Anda di halaman 1dari 39

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PELAYANAN KB

Oleh :
II B S.Tr Keperawatan

1. Ni Ketut Restu Aditya Putri (P07120219058)


2. I Gede Made Krisna Dwipayana (P07120219064)
3. Putu Lydia Kusuma Riawan (P07120219078)
4. Ni Putu Dyah Aditya Pradnyani (P07120219080)
5. Kadek Cindy Silviana Amartha Putri (P07120219086)
6. Ni Made Ditha Sukmariasih (P07120219087)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi


Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah
penulisan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Pelayanan
KB” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk
mendapatkan nilai, namun di latarbelakangi pula untuk memperluas wawasan.
Untuk itu penulis berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Makalah ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu diharapkan kritik
dan saran yang objektif yang bersifat membangun guna tercapainya
kesempurnaan yang diinginkan.
Penulis sepenuhnya menyadari, tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, makalah ini tidak akan sesuai dengan harapan. Untuk itu pada
kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima kasih dan penghargaan
kepada dosen mata kuliah Maternitas yang selalu meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan dan tuntunan dalam pembuatan makalah ini. Atas bantuan
dan kritikan serta saran dari semua pihak, maka penulis mengucapkan
terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 17 September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................1

1.3 Tujuan...........................................................................................................1

1.4 Manfaat.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pelayanan KB........................................................................3

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pelayanan KB......................................27

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................34

3.2 Saran..............................................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan
preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO
(World Health Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan
suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur
jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan
program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial
ekonomi (Rismawati, 2012).
Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur
jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan
metode kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat
sementara ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi
memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati,
2014).
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara
pria dan wanita sebagai pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan
dipilih sesuai dengan kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa
saja pria yang memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus
(senggama terputus) dan vasektomi. Sementara itu apabila istri yang
menggunakan kontrasepsi suami mempunyai peranan 2 penting dalam
mendukung istri dan menjamin efektivitas pemakaian kontrasepsi (Saifuddin,
2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa sajakah konsep dasar Pelaynan KB?
2. Bagaiman asuhan keperawatan pada Pelayanan KB?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari konsep dasar Pelayanan KB.

1
2. Untuk mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan pada Pelayanan
KB.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari konsep dasar Pelayanan KB.
2. Dapat mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan pada Pelayanan
KB.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar Pelayanan KB


A. Definisi KB
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu
untukmendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval
kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat
kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri. Kontrasepsi adalah
upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan untuk
menunda kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.
Menurut WHO (dalam Imbarwati, 2009), keluarga berencana adalah
Tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:
1. Mendapatkan objektif-objektif tertentu
2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan
3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan
4. Mengatur interval diantara kelahiran
5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri
6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga
Dalam Imbarwati (2009) juga dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari
kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
Yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel
telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

B. Tujuan KB
1. Tujuan Umum : Menurunkan angka kematian umum
2. Tujuan Khusus :

3
a. Menurunkan kejadian ibu hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu
dekat.
b. Meningkatkan cakupan peserta KB baru

C. Sasaran Pelaksanaan KB Pasca Bersalin


Menurut Kementerian Kesehatan RI (2014), sasaran pelaksanaan KB
pasca persalinan adalah sebagai berikut.
1. Ibu Hamil
2. Ibu Bersalin
3. Ibu Nifas

D. Strategi Pelaksanaan KB
Menentukan target atau sasaran peserta KB pasca persalinan secara
sederhana, jumlah target atau sasaran peserta KB pasca persalinan adalah
pasangan usia subur yang isterinya sedang dalam kondisi masa nifas (sampai
42 hari pasca persalinan). Jadi sasaran jumlah peserta KB pasca persalinan
sama dengan sasaran jumlah ibu bersalin (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Jumlah sasaran ibu bersalin diperkirakan dengan menggunakan cara
perhitungan sebagai berikut :
Jumlah Ibu Bersalin = 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) x Jumlah
penduduk

Keterangan : CBR didapatkan dari BPS setempat


Contoh :
Untuk menghitung perkiraan jumlah sasaran peserta Kb pasca persalinan di
Desa Jambusari di Kabupaten Bandung yang mempunyai penduduk sebanyak
3.000 penduduk dan angka CBR terakhir Kabupaten Badung 27,0/1.000
penduduk maka :
Jumlah peserta KB pasca persalinan = 1,05 X 0,027 x 3.000 = 85,05
Jadi, sasaran peserta KB pasca persalinan di Desa Jambusari adalah 85 orang.

4
E. Konseling KB Pasca Persalinan
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara pasien-petugas untuk membantu pasien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi. Proses konseling yang baik mempunyai empat
unsur kegiatan: 1) pembinaan hubungan yang baik, 2) penggalian dan
pemberian informasi 3) pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan
perencanaan dan 4) menindaklanjuti pertemuan.

Manfaat konseling adalah

 Membina hubungan baik dan membangun rasa saling percaya


 Memberi informasi yang lengkap, jelas dan benar
 Membantu pasien dalam memilih dan memutuskan metode kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhannya
 Memberikan rasa puas kepada pasien terhadap pilihannya.

Dalam melakukan konseling yang baik, harus dimengerti tentang hak dari
pasien yaitu:

 Hak untuk dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan


 Hak untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan tepat
 Hak untuk memilih dan memutuskan metode yang akan digunakan
 Hak untuk mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar (bermutu)

Agar konseling berjalan efisien dan efektif dibutuhkan komunikasi yang


efektif anatara petugas pemberi pelayanan dan pasien. Adapun hal-hal yang
perludiperhatikan petugas pemberi pelayanan adalah:

 Menjadi pendengar yang aktif dan baik


 Menggunakan bahasa verbal yang mudah dimengerti dan dipahami oleh
pasien
 Menggunakaan bahasa non verbal untuk menunjukkan empati
 Mengutamakan dialog (dengan menggunakan pertanyaan terbuka)
 Membantu pasien untuk mengeksplorasi perasaan mereka

5
Dalam pelayanan KB pasca persalinan, sebeluum mendapatkan pelayanan
kontrasespesi, pasien dan pasangannya harus mendapat informasi dari petugas
kesehatan secara lengkap, jelas dan benar agar dapat menentukan piliannya
dengan tepat. Bebrapa hal yang perulu diperhatikan khusus dalam konseling
pelayanan KB pasca persalinan adalah:

A. Tahapan Konseling
Dalam memberikan konseling, dapat diterapkan enam langkah dengan kata
kunci “SATU TUJU”
 SA: SApa dan salam kepada pasien secara sopan dan ramah
 T: Tanyakan kepada pasien informasi tentang dirinya, pengalaman
ber-KB dan keinginan metode yang aka digunakan
 U: Uraikan pada pasien tentang bebrapa pilihan metode KB pasca
persalinan yang direkomendasikan
 TU: BanTU pasien dalam memilih dan memutuskan pilihan
 J: Jelaskan secara lengkap tentang metode kontrasepsi yang dipilih
pasien
 U: Buat rencana kunjungan Ulang dan kapan paisen akan kembali.

B. Tempat dan waktu Konseling


Konseling dapat dilakukan di semua tempat yang memenuhi syarat yaitu
ruangan tertutup yang dapat menjamin kerahasiaan dan keleluasaan dalam
menyampaikan pemikiran dan perasaan serta memberikan rasa aman dan
nyaman bagi pasien. Konseling KB pasca persalinan dapat dilaksanakan
pada waktu pemeriksaan kehamilan, mengisi amanat persalinan dalam
P4K dan saat mengikuti kelas ibu hamil, selama proses persalinan, pasca
persalinan, dan sebelum/sesudah pelayanan kontrasepsi.

C. Media yang digunakan


Konseling pelayanan KB pasca persalinan dapat menggunakan media
lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK).

D. Poin kunci dalam pelayanan KB

6
 Tetap mempromosikan ASI eksklusif
 Memberikan informasi tentang waktu dan jarak kelahiran yang baik
 Memastikan tujuan pasien ber-KB apakah untuk membatasi jumlah
anak atau mengukur jarak kelahiran

Setalah dilakukan konseling pada pasien dan sudah ditentukan metode


kontrasepsi yang dipilih, pasien memberikan persetujuannya berupa tanda
tangan pada lembar persetujuan tindakan medis. Dalam konseling KB
pasca persalinan, informasi penting yang harus diberikan pada umumnya
meliputi

a) Efektivitas dari metode kontrasepsi


b) Keuntungan dan keterbatasan dari metode kontrasepsi
c) Kembalinya kesuburan setelah melahirkan
d) Efek samping jangka pendek dan jangka panjang
e) Gejala dan anda yang membahayakan
f) Kebutuan untuk pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual
g) Waktu dimulainya ontrasepsi pasca persalinan yang didasarkan pada
- Status menyusui
- Metode kontrasepsi yang dipilih
- Tujuan reproduksi, untuk membatasi atau hanya memberi jarak

Kontasepsi KB Pasca Persalinan untuk Ibu Menyusui

Menyusui memberikan banyak dampak positif pada kesetahan dan


kesejahteraan ibu dan bayi, sehingga dalam pemilihan kontrasepsi KB pasca
persalinan harus menggunakan metode kontrasepsi yang tidak mengganggu
produksi ASI. Beberapa hal yang harus diinformasikan dalam konseling KB
pasca persalinan pada ibu menyusui adalah sebagai berikut:

a) Jika menggunakan MAL (terpenuhi syarat yang ada) dapat diproteksi


sekurangnya enam bulan, setelah enam bulan harus menggunakan
kontrasepsi lainnya

7
b) Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL) hanya
terproteksi sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutkan harus
menggunakan kontrasepsi lain seperti metode hormonal progestin yang
dimulai 6 minggu pasca persalinan
c) Dapat menggunakan kondom kapanpun
d) Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e) Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi
mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca
persalinan

Dalam kondisitertentu dapat menyebabkan seorang ibu tidak dapat


menyusui anaknya. Beberapa hal yang harus diinformasikan dalam konseling
KB pasca persalinan pada ibu tidak menyusui adalah sebagai berikut:

a) Kontrasepsi harus dimulai sebelum terjadinya hubungan seksual yang


pertama kali pasca persalinan
b) Metode hormonal progestin dapat dimulai segera pasca persalinan
c) Metode hormonal kombinasi dapat dimulai setelah 3 minggu pasca
persalinan
d) Dapat menggunakan kondom kapanpun
e) Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahinm (AKDR)
f) Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi
mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca
persalinan

F. Jenis Metode KB
1. Non Hormonal
a. Metode Amemore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Secara eksklusif.
Syarat untuk dapat menggunakan:
- Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian lebih dari 8
jkali sehari

8
Cara kerja
- Penundaan atau penekanan ovulasi

Keuntungan
- Efektivitas tnggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan)
- Segera efektif
- Tidak mengganggu senggama
- Tidak ada efek samping secara sistematik
- Tidak perlu pengawasan medis
- Tidak perlu obat atau alat

Keterbatasan
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
- Efektivitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social

Efek samping
- Tidak ada

b. Kondom
Definisi :

Kondom merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode


kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilandan atau penularan
penyakit kelamin pada saat bersenggama. Pengunaan kondom perlu
memeprhatikan cara menggunakan kondom yang benar dan tepat.
Cara kerja :
 Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara
mengemas sperma di ujung selaput karet yang dipasang pada penis
sehingga sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran reproduksi
perempuan.

9
 Mencegah penularan mikoroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vnil).

Keuntungan dibagi menjadi 2, yaitu:


Kontrasepsi
 Efektif mencegah kehamilan bila digunakan dengan benar
 Tidak menggangu produksi ASI
 Tidak menggangu kesehtan klien
 Tidak mempunyai pengaruh sistemik
 Murah dan dapat dibeli secara umum
 Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
 Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda
Non Kontrasespsi
 Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi irtasi
bahan karsinogenik eksogen pada serviks)
 Mencegah penularan IMS, HIV Memberi dorongan kepada suami
untuk ikut ber-KB
 Mencegah ejakulasi dini
 Saling berinteraksi sesamapasangan
 Mencegah imuno infertiliitas

Keterbatasan
 Efektifitas tidak terlalu tinggi
 Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
 Agak menggangu hubungan seksual (mengurangi sentuan langsung)
 Bisa menyebabkan kesulitan mempertahankan ereksi
 Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
 Malu beli kondom ditempat umum
 Pembuangan kondom bekas mungkin meniimbulkan masalah dalam
hal limbah

10
Efek Samping
 Tidak Ada

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


Definisi :
Alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit kedua
saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak terjadi
pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena, ada yang dililit oleh
tembaga dan ada yang tidak.
Cara kerja
Mencegah terjadinya fertilisasi, tembaga pada AKDR menyebabkan
reaksi inflamasi steril, toksik buat sperma shingga tidak mampu untuk
fertilisasi
Waktu pemasangan AKDR :
 Pascaplasenta :
- Dipasang dalam 10 menit setelah plasenta lahir (pada persalinan
normal)
- Pada persalinan caesar, dipasang pada waktu oprasi caesar
 Pasca persalinan
- Dipasang antara 10 menit – 48 jam pasca persalinan
- Dipasang antara 4 minggu – 6 minggu (42 hari) setelah melahirkan
(perpanjang interval pasca persalinan)
 Efektivitas Insersi dini pascaplasenta :
- Telah dibuktiikan tidak menambah risiko infeksi, perforasi dan
perdarahan
- Kemampuan penolong meletakan di fundus amat memperkecil
risiko ekspulsi
- Kontra indikasi pemasangan AKDR pascaplasenta ialah ketuban
pecah sebelum waktunya, infeksi intra partum dan perdarahan post
partum

Keuntungan :

11
 Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
dala 1 tahun pertama)
 Dapat efektif segera setalah pemasangan
 Metode jangka panjang
 Sangat efektiv karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Meningkatakan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
 Tidak adda efek samoing hormonal
 Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI dapat dipasang
segera setalah melahirkan attau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
 Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
 Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
 Membantu mencegah kehamilan ektopik

Keterbatasan :
 Tidak mencegah infeksi menular seksual
 Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
 Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
 Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
 Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
 Klien harus memeriksan posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya kedalam
vagina, sebagain perempuan tidak mau melakukan ini).

Efek samping :
 Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkuang setelah 3 bulan)

12
 Haid lebih banyak dan lama
 Perdarahan (spotting) antar menstruasi
 Saat haid lebih sakit
 Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
 Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
 Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)

d. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)


 TUBEKTOMI (Metode Operasi Wanita / MOW)

Definisi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat
sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara
mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Jenis

 Minilaparatomi
 Laparoskopi (tidak tepat untuk klien pasca persalinan)

Waktu menggunakan

 Idealnya dilakukan dalam 48 jam pasca persalinan


 Dapat dilakukan segera setelah persalinan atau setelah operasi
sesar
 Jika tidak dapat dikerjakan dalam 1 minggu setelah persalinan,
ditunda 4-6 minggu

Keuntungan
Kontrasepsi

13
 Efektivitas tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan)
 Tidak mempengaruhi proses menyusui
 Tidak bergantung pada faktor senggama
 Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
 Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
 Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

Non kontrasepsi

 Berkurangnya risiko kanker ovarium

Keterbatasan

 Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini (tidak


dapat dipulihkan Kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi)
 Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah
tindakan
 Dilakukan oleh dokter yang terlatih
 Tidak melindungi diri dari IMS, hepatitis dan HIV/AIDS

Efek samping

 Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah


Tindakan
 Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi
umum)

 VASEKTOMI (Metode Operasi Pria / MOP)

Definisi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria [ CITATION Tim14 \l 1033 ]dengan cara mengoklusi

14
vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Jenis

 Insisi
 Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)

Waktu : bisa dilakukan kapan saja

Keuntungan

 Efektivitas tinggi 99,6-99,8%


 Sangat aman, tidak ditemukan efek samping jangka panjang
 Morbiditas dan mortalitas jarang
 Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka panjang
 Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya penggunaan
kontrasepsi

Keterbatasan

 Tidak efektif segera, WHO menyarankan kontrasepsi


tambahan selama 3 bulan setelah prosedur (kurang lebih 20
kali ejakulasi)
 Komplikasi minor 5-10% seperti infeksi, perdarahan, nyeri
pasca operasi
 Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan
dan nyeri dibandingkan teknik insisi

Komplikasi

 5-10% mangalami infeksi, perdarahan, nyeri pasca operasi


 Teknik tanpa pisau merupakan pilihan mengurangi perdarahan
dan nyeri dibandingkan teknik insisi

1. Hormonal

15
a. Progestin
Hormon progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin, yaitu bahan tiruan dari progesterone

Cara kerja :

 Mencegah ovulasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
 Menjadikan selaput lendir Rahim tipis dan atrofi
 Menghambat transportasi gamet oleh tuba
 Pil

Jenis

 Kemasan 28 pil berisi 75 µg norgestrel


 Kemasan 35 pil berisi 300 µg levonorgestrel atau 350µg
norethindrone

Keuntungan :

 Efektif jika diminum setiap hari di waktu yang sama (0,05-5


kehamilan/ 100 perempuan dalam 1 tahun pertama)
 Tidak diperlukan pemeriksaan panggul
 Tidak mempengaruhi ASI
 Tidak mempengaruhi hubungan seksual
 Kembalinya fertilitas segera jika pemakaian dihentikan
 Mudah digunakan dan nyaman
 Efek samping kecil

Keterbatasan :

 Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama


 Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

16
 Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi resiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil
 Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberculosis atau obat epilepsy
 Tidak mencegah IMS

Efek Samping :

 Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (peredaran sela,


spotting, amenorrhea)
 Peningkatan/ penurunan berat badan
 Payudara menjadi tegang, mual, sakit kepala, dermatitis atau
jerawat
 Hirsutisme (tumbuh rambut/ bulu berlebihan di daerah muka) tetapi
sangat jarang terjadi

 INJEKASI/ SUNTIKAN

Jenis :
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntiikan yang hanya mengandung
progestin yaitu :

 Depo medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg DMPA,


yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular di
daerah bokong
 Depo noretisteron enanatat mengandung 200 mg noretindron
enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular

Keuntungan :

 Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun
pertama)
 Pencegahan kehamilan jangka Panjang

17
 Tidak berpengaruh bpada hubungan suami istri
 Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
 Tidak mempengaruhi ASI
 Sedikit efek samping
 Dapat digunakan oleh perempuan usia>35 tahun sampai
perimenopause
 Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
 Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
 Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
 Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)

Keterbatasan :

 Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan


(harus kembali sesuai jadwal suntikan)
 Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
 Tidak mencegah IMS
 Terlambatnya kembalinya kesuburan setelah penghentian
pemakaian

Efek Samping :

 Gangguan haid seperti siklus haid yang memendek atau


memanjang, peradarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan
bercak/ spotting, tidak haid sama sekali
 Peningkatan berat badan
 Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka
Panjang
 Sedikit menurunkan kepadatan (densitas) tulang pada penggunaan
jangka Panjang
 Pada penggunaan jangka Panjang dapat menimbulkan kekeringan
pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit
kepala, nervositas, jerawat

18
Yang tidak boleh menggunakan :

 Hamil atau dicurigai risiko cacat pada janin 7 per 100.000


kelahiran
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid terutama
amenorrhea
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Diabetes melitus disertai komplikasi

Waktu mulai digunakan :

 Pada ibu menyusui dapat menggunakan setelah 6 minggu pasca


persalinan
 Pada ibu tidak menyusui dapat menggunakan segera setelah
persalinan

 IMPLAN
Implan adalah kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin
yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon polidimetri

Jenis :

 Norplan, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan


Panjang 3,4 cm, diameter 2,4 mm yang diidi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun
 Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan Panjang kira-
kira 40 mm, diameter 2mm yang diisi dengan 68mg 3 keto
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun
 Jadelle dan Indoplan, terdiri dari dua batang berisi 75 mg
Levonorgestrel dengan lama kerjanya 3 tahun

Keuntungan, dibagi menjadi 2 yaitu :

19
a. Keuntungan Kontrasepsi :

 Sangat efektif (kegagalan 0,2-1,0 kehamilan per 100


perempuan)
 Daya guna tinggi
 Perlindungan jangka Panjang (sampai 5 tahun)
 Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
 Bebas dari pengaruh estrogen
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mengganggu ASI

b. Keuntungan non kontrasepsi:

 Mengurangi nyeri haid


 Mengurangi jumlah darah haid
 Mengurangi/ memperbaiki anemia
 Melindungi terjadinya kanker endometrium
 Menurunkan angka kejadian tumor jinak payudara
 Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
 Menurunkan angka kejadian endometriosis

Keterbatasan :

 Membutuhkan tindakan pembedahan minor untuk insersi dan


pencabutan
 Tidak mencegah IMS
 Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi, akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan
 Efektivitas menurun bila menggunakan obat tuberculosis atau
obat epilepsi
 Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi

20
Efek samping :

 Sakit kepala
 Nyeri payudara
 Amenorhea
 Perasaan mual
 Perdarahan bercak ringan
 Ekspulsi
 Infeksi pada daerah insisi
 Penambahna berat badan
 Perubahan perasaan atau kegelisahan

Yang tidak boleh menggunakan implan :

 Perdarahan pervaginam yangb belum jelas penyebabnya


 Benjolan/ kanker payudara atau riwayat kanker payudara
 Tidak dapat menerima perubahan pola haid ysng terjadi
 Mioma uteri dan kanker payudara
 Gangguan toleransi glukosa

Waktu mulai menggunakan implan :

 Waktu pemasangan minimal 4 minggu pasca persalinan

b. Kombinasi
Definisi :
Metode Kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormon
mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Cara Kerja :
 Menekan ovulasi
 Mencegah implantasi
 Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma

21
 Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur akan
terganggu

 PIL
Jenis
 Monofasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
 Bifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
 Trifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
Waktu mulai menggunakan
Direkomedasikan hanya untuk ibu tidak menyusui :
 Ibu pasca persalinan :aman digunakan setelah minggu pasca
persalinan.
 Ibu pasca keguguran :segera atau dalam 7 hari setelah keguguran.
Keuntungan
 Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan dalam
tahun pertama penggunaan)
 Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
 Tidak mengganggu hubungan seksual.
 Mudah dihentikan setiap saat.
 Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
 Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
 Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
 Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan
jinak pada payudara, dismenore atau akne.
Keterbatasan

22
 Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
 Tidak boleh siberikan pada perempuan yang menyusui karena akan
mengurangi produksi ASI.
 Tidak mencegah IMS.
Efek Samping
 Mual terutama pada 3 bulan pertama.
 Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.
 Sakit kepala.
 Nyeri payudara
 Berat badan naik sedikit
 Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seksual berkurang.
 Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga
risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam
sedikit meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok
pelu hati-hati.

 INJEKSI
Jenis
 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipional yang diberikan injeksi intramuskuler sebulan sekali.
 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali.
Keuntungan, dibagi menjasi 2, yaitu :
Kontrasepsi
 Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
 Risiko terhadap kesehatan kecil.
 Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
 Efek samping sangat kecil.

23
Non Kontrasepsi
 Mengurangi jumlah perdarahan.
 Mengurangi nyeri saat haid.
 Mencegah anemia.
 Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium.
 Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
 Mencegah kehamilan ektopik.
 Melindungi klien dari jenis-jenis penyakit tertentu seperti radang
panggul.
 Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimeopause.
Kerugian
 Pola haid tidak teratur, perdarahn bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari.
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
 Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus
kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan sutikan.
 Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat
epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis (rifampisin).
 Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah pada paru-paru atau otak dan kemungkinan
timbulnya tumor hati.
 Penambahan berat badan.
 Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B,
atau HIV.
 Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
Waktu mulai menggunakan
Direkomendasikan hanya unyuk ibu tidak menyusui

24
 Ibu pasca persalinan :aman digunakan setelah 3 mingu pasca
persalinan.
 Ibu pasca keguguran :segera atau dalam 7 hari setelah keguguran.
Efek Samping
 Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari.
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
 Dapat terjadi efek samping serius seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru-paru dan otak dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
 Penambahan berat badan.
Yang Tidak Boleh Menggunakan
 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
 Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid teritama amenore.
 Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
 Diabetes mellitus disertai kompikasi.

G. Pathway KB
1. KB Suntik

25
2. Pil Kombinasi

26
3. AKDR / IUD

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pelayanan KB


A. Pengkajian Keperawatan

27
1. Identitas klien dan suami
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat mestruasi
5. Riwayat KB
6. Riwayat psikologi
7. Pemeriksaan fisik
8. Riwayat obstetric

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
5. Hipertermia berhubungan dengan respon trauma
C. Intervensi/Rencana Keperawatan

No Rencana Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
Dx

1 Setelah dilakukan Manajemen nyeri 1. Mengetahui lokasi, karakteristik,


intervensikeperawatan Observasi : durasi, frekuensi, kualitas,
selama ...x 24 jam maka 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, intensitas nyeri
tingkat nyeri menurun, durasi, frekuensi, kualitas, 2. Mengetahui skala nyeri
dengan kriteria hasil : intensitas nyeri 3. Untuk mengurangi rasa nyeri
1. Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala nyeri nyeri dengan teknik
menurun nonfarmokologis
2. Meringis Terapeutik : 4. Agar pasien dapat memilih
menurun 3. Berikan Teknik nonfarmakologis strategi meredakan nyeri
3. Sikap protektif untuk mengurangi rasa nyeri 5. Menjelaskan kepada pasien dan
menurun 4. Pertimbangkan jenis dan sumber pasangan tentang penyebab
nyeri dalam pemilihan strategi

28
4. Gelisah menurun meredakan nyeri periode dan pemicu nyeri
5. Kesulitan tidur 6. Agar pasien dan pasangan
menurun Edukasi : memahami strategi meredakan
5. Jelaskan penyebab, periode, dan nyeri
pemicu nyeri 7. Agar pasien dapat mengetahui
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri nyeri secara mandiri
7. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri

2 Setelah dilakukan Intervensi Utama 1. Untuk mengetahui kesiapan dan


intervensikeperawatan Edukasi Kesehatan kemampuan menerima informasi
selama ....x 24 jam maka Observasi : 2. Memudahkan pasien memahami
tingkat pengetahuan 1. Identifikasi kesiapan dan tentang media Pendidikan
meningkat, dengan kemampuan menerima kesehatan
kriteria hasil : informasi 3. Agar pasien dapat bertanya
1. Perilaku sesuai mengenai apa yang belum
Terapeutik :
anjuran dipahami
2. Sediakan materi dan media
meningkat 4. Agar pasien terbiasa hidup sehat
Pendidikan kesehatan
2. Kemampuan 5. Agar pasien dapat mengetahui
3. Berikan kesempatan untuk
menggambarkan cara meningkatkan perilaku hidup
bertanya
pengalaman bersih dan sehat
sebelumnya yang Edukasi :
sesuai dengan 4. Ajarkan perilaku hidup sehat
topik meningkat 5. Ajarkan strategi yang dapat
3. Perilaku sesuai digunakan untuk
dengan meningkatkan perilaku prilaku
pengetahuan hidup bersih dan sehat
meningkat
4. Pertanyaan
Intervensi pendukung
tentang masalah
Edukasi penggunaan Alat
yang dihadapi
Kontrasepsi
menurun
Observasi : 1. Mengetehui pengetahuan,

29
5. Persepsi yang 1. Identifikasi pengetahuan, keadaan umum, penggunaan alat
keliru terhadap keadaan umum, penggunaan kontrasepsi sebelumnya, riwayat
masalah menurun alat kontrasepsi sebelumnya, obstetric dan ginekologi
riwayat obstetric dan 2. Agar ibu dapat memilih
ginekologi kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan
Terapeutik:
3. Menjelaskan ibu dan pasangan
2. Fasilitas ibu memilih
tentang tujuan, manfaat dan efek
kontrasepsi yang tepat
samping
Edukasi : 4. Agar pasien dan pasangannya
3. Jelaskan kepada ibu dan mengetahui bjenis-jenis alat
pasangan tentang tujuan, kontrasepsi
manfaat dan efek samping 5. Agar pasien dan pasangan
penggunaan alat kontrasepsi mengetahui tentang faktor resiko
Jelaskan ibu dan pasangan jika terlalu sering atau teralalu
tentang jenis-jenis alat dekat jarak ideal melahirkan
kontrasepsi 6. Agar pasien dan pasangan
4. Jelaskan ibu dan pasangan mengetahui lebih dini tentang
tentang faktor resiko jika komplikasi penggunaan
terlalu sering atau teralalu kontrasepsi
dekat jarak ideal melahirkan
5. Anjurkan ibu dan pasangan
memantau keluhan yang
timbul selama menggunakan
alat kontrasepsi.

3 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas 1. Untuk mengetahui perubahan


intervensikeperawatan Observasi : tingkat ansietas pasien
selama …x 24 jam maka 1. Identifikasi saat tingkat 2. Untuk mengetahui kemampuan
tingkat ansietas ansietas berubah pasien dalam mengambil
menurun, dengan kriteria 2. Identifikasi kemampuan keputusan
hasil : mengambil keputusan 3. Mengetahui tanda-tanda ansietas

30
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas pada pasien
kebingungan 4. Agar terjalin rasa percaya antara
Terapeutik :
menurun perawat dan pasien
4. Ciptakan suasana
2. Verbalisasi 5. Agar pasien dapat memahami hal
terapeutikuntuk
khawatir akibat yang membuat ansietas
menumbuhkan kepercayaan
kondisi yang 6. Agar pasien merasa nyaman saat
5. Pahami situasi yang membuat
dihadapi menurun menceritakan kondisi saat ini
ansietas
3. Perilaku gelisah 7. Agar pasien mengetahui prosedur
6. Dengarkan dengan penuh
menurun yang mungkin dialami pasien
perhatian
4. Perilaku tegang 8. Agar pasien dapat merasa lega
menurun Edukasi : terhadap perasaan yang dirasakan
5. Konsentrasi 7. Jelaskan prosedur, termasuk 9. Agar pasien distraksi dari
membaik sensasi mungkin dialami ketegangan
6. Pola tidur 8. Anjurkan mengungkapkan
membaik perasaan dan persepsi
9. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan

4 Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh 1. Mengetahui harapan citra tubuh


intervensikeperawatan Observasi : berdasarkan tahap perkembangan
selama...x 24 jam maka 1. Identifikasi harapan citra 2. Mengetahui perubahan citratubuh
citra tubuh meningkat tubuh berdasarkan tahap pasien
dengan kriteria hasil : perkembangan 3. Agar pasien dapat mengetahui
1. Melihat bagian 2. Identifikasi perubahan citra perubahan dan fungsi tubuhnya
tubuh meningkat tubuh yang mengakibatkan 4. Agar keluarga pasien mengetahui
2. Menyentuh isolasi social tentang perawatan perubahan citra
bagian bagian tubuh
Terapeutik :
tubuh meningkat 5. Agar mengetahui persepsi pasien
3. Diskusikan perubahan tubuh
3. Verbalisasi tentang citra tubuh
dan fungsinya
perasaan negative
tentang Edukasi :
perubahan 4. Jelaskan kepada keluarga

31
menurun tentang perawatan perubahan
citra tubuh
5. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh

5 Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia 1. Mengetahui secara spesifik


intervensikeperawatan Observasi : penyebab hipertermia
selama ....x 24 jammaka 1. Idenfikasi penyebab 2. Mengetahui dan mengontrol
termoregulasi membaik hipertermia secara berkala suhu tubuh pasien
dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh 3. Agar mengetahui lebih dini
1. Mengigil 3. Monitor komplikasi akibat komplikasi yang mungkin terjadi
meningkat hipertermia akibat hipertemia
2. Suhu tubuh 4. Agar pasien merasa nyaman
Terapeutik :
membaik 5. Agar suhu tubuh pasien dapat
4. Longarkan atau lepaskan
3. Suhu kulit membaik
pakaian
membaik 6. Agar pasien dapat beristirahat
5. Basahi dan kipasi permukaan
secara optimal
tubuh

Edukasi
6. Anjurkan tirah baring

D. Implentasi/Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018). Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum
melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan
tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap.
Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang
validasi rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase

32
kedua merupakan puncakimplementasi keperawatan yang berorientasi pada
tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah
implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses
keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektivitas pengambilan keputusan (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasilpengukuran atau observasi perawat secara langsung
pada pasien dan yangdirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan
tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan
perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian tercapai apabila
perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai dengan tujuan, sedangkan
tidak tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P)
merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai,
maka perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai,
perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana
keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses
(Dinarti,2013).Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien
hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan pasien setelah
tindakan keperawatan. Selain itu juga untuk menilai pencapaian tujuan, baik
tujuan jangka panjang maupun jangka pendek, dan mendapatkan informasi

33
yang tepat dan jelas untuk meneruskan, memodifikasi, atau menghentikan
asuhan keperawatan yang diberikan (Deswani, 2011).

34
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk
mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval
kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat
kelahiran dalam hubungan denganumur suami istri. Kontrasepsi adalah upaya
untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan untuk menunda
kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami menerima saran dan masukan dari berbagai pihak agar
makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan lainnya.
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang
pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi
mahasiswa yang telah menyusun makalah ini.

35
DAFTAR PUSTAKA

Imbarwati.2009. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Penggunaan KB IUD


padaPeserta KB non IUD di Kecamatan Pedurungan
KotaSemarang.http://eprints.undip.ac.id/17781/1/IMBARWATI.pdf.
Diakses tanggal 5 September 2020.Pukul19.49 WITA.
Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kehetan Ibu dan
Anak. 2014. Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan di
Fasilitas Kesehatan. Jakrarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kusumaningrum, Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan
JenisKontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia
Subur.http://eprints.undip.ac.id/19194/1/Radita_Kusumaningrum.pdf.
Diakses tanggal 5 September 2020.Pukul 19.20 WITA.
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

36

Anda mungkin juga menyukai