Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SISTEM RUJUKAN DAN ANALISA KASUS

DOSEN PEMBIMBING : Rosi Rizqy Nugrahani SST., MPH

Disusun Oleh :

KELOMPOK 4

ENI ISNANI ( 17.003)

FITRIANA ( 17.006)

NADELIA DWI WAHYUNI ( 17.012)

RISSA AZIZ ( 17.017 )

TUTY AMBARWATI ( 17.022)

AKADEMI KEBIDANAN MEDIKA WIYATA KEDIRI

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidahyah-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Rujukan Dan Analisa kasus”
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dengan maksud sebagai tuntutan belajar bagi mahasiswa di institusi
pendidikan kesehatan, khususnya Akademi Kebidanan. Semoga disusunnya makalah ini
dapat memberikan sedikit pengetahuan bagi pembaca, khususnya bagi penyusunnya sendiri.

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Ibu Rosi Rizqy Nugrahani SST., MPH selaku
dosen pembimbing, yang telah mendukung kami dalam penyusunan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan untuk materi yang
ditulis. Oleh karena itu, kami selaku penyusun mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
untuk perbaikan agar makalah ini dapat di sempurnakan.

Akhir kata kami mengucapkan mohon maaf atas segala kekurangan yang ada, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penyusunnya.

Kediri, 30 April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................... ........................... ......... ........ i

DAFTAR ISI.................................................... ........................... ......... ........ ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................... ........................... ......... ........ 1


1.2 Rumusan Masalah ................................. ........................... ......... ........ 2
1.3 Tujuan ................................................... ........................... ......... ........ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian rujukan dan sistem rujukan .. ......... ........................ …..… 3


2.2 Tujuan rujukan dan jenis rujukan… ……….………………………... 7
2.3 Tingkatan rujukan ............. ................... ........................... ................ 24
2.4 Langkah-langkah rujukan dalam pelayanan kebidanan ……………
2.5 Faktor-faktor penyebab rujukan ……….. ………. …………………
2.6 Jalur rujukan kasus kegawatdaruratan ……… ……………………..
2.7 Keuntungan sistem rujukan …………… ………………………………
2.8 Upaya peningkatan mutu rujukan …………………………………….

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................... ........................... ......... ........ 31

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Permenkes RI No 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan


Kesehatan Perorangan, sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggara pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas kasus penyakit
atau masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti satu strata sarana pelayanan kesehatan ke strata sarana pelayanan kesehatan lainnya,
maupun secara horizontal dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang sama yang wajib
dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh
fasilitas kesehatan. Sistem rujukan mengatur alur darimana dan harus kemana seseorang yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu untuk memeriksakan masalah kesehatannya. Sistem
rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan secara bermutu,
sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa harus menggunakan biaya yang mahal. Sistem
rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis.
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk bertingkat atau
berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua dan ketiga, di mana dalam
pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun berada di suatu sistem dan saling
berhubungan. Apabila pelayanan kesehatan primer tidak dapat melakukan tindakan medis
tingkat primer maka ia menyerahkan tanggung jawab tersebut ke tingkat pelayanan di
atasnya, demikian seterusnya. Apabila seluruh faktor pendukung (pemerintah, teknologi,
transportasi) terpenuhi maka proses ini akan berjalan dengan baik dan masyarakat awam akan
segera tertangani dengan tepat. Sebuah penelitian yang meneliti tentang sistem rujukan
menyatakan bahwa beberapa hal yang dapat menyebabkan kegagalan proses rujukan yaitu
tidak ada keterlibatan pihak tertentu yang seharusnya terkait, keterbatasan sarana, tidak ada
dukungan peraturan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian rujukan dan sistem rujukan?
2. Apa tujuan rujukan dan jenis rujukan?
3. Apa saja tingkatan rujukan?
4. Bagaimana langkah-langkah rujukan dalam pelayanan kebidanan?
5. Apa saja faktor-faktor penyebab rujukan?
6. Bagaimana jalur rujukan kasus kegawatdaruratan?
7. Apa saja keuntungan sistem rujukan?
8. Bagaimana upaya peningkatan mutu rujukan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian rujukan dan sistem rujukan.
2. Untuk mengetahui tujuan rujukan dan jenis rujukan.
3. Untuk mengetahui tingkatan rujukan.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah rujukan dalam pelayanan kebidanan.
5. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rujukan.
6. Untuk mengetahui jalur rujukan kasus kegawatdaruratan.
7. Untuk mengetahui keuntungan sistem rujukan.
8. Untuk mengetahui upaya peningkatan mutu rujukan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rujukan dan Sistem Rujukan


Rujukan adalah suatu pelimpahan tanggung jawab timbal balik atas kasus atau
masalah kebidanan yang timbul baik secara vertikal (dan satu unit ke unit yang lebih lengkap
/ rumah sakit) untuk horizontal (dari satu bagian lain dalam satu unit). (Muchtar, 1977)
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan
kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal-balik
atas masalah yang timbul baik secara vertikal (komunikasi antara unit yang sederajat)
maupun horizontal (komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas
pelayanan yang lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi.
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan lain secara horizontal maupun vertical.

2.2 Tujuan Rujukan


Menurut Mochtar, 1998 Rujukan mempunyai berbagai macam tujuan antara lain :
1. Agar setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan sebaik-baiknya
2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan laboratorium dari unit
yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap fasilitasnya
3. Menjalin perubahan pengetahuan dan ketrampilan (transfer of knowledge & skill) melalui
pendidikan dan latihan antara pusat pendidikan dan daerah perifer
Sedangkan menurut Hatmoko, 2000 Sistem rujukan mempunyai tujuan umum dan
khusus, antara lain :
1. Umum
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung
kualitas pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna.
2. Khusus
a. Menghasilkan upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif dan
rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna.
b. Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preveventif secara
berhasil guna dan berdaya guna.

Jenis Rujukan
Rujukan dalam pelayanan kebidanan merupakan kegiatan pengiriman orang sakit dari
unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap berupa rujukan kasus
patologis pada kehamilan, persalinan dan nifas masuk didalamnya, pengiriman kasus masalah
reproduksi lainnya seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan penanganan
spesialis. Termasuk juga didalamnya pengiriman bahan laboratorium. Jika penderita telah
sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika
perlu disertai dengan keterangan yang lengkap (surat balasan).
Rujukan informasi medis membahas secara lengkap data-data medis penderita yang
dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim. Kemudian Bidan menjalin kerja
sama dalam sistem pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai
kematian maternal dan pranatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka
secara regional dan nasional pemantauan perkembangan maupun penelitian.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan
eksternal.
a. Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk.
b. Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan medik dan
rujukan kesehatan.
1. Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk pasien puskesmas dengan penyakit
kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah. Jenis
rujukan medik:
a. Transfer of patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dan lain-lain.
b. Transfer of specimen. Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
c. c. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan
pengobatan setempat. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus dan
demonstrasi operasi (transfer of knowledge). Pengiriman petugas pelayanan kesehatan
daerah untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih
lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam
kegiatan ilmiah yang diselenggarakan tingkat provinsi atau institusi pendidikan (transfer
of personel).
2. Rujukan Kesehatan adalah hubungan dalam pengiriman dan pemeriksaan bahan ke fasilitas
yang lebih mampu dan lengkap. Rujukan ini umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan
promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien
dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan
masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan :
a. Siapa yang akan menemani ibu dan bayi baru lahir.
b. Tempat –tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih dari
satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan
jenis asuhan yang diperlukan
c. Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya. Ingat
bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
d. Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transfusi darah diperlukan.
e. Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
f. Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di
rumah.
2.3 Tingkatan Rujukan
Tingkatan rujukan berdasarkan pada bentuk pelayanan :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health care)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan untuk masyarakat yang sakit ringan
dan masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Oleh
karena jumlah kelompok ini didalam suatu populasi sangat besar (kurang lebih 85%),
pelayanan yang diperlukan oleh kelompok ini bersifat pelayanan kesehatan dasar (basib
health services). Bentuk pelayanan ini di Indonesia adalah puskesmas, puskesmas
pembantu, puskesmas keliling dan balkesmas.
b. Pelayanan Kesehatan tingkat kedua (secondary health services)
Pelayanan kesehatan jenis ini diperlukan oleh kelompok masyarakat yang
memerlukan perawatan nginap, yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan
primer. Bentuk pelayanan ini misalnya Rumah Sakit tipe C dan D dan memerlukan
tersedianya tenaga spesialis.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertiary health services)
Pelayanan kesehatan ini diperlukan oleh kelompok masyarakat atau pasien
yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Pelayanan sudah
komplek, dan memerlukan tenaga-tenaga super spesialis. Contoh di Indonesia: RS tipe A
dan B.
2.4 Langkah-Langkah Rujukan dalam Pelayanan Kebidanan
1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita yang tidak dapat
ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu
dapat menerapkan ke tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas. Tenaga kesehatan
yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan tersebut harus dapat menentukan
tingkat kegawatdaruratan kasus yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawabnya, mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani
sendiri dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan tidak
mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan dan hasil
penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
Jika ibu tidak siap dengan rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya
tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal
persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan dan selama
dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita bila penderita
tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu :
1. Bidan
Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan
2. Alat
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru
lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan
bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
3. Keluarga
Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu
dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan
tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru
lahir ke tempat rujukan.
4. Surat
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu
dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan,
asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf
kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
5. Obat
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-
obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
6. Kendaraan
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang
cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk.
mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
7. Uang
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli
obat-obatan yang diperiukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu
dan/atau bayi baru lahir tinggal di fesilitas rujukan.
8. Darah
Siapkan darah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
6. Pengiriman Penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan / sarana transportasi
yang tersedia untuk mengangkut penderita.
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca penanganan).
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus ada tenaga
kesehatan yang melakukan kunjungan rumah.
2.5 Jalur Rujukan Kasus Kegawatdaruratan
Dalam kaitan ini jalur rujukan untuk kasus gawat darurat dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
1. Dari Kader
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
2. Dari Posyandu
Dapat langsung merujuk ke :
a. Puskesmas pembantu
b. Pondok bersalin / bidan desa
c. Puskesmas / puskesmas rawat inap
d. Rumah sakit pemerintah / swasta
3. Dari Puskesmas Pembantu
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
4. Dari Pondok bersalin / Bidan Desa
Dapat langsung merujuk ke rumah sakit tipe D/C atau rumah sakit swasta
2.6 Faktor-Faktor Penyebab Rujukan
1. Riwayat bedah sesar
2. Pendarahan pervaginaan
3. Persalinan kurang bulan
4. Ketuban pecah disertai dengan mekonium yang pecah
5. Ketuban pecah lebih dari 24 jam
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda / gejala infeksi
10. Preklamsia / hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fundus 40 cm / lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi ganda
16. Kehamilan ganda (gemeli)
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
2.7 Keuntungan Sistem Rujukan
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan
dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara psikologis memberi rasa aman pada pasien dan
keluarga
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan keterampilan petugas
daerah makin meningkat sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya
masing – masing
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
2.8 Upaya Peningkatan Mutu Rujukan
Langkah-langkah dalam upaya meningkatkan mutu rujukan :
1. Meningkatkan mutu pelayanan di puskesmas dalam menampung rujukan puskesmas
pembantu dan pos kesehatan lain dari masyarakat.
2. Mengadakan pusat rujukan antara lain dengan mengadakan ruangan tambahan untuk 10
tempat tidur perawatan penderita gawat darurat di lokasi strategis
3. Meningkatkan sarana komunikasi antar unit pelayanan kesehatan
4. Menyediakan Puskesmas keliling di setiap kecamatan dalam bentuk kendaraan roda 4 atau
perahu bermotor yang dilengkapi alat komunikasi
5. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan bagi sistem, baik rujukan medik maupun
rujukan kesehatan
6. Meningkatkan upaya dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Rujukan Pelayanan Kebidanan adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang
dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga
layanan yang dilakukan oleh bidan ke tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas
kesehatan lain secara horizontal maupun vertical. Salah satu bentuk pelaksanaan dan
pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan
upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit
pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan
Soal
Ny. G 23 tahun GII PI A0 hamil aterm datang ke tempat Bidan pada jam 08.00 wib. Keluhan
kenceng-kenceng sejak jam 04.00 wib. Hasil pemeriksaan: TFU 29 cm, presentasi
kepala, punggung kanan, DJJ 132 kali/menit teratur, his 3 kali/ 10 menit, suhu 36,8 C , ppv
lendir darah. VT pembukaan 6 cm, ketuban utuh, kepala hodge II +, sutura merapat.

SOAL
1. Diagnosa yang tepat pada Ny. G adalah ...

A. GII PI A0 hamil aterm inpartu kala I fase laten


B. GII PI A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal
C. GII PI A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif deselerasi
D. GII PI A0 hamil aterm inpartu kala I fase aktif akselerasi
E. GII PI A0 hamil aterm inpartu kala I fase deselerasi maksimal

2. Rencana asuhan kebidanan pada Ny. G adalah ...

A. Observasi DJJ 1 jam lagi


B. Observasi suhu badan 4 jam lagi
C. Lakukan pemeriksaan VT 4 jam lagi
D. Observasi kontraksi uterus 1 jam lagi
E. Pecah kulit ketuban agar pembukaan cepat lengkap

3. Perkiraan kala II pada Ny. G sesuai partograf pada jam ...

A. 09.00 wib
B. 10.00 wib
C. 11.00 wib
D. 12.00 wib
E. 13.00 wib

4. Taksiran berat janin Ny. G adalah ...

A. 2480 gram
B. 2635 gram
C. 2790 gram
D. 2945 gram
E. 3100 gram

5. Simbol moulage atau penyusupan sutura pada bayi Ny. G di lembar partograf tertulis...

A. 4
B. 3
C. 2
D. 1
E. 0

KASUS (soal 6 – 10)


Ny. T GIII PI AI datang ke bidan jam 11.30 WIB,mengatakan kenceng-kenceng teratur, ibu
belum ada keinginan meneran . Hasil VT: pembukaan lengkap, ketuban masih utuh ,kepala
turun H III, DJJ 140 kali/menit, his 3 kali/10 menit lamanya 45 detik.

SOAL
6. Posisi yang tepat untuk membantu penurunan kepala janin pada kasus Ny. T adalah ...

A. Litotomi
B. Terlentang
C. Berdiri
D. Menungging
E. Miring kanan

7. Evaluasi DJJ dilakukan setiap ...

A. 5 menit
B. 10 menit
C. 15 menit
D. 30 menit
E. 60 menit

8. Simbol pengisian air ketuban di lembar partograf adalah ...

A. J
B. U
C. K
D. M
E. D

9. Setelah Ny. T merasa ingin mengejan, maka kesempatan yang aman bagi Ny. T untuk
mengejan adalah ...

A. 30 menit
B. 45 menit
C. 60 menit
D. 90 menit
E. 120 menit

10. Sesuai kondisi Ny. T , maka tindakan Bidan yang tepat adalah ...

A. menunggu
B. VT
C. Pimpin mengejan
D. Pecah ketuban
E. Rujuk ke RS

KASUS 1 ( soal 1 – 5)
Ny. H umur 24 tahun melahirkan anak pertama 2 menit yang lalu. Plasenta belum lahir.
Terdapat semburan darah tiba-tiba dari jalan lahir, kontraksi uterus baik. TFU 2 jari diatas
pusat.

11 . Asuhan segera yang dilakukan Bidan pada Ny. H setelah kelahiran anak pertama adalah

A. Meregangkan tali pusat


B. Menyuntikkan oksitosin
C. Melakukan masase uterus
D. Melakukan manual plasenta
E. Cek kemungkinan adanya janin kedua

12. Semburan darah yang dialami Ny. H disebabkan karena ...

A. Inversio uteri
B. Perlukaan jalan lahir
C. Lepasnya insersi plasenta
D. Adanya sisa selaput ketuban
E. Robekan pada dinding uterus

13. Asuhan kebidanan selanjutnya untuk penanganan kelahiran plasenta Ny. H adalah ...

A. Pasang infus
B. Kompresi Bimanual Interna
C. Manajemen Aktif Kala III
D. Pengawasan perdarahan
E. Cek robekan jalan lahir

14. Tujuan dari tindakan pada nomor 3 yang dilakukan Bidan adalah ...

A. Mencegah atonia uteri


B. Mencegah prolapsus uteri
C. Menghentikan perdarahan segera
D. Mempercepat pengeluaran plasenta
E. Mencegah terjadinya ruptur perineum

15. Evaluasi yang tidak dilakukan Bidan setelah 1 jam berikutnya adalah ...

A. Menilai perdarahan
B. Mengobservasi TTV
C. Menilai kontraksi uterus
D. Memeriksa kandung kemih
E. Mengobservasi laserasi perineum

KASUS II 1 ( soal 6 – 7)

Ny. C GI Po Ao mau melahirkan, sudah dipimpin mengejan dari pukul 09.00 WIB hingga
pukul 10.00 WIB bayi belum lahir, DJJ 140x/menit, kontraksi uterus 3x dalam 10 menit,
lama 40 detik, KU ibu baik.

SOAL
16 Sesuai dengan kasus diatas, batasan toleransi waktu yang masih dimiliki bidanuntuk
menolong persalinan adalah...
A. 15 menit
B. 30 menit
C. 45 menit
D. 60 menit
E. 90 menit

17. Tindakan yang harus dilakukan bidan adalah...

A. Merujuk segera
B. Lakukan episiotomi
C. Memperluas jalan lahir
D. Mendorong fundus uteri
E. Tetap pimpin ibu untuk meneran

18 Untuk membantu mempercepat proses persalinan Ny. C, bidan perlu melakukan..

A. Amniotomi
B. Episiotomi
C. Stimulasi puting susu
D. Masase fundus uteri
E. Penekanan pada fundus
19 Sambil menunggu kelahiran bayi Ny. C bidan juga perlu melakukan..

A. Memperluas jalan lahir


B. Menekan fundus dengan keras
C. Monitoring DJJ setelah kontraksi uterus
D. Beri makan dan minum pada ibu bila ada his
E. Melindungi perineum

20 Setelah bayi lahir, tindakan segera yang dilakukan bidan adalah...

A. Selimuti bayi
B. Keringkan bayi
C. Memotong tali pusat
D. Bungkus dan berikan ASI sedini mungkin
E. Lakukan resusitasi pada BBL dengan de lee

KASUS (soal no. 1 – 5)

Ny. C 30 tahun, G IV P II AI hamil 39 minggu. Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB
dengan keluhan keringat dingin dan kenceng-kenceng teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai
pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +, penurunan masuk panggul
diantara tepi bawah sympisis dan spina ischiadica.

SOAL.
21 Data fokus yang mendukung ibu dalam proses persalinan adalah ......

A. Dilatasi serviks
B. Hamil 39 minggu
C. Kenceng-kenceng
D. Keluar keringat dingin
E. Pengeluaran lendir darah

22. Sesuai data di atas, Ny. C termasuk inpartu kala ......

A. Kala I fase aktif


B. Kala I fase laten
C. Kala I fase aktif akselerasi
D. Kala I fase aktif deselerasi
E. Kala I fase aktif dilatasi maksimal

23. Penurunan kepala janin Ny. C berada pada Hodge .......

A. IV
B. III +
C. I - II
D. II - III
E. III – IV

24. Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. C adalah .....

A. Memecah kulit ketuban


B. Mencukur rambut pubis
C. Menganjurkan mobilisasi
D. Kateterisasi kandung kemih
E. Menganjurkan ibu tidur miring kanan
25. Pembukaan lengkap pada Ny. C diperkirakan pada pukul .....

A. 10.00 WIB
B. 10.30 WIB
C. 11.00 WIB
D. 11.30 WIB
E. 12.00 WIB

Ny. K melahirkan anak pertama perempuan di BPS Ratna, satu jam yang lalu, BB 3000 gram,
PB 50 cm. Plasenta lahir spontan lengkap. Hasil pengkajian KU ibu baik, TD :110/70 mmHg,
nadi : 76 x / mnt, kontraksi teraba keras, TFU 2 jari di bawah pusat. Ny K mengeluh perut
mules, PPV berwarna merah dan nyeri pada luka jahitan.Ia merasa cemas dengan
keadaannya.

SOAL
26. Saat ini Ny. K dalam proses persalinan kala ...

A. I fase laten
B. I fase aktif
C. II
D. III
E. IV
27. Askeb untuk Ny. K sesuai dengan keadaannya adalah ...

A. Memasang gurita
B. Melakukan masase uterus
C. Memasang tampon vagina
D. Menduduki sesuatu yang hangat
E. Melakukan bounding attachment

28. Kecemasan pada Ny. K disebabkan oleh....

A. Perut mules
B. PPV berwarna merah
C. Kontraksi teraba keras
D. Nyeri pada luka jahitan
E. TFU 2 jari di bawah pusat
DAFTAR PUSTAKA

BPJS. 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan
Nasional.

BPJS.Kesehatan. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. Jakarta: BPJS Kesehatan; 2014.

Chabibah, N. & Chalidyanto, D., 2014. Analisis Rasio Rujukan Puskesmas Berdasarkan Kemampuan
Pelayanan Puskesmas. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 2(3)

Goniwala, G., 2017. Gambaran Pelaksanaan Rujukan Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Tikala
Baru dan Puskesmas Teling Atas di Kota Manado

Gubernur Jawa Timur, 2016. Sistem Rujukan Kesehatan. Surabaya:

s.n. Hartini, Arso, . S. P. & Sriatmi, A., 2016. Analisis Pelayanan Rujukan Pasien BPJS Di RSUD Chatib
Quzwain Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4).

Anda mungkin juga menyukai