Dosen Pembimbing
Dewi Susanti, S.Sit , M.keb
CI Lapangan :
Wis Jamal, S.SiT
Disusun oleh :
Indah Yasilfa Pangestika 164310580
Maharani Muliawati 164310581
Mery Zaniarti 164310582
Tingkat 2A
PROGRAM STUDI D-1V KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT. Berkat rahmat dan karunia-Nya lah
saya dapat menyelesaikan laporan praktikum real setting yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi”. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen
pembimbing, CI lapangan, ibu-ibu bidan puskesmas Air Dingin dan teman-teman yang terlibat
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
dan kesalahan, karena keterbatasan waktu, kurangnya sumber dan juga pengetahuan penulis.
Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran agar makalah ini dapat jadi lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................................ 2
C. Manfaat .............................................................................................................................. 2
DAFTAR PUSTAKA iv
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya program KB dan kependudukan lebih menitik beratkan tujuan penurunan
kelahiran, sehingga kegiatan KB melalui pelayanan kontrasepsi sering memberikan dampak
negatif. Atas dasar hal tersebut maka pada konferensi kependudukan di Kairo tahun 1994
menyepakati bahwa pelayanan kontrasepsi adalah dalam kerangka pencapaian tujuan kesehatan
reproduksi serta pemenuhan hak reproduksi. Yang dimaksudkan dengan kesehatan reproduksi
adalah kesehatan secara fisik, mental dan kesejahteraan sosial pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi reproduksi dan bukan hanya terbebas dari penyakit dan kecacatan.
Sedangkan yang dimaksud dengan hak reproduksi adalah hak setiap individu dan
pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak yang dimiliki serta
upaya untuk mewujudkan hak tersebut melalui pemakaian kontrasepsi atau cara lain. Hak pria
dan wanita untuk mendapatkan informasi dan pelayanan lontrasepsi keluarga berencana yang
aman, efektif dan terjangkau serta cara lain yang menjadi pilihan mereka yang tidak bertentangan
dengan undang-undang dan agama. Hak untuk mendapatkan derajat kesehatan reproduksi dan
seksual.
Ilmu kedokteran khususnya ilmu kesehatan pun begitu cepat bekembang mulai dari
peralatan ataupun teori sehingga mendorong para pengguna serta spesialis tidak mau ketinggalan
untuk bisa memiliki dan memahami wawasan serta ilmu pengetahuan tersebut.
Terkait ilmu kesehatan dalam hal ini, yaitu kesehatan reproduksi banyak sekali teori-teori
serta keilmuan yang harus dimiliki oleh para pakar atau spesialis kesehatan reproduksi. Wilayah
keilmuan tersebut sangat penting dimiliki demi mengemban tugas untuk bisa menolong para
pasien yang mana demi kesehatan, kesejahteraan dan kelancaran pasien dalam menjalanakan
kodratnya sebagai perempuan.
Pengetahuan kesehatan reproduksi bukan saja penting dimiliki oleh para bidan atau
spesialais tetapi sangat begitu penting pula dimiliki khususnya oleh para istri-istri atau
perempuan sebagai ibu atau bakal ibu dari anak-anaknya demi kesehatan, dan kesejahteraan
meraka.
Untuk itu, penulis dalam laporan praktikum real setting, asuhan kebidanan KB dan
KesPro ini bermaksud ingin memberikan beberapa pengertian yang mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat untuk khalayak pembaca khususnya para perempuan.
B. Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu menerapkam asuhan kebidanan pada akseptor KB dan Kespro
menurut alur fikir varney
Tujuan Khusus :
Diharapkan mahasiswa kebidanan mampu :
1. Memahami konsep KB dan Kespro
2. Hak-hak reproduksi
3. Faktor- faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi
4. Upaya pencegahan dan deteksi dini Kespro
5. Memberikan asuhan Keluarga Berencana (KB)
C. Manfaat
Bagi mahasiswa
Penulisan laopran ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mahasiswi sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan ashan kebidanan
menurut alur fikir varney atau SOAP.
D. Ruang lingkup
1. Mengidentifikasi etika dan kewenangan bidan dalam kesehatan reproduksi dan KB
2. Melakukan pemantauan tumbuh kembang wanita sepanjang daur kehidupan,
gangguan dan permasalhannya
3. Mengidentifikasi dimensi sosial wanita dan permasalahan serta upaya mengatasinya
4. Melakukan perencanaan keluarga, penapisan klien, pelayanan kontrasepsi berbagai
metode
5. Melakukan komunikasi dan konseling dalam kesehatan reproduksi dan KB
6. Melakukan pendokumentasian pelayanan KB
BAB II
KAJIAN TEORI
2. Informed Consent
a. Pengertian
Setelah klien menentukan pilihan alat kontrasepsi yang dipilih, bidan berperan dalam
proses pembuatan informed concent. Yang dimaksud Informed Concent adalah persetujuan
sepenuhnya yang diberikan oleh klien/pasien atau walinya kepada bidan untuk melakukan
tindakan sesuai kebutuhan.
b. Tujuan Pelaksanaan Informed Consent
Dalam hubungan antara pelaksana (bidan) dengan pengguna jasa tindakan medis (pasien),
maka pelaksanaan “informed consent”, bertujuan :
1) Melindungi pengguna jasa tindakan medis (pasien) secara hukum dari segala
tindakan medis yang dilakukan
2) Memberikan perlindungan hukum terhadap pelaksana tindakan medis dari tuntutan-
tuntutan pihak pasien yang tidak wajar, serta akibat tindakan medis yang tak terduga
dan bersifat negatif, misalnya terhadap “risk of treatment” yang tak mungkin
dihindarkan walaupun bidan telah bertindak hati-hati dan teliti serta sesuai dengan
standar profesi medik.
c. Persetujuan pada informed consent dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu :
1) Persetujuan Tertulis
2) Persetujuan Lisan.
3) Persetujuan dengan isyarat,.
2. Siklus Kesehatan Reproduksi Wanita, Konsepsi, Bayi, Remaja, Dewasa, dan Usia Lanjut
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi
adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar
fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap
fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini
dapat berakibat buruk pada masa depan kehidupan selanjutnya.
Dalam pendekatan siklus hidup ini, dikenal lima tahap, yaitu :
1. Konsepsi
Konsepsi adalah Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba
falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona
pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan
sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria
berikut di penuhi:
Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan
akhirnya membuahi ovum.
2. Bayi dan Anak
Fisik:
Pembentukan genitalia interna telah sempurna
Folikel pada kedua ovarium telah lengkap
Genitalia eksterna telah terbentuk
Psikologi:
Anak perempuan diarahkan untuk mengikuti budaya yang berkembang dilingkungan
tempat anak perempuan tersebut diasuh, misalnya:
Anak perempuan harus jongkok saat BAK sedangkan anak laki-laki berdiri
Anak perempuan diajarkan untuk berdandan
Rambut anak perempuan dibiarkan panjang atau dipotong dengan model yang
feminism
Anak perempuan dididik untuk bersifat feminism
3. Pubertas
Fisik
Mulai terbentuk sel telur matur
Produksi hormone estrogen karena pengaruh matangnya seltelur
Mulai tumbuh tanda-tanda seks sekunder, misalnya tumbuh payudara
Psikososial
Wanita mulai tertarik pada lawan jenis dan mulai merasakan jatuh cinta untuk pertama
kalinya
4. Reproduksi
Fisik
wanita mengalami masa menstruasi, dengan keluarnya darah dari vagina
wanita memasuki usia reproduktif
sel telur dapat dibuahi
jika melakukan hubungan intim dengan lawan jenis, wanita dapat hamil
bekerjanya hormone indung telur (estrogen dan progesteron)
Psikososial
Wanita mulai cemas karena proses menstruasi
Wanita mencari identitas diri, gambaran diri yang dipengaruhi kelompoknya
Bergaul dan berkumpul dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama
5. Premenopause
Fisik
Kekuatan otot dan kecakapan mental mulai mencapai puncaknya
Dimulai dengan proses penuaan
Penurunan hormone kewanitaan berangsur menurun
Proses menstruasi yang tidak teratur
Perasaan panas disekitar wajah (hot flash)
Produksi keringat yang berlebihan
Kulit menjadi kusam dan kasar
Rambut cenderung kering dan rapuh
Perasaan adanya gangguan dalam hubungan intim
Kesulitan vagina mengalami lubrikasi, sehingga timbul rasa tidak nyaman saat
bersenggama
Psikososial
Wanita lebih banyak menarik diri dari lingkungannya
Wanita lebih sering merasa tersinggung, mudah cemas dan sangat sensitive
Gelisah karena menghadapi proses penuaan
6. Menopause
Fisik
Hilangnya hormone kewanitaan
Menstruasi tidak muncul lagi
Organ reproduksi tidak berfungsi lagi
Berat badan sulit dikendalikan
Terjadi timbunan lemak di beberapa tempat karena ketiadaan hormone
kewanitaan
Wanita sering mudah merasa lelah
Penyakit degeneratife (jantung, DM, gangguan ginjal, dan osteoporosis) mudah
menyerang
Psikososial
Wanita mulai mencapai kematangan hidup
7. Senium
Fisik
Lemasnya otot-otot yang membuat struktur tubuh menjadi bengkok
Gangguan sendi mulai sering timbul
Berat badan cenderung berkurang
Penurunan daya guna tubuh
Kekuatan otot dari saat 20 tahun
Terjadi penurunan intelektual kemungkinan dapat terjadi gangguan otak secara
organik
Psikososial
Terjadi perubahan sifat, misalnya: dari periang menjadi pemurung, dari berani
menjadi penakut atau sebaliknya
Sering timbul perilaku yang sulit diterima karena terjadi gangguan otak
1) INFERTILITAS
Fertilitas :suatu kemampuan seorang istri untuk bisa hamil dan melahirkan bayi hidup
dari suami yang mampu manghamilinya. Pasangan infertile yaitu pasangan atau suatu
kesatuan hasil interaksi biologik yang tidak mampu menghasilkan kehamilan dan
kelahiran bayi hidup.
Macam infertilitas :
Infertilitas primer yaitu: Jika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur
dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
Infertilitas sekunder yaitu: Jika istri pernah hamil akan tetapi tidak berhasil hamil lagi w
alaupun bersenggama teratur dan dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12
bulan berturut-turut.
Infertilitas idiopatik yaitu: Bentuk infertilitas yang setelah pemeriksaan lengkap kedua
pasangan dinyatakan normal dan ditangani setelah 2 tahun tidak juga berhasil hamil.
Macam fertilisasi :
1. Fertilisasi Alamiah Yaitu:Fertilisasi yang terjadi dibagian ampula dari tuba fallopii
segera setelah ovum terbebas dari folikel matang.
2. Fertilisasi In Vitro Yaitu:Usaha fertilisasi yang dilakukan diluar tubuh di dalam
cawan biakan dengan suasan yang mendekati alamiah. Setelah berhasil baru
kemudian dipindahkan ke endometrium.
3. Tandur Alih Gamet Intra Tuba Yaitu:usaha mempertemukan sel benih ovum dan
sperma dengan cara menyemprotkan campuran sel benih tersebut dengan memakai
kanul tuba ke dalam bagian ampulla.
Penyebab infertilitas
Dalam hal infertilitas pasangan, diketahui 61% sebabnya datang dari istri dan 36% dari suami.
Faktor istri :
Ovulasi 21%
Endometriosis 8%
Vagina, serviks, korpus dan endometrium, uterus 8%
Psikogenik 8%
Idiopatik 15-20%
Sementara dari suami istri sebab endokrinologik ssebesar 20% dan sebab imunologik sekitar 2%.
Penyebab infertilitas :
Gangguan pada hubungan seksual
Jumlah sperma dan transportasinya yang abnormal
Gangguan ovulasi dan hormonal yang lain
Kelainan tempat implantasi
Kelainan jalur transportasi
Gangguan peritoneum
2) UNWANTED PREGNANCY
Kehamilan diluar nikah disebut dengan kehamilan yang tidak diinginkan merupakan
suatu kondisi dimana pasangan tidak menghendaki adanya proses kelahiran pada kehamilan.
Kehamilan ini akibat dari suatu perilaku seksual/hubungan seksual baik yang disengaja maupun
tidak disengaja. Kehamilan di luar nikah ini menjadi salah satu permasalahan pada remaja. Salah
satu akibat dari hubungan seks bebas.
Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah seks dan seksualitas pada remaja :
Pengetahuan yang tidak lengkap dan tidak tepat tentang masalah seksualitas.
Kurangnya bimbingan untuk bersikap positif dalam hal yang berkaitan dengan
seksualitas.
Penyalahgunaan seksual.
Penyalahgunaan dan ketergantungan napza yang mengarah kepada penularan HIV/AIDS
melalui jarum suntik dan hubungan seks bebas.
Dampak dari hubungan seks bebas :
Kehamilan di luar nikah meningkat.
Kejadian aborsi meningkat.
Penyakit menular seksual pada remaja meningkat.
Kekerasan seksual meningkat.
Anak yang dilahirkan tanpa status nikah meningkat.
Banyak remaja yang terpaksa putus sekolah yang berakibat pada suramnya masa depan.
Pencegahan
Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif.
Hindari perbuatan-perbuatan yang dapat menimbulkan dorongan seksual.
Memperbanyak pendidikan dan pengetahuan tentang seksualitas pada remaja.
3) ABORSI
Adalah upaya terminasi kehamilan dengan alasan sosial, ekonomi dan kesehatan. Pada
kasus aborsi, disini lebih cenderung pada pengeluran janin secara paksa atau tindakan yang
sengaja menggugurkan kandungan yang didorong oleh sikap penolakan pada kehamilan yang
terjadi. Aborsi adalah salah satu akibat dari kehamilan yang tidak diinginkan biasanya terjadi
pada remaja dengan kehamilan diluar nikah.
1. Faktor yang mendorong aborsi :
Takut sampai putus sekolah dan terhambat masa depannya
Malu pada keluarga, teman dan masyarakat
Sering kali pasangan yang menghamili tidak bertanggung jawab
2. dampak aborsi :
Perasaan menyesal dan bias menjadi perasaan bersalah seumur hidup
Depresi
Trauma
Putus sekolah dan menghambat masa depan
Dampak pada kesehatan dapat menimbulkan kemandulan, infeksi, penyakit organ
reproduksi
Etiologi
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan
bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual,
tetapi bakteri juga bisa masuk kedalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan ( misalnya
pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium).
Faktor resiko terjadinya PID:
1. Aktivitas seksual pada masa remaja
2. Berganti-ganti pasangan seksual tanpa memakai kondom
3. Pernah menderita PID
4. Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang
6. Pemakaian IUD yang terlalu lama
7. Gejala
Gejala yang mungkin ditemukan pada PID:
1. Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yangabnormal
2. Demam
3. Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di
celana dalam
4. Kram karena menstruasi
5. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
6. Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
7. Nyeri punggung bagian bawah
8. Kelelahan
9. Nafsu makan berkurang
10. Sering berkemih
11. Nyeri ketika berkemih.
12. Temperatur diatas 38 ᵒC
13. Tegang nyeri pada pergerakan servik
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan pemeriksaan
panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksan cairan dari serviks
3. Kuldosentesis
4. Laparoskopi
5. USG panggul.
Bentuk-bentuk PID
1. Endometritis
Adalah peradangan pada yang biasanya disebabkanoleh infeksi bakteri pada jaringan.
Endometritis paling sering ditemukan terutama seelah seksio caesarea, partus lama atau pecah
ketuban lama. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik, dan drainase yang memadai,
pemberian cairan intravena yang memadai, penggantian darah. Pada endometritis akut biasanya
ditandai dengan demam, lochia berbau, kalau radang perimetrium tidak nyeri. Adapun
pengobatannya yaitu uterotonik, istirahat lewat fowler, antibiotika
2. Myometritis
Biasanya tidak berdiri sendiri tetapi lanjutan dari endometritis, maka gejala dan terapinya sama
dengan endometritis
3. Parametriris
Yaitu radang dari jaringan longgar didalam ligamoen latum. Biasanya ditandai dengan suhu tingi
dengan demam menggigil dan nyeri unilateral tanpa gejala rangsangan peritonium, seperti
muntah defense, dll.
4. Salpingitis akut
Kehamilan ektopik, tidak ada demam,dan leukositose tidak seberapa.
5. Pelvioperitonitis (perimetritis)
Terjadi sebagai lanjutan dari salphingoopohoritis. Kadang terjadi dari endometritis stsu
parametritis.
Pengobatan
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotic dan penderita tidak perlu dirawat. Jika
terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit.
Antibiotik diberikan secara intravena lalu diberikan per oral. Jika tidak ada respon terhadap
pemberian antibiotic, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita
sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika
melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.
2. Nilai wanita
Menurut kbbi (2001), nilai berarti harga, mutu, kadar, sifat yangg penting yang
berguna bagi kemanusiaan
Nilai adalah sesuatu yang berharga, keyakinan yang dipegang sedemikian oleh
seseorang sesuai dengan tuntutan hati nuraninya.
Pasa zaman dahulu perempuan sering diberlakukan nista.pada abad 6 m perempuan
dianggap tercipta hanya untuk melayani laki-laki semata .di zaman peradaban yunani kuno
dikalangan kerajaan, menempatkan perempuan sebagai makhluk yang terkurung dalam
istana. Kalangan dibawahnya menjadikan perempuan bebas diperdagangkan. Jika sudah
menikah, suami berhak melakuka apa saja terhadap istri
Pada abad 7 m perempuan menjadi barang seajen bagi para dewaoleh masyarakat
hindu kuno. Hak hidup perempuan bergantung pada hidup mati suaminya. Jika suaminya
meninggal, istri harus dibakar hidup-hidup bersama masyat suami
Zaman sekarang nilai perempuan juga masih dianggap lebih rendah dari nilai laki-
laki. Anak lebih takut pada ayah dibanding ibu, laki-laki lebih diutamakan dari perempuan.
Dimata tuhan tidak ada perbedaan antara wanita dengan laki-laki karena posisinya seorang
wanita dapat menjadi penyebab keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan.
3. Peran wanita
Menurut kbbi, peran berarti tingkah laku yang diharapkan yang dimiliki seseorang
sehubungan dengan kedudukan di masyarakt
Peran wanita sbb:
1. Peran berkaitan dengan kedudukan dalam keluarga
a. Irt penerus generasi
b. Istri dan teman hidup
c. Pendidik anak
d. Pengatur rumah tangga
2. Peran wanita berkaitan dengan kedudukannya dalam masyarakat sebagai makhluk
sosial
Wanita berpartisipasi dalam kehidupan bermayarakat dan bernegara. Wanita berpern
aktif dalam pembangunan seperti bidang pendidikan, kesehatan, politik, ekonomi, sosbud.
2) Perkosaan
Motivasi perkosaan:
• Pria ingin menunjukkan kekuasaan yang bertujuan menguaai korban dengan cara
mengancam dan dengan penetrasi sebagai simbol kemenangan
• Sebagai cara meluapkan rasa marah, penghinaan, balas dendam, menghancurkan lawan
baik masalah individu atau kelompok
• Luapam perilaku sadis, pelaku merasa puas telah membuat penderitaa bagi orang lain
Perempuan rentan menjadi korban perkosaan
• Kekurangan fisik dan mental
• Pengungsi, omigran, gelandangan, korban perang
• Korban tindak kekerasan suami/ pacar
Pencegahan pemerkosaan:
• Berpakaian, bersolek, berperilaku sopan
• Melakukan aktivitas bersama2
• Tidak menerima tamu laki-laki dirumah apabila seorang diri
• Tidak berjalan sendirian pada alam hari
• Membawa alat untuk keadaan darurat seperti peluit, alat bela diri. Parfum spray dll
• Berteriak jika diserang
• Berani mengatakan tidak
• Waspada cara pemerkosaan spt hipnotis, obat dalam minuman, dll
Sikap terhadap korban perkosaan:
• Menumbuhkan kepercayaan diri bahwa hal ini terjadi bukan kesalahannya
• Menumbuhkan gairah hidup
• Menghargai kemauannya untuk menjaga privasi dan keamanannya
• Mendampingi untuk periksa atau lapor pada polisi
Risiko kesehatan korban pemerkosaan:
• Kehamilan
• Pms
• Luka, cekikan, memar
• Masalah kejiwaan
3) Pelecehan seksual
Adalah segala bentuk perilaku atau perkataan bermakna seksual yang berefek merendahkan
martabat orang yang menjadi sasaran
Bentuk2 pelecehan seksual:
• Mengucapkan kata kotor tentang tubuh wanita
• Main mata, siulan nakal, isyarat jorok, sentuhan, rabaan, remasan, usapan, colekan,
pelukan, ciuman pada bag tubuh
• Menggoda kearah hubungan seksual
• Memperlihatkan alat kelamin atau onani didepan perempuan
Akibat pelecehan seksual:
• Gangguan psikologis: marah, tersinggung, malu, hina
• Kehilangan semangat belajar/ kerja
4) Single parent
Adalah keluarga dimana ada satu orang tua tunggal (ayah/ ibu)
Sebab terjadinya single parent:
• Perceraian
• Orang tua meninggal
• Orang tua masuk penjara
• Bekerja di pulau/negara lain
Dampak single parent:
1. Dampak negatif
• Perubahan perilaku anak
• Perempuan merasa terkucil
• Gangguan psikologis pada anak
2. Dampak positif
• Anak mandiri
Penanganan single parent:
• Memberi kegiatan positif
• Memberi peluang anak belajar berperilaku baik
• Dukungan komunitas
Pencegahan:
• Menghindari kehamilan diluar nikah
• Menciptakan kebersamaan dlm keluarga
• Peningkatan spiritual
7) Incest
• Incest adalah hubungan seksual yang terjadi antar anggota keluarga, yang mempunyai
pertalian darah
• Dapat terjadi karena saling suka, atau akibat paksaan
• Pelaku kebanyakan orang yang tinggal satu rumah/ kerap berinteraksi dengan korban
• Korban mayoritas anak-anak
• Sering berakibat trauma fisik dan psikis
Upaya mengatasi:
• Waspada dalam mengasuh anak
• Tidak mengabaikan kata hatijika melihat gelagat kurang baik
• Memisahkan tempat tidur anak mulai usia 3 th
• Lapor pada petugas jika ditemui masalah
8) Homeless
• Homeless atau tuna wisma atau gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan
yang tidak sesuai dengan norma masyarakat setemat, tidak mempunyai tempat tinggal
yang tetap dan hidup di tempat umum.
• Biasa tinggal di emperan toko, kolong jembatan, gerobak, taman,dll
• Aktivitas; mengamen, mengemis, memulung
Penyebab homeless:
• Kemiskinan
• Bencana alam
• Yatim piatu
• Kurang kasih sayang
• Tinggal di daerah konflik
Dampak homeless:
• Kesehatan
• Penggunaan narkoba
• Kekerasan
• Dimanfaatkan
• Pelecehan seksual
Penanggulangan:
• Penyuluhan dan konseling
• Pendidikan pelatihan keterampilan
• Pengawasan serta pembinaan lanjut
Penghentian/ peniadaan:
• Penertiban oleh aparat
• Penampungan
• Pelimpahan
Rehabilitasi
• Pembanguan rss
• Rumah singgah
• Transmigrasi
12) Pendidikan
Pendidikan merupakan proses ermberdayaan peserta didik sebagai subjek dan objek
dalam membangun kehidupan yang kebih baik. Pendidikan yang tinggi dipandang pperlu bagi
wanita, karena dapat meningkatkan taraf hidup, dan dapat membuat keputuan yang menyangkut
masalah kesehatan mereka sendiri
• Banyak perempuan yang tidak bekerja namun memiliki aktivitas lain untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga misal mengelola sawah, membuka warung, mengkredit akaian,
dll
• Jika bekerja masih ada perempuan yang digaji lebih rendah dari laki-laki
1. Perencanaan Keluarga
Seorang perempuan telah dapat melahirkan, segera setelah ia mendapat haid yang
pertama (menarche)
Kesuburan seorang perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid (menopouse)
Kehamilan dan kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak,
adalah antara 20-35 tahun
Persalinan pertama dan kedua paling rendah risikonya
Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun
Dari faktor-faktor tersebut diatas maka kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai
berikut:
Fase menunda kehamilan
fase menjarang kan kehamilan
Fase tidak hamil lagi
2. Penapisan Klien
Tujuan utama penapisan klien sebelum pemberian suatu metode kontrasepsi(misalnya pil
kb,suntikan atau AKDR)adalah untuk menentukan apakah ada :
Kehamilan
Keadaan yang membutuhkan perhatian khusus
Masalah (minsalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan
dan pengelolaan lebih lanjut.
Untuk sebagian besar klien keadaan ini biasa diselesaikan dengan cara anmnesis
terarah,sehingga masalah utama dapat dikenali atau kemungkinan hamil dapat disingkirkan.
Sebagian besar cara kontrasepsi,kecuali akdrdan konrasepsi mantap tidak membutuhkan
pemeriksaan fisik maupun panggul.pemeriksaan laboratorium untuk klien keluarga berencanan
atau klien baru umumya tidak diperlukan karena :
Sebagian besar klien keluarga berencana berusia muda (16-35 tahun ) dan umumnya
sehat
Pada wanita,masalah kesehatan reproduksi yang membutuhkan perhatian (min kanker
genitalia,payudara,dan fibroma uterus)jarang didapat pada umur sebelum 35 atau
40 tahun.
Pil komplikasi dosis rendah yang sekarang tersedia (berisi estrogen dan prosesteron
Tabel : Daftar Tilik Penapisan Kliaen Suntik dan Pil. Metode nonoperatif
Metode hormonal (pil kombinasi progestin,
YA TIDAK
suntikan dan susuk)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih
Apakah anda menyusui kurang dari 6 minggu pascapersalinan
Apakah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid
setelah senggama
Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata
Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual
Apakah pernah nyeri hebat pada betis,paha atau dada,atau tungkai
bengkak (edema)
Apakah pernah tekanan darah diatas 160 mm hg (sistolik)atau 90
mmhg (diastolik)
Apakah ada massa atau benjolan pada payudara
Apakah anda sering mengkonsumsi obat obatan anti
kejang(epilepsy)
AKDR(semua jenis pelapas tembaga dan progestin)
Apakah hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu
Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain
Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual(ims)
Apakah pernah mengalami penyakit radang panggul atau
kehamilan ektopik
Apakah pernah mengalami haid banyak (lebih dari 1-2 pembalut
tiap 4 jam)
Apakah pernah mengalami haid lama (lebih dari 8 hari)
Apakah pernah mengalami dismenore berat yang membutuhkan
anlgetik dan/atau istirahat baring
Apakah pernah mengalami perdarahan bercak antara haid aatau
setelah senggama
Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung valvular atau
congenital
Keterangan :
1) apabila klien menyusui dari 6 minggu pasca persalinan maka pil kombinasi adalah
metode pilihan terakhir.
2) tidak cocok untuk pil progestin (mini pil), suntikan (DMPA NET-ET)
3) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET-ET)
Jika semua jawaban diatas adalah “Tidak” dan tidak dicurigai adanya kehamilan dapat
diteruskan dengan konseling khusus. Bila respon banyak yang “Ya” berarti klien perlu dievaluasi
sebelum keputusan akhir dibuat.
Jika semua keadaan diatas adalah ‘tidak’ (negative) dan tidak dicuringai adanya
kehamilan maka dapat diteruskan dengan konseling metode khusus.bila espon banyak yang ‘iya’
(positif),berarti klien perlu dievakuasi sebelum keptusan akhir dibuat.
Catatan :
Klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi diatas. Namun, petugas
harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya. Bila diperlukan petugas dapat
mengulang pertanyaan dengan cara yang berbeda.
Tabel : daftar tilik penapisan klien.Metode operasi (tubektomi)
Dapat dilakukan pada Dilakukan di fasilitas
Keadaan klien
fasilitas rawat jalan rujukan
Keadaan umum Keadaan umum baik,tidak Diabetes tidak
(anamnesis dan ada tanda-tanda penyakit terkontrol,riwayat
pemeriksaan fisik) jantung,paru,atau ginjal penggunaan pembekuan
darah,ada tanda tanda
penyakit jantung,paru atau
ginjal
Keadaan emosional Tenang Cemas,takut
Tekanan darah < 160/100 mmhg ≥160/100 mmhg
Berat badan 35-85 kg >85 kg :>35 kg
Riwayat operasi Bekas seksio sesaria (tanpa Operasi abdomen
abdomen/panggul pelekatan) lainnya,perlekatan atau
terdapat kelainan pada
pemeriksaan panggul
Riwayat radang Pemeriksaan dalam normal Pemeriksaan dalam ada
panggul,hamil kelainan
ektopik,apendisitis
Anemia Hb ≥ 8 g % Hb < 8 g %
Laboratorium
Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong,kecuali tersedia uji kehamilan yang lebih
sensitive,jika tidak tersedia tes kehamilan yang sensitive,klien dianjurkan memakai kontrasepsi
barier sampai haid berikutnya.
b) Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi:
percaya diri / confidentiality;
Tidak memaksa / voluntary choice;
Informed consent; Hak klien / clien’t rights dan
Kewenangan / empowerment.
c) Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada pelaksana
kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:
Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.
Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
Membangun rasa saling percaya.
Mengormati hak klien dan petugas.
Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
d) Hak Pasien
Pasien sebagai calon maupun akseptor KB mempunyai hak sebagai berikut:
Terjaga harga diri dan martabatnya.
Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.
Memperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan dilaksanakan.
Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbaik.
Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan.
Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunakan.
1) Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi:
Berfokus untuk mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien.
Menggunakan komunikasi satu arah.
Menggunakan komunikasi individu, kelompok atau massa.
2) Pendidikan KB
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur pendidikan sebagai berikut:
Menyediakan seluruh informasi metode yang tersedia.
Menyediakan informasi terkini dan isu.
Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah.
Dapat melalui komunikasi individu, kelompok atau massa.
Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.
3) Konseling KB
Konseling KB antara lain:
Mendorong klien untuk mengajukan pertanyaan.
Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh informasi.
Membantu klien membuat pilihan sendiri.
e) Peran Konselor KB
Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan terutama pada pelayanan keluarga
berencana, tidak terlepas dari peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut:
Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat pilihan yang paling
sesuai dengan kebutuhannya.
Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat tentang berbagai metode
kontrasepsi yang tersedia.
Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses pembuatan Persetujuan
Tindakan Medik.
g) Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan keluarga berencana atau
PLKB.Konseling umum meliputi penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi
untuk mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi reproduksi keluarga.
2. Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan / konselor. Konseling
spesifik berisi penjelasan spesifik tentang metode yang diinginkan, alternatif,
keuntungan-keterbatasan, akses, dan fasilitas layanan.
Dalam bahasa Indonesia, juga lebih dikenal dengan SATU TUJU yang meliputi:
Sa : Salam
T : Tanya
U : Uraikan
Tu : Bantu
J : Jelaskan
U : Kunjungan ulang atau rujuk
2. Informed Choice
Informed choice merupakan bentuk persetujuan pilihan tentang:
Metode kontrasepsi yang dipilih oleh klien setelah memahami kebutuhan reproduksi
yang paling sesuai dengan dirinya / keluarganya.
Pilihan tersebut merupakan hasil bimbingan dan pemberian informasi yang obyektif,
akurat dan mudah dimengerti oleh klien.
Pilihan yang diambil merupakan yang terbaik dari berbagai alternatif yang tersedia.
3. Informed Consent
Informed consent adalah :
Bukti tertulis tentang persetujuan terhadap prosedur klinik suatu metode kontrasepsi
yang akan dilakukan pada klien.
Harus ditandatangani oleh klien sendiri atau walinya apabila akibat kondisi tertentu
klien tidak dapat melakukan hal tersebut.
Persetujuan diminta apabila prosedur klinik mengandung risiko terhadap keselamatan
klien (baik yang terduga atau tak terduga sebelumnya).
Persetujuan tindakan medik (Informed Consent) berisi tentang kebutuhan reproduksi
klien, informed choice, dan prosedur klinik yang akan dilakukan; ada penjelasan tentang risiko
dalam melakukan prosedur klinik tersebut; standar prosedur yang akan dilakukan dan upaya
untuk menghindarkan risiko; klien menyatakan mengerti tentang semua informasi tersebut diatas
dan secara sadar memberikan persetujuannya.
Informed consent juga dilakukan pada pasangannya dengan alasan sebagai berikut :
Aspek hukum, hanya saksi yang mengetahui bahwa pasangannya secara sadar telah
memberikan persetujuan terhadap tindakan medik.
Suami tidak dapat menggantikan posisi istrinya untuk memberikan persetujuan (atau
sebaliknya) kecuali pada kondisi khusus / tertentu.
Secara kultural (Indonesia) suami selalu menjadi penentu dalam memberikan persetujuan
tetapi secara hukum, hal tersebut hanya merupakan persetujuan terhadap konsekuensi
biaya dan pemahaman risiko (yang telah dijelaskan sebelumnya) yang mungkin timbul
dari
prosedur klinik yang akan dilakukan.
F. Pendokumentasian Pelayanan KB
A. Pengertian
Dokumentasi merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat asli yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum. (menurut manajemen kebidanan, 1995).
Pendokumentasian pelayanan KB adalah pekerjaan mencatat atau peristiwa dan objek
maupun aktivitas pemberian jasa (pelayanan) KB yang dianggap berharga dan penting.
B. Tujuan Dokumentasi
1. Sebagai sarana komunikasi
2. Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
3. Sebagai informasi statistik
4. Sebagai sarana pendidikan
5. Sebagai sumber data penelitian
6. Sebagai jaminan kualitas pelayanan kesehatan
7. Sebagai sumber data perencanaan asuhan keperawatan/kebidanan berkelanjutan
2. SOAP
1. Pengertian
SOAP ® Catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan tertulis.
2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAP
a. S = Subjective Data = Data Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
b. O = Objective Data = Objektif Data
Menggambarka pendokumentasian dari hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dala fokus untuk
mendukung Assesment.
c. A = Assesment = Pengkajian ulang = Kesimpulan dari data S dan O
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dari interpretasi data subjektif dan
data objektif dalam suatu identifikasi.
d. P = Pelaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan asuhan secara menyeluruh
dalam melaksanakannya secara efisien serta mengevaluasi efektivitas asuhan yang
diberikan.
3 SOAPIER
1. Pengertian
SOAPIER ® format yang lebih tepat yang digunakan apabila rencana pasien ada yang
akan dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
2. Identifikasi langkah manajemen kebidanan yang berorientasi pada SOAPIER
S : Subjective : Pernyataan atau keluhan pasien
O : Objective : Data yang di observasi
A : Assesment : Kesimpulan berdasarkan data Objektif dan Subjektif
P : Planning : Apa yang dilakukan terhadap masalah
I : Implementation : Bagaimana dilakukan
E : Evaluation : Respon pasien terhadap tindakan keperwatan atau kebidanan
R : Revised : apakah rencana keperawatan atau kebidanan akan dirubah.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
I. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB
B. Data Subjektif
1. Jumlah anak hidup : 2 orang
2. Umur anak terkecil : 3 th
3. Status peserta KB : lama
4. Cara KB terakhir : Suntikan 3 bulan
5. Tujuan ber-KB :
( √ ) Menjarangkan kehamilan
( ) Menghentikan kehamilan
( √ ) Waktu pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya sudah habis
6. Penapisan (skrinning)
Haid terakhir tanggal/ bulan/ tahun : 08-04-2018
Hamil/ diduga hamil : Tidak
Jumlah G P A H : P2 A0 H2
Menyusui : Tidak
Riwayat penyakit sebelumnya
Sakit kuning : Tidak
Pendarahan pervaginam yang : Tidak
tidak diketahui penyebabnya
Keputihan yang lama : Tidak
Tumor di payudara : Tidak
Tumor di rahim : Tidak
Tumor di indung telur : Tidak
C. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
= Keadaan umum :Baik
Tanda Vital
Tekanan Darah :120/ 80 mmhg
Nadi :82 x/i
Pernafasan :22 x/i
Suhu :37oC
= BB sekarang :48 Kg
D. Pemeriksaan Laboratorium
= Hb : (-) tidak dilakukan
= Urin
Plano test : (-) tidak dilakukan
PEMBAHASAN HASIL OBSERVASI
A. KESIMPULAN
Kesehatan bukan hanya tidak ada penyakit dalam tubuh tetapi juga kesejahteraan jasmani
maupun rohani dan social dalam diri seseorang wanita maupun pria dalalm melakukan fungsi
melanjutkan keturunan atau ber reproduksi.
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi
adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhusususan kebutuhan
penanganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar
fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase
kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat
buruk pada masa depan kehidupan selanjutnya.
Wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi sangatlah penting untuk bisa dikuasai dan
dimiliki oleh para perempuan dan laki-laki yang berumah tangga, supaya kesejahtaraan dan
kesehatan bisa tercapai dengan sempurna.
B. SARAN
Pentinggnya kesehatan reproduksi untuk semua kalangan baik pada wanita,remaja usia
subur,usia lanjut, jadi pentingnya informasi mengenai kesehatan reproduksi agar terbebas dari
hal-hal uyang tidak di inginkan.
Penulis berharap laporan pratikum real setting ini dapat menjadi referensi dan membantu
pembaca dalam menyelesaikan tugasnya tentang “asuhan kebidanan KB dan KesPro “.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1999. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. Jakarta: EGC
Saifuddin, Abdul Bari dkk.2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta: JNPKKR-POGI
Suyanto, Perdagangan Anak Perempuan, Kekerasan Seksual, dan Gagasan kebijakan , Pusat
Widyastuti,Yani,dkk.2009.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Fitramaya
Zohra Andi Baso, Judi Raharjo, Kesehatan Reproduksi, Panduan Bagi Perempuan, Panduan