Anda di halaman 1dari 29

0

MODUL 1
PRAKTIKUM FISIKA DASAR

JUDUL

“PENGUKURAN
BESARAN”

TANGGAL PRAKTIKUM : 05 November 2020


ASISTEN : Dian Mukarramah
NAMA : A. Nurfadila Vityana Najwa
NIM : 200107501019
JURUSAN/PRODI : Pendidikan Biologi
A
ANGGOTA KELOMPOK : 1. Muh. Fauzan
2. Alifia Nabila
3. Rina Vuji Astuty
4. Magfira Herman
5. Herlianty Tri Dimas
Ayuning Tyas
6. Fitri Fadhilah Illiyin

LABORATORIUM FISIKA UNIT FISIKA DASAR


JURUSAN FISIKA FMIPA UNM
TAHUN 2020
MODUL 1

Pengukuran Besaran
Pengukuran merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh setiap mahasiswa disiplin ilmu
sains sebelum melaksanakan kegiatan
eksperimen di laboratorium. Pada modul ini akan
dibahas mengenai arti dari pengukuran, cara
menggunakan alat-alat ukur, cara menuliskan
hasil pengukuran, cara mengolah hasil
pengukuran, dan beberapa kegiatan pengukuran
dasar yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
Dengan menyelesaikan modul ini, diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep-konsep
Gambar 1.1. Jangka sorong, salah satu jenis dasar pengukuran serta mengaplikasikannya
alat ukur besaran panjang
pada kegiatan-kegiatan praktikum selanjutnya.

A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur panjang, massa, waktu, dan suhu.
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti

B. ALAT DAN BAHAN


1. Penggaris/Mistar 9. Gelas Ukur
2. Jangka Sorong 10. Kaki tiga dan kasa
3. Mikrometer Sekrup 11. Pembakar Bunsen
4. Stopwatch 12. Air secukupnya
5. Termometer
6. Balok Besi
7. Bola-bola Kecil
8. Neraca Ohaus

C. TEORI SINGKAT
1. Pengukuran Panjang
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti
kualitatif. Dalam pembelajaran sains Fisika, seorang pendidik tidak hanya
menyampaikan kumpulan fakta-fakta saja tetapi seharusnya mengajarkan sains
2

sebagai proses (menggunakan pendekatan proses). Oleh karena itu, melakukan


percobaan atau eksperimen dalam Sains Fisika sangat penting. Melakukan percobaan
dalam laboratorium, berarti sengaja membangkitkan gejala-gejala alam kemudian
melakukan pengukuran.

a. MISTAR

Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung
pada NST ini. Pada Gambar 1.2 di bawah ini tampak NST = 0,25 satuan

0 1 2 3 4 5 6
Gambar 1.2. Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan

Sebagai contoh, sebuah mistar digunakan untuk mengukur panjang sebuah


benda seperti pada gambar 1.3 berikut.

2 3 4 cm

Gambar 1.3 Penunjukan skala dengan jarum penunjuk cukup tipis

Dari gambar tampak NST Mistar adalah 0,1 cm atau 1 mm, sehingga hasil
pengukuran panjang benda adalah:
l = (3,65 0,05) cm

b. JANGKA SORONG

Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya.
Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala
nonius sebanyak 50 skala.

Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar dan
kedalaman. Untuk menggunakan jangka sorong terlebih dahulu harus diketahui
Nilai Skala Terkecilnya atau NST. Berikut ini akan diberikan cara menentukan NST
Jangka Sorong.
Perhatikan Gambar di samping ini!

20 Skala Nonius = 39 Skala Utama

Karena nilai Skala Utama 1 mm, maka

20 Skala Nonius = 39 mm

Sehingga, 1 Skala Nonius = 1,95 mm


Gambar 1.4 Salah satu bentuk jangka sorong

Karena 1 Skala Nonius bernilai 1,95 mm maka nilai skala pada Skala Utama yang
paling dekat dengan 1,95 mm adalah 2 mm. Selisih antara kedua nilai skala ini
merupakan NST dari jangka sorong.

NST jangka sorong = 2 mm – 0,95 mm = 0,05 mm

Untuk menentukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan Jangka Sorong


ini digunakan persamaan:

Hasil Pengukuran (HP)


(PSU× Nilai Skala Utama) + (Penunjukan Skala Nonius × NST Jangka Sorong)

Contoh :
Perhatikan gambar hasil pengukuran diameter dalam sebuah tabung dengan
menggunakan jangka sorong di bawah ini!
Dari gambar terlihat bahwa: 3 4 5 6 7
Penunjukan Skala Utama (PSU)= 30 Skala cm

Nilai Skala Utama (NSU) = 1 mm


Penunjukan Skala Nonius (PSN)= 15 Skala 0 2
Nilai Skala Terkecil (NST) = 0,05 mm
Gambar 1.5 Salah satu contoh hasil
pengukuran dengan jangka sorong

Berdasarkan data tersebut, maka hasil pengukuran (HP) yang diperoleh adalah:

HP (PSU × Nilai Skala Utama) + (Penunjukan Skala Nonius × NST Jangka


Sorong)
HP (30×1mm) + (15 × 0, 05 mm)
30 mm 0, 75 mm
30, 75 mm
Kesalahan Mutlak x
x 1NST Jangka Sorong
 0, 05 mm
Sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dilaporkan sebagai,
x  x  x mm
x  30, 75 0, 05 mm

c. MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala
utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan,

Nilai Skala Mendatar


NST alat  N
dengan N = jumlah skala putar.

Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki Nilai Skala Mendatar (skala utama)
sebesar 0,5 mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan demikian
maka NST mikrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,

NST Mikrometer 0,5 mm


 50
Sekrup
 0,01mm

Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara membaca
penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan garis horizontal
(yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas dan bawah) terhadap
skala putar. Untuk menentukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan
Mikrometer Sekrup ini digunakan persamaan:

Hasil Pengukuran (HP)


(PSM × Nilai Skala Mendatar) +(Penunjukan Skala Putar ×NST Mikrometer Sekrup)

Contoh:
Perhatikan gambar hasil pengukuran
ketebalan koin dengan menggunakan 0 35
mikrometer sekrup di bawah ini!

Dari gambar terlihat bahwa: 30


Penunjukan Skala Mendatar = 5 Skala
Nilai Skala Mendatar = 0,5 mm Gambar 1.6 Salah satu bentuk Mirometer
sekrup
Penunjukan Skala Putar = 32,5 skala
NST Mikrometer Sekrup = 0,01 mm
Dengan demikian maka Hasil Pengukuran yang diperoleh adalah:

Hasil Pengukuran Kesalahan Mutlak x


(5× 0,5 mm) +(32,5 × 0,01 mm)
2, 5 mm 0, 325 mm
2, 825 mm

1
x  NST Mikrometer Sekrup
2
0, 005 mm

Sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dilaporkan sebagai,


x  x  x mm
x  2, 825 0, 005 mm

2. PENGUKURAN MASSA
a. Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda.
Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing
500 gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi
2610 gram. Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua
lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban
gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan
beban gantung dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.

b. Neraca Ohauss 311 gram


Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan Nilai Skala yang berbeda-beda,
masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan Nilai Skala yang berbeda-beda.
Untuk menggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan Nilai Skala masing-
masing lengan NST dari Neraca Ohaus 311 gram, diambil dari Nilai Skala Terkecil
dari empat lengannya. Hasil Pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan
penunjukan semua lengan neraca yang digunakan.

c. Neraca Ohauss 310 gram

Neraca ini mempunyai 2 (empat) lengan dengan Nilai Skala yang berbeda-beda
dan dilengkapi dengan sebuah Skala Putar (Skala Utama) dan skala nonius. NST
Neraca Ohauss 310 dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan pada
Jangka Sorong. Hasil Pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan
semua lengan neraca ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan
noniusnya.

3. PENGUKURAN SUHU DAN WAKTU

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat.
Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu
termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer
jenis batang gelas dengan batas ukur minimum –10oC dan batas ukur maksimum
+110oC. Nilai skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat
ditentukan seperti halnya menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar biasa,
yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan jumlah
skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.

Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering digunakan
di laboratorium. Alat ukur ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan,
mematikan, dan mengembalikkan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk
stopwatch dengan NST yang berbeda beda. Cara menentukan NST stopwatch
sama dengan menentukan NST alat ukur tanpa nonius

D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Ketidakpastian yang termasuk ke dalam ketidakpastian bersistem adalah kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, gesekan, dan kesalahan paralaks.
Bagaimana menurut anda cara mengatasi ketidakpastian ini?
2. Tentukan NST dari: (a) jam dinding yang satu lingkarannya dibagi menjadi 60 skala;
(b) penunjuk jarak antara kota yang dipasang di jalan oleh Departemen Pekerjaan
Umum; dan (c) alat timbang duduk yang dipakai bila anda membeli gula pasir di
warung/toko.
3. Jika suatu alat ukur memiliki pembagian 9 skala utama = 10 skala nonius, gambarkan
posisi nonius yang menghasilkan pembacaan 36,21.
4. Panjang pensil dilaporkan x = (12,80 ± 0,05)cm, jelaskan apa artinya? Berapakah NST
alat ukur yang digunakan?
5. Hitunglah A ± ∆A, jika nilai A berturut-turut adalah 10,1; 10,2; 10,0; 10,0; 9,8; 10,1; 9,8;
10,3; 9,7 dan 10,0. Berikan interpretasi yang tepat atas hasilnya!
6. Tentukan panjang minimum yang dapat diukur dengan menggunakan mistar biasa,
apabila dituntut ketidakpastian relatifnya tidak lebih dari 10% dan 1% pada hasilnya.
7. Diketahui π = 3,141592. Tuliskan nilai π tersebut dengan ketidakpastian relatif (a) 0,1
%; (b) 1 %; (c) 10 % dan (d) 6%.

E. DAFTAR RUJUKAN
1. Darmawan Djonoputo. 1984. Teori Ketidakpastian menggunakan satuan SI.
Penerbit ITB. Bandung.
2. Laboratorium Fisika Dasar FMIPA ITB. 2009. Modul Praktikum Fisika Dasar 1,
Penerbit ITB. Bandung

F. PELAKSANAAN PENGUKURAN

1. Pengukuran panjang
a. Ambil mistar, jangka sorong dan micrometer tentukan NST
b. Ukurlah masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan tinggi balok
berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Catat hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
c. Ukurlah masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukur di tempat
berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Catat
hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.

2. Pelaksanaan Pengukuran Besaran Massa


a. Tentukan NST masing-masing neraca
b. Ukur massa benda yang digunakan pada pengukuran panjang, lakukan
pengukuran berulang sebanyak 3 kali.
c. Catat hasil pengukuran anda yang dilengkapi dengan ketidakpastian
pengukuran
3. Kegiatan Pengukuran
a. Siapkan gelas ukur, bunsen pembakar lengkap dengan kaki tiga dan lapisan
asbesnya dan sebuah termometer.
b. Isi gelas ukur dengan air hingga ½ bagian dan letakkan di atas kaki tiga tanpa
ada pembakar.
c. Ukur temperaturnya sebagai temperatur mula-mula (To).
d. Nyalakan bunsen pembakar dan tunggu beberapa saat hingga nyalanya
terlihat normal.
e. Letakkan bunsen pembakar tadi tepat di bawah gelas kimia bersamaan
dengan menjalankan alat pengukur waktu
f. Catat perubahan temperatur yang terbaca pada termometer tiap selang
waktu 1 menit sampai diperoleh 10.

G. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan atau pengukuran dapat dicatat/diisikan pada tabel hasil
pengamatan yang telah disediakan dalam modul ini.

HASIL PENGAMATAN

Hari/Tanggal : kamis, 05 November 2020

Jurusan/Prodi/ : Biologi/Pendidikan Biologi

Kelompok :3

Nama/NIM Praktikan : A. Nurfadila Vityana Najwa/200107501019

Anggota Kelompok 1. Muh. Fauzan 5. Herlianty Tri Dimas Ayuning Tyas

2. Alifia Nabila 6. Fitri Fadhilah Illiyin

3. Rina Vuji Astuty

4. Magfira Herman
1. Pengukuran Panjang
NST mistar : batas ukur / jumlah skala = 30 cm/ 300 = 0,1 cm
= 1 mm

NST Jangka Sorong : 20 skala nonius = 39 skala utama

Karena nilai skala utama 1 mm maka 1 SN = 39/20 = 1,95

mm mendekati 2 mm, maka selisihnya adalah NST jangka

sorong = 2 mm - 1,95 mm = 0,05 mm

NST Mikrometer Sekrup : untuk nilai skala mendatar = batas skala/jumlah skala

1
mm=0,5 mm
2

N . SM 0,5 mm
NST alat = =¿ = 0,01 mm
J . SP 50

Tabel 1.1. Hasil pengukuran panjang

Benda Besaran Hasil Pengukuran (mm)


No yang yang Mikrometer
diukur diukur Mistar Jangka Sorong
Sekrup
1
|20,0 ±0,5| |20,50 ±0,05| |20,290 ±0,005|

Kubus Panjang |20,5 ±0,5| |20,00 ±0,05| |20,260 ±0,005|

|20,5 ±0,5| |20,00 ±0,05| |20,270 ±0,005|


2
|15,0 ±0,5| |16,25 ±0,05| |16,030 ±0,005|

Bola Diameter |15,0 ±0,5| |16,35 ±0,05| |16,440 ±0,005|

|16,0 ±0,5| |16,25 ±0,05| |16,250 ±0,005|

2. Pengukuran Massa

Neraca Ohauss 2610 gram

Nilai Skala lengan 1 = batas ukur/jumlah skala = 500 / 5 = 100 gram

Nilai Skala lengan 2 = 100 / 1o = 10 gram

Nilai Skala lengan 3 = 10 / 100 = 0,1 gram

Massa beban gantung =

Tabel 1.2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Penun. Penun. Penun. Beban
Benda Massa benda (g)
lengan 1 lengan 2 lengan 3 gantung

Kubus 0 20 4,4 |24,40 ±0,05|


0 20 4,5 |24,50 ±0,05|
0 20 4,4 |24,40 ±0,05|

Rata- 0 20 4,43 |24,43 ±0,05|


rata
Bola 0 0 5,8 |5,80 ±0,05|
0 0 5,9 |5,90 ±0,05|
0 0 5,9 |5,90 ±0,05|

Rata- 0 0 5,86 |5,86 ±0,05|


rata

Neraca Ohauss 310 gram

Nilai Skala lengan 1 = 100 g NST Neraca Ohauss 310 gram

Nilai Skala lengan 2 = 10 g 10 SN = 19 SP


19 × 0,1 =1,9
Nilai Skala Putar = 0,1 g 1 SN = 1,9 / 10
NST = 0,2 ˗ 0,19 = 0,01 gram
Jumlah skala Nonius = 10

Tabel 1.4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 gram
Penun.
Penun. Penun. Penunjukan
Benda Skala Massa benda (g)
lengan 1 lengan 2 Skala Putar
Nonius

0 20 4,4 0,06 |24,46 ±0,01|


Kubus |24,46 ±0,01|
0 20 4,4 0,06
0 20 4,4 0,07 |24,47 ±0,01|
0 0 5,7 0,02 |5,72 ±0,01|
Bola 0 0 5,7 0,02 |5,72 ±0,01|
0 0 5,7 0,03 |5,73 ±0,01|

3. Pengukuran Waktu

NST Stopwatch = 0,1 sekon

Panjang lintasan yang dijalani = |200,60±0,05|


Tabel 1.5. Hasil pengukuran waktu

No. Waktu (s)


1. |3,1 ± 0,1|
2.
|3,1 ± 0,1|
3.
|3,2 ± 0,1|
4. |3,3 ± 0,1|
5.
|3,2 ± 0,1|
6.
|3,3 ± 0,1|

Mengetahui,
Asisten Pembimbing

Dian Mukarramah
NIM.1812140002
11

H. NALISIS DATA
1. Berdasarkan hasil pengukuran panjang tentukan besar volume dari benda
yang anda ukur untuk masing-masing alat ukur panjang. Sertakan analisis
ketidakpastiannya.

A. Analisis Pengukuran Panjang


1. Panjang Kubus
a. Mistar
x1 =|20,0 ±0,5| mm
x2 =|20,5 ±0,5| mm
x3 =|20,5 ±0,5| mm

20,0+20,5+20,5
x́= =20,33 mm
3

𝛿1 = |20,0 – 20,33| = 0,33 mm


𝛿1 = |20,5 – 20,33| = 0,17 mm
𝛿1 = |20,5 – 20,33| = 0,17 mm
Δ𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,33 mm
x = |20,33 ± 0,33| mm

b. Jangka Sorong
x1 =|20,50 ±0,05| mm
x2 =|20,00 ±0,05| mm
x3 =|20,00 ±0,05| mm

20,50+20,00+20,00
x́= =20,16 mm
3

𝛿1 = |20,50 – 20,16| = 0,34 mm


𝛿1 = |20,00 – 20,16| = 0,16 mm
𝛿1 = |20,00 – 20,16| = 0,16 mm
Δ𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,34 mm
x = |20,16 ± 0,34| mm

c. Mikrometer Sekrup
x1 =|20,290 ±0,005| mm
x2 =|20,260 ±0,005| mm
x3 =|20,270 ±0,005| mm

20,290+20,260+20,270
x́= =20,273 mm
3

𝛿1 = |20,290 – 20,273| = 0,017 mm


𝛿1 = |20,260 – 20,273| = 0,013 mm
𝛿1 = |20,270 – 20,273| = 0,003 mm
Δ𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,017 mm
x = |20,273 ± 0,017| mm

2. Diameter Bola
a. Mistar
x1 =|15,0 ±0,5| mm
x2 =|15,0 ±0,5| mm
x3 =|16,0 ±0,5| mm

15,0+15,0+16,0
x́= =15,33 mm
3
12

𝛿1 = |15,0 – 15,33| = 0,33 mm


𝛿1 = |15,0 – 15,33| = 0,33 mm
𝛿1 = |16,0 – 15,33| = 0,67 mm
Δ𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,67 mm
x = |15,33 ± 0,67|mm

b. Jangka Sorong
x1 =|16,25 ±0,05| mm
x2 =|16,35 ±0,05| mm
x3 =|16,25 ±0,05| mm

16,25+16,35+16,25
x́= =16,28 mm
3

𝛿1 = |16,25 – 16,28| = 0,03 mm


𝛿1 = |16,35 – 16,28| = 0,07 mm
𝛿1 = |16,25 – 16,28| = 0,03 mm
Δ𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,07 mm
x = |16,28 ± 0,07| mm

c. Mikrometer Sekrup
x1 =|16,030 ±0,005| mm
x2 =|16,440 ±0,005| mm
x3 =|16,250 ±0,005| mm

16,030+16,440+16,250
x́= =16,240 mm
3

𝛿1 = |16,030 – 16,240| = 0,21 mm


𝛿1 = |16,440 – 16,240| = 0,2 mm
𝛿1 = |16,250 – 16,240| = 0,01 mm
Δ𝑥 = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,21 mm
x = |16,240 ± 0,21| mm

Tabel hasil analisis pengukuran panjang


Objek
Alat Ukur x́ ∆s Pelaporan Fisika
Ukur
Kubu
Mistar 20,33 0,33 |20,33 ± 0,33|
s
Jangka Sorong 20,16 0,34 |20,16 ± 0,34|
Mikrometer Sekrup 20,273 0,017 |20,273 ± 0,017|
Bola Mistar 15,33 0,67 |15,33 ± 0,67|
Jangka Sorong 16,28 0,07 |16,28 ± 0,07|
Mikrometer Sekrup 16,240 0,21 |16,240 ± 0,21|

B. Analisis Volume
1. Kubus
a. Mistar
V 1=s3 = 20,03=8.000 mm3
V 2=s3 = 20,53=8.615,125 mm3
V 3=s 3 = 20,53=8.615,125 mm3
V 1+V 2+V 3 8.000+8.615,125+ 8.615,125
V́ = = =8.410,083
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 8.000 − 8.410,083 | = 410,083 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 8.615,125 − 8.410,083 | = 205,042 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 8.615,125 − 8.410,083 | = 205,042 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 410,083
V = | V́ ± Δ V́ | = | 8.410,083 ± 410,083|mm3
Ketidakpastian Volume Kubus (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆s 3. 0,33
∆ V 1=
{ } {
s1
V 1=
20,0 }
8.000 = 396

3∆ s 3. 0,33
∆ V 2=
{ } {
s2
V 2=
20,5 }
8.615,125 = 416,04

3∆ s 3. 0,33
∆ V 3=
{ } {
s3
V 2=
20,5 }
8.615,125 = 416,04

b. Jangka Sorong
V 1=s3 = 20,503=8.615,125 mm3
V 2=s3 = 20,003=8.000 mm3
V 3=s 3 = 20,003=8.000 mm3
V 1+V 2+V 3 8.615,125+8.000+ 8.000
V́ = = =8.205,041
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 8.615,125 − 8.205,041 | = 410,084 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 8.000 − 8.205,041 | = 205,041 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 8.000 − 8.205,041 | = 205,041 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 410,084
V = | V́ ± Δ V́ | = | 8.205,041 ± 410,084| mm3
Ketidakpastian Volume Kubus (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆s 3. 0,34
∆ V 1=
{ } {
s1
V 1=
20,50 }
8.615,125 = 428,65

3∆ s 3. 0,34
∆ V 2=
{ } {
s2
V 2=
20,00 }
8.000 = 408

3∆ s 3. 0,34
∆ V 3=
{ } {
s3
V 2=
20,00 }
8.000 = 408

c. Mikrometer Sekrup
V 1=s3 = 20,2903=8.353,070 mm3
V 2=s3 = 20,2603=8.316,073 mm3
V 3=s 3 = 20,2703=8.328,393 mm3
V 1+V 2+V 3 8.353,070+8.316,073+8.328,393
V́ = = =8.332,512
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 8.353,070 − 8.332,512 | = 20,55 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 8.316,073 − 8.332,512 | = 16,43 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 8.328,393 − 8.332,512| = 4,11 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 20,55
V = | V́ ± Δ V́ | = | 8.332,512 ± 20,55|mm3
Ketidakpastian Volume Kubus (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆s 3. 0,017
∆ V 1=
{ } {
s1
V 1=
20,290 }
8.353,070 = 20,99

3∆ s 3. 0,017
∆ V 2=
{ } {
s2
V 2=
20,260 }
8.316,073 = 20,93
3∆ s 3. 0,017
∆ V 3=
{ } {
s3
V 2=
20,270 }
8.328,393 = 20,95

2. Bola
a. Mistar
1 1
V 1= π d 3 = 3,14. (15,0)3=1.766,25 mm3
6 6
1 1
V 2= π d 3 = 3,14. (15,0)3=1.766,25 mm3
6 6
1 1
V 3= π d 3 = 3,14. (16,0)3=2.143,57 mm3
6 6

V 1+V 2+V 3 1.766,25+1.766,25+2.143,57


V́ = = =1.892,02
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 1.766,25 – 1.892,02 | = 125,77 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 1.766,25 – 1.892,02 | = 125,77 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 2.143,57 – 1.892,02 | = 251,55 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 251,55
V = | V́ ± Δ V́ | = | 1.892,02 ± 251,55| mm3
Ketidakpastian Volume Bola (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆d 3. 0,67
∆ V 1=
{ } {
d1
V 1=
15,0 } 1.766,25 = 236,67

3∆d 3. 0,67
∆ V 2=
{ } {
d2
V 2=
15,0 }
1.766,25 = 236,67

3∆d 3. 0,67
∆ V 3=
{ } {
d3
V 2=
16,0 }
2.143,57 = 269,28

b. Jangka Sorong
1 1
V 1= π d 3 = 3,14. (16,25)3=2.245,631 mm3
6 6
1 1
V 2= π d 3 = 3,14. (16,35)3=2.287,344 mm3
6 6
1 1
V 3= π d 3 = 3,14. (16,25)3=2.245,631 mm3
6 6
V 1+V 2+V 3 2.245,631+2.287,344+2.245,631
V́ = = =2.259,535
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 2.245,631 – 2.259,535 | = 13,90 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 2.287,344 – 2.259,535 | = 27,80 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 2.245,631 – 2.259,535 | = 13,90 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 27,80
V = | V́ ± Δ V́ | = | 2.259,535 ± 27,80| mm3
Ketidakpastian Volume Bola (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆d 3. 0,07
∆ V 1=
{ } {
d1
V 1=
16,25 } 2.245,631 = 29,020

3∆d 3. 0,07
∆ V 2=
{ } {
d2
V 2=
16,35 }
2.287,344 = 29,378
3∆d 3. 0,07
∆ V 3=
{ } {
d3
V 2=
16,25 } 2.245,631 = 29,020

c. Mikrometer Sekrup
1 1
V 1= π d 3 = 3,14. (16,030)3=2.155,653 mm3
6 6
1 1
V 2= π d 3 = 3,14. (16,440)3=2.325,325 mm3
6 6
1 3 1
V 3= π d = 3,14. (16,250)3=2.245,631 mm3
6 6
V 1+V 2+V 3 2.155,653+2.325,325+2.245,631
V́ = = =2.242,203
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 2.155,653 – 2.242,203 | = 86,55 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 2.325,325 – 2.242,203 | = 83,12 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 2.245,631 – 2.242,203 | = 3,42 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 86,55
V = | V́ ± Δ V́ | = | 2.242,203 ± 86,55| mm3
Ketidakpastian Volume Bola (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆d 3. 0,21
∆ V 1=
{ } {
d1
V 1=
16,030 } 2.155,653 = 84,71

3∆d 3. 0,21
∆ V 2=
{ } {
d2
V 2=
16,440 }
2.325,325 = 89,10

3∆d 3. 0,21
∆ V 3=
{ } {
d3
V 2=
16,250 }
2.245,631 = 87,06

Tabel hasil analisis volume dari benda yang diukur


Objek
Alat ukur V́ ΔV́ Pelaporan Fisika
Ukur
Kubus Mistar 8.410,083 410,083 | 8.410,083 ±
410,083|
Jangka Sorong 8.205,041 410,084 | 8.205,041 ±
410,084|
Mikrometer Sekrup 8.332,512 20,55 | 8.332,512 ±
20,55|
Bola Mistar 1.892,02 251,55 | 1.892,02 ±
251,55|
Jangka Sorong 2.259,535 27,80 | 2.259,535 ±
27,80|
Mikrometer Sekrup 2.242,203 86,55 | 2.242,203 ±
86,55|
2. Dari hasil analisis menentukan volume benda, alat ukur mana yang paling teliti
dan tepat digunakan untuk mengukur panjang, berikan penjelasan!

Dari hasil analisis menentukan volume benda dapat disimpulkan bahwa alat
ukur yang paling teliti adalah mikrometer sekrup, karena skala terkecil yang
dimiliki mikrometer sekrup jauh lebih kacil dari skala terkecil mistar dan jangka
sorong yaitu 0,01. Untuk alat ukur yang paling tepat digunakan adalah jangka
sorong dengan nilai 𝑥̅= 20,16 pada objek ukur kubus dan nilai 𝑥̅= 16,28 pada
objek ukur bola , hal ini dikarenakan semakin kecil 𝑥̅ suatu alat ukur maka
semakin tepat hasil pengukuran benda alat ukur tersebut.

3. Berdasarkan analisis nomor 1, dan hasil pengukuran massa dengan


menggunakan 3 jenis neraca ohaus, hitung besar massa jenis setiap benda!
Catatan: Untuk volume yang diperoleh dari hasil pengukuran dengan mistar,
akan ada tiga nilai massa jenis karena terdapat tiga alat ukur massa. Dengan
demikian maka akan ada sembilan nilai massa jenis yang akan diperoleh.

A. Analisis Massa
1. Pengukuran dengan Neraca Ohaus 2610 gram
a. Massa kubus
m 1 = 24,40
m 2= 24,50
m3 = 24,40
m1 +m 2 +m 3 24,40+ 24,50+24,40
ḿ = = =24,33
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 24,40 – 24,33 | = 0,07 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 24,50 – 24,33 | = 0,17 g
𝛿1 = | m 3 − ḿ | = | 24,40 – 24,33 | = 0,07 g
Δ ḿ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,17
m = | ḿ ± Δ ḿ| = | 24,33 ± 0,17| g
b. Massa bola
m 1 = 5,80
m 2= 5,90
m3 = 5,90
m1 +m 2 +m 3 5,80+5,90+ 5,90
ḿ = = =5,86
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 5,80 – 5,86 | = 0,06 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 5,90 – 5,86 | = 0,04 g
𝛿1 = | m 3 − ḿ | = | 5,90 – 5,86 | = 0,04 g
Δ ḿ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,06
m = | ḿ ± Δ ḿ| = | 5,86 ± 0,06| g
2. Pengukuran dengan Neraca Ohaus 310 gram
a. Massa kubus
m 1 = 24,46
m 2= 24,46
m3 = 24,47
m1 +m 2 +m 3 24,46+ 24,46+24,47
ḿ = = =24,46
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 24,46 – 24,46 | = 0 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 24,46 – 24,46 | = 0 g

𝛿1 = | m 3 − ḿ | = | 24,47 – 24,46 | = 0,01 g


Δ ḿ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,01
m = | ḿ ± Δ ḿ| = | 24,46 ± 0,01| g
b. Massa bola
m 1 = 5,72
m 2= 5,72
m3 = 5,73
m1 +m 2 +m 3 5,72+5,72+5,73
ḿ = = =5,72
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 5,72 – 5,72 | = 0 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 5,72 – 5,72 | = 0 g
𝛿1 = | m 3 − ḿ | = | 5,73 – 5,72 | = 0,01 g
Δ ḿ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,01
m = | ḿ ± Δ ḿ| = | 5,72 ± 0,01| g

Objek
Alat ukur ḿ Δḿ Pelaporan Fisika
Ukur
Kubus Neraca Ohaus 2610
24,33 0,17 | 24,33 ± 0,17|
gram
Neraca Ohaus 310
24,46 0,01 | 24,46 ± 0,01|
gram
Bola Neraca Ohaus 2610
5,86 0,06 | 5,86 ± 0,06|
gram
Neraca Ohaus 310
5,72 0,01 | 5,72 ± 0,01|
gram

B. Analisis Massa jenis


pada Neraca Ohaus 2610 gram
1. Kubus
a. Mistar
m 24,40
ρ1 = = = 0,00305
v 8.000
m 24,50
ρ2 = = = 0,00284
v 8.615,125
m 24,40
ρ3 = = = 0,00283
v 8.615,125
ρ + ρ + ρ 0,00305+ 0,00284+0,00283
ρ́ = 1 2 3 = =0,00290
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00305 – 0,00290 | = 0,00015 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00284 – 0,00290 | = 0,00006 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00283 – 0,00290 | = 0,00007 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00015
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00290 ± 0,00015| g
Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran Neraca
Ohauss 2610
∆m ∆V 0,17 410,083
∆ ρ 1= {
+ ρ =
} { +
m1 V 1 1 24,40 8.000 }
0,00305= 0,00016

∆m ∆V 0,17 410,083
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 24,50 8.615,125 }
0,00284= 0,00010

∆m ∆V 0,17 410,083
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3
ρ3 =
} { +
24,40 8.615,125 }
0,00283= 0,00010

b. Jangka sorong
m 24,40
ρ1 = = = 0,00283
v 8.615,125
m 24,50
ρ2 = = = 0,00306
v 8.000

m 24,40
ρ3 = = = 0,00305
v 8.000
ρ + ρ + ρ 0,00283+ 0,00306+0,00305
ρ́ = 1 2 3 = =0,00298
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00283 – 0,00298 | = 0,00015 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00306 – 0,00298 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00305 – 0,00298 | = 0,00007 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00015
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00298 ± 0,00015| g

Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran Neraca


Ohauss 2610
∆m ∆V 0,17 410,084
∆ ρ 1= {
+ ρ =
} { +
m1 V 1 1 24,40 8.615,125 }
0,00283= 0,00010

∆m ∆V 0,17 410,084
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 =
} { +
24,50 8.000 }
0,00306 = 0,00017

∆m ∆V 0,17 410,084
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 24,40 8.000 }
0,00305 = 0,00017

c. Mikrometer sekrup

m 24,40
ρ1 = = = 0,00292
v 8.353,070
m 24,50
ρ2 = = = 0,00294
v 8.316,073
m 24,40
ρ3 = = = 0,00292
v 8.328,393
ρ + ρ + ρ 0,00292+0,00294 +0,00292
ρ́ = 1 2 3 = =0,00292
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00292 – 0,00292 | = 0 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00294 – 0,00292 | = 0,00002 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00292 – 0,00292 | = 0 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00002
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00292 ± 0,00002|

Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran Neraca


Ohauss 2610
∆m ∆V 0,17 20,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} { +
24,40 8.353,070 }
0,00292= 0,00018

∆m ∆V 0,17 20,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 24,50 8.316,073 }
0,00294= 0,00013

∆m ∆V 0,17 20,55
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3
ρ3 =
} { +
24,40 8.328,393 }
0,00292= 0,00018

2. Bola
a. Mistar
m 5,80
ρ1 = = = 0,00328
v 1.766,25
m 5,90
ρ2 = = = 0,00334
v 1.766,25
m 5,90
ρ3 = = = 0,00275
v 2.143,57
ρ + ρ + ρ 0,00328+ 0,00334+0,00275
ρ́ = 1 2 3 = =0,00312
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00328 – 0,00312 | = 0,00016 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00334 – 0,00312 | = 0,00022 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00275 – 0,00312 | = 0,00037 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00037
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00312 ± 0,00037|

Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca


Ohauss 2610
∆m ∆V 0,06 251,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,80 1.766,25 }
0,00328= 0,00045

∆m ∆V 0,06 251,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 5,90 1.766,25 }
0,00334= 0,00045

∆m ∆V 0,06 251,55
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,90 2.143,57 }
0,00275= 0,00025

b. Jangka Sorong
m 5,80
ρ1 = = = 0,00258
v 2.245,631
m 5,90
ρ2 = = = 0,00257
v 2.287,344
m 5,90
ρ3 = = = 0,00262
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00258+ 0,00257+0,00262
ρ́ = 1 2 3 = =0,00259
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00258 – 0,00259 | = 0,00001g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00257 – 0,00259 | = 0,00002 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00262 – 0,00259 | = 0,00003 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00003
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00259 ± 0,00003|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 2610
∆m ∆V 0,06 27,80
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,80 2,245,631 }
0,00258= 0,00045

∆m ∆V 0,06 27,80
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 =
} { +
5,90 2.287,344 }
0,00257 = 0,00045

∆m ∆V 0,06 27,80
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,90 2.245,631 }
0,00262= 0,00045

c. Mikrometer sekrup

m 5,80
ρ1 = = = 0,00269
v 2.155,653
m 5,90
ρ2 = = = 0,00253
v 2.325,325
m 5,90
ρ3 = = = 0,00262
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00269+ 0,00253+0,00262
ρ́ = 1 2 3 = =0,00261
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00269 – 0,00261 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00253 – 0,00261 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00262 – 0,00261 | = 0,00001 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00008
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00261 ± 0,00008|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 2610
∆m ∆V 0,06 86,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} {+
5,80 2.155,653 }
0,00269= 0,00020

∆m ∆V 0,06 86,55
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 =
} {+
5,90 2.325,325 }
0,00253= 0,00020

∆m ∆V 0,06 86,55
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} {+
m3 V 3 3 5,90 2.245,631 }
0,00262= 0,0020

Pada Neraca Ohaus 310 gram


1. Kubus
a. Mistar
m 24,46
ρ1 = = = 0,00305
v 8.000
m 24,46
ρ2 = = = 0,00283
v 8.615,125
m 24,47
ρ3 = = = 0,00284
v 8.615,125
ρ + ρ + ρ 0,00305+ 0,00283+0,00284
ρ́ = 1 2 3 = =0,00290
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00305 – 0,00290 | = 0,00015 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00283 – 0,00290 | = 0,00007 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00284 – 0,00290 | = 0,00006 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00015
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00290 ± 0,00015|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 410,083
∆ ρ 1= +
{ ρ =
} { +
m1 V 1 1 24,46 8.000 }
0,00305= 0,00015

∆m ∆V 0,01 410,083
∆ ρ 2= +
{
m2 V 2
ρ2 =
} { +
24,46 8.615,125 }
0,00283= 0,00010

∆m ∆V 0,01 410,083
∆ ρ 3= +
{ ρ =
} { +
m3 V 3 3 24,47 8.615,125 }
0,00284 = 0,00010

b. Jangka Sorong
m 24,46
ρ1 = = = 0,00283
v 8.615,125
m 24,46
ρ2 = = = 0,00305
v 8.000
m 24,47
ρ3 = = = 0,00305
v 8.000
ρ + ρ + ρ 0,00283+ 0,00305+0,00305
ρ́ = 1 2 3 = =0 ,00297
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00283 – 0,00297 | = 0,00014 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00305 – 0,00297 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00305 – 0,00297 | = 0,00008 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00014
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00297 ± 0,00014|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran
Neraca Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 410,084
∆ ρ 1= { +
m1 V 1 } {
ρ1 = +
24,46 8.615 .125 }
0,00283=

0,00096
∆m ∆V 0,01 410,084
∆ ρ 2= { +
} {
ρ = +
m2 V 2 2 24,46 8.000 }
0,00305=

0,00015
∆m ∆V 0,01 410,084
∆ ρ 3= { +
} {
ρ = +
m3 V 3 3 24,47 8.000 }
0,00305=

0,00015
c. Mikrometer Sekrup

m 24,46
ρ1 = = = 0,00292
v 8.353,070
m 24,46
ρ2 = = = 0,00294
v 8.316,073
m 24,47
ρ3 = = = 0,00293
v 8.328,393
ρ + ρ + ρ 0,00292+0,00294 +0,00293
ρ́ = 1 2 3 = =0,00293
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00292 – 0,00293 | = 0,00001 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00294 – 0,00293 | = 0,00001 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00293 – 0,00293 | = 0 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00001
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00293 ± 0,000001|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310

∆m ∆V 0,01 20,55
∆ ρ 1= { +
m1 V 1
ρ1 =
} {+
24,46 8.353,070 }
0,00292= 0,0000082

∆m ∆V 0,01 20,55
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 = + } {
24,46 8.316,073 }
0,00294 = 0,0000057

∆m ∆V 0,01 20,55
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3
ρ3 = + } {
24,47 8.328,393 }
0,00293= 0,0000057
2. Bola
a. Mistar
m 5,72
ρ1 = = = 0,00323
v 1.766,25
m 5,72
ρ2 = = = 0,00323
v 1.766,25
m 5,73
ρ3 = = = 0,00324
v 2.143,57
ρ + ρ + ρ 0,00323+ 0,00323+0,00324
ρ́ = 1 2 3 = =0,00323
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00323 – 0,00323 | = 0 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00323 – 0,00323 | = 0 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00324 – 0,00323 | = 0,00001 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00001
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00323 ± 0,00001|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 251,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,72 1.766,25 }
0,00323 = 0,00043

∆m ∆V 0,01 251,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 5,72 1.766,25 }
0,00323 = 0,00043

∆m ∆V 0,01 251,55
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,73 2.143,57 }
0,00324= 0,00023

1) Jangka Sorong
m 5,72
ρ1 = = = 0,00254
v 2.245,631
m 5,72
ρ2 = = = 0,00250
v 2.287,344
m 5,73
ρ3 = = = 0,00255
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00254 +0,00250+0,00255
ρ́ = 1 2 3 = =0,00253
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00254 – 0,00253 | = 0,00001 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00250 – 0,00253 | = 0,00003 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00255 – 0,00253 | = 0.00002 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00003
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00253 ± 0,00003|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 27,80
∆ ρ 1= +
{
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,72 2.245,631 }
0,00254 = 0,00028

∆m ∆V 0,01 27,80
∆ ρ 2= +
{
m2 V 2
ρ2 =
} { +
5,72 2.287,344 }
0,00250= 0,00027

∆m ∆V 0,01 27,80
∆ ρ 3= +
{ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,73 2.245,631 }
0,00255 = 0,00028

3) Mikrometer sekrup
m 5,72
ρ1 = = = 0,00265
v 2.155,635
m 5,72
ρ2 = = = 0,00245
v 2.325,325
m 5,73
ρ3 = = = 0,00255
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00265+ 0,00245+0,00255
ρ́ = 1 2 3 = =0,00255
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00265 – 0,00255 | = 0,0001 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00245 – 0,00255 | = 0,0001 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00255– 0,00255 | = 0 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,0001 g
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00255 ± 0,0001|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 86,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1 } {
ρ1 = +
5,72 2.155,653 }
0,00265= 0,00083

∆m ∆V 0,01 86,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 5,72 2.325,325 }
0,00245= 0,00077

∆m ∆V 0,01 86,55
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3 } {
ρ3 = +
5,73 2,245,631 }
0,00255 = 0,00080

Objek Pasangan Alat Ukur ρ́ Δ ρ́ Pelaporan


Ukur Fisika
Kubus Neraca Ohaus 2610 g 0,002 0,000 | 0,00290
dan Mistar 90 15 ± 0,00015|

Neraca Ohaus 2610 g 0,002 0,000 | 0,00298


dan Jangka Sorong 98 15 ± 0,00015|

Neraca Ohaus 2610 g 0,002 0,000 | 0,00292


dan Mikrometer Sekrup 92 02 ± 0,00002|

Neraca Ohaus 310 g 0,002 0,000 | 0,00290


dan Mistar 90 15 ± 0,00015|

Neraca Ohaus 310 g 0,002 0,000 | 0,00297


dan Jangka Sorong 97 14 ± 0,00014|

Neraca Ohaus 310 g 0,002 0,000 | 0,00293


dan Mikrometer sekrup 93 01 ± 0,00001|

Bola Neraca Ohaus 2610 g 0,003 0,000 | 0,00312


dan Mistar 12 37 ± 0,00037|

Neraca Ohaus 2610 g 0,002 0,000 | 0,00259


dan Jangka Sorong 59 03 ± 0,00003|

Neraca Ohaus 2610 g 0,002 0,000 | 0,00261


dan Mikrometer Sekrup 61 08 ± 0,00008|

Neraca Ohaus 310 g 0,003 0,000 | 0,00323


dan Mistar 23 01 ± 0,00001|

Neraca Ohaus 310 g 0,002 0,000 | 0,00253


dan Jangka Sorong 53 03 ± 0,00003|
Neraca Ohaus 310 g 0,002 0,000 | 0,00255
dan Mikrometer sekrup 55 1 ± 0,0001|
4. Berdasarkan hasil analisis no.3, tentukan pasangan alat ukur mana yang paling
teliti dan tepat digunakan untuk mendapatkan massa jenis benda, berikan
penjelasan?
Berdasarkan hasil analisis pada nomor 3 maka pasangan yang paling tepat
dan teliti digunakan untuk mengukur massa jenis benda adalah jangka sorong
dan neraca ohauss. Karena ketidakpastiannya sangat kecil saat pengukuran bola.
Sedangkan pada saat pengukuran kubus yang lebih teliti adalah mikrometer
sekrup dengan neraca ohauss. Jadi ketelitiannya tergantung dari massa jenis
benda yang diukur

5. Dari hasil analisis anda, tentukan jenis bahan dari balok dan bola yang anda
gunakan!

Berdasarkan besarnya massa jenis benda yang telah didapatkan dari analisis
data maka kemungkinan besar bahan dari benda tersebut adalah aluminium
6. Dari hasil pengukuran waktu , jelaskan pengukuran mana yang paling
tepat dan teliti? Berikan penjelasan mengapa demikian!

t1 = 3,1
t2 = 3,1
t3 = 3,2
t4 = 3,3
t5 = 3,2
t6 = 3,3

3,1+3,1+3,2+3,3 ,+3,2+3,3
t́= =3,2 s
6

𝛿1 = |3,1 – 3,2| = 0,1 s


𝛿1 = |3,1 – 3,2| = 0,1 s
𝛿1 = |3,2 – 3,2| = 0 s
𝛿1 = |3,3 – 3,2| = 0,1 s
𝛿1 = |3,2 – 3,2| = 0 s
𝛿1 = |3,3 – 3,2| = 0,1 s

Δt = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,1
t = |3,2 ± 0,1| s

I. KESIMPULAN DAN SARAN


Berikan kesimpulan dan saran anda berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah diperoleh!

Kesimpulan:
1.
Alat-alat ukur panjang, massa dan waktu
a.
Alat ukur panjang yaitu : mistar/meteran gulung, jangka sorong, mikrometer
sekrup
b.
Alat ukur massa yaitu : neraca ohauss
c.
Alat ukur waktu yaitu : stopwatch
2.
a. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala
terkecil (NST) instrumen yang digunakan
Δx = ½ nst
b. Pada pengukran berulang nilai ketidakpastiannya dapat digantikan oleh nilai
simpangan baku nilai rata-rata sampel
3. Aturan angka penting
a. Angka yang bukan nol adalah angka penting.
14569 = 5 angka penting
b. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan
angka nol bukan angka penting.
25,00 = 2 angka penting
c. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol atau sebelah tanda

desimal bukan angka penting.


0,00556 = 3 angka penting
d. Angka nol yang berada di antara angka bukan nol termasuk angka penting.
0,005006 = 4 angka penting.
Saran :
1. Untuk praktikan
Praktikan harus benar-benar menguasai materi yang akan di praktikumkan
seperti bagaimana cara membaca mikrometer sekrup dan jangka sorong
sehingga saat melakukan praktikum data yang diperoleh lebih tepat dan benar.
Selain itu praktikan juga harus teliti dalam melihat penunjukan alat ukur agar
tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran.
2. Untuk asisten
Sebaiknya asisten mengarahkan dengan baik praktikan agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengambilan data.

Anda mungkin juga menyukai