Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN


KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB
Procedure (screening keganasan, dll)
System (klinik kespro dan infeksi menular seksual, dll)

MATA KULIAH:
TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
DOSEN PENGAMPU : Erma Puspita Sari, M.Kes

KELOMPOK 13
1. Ani Lasepha (22251070P)
2. Dea Laberia (22251074P)
3. Ni Putu Agi Mentari (22251100P)
4. NW Dessy Fransisca A (22251105P)

UNIVERSITAS KADER BANGSAPALEMBANG


TAHUN AJARAN2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul “TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN
KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim
penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Tuhan YME
karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet. Tiada yang sempurna di
dunia, melainkan Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan
saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar
bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Palembang, 09 November 2022

\
Penulis
 

ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………............ i
DaftarIsi ………………………………………………………….................... ii
Bab I Pendahuluan………….………………………………………............... 1
1. Latar Belakang …………………………………...................................... 1
2. Rumusan Masalah ………………………………………......................... 1  

Bab II Tinjauan Teori ………………………………………………...............      2


2. Konsep Kesehatan Reproduksi.................................………….................... 2
2.1 Konsep Dasar Kesehatan Rproduksi....................................................... 2
2.2 Pengetian Kontrasepsi............................................................................. 3
2.3. Perubahan Pada Remaja......................................................................... 3
2.4 Alat Reproduksi....................................................................................... 3
3. Teknologi Tepat Guna dalam pelayanan KB.……..……………………... 4
3.1 Pengetian Kontrasepsi............................................................................. 4
3.2 Macam-macam metode konrasepsi........................................................ 5
3.3 Tujuan Kontrasepsi................................................................................. 5
3.4 Keuntungan Kontrasepsi........................................................................ 5
3.5 Sasaran Kontrasepsi................................................................................ 6

4. Prosedur Teknologi Terapan dalam pelayanan Kespro dan KB……........ 6

4.1 Peran Bidan untuk keganasan dan Penyakit Sitemik............................ 6

4.2 Cara untuk skrining keganasan............................................................... 7

5. Peran Pemerintah dalam Program pengendalia IMS................................... 11

Bab III Penutup ………………………………………………………………...... 14

3.1 Kesimpulan …………………………………………………........................... 14

3.2 Saran ………………………………………………………………….............. 14

Daftar Pustaka ……………………………………………………………............ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu masalah yang tidak dapat dilepaskan dari
kehidupan pedesaan. Masih banyak desa-desa terutama desa tertinggal yang jauh dari
perilaku hidup sehat. Sementara itu, Kesehatan merupakan salah satu variable pengukur
indeks pembangunan manusia, dan mayoritas masyarakat indonesia tinggal di pedesaan
sehingga menjadi hal yangwajar jika indeks pembangunan manusia masih bernilai
sangat rendah.

Kesehatan merupakan aspek penting dan menjadi salah satu kebutuhan yang
mendasar dalam kehidupan masyarakat menjadi salah satu hak yang seharusnya
didapatkan oleh semua masyarakat termasuk masyarakat desa. Keterbatasan financial
menjadi hambatan masyarakat desa dalam mengakses sarana kesehatan. Selain itu
umumnya program ataupun teknologi kesehatan dari pihak luar kadang kala tidak sesuai
dengan keadaan masyarakat desa serta sulit diterapkan oleh masyarakat desa.

Oleh karena itu perlu adanya Teknologi Tepat Guna (TTG) kesehatan yang
dapat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya.Teknologi
tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkann aspek
lingkungan, etika budaya, sosial, dan ekonomi. Ciri-ciri Teknologi Tepat Guna adalah
mudah diterapkan, mudah dimodifikasi, untuk kegiatan skala kecil, sesuai dengan
perkembangan budaya masyarakat.Adanya teknologi tepat guna kesehatan diharapkan
dapat menjembatani masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan hidup sehat. Maka,
perlu kiranya melihat kondisi penerangan teknologi tepat guna, khususnya bidang
Kesehatan yang berkembang dimasyarakat dan melihat sejauh mana teknologi
tersebut berhasil mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat.

2. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari latar belakang tersebut yaitu apa saja teknologi
dalam pelayanan kesehatan reproduksi dan KB ?

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

2. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI (KESPRO)


2.1 Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi
Pengertian Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental,
sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan
proses reproduksi (Cholil,1996).
Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan :
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk PMS
HIV/AIDS.
3) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4) Kesehatan reproduksi remaja.
Hak-hak reproduksi Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan,
disepakati, bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh,
baik kesehatan rohani dan jasmani, meliputi :
1) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4) Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
6) Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk
perlindungan dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual
8) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi
9) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
kehidupan kesehatan reproduksi

2
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi

2.2 Pengertian Remaja


Remaja adalah masa transisi antara masa anak dan dewasa, dimana terjadi pacu
tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas 6 dan
terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih,2004). Masa
remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode masa pematangan
organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas (Widyastuti Yani,
2009).

2.3 Perubahan Pada Remaja


1) Perubahan Fisik
Perubahan yang cukup menyolok terjadi ketika remaja baik perempuan
dan laki-laki memasuki usia antara 9 –15 tahun, pada saat itu mereka tidak
hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja
2) Mimpi basah
Remaja laki-laki memproduksi sperma setiap harinya. Sperma bisa dikeluarkan
melalui proses yang disebut ejakulasi, yaitu keluarnya sperma melalui penis.
Ejakulasi bisa terjadi secara alami (tidak disadari oleh remaja laki-laki) melalui
mimpi basah.
3) Proses terjadinya menstruasi
Menstruasi terjadi karena sel telur yang diproduksi ovarium tidak dibuahi oleh
sel sperma dalam rahim. Sel telur tersebut menempel pada dinding rahim
dan membentuk lapisan, kemudian menipis dan luruh keluar melalui mulut
rahim dan vagina dalam bentuk darah, yang biasanya terjadi antara 3-7 hari.
Jarak antara satu haid dengan haid berikutnya tidak sama pada setiap
orang. Ada kalanya 21 hari atau bisa juga 35 hari.

2.4 Alat Reproduksi


1. Pada Perempuan
a) Bibir luar (labia mayora) dan bibir dalam (labia minora)
b) Klitoris

3
c) Lubang vagina
d) Rambut kemaluan (mons veneris)
e) Vagina
f) Mulut rahim (cervix)
g) Rahim (uterus)
h) Saluran telur (tuba fallopi )dan Indung telur (ovarium)

2. Pada laki-laki
a) Zakar (penis)
b) Buah zakar (testis)
c) Saluran zakar (uretra)
d) Skrotum
e) Saluran sperma (vas deferens)
f) Kelenjar prostat
g) Bladder (kandung kencing)

3. TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN KB

Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu untuk


mendapatkan objek-objek tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval kehamilan, menentukan
jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur
suami istri.

3.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan,
upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.
Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas.
(Prawirohardjo, 2006). Kontrasepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi
dengan menggunakan alat atau obat-obatan.

4
3.2 Macam-macam metode Kontrasepsi
Metode Sederhana
a. Tanpa Alat
(1) KB alamiah yaitu : metode kalender (ogino-knaus), metode suhubasal
(termal), metode lendir serviks (billings), metodesimpto-termal
(2) Coitus interuptus
b. Dengan Alat
(1) Mekanis (barrier) yaitu : kondom pria, barier intravaginal (seperti diafragma),
kap serviks, spon, kondom Wanita.
(2) Kimiawi yaitu : Spermisid (seperti vaginal cream, vaginal busa,
vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal foam,vaginal soluble film)

Metode Modern
Kontrasepsi hormonal
a) Per-oral yaitu : pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning-after pil.
b) Injeksi atau suntikan (DMPA, NET-ET)
c) Sub-kutis (implan)
d) Intra uterine devices (IUD, AKDR)
e) Kontrasepsi mantap (MOP, MOW)

3.3 Tujuan kontrasepsi
1) Untuk menunda kehamilan
2) Untuk menjarangkan kehamilan
3) Untuk menghentikan kehamilan / mengakhiri kehamilan / kesuburan
(Hartanto, 2004)

3.4 Keuntungan kontrasepsi


1) Efek samping yang merugikan tidak ada
2) Lama kerja dapat diatur menurut keinginan
3) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
4) Sederhana, sedapat-dapatnya tidak perlu dikerjakan oleh seorang dokter.

5
5) Harganya murah supaya dapat dijangkau masyarakat luas.
6) Dapat diterima pasangan suami istri.
3.5 Sasaran
1) Semua Pasangan Usia Subur yang ingin menunda, menjarangkan kehamilan dan
mengatur jumlah anak.
2) Ibu yang mempunyai banyak anak dianjurkan memakai kontrasepsi untuk menur
unkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang disebabkan karena
faktor multiparitas (banyak melahirkan anak).
3) Ibu yang mempunyai resiko tinggi terhadap kehamilan
4) Ibu yang mempunyai penyakit yang bisa membahayakan
keselamatan jiwanya jika dia hamil, maka ibu tersebut dianjurkan memakai
kontrasepsi

4. PROSEDUR TEKNOLOGI TERAPAN DALAM PELAYANAN


KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB

4.1 Peran Bidan dalam Skrining untuk Keganasan dan Penyakit Sistemik
a) Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya melakukan
langkah skrining.
b) Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisiko terkena penyakit
atau masalah kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti ditindaklanjuti di
fasilitas Kesehatan
c) Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat
dimulai secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki.
d) Membantu melindungi kesehatan individual.
e) Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi
carrier penyakit di komunitas.
f) Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode
barrier (pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi
perlindungan terhadap kanker serviks.
g) Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metode pap smear
kemudian membantu dalam pengiriman hasil pemeriksaan kelaboratorium.

6
4.2 Cara untuk melakukan skrining keganasan
1. Pap Smear
Pap smear merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat
yang dinamakan speculum dan dilakukan oleh bidan ataupun ahli
kandungan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksiadanya HPV ataupun sel
karsinoma penyebab Kanker Leher Rahim. Cara melakukan tes papsmear secara teknis
yaitu pengambilan sapuan lendir dengan menggunakan spatula atau sejenis sikat halus.
Lendir leher rahim diambil oleh dokter atau bidan untuk dioleskan dan difiksasi
(dilekatkan) pada kaca benda. Kemudian dengan menggunakan mikroskop seorang ahli
sitologi (sel) akan menguji sel rahim tersebut.
 
Alasan Harus melakukan Pap smear
1) Menikah pada usia muda
2) melakukan senggama sebelum usia 20 tahun
3) melahirkan lebih dari 3 kali
4) Pemakaian alat kontrasepsi >5 tahun, terutama IUD atau kontrsepsihormonal
5) perdarahan setiap hubungan seksual
6) Mengalami keputihan atau gatal pada vagina
7) Sudah menopause dan mengeluar-kan darah pervagina
8) Berganti-ganti pasangan dalam senggama 

Persiapan sebelum pap smear:


1) Usahakan otot-otot vagina rilek
2) Tidak melakukan hubungan suami- istri 48 jam sebelum pengambilan lendir mulut
rahim
3) Waktu yang paling baik untuk pengambilan lendir adalah 2 minggu setelah selesai
haid
4) Jangan menggunakan pembasuh anti-septic atau sabun antiseptic di sekitar vagina
selama 72 jam

7
5) Sudah menopause, papsmear dapat dilakukan kapan saja, jikakandung rahim dan
leher rahim telah diangkat atau dioperasi(hysterectomy) tidak perlu lagi melakukan
papsmear karena sudahterbebas dari resiko menderita kanker leher rahim.
6) Tidak sedang haid 
Hasil Papsmear
1) Negatif : artinya tidak ditemukan sel-sel yang berbahaya
2) Displasia : ditemukan sel yang menunjukkan perubahan sifat yangdapat
mengarah ke keganasan, untuk itu perlu dikonfirmasi dengan pemeriksaan
biopsi.
3) Positif : ditemukan sel ganas, harus dilakukan biopsi untukmemastikan
diagnosa.

2. IVA ( Inspeksi Visual Asam asetat )


IVA ( Inspeksi Visual Asam asetat ) adalah pemeriksaan leher rahim( serviks )
dengan cara melihat langsung ( dengan mata telanjang ) leher rahim setelah memulas
leher rahim dengan larutan asam asetat 3 sampai dengan 5%. Dengan cara ini kita dapat
mendeteksi kanker rahim sedini mungkin.

Cara Kerja IVA


a) Memberitahukan prosedur yang akan. Privasi dan kenyamanansangat penting
dalam pemeriksaan ini.
b) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
c) Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan
yang cukup.
d) Spekulum dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibukauntuk melihat
leher Rahim

Hasil
 IVA negatif : menunjukkan leher rahim normal.
 IVA radang : serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinaklainnya (polip
serviks).

8
 IVA positif : ditemukan bercak putih (aceto white epithelium).mengarah pada
diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in
situ).
 IVA-Kanker serviks : Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat
bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium
invasif dini (stadium IB-IIA)

3. BIOPSI
Biopsi adalah salah satu tes yang biasanya dilakukan untuk mendeteksi dan
memantapkan diagnosis penyakit kanker. Biopsi dilakukan sebagai prosedur
mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh Anda. Kemudian, sampel sel tersebut
akan diuji dalam sebuah laboratorium dan dilihat bentuknya di bawah mikroskop.
Proses biopsi yang akan dijalani, bergantung dengan jenis biopsi yang dipilih.
Dilansir dari laman Mayo clinic, ada beberapa tipe biopsi yang dilakukan untuk
mendiagnosis penyakit kanker, yaitu:
1. Biopsi sumsum tulang
Biopsi sumsum tulang adalah prosedur memasukkan sebuah jarum ke sumsum tulang
dan menyedot cairan atau jaringan. Jenis biopsi ini biasanya dilakukan ketika dokter
mencurigai kemungkinan adanya kanker darah, seperti leukemia, limfoma, Multiple
Myeloma, atau kanker yang berasal atau menuju ke sumsum tulang.

2. Biopsi endoskopi
Pada biopsi endoskopi, dokter akan menggunakan tabung tipis fleksibel (endoskop)
yang dilengkapi cahaya dan pemotong. Alat ini dimasukkan ke dalam tubuh untuk
mengambil sedikit jaringan yang dicurigai sebagai kanker untuk sampel.
Biasanya, endoskop dimasukkan lewat mulut, rektum, saluran kemih, atau sayatan
kecil di kulit area kanker berada.
Contoh prosedur biopsi endoskopi termasuk sistoskopi yaitu untuk mengumpulkan
jaringan dari dalam kandung kemih, bronkoskopi untuk mendapatkan jaringan dari
dalam paru, dan kolonoskopi untuk mengumpulkan jaringan dari dalam usus besar
Anda.

9
3. Biopsi jarum
Biopsi jarum biasanya digunakan untuk mendeteksi adanya kanker pada benjolan
payudara atau pembengkakan di kelenjar getah bening. Berbagai metode dalam
penerapan biopsi jarum yang biasanya digunakan adalah:
 Menggunakan jarum halus, panjang, dan tipis untuk mengeluarkan cairan dan sel
untuk dianalisis.
 Menggunakan jarum inti yang ukurannya lebih besar dengan ujung pemotong yang
nantinya berfungsi untuk menarik dan memotong jaringan dari area tertentu.
 Menggunakan bantuan vakum (alat hisap) agar jumlah cairan dan sel lebih banyak
dan dipisahkan dengan sebuah jarum.
 Menggunakan bantuan tes pencitraan, seperti CT scan, USG, MRI, dan sinar X-ray
dengan jarum.

Salah satu upaya pemerintah dalam memberikan pelayanan KB dan kespro adalah
dengan adanya program PKBI. Program Layanan Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Seksual dan Reproduksi (Kespro) PKBI berlandaskan pada Rencana
Strategis 2010-2020 strategi I, yaitu mengembangkan model-model dan standar
pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang berkualitas untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Area program strategi ini meliputi :
1. Menyediakan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi yang terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat, termasuk difabel (seseorang dengan kemampuan
berbeda) dan kelompok marjinal termasuk remaja.
2. Menyediakan pelayanan penanganan kehamilan tak diinginkan yang komprehensif
yang terjangkau.
3. Mengembangkan standar pelayanan yang berkualitas di semua strata pelayanan,
termasuk mekanisme rujukan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi.
4. Melakukan studi untuk mengembangkan pelayanan yang berorientasi pada
kepuasan klien, pengembangan kapasitas dan kualitas provider.
5. Mengembangkan program penanganan kesehatan seksual dan reproduksi pada
situasi bencana, konflik dan situasi darurat lainnya.
6. Mengembangkan model pelayanan KB dan Kespro melalui pendekatan
pengembangan masyarakat

10
Area program  ini dilaksanakan oleh bidang program Layanan KB dan Kespro
melalui 31 Klinik di 17 Provinsi, 30 Kabupaten/Kota. Selain layanan klinik statis, PKBI
juga menyelenggarakan layanan mobile klinik untuk menjangkau masyarakat lebih luas
dalam situasi normal maupun bencana.

Tujuan didirikannya Klinik Kesehatan Seksual dan Reproduksi yaitu :


 Sebagai fasilitas layanan kesehatan yang memberikan layanan berkualitas, lengkap
dan terpadu (komprehensif) berupa kesehatan seksual dan reproduksi, keluarga
berencana, kesehatan keluarga dan pelayanan lainnya bagi masyarakat yang
membutuhkan.
 Memberikan layanan konseling, layanan remaja untuk mendorong peningkatan
kemandirian masyarakat dalam memenuhi Hak Kesehatan Seksual dan Reproduksi
(HKSR).

Beberapa prinsip dan nilai yang digenggam PKBI dalam menyediakan pelayanan KB
dan Kespro  :
(1) tanpa Diskriminasi dan Tidak menghakimi,
(2) berbasis hak (right based),
(3) subsidi silang dan presentase alokasi (cross subsidize ), 
(4) berbasis counseling (counseling based), 
(5) pelayanan yang ramah kepada semua (youth friendly services), 
(6) Layanan klinik PKBI berdasarkan kebutuhan klien (client needs),
(7) Layanan Terintegrasi.

5. Peran Pemerintah dalam Program Pencegahan dan Pengendalian IMS


Komprehensif
Kebijakan pada tingkat nasional
 Tujuan pengaturan dan penjabaran prioritas
 Alokasi sumber daya untuk:
 Pencegahan dan pengobatan IMS
 Kebutuhan data tambahan

11
 Advokasi politik untuk satu kebijakan pendukung dan kerangka hukum .
 Pidato komunitas dari pemimpin untuk permasalahan seksual, stigma dan
diskriminasi.
 Evaluasi program nasional.

Fungsi normatif pada tingkat nasional


 Pengembangan dan distribusi panduan kerja
 Panduan penanganan kasus untuk populasi umum dan subpopulasi risiko tinggi
 Jaminan kepastian laboratorium dan kualitasnya
 Sistem surveilans
 Perencanaan dan panduan untuk aktivitas spesifik pengendalian IMS
 Intervensi terpusat untuk subpopulasi risiko tinggi (biasanya bersama dengan
program HIV)
 Skrining dan pengobatan sifilis serta pencegahan komplikasi mata pada klinik
antenatal
 Program imunisasi HPV
 Skrining dan pengobatan klamidia untuk Wanita
 Kerjasama sektor swasta
 Lain-lain sesuai dengan yang diprioritaskan
 Kesinambungan rencana evaluasi dengan indikatornya
 Pengembangan sistem pengawasan dan evaluasi

Fungsi operasionalisasi
 Pengorganisasian pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan
 Integrasi klinik IMS delivery
 Supervisi oleh pelayanan kesehatan primer dan swasta
 Pengembangan sistem rujukan untuk penanganan yang lebih kompleks
 Pengembangan pelayanan khusus untuk memenuhi kebutuhan bagi kelompok kunci
subpopulasi risiko tinggi dan dikaitkan dengan program pencegahan HIV .
 Pengembangan jaringan dengan pelayanan kesehatan seksual dan reproduktif,
pelayanan HIV dan lain-lainnya sesuai prioritas .

12
 Desain untuk komunikasi perubahan perilaku untuk :
 Mengurangi stigma dan diskriminasi
 Menurunkan perilaku berisiko IMS
 Meningkatkan perilaku dalam mencari pengobatan
 Pengorganisasian sistem manajemen logistik untuk memastikan suplai komoditi
yang berkelanjutan, antimikroba, kondom, lubrikan berbasis air dan reagen
laboratorium
 Pengembangan sistem pelatihan untuk melatih penyedia layanan Kesehatan dalam
hal:
 Manajemen klinis termasuk kualitas
 Fungsi infrastruktur klinik
 Sistem monitoring
 Memantau informasi yang sedang berkembang tentang masalah-masalah teknis
Pengembangan sistem supervisi penunjang dan monitoring balik.
 Membantu pengembangan data yang didapat untuk digunakan pada semua tingkat.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan diatas adalah dalam penerapan teknologi
tepat guna pada masyarakat perlu dilakukan skrining untuk mengetahui
diagnosis sedini mungkin agar cepat terapinya, mencegah meluasnya suatu
penyakit, mendidik masyarakat untuk melakukan general check up dan memberi
gambaran kepada tenaga kesehatan tentang suatu penyakit.
Kesehatan reproduksi bukan hanya mencakup kesehatan reproduksi
perempuan secara sempit misalnya masalah seputar perempuan usia subur yang
telah menikah, kehamilan dan persalinan, tetapi mencakup seluruh tahapan
hidup perempuan sejak konsepsi sampai usia lanjut. Beberapa masalah yang
perlu diperhatikan dalam kesehatan reproduksi, yaitu kesehatan reproduksi itu
sendiri, PMS dan pencegahan HIV/AIDS, remaja, Keluarga Berencana. oleh
karena itu perlu memberikan pemahaman akan keterlibatan perempuan, dengan
harapan semua perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya dan
menjadikanya kehidupan reproduksinya menjadi lebih berkualitas.

3.2 SARAN
Diharapkan dengan adanya pembahasan tentang pelayanan Kesehatan
reproduksi dan KB pada makalah diatas dapat menjadi acuan pembaca untuk
mengetahui pentingnya pemeriksaan Kesehatan secara dini untuk mencegah
penyakit reproduksi yang lebih parah kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/32296489/
teknologi_tepat_guna_dalam_pelayanan_keluarga_berencana
https://id.scribd.com/document/377342522/Prosedur-Teknologi-Terapan-Dalam-
Pelayanan-Kesehatan-Reproduksi-Dan-KB
https://pkbi.or.id/program/layanan-keluarga-berencana-dan-kesehatan-reproduksi/
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/10738/1/1a510c08e43563b5dfdb2f54e56c8f9d.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai