JurnalIlmiahBidanISSN : 2339-1731
Abstrak
Latar Belakang. Masa nifas diperkirakan 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan secara nasional. Asuhan pada masa nifas diperlukan
dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. 70%
wanita yang melahirkan pervaginam sedikit banyak mengalami trauma perineal.
Persalinan Puskesmas Girian Weru tahun 2016 berjumlah 604, tahun 2017
berjumlah 605 dan tahun 2018 berjumlah 585. Studi awal januari 2019 dari 10 ibu
nifas terdapat 3 ibu yang mengalami luka perineum, dimana hal manfaat dan cara
menggunakan ekstrak daun sirih untuk penyembuhan perineum belum di pahami.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vulva hygiene
menggunakan ekstrak daun sirih terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu
nifas di Puskesmas Girian Weru Kota Bitung.
Metode. Jenis Penelitian ini adalah analisis kuantitatif dengan pendekatan Quasi
experimental menggunakan one group pretest posttest design. Rancangan One
group pretest posttest merupakan jenis yang hanya menggunakan satu kelompok
subyek, pengukuran dilakukan sebelum dan setelah perlakuan perbedaan kedua
hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan.
Hasil. penelitian yang didapatkan distribusi umur responden terbanyak adalah
umur 21- 35 tahun sebanyak 93,3%, Semua berpendidikan SD-SMU 100% dan
terbanyak tidak bekerja (IRT) 93,3% hasil Analisa data menggunakan Uji
Wilcoxon Signed Ranked Test. menunjukkan ada pengaruh penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas setelah melakukan vulva hygiene menggunakan ekstrak
daun sirih. di peroleh nilai p value = 0,001 < α 0,05. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa ekstrak daun sirih ada efektivitas terhadap penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas.
Kesimpulan. Disarankan kepada petugas kesehatan untuk lebih aktif lagi
memberikan informasi mengenai manfaat vulva hygiene menggunakan ekstrak
daun sirih terhadap luka perineum yaitu berupa promosi kesehatan, kegiatan ini
diadakan secara rutin dan terjadwal.
Abstract
PENDAHULUAN
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan suatu negara dapat dilihat dari
peningkatan dan penurunan derajat kesehatan. Salah satu indikator derajat
kesehatan Negara karena Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukkan kemampuan
dan kualitas pelayanan kesehatan dari suatu negara. Negara-negara didunia
memberi perhatian yang cukup besar terhadap AKI. Sesuai dengan tujuan
Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 3 menjamin kehidupan yang sehat
dan mendorong kesejahteraan bagi semua orang di segala usia dimana target yang
akan mencapai sampai tahun 2030 adalah mengurangi angka kematian ibu (AKI)
hingga dibawah 70 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015).
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu preoritas Kementerian
Kesehatan Indonesia dan keberhasilan program Kesehatan Ibu Anak (KIA)
menjadi salah satu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2015-2019. Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia ( SDKI) 2012
AKI sebesar 359 per 100. 000 kelahiran hidup meningkat di banding 2007
yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2015)
Menurut Sriani Timbawa, dkk dalam Jurnal Keperawatan Media Husada
(2015) Berdasarkan data Word Health Organisation (WHO) setiap menit
seorang perempuan meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan
post partum. Dengan kata lain 1.400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih
dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan, persalinan
dan nifas.
Masa nifas diperkirakan 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama
setelah persalinan secara nasional menurut Purwanto (2001) angka kejadian
infeksi pada kala nifas mencapai 2,7% dan 0,7% diantaranya berkembang kearah
infeksi akut. Asuhan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. 70% wanita yang melahirkan
pervaginam sedikit banyak mengalami trauma perineal (Rahmawati, 2015).
Penyembuhan luka perineum pada masa nifas rata-rata membutuhkan waktu
7-10 hari. Waktu itu dirasa cukup lama karena mikroorganisme dapat berkembang
biak dalam waktu 48 jam ( 2 hari), dengan kondisi perineum dalam masa nifas
yang selalu lembab oleh lochea sehingga dapat menimbulkan infeksi. selama ini
untuk mencegah infeksi pada luka perineum dengan mengoleskan bahan
antiseptik pada luka tersebut. Pada kenyataannya obat- obat antiseptik mempunyai
kelemahan menimbulkan alergi dan waktu penyembuhan cukup lama yaitu 7-10
hari. Metode yang sangat sederhana dan sudah banyak dilakukan oleh masyarakat
yaitu dengan membasuh luka dengan rendaman daun sirih sebagai obat luar pada
perawatan luka, mengetahui efektivitas sirih hijau dalam mempercepat
penyembuhan luka perineum (Yuliaswati dkk, 2018).
Infeksi post partum terjadi di traktus genitalia setelah kelahiran yang
diakibatkan oleh bakteri. Hal ini akan meningkatkan resiko infeksi post partum
yang salah satunya disebabkan oleh luka perineum adalah penyebab kematian
maternal urutan kedua setelah perdarahan (A’yunin, 2016).
Kematian Ibu (AKI) di Provinsi Sulawasi Utara tahun 2016 sebanyak 54
kasus dengan penyebab kematian 23 kasus disebabkan perdarahan, 8 kasus
HASIL
Gambaran Karakteristik Responden
1. Analisism Univariat
Distribusi Responden menurut kategori umur sebagian besar responden ada
pada kelompok 21-35 tahun sebanyak 93,3%, 100% berpendidikan SD-SMU,
sebagian besar tidak bekerja ( IRT) sebanyak 93,3%.
2. Analisis Bivariat
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data pada ibu-ibu post partum
yang memiliki luka perineum dari hari ke 3 sampai hari ke 9 di Puskesmas Girian
Weru baik pretest maupun posttest menggunakan check list skala REEDA yang
dilakukan untuk mengobervasi penyembuhan luka perineum. Dengan 5 indikator
redness (kemerahan), edema (pembengkakan), ecchymosis (bercak perdarahan),
discharge (pengeluaran), approximation (penyatuhan luka) dengan skala terendah
0 skala tertinggi 5 ke skala 100 .
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan distribusi umur responden
terbanyak adalah umur 21- 35 tahun sebanyak 93,3% dan terendah adalah umur ≤
20 dan > 35 tahun yaitu sebanyak 6,7%. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas
kulit untuk memperbaiki diri semakin menurun dengan bertambahnya usia
(Ariningrum. D dkk, 2018).
Menurut pendidikan responden yaitu semuanya berpendidikan SD-SMU yaitu
sebanyak 100% . hal ini menunjukkan pendidikan responden diwilayah kerja
Puskesmas Girian Weru dapat mempengaruhi ibu dalam melakukan vulva hygiene
menggunakan ekstrak daun sirih menurut Koentjoroningrat yang di kutip oleh
Puspitarini (2010), semakin tinggi pendidikan seseorang, makin muda menerima
informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya
bila pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai baru yang perkenalkan.
Dilihat dari jenis pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja
sebanyak 93,3% dan rendah adalah bekerja sebanyak 6,7%. Ketersediaan waktu
seorang ibu untuk melakukan vulva hyginene secara efektif . banyak ibu-ibu yang
tidak memperhatikan personal hygiene karena harus kembali bekerja. (Haryono
setianingsih, 2014). Dari data yang didapat ada hubungan yang signifikan antara
status pekerjaan ibu dengan melakukan vulva hygiene menggunakan ekstrak daun
sirih.
Hasil analisis data dengan uji alternatif wilcoxon mengenai hubungan vulva
hygiene menggunakan ekstrak daun sirih terhadap penyembuhan luka perineum di
Puskesmas Girian Weru di peroleh nilai p value 0,001< α 0,05, hal ini
menunjukkan dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak daun sirih ada efektivitas
terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas.
Responden yang menunjukkan nilai sesudah vulva hygiene menggunakan
esktrak daun sirih terhadap penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di
Puskesmas Girian Weru Kota Bitung selama 7 hari adalah terjadi penyembuhan
cepat sebanyak 12 responden, dan yang mengalami penyembuhan lama 3
responden. Hal ini menunjukkan ada efektivitas vulva hygiene menggunakan
ekstrak daun sirih terhadap penyembuhan luka perineum sebelum vulva hygiene
menggunakan ekstrak daun sirih terhadap penyembuhan luka perineum nilai mean
4,20 Sedangkan nilai median 4, nilai minimum 4 dan nilai maximum 5. Ada
efektivitas sesudah vulva hygiene menggunakan ekstrak daun sirih terhadap
penyembuhan luka perineum. Nilai mean 0,27, median 0, nilai minimum 0 dan
nilai maximum 2
KESIMPULAN
1. Nilai rata-rata item penurunan luka perineum sebelum (pre-test) diberikan
ektrak daun sirih yaitu 4,20.
2. Nilai rata-rata item penurunan luka perineum sesudah (post-test) diberikan
ektrak daun sirih yaitu 0,27.
3. Ada pengaruh sebelum Vulva hygiene dan sesudah vulva hygiene
menggunakan ekstrak daun sirih terhadap penyembuhan luka perineum di
Puskesmas Girian Weru diperoleh nilai p value = 0,001< α 0.05.
SARAN
1. Bagi Institusi pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan mengetahui tentang manfaat
dapat dikembangkan dalam vulva hygiene menggunakan
bidang penelitian tentang terapi ekstrak daun sirih terhadap
komplementer khususnya penyembuhan luka perineum ibu
sehubungan dengan efektifitas nifas sehingga dapat memotivasi
vulva hygiene mengunakan untuk memperhatikan kesehatan
ekstrak daun sirih terhadap reproduksi .
penyembuhan luka perineum 4. Bagi Peneliti
pada ibu nifas Hasil penelitian ini diharapkan
2. Bagi Puskesmas dapat menambah pengetahuan
Diharapkan kepada petugas dan wawasan tentang manfaat
kesehatan untuk lebih aktif lagi vulva hygiene menggunakan
memberikan informasi mengenai ekstrak daun sirih terhadap
manfaat vulva hygiene penyembuhan luka perineum
menggunakan ekstrak daun sirih pada ibu nifas
terhadap penyembuhan luka
perineum yaitu berupa promosi
kesehatan, kegiatan ini diadakan
secara rutin dan terjadwal.
Penempelan poster tentang
melakukan vulva hygiene
menggunakan ekstrak daun sirih.
3. Bagi Responden
Diharapkan kepada responden
lewat penelitian ini lebih
DAFTAR PUSTAKA