Anda di halaman 1dari 53

PENGARUH PEMBERIAN UBI JALAR UNGU TERHADAP KADAR

HEMOGLOBIN IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN ANEMIA


DI PUSKESMAS RANOMUT KECAMATAN PAAL DUA
KOTA MANADO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Menyelesaikan


Pendidikan Diploma IV Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado

oleh
Indah Dwi Purwatih Rono
711530118028

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAN MANADO
Juli 2019
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah

(eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung

hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu hamil dengan kadar hemoglobin di

bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau <10,5 gr% pada trimester II

(Proverawati, 2013). Anemia merupakan salah satu penyebab kematian ibu di

Indonesia, berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 dan tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan Angka Kematian

Ibu (AKI) dari 228 menjadi 359/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevelensi

anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 48,9%. Persentase ibu hamil yang

mengalami anemia tersebut meningkat dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2013

yaitu sebesar 37,1%. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2015 sebesar

83,2% Presentase ini mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2016

sebesar 80,4% dan tahun 2017 sebesar 80,8% yang menunjukan bahwa anemia

masih merupakan masalah kesehatan masyarakat (Balitbangkes RI, 2019).

Kejadian anemia pada ibu hamil di Sulawesi Utara pada tahun 2016 yaitu 36 ibu

hamil (0,47%) sedangkan pada tahun 2018 meningkat menjadi 55 ibu hamil

(0,74%) dengan kejadian anemia (Dinas Kesehatan Kota Manado, 2018).

Zat besi merupakan mineral yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan sel

darah merah (hemoglobin), zat besi juga berperan sebagai salah satu komponen

dalam membentuk mioglobin (protein yang membawa oksigen ke otot), kolagen

(protein yang terdapat pada tulang, tulang rawan, dan jaringan penyambung), serta

1
enzim. Zat besi juga berfungsi dalam sistem pertahanan tubuh, cara mengatasi

kekurangan zat besi pada tubuh dengan cara mengkonsumsi 6,3 mg Fe/hari dan

meningkatkan asupan makanan sumber Fe (Tarwoto & Wasnidar, 2013).

Pemberian zat besi pada ibu hamil merupakan salah satu syarat pelayanan

kesehatan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia, dimana jumlah

suplemen zat besi yang diberikan selama kehamilan ialah sebanyak 90 tablet

(Fe3+) (Kemenkes RI, 2015).

Salah satu bahan makanan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada

ibu hamil yaitu dengan pemberian Ubi Jalar Ungu. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh dodik (2012) menyimpulkan bahwa ada

peningkatan kadar Hb Siswi Remaja setelah diberikan cookies Ubi Jalar Ungu.

Ubi jalar (Ipomoea Batatas) adalah salah satu tanaman herbal yang tumbuh

menjalar didalam tanah dan menghasilkan umbi (Murtiningsih, 2011). Dari tahun

1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua provinsi di

Indonesia. Pada tahun 1968, Indonesia merupakan Negara penghasil ubi jalar

nomor empat terbesar di dunia karena berbagai daerah menanam ubi jalar

(Rukmana, 2002). Soenardi pada tahun 2009 mengatakan bahwa ubi jalar salah

satu palawija yang potensial dikembangkan untuk penganekaragaman konsumsi

pangan dan merupakan jenis umbi yang relatif tahan disimpan, semakin lama

disimpan rasanya bertambah manis. Ubi jalar mengandung 4 mg zat besi dalam

100 gramnya, sehingga penggunaan ubi jalar dapat dikonsumsi ibu hamil yaitu

dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam sel darah merah, dapat mencegah

dan mengobati anemia karena kaya akan zat besi (Toruan, 2012).

Hasil dari survey awal yang peneliti lakukan pada bulan Januari 2019 di

Puskesmas Ranomut diperoleh data hasil pemeriksaan Hb pada 30 ibu hamil,


3

yaitu terdapat 15 ibu hamil (75%) dengan Anemia Ringan. karena di Puskesmas

Ranomut belum pernah dilakukan terapi dengan pemberian Ubi Jalar Ungu maka

peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Ubi

Jalar Ungu Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia

di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis menarik masalah seperti berikut : Apakah

ada Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil

Trimester III dengan Anemia di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota

Manado ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu Terhadap Kadar

Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia di Puskesmas Ranomut

Kecamatan Paal Dua Kota Manado

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kadar Hemoglobin sebelum pemberian Ubi Jalar Ungu pada

Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia di Puskesmas Ranomut

Kecamatan Paal Dua Kota Manado.

2. Mengetahui Kadar Hemoglobin sesudah pemberian Ubi Jalar Ungu pada

Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia di Puskesmas Ranomut

Kecamatan Paal Dua Kota Manado.

3. Mengetahui pengaruh pemberian Ubi Jalar Ungu pada Ibu Hamil

Trimester III dengan Anemia di Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua

Kota Manado.
4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar terhadap

mata pelajaran yang berhubungan dengan Ubi Jalar Ungu maupun

hemoglobin pada ibu hamil.

2. Sebagaian bahan referensi bagi mahasiswa kebidanan maupun tenaga

kesehatan pada umumnya tentang penangan anemia pada ibu hamil dengan

pemberian Ubi Jalar Ungu.

3. Sebagai sarana dalam menambah wawasan serta menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah ada dengan maksud pengembangan kemampuan

diri dan sebagai sumber bacaan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang pencegahan terjadinya anemia pada

kehamilan melalui pemberian Ubi Jalar Ungu pada ibu hamil.

b. Sebagai bahan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh

penulis selama mengikuti pendidikan di Politeknik Kesehatan Kemenkes

Manado Jurusan Kebidanan.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester

dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-27) dan trimester ketiga 13 minggu,

minggu ke-28 hinnga ke-40 (Saifuddin, 2013).

b. Fisiologi Kehamilan

Setiap bulan saat ovulasi, seorang wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur

(ovum) dari indung telur (ovarium), yang di tangkap oleh umbai-umbai

(fimbriae) dan masuk ke dalam saluran telur. Untuk terjadi kehamilan

harus ada spermatozoa, ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil

konsepsi. Setiap spermatozoa terdiri atas tiga bagian yaitu kaput atau

kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengandung bahan

nukleus, ekor, dan bagian yang silindrik (leher) menghubungkan kepala

dan ekor. Dengan getaran ekornya spermatozoa dapat bergerak cepat

(Prawirohardjo, 2010).

Peristiwa prinsip pada terjadinya kehamilan diawali dengan

pembuahan/fertilisasi yaitu bertemunya sel telur/ovum wanita dengan sel

benih/spermatozoa pria, kemudian terjadi pembelahan sel yang disebut

(zigot) yaitu hasil pembuahan tersebut, dilanjutkan dengan nidasi atau

5
6

implantasi zigot tersebut didinding saluran reproduksi, pada keadaan

normal
6

implantasi pada lapisan endometrium dinding kavum uteri. Pertumbuhan

dan perkembangan zigot, embrio, janin menjadi bakal idividu baru

(Sukarni, 2013).

c. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

1) Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut atau diatas 20 minggu pada

umumnya disebabkan oleh plasenta previa. Perdarahan yang terjadi

sangat terkait dengan plasenta dan kondisi segmen bawah rahim yang

menjadi tempat implementasi plasenta tersebut. Plasenta previa

menjadi penyebab dari 25% kasus perdarahan antepartum

(Prawirohardjo, 2012).

2) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang hebat dan menetap, serta tidak hilang setelah

beristirahat dan mungkin ibu merasa penglihatannya menjadi kabur

adalah gejala dari preeklamsia.

3) Penglihatan mata kabur

Penglihatan mata kabur yaitu masalah visual yang mengindikasikan

keadaan yang mengancam jiwa, adanya perubahan visual (penglihatan)

yang mendadak, misalnya pandangan kabur atau ada bayangan.

4) Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan

Edema ialah penimbunan cairan secara umum yang berlebihan dalam

jaringan tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan

serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka.

5) Keluar cairan pervaginam


7

Cairan pervaginam dalam kehamilan dikatakan normal jika tidak

berupa perdarahan banyak atau air ketuban maupun leukhorea yang

patologis.

6) Gerakan janin tidak terasa

Gerakan janin minimal 10 kali dalam 24 jam, jika kurang dari itu maka

waspada akan adanya gangguan janin dalam rahim.

7) Nyeri abdomen yang hebat

Jika ibu merasakan nyeri yang hebat, di sertai dengan tanda-tanda syok

yang membuat keadaan ibu makin memburuk disertai perdarahan,

maka kita harus waspada akan kemungkinan terjadinya solusio

plasenta.

d. Tanda Anemia pada Kehamilan

Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, lidah

luka, nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek

(pada anemia parah), dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil

muda.

e. Penatalaksanaan dalam Kehamilan

1) Pada pemeriksaan kehamilan bidan harus melaksanakan pemeriksaan

14 T yaitu:

a) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b) Tekanan darah

Apabila tekanan darah melebihi 140/90 mmHg maka perlu di

waspadai adanya preeklamsia.

c) Tinggi fundus uteri


8

Pemeriksaan TFU di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui

umur kehamilan berdasarkan minggu dan hasilnya bisa di

bandingkan dengan hasil anamnesis (HPHT).

d) Tetanus Toksoid (suntik TT)

e) Pemberian tablet zat besi

Pemberian tablet zat besi pada ibu hamil minimal 90 tablet selama

Masa kehamilan.

f) Test terhadapa penyakit menular seksual/VDRL (Veneral Disease

Research Lab)

g) Temu wicara/konseling

h) Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui apakah ibu

mengalami anemia atau tidak. Pemeriksaan Hb pada ibu hamil

sebaiknya di lakukan pada kunjungan pertama dan minggu ke 28

kehamilan.

i) Pemeriksaan urin protein

Pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui apakah pada urin

mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala

preeklamsia.

j) Test reduksi urin

Di lakukan pada ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit

diabetus mellitus.

k) Perawatan payudara (tekan pijat payudara)

l) Pemeliharaan tingkat kebugaran (senam hamil)

m) Terapi yodium kapsul


9

Terapi ini di berikan khusus pada ibu hamil dengan gangguan

akibat kekurangan yodium di daerah endemis

n) Terapi obat malaria

Terapi ini di berikan kepada ibu hamil dengan gejala malaria yaitu

panas tinggi di sertai menggigil dan hasil pemeriksaan darah

positif.

2) Standar minimal yang diberikan dalam asuhan kehamilan meliputi “7

T” yaitu :

a) Timbang berat badan

b) Tinggi fundus uteri

c) Tekanan darah

d) Tetanus toxoid

e) Teblet Fe

f) Tes PMS

g) Temu wicara

2. Hemoglobin

a. Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul protein yang mengangkut sel darah merah

sebagai media transportasi O2. Hemoglobin dibentuk dalam sel darah

merah pada sumsum tulang belakang, kemudian kegagalan pembentukan

hemoglobin di sebabkan oleh kurangnya protein (Rahayu, 2017). Suatu

keadaan dimana rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb) berdasarkan nilai

ambang batas (referensi) yang disebabkan oleh rendahnya produksi sel

darah merah (eritrosit) dan Hb, meningkatnya kerusakan eritrosit


10

(hemolisis), atau kehilangan darah yang berlebihan disebut sebagai anemia

(Citrakesumasari, 2012).

b. Nilai Normal Kadar Hemoglobin

Nilai normal Hb ditentukan dari kadar Hb itu sendiri. Kadar Hb adalah

ukuran pigmen respiratorik dalam butiran-butiran darah merah. Kadar

hemoglobin menggunakan satuan gram/dl, yang artinya banyaknya gram

hemoglobin dalam 100 mililiter (Indah, 2016). Dikatakan bila kadar

hemoglobin itu meningkat jika kadar Hb mengalami peningkatan 0,1 gr/dl

dan bila kadar hemoglobin itu tidak meningkat jika kadar Hb mengalami

penurunan 0,1 gr/dl atau tetap (Diyah, 2017).

Menurut Waryana (2010) Kadar hemoglobin pada ibu hamil itu

berbeda setiap umur kehamilan yaitu :

Tabel 1Kadar Hemoglobin ibu hamil


Trimester Hb Normal Hb Tidak Normal
I 11 – 14 gr/dl <11 gr/dl
II 10,5 – 14,5 gr/dl <10,5 gr/dl
III 11 – 14 gr/dl <11 gr/dl
Sumber : waryana (2010)

c. Fungsi Hemoglobin

Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida dalam jaringan

tubuh. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa keseluruh tubuh

untuk dipakai sebagai bahan bakar. Membawa karbondioksida dari jaringan-

jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk di buang

(Erdina, 2016).

Secara umum fungsi hemoglobin yaitu :

1) Mengikat oksigen
11

Protein dalam sel darah merah memiliki fungsi sebagai mengikat

oksigen yang akan di sirkulasikan ke paru-paru. Hemoglobin di dalam

darah membawa oksigen ke paru-paru keseluruh jaringan tubuh dan

membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk

di keluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservior oksigen

menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot,

sebanyak kurang lebih 80% tubuh berada di hemoglobin. Fungsi utama

dari hemoglobin adalah bergabung dengan oksigen dalam paru dan

kemudian melepaskan oksigen ini dalam kapiler jaringan perifer.

Sedangkan oksigen merupakan bahan bakar utama dalam setiap proses

di setiap organ tubuh. Maka penurunan kadar hemoglobin dalam darah

akan mengakibatkan berkurangnya suplai oksigen pada organ-organ

tubuh, terutama organ-organ vital seperti otak dan jantung (Widayanti,

2008).

Menurut Depkes RI, hemoglobin berfungsi mengatur pertukaran

oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh,

mengatur oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh

jaringan-jaringan tubuh. Sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk

dibuang.

2) Pertahanan Tubuh

Sirkulasi darah yang terus-menerus dipompa oleh jantung dapat

mempertahankan tubuh dari serangan virus, bahan kimia, maupun

bakteri. Darah tersebut nantinya akan disaring oleh fungsi ginjal dan di

keluarkan melalui urine sebagai hasil toksin dari tubuh. Penurunan

kadar hemoglobin yang disebut juga sebagai anemia mempengaruhi


12

viskositas darah. Pada anemia berat viskositas darah dapat mengalami

penurunan hingga 1,5 kali viskositas air. Keadaan ini mengurangi

tahanan terhadap aliran darah dalam pembuluh darah perifer sehingga

menyebabkan peningkatan curah jantung akibat jumlah darah yang

mengalir melalui jaringan dan kemudian kembali ke jantung melebihi

normal hipoksia yang terjadi juga membuat pembuluh darah perifer

akan berdilatasi yang berakibat meningkatnya jumlah darah yang

kembali ke jantung serta menigkatkan curah jantug yang lebih tinggi.

3) Menyuplai Nutrisi

Selain mengangkut oksigen, darah juga dapat menyuplai nutrisi ke

jaringan tubuh dan mengangkut sebagai hasil dari metabolisme.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin pada ibu hamil

yaitu :

a. Umur Ibu

Masa kehamilan merupakan masa yang rawan bagi seorang ibu,

sehingga diperlukan kesiapan matang untuk menghadapinya termasuk

kecukupan umur ibu. Umur ibu yang terlalu muda atau terlalu tua

cenderung meningkatkan frekuensi komplikasi selama kehamilan dan

persalinan. Usia yang terbaik untuk hamil adalah usia 20-35 tahun.

Pada wanita hamil dengan umur <20 tahun, asupan zat besi akan

terbagi untuk pertumbuhan biologisnya dan janin yang dikandungnya.

Sedangkan pada wanita yang hamil >35 tahun, fungsi faal tubuh tidak

bekerja secara optimal karena terjadi kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh. Dengan demikian, hamil pada usia <20 tahun dan >35
13

tahun merupakan kehamilan yang berisiko yang dapat menyebabkan

anemia dan dapat berdampak pada keguguran (abortus), bayi lahir

dengan berat badan atau panjang badan yang rendah, dan komplikasi

pada persalinan (Tanziha dkk, 2016).

b. Usia Kehamilan

Jumlah zat besi yang dibutuhkan pada waktu hamil jauh lebih besar

dari wanita yang tidak hamil. Pada trimester I kehamilan, kebutuhan

zat besi lebih rendah dari sebelum hamil karena menstruasi dan jumlah

zat besi yang ditransfer pada janin masih rendah (Suriani, 2016). Mulai

menginjak trimester II, terjadi peningkatan volume plasma darah yang

lebih besar dibandingkan pertambahan sel darah merah sampai pada

trimester III. Kondisi ini menyebabkan zat besi pada trimester II dan

III akan sangat besar. Sering dengan bertambahnya usia kehamilan,

kebutuhan terhadap zat besi selama trimester I relatif sedikit, yaitu 0,8

mg perhari. Pada trimester II dan III kebutuhan zat besi menigkat

tajam menjadi 6,5 mg sehari (Arisman, 2009).

Hal tersebut mengakibatkan jumlah zat besi yang didapat dari

makanan tidak mencukupi meskipun makanan tersebut mengandung

zat besi yang memiliki bioavailabilitas tinggi. Anemia defisiensi besi

dapat diatasi jika sebelum hamil wanita tersebut memiliki simpanan

zat besi yang tinggi (> 500mg) di dalam tubuhnya. Apabila wanita

hamil tidak mempunyai simpanan zat besi yang cukup dan tidak

mendapat suplemen besi sementara pertumbuhan janin bertambah

terus, maka janin akan berpengaruh terhadap janin.

c. Paritas
14

Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan

janin selama kehamilan maupun melahirkan. Paritas merupakan salah

satu faktor yang diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian

anemia pada ibu hamil. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa

terjadi peningkatan prevalensi anemia sesuai dengan bertambahnya

paritas yaitu 26,79% untuk primipara, 30,43% untuk multipara, dan

37,05% untuk grandemultipara. Sedangkan Hb rata-rata menurun

sesuai dengan meningkatnya paritas. Edmundson menyatakan jika

wanita membatasi jumlah anak, maka dapat menigkatkan gizi

keluarganya dan mengurangi risiko terjadinya penyakit anemia pada

ibu (Asyirah, 2012).

d. Tingkat Pendidikan

Dalam buku Applied Demography and Public Health in the 21st

Century, Schultz menyebutkan bahwa pendidikan ibu dapat

memperbaiki cara penggunaan sumber daya keluarga, sehingga akan

berdampak positif terhadap kelangsungan hidup keluarga (Hoque dkk,

2013).

Ibu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi, akan mempengaruhi

pola pikir oleh praktek-praktek tradisional yang merugikan terhadap

ibu hamil. Selain itu, pendidikan ibu dapat mempengaruhi pengetahuan

zat gizi dalam makanan. Ibu hamil merupakan orang yang paling

bertanggung jawab terhadap gizi bayi yang dikandung. Pengetahuan

ibu berpengaruh terhadap kualitas, kuantitas, dan pola konsumsi

makanan terutama zat besi. Kekurangan zat besi dalam jangka waktu

yang relatif lama akan menyebabkan terjadinya anemia. Pengetahuan


15

yang dimiliki oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam

pengambilan keputusan dan akan berpengaruh pada perilakunya

(Proverawati, 2009).

e. Keteraturan Minum Tablet Tambah Darah

Anemia pada kehamilan umumnya terjadi akibat kekurangan zat

besi didalam tubuh. Selama kehamilan, absorbsi zat besi berlangsung

lebih efisien dan memberikan respon yang sangat baik terhadap

pengobatan ferrosulfat (Fe) secara oral. Dengan demikian kasus

anemia pada ibu hamil dapat dicegah dan diobati dengan memberikan

tablet Fe setiap hari. Defisiensi asam folat juga dijumpai pada ibu

hamil. Kadar asam folat di dalam serum akan turun pada waktu hamil.

Hal ini dimungkinkan akibat pengaruh dari kekurangan zat besi dan

kebutuhan yang bertambah pada waktu hamil. Oleh sebab itu, asam

folat juga merupakan salah satu pengobatan anemia pada kehamilan.

Konsumsi secara baik tablet ini akan memberikan peluang

terhindarnya ibu hamil dari anemia.

f. Pendapatan Keluarga

Pekerjaan berhubungan dengan pendapatan, faktor yang

mempunyai peranan besar dalam persoalan gizi dan kebiasaan pangan

masyarakat. Rendahnya pendapatan merupakan penyebab orang tidak

mampu membeli pangan, memilih jenis pangan yang baik mutu gizi

dan keragamannya. Jumlah dan jenis pangan suatu keluarga

dipengaruhi oleh status ekonomi. Salah satu ukuran ekonomi adalah

tingkat pendapatan total keluarga.

g. Riwayat Penyakit
16

Penyakit kronis, seperti kanker dan penyakit ginjal dapat

menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi sel darah merah yang

cukup. Orang yang memiliki HIV/AIDS juga dapat menyebabkan

anemia akibat infeksi atau obat yang digunakan untuk pengobatan

penyakit (Zen, 2013).

Setiap kondisi medis jangka panjang dapat menyebabkan anemia.

Mekanisme yang tepat dari proses ini tidak diketahui, tetapi setiap

berlangsung lama dan kondisi medis yang berkelanjutan seperti infeksi

kronis atau kanker dapat menyebabkan anemia (Proverawati, 2011).

Anemia dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah

terkena infeksi. Telah diketahui secara luas bahwa infeksi merupakan

faktor yang penting dalam menimbulkan kejadian anemia, dan anemia

merupakan konsekuensi dari peradangan dan asupan makanan yang

tidak memenuhi kebutuhan zat besi.

3. Ubi Jalar

a. Pengertian Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomoea Batatas) adalah salah satu tanaman herbal yang

tumbuh menjalar didalam tanah dan menghasilkan umbi (Murtiningsih,

2011). Dari tahun 1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di

semua provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968, Indonesia merupakan

Negara penghasil ubi jalar nomor empat terbesar di dunia karena berbagai

daerah menanam ubi jalar (Rukmana, 2002). Ubi jalar (Ipomoea batatas)

atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat merupakan tanaman yang

termasuk dalam jenis tanaman palawija, dapat berfungsi sebagai pengganti

bahan makanan pokok (beras) karena merupakan sumber karbohidrat. Ubi


17

jalar diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian

memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru,

Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Ubi jalar mulai menyebar

keseluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika, diperkirakan

pada abad ke-16. Penyebaran ubi jalar pertama kali terjadi ke Spanyol

melalui Tahiti, kepulauan Guam, Fiji, dan Selandia Baru. Pada tahun

1960-an penanaman ubi jalar sudah meluas hampir di semua provinsi di

Indonesia. Daerah produksi ubi jalar pada mulanya terpusat di Pulau Jawa,

terutama Kabupaten Bogor, Garut, Bandung, Kuningan, Serang,

Sukabumi, Purwakarta dan lain- lain. Tanaman ubi jalar termasuk

tumbuhan semusim (annual) yang mempunyai susunan tubuh utama terdiri

dari batang, ubi, daun, bunga, buah dan biji.

b. Jenis-jenis Ubi Jalar menurut Juanda (2004) yaitu :

1) Ubi jalar putih

2) Ubi jalar kuning

3) Ubi jalar jingga

4) Ubi jalar ungu

c. Klasifikasi Ubi Jalar Menurut Suprapti (2003) memiliki ciri-ciri sebagai

berikut :

1) Susunan tubuh utama terdiri atas batang, daun, bunga, buah, biji, dan

umbi.

2) Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu, dan berbuku-buku.

3) Tipe pertumbuhan tegak dan merambat atau menjalar. Panjang batang

yang tegak yaitu 1 m sampai 2 m, sedangkan batang yang merambat

yaitu 2 m sampai 3 m.
18

4) Ukuran batang dibedakan atas 3 macam, yaitu besar, sedang, dan kecil.

5) Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan.

Sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan taksonomi ubi jalar

sebagai berikut (Rukmana, 1997):

1) Kerajaan : Plantae

2) Divisi : Spermatophyta

3) Subdivisi : Angiospermae

4) Kelas : Dicotyledonae

5) Suku : Convolvulaceae

6) Marga : Ipomoea

7) Jenis : Ipomoea batatas

Selain itu, serat pangan ubi jalar merupakan polisakarida yang tidak bisa

tercerna dan diserap di dalam usus halus, sehingga akan terfermentasi di

dalam usus besar. Serat pangan bermanfaat bagi keseimbangan flora usus

dan bersifat prebiotik serta merangsang pertumbuhan bakteri yang baik

bagi usus, sehingga penyerapan zat gizi menjadi baik. Ubi jalar merupakan

tanaman yang sangat familiar bagi kita, banyak ditemukan di pasar dengan

harga relatif murah. Kita mengenal ada beberapa jenis ubi jalar. Jenis yang

paling umum adalah ubi jalar putih, merah, ungu, kuning atau orange.

d. Kandungan Ubi Jalar Ungu

Ubi jalar ungu memiliki nilai gizi yang tinggi, kaya vitamin, dan mineral.

Dalam 100 gram ubi jalar ungu terkandung energi (123 kkal), protein (2,7

g), lemak (0.79 g), mineral kalsium (30 mg), fosfor (49 mg), zat besi (4

mg), vitamin A (14187 IU), vitamin B-1 (0.09 mg), vitamin B-2 (0.32
19

mg), vitamin C (20 mg), dan air (68,5%). Kandungan lemak dalam ubi

jalar ungu cukup rendah (Toruan, 2012).

e. Manfaat Ubi Jalar Ungu

Ubi jalar ungu mengandung 4 mg zat besi dalam 100 gram (Toruan,

2012), sehingga penggunaan ubi jalar ungu dapat dikonsumsi ibu hamil

sehingga dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam sel darah merah,

dapat mencegah dan mengobati anemia karena kaya akan zat besi.

Kelebihan dari ubi jalar ungu yaitu mengandung antioksidan yang kuat

untuk menetralisir keganasan radikal bebas penyebab penuaan dini dan

pencetus aneka penyakit degeneratif seperti kanker dan jantung. Zat gizi

lain yang banyak terdapat dalam ubi jalar ungu adalah energi, vitamin C,

vitamin B6 (Piridoksin) yang berperan penting dalam kekebalan tubuh.

Kandungan mineralnya dalam ubi jalar ungu seperti fosfor, kalsium,

mangan, zat besi dan serat yang larut untuk menyerap kelebihan

lemak/kolesterol dalam darah (Reifa, 2005).

Berikut ini khasiat ubi jalar ungu menurut Toruan (2012) diantaranya:

1) Mencegah anemia

2) Mencegah pembengkakan dan kram kaki

3) Menurunkan darah tinggi

4) Meningkatkan sistem imun

5) Mengatasi sembelit

6) Mencegah kanker

7) Menjaga kesehatan jantung

8) Menjaga Kesehatan Mata

9) Menjaga kekebalan tubuh


20

10) Mengatasi peradangan

11) Atasi bronkitis dan asma 

12) Redakan sakit artritis 

13) Baik bagi pencernaan

14) Menjaga keseimbangan air

15) Sumber karbohidrat diabetes

16) Keuntungan lainnya yaitu menghentikan ketergantungan pada rokok,

minuman, serta jenis narkotika tertentu. Selain itu, juga sangat baik

bagi kesehatan pembuluh darah vena dan arteri. Konsentrasi

betakaroten yang tinggi serta fosfor sangat baik bagi kesehatan mata

dan kardiovaskular. 

f. Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas) Terhadap Kadar

Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia.

Pada kehamilan, darah akan bertambah banyak yang lazim disebut

hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah lebih sedikit

dibandingkan dengan bertambahnya jumlah plasma sehingga terjadi

pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah plasma 30%, sel darah 18%,

dan hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai

sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara

32 dan 36 minggu (Proverawati, 2009).

Hemoglobin adalah metaloprotein atau protein yang mengandung zat besi

dalam darah merah yang berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke

seluruh tubuh (Indah, 2016).


21

Ubi jalar ungu mengandung 4 mg zat besi dalam 100 gram, sehingga

penggunaan ubi jalar ungu dapat dikonsumsi oleh ibu hamil Trimester III

karena ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4 mg zat besi per hari (Jordan,

2003). Hal ini dapat meningkatkan kadar hemoglobin dalam sel darah merah,

serta dapat mencegah dan mengobati anemia karena kaya akan zat besi. Ubi

jalar ungu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga dapat

dijadikan sumber kalori. Selain itu kandungan karbohidrat ubi jalar ungu

tergolong Low Glycemix Index (LGI 54) yaitu tipe karbohidrat ubi jalar yang

jika dikonsumsi tidak akan menaikan kadar gula darah secara drastis. Karena

itu sangat baik jika dikonsumsi ibu hamil dengan riwayat penderita diabetes.

(Murtiningsih, 2011). Ubi jalar ungu mengandung energy sebesar (123 kkal),

protein (2,7 g), lemak (0.79 g), mineral kalsium (30 mg), fosfor (49 mg), besi

(4 mg), vitamin A (14187 IU), vitamin B-1 (0.09 mg), vitamin B-2 (0.32 mg),

vitamin C (20 mg), dan air (68,5%). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa

pemberian terhadap 100 gr ubi jalar ungu dengan jumlah yang dapat dimakan

sebanyak 100 % dapat meningkatkan kadar Hb. (Toruan, 2012).

Menurut Fatmah (2011) pencegahan dan pengobatan anemia dapat

ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya, jika

penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi dibutuhkan untuk

mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus anemia. Zat besi

menurut Wijayakusuma (2008) diperlukan dalam pembentukan hemoglobin,

sehingga jika tubuh kekurangan zat besi maka akan menghambat

pembentukan hemoglobin. Akibatnya, pembentukan sel darah merah

terhambat sehingga mengakibatkan anemia. Cara mengatasi kekurangan zat

besi pada tubuh menurut Tarwoto & Wasnidar (2013) dengan cara
22

mengkonsumsi 6,3 mg Fe per hari dan meningkatkan asupan makanan sumber

Fe, menurut Wirakusumah (2007) untuk mengatasi anemia perlu konsumsi

bahan-bahan pangan sumber zat besi, diantaranya daging, hati, ikan, susu,

yoghurt, kacang-kacangan, serta sayuran berwarna hijau, tetapi sumber

makanan dari tanaman herbal juga banyak mengandung zat besi yang

bermanfaat untuk mengatasi anemia. Bagi wanita hamil harus dilakukan

screening pada kunjungan ANC dan rutin pada setiap trimester (Fatmah,

2011).

Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah 200-600

mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah; 200-370 mg untuk

janin yang bergantung pada berat lahirnya; 150-200 mg untuk kehilangan

eksternal; 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta; 90-310 mg untuk

menggantikan darah yang hilang saat melahirkan, sehingga untuk mengatasi

kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4 mg zat besi per hari

(Jordan, 2003). Salah satunya dengan pemberian Ubi Jalar Ungu untuk

meningkatkan kadar hemoglobin karena mempunyai kandungan zat besi serta

vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi sehingga bisa mencegah

anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil.


23

E. Kerangka Teori

Penatalaksanaan
Ibu Hamil Trimester III

Farmakologi Non Anemia


Farmakologi

Ubi Jalar Ungu Kadar


Hemoglobin

Kandungan nutrisi dalam per 100 gram Ubi Jalar


Ungu : Faktor yang
1. Energi K 123 Kkal mempengaruhi :
2. Total Protein 2,7 gr
1. Usia
3. Total Lemak 0,7 gr
4. Karbohidrat 27,9 gr 2. Paritas
5. Mineral Kalsium 30 mg 3. Jarak
6. Fosfor 49 mg Kehamilan
7. Zat Besi 4 mg 4. Riwayat
8. Vitamin {A (14187 lU), B1 (0,09 mg), B2 (0,32 Perdarahan
mg), C (20 mg), E (0,26 mg)} (Toruan, 2012) 5. Kualitas
Kunjungan
24

Ubi Jalar Ungu diberikan 100gr per hari dianjurkan


selama 7 hari berturut-turut

Manfaat Ubi Jalar Ungu

Mencegah Anemia, Mencegah pembengkakan dan kram


kaki, Menurunkan darah tinggi, Meningkatkan sistem
imun, Mengatasi Masalah Sembelit, Mencegah Kanker,
Menjaga kesehatan jantug, Menjaga Kesehatan Mata,
Menjaga kekebalan tubuh, Mengatasi peradangan, Atasi
bronchitis/asma, Redakan sakit atritis, Baik bagi
pencernaan, Menjaga keseimbangan air, Sumber
kabohidrat diabetes.

Gambar 1. Kerangka Teori Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu Terhadap Kadar
Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia di Puskesmas
Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado.

F. Kerangka Konsep

Intervensi dengan
pemberikan Ubi Jalar
Ungu

Hb ibu hamil Hb ibu hamil


sebelum dilakukan setelah dilakukan
intervensi intervensi

Gambar 2. Kerangka Konsep Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu Terhadap


Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III dengan Anemia di
Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado.

G. Hipotesis Penelitian
25

Ada Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu Terhadap Kadar Hemoglobin

Ibu Hamil Trimester III.


BAB III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experiment atau eksperimen

semu. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest-Posttest

Design with Kontrol Group di mana penelitian ini terdapat dua kelompok

yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui

keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok intervensi dan kolompok

kontrol (Sugiyono, 2012).

Bentuk dari rancangan penelitiannya sebagai berikut :

Tabel 2. Design Pretest-Posttest with Kontrol Group

Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test


KI O1 X O2
KK O3 Y O4
Sumber : Sugiyono (2012)

Keterangan :

KI : Kelompok Intervensi

KK : Kelompok Kontrol

O1O3 : Pengukuran kadar hemoglobin sebelum dilakukan intervensi

O2O4 : Pengukuran kadar hemoglobin setelah dilakukan intervensi

X : Perlakuan dengan pemberian Ubi Jalar Ungu pada ibu hamil

Y : Perlakuan dengan metode konvensional (farmakologi)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2019 di Puskesmas Ranomut

Kecamatan Paal Dua Kota Manado.


25
26

C. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) adalah Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas)

2. Variabel terikat (dependent) adalah kadar hemoglobin pada ibu hamil

Trimester III

D. Definisi Operasional

Tabel 3. Definisi Operasional


Definisi Parameter
Variabel Alat Ukur Skala
Operasional Pengukuran
Pemberian Pemberian ubi jalar ungu Responden - -
Ubi Jalar sebanyak 100gr/hari pada mengonsumsi
Ungu responden selama 7 hari 100gr/hari
berturut-turut dengan cara selama 7 hari.
pembuatan yaitu dikukus
kurang lebih 20-25 menit
kemudian disajikan sebagai
snack pada sore hari dan
ditambah dengan pemberian
tablet Fe untuk kelompok
kasus dan untuk kelompok
kontrol diberikan tablet Fe
saja.
Kadar Selisih Peningkatan Lembar Rentang nilai Hb Interval
hemo- hemoglobin sebelum dan observasi
globin sesudah diberikan intervensi kepatuhan
mengkonsumsi
tablet Fe, alat
pemeriksaan Hb
Easy Touch

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil Trimester III di

Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado yang berjumlah

30 ibu hamil.
27

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Nursalam, 2013). Teknik sampel

dalam penelitian ini adalah Total Sampling yaitu seluruh ibu hamil

trimester III yang berjumlah 30 ibu hamil yang berada di Puskesmas

Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado yang dibagi menjadi 2

kelompok yaitu 15 ibu hamil dengan kasus anemia ringan untuk kelompok

intervensi yang diberikan ubi jalar ungu dan tablet Fe, sedangkan 15 ibu

hamil dengan kasus anemia ringan untuk kelompok kontrol yang hanya

diberikan tablet Fe dengan memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut.

a) Ibu hamil yang bersedia menjadi responden untuk kasus anemia ringan

b) Ibu hamil trimester III dari usia kehamilan 28-36 minggu

c) Ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe secara teratur

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

alat pemeriksaan Hb yaitu Easy Touch, alat tulis menulis, lembar pernyataan

perstujuan ikut penelitian (informed consent), lembar observasi kepatuhan

mengkonsumsi Ubi Jalar Ungu dan tablet Fe pada kelompok intervensi,

lembar observasi kepatuhan minum tablet Fe pada kelompok kontrol, serta

lembar master tabel hasil penelitian pada kelompok intervensi dan kelompok

kontrol.

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari responden melalui lembar observasi

kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi Ubi Jalar Ungu dan tablet fe, serta
28

pengukuran kadar hemoglobin.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari buku register Puskesmas Ranomut

Kecamatan Paal Dua Kota Manado

H. Jalannya Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di Puskesmas Ranomut sebagai

tempat kerja

b. Mengurus permohonan ijin survey pendahuluan dari jurusan kebidanan

Poltekes Kemenkes Manado

c. Mengurus permohonan ijin penelitian di Puskesmas Ranomut

d. Mengambil data awal dan studi pendahuluan wawancara dan observasi

di Puskesmas Ranomut tanggal 6 Februari 2019

e. Menentukan masalah

f. Mengajukan judul ke pembimbing

g. Mengumpulkan buku sumber dan jurnal pendukung

h. Menyusun proposal dan instrument penelitian

i. Konsultasi dan bimbingan proposal

j. Seminar proposal serta melakukan perbaikan

2. Tahap pelaksanaan Penelitian

a. Pemilihan Sampel tanggal 13 Juni 2019 terdiri dari 30 ibu hamil yang

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15 ibu hamil dengan kasus anemia

ringan untuk kelompok intervensi yang diberikan ubi jalar ungu dan

tablet Fe serta 15 ibu hamil dengan kasus anemia ringan untuk

kelompok kotrol yang hanya diberikan tablet Fe.


29

b. Membagikan lembar Informed consent kepada responden sebagai

tanda persetujuan menjadi responden.

c. Melakukan pemeriksaan Hemoglobin pada ibu hamil sebelum

dilakukan intervensi tanggal 13 Juni 2019

d. Pemberian ubi jalar ungu pada responden sebanyak 100 gr/hari selama

7 hari berturut-turut dari tanggal 13 Juni 2019 sampai dengan tanggal

19 Juni 2019 dengan memberitahu cara pengolahan yaitu dikukus

kurang lebih 20-25 menit dan disajikan sebagai makanan di sore hari.

e. Pemantauan dilakukan dengan cara memberitahu ibu pada saat

mengonsumsi ubi jalar ungu harus berfoto terlebih dahulu kemudian

dikirim melalui pesan WhatsApp pada group yang telah di buat, agar

peneliti dapat mengontrol melalui media tersebut. Peneliti juga

melakukan kunjungan rumah pada hari-hari tertentu seperti hari ini

peneliti berkunjung kerumah responden yang satu kemudian hari

berikutnya ke rumah responden yang lainnya agar semuanya dapat

bagiannya dan terkontrol dengan baik.

f. Melakukan pemeriksaan Hemoglobin kembali setelah dilakukan

intervensi selama 7 hari.

3. Tahap laporan hasil

a. Penyelesaian laporan hasil penelitian

b. Seminar hasil

I. Analisis Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2012). Data yang


30

diperoleh melalui lembar observasi diolah, ditabulasi dan disajikan

menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat,

bisa dilakukan analisis bivariat dengan menggunakan paired sampel t-test

dan diolah menggunakan komputer melalui program Software Product and

Service (SPSS) dengan tingkat kemaknaan 0,05 dan tingkat kepercayaan

95% (nilai P<0,05).


BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Puskesmas Ranomut adalah salah satu pusat kesehatan masyarakat

yang berada di Kecamatan Paal Dua. Puskesmas ranomut terletak di

Jalan Manguni 8 Kelurahan Perkamil Lingkungan 1, Kecamatan Paal

Dua, Kota Manado.

Luas Wilayah kerja Puskesmas Ranomut terdiri dari :

1) Dendengan Luar : 45.06 ha

2) Paal Dua : 220 ha

3) Kairagi Weru : 111 ha

4) Ranomut : 7.5 ha

5) Perkamil : 1.90 ha

6) Malendeng : 1.90 ha

Jumlah Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Ranomut Tahun 2018

berjumlah 36.748 Jiwa, jumlah Perempuan 18.305 Jiwa dan Laki-laki

18.443 Jiwa dengan jumlah Keluarga 9.464 KK.

Batas-batas Wilayah kerja Puskesmas Ranomut :

1) Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Kombos

2) Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Paniki

3) Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Wenang

4) Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Tikala

b. Jumlah tenaga kesehatan dan non kesehatan yang berada di puskesmas

ranomut tahun 2018

1) Dokter Umum : 5 Orang

31
32

2) Dokter Gigi : 1 Orang

3) Sarjana Kesmas : 1 Orang

4) Bidan : 10 Orang

5) Perawat : 12 Orang

6) Perawat Gigi : 3 Orang

7) Nutrisionis : 3 Orang

8) Farmasi : 1 Orang

9) Tenaga Kesling : 1 Orang

10) Administrasi : 1 Orang

11) Sopir Ambulance : 1 Orang

Jumlah Tenaga keseluruhan 39 Orang

Jumlah Kader Posyandu seluruhnya 85 Orang

c. Sarana dan Prasarana Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota

Manado

1) Jumlah Puskesmas : 1

2) Jumlah Puskesmas Pembantu : 3

3) Jumlah Ruangan Rawat Gigi : 1

4) Jumlah Ambulance : 1

5) Jumlah Motor : 8

6) Jumlah Posyandu : 24

Kondisi Sarana dan Prasarana Puskesmas saat ini dalam kondisi baik

serta transportasi antar kelurahan dapat digunakan melalui jalan darat.


33

2. Gambaran Umum Responden

a. Karakteristik responden

1) Umur

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Kelompok


Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Ranomut Kota
Manado tahun 2019.
No Kelompok Umur Intervensi Kontrol
N % N %
1 20-35 14 93.3 12 80
2 <20 tahun atau >35 tahun 1 6.7 3 20
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 4. Menunjukkan bahwa pada kelompok

intervensi responden terbanyak berumur 20-35 tahun (93,3%) dan

pada kelompok kontol terbanyak umur 20-35 tahun (80%).

2) Paritas

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Paritas pada Kelompok


Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Ranomut Kota
Manado tahun 2019.
No Paritas Intervensi Kontrol
N % N %
1 Primigravida 6 40 5 33.3
2 multigravida 9 60 10 66.7
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 5. Menunjukkan bahwa kelompok intervensi

yang terbanyak yaitu multigravida (60%) dan pada kelompok

kontrol sama yaitu multigravida (66,7%).

3) Pendidikan

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu pada


Kelompok Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Ranomut
Kota Manado tahun 2019.
No Pendidikan Intervensi Kontrol
N % N %
1 SMP 1 6.7 3 20
2 SMA 9 60 10 66.7
3 Perguruan Tinggi 5 33.3 2 13.3
Jumlah 15 100 15 100
34

Berdasarkan tabel 6. Menunjukan bahwa kelompok intervensi

(60%) dan kelompok kontrol (66,7%) mempunyai Lulusan

Pendidikan yang sama yaitu SMA.

4) Pekerjaan

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu pada


Kelompok Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Ranomut
Kota Manado tahun 2019.
No Pekerjaan Intervensi Kontrol
N % N %
1 Bekerja 3 20 3 20
2 Tidak Bekerja 12 80 12 80
Jumlah 15 100% 15 100%

Berdasarkan Tabel 7. Menunjukkan bahwa kelompok intervensi

dan kelompok kontrol yang terbanyak yaitu tidak bekerja (80%).

5) Kadar Hemoglobin Pre-Test Kelompok Intervensi dan Kontrol

Tabel 8. Distribusi Berdasarkan Pre-Test Ibu pada Kelompok


Intervensi dan kelompok Kontrol di Puskesmas Ranomut
Kota Manado.
No Kadar Hemoglobin Kelompok Kelompok
(gr/dL) Intervensi Kontrol
N % N %
1 8,1 – 9,0 2 13.3 2 13.3
2 9,1 – 10,0 8 53.3 7 46.7
3 ≥ 11 5 33.3 6 40
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 8. Distribusi kadar hemoglobin awal (pre-test)

kelompok intervensi terletak pada nilai 9,1–10,0 gr/dL (53,3%) dan

pada kelompok kontrol terletak pada nilai yang sama yaitu 9,1–10,0

gr/dL (46,7%).

6) Kadar Hemoglobin Post-Test Kelompok Intervensi dan Kontrol


35

Tabel 9. Distribusi Berdasarkan Post-Test Ibu pada Kelompok


Intervensi dan Kontrol di Puskesmas Ranomut Kota
Manado
No Kadar Hemoglobin Kelompok Kelompok
gr/dL Intervensi Kontrol
N % N %
1 8,1 – 9,0 0 0 1 6.7
2 9,1 – 10,0 2 13.3 7 46.7
3 ≥ 11 13 86.7 7 46.7
Jumlah 15 100 15 100

Berdasarkan tabel 9. Distribusi kadar hemoglobin akhir (post-test)

pada kelompok intervensi terletak pada nilai ≥ 11 gr/dL (86,7%)

dan pada kelompok kontrol kadar hemoglobin terletak pada nilai

9,1-10,0 gr/dL dan ≥ 11 gr/dL (46,7%).

7) Kadar Hemoglobin (Pre-Post Test) pada Kelompok Intervensi dan

Kontrol.

Tabel 10. Distribusi Berdasarkan Kadar Hemoglobin (Pre-Post


Test) pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Puskesmas Ranomut Kota Manado tahun 2019.
No Kelompok Pre-Test Post-Test
Min Ma Mean Min Max Mean
x
1 Intervensi 8.2 10.8 9.720 9.8 14.1 12.226
2 Kontrol 8.6 10.6 9.680 9.0 11.3 10.293

Berdasarkan tabel 10. Menunjukkan bahwa nilai kadar hemoglobin

(Pre-test) pada kelompok intervensi yaitu 9,720 gr/dL dan pada

kelompok kontrol yaitu 9,680 gr/dL serta nilai kadar hemoglobin

(Post-test) pada kelompok intervensi yaitu 12,226 gr/dL dan nilai

pada kelompok kontrol yaitu 10,293 gr/dL.

3. Analisis Bivariat

a. Uji Normalitas Data


36

Hasil Uji normalitas dengan Uji Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 11. Hasil uji normalitas data menggunakan Uji shapiro-Wilk


terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas
Ranomut kota manado.
Kelompok Test Sig
Intervensi Pre – Test 0.707
Post – Test 0.689
Kontrol Pre – Test 0.413
Post – Test 0.557

Berdasarkan tabel 11. Dari hasil uji normalitas dengan menggunakan

Uji Shapiro-Wilk kadar hemoglobin ibu hamil Trimester III di

Puskesmas Ranomut Kota Manado semua data tersebut lebih besar dari

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data kadar

hemoglobin terdistribusi normal dan dapat digunakan uji paired t test

untuk analisis data bivariat.

b. Hasil Uji Paired t-test

Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil kadar hemoglobin pre-test

dan post-test pada kelompok intervensi dan kontrol lalu dilakukan

hipotesis untuk menguji signifikan hubungan antara variabel bebas

yaitu Ubi Jalar Ungu dan variabel terikat adalah kadar hemoglobin ibu

hamil dengan menggunakan uji Paired Sample T-test dengan

menggunakan SPSS ver 24.

Tabel 12. Hasil Analisis kadar hemoglobin ibu hamil Trimester III pre-
test dan post-test untuk kelompok intervensi dan kontrol.

Kelompok
Intervensi Kontrol
37

Kadar Mean SD P Mean SD P


Hemoglobin
Pre-Test 9.7 0.721 0,001 9.6 0.610 0,001
Post-Test 12.2 1.205 10.2 0.704

Berdasarkan tabel 12. Diketahui rata-rata (mean) kadar hemoglobin

pada kelompok intervensi pre-test sebesar 9,7 gr/dL dan post-test

sebesar 12,2 gr/dL, kemudian untuk kelompok kontrol rata-rata kadar

hemoglobin pre-test sebesar 9,6 gr/dL dan post-test sebesar 10,2 gr/dL,

berarti ada perbedaan rata-rata pada kelompok intervensi sebesar 2,5

gr/dL dan pada kelompok kontrol 0,6 gr/dL. Hal ini menunjukkan

adanya pengaruh kadar hemoglobin setelah konsumsi ubi jalar ungu

pada kelompok intervensi.

Hasil analisis pada responden diperoleh nilai probabilitas lebih kecil

dari level of significant 5% (0,001 ≤ 0,05) pada kelompok intervensi

dan kelompok kontrol yang artinya Hipotesis alternatif diterima, dan

dari hasil nilai mean, diketahui jika nilai mean pada kelompok

intervensi lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol

sehingga, dapat disimpulkan bahwa konsumsi ubi jalar ungu

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada

ibu hamil trimester III di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

B. Pembahasan

1. Karakteristik Responden

a. Umur
38

Hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden dalam

penelitian pada kelompok intervensi berumur 20-35 tahun sebanyak

(93,3%) dan pada kelompok kontrol (80%). Faktor usia merupakan

faktor yang perlu diperhatikan bagi seseorang wanita untuk hamil

(Depkes RI, 2009). Usia yang terbaik untuk hamil adalah usia 20-35

tahun. Pada wanita hamil dengan umur <20 tahun, asupan zat besi akan

terbagi untuk pertumbuhan biologisnya dan janin yang dikandungnya.

Sedangkan pada wanita yang hamil >35 tahun, fungsi faal tubuh tidak

bekerja secara optimal karena terjadi kemunduran dan penurunan daya

tahan tubuh. Dengan demikian, hamil pada usia <20 tahun dan >35

tahun merupakan kehamilan yang berisiko yang dapat menyebabkan

anemia dan dapat berdampak pada keguguran (abortus), bayi lahir

dengan berat badan atau panjang badan yang rendah, dan komplikasi

pada persalinan (Tanziha dkk, 2016).

b. Paritas

Hasil Penelitian diketahui bahwa data yang didapatkan

menunjukkan sebagian besar responden berstatus paritas multigravida

atau ibu yang telah melahirkan lebih dari satu kali sebanyak (60%)

pada kelompok intervensi dan (66,7%) pada kelompok kontrol. Paritas

adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama

kehamilan maupun melahirkan. Paritas merupakan salah satu faktor

yang diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada

ibu hamil. Dari beberapa penelitian ditemukan bahwa terjadi

peningkatan prevalensi anemia sesuai dengan bertambahnya paritas

yaitu 26,79% untuk primipara, 30,43% untuk multipara, dan 37,05%

untuk grandemultipara. Sedangkan Hb rata-rata menurun sesuai dengan


39

meningkatnya paritas. Edmundson menyatakan jika wanita membatasi

jumlah anak, maka dapat menigkatkan gizi keluarganya dan

mengurangi risiko terjadinya penyakit anemia pada ibu (Asyirah,

2012).

c. Pendidikan

Dari hasil penelitian diketahui bahwa data yang didapatkan sebagian

besar responden pada kelompok intervensi (60%) dan pada kelompok

kontrol (66,7%) mempunyai status Pendidikan tamatan SMA.

Kemudian responden yang berstatus kelulusan perguruan tinggi pada

kelompok intervensi (33,3%) dan pada kelompok kontrol (13,3%).

Sedangkan responden dengan status kelulusan SMP pada kelompok

intervensi (6,7%) dan pada kelompok kontrol (20%). Apabila dilihat

dari Tingkat Pendidikan Ibu yang mempunyai pendidikan lebih tinggi,

akan mempengaruhi pola pikir oleh praktek-praktek tradisional yang

merugikan terhadap ibu hamil. Selain itu, pendidikan ibu dapat

mempengaruhi pengetahuan terhadap kualitas, kuantitas, dan pola

konsumsi makanan terutama zat besi dalam makanan. Ibu hamil

merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap gizi bayi

yang dikandung. Kekurangan zat besi dalam jangka waktu yang relatif

lama akan menyebabkan terjadinya anemia. Pengetahuan yang dimiliki

oleh seorang ibu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan

dan akan berpengaruh pada perilakunya (Proverawati, 2009).

d. Pekerjaan

Dari hasil penelitian di ketahui bahwa data yang di dapatkan sebagian


40

besar responden tidak bekerja sebanyak (80%) pada kelompok

intervensi dan kelompok kontrol, sedangkan responden yang bekerja

sebanyak (20%) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

Dengan adanya data ini menunjukkan bahwa pekerjaan berhubungan

dengan pendapatan, faktor yang mempunyai peranan besar dalam

persoalan gizi dan kebiasaan pangan masyarakat. Rendahnya

pendapatan merupakan penyebab orang tidak mampu membeli pangan,

memilih jenis pangan yang baik mutu gizi dan keragamannya. Jumlah

dan jenis pangan suatu keluarga dipengaruhi oleh status ekonomi. Salah

satu ukuran ekonomi adalah tingkat pendapatan total keluarga (Asyirah,

2012).

2. Pengaruh Pemberian Ubi Jalar Ungu

Pada penelitian ini terdapat 30 ibu hamil trimester ketiga dengan kadar

nilai hemoglobin pre-test ≤ 10,5 gr/dL atau pre-test (yang berada di

Puskesmas Ranomut. Dari ke 30 sampel tersebut, 15 sampel mendapatkan

intervensi dan 15 sampel lainnya bertindak sebagai kontrol. Kedua

kelompok sampel akan mendapatkan perlakuan selama 7 hari. Kelompok

intervensi akan diminta untuk mengonsumsi tablet Fe sesuai dengan dosis

yang diminum seperti biasanya yaitu satu kali sehari dan juga

mengonsumsi Ubi Jalar Ungu sebanyak 100 gr/hari pada sore hari.

Sedangkan kelompok kontrol hanya diminta untuk mengonsumsi Tablet Fe

sesuai dengan dosis yang diminum seperti biasanya.

Menurut penelitian Susiloningtyas (2013), angka kejadian anemia pada

trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70% dan trimester

III sebesar 70%. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kadar

hemoglobin di dalam tubuh ibu hamil diantaranya adalah umur ibu, umur
41

kehamilan, paritas, Pendidikan, penghasilan keluarga, kepatuhan

mengonsumsi table Fe, dan riwayat penyakit (Depkes RI, 2009).

Tahap pertama dalam penelitian ini yaitu melakukan Pre-Test dengan

melakukan pemeriksaan kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dan hasil

Pre-Test yang dilakukan pada 30 ibu hamil ditemukan kadar hemoglobin

<10 gr/dL.

Pada tahap kedua dalam penelitian ini, responden dibagi menjadi dua

kelompok yaitu 15 ibu hamil pada kelompok eksperimen dan 15 ibu hamil

pada kelompok kontrol. Kemudian 15 sampel untuk kelompok eksperimen

diberikan perlakuan yaitu dengan pemberian tablet Fe dan Ubi Jalar Ungu,

sedangkan 15 sampel untuk kelompok kontrol diberikan perlakuan yaitu

pemberian tablet Fe. Kemudian peneliti melakukan perlakuan pada 15

sampel untuk kelompok eksperimen dengan memberikan Ubi Jalar Ungu

sebanyak 700gr dengan distribusi setiap hari dikonsumsi sebanyak 100gr

pada sore hari selama 7 hari. Kemudian 15 sampel untuk kelompok

kontrolmengonsumsi tablet Fe seperti biasanya yaitu satu tablet per harinya

dan diminum pada malam hari.

Dilanjutkan pada tahap ke tiga hasil yang didapatkan pada penelitian

selama 7 hari semua responden melakukan Pre-Test dengan melakukan

pemeriksaan kadar Hemoglobin didapatkan rata-rata kadar hemoglobin

kelompok intervensi sebelum diberikan intervensi sebesar 9,7 gr/dL dan

setelah diberikan intervensi sebesar 12,2 gr/dL. Kadar hemoglobin Pre-Test

Kontrol sebesar 9,6 gr/dL dan Post-Test Kontrol sebesar 10,2 gr/dL. Hal ini

menunjukkan adanya pengaruh kadar hemoglobin setelah mengonsumsi

Ubi Jalar Ungu pada kelompok intervensi. Hasil penelitian ini di dukung

oleh teori menurut Toruan (2012) bahwa Ubi Jalar mempunyai kandungan
42

zat besi 4 mg setiap 100gram ubi jalar sehingga bisa mencegah terjadinya

anemia dalam tubuh. Oleh karena itu Ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4

mg zat besi per hari (Jordan, 2003). Hal ini disebabkan karena ubi jalar

ungu mempunyai kandungan zat besi yang cukup untuk mencegah anemia

atau kekurangan darah pada ibu hamil.

Kemudian Pemberian tablet Fe pada kelompok kontrol menunjukkan

bahwa peningkatan kadar hemoglobin rata-rata adalah 0,6 gr/dl atau Kadar

hemoglobin Pre-Test Kontrol sebesar 9,6 gr/dL dan Post-Test Kontrol

sebesar 10,2 gr/dL sehingga konsumsi tablet Fe saja belum cukup untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara signifikan sehingga diperlukan

makanan tambahan lain untuk membantu meningkatkan kadar hemoglobin,

salah satunya dengan mengkomsumsi ubi jalar ungu. Hasil penelitian yang

menunjukkan tidak ada perbedaan kadar hemoglobin ibu hamil sebelum

dan sesudah pada kelompok kontrol dengan hanya menggunakan konsumsi

tablet Fe saja karena, disebabkan oleh faktor lain yang menurut Waryono

(2010) bahwa hal tersebut dapat disebabkan karena faktor gizi ibu hamil

yang kurang dari kebutuhan, serta faktor penghambat penyerapan tablet

besi seperti cara minum yang salah.

Hasil analisis secara bivariat untuk mengetahui pengaruh konsumsi ubi

jalar ungu terhadap kadar hemoglobin ibu hamil trimester III dengan

anemia di Puskesmass Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado

dengan menggunakan uji paired t-test dengan nilai kemaknaan 0,05

menunjukkan nilai p=0,001 pada kelompok intervensi dan p=0,001 pada

kelompok kontrol. Sehingga dapat dinyatakan bahwa nilai p value ≤ 0,05

yang berarti (Ha) Hipotesis alternatif diterima (Syarifudin, 2009) dengan

demikian dapat disimpulkan ada pengaruh konsumsi ubi jalar ungu


43

terhadap peningkatan hemoglobin ibu hamil trimester III di puskesmas

Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliandani, dkk (2017) terhadap 44

ibu hamil di wilayah Puskesmas Genuk Kota Semarang dimana hasil

penelitian menunjukan bahwa konsumsi ubi jalar berpengaruh untuk

meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil ditunjukkan dengan p value

0,000. Selain itu penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Dodik, dkk (2013) terhadap 74 siswi SMK Pelita

Kabupaten Bogor, dimana hasil penelitian terdapat perbedaan peningkatan

kadar hemoglobin sebelum dan sesudah intervensi pada remaja setelah

diberika cookies ubi jalar ungu. Selain ubi jalar ungu untuk meningkatkan

kadar hemoglobin pada ibu hamil, ubi jalar ungu juga diolah dan

dimanfaatkan menjadi biskuit dan memiliki kandungan zat gizi sebagai

alternatif perbaikan gizi di masyarakat seperti penelitian yang didukung

oleh amriani (2017) bahwa, biskuit ubi jalar ungu berpengaruh secara

signifikan yang bisa memenuhi kebutuhan zat gizi perharinya dengan hasil

nilai P = 0,008 menunjukkan pemberian ubi jalar ungu pada biskuit ubi

jalar ungu berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap daya terima atau tingkat

kesukaan di masyarakat.

Menurut Fatmah (2011) pencegahan dan pengobatan anemia dapat

ditentukan dengan memperhatikan faktor-faktor penyebabnya, jika

penyebabnya adalah masalah nutrisi, penilaian status gizi dibutuhkan untuk

mengidentifikasi nutrient yang berperan dalam kasus anemia. Anemia gizi

dapat disebabkan oleh berbagai macam nutrient penting pada pembentukan

hemoglobin. Zat besi menurut Wijayakusuma (2008) diperlukan dalam

pembentukan hemoglobin, sehingga jika tubuh kekurangan zat besi maka


44

akan menghambat pembentukan hemoglobin. Akibatnya, pembentukan sel

darah merah terhambat sehingga mengakibatkan anemia. Cara mengatasi

kekurangan zat besi pada tubuh menurut Tarwoto & Wasnidar (2013)

dengan cara mengkonsumsi 6,3 mg Fe per hari dan meningkatkan asupan

makanan sumber Fe, menurut Wirakusumah (2007) untuk mengatasi

anemia perlu konsumsi bahan-bahan pangan sumber zat besi, diantaranya

daging, hati, ikan, susu, yoghurt, kacang-kacangan, serta sayuran berwarna

hijau, tetapi sumber makanan dari tanaman herbal juga banyak

mengandung zat besi yang bermanfaat untuk mengatasi anemia. Bagi

wanita hamil harus dilakukan screening pada kunjungan ANC dan rutin

pada setiap trimester (Fatmah, 2011). Ekstra zat besi diperlukan pada

kehamilan. Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal

adalah 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan massa sel darah merah;

200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya; 150-200 mg

untuk kehilangan eksternal; 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta; 90-

310 mg untuk

menggantikan darah yang hilang saat melahirkan, sehingga untuk

mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4 mg zat besi

per hari (Jordan, 2003).

Ubi jalar ungu memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga

membuat ubi jalar dapat dijadikan sumber kalori. Selain itu kandungan

karbohidrat ubi jalar ungu tergolong Low Glycemix Index (LGI 54) yaitu

tipe karbohidrat ubi jalar ungu yang jika dikonsumsi tidak akan menaikan

kadar gula darah secara drastis. Karena itu ubi jalar ungu sangat baik jika

dikonsumsi ibu hamil dengan riwayat penderita diabetes. (Murtiningsih,

2011). Ubi jalar ungu mengandung energy sebesar (123 kkal), protein (2,7
45

g), lemak (0.79 g), karbohidrat (27,9 gr) mineral kalsium (30 mg), fosfor

(49 mg), zat besi (4 mg), vitamin B-1 (0.09 mg), vitamin B-2 (0.32 mg),

vitamin C (20 mg), dan air (68,5%). Hasil tersebut didapat dari melakukan

penelitian terhadap 100gram ubi jalar, dengan jumlah yang dapat dimakan

sebanyak 100% per harinya (Toruan, 2012).


BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 ibu hamil di

Puskesmas Ranomut Kecamatan Paal Dua Kota Manado, maka Peneliti dapat

menarik kesimpulan bahwa :

1. Kadar rata-rata hemoglobin pada kelompok intervensi sebelum di berikan

perlakuan yaitu 9,72 gr% dan sesudah diberikan perlakuan yaitu 12,22 gr

%.

2. Kadar rata-rata hemoglobin pada kelompok kontrol sebelum di berikan

perlakuan yaitu 9,68 gr% dan sesudah diberikan perlakuan yaitu 10,29 gr

%.

3. Rata-rata kenaikan kadar hemoglobin pada kelompok intervensi sebesar 2,5

gr/dL dan kelompok kontrol 0,6 gr/dL. Hal ini menunjukkan adanya

pengaruh kadar hemoglobin setelah mengkonsumsi makanan umbi ubi jalar

ungu pada kelompok intervensi.

4. Ada pengaruh konsumsi ubi jalar ungu terhadap peningkatan kadar

hemoglobin ibu hamil trimester III dengan nilai p = 0,001 ≤ 0,05.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa saran

sebagai berikut :

1. Tempat Penelitian

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Ranomut Kota Manado terutama

Bidan agar dapat memberikan pelayanan kesehatan pada ibu hamil

khususnya ibu hamil yang mengalami anemia dengan cara memberikan

Pendidikan kesehatan tentang manfaat Ubi Jalar Ungu, sebagai salah satu
46
47

bahan makanan yang dapat meningkatkan kadar hemoglobin ibu hamil dan

salah satu upaya untuk mencegah anemia.

2. Institusi Pendidikan

Hasil Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi perpustakaan.

3. Peneliti

Dapat mengembangkan penelitian ini, dengan mengembangkan variabel-

variabel lain tentang peningkatan kadar hemoglobin, serta peneliti

diharapkan dapat melakukan penelitian dengan memperhatikan faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kadar hemoglobin misalnya

kualitas tidur, waktu bekerja, dan status gizi.

4. Bagi Responden

Dapat dijadikan suatu pengetahuan dan pengalaman akan pengaruh Ubi

Jalar Ungu terhadap kadar hemoglobin ibu hamil Trimester III dan

disarankan kepada responden untuk mengkonsumsi ubi jalar ungu sebagai

salah satu upaya untuk mencegah anemia dan untuk responden yang tidak

menyukai Tablet Fe dapat menggantinya dengan ubi jalar ungu karena

selain rasanya enak harganya juga murah dan terjangkau, ubi jalar ungu

juga tidak susah untuk dapatkan karena dapat ditemukan di berbagai

supermarket atau pasar-pasar manapun. Selain itu, ubi jalar ungu sudah

tersebar di seluruh indonesia maka disarankan untuk para ibu hamil dapat

mengonsumsi makanan tersebut meningkatkan gizi ibu hamil.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia, Jakarta.


Amriani. (2017). Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Ubi Jalar Ungu (Ipomoea
Batatas L. Poiret) sebagai Alternatif Perbaikan Gizi di Masyarakat. Jurnal
Media Gizi Masyarakat Indonesia. 1(:91-99)
Asyirah. (2012). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Anemia pada Ibu
Hamil
di Puskesmas Bajeng, Kabupaten Gowa. Universitas Indonesia [Skripsi].
Briawan, D., Sulaeman, A., Syamsir, E., Herawati, D., (2013). Efikasi Fortifikasi
Cookis Ubi Jalar untuk Perbaikan Status Anemia Siswi Sekolah. Jurnal
MKB. 45 (4:206-12).

Dinkes Provinsi Sulawesi utara, (2018). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi


Utara.
Evelyn, C P. (2009). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia, Jakarta.
Fanny, D. (2012). Pengaruh Pemberian Tablet Fe Terhadap Kadar Hemoglobin
Ibu Hamil di Puskesmas Tamamaung Tahun 2011. Jurnal Media Gizi
Pangan, 8 (7:11-12).
Fatmah. (2011). Gizi dan Kesehatan Masyarakat Anemia. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta,
Guyton, A.C. (2007). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Kedokteran
EGC. Alih bahasa oleh Dr. Petrus Andrianto, Jakarta.
Hidayat, A.A. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa
Data. Salemba Medika, Jakarta.
Jawi, I.M., Suprapta, D.N., Sutirtayasa, I.W.P., (2007). Efek Antioksidan Ekstrak
Umbi Ubi Jalar Ungu (Ipomoiea Batatas L) Terhadap Hati Setelah Aktifitas
Fisik Maksimal dengan Melihat Kadar AST dan ALT Darah pada Mencit.
Jurnal Dexa Media. 20 (3).
Jaya, E.F.P. (2013). Pemanfaatan Antioksida dan Betakaroten Ubi Jalar Ungu
pada Pembuatan Minuman Non Beralkohol. Jurnal Media Gizi Masyarakat
Indonesia. 2 (2:54-57).
Marjati. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Fisiologis. Salemba Medika,
Jakarta.

Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta.
Ningtyastuti, Y.E. dan Suryani, E. (2012). Pengaruh mengkonsumsi jambu biji
merah terhadap peningkatan kadar hemoglobin ibu hamil di kelurahan
bandung kabupaten sragen. Jurnal Infokes. 1 (1:61-65).

48
49

Nurjanah, S., Sofiana, J., (2017). Hubungan Asupan Vitamin C, Tablet Fe, dan
Daun Ubi Jalar Terhadap Perubahan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil
Trimester III Dengan Anemia. Jurnal Rikes. 1(1:5-6)
Ojofeitimi EO., Ogunjuyigbe PO., & Sanusi, E.O., (2008). Poor Dietary Intake of
Energy and Retinol among Pregnant Women Implications for Pregnancy
Outcome in Southwest Nigeria. Jurnal Nutr. 7 (3:480-5).
Pantikawati, Ika & Saryono. (2010). Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Muha
Medika, Yogyakarta.
Paramitha, R., Siti, F., Meddiati, F., (2012). Daya Terima dan Kandungan Gizi
Makanan Tambahan Berbahan Dasar Ubi Jalar Ungu. Jurnal Food and
Culinary Education. 1 (1:35-36).
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado. (2016). Pedoman Penulisan Laporan
Tugas Akhir. Manado.
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Proverawati, A dan Asfuah, Siti. (2009). Gizi untuk Kebidanan. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Proverawati, A dan Wati, E K. (2011). Ilmu Gizi untuk Perawat dan Gizi
Kesehatan. Yulia Medika, Yogyakarta.
Proverawati, A. (2013). Anemia dan Anemia Kehamilan. Nuha Medika,
Yogyakarta
Puskesmas Ranomut, (2018). Profil Kesehatan Puskesmas Ranomut.
Rimawati, E., Kusumawati, E., Gamelia, E., & Nugraheni, S.A., (2018).
Intervensi Suplemen Makanan Untuk Meningkatkan Kadar Hemoglobin
pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 9 (3:161-9).
Riskesdas. (2018). Riset Kesehatan Dasar Indonesia Tahun 2018. Kemenkes RI,
Jakarta
Saifuddin, A B. (2013). Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal cetakan ke dua
belas. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia, Jogjakarta.


Sukarni, K. Icesmi & Margareth, Z.H. (2013). Kehamilan, Persalinan dan Nifas.
Nuha Medika, Yogyakarta.
Tarwoto dan Wasnidar. (2013). Buku Saku Anemia pada Ibu Hamil, Konsep dan
Penatalaksanaannya. Trans InfoMedia, Jakarta.
Toruan. (2012). Fat-loss Not Weight-loss for Diabetes, Sakit Tapi Sehat.
Transmedia, Jakarta.
Walyani, E S. (2015). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Pustaka Baru Press,
Yogyakarta.
50

Waryana. (2010). Gizi Reproduksi. Pustaka Rahima, Yogyakarta.


Yeri dan Emi. (2013). Pengaruh Mengkonsumsi Jambu Biji Merah Terhadap
Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Di Kelurahan Bandung
Kecamatan Ngrampal, Sragen. Jurnal Riset Kesehatan. 1 (1:3-5).
Yuliandani, F.A., Dewi, R.K., Ratri, W.K., (2017). Pengaruh Pemberian
Konsumsi Ubi Jalar Terhadap Peningkatan Kadar Hemoglobin Ibu Hamil
Trimester III. Jurnal Rikes. 6 (2:20-34).

Anda mungkin juga menyukai