ini, saya melanjutkan medikasi, mengantar pasien
untuk rontgen thorax, mengambil darah untuk cek darah lengkap, dan
membantu oral hygiene?”.

Perawat Citra :” Jangan lupa untuk memantau posri makannya juga”.

Perawat Vivit ;” Ya Cit”.

Karu Chandra :” Kalau tidak ada pertanyaan lagi mengenai Ny. Dk dan Ny. Pt, kita
lanjutkan ke pasien.”

PP&PA :” Baik Bu”.

Karu Chandra :” Nanti jika operan ke pasien sudah selesai, shift pasgi silahkan
bertugas, dan shift malam silahkan pulang. Hati-hati di jalan untuk
rekan-rekan yang pulang dari shift malam. (lalu mereka pun melanjutkan
operan ke pasien)

29
Selanjutnya semua tim melakukan operan masing-masing ruangan.

Dimulai dari ruangan PP1 kemudian PP2”.

Perawat Mirah :” Selamat pagi ibu, maaf sebelumnya nama ibu siapa?”.

Ny. Putri :”Pagi sus, saya Ny. Pt”.

Perawat Mirah :” Baik ibu saya perawat Dyan, perawat yang jaga pagi hari ini yang akan
merawat ibu. Bagaimana kondisi ibu pagi ini? Apakah dadanya masih
berdebar-debar?”.

Ny. Putri :” Sudah berkurang sus tetapi masih sedikit nyeri pada bagian dada”.

Perawat Yuni :” Ibu nanti perawat jaga pagi akan mengkaji kembali penyebab nyeri dan
akan memberikan pengobatan sesuai jadwal pemberian obat. Apakah tadi
ibu sudah bisa BAB?’.

Ny. Putri :” Sudah sus”.

Perawat Mirah :” Oh bagus ya. Nanti ibu akan dilakukan pemeriksaan jantung, nanti saya
akan bantu persiapannya”.

Keluarga Lina :” Oh iya sus, nanti jam berapa kira-kira pemeriksaan jantungnya?”.

Perawat Mirah :” Nanti saya beritahu waktunya bu, mungkin ada yang ibu dan keluarga
tanyakan?”.

Keluarga Lina :” Oh baik sus, tidak ada terimakasih”.

Dilain sisi, Perawat Vivit bersama Citra melakukan operan di pasien yang berbeda.

Perawat Citra :” Selamat pagi bu, maaf sebelumnya dengan ibu siapa?”.

Ny . Riska D :” Selamat pagi, saya Ny. RD”.

30
Perawat Citra :” Iya bu, saya perawat Citra. Sekarang saya sudah selesai jaga ya bu dan
akan digantikan oleh suster Vivit. Nanti jika ibu membutuhkan sesuatu
bisa memanggil perawat Vivit”.

Ny. Riska D :” Iya terimakasih”.

Perawat Vivit :” Bagaimana kondisi ibu hari ini? Apakah masih sesak bu?”.

Ny. Riska D :” Sudah sedikit berkurang sus”.

Perawat Vivit :” Kalau badannya apakah masih panas bu?”.

Ny. Riska D :” Masih sama seperti kemarin sus”.

Perawat Vivit :” Oh ya bu, nanti terapi oksigennya masih tetap dilakukan untuk
mengurangi sesak yang ibu rasakan dan ibu juga akan mendapatkan obat
penurun panas seperti sebelumnya”.

Ny. Riska D :” Oh iya sus, untuk hari ini, apakah ada pemeriksaan yang akan dilakukan
kepada saya?”.

Keluarga Angga :” Iya sus, apakah ada pemeriksaan yang lain?”.

Perawat Vivit :”Baik bu, untuk hari ini ibu rencananya akan dilakukan pemeriksaan
rontgen dan pengambilan darah untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Nanti saya akan bantu persiapannya. Baik sebelum saya tinggalkan
mungkin ada yang ibu atau keluarga ingin tanyakan? (tersenyum kepada
pasien).

Ny. Riska D :” Tidak sus, terimakasih”. (sambil tersenyum).

Perawat kembali ke ruang perawat untuk mendiskusikan tentang hasil validasi data.

Karu Chandra :” Baik, karena timbang terima di ruang perawatan sudah selesai

31
dilaksanakan, mungkin ada yang ingin dilaporkan dari hasil validasi data yang
disampaiakan oleh perawat jaga malam?”.

Perawat Mira : “saya rasa semua yang dilaporkan sudah sesuai dengan kondisi terakhir pasien
beserta tindak lanjut yang akan diberikan”.

Karu Candra : “oh ya mira, dari perawat Rusma mungkin ada yang data yang tidak sesuai dengan
kondisi pasien?”.

Perawat Rusma : “tidak ada bu”.

Karu Candra : “karena semua sudah selesai, sekarang silakan semua perawat yang bertugas
menenda tangani laporan timbang terima yang sudah dibuat. Terimakasih kepada
kelompok dinas malam yang sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Silakan
sekarang beristirahat kembali. Untuk perawat jaga pagi silakan melanjutkan
intervensi perawatan yang belum dilaksanakan. Timbang terima saya tutup doa”.

Timbang terima sudah selesai dilaksanakan, perawat jaga pagi mulai melanjutkan intervensi
yang belum dilaksanakan.

2. Discharge planning
a. Pengertian
Discharge planning ( perencanaan pulang) merupakan komponen system
perawatan berkelanjutan , pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan
dan bantuan untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga
menemukan jalan pemecahan masalah dengan baiki, pada saat tepat dan sumber
yang tepat dengan harga yang terjangkau (Doenges & Moorhouse: 94-95).
b. Tujuan
Tujuan utama adalah membantu klien dan keluarga untuk mencapai tingkat
kesehatan yang optimal. Discharge planning yang efektif juga menjamin
perawatan yang berkelanjutan disaat keadaan yang penuh dengan stres.

32
c. Alur discharge planning

- Menyambut kedatangan pasien


Pasien
- Orientasi ruangan, peraturan dan denah
masuk
ruangan
- Memperkenalkan pasien pada teman
sekamar, perawat, dokter, dan tenaga
kesehatan lain
- Melakukan pengkajian keperawatan

- Pemeriksaan klinis dan penunjang yang lain -Perawat


Pasien
- Melakukan asuhan keperawatan -Dokter
selama
- Penyuluhan kesehatan : diet, aktivitas, kontrol -Tim kes. lain
dirawat

Perencanaan Pulang
Pasien
masuk

Penyelesaian Program HE Lain - lain


administrasi
- Pengobatan / control,
Kebutruhan nutrisi
- Aktivitas dan istirahat
- Perawatan di rumah

Monitoring oleh petugas


kesehatan dan keluarga

33
d. Scenario
Pada suatu hari dirumah sakit sanglah, diruang angsoka terdapat pasien
yang bernama Tn. AR, dengan diagnose medis CHF. Disaat pagi hari jam 08.30
wita, seorang perawat diruangan sedang mempersiapkan berkas-berkas, lalu
datang seorang dokter.

Dokter Astari : “selamat pagi”.


Perawat Rusma : “ iya selamat pagi dokter”.
Dokter Astari : “bagaimana keadaan pasien Tn. AR hari ini? Apakah sudah
membaik? Terus keadaan umum pasiennya bagaimana?”.
Perawat Rusma : “setelah dilakukan observasi, keadaan umum pasien cukup baik
dok, EKG normal. Ini dok list pasiennya” (memberikan list pasien
pada dokter eka).
Dokter Astari : “ya sudah sekarang saya lihat dulu keadaan pasiennya, mari sus”.

Perawat dan dokter menuju ruangan pasien/tempat tidur pasien.

Perawat Rusma : “permisi, selamat pagi”.


Keluarga Angga : “oh maaf, selamat pagi”.
Dokter Astari : “selamat pagi. Bagaimana keadaan Tn. AR? Apakah ada
keluhan?
Ny Ayu : “tidak ada dok, nafas saya sudah tidak sesak lagi, dada saya juga
sudah tidak berdebar dari kemarin siang dok”
Keluarga Angga : “tadi malam saya lihat tidur bapak saya saya nyenyak dok”.
Dokter Asttari : “ooh ya sudah kalau begitu saya periksa dulu keadaannya ya”.
Ny. Ayu : “baik dokter silakan”.

Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, ibu pasien menanyakan tentang


kondisi pasien.
Keluarga Angga : “bagaiamana kondisi bapak saya dokter?”
Dokter Astari : “ keadaan bapak AR sudah stabil, dan sudah bias diajak pulang”.
Keluarga Angga : “baik dok, terimakasih”.
Dokter Astari : “ya bu, tapi untuk obat antibiotiknya harus tetap diminum
dirumah sampai obatnya habis sesuai dengan dosis yang telah
diberikan”.
Keluarga Angga : “baik dokter”.
Dokter Astari : “ya sudah kalau begitu saya permisi dulu bu”.

34
Keluarga Angga : “ya dokter, terimakasih”.

Dokter dan perawat meninggalkan ruangan pasien, dan menuju ketempat perawat
untuk menulis resep untuk pasien.

Dokter Astari : (setelah selesai menulis resep obat)


“sus, ini resep obatnya”.
Perawat Rusma : “iya dokter”.
Dokter astari : “oh iya, untuk surat control pasien tolong dijelaskan kepada
keluarga pasien untuk melakukan control minggu depan”.
Perawat Rusma : “baik dok”.
Dokter Astari : “ya sudah kalua begitu saya permisi dulu”.
Perawat Rusma : “baik dok, terimakasih”.

Dokter meniggalkan ruang tersebut, dan perawat mengantarkan resep obat untuk
keluarga menebus obat di apotek .

Perawat Rusma : “permisi”.


Keluarga Angga : “iya sus”.
Perawat Rusma : “ibu, ini resep obat yang diberikan dokter eka. Ibu bias
mengambilnya di apotek, dan silahkan ibu mengurus
administrasinya terlebih dahulu”.
Keluarga Angga : “baik sus”. (keluarga langsung mengambil obat ke apotek dan
mengurus administrasi)

Perawat Rusma : “Baik kalau begitu saya permisi dulu untuk menyiapkan berkas –
berkasnya”.

Komunikasi antara perawat Rusma dengan kepala ruangan Chandra, untuk


menunjukkan berkas – berkas yang akan dibawa oleh pasien.

Perawat Rusma : “Permisi bu, Selamat pagi”

Karu Chandra : “Iya Rusma, Selamat pagi”

Perawat Rusma : “Begini bu, tadi dr. Astari sudah visite, dan pasien yang bernama
Ny. Ay sudah bisa pulang hari ini”

Karu Chandra : “Yang di ruangan no 1 itu ya?”

35
Perawat Rusma : “Iya bu”.

Karu Chandra : “Berkas – berkasnya sudah disiapkan semua?”

Perawat Rusma : “Sudah bu”. (memberikan berkas pasien kepada karu)

Karu Chandra : “Untuk hasil labnya gimana rus?”

Perawat Rusma : “Iya bu, sudah saya masukan juga di dalam mapnya bu”

Karu Chandra :(sambil memeriksa berkas – berkas) “untuk obatnya sudah


disiapkan semuanya?”

Perawat Rusma : “Iya bu sudah semua”.

Karu Chandra : (sambil mengambalikan berkas – berkas ke perawat) “ya sudah,


ini rus kembalikan ke pasien ya, terus jangan lupa kasi HE ya rus”

Perawat Rusma : “Baik bu, terimakasih”.

Karu Chandra : “Iya sama – sama”

Lalu perawat Rusma kembali ke ruang perawat untuk mengurus berkas yang lain
dan melihat perawat Intan dan meminta pertolongan untuk membuka infus Ny Ay.

Perawat Rusma : “Intan, bisa minta tolong? Tolong up infus ibu Ay.

Perawat Intan : “Bisa rus, Ibu Ay.. Ruang no 1 kan?”

Perawat Rusma : “Iya tan, ibu Ay di ruangan no 1”

Perawat Intan : “Iya, saya siapkan alatnya terlebih dahulu rus”.

Perawat Intan pergi menyiapkan alat untuk membuka infus Ny. Ayu langsung ke
ruangan ibu Ay.

Perawat Intan : “Permisi, selamat pagi”.

Ny. Ay : “Selamat pagi sus”

36
Perawat Intan : “Benar dengan ibu Ay?”

Ny Ay : “Iya sus, saya sendiri”.

Perawat Intan :“Ibu Ay sudah diperbolehkan pulang hari ini, saya akan melepas
infus ibu”.

Ny. Ay : “Baik sus, silahkan”.

Perawat Intan :“Permisi ya bu, saya akan mulai melepas infus ibu sekarang
(sambil memakai APD dan langsung melakukan tindakan). Baik
bu, saya sudah selesai membuka infus ibu, sekarang ibu bisa
menekan ini sebentar supaya darahnya tidak merembes”.

Ny. Ay : “Baik sus”. (sambil menekan kapas)

Perawat Intan : “Ibu, saya sudah selesai melakukan tindakan pelepasan infus,
sekarang saya akan kembali ke ruangan. Nanti untuk penjelasan
kontrol, berkas – berkas lab dan lainnya akan dijelaskan lebih lanjut
oleh perawat Rusma”.

Ny. Ay : “Oh begitu ya sus, terimakasih”.

Perawat Intan kembali ke ruang perawat setelah membersihkan alat – alat.

Perawat Intan : “Rus, pasien ibu Ay. sudah selesai up infus”.

Perawat Rusma : “Baik tan, terimakasih ya”.

Perawat Intan :“Iya rus” (sambil langsung merapikan berkas – berkas pasien)

Lalu perawat Rusma menuju ruangan pasien Ny. Ay sambil membawa berkas –
berkas (surat kontrol, lab dan lain – lain).

Perawat Rusma : “Permisi”.

Keluarga Angga : “Iya sus”.

37
Perawat Rusma : “Ibu, ini obat yang harus diminum ibu Ay dirumah, dan ini surat
yang harus dibawa saat kontrol. Nanti kontrolnya pada tanggal 29
April 2017 untuk kontrol kembali dan ini hasil dari LAB beserta
foto Rontgen nya”.

Oh ya ibu, ibunya saat di rumah usahakan tidak kelelahan dan perbanyak istirahat
ya bu. Jadi ibu harus tetap memantau keadaan bapaknya.

Keluarga Angga :“Iya sus, oh ya sus apakah ada pantangan untuk makanannya sus
?”

Perawat Rusma :“Ada, ibunya jangan di beri makanan yang mengandung kolesterol
tinggi seperti cumi, udang, kepiting, daging yang berlemak dan
hindari makanan yang berminyak seperti santan dan semua
makanan yang di goreng”.

Keluarga Angga : “Iya sus, jadi makanan seperti itu tidak boleh di berikan”.

Perawat Rusma :“Apakah ibu sudah mengerti? Apakah ada pertanyaan lagi?”

Keluarga Angga :“Sudah sus, tidak ada yang perlu saya tanyakan lagi”. (sambil
membawa berkas administrasi)

Perawat Rusma :“Baik kalau begitu saya akan kembali ke ruang perawat. Nanti jika
ibu memerlukan bantuan untuk pulang, ibu bisa memanggil
perawat ke ruang perawat”.

Keluarga Angga : “Baik sus, terimakasih ya sus”.

Ny. Ay : “Terimakasih sus”.

Perawat Rusma : “Iya bu, bu sama – sama”.

Perawat Rusma pun kembali ke ruang peawat dan pasien Ayu beserta keluarga
bersiap – siap untuk pulang.

38
C. Struktur Sterilisasi Obat

Dokter
( Mirah Kumala )

Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4 Perawat 5


( Vivit Lastina ) ( Desak Intan ) ( Ayu Putri ) ( Citra Inggriani ) ( Chandra )

Petugas Laboratorium Petugas Apotik


( Yuni Anggreni ) ( Rusma Rosalina )

Keluarga Pasien
( Diana Wati )

Pasien
( Astari )

D. Peran Sterilisasi Obat


 Yuni Anggreni : Petugas Laboratorium
 Citra : Perawat 4
 Vivit : Perawat 1
 Astari : Pasien
 Desak Intan : Perawat 2
 Diana : Ibu

39
 Mirah Kumala : Dokter
 Ayu Putri : Perawat 3
 Rusma : Apotik
 Chandra : Perawat 5

3. Sterilisasi Obat
a. Pengertian
Sentralisasi obat adalah pengelolahan obat dimana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolahan sepenuhnya oleh perawat
(Nursalam,2002).
b. Tujuan penggelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindari pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien dapat
terpenuhi.
c. Alur

Dokter
Pendekatan Perawat

Klien/Keluarga

Farmasi/Apotek

Surat Persetujuan
Sentralisasi (obat dari Klien/Keluarga
perawat)
Lembar serah terima obat
Buku serah terima obat

PP/Perawat Yang
Menerima

40
Pengaturan dan
Pengelolaan oleh
Perawat

Klien/Keluarga

d. Skenario

Senin pagi di ruang Dahlia, pukul 07 : 00 WIB. Perawat shift pagi mulai melakukan
tugasnya. Perawat memeriksa TTV pasien, setelah selesai memeriksa TTV kemudian
perawat memdokumentasikan di dalam buku askep pasien. Pukul 10 : 00 WIB Dokter
datang untuk melakukan visite di ruang dahlia.

Di Ruang Dahlia

Perawat 1 : Sus bagaimana ya keadaan pasiennya sekarang ? kira – kira baik atau
buruk?

Perawat 2 : Dari timbang terima tadi kondisinya cukup baik sus

Perawat 3 : Lebih baik kita segera melakukan TTV saja sus

Perawat 4 : Baik sus.

Semua perawat berjalan untuk melakukan TTV menuju ke Ruang pasien.

Perawat 1 : Selamat pagi, apa benar dengan Ny. Astari ?

Pasien : Selamat pagi juga sus, iya benar

Perawat 1 : Saya cek tensi, nadi dan suhunya dulu ya.

Ibu pasien : Bagaimana sus hasilnya ?

41
Perawat 1 : Ibu Astari hasilnya normal ya, suhu 36,5oC , Nadi 86x/mnt, tensi 120/70
mmHg , RR 18x/mnt ( sambil merapikan peralatan )

Ibu pasien : Terimakasih sus

Perawat 1 : Kaki Ny. Astari sejak kapan bengkak Bu ?

Ibu pasien : Sejak semalam sus.

Perawat 1 : Nanti kira – kira pukul 10.00 pagi dokter akan memeriksa Ny. Astari ya
Bu, kalau begitu saya permisi dulu.

Ibu pasien : Iya sus, terimakasih

Perawat 1 : Sama-sama Bu, permisi (berjalan keluar menuju pintu dan duduk di Ners
Station )

Dokter datang ke ruang Dahlia ( menuju Ners Station)

Dokter : Selamat pagi sus ada pasien saya ?

Perawat 2 : Ada dok mari saya antar ( berjalan menghampiri dokter )

Di kamar pasien

Dokter : Selamat pagi Ny. Astari

Pasien : Selamat pagi Dok

Dokter : Saya periksa dulu ya (sambil memeriksa pasien )

Perawat 5 : Kaki Ny. Astari bengkak sejak semalam Dok.

Dokter : Nanti di cek laboratorium ya sus

Pasien : Bagaimana dok keadaan saya ?

Dokter : Keadaanya sudah cukup baik. Untuk mengetahui lebih lanjut nanti ibu
akan diambil darahnya untuk pemeriksan laboratorium.

Pasien : Iya Dok

42
Dokter : Saya permisi dulu ya Bu (meninggalkan tempat tidur )

Ibu pasien : Iya dok terimakasih.

Di luar ruangan.

Dokter : Sus ini saya beri resep untuk Ny. Astari, nanti jika hasil Labnya keluar
tolong beri tahu saya. ( sambil menulis resep)

Perawat 5 : Baik Dok

Dokter : Kalau begitu saya permisi dulu ya sus

Perawat 5 : Iya Dok

Setelah dokter visite keluar dari ruang dahlia perawat pun mengambil darah Ny. Astari
untuk pemeriksaan laboratorium. Setelah hasil labolatorium keluar perawat menghubungi
dokter untuk memberitahukan hasil labolatorium.

Pasien : Iya sus silahkan.

Perawat 5 : Saya lakukan sekarang Bu, (mengambil darah IV )

Sudah selesai Bu, saya permisi dulu

Ibu pasien : Iya sus

Perawat menuju ners station dan menelepon laboratorium

Petugas Lab : Hallo laboratorium terpadu dengan Yuni disini (mengangkat telfon )

Perawat 3 : Iya Yuni ini Perawat Putri dari Ruang Dahlia , Yun kesini ya ada darah
yang mau di cek.

Petugas Lab : Baik, saya kesana sekarang sus

Perawat 3 : Iya yuni ( menutup telpon )

Petugas Lab. Sampai di Ners Station untuk mengambil sempel darah yang akan di cek

Petugas Lab : Permisi sus mana sempel darah yang akan di cek ?

43
Perawat 3 : Ini yun ( menyerahkan sempel darah )

Petugas Lab : Iya sus saya cek dulu ya ( menerima sempel darah dan pergi ke
laboratorium )

Petugas laboratorium kembali ke laborat dan memeriksa sempel darah setelah selesai
petugas laboratorium menyerahkan hasil laboratorium ke Ruang Dahlia.

Petugas Lab : Sus ini hasil Labnya sudah jadi. (memberikan hasil laboratorium)

Perawat 3 : Iya yun, terimakasih (menerima hasil laboratorium)

Petugas Lab : Kalo begitu saya permisi dulu ya sus (meninggalkan Ruang Dahlia )

Di ners station. Hasil laboratorium keluar

Perawat 2 : Hallo selamat siang Dok, ini dari perawat Intan dari Ruang Dahlia ingin
menyampaikan hasil Lab. Dari Ny. Astari tadi dok.

Dokter : Oh iya sus bagaimana hasilnya ?

Perawat 2 : Iya dok hasilnya albumin Ny. Astari kurang hanya 8 mg.

Dokter : Kalau begitu tolong diresepkan tambahan albumin ya sus.

Perawat 2 : Baik dok jadi Ny. Astari diberikan tambahan albumin ya dok ?

Dokter : Iya sus

Perawat 2 : Iya dok, terimakasih.

Ny. Putri kemudian diresepkan tambahan albumin. Perawat kemudian memberitahu


keluarga untuk membeli albumin di apotik.

Di Ners Station

Ibu pasien : Selamat siang sus , saya ibu Ny. Astari tadi di panggil ya ?

Perawat 3 : Iya Bu, saya ingin memberikan resep Ny. Astari yang baru Bu.

Ibu pasien : Iya sus jadi saya harus menebus diapotik sekarang ya sus ?

Perawat 3 : Iya Bu. Ibu bisa menebusnya di apotik di depan itu ya Bu

44
Ibu pasien : Iya sus, terimakasih

Lalu Ibu pasien pergi untuk menebus obat di apotik rumah sakit.

Ibu pasien : Permisi mbak saya mau menebus obat di resep ini

Petugas apotik : Maaf Bu obat yang diresep ini harganya mahal

Ibu pasien : Iya mbak tidak apa-apa

Petugas apotik : Baik bu akan saya ambilkan, tunggu sebentar

Ibu pasien : Iya mbak

Petugas apotik mengambil obat dengan sangat hati – hati dan menghampiri ibu pasien.

Petugas apotik : Ini Bu obatnya, mohon ibu membawanya dengan sangat hati – hati

Ibu pasien : Iya mbak saya akan membawanya dengan sangat hati – hati

Kemudian ibu pasien kembali ke ruangan untuk memberikan obatnya kepada perawat.
Sesampai diruang perawat ibu pasien tidak memberikan obatnya ke perawat tetapi ingin
menyimpanya sendiri. Karena takut tertukar dengan pasien yang lain karena harganya
mahal, tetapi niat ibu tersebut ketahuan oleh perawat.

Perawat 4 : Bu, Ibu permisi ini obatnya mau ditaruh mana ? boleh saya bawa untuk di
sentralisasi obat ?

Ibu pasien : Ini obatnya mahal, saya ingin menyimpanya sendiri, saya takut obatnya
tertukar dengan pasien lain sus

Perawat 4 : Iya Bu, saya tau akan kekhawatiran ibu, tetapi tujuan dari sentralisasi
obat ini sendiri adalah untuk menghindari kesalahan pasien, kesalahan
dosis, pemberian waktu dan kesalahan obat bu

Ibu pasien : Iya mbak tetapi bagaimana nanti jika perawat disini mengambil
keuntungan dan obatnya tidak diberikan kepada anak saya, saya kan jadi
rugi, ini kan obat harganya mahal

Perawat 4 : Bukan begitu Bu. Tetapi ini sudah menjadi bagian dari peraturan ruangan
ini.

Ibu pasien : Apa mbak bisa bertanggung jawab atas semua ini ?

45
Perawat 4 : Semua perawat disini akan bertanggung jawab untuk masalah obat bu

Ibu pasien : Saya tetap belum bias percaya, ini obatnya mahal sus

Perawat 4 : Baik Bu, saya mengerti obat ini mahal. Tetapi untuk aturan yang ada disini
harus ada sentralisasi obat bu

Ibu pasien : Kalau tertukar, kalau hilang, kalau pecah, kalau salah, kalau perawat
teledor bagaimana sus ?

Perawat 4 : Tidak bu kami semua disini sudah bertanggung jawab, apabila ibu setuju
saya akan memberikan surat persetujuan yang harus ditandatangani.

Ibu pasien : TTD apa sus ?

Perawat 4 : Persetujuan bahwa obat disimpan disini bu, jadi apabila ada kesalahan bisa
dituntut bu

Ibu pasien : Dimana saya bisa tanda tangan sus ? saya percaya tapi saya tidak mau tahu
dan saya akan menuntut suster apabila ada kesalahan

Perawat 4 : Baik bu, ini surat persetujuannya, silahkan ditanda tangani

Ibu pasien : Iya sus dan ini obatnya

Waktu pemberian obat

Perawat 4 : Permisi Ny.Astari saya akan memberikan obat ini ke ibu

Ibu pasien : Ini ya sus obatnya, hati – hati sus kalau memberikan. Jangan sampai
tumpah sedikit pun. Itu harganya mahal

Perawat 4 : Iya bu, saya akan berhati – hati

Saya akan memasukkan obatnya ya

Pasien : Iya sus

Perawat 4 : (perawat selesai memasukkan obat) Bu ini saya sudah selesai memasukkan
obatnya. Saya permisi dulu ya bu. Nanti jika ibu perlu sesuatu ibu bisa
memanggil saya di ruang perawat. Selamat istirahat bu

Pasien : Iya sus, terimakasih

46
BAB III

PEMBAHASAN

I. MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur yakni
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi
tersebut berdasarkan prinsip –prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi / jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai – nilai tersebut
sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan / keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud.
Kelebihannya metode MAKP (Metode Kasus) adalah perawat lebih memahami kasus
perkasus dan sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangan metode MAKP (Metode Kasus) adalah belum dapat diidentifikasi
perawat penanggung jawab dan perlu tenaga yang cukup banyak serta mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
Dari analisa data yang didapatkan untuk pencapaian indicator dalam metode MAKP
didapatkan :
1. BOR (Bed Occupacy Rate) = 84,5%
2. ALOS (Average Length Of Stay) = 6 hari
3. TOI (Turn Over Internal) = 1,5 hari
4. BTO (Bed Turn Over) = 18 kali pemakaian
5. NDR (Net Death Rate) = 3,2%

47
6. GDR (Gross Death Rate = 4,2%

Rentang Normal :
1. BOR (Bed Occupacy Rate) = 80% - 85%
2. ALOS (Average Length Of Stay) = 6 – 9 hari (<12 hari)
3. TOI (Turn Over Interval) = 1 – 3 hari
4. BTO (Bed Turn Over) = 40-50 kali pemakaian
5. NDR (Net Death Rate) = < 25 per 1000 penderita keluar
6. GDR (Gross Death Rate = < 45 per 1000 penderita keluar

Dari perhitungan beban kerja dan kebutuhan tenaga perawat menurut rumus
douglas perawat yang dibutuhkan untuk bertugas perhari di ruang angsoka adalah 18
orang + 1 kepala ruangan + 2 PP +CCM +1 penanggung jawab sore +1 penanggung
jawab malam = 24 orang.
Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan menurut gillies adalah 15
+ 3 = 18 orang/hari. Perbandingan professional berbanding dengan vokasional = 55% :
45% = 10 : 8 orang.

48
49
BAB IV

PENUTUP
I. KESIMPULAN
Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan
untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat padaa saat bertugas atau
jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Dalam metode ini staf
perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada
pasien yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
II. SARAN
Sebaiknya dalam melakukan metode kasus adalah ahli professional yaitu
perawat specialist yang khusus di bidangnya sehingga pelayanan dapat berjalan
secara komprehensif dan optimal.

50
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, (2001). Standart manajemen Pelayaanan Keperawatan dan Kebidanan di


sarana

Kesehatan , Jakarta Direktorat Pelayanan keperawatan Depkes RI

Depkes RI, (2002). Standart Tenaga Keperawatan di rumah Sakit, Jakarta Direktorat
Pelayanan

Keperawatan Depkes RI

Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang
model praktek

Keperawatan professional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak


dipublikasikan

Namawi, H. (1990). Administrasi personel untuk peningkatan produktivitas kerja.


Jakarta : Haji

Masagung

Nitisemito, A.S. (1991). Manajemen Personalia. Cetakan ke-8. Jakarta : Ghalia Indinesia.

Robbins, S.P. (2001). Organizational Behavior : Consepts, Contoversies and application. 3


edition

New Jersey : prentice Hall

51
Russel C. Swanbug. (1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC

Siagian, S.P. (2000). Manajemen sumber daya maanusia. Cetakan 7, Jakaarta : PT Bumi
Aksara

Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit;


penataan struktur
Dan Proses (sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta

Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktik keperawatan professional di rumah sakit,
Makalah

Seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan

Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelola Rumah Sakit, Katiga Bina : Jakarta.

Swansburg & swanburg, (1999). Introductory Manaajemen and leaderships for nurses: An
Interactive

Text (2 ed) Canada : Jones & Bartlett publishers

Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki;
Yogyakaarta

52

Anda mungkin juga menyukai