RUJUKAN KESEHATAN
Oleh :
Kelompok 5
3B/S.Tr Keperawatan
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN
DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan berkah dan rahmatnya bagi kelancaran pembuatan makalah untuk pemenuhan nilai
mata kuliah Keperawatan Komunitas. Judul makalah ini adalah “Rujukan Kesehatan”
Makalah ini dapat diselesaikan berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :
a. selaku Dosen yang mengajar di mata kuliah Keperawatan Komunitas, yang telah
memberi dorongan, motivasi, dan petunjuk-petunjuk kepada penulis.
b. Pihak Keluarga yang sepenuhnya telah membantu dan memberi dorongan moril maupun
materiil yang juga sangat membantu dalam proses penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi
maupun teknik penulisannya, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan yang penulis
miliki. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan….......................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Pengertian End Of Life....................................................................................3
2.2 Prinsip-Prinsip End Of Life.............................................................................3
2.3 Teori The Peaceful End of Life (EOL)………………………………...….….5
2.4 Isu End Of Life Keperawatan Kritis…………………………...…….………7
2.5 Psikososial Aspek dari Keperawatan Kritis…………………………………16
2.6 Upaya Untuk Mengatasi Masalah Psikososial Pasien Kritis…………………20
BAB III. PENUTUP...................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................24
3.2 Saran...............................................................................................................25
3.3 Daftar Pustaka.................................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Di negara Indonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Permenkes No.
01 tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horiontal. Sederhananya, sistem rujukan
mengatur darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu
memeriksakan keadaan sakitnya. Pelaksanaan sistem rujukan di indonesia telah diatur dengan
bentuk bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan
ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu
sistem dan saling berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan
tindakan medis tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat
pelayanan di atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah,
teknologi, transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat
awam akan segera tertangani dengan tepat.
Manfaat sistem rujukan dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy
maker), manfaat sistem rujukan adalah membantu penghematan dana, karena tidak perlu
menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan;
memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia; memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health consumer),
manfaat sistem rujukan adalah meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang; mempermudah masyarakat dalam
1
mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap
sarana pelayanan kesehatan.
2
1.4 Manfaat Penulisan
Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, dan memahami pengertian dari sistem
rujukan, tujuan dari sistem rujukan, kegiatan dan pembagian dalam sistem rujukan, alur
sistem rujukan, syarat rujukan, persiapan rujukan, keuntungan sistem rujukan,tingkat rujukan
pada sistem rujukan, dan menentukan tempat rujukan
3
BAB II
PEMBAHASAN
perawatan end of life pasien yaitu :1) bebas nyeri, 2) merasa nyaman, 3)
4
Bebas dari penderitaan atau gejala disstres adalah hal yang utama
(Lenz, Suffe, Gift, Pugh, & Milligan, 1995; Pain terms, 1979).
2. Pengalaman Menyenangkan
Nyaman atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive
keadaan tenteram dan damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa
etik otonomi atau rasa hormat untuk orang, yang mana pada tahap ini
states, 1978).
4. Merasakan Damai
dimensi spiritual.
5
5. Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia
dengan orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998). Ini
melibatkan kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan
kehangatan, dan hubungan yang dekat (intim).
pasien. Pesan ini berguna untuk mencegah tindakan yang tidak perlu
ditulis oleh dokter setelah membahas akibat dan manfaat dari CPR
6
American Heart Association (AHA) mengganti istilah DNR (Do
terhadap
7
pasien dengan kondisi tertentu, atau tidak mencoba usaha resusitasi
melibatkan tiga prinsip moral yang dapat dikaji oleh perawat, yaitu
2. Tahapan DNR
diskusi
8
dengan mengatasi kemungkinan manfaat langsung dari resusitasi
9
pasien.Setelah rencana diagnosa DNR diambil maka sesegera mungkin
tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya, perawat harus tetap
of life oleh Rulland and Moore yang meliputi terhindar dari rasa sakit,
(Amestiasih, 2015).
sebagai
10
pendukung dan advokasi pasien dapat bertindak sebagai penghubung
11
Pasien DNAR pada kondisi penyakit kronis atau terminal dari sisi
12
otonomy, perawat memberikan edukasi tentang proses tersebut
2009).
Sampurna, 2009).
13
gangguan neurologi berupa disabilitas berat yang diikuti dengan
5. Dilema Etik
14
519/Menkes/Per/Iii/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan
dan HCU yaitu semua bantuan kecuali RJP (DNAR = Do Not Attempt
kegagalan jantung, paru atau organ lain, atau dalam tingkat akhir
label DNR dan kondisi dilema itu sendiri. Timbulnya dilema psikis ini
15
mata uang bagi perawat, disatu sisi harus menerima bahwa pemberian tindakan
CPR sudah tidak lagi efektif untuk pasien namun di sisi lain muncul perasaan iba
dan melihat pasien seolah-olah keluarganya. Dua hal tersebut dapat menjadikan
dirasakan oleh perawat karena DNR.Perasan empati ini dapat disebabkan pula
oleh keputusan DNR yang ada dan tidak adekuatnya sumber informasi DNR yang
dimiliki perawat. Perasaan empati yang muncul juga dapat menjadi dampak dari
tingginya intensitas pertemuan antara perawat dengan pasien (Elpern, et al. 2005)
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat
psikologik maupun social yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah psikososial
adalah masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik,
sebagai akibat terjadinya perubahan social dan atau gejolak social dalam masyarakat yang
dapat menimbulkan gangguan jiwa. Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan
beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson
adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita
kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah
berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan
orang lain.
ICU seringkali digambarkan sebagai suatu tempat yang penuh dengan stress,
16
yang baik tentang stres dan akibatnya akan membantu ketika bekerja pada unit
mengurangi efek destruktif stress dan meningkatkan potensi positif dari stress
tidak hanya bagi klien dan keluarganya tetapi juga bagi perawat. Pemahaman baik pada
pasien dan dirinya sendiri.
1. Stress
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang
dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam
keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986). Stres merupakan suatu
Stressor
17
perkembangan. Stressor ini berasal dari masyarakat luas seperti fluktuasi ekonomi polusi
dan teknologi tinggi. Bagaimana orang mengalami suatu stressor tergantung pada
persepsinya tentang stressor dan sumber kopingnya. Stress juga merupakan tambahan
(additive). Jika seseorang mendapat serangan stressor yang multipel, maka respon stress
akan lebih hebat.
3. Respon stres
18
- Stage of exhaustion. Saat semua energi telah digunakan untuk
koping, maka tubuh mengalami kelelahan dan berakibat pada
terjadinya sakit fisik, gangguan psikososial dan kematian.
4. Klien
Klien yang sakit dan harus masuk ke ruang ICU tidak saja bertambah
menderita akibat stress sakit fisiknya tetapi juga stress akibat psikososialnya.
Konsekuensinya, perawat yang melakukan asuhan keperawatan pada unit
keperawatan kritis didesign untuk memelihara atau mengembalikan semua
fungsi fisik vital dan fungsi-fungsi psikososial yang terganggu oleh keadaan
Sakitnya
5. Respon psikososial
Respon psikososial klien terhadap pengalaman keperawatan kritis mungkin
dimediasi oleh fenomena internal seperti keadaan emosional dan mekanisme
koping atau oleh fenomena eksternal seperti kuantitas dan kualitas stimulasi
lingkungan.
- Reaksi emosional.
Intensitas reaksi emosional dapat mudah dipahami jika
menganggap bahwa ICU adalah tempat dimana klien berusaha menghindari
19
dapat memicu memori dimasa lalu muncul kembali dengan perasaan sedih
yang lebih hebat.
20
6. Mekanisme koping
Mekanisme koping merupakan skumpulan strategi mental baik disadari
maupun tidak disadari yg digunakan untuk menstabilkan situasi yang
berpotensi mengancam dan membuat kembali ke dalam keseimbangan
adalah humor, distraksi, bertanya untuk suatu informasi berbicara dengan yang
b. Ancaman ketidakberdayaan
c. Kehilangan
d. Beratnya penyakit
e. Kehilangan kendali
h. Perasaan terisolasi
i. Takut mati
Respon yang dialami baik pasien atau keluarga yang mengalami kegawatan atau
sakit kritis umumnya akan :
a. Terkejut dan tidak percaya
21
b. Mengembangkan kesadaran
c. Resolusi ( keputusan )
3. adaptasi
4. Advokasi
Proses Koping
Proses koping pada pasien yang mengalami trauma sangat dipengaruhi oleh:
1. Modifikasi Lingkungan.
2. Terapi musik.
23
3. Melibatkan kelurga dan memfasilitasi keluarga dalam perawatan pasien kritis.
Lingkungan ICU harus mampu mengakomodasi kebutuhan pasien dan
keluarganya (Jastremski, 2000). Pasien tentunya sangat mengharapkan
dukungan emosional dari keluarganya (Olsen, Dysvik & Hansen, 2009)
karenanya jam besuk harus lebih fleksibel. Selama ini jam bezuk hanya 2 kali
sehari. Hal ini perlu dimodifikasi terutama untuk seseorang yang sangat
berarti bagi pasien. Disamping itu keluarga perlu diberikan ruangan tunggu
yang nyaman dengan fasilitas kamar mandi, TV dan internet connection
(Hamilton, 1999).
4. Komunikasi terapeutik.
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya sering lupa atau kurang perhatian
terhadap masalah komunikasinya dengan pasien dan keluarganya. Berdasarkan
sistematic review yang dilakukan oleh Lenore & Ogle (1999) terhadap
penelitian tentang komunikasi perawat pasien di ruang ICU di Australia
menemukan bahwa komunikasi perawat di ruang ICU masih sangat kurang
meskipun mereka mempunyai pengetahuan yang sangat tinggi tentang
komunikasi terapeutik. Hal ini juga dialami oleh teman dekat penulis ketika
anaknya di rawat di ICU. Dia merasa perawat ICU di rumah sakit
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
25
3.2 Saran
1. Seorang perawat diharapkan mampu memahami issue End Of Life di keperawatan kritis
dan psikososial aspek dari keperawatan kritis sehingga dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien kritis dengan baik dan benar.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan makalah
atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada
pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik
26
DAFTAR PUSTAKA
Hudak, C., & Gallo, B. (2010). Keperawatan kritis pendekatan holistik (Edisi 6. Vol. 1). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. (Hockenberry &Wilson, 2005) Laporan Tahunan RSUD dr. Saiful
Anwar (2014)
Beckstrand., et, al. (2015). Rural Emergency Nurse’s End of Life care obstacle experiences: stories
from the last frontier. Journal Of Emergency Nursing.
Enggune, M., Ibrahim, K., & Agustina, H. R. (2014). Persepsi Perawat Neurosurgical Critical Care
Unit terhadap Perawatan Pasien Menjelang Ajal.Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 2(1).
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2015/11/13-Aspek-Psikososial-dalam-merawat-pasien-
kritis.pdf
27