PENDAHULUAN
Penyakit anemia merupakan suatu kondisi dimana tubuh kekurangan sel darah
merah atau eritrosit atau hemoglobin. Hemoglobin sendiri adalah protein kaya zat
besi yang memberikan warna merah pada darah dan berfungsi membawa oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh dan mengangkut karbon dioksida dari seluruh
normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi
dan anemia merupakan kejadian yang paling sering terjadi di semua kelompok
usia di seluruh dunia. (1) Anemia gizi terutama yang disebabkan oleh defisiensi
zat besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemui di negara
berkembang dan bersifat epidemik. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
timbul akibat kosongnya cadangan zat besi tubuh sehingga penyediaan zat besi
darah merah yang terjadi secara berlebihan. (2) Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan asupan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan
1
2
Anemia merupakan suatu tanda dan gejala dari suatu penyakit namun
bersifat tidak spesifik, karena anemia banyak terjadi sebagai awal dari masalah
kesehatan. Anemia gizi umumnya terjadi pada perempuan dalam usia reproduktif
dan anak-anak. Keadaan ini membawa efek keseluruhan terbesar dalam hal
gangguan kesehatan. Anemia defisiensi besi terjadi pada remaja putri karena
meningkatnya kebutuhan zat besi selama masa pertumbuhan dan kehilangan darah
serius terjadi di negara berkembang. (5) Penelitian Kaimudin, lestari, dan Afa
2017 menyatakan bahwa prevalensi anemia lebih banyak terjadi pada anak
WHO dalam menurunkan angka kejadian anemia pada remaja yaitu dengan
dunia. (6)
Anemia banyak terjadi pada remaja dan ibu hamil.Anemia pada remaja putri
sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut World Health Organization
prevalensi anemia dunia tahun 2013 berkisar 40-88%. Jumlah usia remaja (10-19
tahun) di Indonesia sebanyak 26,2% yaitu terdiri dari 50,9% laki-laki dan 49,1%
perempuan. (7)
3
yaitu 21,7% dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan
18,4% penderita berumur 15-24 tahun. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar
40,5%, ibu hamil sebesar 50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18
tahun sebesar 57,1% dan usia 19-45 tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai
resiko terkena anemia paling tinggi terutama pada remaja putri. (8)
mencapai 57,1%, tahun 2016 sebanyak 54,5%, dan tahun 2017 meningkat menjadi
58,2%. Anemia pada remaja putri di Kota Medan masih merupakan masalah
anemia di Kabupaten Kota Medan didapatkan anemia pada balita umur 0-5 tahun
sebesar 40,5%, remaja putri sebesar 26,5%, Wanita Usia Subur (WUS) sebesar
Remaja putri mempunyai risiko yang lebih tinggi terkena anemia defisiensi
besi daripada remaja putra. Alasan pertama karena setiap bulan pada remaja putri
selama lebih dari lima hari dikhawatirkan akan kehilangan zat besi, sehingga
hanya tiga hari dan sedikit. Alasan kedua adalah karena remaja putri seringkali
menjaga penampilan, keinginan untuk tetap langsing atau kurus sehingga diet dan
mengurangi makan. Diet yang tidak seimbang dengan kebutuhan zat gizi tubuh
akan menyebabkan tubuh kekurangan zat gizi yang penting seperti zat besi. (3)
4
Penelitian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMP Negeri 8 Percut Sei Tuan tahun
masih tingginya prevalensi anemia pada remaja putri. Penelitian tahun 2003 di
Kota Banda Aceh mendapatkan prevalensi anemia pada remaja putri yaitu sebesar
88%.(9) Penelitian tahun 2007 pada remaja putri SMK Amaliyah Sekadau
yang berhubungan dengan terjadinya anemia defisiensi besi ini adalah pendidikan
orang tua, pendapatan keluarga, pengetahuan dan sikap remaja putri tentang
anemia, tingkat konsumsi gizi, pola menstruasi, dan kejadian infeksi dengan
Faktor lain yang dapat menyebabkan anemia adalah asupan zat gisi yang
penyerapan zat besi seperti teh atau kopi yang bersamaan waktu makan, dan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada remaja putri Kelas
putri (50%) mengalami anemia, dan 5 remaja putri tidak anemia. Sebanyak 5
remaja putri (57%) ditanya apakah tanda-tanda anemia, sebanyak 5 remaja putri
menjawab lemah, letih dan lesu dan 5 remaja putri lainnya menjawab tidak tahu.
Dari 5 remaja yang mengalami anemia terdapat 2 remaja (40%) mempunyai status
gizi di bawah normal dan 3 remaja putri mempunyai status gizi normal. Oleh
sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti “faktor- faktor yang berhubungan dengan
kejadian Anemia pada Remaja Putri SMP AMPERA Kecamatan Hamparan Perak,
permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang berhubungan
1. Bagi Responden
- Manfaat Teoritis
-Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan remaja putri untuk menjada status gizi
yang normal agar terhindar dari anemia dan dampak yang ditimbulkan.
TINJAUAN PUSTAKA
faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMPN 1
Kokap, Kulon Progo tahun 2019 melaporkan bahwa faktor – faktor yang
yaitu konsumsi Tablet Tambah Darah (p=0,033) dan aktivitas fisik (p=0,010).
Remaja yang mengkonsumsi Tablet Tambah Darah kurang dari 4 kali berisiko
3 kali lebih besar menjadi anemia daripada remaja yang mengkonsumsi Tablet
Tambah Darah lebih dari 4 kali dan remaja yang melakukan aktivitas fisik
sedang sedang/berat berisiko 12 kali lebih besar terjadi anemia daripada remaja
yang melakukan aktivitas fisik rendah. Faktor yang paling berpengaruh pada
kali lebih berisiko dibandingkan dengan aktivitas fisik rendah. Jadi peluang jika
75%.
Jambi Tahun 2017 sebanyak 88 responden Dari empat variabel di peroleh hasil
6
7
kesehatan (p-value = 0,005) dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA
N 2 Kota Jambi Tahun 2017, bahwa remaja putri yang memiliki pengetahuan
tenaga kesehatan dan media informasi dengan pencegahan anemia pada remaja
putri di SMAN 4 Kota Jambi Tahun 2018 oleh Nurbaiti tahun 2018, yang
dilakukan secara analisis multivariat dengan uji statistic Chi Square maka dapat
2018; ada hubungan yang signifikan peran keluarga remaja putri secara parsial
dengan pencegahan anemia pada remaja putri tahun 2018; ada hubungan yang
remaja putri di SMAN 4 Kota Jambi tahun 2018; Ada hubungan yang
SMAN 4 Kota Jambi tahun 2018. Variabel yang dominan berhubungan dengan
2018. (14)
anemia yang cukup baik, tapi pola makan mayoritas tidak sehat serta pola
menstruasi juga sebagian besar tidak normal. Dan dari analisis diperoleh hasil
bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan, pola makan dan pola menstruasi
remaja tahun 2007 sebesar 25,9%, masih lebih tinggi dibandingkan Nasional
sebesar 19,7%. Hasil pra survei pada remaja putri Kelas XI di MAN 1 Metro
penelitian diperoleh kejadian anemia berjumlah 40% dari 115 responden. Hasil
anemia pada program UKS terhadap remaja putri di MAN 1 Metro Lampung
9
putri. (16)
keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dala m darah lebih rendah
dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko
hasil skrining tahunan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Sawahlunto
tahun 2013 terhad ap siswa putri tingkat SMP dan SMA di Kota Sawahlunto
ditemukan pada siswa SMA dengan persentase 57,9% dengan angka kejadian
menentukan hubungan antara status gizi dan kejadian anemia pada remaja putri
remaja putri kelas X dan XI SMAN 2 Sawahlunto. Data diuji dengan chi-sq
uare. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p adalah 0,0 08 (p<0,05). Simpulan
studi ini ialah terdapat hubungan berma kna antara status gizi dan kejadian
2.2. Anemia
hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal atau bisa disebut
juga penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi atau jumlah kadar
jumlah yang cukup ke jaringan perifer. Anemia ditandai dengan beberapa gejala
yaitu sering lesu, lemah, pusing, mata berkunang-kunang dan wajah pucat. Hal ini
dapat berdampak pada penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
Anemia defisiensi besi adalah adalah suatu keadaan dimana jumlah sel darah
merah atau hemoglobin (protein pengangkut oksigen) dalam sel darah berada
dibawah normal yang disebabkan karena kekurangan zat besi, terutama dalam
dan terutama sering dijumpai pada perempuan usia subur, disebabkan oleh
11
zat besi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan zat besi yang
lobak hijau, dan sayuran hijau lainnya, serta semangka. Salah satu fungsi
kekurangan vitamin C, maka jumlah zat besi yang diserap akan berkurang
c. Anemia Makrositik
Anemia ini disebabkan karena kekurangan vitamin B12 atau asam folat
karena berbagai hal, salah satunya adalah karena kegagalan usus untuk
d. Anemia Hemolitik
Anemia hemolitik terjadi apabila sel darah merah dihancurkan lebih cepat
salah satu dari beberapa penyakit, termasuk leukemia dan kanker lainnya,
fungsi limpa yang tidak normal, gangguan kekebalan, dan hipertensi berat.
e. Anemia Aplastik
asupan zat besi, vitamin C, vitamin B12, dan asam folat. (20) Menurut
Agragawal S, penyebab utama anemia adalah gizi dan infeksi. Masalah gizi
yang berkaitan dengan anemia adalah kekurangan zat besi. (2) Hal tersebut
dan kaya akan zat yang dapat menghambat penyerapan zat besi (phytates)
sehingga zat besi tidak dapat dimanfaatkan oleh tubuh.Kekurangan zat besi
juga dapat diperburuk oleh status gizi yang buruk, terutama yang berkaitan
dengan kekurangan asam folat, vitamin B12 dan vitamin A. Pola konsumsi
zat besi (inhibitor) atau yang mengandung tanin dan oksalat adalah kacang-
besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang digambarkan dengan
meningkatnya kapasitas pengikatan zat besi. Pada tahap yang lebih lanjut
berkurangnya jumlah protoporpirin yang diubah menjadi heme dan akan diikuti
melibatkan interaksi kompleks dari faktor sosial, politik, ekologi, dan biologi.
faktor yaitu kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani sebagai salah satu
sumber zat besi yang mudah diserap (heme iron), sedangkan bahan makanan
nabati (non-heme iron) adalah zat besi yang tinggi tetapi sulit diserap oleh
tubuh sehingga diperlukan porsi yang besar untuk mencuckupi kebutuhan zat
besi harian. Faktor lain yang dapat mempengaruhi anemia defisiensi besi antara
14
lain pola haid pada wanita, pengetahuan tentang anemia dan status gizi.
anemia yang dapat meningkatkan risiko 2 - 4 kali pada wanita dan anak-anak.
(14)
Sumber besi yang paling baik adalah makanan hewani (besi heme)
seperti daging, ayam, ikan, dan telur. Zat besi heme (hewani) memiliki
bioavailabilitas tinggi dibandingkan dengan zat besi non heme seperti serealia,
kacang-kacangan, sayuran hijau, dan beberapa jenis buah. Tetapi, karena zat
besi non heme dalam makanan lebih tinggi 80%, akhirnya penyerapan lebih
tinggi pada zat besi non heme dan jumlah zat besi heme menjadi lebih kecil.
minuman yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti teh dan kopi
bahwa siswi yang jarang mengonsumsi makanan peningkat zat besi dapat
terkena anemia 3,2 kali dibanding dengan siswi yang mengonsumsi makanan
mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat (sesuai rekomendasi WHO). TTD
15
bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan
menanggulangi anemia gizi. Dosis dan cara pemberian TTD: pada wanita usia
subur (WUS) dianjurkan minum TTD secara rutin dengan dosis 1 tablet setiap
minggu dan 1 tablet setiap hari selama masa haid. Penelitian juga menyatakan
bahwa suplementasi zat besi 1 minggu sekali lebih efektif dibandingkan dengan
dari resiko anemia. Konsumsi TTD sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan
adanya beberapa faktor diantaranya, bentuk tablet, warna, rasa, dan efek
samping dari TTD (nyeri lambung, mual, muntah, konstipasi, dan diare)
Kebutuhan zat besi yang tinggi pada anak-anak dan remaja disebabkan
sel jaringan tubuh masih tetap berlangsung pada usia remaja. Hal ini ditandai
dengan perubahan bentuk tubuh (terutama pada bagian dada dan pinggul),
kebutuhan zat besi pada perempuan 3 kali lebih besar daripada laki-laki. (24)
16
Tabel 2. Kecukupan Zat Besi untuk Remaja Menurut AKG Indonesia (5)
dengan usia 13 -15 tahun dan 16 – 18 tahun lebih besar daripada usia 10 – 12
berdasarkan jumlah zat besi dari makanan yang diperlukan untuk mengatasi
pertumbuhan.
yang sangat bergantung pada asupan zat gizi baik dalam segi kualitas ataupun
pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, juga
peranan penting dalam etiologi anemia pada malaria. Penelitian yang dilakukan
tidak menderita malaria. Walaupun persentase sel darah merah yang terinfeksi
malaria biasanya lebih sedikit, anemia dapat timbul akibat blokade penempatan
17
sel darah merah oleh faktor penghambat seperti hematopoiesis. Remaja yang
memiliki infestasi parasit dapat mengalami anemia 6 kali lebih besar daripada
tertentu sehingga orang tersebut menjadi tahu. Penginderaan terjadi melalui panca
indera penciuman (hidung), indera perasa (lidah) dan indera peraba (tangan).
Sebagaian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan remaja
putri tentang anemia merupakan faktor yang dapat mempengaruhi sikap dan
megkonsumsi tablet Fe jika perlu, dan menghindari hal yang dapat mengganggu
penyerapan zat besi seperti mengkonsumsi makanan dengan minum teh, kopi dan
susu. (25)
pengetahuan yaitu :
18
a) Know (Tahu) Tahu dapat diartikan dengan mengingat suatu materi yang telah
di pelajari. (26)
(27)
ke dalam komponen yang ada, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
a. Tingkat Pendidikan
19
b. Informasi
biasanya didapat dari teman, keluarga, tetangga, media sosial seperti iklan
c. Budaya
meliputi sikap dan keperayaan, pada hal ini remaja putri akan percaya
dengan orang yang lebih di tuakan dan mengikuti kebiasaan yang sudah ada,
jika pada jaman orag tua dahulu mengkonsumsi makanan dengan seadanya
maka kebiasaan tersebut akan diikuti oleh remaja putri seperti makan asal
d. Pengalaman
tentang sesuatu yang bersifat informal. Pada pengalaman ini remaja putri
akan mencontoh dari pengalaman baik dari pengalaman dirinya sendiri atau
e. Sosial Ekonomi
memperngarhi akan zat gizi pada remaja putri, jika sosial ekonomi semakin
tinggi bisanya akan semakin tinggi juga kualitas makanan dengan gizi
seimbang akan terpenuhi, sebaliknya jika sosial ekonomi rendah maka akan
f. Umur
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan
biasanya disini yang lebih berperan adalah ibu yang memasak untuk
anaknya.(27)
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian pada remaja
putri di kabupaten Kendal menunjukan pada umumnya yaitu 84% (Kendal) dan
21
berpengetahuan baik, perilaku remaja putri yang kurang kearah positif, teori
terbentuk perilaku positif yang selalu dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap
positif. (25)
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi
dapat pula diatikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari
keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh. (19) Status
oleh tubuh. Status gizi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu status gizi kurang,
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia, ditinjau dari sudut
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur
1). Berat badan Berat badan dijadikan pilihan utama karena berbagai
kemudahan dalam melihat perubahan dan dalam waktu yang relatif singkat
status gizi saat ini dan bila dilakukan secara berkala dapat memberikan
persyaratan yaitu: mudah dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain dan
2). Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang. Selain itu, faktor umur dapat
b. Indikator Antropometri
23
antropometri bisa merupakan rasio satu pengukuran terhadap satu atau lebih
yang sering digunakan yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi
Badan Umur (TB/U), dan Berat Badan Menurut Tinngi Badan (BB/TB).
antropometri tersebut:
indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi
tentang masalah gizi yang sifatnya kronis atau pun berat badan berkorelasi
positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata itu berat badan yang
rendah dapat disebabkan karena anknya pendek kronis atau karena diare,
penyakit infeksi lainya akut.26 Indikator BB/U ini memiliki kekurangan yaitu
sesitif terhadap perubahan kecil, kadang umur secara akurat sulit didapat,
indilator status gizi kurang saat sedang. Sedangkan kelebihaanya yaitu growth
indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang
berlangsung lama misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh
atau pemberian makan yang kurang baik dari sejak lahir yang mengakibatkan
secara akurat sulit didapat. Sedangkan kelebihan indikator ini dapat dijadikan
indikator status gizi masa lalu dan indikator sejahtera serta kemakmuran suatu
bangsa. (23)
memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akurat sebagai akibat dari
peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya terjdi
anak menjdi kurus. Disamping itu indikasi masalah kekurusan, indikator ini
indikator status gizi saat ini, indikator ini dapat digunakan untuk mengetahui
(23)
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi seseorang adalah dengan
langsung yang berkontribusi secara signifikan dalam anemia. IMT pada orang
dengan anemia secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan IMT pada
orang tanpa anemia. Remaja yang memiliki IMT kurus berisiko anemia 1,4 kali
lebih besar dibandingkan remaja yang memiliki IMT normal dan gemuk. Hal ini
anemia defisiensi zat gizi pada remaja. (6) Adapun penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan
anemia pada remaja putri. Remaja putri yang memiliki status gizi yang kurang
25
akan mengalami anemia, hal ini disebabkan karena asupan gizi dalam tubuh
kurang dan juga menyebabkan kebutuhan zat gizi dalam tubuh tidak terpenuhi
terutama kebutuhan gizi seperti zat besi dimana zat besi merupakan salah satu
zat besi dalam tubuh akan menyebabkan berkurangnya bahan pembentukan sel
darah merah, sehingga sel darah merah tidak dapat melakukan fungsinya dalam
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral dalam tubuh. Asupan energi, protein dan
zink berhubungan dengan status gizi remaja putri. Semakin tinggi asupan zat gizi,
maka semakin tinggi pula kadar hemoglobin dalam eritrosit, karena protein, zat
kemungkinan seseorang terkena anemia akan lebih kecil apabila asupan zat
gizinya baik. Kecukupan asupan Fe dalam tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh
konsumsi makanan sumber Fe, namun juga dipengaruhi oleh variasi penyerapan
diklarifikasikan meliputi upah atau gaji bagi anggota keluarga yang bekerja
sebagai buruh ataupun karyawan, pendapatan dari usaha anggota keluarga, dan
26
rumah tangga.5 Menurut Intha 6 pendapatan rumah tangga dapat diartikan sebagai
pendapatan dari seluruh anggota keluarga yang berasal dari sumber – sumber
memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat
Pendapatan/ penghasilan yang kecil tidak dapat memberi cukup makan pada
Penelitian gizi dan makanan oleh pusat penelitian dan pengembangan gizi,
menentukan pola makan, daya beli dan ketersediaan pangan. Semakin tinggi
hingga dewasa dan dapat meningkatkan kesakitan dan kematian terutama pada
mengalami persalinan prematur dan berat bayi lahir rendah. Hal ini
anak-anak dan remaja karena dapat menyebabkan efek negatif pada prestasi
berpengaruh dalam perilaku dan aspek kognisi. Efek karena defisiensi besi
anak dan remaja yang kekurangan zat besi memiliki nilai IQ rendah, ketepatan
dan konsentrasi yang buruk. Disamping itu, kemampuan mengatur suhu tubuh
Makan makanan yang banyak mengandung zat besi berasal dari bahan
makanan hewani (daging, ikan, ayam) dan bahan makanan nabati (sayuran
vitamin C (daun katuk, bayam, daun singkong, jambu, jeruk) sangat bermanfaat
besinya sangat tinggi yang perlu disiapkan sedini mungkin semenjak remaja.
Tablet tambah darah mampu mengobati wanita dan remaja putri yang
besi dengan nilai rata-rata akhir semester (p= 0,003). Ini berarti bahwa siswi
yang memiliki nilai rata-rata tinggi mengkonsumsi TTD lebih bagus daripada
Pengobatan yang efektif dan tepat waktu dapat mengurangi dampak gizi
yang tidak diinginkan. Jika terjadi infeksi parasit, tidak bisa disangkal lagi
bahwa cacing tambang menjadi penyebabnya. Parasit dalam jumlah besar dapat
mereduksi penyerapan zat besi, oleh karena itu parasit harus dimusnahkan
secara rutin. Bagaimanapun juga, jika pemusnahan parasit usus tidak dibarengi
Pemusnahan cacing itu sendiri dapat efektif menurunkan jumlah parasit, tetapi
manfaatnya di tingkat Hb sangat sedikit. Jika asupan zat besi ditambah seperti
belum tereliminasi.
29
dalam makanan berbeda-beda, dimana makanan yang kaya akan kandungan zat
besi adalah makanan yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati dan
ayam). Makanan nabati (seperti sayuran hijau tua) walaupun kaya akan zat
besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap dengan baik oleh usus. (3)
Rendahnya asupan zat besi ke dalam tubuh yang berasal dari konsumsi
zat besi dari makanan sehari-hari merupakan salah satu penyebab terjadinya
anemia. Asupan zat besi kedalam tubuh remaja putri dipengaruhi : (23)
Dalam makanan terdapat 2 macam zat besi yaitu besi heme (40%) dan
besi non hem. Besi non hem merupakan sumber utama zat besi dalam
hewani antara lain daging, ikan, ayam, hati dan organ – organ lain.
3. Dalam masa remaja, khususnya remaja putri sering sangat sadar akan
seorang ahli
kaidah ilmu gizi. Banyak pantang atau tabu yang ditentukan sendiri
30
gizi dan kesehatan, sehingga terjadi berbagai gejala dan keluhan yang
5. Banyak remaja putri yang sering melewatkan dua kali waktu makan dan
hampa kalori, tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat
remaja putri semakin menggemari junk food yang sangat sedikit (bahkan
ada yang tidak ada sama sekali) kandungan kalsium, besi, riboflavin, asam
Banyaknya zat besi yang ada dalam makanan yang kita makan yang dapat
hanya 5-15% besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa yang berada dalam
status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi dapat mencapai 50%.
Penyerapan zat besi di dalam usus yang kurang baik (terganggu) juga merupakan
penyebab terjadinya anemia. Zat besi dari pangan hewani lebih mudah diserap,
yaitu antara 10-20 persen, sedangkan dari pangan nabati hanya sekitar 1-5 persen.
Oleh karena itu, mengkonsumsi zat besi dari pangan hewani jauh lebih baik
daripada pangan nabati. Besi-hem yang merupakan bagian dari hemoglobin dan
mioglobin yang terdapat dalam daging hewan dapat diserap oleh tubuh dua kali
meningkat.
penyerapan. Asam klorida akan mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
25 – 50 persen.
6. Adanya fitat dan oksalat dalam sayuran, serta tanin dalam teh juga akan
menurunkan ketersediaan Fe
penyerapan Fe.
2.6. Remaja
menjadi dewasa dan terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang
penuh kepada keadaan yang relatif mandiri. WHO menetapkan batas usia 10
pada usia antara anak-anak dan dewasa. Selama proses tumbuh kembangnya
dikelompokkan menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal atau dini (early
usia 14 – 16 tahun, dan masa remaja lanjut (late adolescenes) usia 17 – 20 tahun.
mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja
mulai memandang diri dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam
1. Pertumbuhan Fisik
Pada usia remaja tumbuh kembang tubuh berlangsung lambat bahkan akan
berhenti menjelang usia 18 tahun, tidak berarti faktor gizi pada usia ini tidak
usia sebelumnya akan dikejar pada usia ini. Ini berarti pemenuhan kecukupan gizi
sangat penting agar tumbuh kembang tubuh berlangsung dengan sempurna. Taraf
gizi seseorang, dimana makin tinggi kebutuhan akan zat besi, misalnya pada masa
2. Aktivitas Fisik
pada peristiwa:
1. Pendarahan
mengalami pendarahan yang cepat, maka tubuh akan mengganti cairan plasma
dalam waktu 1 sampai 3 hari, namun hal ini akan menyebabkan konsentrasi sel
darah merah menjadi rendah. Bila tidak terjadi pendarahan yang kedua, maka
konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal dalam waktu 3 sampai 6
minggu. Pada kehilangan darah yang kronis, penderita sering kali tidak dapat
34
mengabsorbsi cukup besi dari usus halus untuk membentuk hemoglobin secepat
darah yang hilang. Kemudian terbentuk sel darah merah yang mengandung sedikit
2. Menstruasi
Pada remaja putri mulai terjadi menarche dan mensis yang disertai
3. Cacingan
Kehilangan zat besi dapat pula diakibatkan oleh infestasi parasit seperti
trichiura. Darah yang hilang akibat infestasi cacing tambang bervariasi antara 2-
100 cc/hari, tergantung pada beratnya infestasi. Kisaran jumlah darah yang
dihisap oleh Necator americanus ialah 0,031±0,015 cc per ekor. Perkiraan jumlah
cacing pada setiap orang yang terinfestasi rata-rata 350 ekor. Jika jumlah zat besi
dihitung berdasarkan banyaknya telur cacing yang terdapat dalam tinja, jumlah zat
35
besi yang hilang perseribu telur adalah sekitar 0,8 mg (untuk Necator americanus)
mengatasi penyebabnya. Pada anemia berat (kadar Hb < 8 gr%) biasanya ada
adalah: (30)
seperti hati, ikan daging, dan lain-lain serta dari makanan yang
difortifikasi. Selain itu juga makanan yang banyak vitamin C dan vitamin
dalam pemberian TTD untuk remaja putri dan WUS adalah tablet tambah
dengan dosis sesuai dengan anjuran dari dokter sampai dengan kadar Hb
← 2.8. Hipotesis
praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya . (27) Hipotesis dalam penelitian
ini adalah:
2) Ada hubungan status gizi remaja putri dengan kejadian anemia remaja
←
38
BAB III
METODE PENELITIAN
Utara.
pengajuan judul, penelusuran daftar pustaka, survei awal, bimbingan dan sidang
proposal.
3.3.1. Populasi
dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswi SMP Ampera Tahun 2020 kelas IX
berjumlah 46 siswa.
39
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini akan
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi yang tidak
Anemia pada Remaja Putri SMP AMPERA Tahun 2020” adalah sebagai berikut:
40
Pengetahuan
berikut:
2. Aspek pengukuran terhadap status gizi dapat diukur dengan menggunakan skala
b. Kategori tidak normal yaitu jika < 18,5 kg/m2 dan > 24,9 kg/m2.
Data primer diperoleh secara langsung dari wawancara. Data primer dapat
berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi
terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari literatur mengenai anemia
remaja.
Data yang diperoleh dari wawancara untuk mengetahui faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian Anemia pada Remaja Putri SMP AMPERA Tahun
a. Editing
memelihara kembali isi instrument pengumpulan data dan mengecek macam isi
data.
43
b. Coding
terdiri atas kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan data
juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan
kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Tabulating
d. Entering
kontigensi.
e. Scoring
analisis data, skor yang diperoleh diolah dengan cara membandingkan jumlah
skor jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan 100%
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil penelitian, yang
penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini ditampilkan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi, mean, median, modus, varian, dan standart deviasi. (30) Pada
penelitian ini data hanya disajikan dalam distribusi frekuensi karena data bersifat
kategorik.
b. Analisis Bivariat
bebas dengan variabel terikat, dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi
Square.(16) Dari hasil perhitungan statistik akan diketahui ada tidaknya signifikan
antara variabel yang diteliti dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, chi
square tabel maka terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat,
tetapi bila chi square hitung lebih kecil dari nilai chi square tabel maka tidak
terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, bisa juga melihat
nilai p, bila nilai p< 0,05 berarti terdapat hubungan yang bermakna antara kedua
variable. .
45
DAFTAR PUSTAKA
Pada Remaja Putri Di Man 1 Metro. J Kesehat Metro Sai Wawai. 2015;
17. Putri SS, Supena A, Yatimah D. Dukungan sosial orangtua anak tunarungu
usia 11 tahun di SDN Perwira Kota Bogor. J Educ J Pendidik Indones.
2019;
18. Suryani D, Hafiani R, Junita R. ANALISIS POLA MAKAN DAN
ANEMIA GIZI BESI PADA REMAJA PUTRI KOTA BENGKULU. J
Kesehat Masy Andalas. 2017;
19. Listiana A. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di SMKN 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah. J Kesehat. 2016;
20. Jaelani M, Simanjuntak BY, Yuliantini E. Faktor Risiko yang Berhubungan
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri. J Kesehat. 2017;
21. Kristiani S, Wibowo TA, Winarsih. Hubungan Anemia dengan Siklus
Menstruasi pada Remaja Putri di SMA Negeri 1 Imogiri , Bantul ,
Yogyakarta Tahun 2013. J Stud Pemuda. 2014;
22. Permatasari T, Briawan D, Madanijah S. Efektivitas Program Suplementasi
Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor (Effectiveness of Iron
Supplementation Programme in Adolescent girl at Bogor City). J Mkmi.
2018;
23. Permatasari T, Briawan D, Madanijah S. Efektifitas Program Suplementasi
Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor. Media Kesehat Masy Indones.
2018;
24. Kirana DP, Kartini A. Hubungan Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi
dengan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di SMA N 2 Semarang. Hub
Asupan Zat Gizi dan Pola Menstruasi dengan Kejadian Anemia pada
Remaja Putri di SMA N 2 Semarang. 2011;
25. Mularsih S. HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI
TENTANG ANEMIA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA
PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NUSA BHAKTI KOTA
SEMARANG. J Kebidanan. 2017;
26. Mustika I, Hidayati L S, Kusumawati E, Lusiana N. ANEMIA
DEFISIENSI BESI DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP
SIKLUS MENSTRUASI REMAJA PUTRI. J Kesehat. 2019;
27. Sari D. Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di Wilayah Kabupaten
Banyumas. J Kesmas Indones. 2016;
28. Putri PH, Sulistiyono A, Mahmudah M. Analisis Faktor yang
Mempengaruhi Anemia pada Kehamilan Usia Remaja. Maj Obstet Ginekol.
2015;
29. Suryani D, Hafiani R, Junita R. ANALISIS POLA MAKAN DAN
ANEMIA GIZI BESI PADA REMAJA PUTRI KOTA BENGKULU. J
Kesehat Masy Andalas. 2017;
30. Silalahi V, Aritonang E, Ashar T. POTENSI PENDIDIKAN GIZI DALAM
MENINGKATKAN ASUPAN GIZI PADA REMAJA PUTRI YANG
ANEMIA DI KOTA MEDAN. J Kesehat Masy. 2016;
47
LEMBAR KUESIONER
FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMP AMPERA TAHUN 2020
IDENTITAS RESPONDEN
No :
Nama :
Umur :
Pekerjaan Orang Tua :
Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan memberikan tanda silang(x)
pada pertanyaan dibawah ini.
3.Menurut anda apa penyebab remaja putri lebih berisiko terkena anemia adalah ?
a. Remaja putri cenderung melakukan diet
b. Sering mengkonsumsi makanan siap saji seperti bakso dan mie ayam
c. Kehilangan darah akibat peristiwa haid setiap bulannya
c. Lansia
6. Faktor apa yang menyebabkan wanita kehilangan zat besi yang berlebihan
dalam tubuh ?
a. Menstruasi
b. Kurang konsumsi makanan yang bergizi
c. Tidak tau
7. Hal yang anda ketahui sebagai calon ibu nantinya tentang dampak jika
mendertia anemia pada masa kehamilan (persalinan) adalah ?
a. Mual dan muntah saat kehamilan
b. Rambut rontok saat hamil
c. Adanya risiko keguguran dan perdarahan pada saat melahirkan
9. Dibawah ini merupakan makanan sumber zat besia atau makanan penambah
darah yang berasal dari nabati adalah ?
a. Daun singkong dan bayam
b. Tahu dan tempe
c. Hati ayam dan daging sapi
a. Vit A
b. Vit C
c. Vit D
TB :
BB :
IMT :
PEMERIKSAAN Hb
Kadar Hb : …………g/dl