PELAYANAN KB
Oleh :
II B S.Tr Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan...........................................................................................................1
1.4 Manfaat.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...................................................................................................34
3.2 Saran..............................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari konsep dasar Pelayanan KB.
1
2. Untuk mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan pada Pelayanan
KB.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui dan mempelajari konsep dasar Pelayanan KB.
2. Dapat mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan pada Pelayanan
KB.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Tujuan KB
1. Tujuan Umum : Menurunkan angka kematian umum
2. Tujuan Khusus :
3
a. Menurunkan kejadian ibu hamil dengan jarak kehamilan yang terlalu
dekat.
b. Meningkatkan cakupan peserta KB baru
D. Strategi Pelaksanaan KB
Menentukan target atau sasaran peserta KB pasca persalinan secara
sederhana, jumlah target atau sasaran peserta KB pasca persalinan adalah
pasangan usia subur yang isterinya sedang dalam kondisi masa nifas (sampai
42 hari pasca persalinan). Jadi sasaran jumlah peserta KB pasca persalinan
sama dengan sasaran jumlah ibu bersalin (Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Jumlah sasaran ibu bersalin diperkirakan dengan menggunakan cara
perhitungan sebagai berikut :
Jumlah Ibu Bersalin = 1,05 X angka kelahiran kasar (CBR) x Jumlah
penduduk
4
E. Konseling KB Pasca Persalinan
Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaksi positif
antara pasien-petugas untuk membantu pasien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi. Proses konseling yang baik mempunyai empat
unsur kegiatan: 1) pembinaan hubungan yang baik, 2) penggalian dan
pemberian informasi 3) pengambilan keputusan, pemecahan masalah dan
perencanaan dan 4) menindaklanjuti pertemuan.
Dalam melakukan konseling yang baik, harus dimengerti tentang hak dari
pasien yaitu:
5
Dalam pelayanan KB pasca persalinan, sebeluum mendapatkan pelayanan
kontrasespesi, pasien dan pasangannya harus mendapat informasi dari petugas
kesehatan secara lengkap, jelas dan benar agar dapat menentukan piliannya
dengan tepat. Bebrapa hal yang perulu diperhatikan khusus dalam konseling
pelayanan KB pasca persalinan adalah:
A. Tahapan Konseling
Dalam memberikan konseling, dapat diterapkan enam langkah dengan kata
kunci “SATU TUJU”
SA: SApa dan salam kepada pasien secara sopan dan ramah
T: Tanyakan kepada pasien informasi tentang dirinya, pengalaman
ber-KB dan keinginan metode yang aka digunakan
U: Uraikan pada pasien tentang bebrapa pilihan metode KB pasca
persalinan yang direkomendasikan
TU: BanTU pasien dalam memilih dan memutuskan pilihan
J: Jelaskan secara lengkap tentang metode kontrasepsi yang dipilih
pasien
U: Buat rencana kunjungan Ulang dan kapan paisen akan kembali.
6
Tetap mempromosikan ASI eksklusif
Memberikan informasi tentang waktu dan jarak kelahiran yang baik
Memastikan tujuan pasien ber-KB apakah untuk membatasi jumlah
anak atau mengukur jarak kelahiran
7
b) Jika menyusui namun tidak penuh (tidak dapat menggunakan MAL) hanya
terproteksi sampai 6 minggu pasca persalinan dan selanjutkan harus
menggunakan kontrasepsi lain seperti metode hormonal progestin yang
dimulai 6 minggu pasca persalinan
c) Dapat menggunakan kondom kapanpun
d) Dapat memilih Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e) Untuk pasangan yang mau membatasi anak dapat memilih kontrasepsi
mantap yaitu tubektomi atau vasektomi dan dapat dimulai segera pasca
persalinan
F. Jenis Metode KB
1. Non Hormonal
a. Metode Amemore Laktasi (MAL)
MAL adalah kontasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) Secara eksklusif.
Syarat untuk dapat menggunakan:
- Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian lebih dari 8
jkali sehari
8
Cara kerja
- Penundaan atau penekanan ovulasi
Keuntungan
- Efektivitas tnggi (keberhasilan 98% pada enam bulan pasca
persalinan)
- Segera efektif
- Tidak mengganggu senggama
- Tidak ada efek samping secara sistematik
- Tidak perlu pengawasan medis
- Tidak perlu obat atau alat
Keterbatasan
- Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar dapat segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
- Efektivitas tinggi sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan
- Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social
Efek samping
- Tidak ada
b. Kondom
Definisi :
9
Mencegah penularan mikoroorganisme (IMS termasuk HBV dan
HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus
kondom yang terbuat dari lateks dan vnil).
Keterbatasan
Efektifitas tidak terlalu tinggi
Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
Agak menggangu hubungan seksual (mengurangi sentuan langsung)
Bisa menyebabkan kesulitan mempertahankan ereksi
Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
Malu beli kondom ditempat umum
Pembuangan kondom bekas mungkin meniimbulkan masalah dalam
hal limbah
10
Efek Samping
Tidak Ada
Keuntungan :
11
Efektivitas tinggi, 99,2-99,4% (0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan
dala 1 tahun pertama)
Dapat efektif segera setalah pemasangan
Metode jangka panjang
Sangat efektiv karena tidak perlu lagi mengingat-ngingat
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
Meningkatakan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
Tidak adda efek samoing hormonal
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI dapat dipasang
segera setalah melahirkan attau sesudah abortus (apabila tidak terjadi
infeksi)
Dapat digunakan sampai menopause ( 1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
Membantu mencegah kehamilan ektopik
Keterbatasan :
Tidak mencegah infeksi menular seksual
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan
yang sering berganti pasangan
Diperlukan prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvis
Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi
apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan)
Klien harus memeriksan posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.
Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya kedalam
vagina, sebagain perempuan tidak mau melakukan ini).
Efek samping :
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkuang setelah 3 bulan)
12
Haid lebih banyak dan lama
Perdarahan (spotting) antar menstruasi
Saat haid lebih sakit
Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah
pemasangan
Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya
benar)
Definisi
Tubektomi adalah metode kontrasepsi mantap yang bersifat
sukarela bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara
mengoklusi tuba falopi (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Jenis
Minilaparatomi
Laparoskopi (tidak tepat untuk klien pasca persalinan)
Waktu menggunakan
Keuntungan
Kontrasepsi
13
Efektivitas tinggi 99,5% (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan)
Tidak mempengaruhi proses menyusui
Tidak bergantung pada faktor senggama
Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi risiko
kesehatan yang serius
Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Non kontrasepsi
Keterbatasan
Efek samping
Definisi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria [ CITATION Tim14 \l 1033 ]dengan cara mengoklusi
14
vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan
proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi.
Jenis
Insisi
Vasektomi Tanpa Pisau (VTP)
Keuntungan
Keterbatasan
Komplikasi
1. Hormonal
15
a. Progestin
Hormon progestin adalah metode kontrasepsi dengan menggunakan
progestin, yaitu bahan tiruan dari progesterone
Cara kerja :
Mencegah ovulasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
Menjadikan selaput lendir Rahim tipis dan atrofi
Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Pil
Jenis
Keuntungan :
Keterbatasan :
16
Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi, tetapi resiko ini lebih
rendah jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak
menggunakan minipil
Efektivitas menjadi rendah bila digunakan bersamaan dengan obat
tuberculosis atau obat epilepsy
Tidak mencegah IMS
Efek Samping :
INJEKASI/ SUNTIKAN
Jenis :
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntiikan yang hanya mengandung
progestin yaitu :
Keuntungan :
Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan dalam satu tahun
pertama)
Pencegahan kehamilan jangka Panjang
17
Tidak berpengaruh bpada hubungan suami istri
Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
Tidak mempengaruhi ASI
Sedikit efek samping
Dapat digunakan oleh perempuan usia>35 tahun sampai
perimenopause
Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell)
Keterbatasan :
Efek Samping :
18
Yang tidak boleh menggunakan :
IMPLAN
Implan adalah kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin
yang dibungkus dalam kapsul silastik silicon polidimetri
Jenis :
19
a. Keuntungan Kontrasepsi :
Keterbatasan :
20
Efek samping :
Sakit kepala
Nyeri payudara
Amenorhea
Perasaan mual
Perdarahan bercak ringan
Ekspulsi
Infeksi pada daerah insisi
Penambahna berat badan
Perubahan perasaan atau kegelisahan
b. Kombinasi
Definisi :
Metode Kontrasepsi dengan menggunakan kombinasi hormon
mengandung hormon estrogen dan progesteron.
Cara Kerja :
Menekan ovulasi
Mencegah implantasi
Mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui sperma
21
Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur akan
terganggu
PIL
Jenis
Monofasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dalam dosis yang sama dan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
Bifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
Trifasik : kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progesteron dengan dua dosis yang berbeda dan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
Waktu mulai menggunakan
Direkomedasikan hanya untuk ibu tidak menyusui :
Ibu pasca persalinan :aman digunakan setelah minggu pasca
persalinan.
Ibu pasca keguguran :segera atau dalam 7 hari setelah keguguran.
Keuntungan
Efektivitas yang tinggi (1 kehamilan per 100 perempuan dalam
tahun pertama penggunaan)
Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
Tidak mengganggu hubungan seksual.
Mudah dihentikan setiap saat.
Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan.
Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan
jinak pada payudara, dismenore atau akne.
Keterbatasan
22
Membosankan karena harus menggunakannya setiap hari.
Tidak boleh siberikan pada perempuan yang menyusui karena akan
mengurangi produksi ASI.
Tidak mencegah IMS.
Efek Samping
Mual terutama pada 3 bulan pertama.
Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.
Sakit kepala.
Nyeri payudara
Berat badan naik sedikit
Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seksual berkurang.
Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga
risiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam
sedikit meningkat. Pada perempuan usia >35 tahun dan merokok
pelu hati-hati.
INJEKSI
Jenis
25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol
Sipional yang diberikan injeksi intramuskuler sebulan sekali.
50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali.
Keuntungan, dibagi menjasi 2, yaitu :
Kontrasepsi
Sangat efektif (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan selama tahun
pertama penggunaan).
Risiko terhadap kesehatan kecil.
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
Efek samping sangat kecil.
23
Non Kontrasepsi
Mengurangi jumlah perdarahan.
Mengurangi nyeri saat haid.
Mencegah anemia.
Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker
endometrium.
Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium.
Mencegah kehamilan ektopik.
Melindungi klien dari jenis-jenis penyakit tertentu seperti radang
panggul.
Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia
perimeopause.
Kerugian
Pola haid tidak teratur, perdarahn bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari.
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan. Klien harus
kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan sutikan.
Efektivitas berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat
epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkolosis (rifampisin).
Dapat terjadi efek samping yang serius seperti serangan jantung,
stroke, bekuan darah pada paru-paru atau otak dan kemungkinan
timbulnya tumor hati.
Penambahan berat badan.
Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B,
atau HIV.
Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
Waktu mulai menggunakan
Direkomendasikan hanya unyuk ibu tidak menyusui
24
Ibu pasca persalinan :aman digunakan setelah 3 mingu pasca
persalinan.
Ibu pasca keguguran :segera atau dalam 7 hari setelah keguguran.
Efek Samping
Pola haid tidak teratur, perdarahan bercak atau perdarahan sela
sampai 10 hari.
Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini
akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.
Dapat terjadi efek samping serius seperti serangan jantung, stroke,
bekuan darah pada paru-paru dan otak dan kemungkinan timbulnya
tumor hati.
Penambahan berat badan.
Yang Tidak Boleh Menggunakan
Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid teritama amenore.
Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
Diabetes mellitus disertai kompikasi.
G. Pathway KB
1. KB Suntik
25
2. Pil Kombinasi
26
3. AKDR / IUD
27
1. Identitas klien dan suami
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat mestruasi
5. Riwayat KB
6. Riwayat psikologi
7. Pemeriksaan fisik
8. Riwayat obstetric
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk
tubuh
5. Hipertermia berhubungan dengan respon trauma
C. Intervensi/Rencana Keperawatan
No Rencana Keperawatan
. Tujuan Intervensi Rasional
Dx
28
4. Gelisah menurun meredakan nyeri periode dan pemicu nyeri
5. Kesulitan tidur 6. Agar pasien dan pasangan
menurun Edukasi : memahami strategi meredakan
5. Jelaskan penyebab, periode, dan nyeri
pemicu nyeri 7. Agar pasien dapat mengetahui
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri nyeri secara mandiri
7. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
29
5. Persepsi yang 1. Identifikasi pengetahuan, keadaan umum, penggunaan alat
keliru terhadap keadaan umum, penggunaan kontrasepsi sebelumnya, riwayat
masalah menurun alat kontrasepsi sebelumnya, obstetric dan ginekologi
riwayat obstetric dan 2. Agar ibu dapat memilih
ginekologi kontrasepsi yang sesuai dengan
kebutuhan
Terapeutik:
3. Menjelaskan ibu dan pasangan
2. Fasilitas ibu memilih
tentang tujuan, manfaat dan efek
kontrasepsi yang tepat
samping
Edukasi : 4. Agar pasien dan pasangannya
3. Jelaskan kepada ibu dan mengetahui bjenis-jenis alat
pasangan tentang tujuan, kontrasepsi
manfaat dan efek samping 5. Agar pasien dan pasangan
penggunaan alat kontrasepsi mengetahui tentang faktor resiko
Jelaskan ibu dan pasangan jika terlalu sering atau teralalu
tentang jenis-jenis alat dekat jarak ideal melahirkan
kontrasepsi 6. Agar pasien dan pasangan
4. Jelaskan ibu dan pasangan mengetahui lebih dini tentang
tentang faktor resiko jika komplikasi penggunaan
terlalu sering atau teralalu kontrasepsi
dekat jarak ideal melahirkan
5. Anjurkan ibu dan pasangan
memantau keluhan yang
timbul selama menggunakan
alat kontrasepsi.
30
1. Verbalisasi 3. Monitor tanda-tanda ansietas pada pasien
kebingungan 4. Agar terjalin rasa percaya antara
Terapeutik :
menurun perawat dan pasien
4. Ciptakan suasana
2. Verbalisasi 5. Agar pasien dapat memahami hal
terapeutikuntuk
khawatir akibat yang membuat ansietas
menumbuhkan kepercayaan
kondisi yang 6. Agar pasien merasa nyaman saat
5. Pahami situasi yang membuat
dihadapi menurun menceritakan kondisi saat ini
ansietas
3. Perilaku gelisah 7. Agar pasien mengetahui prosedur
6. Dengarkan dengan penuh
menurun yang mungkin dialami pasien
perhatian
4. Perilaku tegang 8. Agar pasien dapat merasa lega
menurun Edukasi : terhadap perasaan yang dirasakan
5. Konsentrasi 7. Jelaskan prosedur, termasuk 9. Agar pasien distraksi dari
membaik sensasi mungkin dialami ketegangan
6. Pola tidur 8. Anjurkan mengungkapkan
membaik perasaan dan persepsi
9. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
31
menurun tentang perawatan perubahan
citra tubuh
5. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
Edukasi
6. Anjurkan tirah baring
D. Implentasi/Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018). Implementasi
keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum
melakukan tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan
tersebut dilakukan. Implementasi keperawatan berlangsung dalam tiga tahap.
Fase pertama merupakan fase persiapan yang mencakup pengetahuan tentang
validasi rencana, implementasi rencana, persiapan pasien dan keluarga. Fase
32
kedua merupakan puncakimplementasi keperawatan yang berorientasi pada
tujuan. Fase ketiga merupakan transmisi perawat dan pasien setelah
implementasi keperawatan selesai dilakukan (Asmadi, 2008).
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tindakan akhir dalam proses
keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015). Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil. Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
efektivitas pengambilan keputusan (Deswani, 2011). Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
Data Subjektif (S) dimana perawat menemui keluhan pasien yang masih
dirasakan setelah diakukan tindakan keperawatan, O (Objektif) adalah data
yang berdasarkan hasilpengukuran atau observasi perawat secara langsung
pada pasien dan yangdirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(Assesment) yaitu interpretasi makna data subjektif dan objektif untuk menilai
sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana keperawatan
tercapai. Dapat dikatakan tujuan tercapai apabila pasien mampu menunjukkan
perilaku sesuai kondisi yang ditetapkan pada tujuan, sebagian tercapai apabila
perilaku pasien tidak seluruhnya tercapai sesuai dengan tujuan, sedangkan
tidak tercapai apabila pasien tidak mampu menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan tujuan, dan yang terakhir adalah planning (P)
merupakan rencana tindakan berdasarkan analisis. Jika tujuan telah dicapai,
maka perawat akan menghentikan rencana dan apabila belum tercapai,
perawat akan melakukan modifikasi rencana untuk melanjutkan rencana
keperawatan pasien. Evaluasi ini disebut juga evaluasi proses
(Dinarti,2013).Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien
hadapi yang telah dibuat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
Evaluasi penting dilakukan untuk menilai status kesehatan pasien setelah
tindakan keperawatan. Selain itu juga untuk menilai pencapaian tujuan, baik
tujuan jangka panjang maupun jangka pendek, dan mendapatkan informasi
33
yang tepat dan jelas untuk meneruskan, memodifikasi, atau menghentikan
asuhan keperawatan yang diberikan (Deswani, 2011).
34
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk
mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval
kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat
kelahiran dalam hubungan denganumur suami istri. Kontrasepsi adalah upaya
untuk mencegah terjadinya kehamilan, alat yang digunakan untuk menunda
kehamilan dan menjarangkan jarak kelahiran.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami menerima saran dan masukan dari berbagai pihak agar
makalah ini dapat bermanfaat untuk mahasiswa keperawatan lainnya.
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang
pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi
mahasiswa yang telah menyusun makalah ini.
35
DAFTAR PUSTAKA
36