Oleh :
Kelompok 9
3B/S.Tr Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan nilai
mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan. Judul makalah ini adalah
“Konsep Timbang Terima (Hand Over) dan Konferensi Pelayanan Keperawatan”
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
a. selaku Dosen yang mengajar di mata kuliah Manajemen dan Kepemimpinan dalam
Keperawatan, yang telahmemberi dorongan, motivasi, dan petunjuk-petunjuk kepada
penulis.
b. Pihak Keluarga yang sepenuhnya telah membantu dan memberi dorongan moril maupun
materiil yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................... .1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ ....1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN.......................................................................................... .3
2.1 Konsep Dasar Timbang Terima Pasien...................................................... …3
iii
BAB III. PENUTUP...................................................................................................19
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………....19
3.2 Saran………………………………………………………………………..19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….20
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan komplit tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang
sudah dilakukan saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga
kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna.
Timbang terima dilakukan oleh perawat primer. Keakuratan data yang
diberikan saat timbang terima sangat penting karena dengan timbang terima
ini maka pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan akan bisa
dilaksanakan secara berkelanjutan, dan mewujudkan tanggung jawab dan
tanggung gugat dari seorang perawat.
Konferensi merupakan kegiatan berdiskusi kelompok untuk membahashal-
hal yang telah dilakukan pada praktik klinik atau lapangan, tingkat
pencapaian tujuan praktik klinik hari tersebut, kendala yang dihadapi dan cara
mengatasinya, serta kejadian lain yang tidak direncanakan, termasuk kejadian
kegawatan klien yang harus dihadapi peserta didik. Kegiatan timbang terima
dan konferensi pelayanan keperawatan yang telah dilakukan perlu
dipertahankan dan ditingkatkan kualitasnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Tujuan Timbang Terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam
berbagai pengaturan kesehatan.
Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima
adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
4
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi
untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan
selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung
jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.
5
D. Prinsip Timbang Terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar
prinsip timbang terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam
kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting
untuk mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus
memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses timbang
terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera
harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang
memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa
timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian
penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat
pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang
terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas
staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung
kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif
yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada
saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan
mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima
pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan
pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim
multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan
memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang
relevan.
6
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk
timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana
strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan
waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal
kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya
ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu
pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting
untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan
efektif.
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di
sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan
lain harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima
pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang
efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari
gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi
alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar
pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian
dan tindakan yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
3) Informasi kritis lainnya
7
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan
yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja
dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh
staf.
8
mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan
minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan
pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.
9
H. Pelaksanaan Timbang Terima Yang Baik dan Benar
Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan
benar diantaranya:
a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan
waktu yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali
dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan
untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
d. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang
terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
e. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk
membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa
yang akan dikerjakan.
f. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh,
agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat
dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya
selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.
10
d. Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga,
sehingga proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status
kesehatannya tidak up to date.
2. Timbang terima dengan metode bedside handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2005) handover yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu handover
yang dilakukan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
pasien atau keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan
feedback. Secara umum materi yang disampaikan dalam proses
operan jaga baik secara tradisional maupun bedside handover tidak
jauh berbeda, hanya pada handover memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
a. Meningkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan
terkait kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien
dengan perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada
kondisi pasien secara khusus.
11
c. Menggunakan komunikasi tertulis –written
Melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical
record saja atau media tertulis lain.
Berbagai metode yang digunakan tersebut masih relevan untuk
dilakukan bahkan beberapa rumah sakit menggunakan ketiga metode
untuk dikombinasi.
12
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah dan
pemantauan.
4. Efek Terhadap Kesehatan
Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini
cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat
menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi
penderita diabetes.
5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa
frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja
(malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja.
Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat
kecelakaan industri terjadi pada dinas malam. Terdapat suatu
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama dinas
pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam.
13
6. Intervensi yang sudah dilakukan.
7. Intervensi yang belum dilakukan.
8. Tindakan kolaborasi.
9. Rencana umum dan persiapan lain.
10. Tanda tangan dan nama terang.
A. Definisi Conference
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek klinik dankegiatan
konsultasi. Conference dilakukan sebelum dan sesudah melaksanakan asuhan keperawatan
pada pasien.
a. Pre Conference
Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan
untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung
jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference
ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian), dan
Kegiatan :
2) Ketua tim atau Pj tim menanjakan rencana harian masing – masing perawat
pelaksana
3) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan lanjut terkait dengan
b. Post Conference
Post conference adalah komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan
sepanjang shift dan sebelum operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil
askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference
15
Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim
Kegiatan :
2) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan.
3) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut asuhan klien yang harus
B. Tujuan Conference
situasi lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana antisipasi sehingga
dapat meningkatkan kesiapan diri dalam pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara
yang efektif untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962). Juga membantu
koordinasi dalam rencana pemberian asuhan keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan
asuhan, kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan (T.M.Marelli, et.al, 1997).
16
C. Syarat-Syarat Conference
1. Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan keperawatan dan post conference
3. Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan pasien, perencanaan
4. Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim
3. Pemimpin mempunyai peran untuk menjaga fokus diskusi tanpa mendominasi dan
5. Ciptakan suasana diskusi yang mendukung peran serta, keinginan mengambil tanggung
6. Ruang diskusi diatur sehingga dapat tatap muka pada saat diskusi
Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah sebagai berikut: (Ratna
Sitorus,2006).
a. Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan pergantian dinas pagi atau
b. Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam timnya masing – masing.
17
c. Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan hasil evaluasi kemarin dan
2) Keluhan klien
5) Masalah keperawatan
8) Rencana medis.
dikonsulkan.
6) Ketepatan dokumentasi.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat melakukan
pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang
keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya. Menurut Nursalam (2011) tujuan
dilaksanakan timbang terima adalah menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum,
menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya, tersusunnya
rencana kerja untuk dinas berikutnya. Salah satu manfaat timbang terima yaitu memberikan
“manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat
yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan
kepada perawat berikutnya padapergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses
timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat.
3.2 Saran
1. Seorang perawat diharapkan mampu memahami konsep timbang terima ( hand over) dan
konferensi pelayanan keperawatan sehingga dapat menerapkan manajemen keperawatan
dengan baik dan benar.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah
atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada
pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik
19
DAFTAR PUSTAKA
https://saefboy.wordpress.com/2011/10/04/pre-dan-post-conference-dalam-
manajemen- keperawatan/
20
21