Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

MODUL I.
PENGENALAN ALAT UKUR

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu mengenal alat – alat ukur yang digunakan dalam beberapa percobaan.
2. Mahasiswa mampu mengenal dan memahami fungsi alat ukur serta cara penggunaannya.

II. Dasar Teori

A. Mikrometer sekrup

Rahang Skala Utama


geser Skala nonius /
Benda
sekrup pemutar

Gambar 1. Alat Ukur Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup di tunjukan pada gambar 1. Jika skala nonius di putar lengkap 1 kali maka
rahang geser dan skala nonius maju mundur 0.5 mm. Karena skala nonius memiliki skala 50
skala, maka ketelitian mikrometer sekrup 0.5 mm / 50 = 0.01 mm (Kanginan,2002).Dengan
demikian ketidak pastianya ∆x

∆x = 1/2 x nilai satuan terkecil (nst) = 1/2 x 0.001 mm = 0.005 mm

Maka cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

1. Perhatikan garis skala utama dengan skala nonius. Pada gambar 1. garis skala utama
adalah 7 mm lebih.
2. Perhatikan garis mendatar pada skala nonius yang berhimpit/bertepatan dengan garis
mendatar pada skala utama. Pada gambar 1. garis mendatar tersebut 24. maka nilai x =
7,0+( 24 x 0,01 mm ) = 7,24 mm.
Sehingga jika dituliskan. Panjang = (7,240 ± 0,005) mm

B. Jangka Sorong

Rahang
Skala
geser
Benda Skala Utama
Nonius

Gambar 2. Alat Ukut Jangka Sorong

Skala nonius memikiki panjang 9 mm dan di bagi 10 skala sehingga selisihnya 0,1 mm.atau 0,01
cm. Maka ketidak pastiannya adalah

∆x = 1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,005 cm

cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:

1. perhatikan angka pada skala utama yang bertepatan dengan angka 0 pada nonius. Pada
gambar 2. angka tersebut 5 cm
2. perhatikan garis nonius yag berhimpit dengan skala utama. Pada gambar 2. angka
tersebut adalah garis ke 4. ini berarti
nilai x = 5 cm + ( 5 x 0,01 cm ) = 5,05 cm.

Sehingga jika dituliskan, Panjang = (5,050 ± 0,005) cm

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

C. Mistar
Untuk mengukur besaran panjang biasanya digunakan mistar atau penggaris. Ada beberapa
jenis mistar. Mistar yang skala terkecilnya 1 mm disebut mistar berskala mm, sedangkan mistar
yang skala terkecilnya 1 cm disebut mistar berskala cm. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
biasanya menggunakan mistar berskala mm (Gambar 1.1). Satu skala terkecil mistar ini adalah 1
mm. Oleh karena itu, ketelitian mistar berskala mm adalah 1 mm atau 0,1 cm.

Gambar 3. Alat Ukut Mistar berskala mm.

Untuk membaca hasil pengukuran, posisi mata harus berada pada garis yang tegak lurus
terhadap posisi skala alat ukur. Ketika mengukur panjang dengan menggunakan mistar, posisi
mata harus terletak pada garis yang tegak lurus mistar (Gambar 4).

Gambar 4. Posisi Mata Pada Mistar

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

D. Neraca Tiga Lengan

Neraca adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda. Jenis -jenis neraca
yang sering digunakan saat praktikum adalah neraca tiga lengan, seperti gambar dibawah.
Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan skala terkecil 100 g, lengan di depannya
berskala 0 g – 100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan lengan paling berskala 0 g – 10 g, dengan
skala terkecil 0,1 g.

Gambar 5. Alat Ukur Massa (Neraca tiga lengan)

E. Neraca Pegas

Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang menggunakan pegas sebagai alat
untuk menentukan massa benda.Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N
(newton) dan g (gram).

Gambar 6. Neraca Pegas

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

F. Stopwatch
Stopwatch memiliki skala utama yaitu detik dan skala terkecil yaitu milidetik. Terdapat sepuluh
skala terkecil sehingga nilai skala terkecilnya 0,1 detik. Sehingga ketelitian alat ukur waktu ,
stopwach ini yaitu setengah dari skala terkecil yaitu 0,05 detik. Alat di gunakan untuk mengukur
waktu.

Gambar 7. Stopwatch

G. Thermometer
Thermometer adalah alat untuk mengukur suhu. Satuan umum yang digunakan adalah celcius.
Thermometer bekerja berdasarkan perubahan kuantitas fisik, ketika temperaturnya berubah. Jadi
berdasarkan pemuaian (thermometer air raksa), perubahan resistivitas, perubahan kuantitas
listrik(termokopel), radiasi bahan (thermometer temperature tinggi).

Gambar 8. Thermometer

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

III. Alat Dan Bahan


1. Mikrometer Sekrup
2. Jangka Sorong
3. Mistar
4. Neraca tiga lengan
5. Neraca pegas
6. Stopwatch
7. Thermometer

VI. Prosedur Percobaan


IV.1 Memahami dan mempelajari alat - alat ukur beserta fungsinya
1. Ambilkan 7 alat ukur dan letakan di meja praktikum.
2. Pahami dan pelajari setiap alat ukur yang akan dibantu oleh asisten.
3. Catatlah pada tabel pengamatan nama alat ukur, skala terkecil, dan fungsi.

VI.2 Tabel Pengamatan

No Nama Alat Ukur Bagian - bagian pada alat Skala terkecil Fungsi

VI.3 Pertanyaan
1. Gambarkan manual ke 7 alat ukur tersebut lengkap dengan bagian – bagiannya !
2. Tuliskan fungsi dari ke 7 alat ukur tersebut !

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


MODUL II.
PENGUKURAN (PART 1)

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur mikrometer sekrup, mistar, dan jangka
sorong pada pengukuran besaran panjang dalam percobaan.
2. Mahasiswa mampu mengenal dan memahami fungsi alat ukur serta cara penggunaannya.

II. Dasar Teori

A. Mikrometer sekrup

Rahang Skala Utama


geser Skala nonius /
Benda
sekrup pemutar

Gambar 1. Alat Ukur Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup di tunjukan pada gambar 1. Jika skala nonius di putar lengkap 1 kali maka
rahang geser dan skala nonius maju mundur 0.5 mm. Karena skala nonius memiliki skala 50
skala, maka ketelitian mikrometer sekrup 0.5 mm / 50 = 0.01 mm (Kanginan,2002).Dengan
demikian ketidak pastianya ∆x

∆x = 1/2 x nilai satuan terkecil (nst) = 1/2 x 0.001 mm = 0.005 mm

Maka cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:


1. Perhatikan garis skala utama dengan skala nonius. Pada gambar 1. garis skala utama
adalah 7 mm lebih.
2. Perhatikan garis mendatar pada skala nonius yang berhimpit/bertepatan dengan garis
mendatar pada skala utama. Pada gambar 1. garis mendatar tersebut 24. maka nilai x =
7,0+( 24 x 0,01 mm ) = 7,24 mm.
Sehingga jika dituliskan. Panjang = (7,240 ± 0,005) mm

B. Jangka Sorong

Rahang
Skala
geser
Benda Skala Utama
Nonius

Gambar 2. Alat Ukut Jangka Sorong

Skala nonius memikiki panjang 9 mm dan di bagi 10 skala sehingga selisihnya 0,1 mm.atau 0,01
cm. Maka ketidak pastiannya adalah

∆x = 1/2 x 0,1 mm = 0,05 mm = 0,005 cm

cara menentukan nilai x (panjang benda) yaitu:

1. perhatikan angka pada skala utama yang bertepatan dengan angka 0 pada nonius. Pada
gambar 2. angka tersebut 5 cm
2. perhatikan garis nonius yag berhimpit dengan skala utama. Pada gambar 2. angka
tersebut adalah garis ke 4. ini berarti
nilai x = 5 cm + ( 5 x 0,01 cm ) = 5,05 cm.

Sehingga jika dituliskan, Panjang = (5,050 ± 0,005) cm


C. Mistar
Untuk mengukur besaran panjang biasanya digunakan mistar atau penggaris. Ada beberapa
jenis mistar. Mistar yang skala terkecilnya 1 mm disebut mistar berskala mm, sedangkan mistar
yang skala terkecilnya 1 cm disebut mistar berskala cm. Dalam kehidupan sehari-hari, kita
biasanya menggunakan mistar berskala mm (Gambar 1.1). Satu skala terkecil mistar ini adalah 1
mm. Oleh karena itu, ketelitian mistar berskala mm adalah 1 mm atau 0,1 cm.

Gambar 3. Alat Ukut Mistar berskala mm.

Untuk membaca hasil pengukuran, posisi mata harus berada pada garis yang tegak lurus
terhadap posisi skala alat ukur. Ketika mengukur panjang dengan menggunakan mistar, posisi
mata harus terletak pada garis yang tegak lurus mistar (Gambar 4).

Gambar 4. Posisi Mata Pada Mistar

D. Menghitung kesalahan Sitematis


1. Menghitung kesalahan pada pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya sekali saja. Dalam pengukuran
ini kita harus menghitung kesalahan mutlak dan kesalahan relatif hasil pengukurannya, maka ;
Kesalahan Mutlak ;

Dengan : X = hasil pengukuran


x = hasil pembacaan pada alat ukur
∆x = nilai penyimpangan
Nilai penyimpangan ∆x biasanya ditentukan : ½ x skala terkecil alat ukur, nilai penyimpangan
ini disebut juga nilai kesalahan mutlak
Kesalahan relatif ; Kesalahan relatif sering disebut juga atau dinyatakan dengan persen

Makin kecil kesalahan relatif maka ketelitian semakin besar

2. Menghitung besar kesalahan pada pengukuran berulang / Nilai rata - rata

Nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (∆x) dan perentase error
∆x
perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
x
Harga rata-rata dan deviasi standar

Dimana :

x = rata-rata hasil pengukuran

∑ xi = jumlah data hasil pengukuran

n = banyaknya pengulangan

∆x = ketidak pastian pengukuran


III. Alat Dan Bahan
1. Mikrometer Sekrup
2. Jangka Sorong
3. Mistar
4. Balok
5. Silinder
6. Kelereng

VI. Prosedur Percobaan


IV.1 Volume Balok
1. Ambilkan alat ukur mistar, jangka sorong, mikrometer sekrup dan bahan seperti balok,
tabung, dan kelereng lalu letakkan di meja praktikum.
2. Ukurlah panjang, lebar, dan tinggi dengan menggunakan alat ukur mistar dan jangka
sorong sebanyak 3 kali (Catatlah skala utama dan skala nonius) .
3. Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari pengukuran tersebut.
4. Hitunglah volume balok tersebut.

IV.2 Volume Kelereng


5. Ukurlah diameter kelereng dengan menggunakan alat ukur jangka sorong, dan
mikrometer sekrup sebanyak 3 kali (Catatlah skala utama dan skala nonius).
6. Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari pengukuran tersebut.
7. Hitunglah volume kelereng tersebut.
IV.3 Volume Silinder
8. Ukurlah diameter silinder dan tinggi tabung dengan menggunakan alat ukur jangka
sorong dan mistar sebanyak 3 kali (Catatlah skala utama dan skala nonius)
9. Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari pengukuran tersebut.
10. Hitunglah volume dari tabung tersebut.
VI.4 Tabel Pengamatan
A. Volume Balok

1. Pengukuran Panjang Balok

No Alat ukur yang Skala Skala Panjang (cm) Rata – rata (cm)
digunakan Utama Nonius

1. Jangka Sorong

2. Mistar

2. Pengukuran Lebar Balok

No Alat ukur yang Skala Skala Lebar (cm) Rata – rata (cm)
digunakan Utama Nonius

1. Jangka Sorong

2. Mistar

3. Pengukuran Tinggi Balok

No Alat ukur yang Skala Skala Tinggi (cm) Rata – rata (cm)
digunakan Utama Nonius

1. Jangka Sorong

2. Mistar
B. Volume Kelereng

1. Pengukuran Diameter Kelereng

No Alat ukur yang Skala Skala Diameter (cm) Rata – rata (cm)
digunakan Utama Nonius

1. Jangka Sorong

2. Mikrometer Sekrup

C. Volume Silinder

1. Pengukuran Diameter Silinder

No Alat ukur yang Skala Skala Diameter (cm) Rata – rata (cm)
digunakan Utama Nonius

1. Jangka Sorong

2. Mistar

2. Pengukuran Tinggi Silinder

No Alat ukur yang Skala Skala h (cm) Rata – rata (cm)


digunakan Utama Nonius

1. Jangka Sorong

2. Mistar
VI.3 Pertanyaan
1. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap pengukuran panjang, lebar, dan tinggi dari balok!
2. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran balok dengan
menggunakan rumus!

𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 – 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
% Kesalahan : [ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
] 𝑥𝑥 100 %

% Ketilitan : 100 % - % kesalahan

3. Hitunglah volume balok dengan menggunakan rumus V. Balok = P. L. T


4. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap pengukuran diameter dari kelereng!
5. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran kelereng dengan
menggunakan rumus di atas!
4
6. Hitunglah volume kelereng dengan menggunakan rumus V. Kelereng = 𝜋𝜋𝜋𝜋3
3

7. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap pengukuran diameter dan tinggi dari silinder!
8. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran silinder dengan
menggunakan rumus di atas!
9. Hitunglah volume silinder dengan menggunakan rumus V.Silinder = 𝜋𝜋𝜋𝜋 h
2
PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

MODUL III.
PENGUKURAN (PART 2)

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur neraca 4 lengan, neraca pegas dan stopwatch
pada pengukuran besaran massa dan waktu dalam percobaan.
2. Mahasiswa mampu mengenal dan memahami fungsi alat ukur serta cara penggunaannya.

II. Dasar Teori

A. Neraca Tiga Lengan

Neraca adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda. Jenis -jenis neraca
yang sering digunakan saat praktikum adalah neraca tiga lengan, seperti gambar dibawah.
Lengan paling belakang berskala 0 g – 500 g, dengan skala terkecil 100 g, lengan di depannya
berskala 0 g – 100 g, dengan skala terkecil 10 g; dan lengan paling berskala 0 g – 10 g, dengan
skala terkecil 0,1 g.

Gambar 5. Alat Ukur Massa (Neraca tiga lengan)

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

B. Neraca Pegas

Neraca pegas (dinamometer) adalah timbangan sederhana yang menggunakan pegas sebagai alat
untuk menentukan massa benda.Neraca pegas mempunyai dua baris skala, yaitu skala N
(newton) dan g (gram).

Gambar 6. Neraca Pegas

C. Stopwatch
Stopwatch memiliki skala utama yaitu detik dan skala terkecil yaitu milidetik. Terdapat sepuluh
skala terkecil sehingga nilai skala terkecilnya 0,1 detik. Sehingga ketelitian alat ukur waktu ,
stopwach ini yaitu setengah dari skala terkecil yaitu 0,05 detik. Alat di gunakan untuk mengukur
waktu.

Gambar 7. Stopwatch

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

D. Menghitung kesalahan Sitematis


1. Menghitung kesalahan pada pengukuran tunggal
Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya sekali saja. Dalam pengukuran
ini kita harus menghitung kesalahan mutlak dan kesalahan relatif hasil pengukurannya, maka ;
Kesalahan Mutlak ;

Dengan : X = hasil pengukuran


x = hasil pembacaan pada alat ukur
∆x = nilai penyimpangan
Nilai penyimpangan ∆x biasanya ditentukan : ½ x skala terkecil alat ukur, nilai penyimpangan
ini disebut juga nilai kesalahan mutlak
Kesalahan relatif ; Kesalahan relatif sering disebut juga atau dinyatakan dengan persen

Makin kecil kesalahan relatif maka ketelitian semakin besar

2. Menghitung besar kesalahan pada pengukuran berulang / Nilai rata - rata

Nilai rata-rata hasil pengukuran x , kesalahan pengukuran (∆x) dan perentase error
∆x
perhitungan ( x100%) pada tiap-tiap data pengukuran.
x
Harga rata-rata dan deviasi standar

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

Dimana :

x = rata-rata hasil pengukuran

∑ xi = jumlah data hasil pengukuran

n = banyaknya pengulangan

∆x = ketidak pastian pengukuran

III. Alat Dan Bahan


1. Neraca 4 Lengan
2. Neraca Pegas
3. Mistar
4. Stopwatch
5. Bulu Ayam
6. Keping tembaga

VI. Prosedur Percobaan


IV.1 Mengukur Massa Menggunakan neraca 4 lengan
1. Ambilkan alat ukur neraca 4 lengan dan 2 kepingan tembaga yang telah disiapkan asisten
lalu letakkan di meja praktikum.
2. Ukurlah massa pada 1 kepingan tembaga dengan menggunakan alat ukur neraca 4 lengan
sebanyak 3 kali dan Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari pengukuran tersebut.
3. Ukurlah massa pada 2 kepingan tembaga sekaligus dengan menggunakan alat ukur
neraca 4 lengan sebanyak 3 kali dan Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari
pengukuran tersebut.

IV.2 Mengukur Massa Menggunakan neraca pegas


4. Ambilkan alat ukur neraca pegas dan 2 kepingan tembaga yang telah disiapkan asisten
lalu letakkan di meja praktikum.
5. Ukurlah massa pada 1 kepingan tembaga dengan menggunakan alat ukur neraca pegas
sebanyak 3 kali dan Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari pengukuran tersebut.
6. Ukurlah massa pada 2 kepingan tembaga sekaligus dengan menggunakan alat ukur
neraca pegas sebanyak 3 kali dan Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari pengukuran
tersebut.

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

IV.3 Mengukur waktu jatuhnya sebuah benda menggunakan stopwatch


7. Ambilkan alat ukur stopwatch dan sebuah bulu ayam tembaga yang telah disiapkan
asisten lalu letakkan di meja praktikum.
8. Ukurlah waktu jatuhnya bulu ayam dengan ketinggian 30 cm dengan menggunakan alat
ukur neraca stopwatch sebanyak 3 kali dan Catatlah pada tabel pengamatan hasil dari
pengukuran tersebut.
9. Lakukan hal di atas dengan ketinggian 60 cm sebanyak 3 kali

VI.4 Tabel Pengamatan

1. Pengukuran Massa pada kepingan tembaga menggunakan Neraca 4 Lengan

No Kepingan Lengan 1 Lengan 2 Lengan 3 Lengan 4 Massa Benda (g) Rata – Rata
tembaga (g) (g) (g) (g) (g)

1.

2.

2. Pengukuran Massa pada kepingan tembaga menggunakan Neraca Pegas

No Kepingan Massa Benda (g) Rata – Rata


tembaga (g)

1.

2.

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

3. Pengukuran waktu jatuhnya sebuah benda menggunakan stopwatch

No Ketinggian jatuhnya Waktu (S) Rata – rata (S)


Benda

1. 30 Cm

2. 60 Cm

VI.5 Pertanyaan
A. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap pengukuran massa pada kepingan tembaga!
B. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran massa dengan
menggunakan rumus!

𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 – 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢𝑢 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑
% Kesalahan : [ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
] 𝑥𝑥 100 %

% Ketilitan : 100 % - % kesalahan

C. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap pengukuran waktu jatuhnya benda !
D. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran waktu jatuhnya
benda dengan menggunakan rumus di atas!

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


MODUL IV.
AYUNAN MATEMATIS

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu memahami percepatan gravitasi.
2. Mahasiswa mampu menghitung besar percepatan gravitasi di tempat percobaan

II. Dasar Teori


Bandul matematis adalah suatu titik benda digantungkan pada suatu titk tetap dengan tali.
Jika ayunan menyimpang sebesar sudut θ terhadap garis vertical maka gaya yang
mengembalikan :

F = - m . g . sin θ

Untuk θ dalam radial yaitu θ kecil maka sin θ = θ = s/l, dimana s = busur lintasan bola dan l =
panjang tali , sehingga :

mgs
F =−
l

Kalau tidak ada gaya gesekan dan gaya puntiran maka persamaan gaya adalah :

d 2 s mg d 2s g
m 2 = s atau m 2 + g = 0
dt l dt l

Ini adalah persamaan differensial getaran selaras dengan periode adalah :

l
T = 2π
x
Dengan bandul matematis maka percepatan gravitasi g dapat ditentukan yaitu dengan hubungan :

l
T = 2π
x
4π 2 l
g=
T2

Harga l dan T dapat diukur pada pelaksanaan percobaan dengan bola logam yang cukup berat
digantungkan dengan kawat yang sangat ringan (Anonim, 2007).

Beban yang diikat pada ujung tali ringan yang massanya dapat diabaikan disebut bandul.
Jika beban ditarik kesatu sisi, kemudian dilepaskanmaka beban akan terayun melalui titik
keseimbangan menuju ke sisi yang lain. Bila amplitudo ayunan kecil, maka bandul sederhana itu
akan melakukan getaran harmonik. Bandul dengan massa m digantung pada seutas tali yang
panjangnya l. Ayunan mempunyai simpangan anguler θ dari kedudukan seimbang. Gaya pemulih
adalah komponen gaya tegak lurus tali.

F = - m g sin θ

F=ma

maka

m a = - m g sin θ

a = - g sin θ

Untuk getaran selaras θ kecil sekali sehingga sin θ = θ. Simpangan busur s = l θ atau θ=s/l , maka
persamaan menjadi: a= gs/l . Dengan persamaan periode getaran harmonik

−s
T = 2π maka didapat menjadi:
a

−s l
T = 2π atau T = 2π
− gs / l g

Dimana :
l = panjang tali (meter)

g= percepatan gravitasi (ms-2)

T= periode bandul sederhana (s)

Dari rumus di atas diketahui bahwa periode bandul sederhana tidak bergantung pada massa dan
simpangan bandul, melaikan hanya bergantung pada panjang dan percepatan gravitasi, yaitu:

4π 2 l
g= 2
T

Gerak osilasi yang sering dijumpai adalah gerak ayunan. Jika simpangan osilasi tidak
terlalu besar, maka gerak yang terjadi dalam gerak harmonik sederhana. Ayunan sederhana
adalah suatu sistem yang terdiri dari sebuah massa dan tak dapat mulur. Ini dijunjukkan pada
gambar dibawah ini. Jika ayunan ditarik kesamping dari posisi setimbang, dan kemudian
dilepasskan, maka massa m akan berayun dalam bidang vertikal kebawah pengaruh gravitasi.
Gerak ini adalah gerak osilasi dan periodik. Kita ingin menentukan periode ayunan. Pada gambar
di bawah ini, ditunjukkan sebuah ayunan dengan panjang 1, dengan sebuah partikel bermassa m,
yang membuat sudut θ terhadap arah vertical. Gaya yang bekerja pada partikel adalah gaya berat
dan gaya tarik dalam tali. Kita pilih suatu sistem koordinat dengan satu sumbu

menyinggung lingkaran gerak (tangensial) dan sumbu lain pada arah radial. Kemudian kita
uraikan gaya berat mg atas komponen-komponen pada arah radial, yaitu mg cos θ, dan arah
tangensial, yaitu mg sin θ.

Komponen radial dari gaya-gaya yang bekerja memberikan percepatan sentripetal yang
diperlukan agar benda bergerak pada busur lingkaran.Komponen tangensial adalah gaya
pembalik pada benda m yang cenderung mengembalikan massa keposisi setimbang. Jadi gaya
pembalik adalah :

F = −mg sin θ

Perhatikan bahwa gaya pembalik di sini tidak sebanding dengan θ akan tetapi sebanding dengan
sin θ. Akibatnya gerak yang dihasilkan bukanlah gerak harmonic sederhana. Akan tetapi, jika
sudut θ adalah kecil maka sin θ ≈ θ (radial). Simpangan sepanjang busur lintasan adalah
x=lθ ,

dan untuk sudut yang kecil busur lintasan dapat dianggap sebagai garis lurus. Jadi kita peroleh

 x
F = −mg sin θ ≈ −mgθ = −mg  
l
mg
F =− x
l

Gambar. 1. Gaya-gaya yang bekerja pada ayunan sederhana adalah gaya tarik T dan gaya
berat mg pada massa m

Jadi untuk simpangan yang kecil, gaya pembalik adalah sebanding dengan simpangan, dan
mempunyai arah berlawanan. Ini bukan laian adalah persyaratan gerak harmonic sederhana.
Tetapan mg/l menggantikan tetapan k pada F=-kx.

Perioda ayunan jika amplitude kecil adalah:

m m
T = 2π = 2π
k mg / l
l
T = 2π
g

(Sutrisno, 1997).

Contoh dari kategori ayunan mekanis, yaitu pendulum. Kita akan memulai kajian kita
dengan meninjau persamaan gerak untuk sistem yang dikaji seperti dalam gambar 2.
Gambar 2.Pendulum, gaya pemulih yang timbul
berkaitan dengan pengaruh gravitasi pada massa
M. Dapat anda menyebutkan kondisi apa saja
yang berlaku untuk pendulum sederhana seperti
di samping.

Gaya pemulih muncul sebagai konsekuensi gravitasi terhadap bola


bermassa M dalam bentuk gaya gravitasi Mg yang saling meniadakan
dengan gaya Mdv/dt yang berkaitan dengan kelembaman. Adapun frekuensi ayunan tidak
bergantung kepada massa M.

Dalam kasus sistem ayunan seperti yang disajikan dalam gambar di atas, maka gerakan massa M
terbatasi atau ditentukan oleh panjang pendulum L, dan persamaan gerak yang berlaku adalah :

d 2θ
ML = −mg sin θ
dt 2

dimana dalam hal ini kecepatan bola sepanjang lintasannya yang berupa busur lingkaran adalah
v(t ) = Lθ (t ) . Faktor sinθ merupakan komponen yang searah dengan gravitasi dari gaya yang
bekerja pada bola dalam arah θ. Selanjutnya dengan membuang M dari kedua sisi persamaan di
d 2θ g
atas, diperoleh bentuk + sin θ = 0 , yang merupakan persamaan diferensial tak linear
dt 2 L
untuk θ.

Jika dianggap simpangan awal ayunan cukup kecil , maka berlaku sin θ=θ
sehingga persamaan dapat diubah menjadi bentuk linear sebagai berikut,

d 2θ g
+ θ =0
dt 2 L

persamaan merupakan gambaran untuk ayunan sinusuidal dengan frekuensi diberikan oleh:

g l
ω= maka T = 2π
l g

Pada bandul matematis, berat tali diabaikan dan panjang tali jauh lebih besar dari pada
ukuran geometris dari bandul. Pada posisi setimbang, bandul berada pada titik A. Sedangkan
pada titik B adalah kedudukan pada sudut di simpangan maksimum (θ). Kalau titik B adalah
kedudukan dari simpangan maksimum, maka gerakan bandul dari B ke A lalu ke B’ dan
kemudian kembali ke A dan lalu ke B lagi dinamakan satu ayunan. Waktu yang diperlukan untuk
melakukan satu ayunan ini disebut periode (T). Seperti pada gambar 3. di bawah ini

f= komponen w menurut garis


singgung pada lintasan bandul

P= gaya tegang tali

N= komponen normal dari W=mg

l= panjang tali

θ= sudut simpangan

Gambar 3. bandul matematis, berat tali diabaikan dan panjang tali dan panjang tali yang
memiliki ukuran lebih besar.

Dengan mengambil sudut θ cukup kecil sehingga BB’= busur BAB’, maka dapat dibuktikan
bahwa

l
T = 2π
g

Dengan mengetahui panjang tali dan periode, maka percepatan gravitasi bumi dapat dihitung
(Anonim, 2004).

Cara sederhana mengukur g adalah dengan menggunakan bandul matematis sederhana.


Bandul ini terdiri dari beban yang diikatkan pada ujung benang (tali ringan) dan ujung lainnya
dogantungkan pada penyangga tetap. Beban dapat berayun dengan bebas. Ketika disimpangkan,
bandul bergerak bolak-balik. Waktu satu kali gerak bolak-balik disebut satu periode. Kita
nyatakan periode dengan symbol T. Periode bandul memenuhi rumus :

4π 2 L
T2 =
g

T= periode bandul (s)

L= panjang penggantung (m)

g= percepatan gravitasi (m/s2)

Gambar 4. bandul yang diikat pada tali

(Anonim, 2003).
III. Alat Dan Bahan
1. Stopwatch
2. Mistar
3. Statif
4. Bola
5. Tali

VI. Prosedur Percobaan


1. Ambilkan alat dan bahan dan rangkailah seperti gambar 4
2. Tetapkan panjang tali sampai ke pangkal bola adalah 120 cm, 100 cm, dan 80 cm
3. Simpankan ayunan sehingga membentuk sudut 100 dan 200
4. Ukurlah waktu dengan menggunakan stopwatch untuk 10 kali ayunan bagi tiap – tiap
panjang tali sebanyak 3 kali.

VI.4 Tabel Pengamatan

1. Pengukuran ayunan dengan sudut 100

No Panjang Waktu n Perioda Perioda Gravitasi (m/s2) Gravitasi rata – rata


tali (m) (s) (Ayunan) getaran getaran (m/s2)
(T) (T2)

1.

2.

3.
2. Pengukuran ayunan dengan sudut 200

No Panjang Waktu n Perioda Perioda Percepatan Percepatan


2
tali (m) (s) (Ayunan) getaran getaran Gravitasi (m/s ) Gravitasi rata – rata
(T) (T2) (m/s2)

1.

2.

3.

Ket : T = Perioda yang didapat dari waktu dibagi banyaknya ayunan

VI.5 Pertanyaan
A. Hitunglah nilai perioda getaran (T) pada panjang tali 120 cm, 100 cm, dan 80 cm dengan
𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊𝑊 (𝑠𝑠)
sudut 100 dan sudut 200 ! dengan rumus T = 𝑛𝑛 (𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 )

B. Hitunglah nilai perioda getaran (T2) pada panjang tali 120 cm, 100 cm, dan 80 cm dengan
sudut 100 dan sudut 200 !
4π 2 l
C. Hitunglah percepatan gravitasi (m/s2 ) dengan menggunakan rumus g = 2
T
D. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap gravitasi rata - rata pada panjang tali 120 cm, 100
cm, dan 80 cm dengan sudut 100!
E. Hitunglah nilai rata – rata dari setiap gravitasi rata - rata pada panjang tali 120 cm, 100
cm, dan 80 cm dengan sudut 200!
F. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran percepatan gravitasi
pada panjang tali 120 cm, 100 cm, dan 80 cm dengan sudut 100 dan sudut 200
menggunakan rumus!

𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 – 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑


% Kesalahan : [ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 ℎ𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
] 𝑥𝑥 100 %

% Ketilitan : 100 % - % kesalahan


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

MODUL V.
HUKUM HOOKE

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mampu menentukan konstanta pegas berdasarkan Hukum Hooke.
2. Mahasiswa mampu menyelediki hubungan antara gaya dan perubahan panjang pegas.
3. Mahasiswa mampu menentukan energi potensial yang bekerja pada suatu pegas.

II. Dasar Teori


Pada Hukum Hooke gaya dipengaruhi oleh konstanta pegas dan pertambahan panjang, dimana
konstanta pegas sebanding dengan pertambahan panjang. Secara sistematis dapat dirumuskan :
F = k. ∆x
Robert Hooke mengemukakan : “ Jika gaya tarik tidak melampaui batas elsastis pegas maka
pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”. Tetapan gaya
elastic berdasarkan hukum hooke dapat dirumuskan :

𝐹𝐹
k=
∆𝑥𝑥

Keterangan:
F = gaya (N)
k = konstanta pegas (N/m)
Δx = pertambahan panjang (m)
x = panjang bebas benda /panjang benda tanpa ditarik (m)

Energi potensial yang dimiliki pegas atau benda elastis besarnya berbanding lurus dengan
konstanta pegas k dan kuadrat simpangannya. Secara matematis dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut :
1
Ep = 𝑘𝑘Δx2
2

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

III. Alat Dan Bahan


1. Pegas
2. Statif
3. Kepingan tembaga (Beban)
4. Mistar
5. Timbangan Digital

VI.1 Prosedur Percobaan


1. Rangkailah statif seperti gambar di bawah.

2. Ukurlah beban yang akan digunakan dengan menggunakan timbangan digital.


3. Gantungkan sebuah pegas pada batang statif, kemudian pasang penunjuk horizontal pada
ujung bawah pegas itu sedemikian sehingga ujung penunjuk bersentuhan dengan skala
mistar.
4. Bacalah panjang pegas (tanpa beban) L0 pada skala mistar yang berimpit dengan ujung
penunjuk.
5. Gantungkan sebuah keeping beban di ujung pegas, lalu bacalah panjang pegas berbeban
L1, pada skala mistar yang berimpit dengan jarum penunjuk.
6. Catatlah panjang pegas (l) dan massa bebannya (m) ke dalam tabel pengamatan yang
tersedia.
7. Ulangi langkah no 4, dengan 3 beban.

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO


PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

VI.2 Tabel Pengamatan


x0 =…….. m

No Kepingan m (kg) x1(m) F (N) Δx (m) Konstanta pegas Rata2 Energi


tembaga (N/m) Konstanta pegas potensial
(N/m) (J)
1 kepingan
1.

2 kepingan
2.

3 kepingan
3.

Cat : Percepatan gravitasi (g) = 9.8 m/s2

VI.3 Pertanyaan
A. Hitunglah nilai Δx dengan rumus (x1-x0)
B. Hitunglah gaya pada beban : F = m.g
𝐹𝐹
C. Hitunglah konstanta pegas dengan menggunakan rumus : k =
∆𝑥𝑥

1
D. Hitunglah energi potensial dengan menggunakan rumus : Ep = 𝑘𝑘Δx2
2

E. Hitunglah presentase kesalahan dan ketelitian dari setiap pengukuran konstanta pegas
dengan menggunakan rumus!

% Kesalahan :
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 – 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑 𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘𝑘 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
[ 𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 −𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑘𝑘𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝
] 𝑥𝑥 100 %

% Ketilitan : 100 % - % kesalahan

F. Buatlah grafik F vs Δl

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO

Anda mungkin juga menyukai