MODUL 1
PRAKTIKUM FISIKA DASAR
JUDUL
“PENGUKURAN
BESARAN”
Pengukuran Besaran
Pengukuran merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh setiap mahasiswa disiplin ilmu
sains sebelum melaksanakan kegiatan
eksperimen di laboratorium. Pada modul ini akan
dibahas mengenai arti dari pengukuran, cara
menggunakan alat-alat ukur, cara menuliskan
hasil pengukuran, cara mengolah hasil
pengukuran, dan beberapa kegiatan pengukuran
dasar yang harus dilakukan oleh mahasiswa.
Dengan menyelesaikan modul ini, diharapkan
mahasiswa dapat memahami konsep-konsep
Gambar 1.1. Jangka sorong, salah satu jenis dasar pengukuran serta mengaplikasikannya
alat ukur besaran panjang
pada kegiatan-kegiatan praktikum selanjutnya.
A. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mampu menggunakan alat-alat ukur panjang, massa, waktu, dan suhu.
2. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang.
3. Mengerti atau memahami penggunaan angka berarti
C. TEORI SINGKAT
1. Pengukuran Panjang
Pengukuran adalah bagian dari Keterampilan Proses Sains yang merupakan
pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Dengan
melakukan pengukuran, dapat diperoleh besarnya atau nilai suatu besaran atau bukti
kualitatif. Dalam pembelajaran sains Fisika, seorang pendidik tidak hanya
menyampaikan kumpulan fakta-fakta saja tetapi seharusnya mengajarkan sains
2
a. MISTAR
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi,
inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung
pada NST ini. Pada Gambar 1.2 di bawah ini tampak NST = 0,25 satuan
0 1 2 3 4 5 6
Gambar 1.2. Skala utama suatu alat ukur dengan NST = 0,25 satuan
2 3 4 cm
Dari gambar tampak NST Mistar adalah 0,1 cm atau 1 mm, sehingga hasil
pengukuran panjang benda adalah:
l = (3,65 0,05) cm
b. JANGKA SORONG
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau skala
nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong lainnya.
Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala, dan bahkan ada yang memiliki skala
nonius sebanyak 50 skala.
Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur besaran panjang yang secara
khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter dalam, diameter luar dan
kedalaman. Untuk menggunakan jangka sorong terlebih dahulu harus diketahui
Nilai Skala Terkecilnya atau NST. Berikut ini akan diberikan cara menentukan NST
Jangka Sorong.
Perhatikan Gambar di samping ini!
20 Skala Nonius = 39 mm
Karena 1 Skala Nonius bernilai 1,95 mm maka nilai skala pada Skala Utama yang
paling dekat dengan 1,95 mm adalah 2 mm. Selisih antara kedua nilai skala ini
merupakan NST dari jangka sorong.
Contoh :
Perhatikan gambar hasil pengukuran diameter dalam sebuah tabung dengan
menggunakan jangka sorong di bawah ini!
Dari gambar terlihat bahwa: 3 4 5 6 7
Penunjukan Skala Utama (PSU)= 30 Skala cm
Berdasarkan data tersebut, maka hasil pengukuran (HP) yang diperoleh adalah:
c. MIKROMETER SEKRUP
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai skala
utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan,
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki Nilai Skala Mendatar (skala utama)
sebesar 0,5 mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan demikian
maka NST mikrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar,
Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara membaca
penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan garis horizontal
(yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas dan bawah) terhadap
skala putar. Untuk menentukan Hasil Pengukuran (HP) dengan menggunakan
Mikrometer Sekrup ini digunakan persamaan:
Contoh:
Perhatikan gambar hasil pengukuran
ketebalan koin dengan menggunakan 0 35
mikrometer sekrup di bawah ini!
1
x NST Mikrometer Sekrup
2
0, 005 mm
2. PENGUKURAN MASSA
a. Neraca Ohauss 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda.
Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing
500 gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi
2610 gram. Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua
lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban
gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan
beban gantung dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.
Neraca ini mempunyai 2 (empat) lengan dengan Nilai Skala yang berbeda-beda
dan dilengkapi dengan sebuah Skala Putar (Skala Utama) dan skala nonius. NST
Neraca Ohauss 310 dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan pada
Jangka Sorong. Hasil Pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan
semua lengan neraca ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan
noniusnya.
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu zat.
Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu
termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer
jenis batang gelas dengan batas ukur minimum –10oC dan batas ukur maksimum
+110oC. Nilai skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat
ditentukan seperti halnya menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar biasa,
yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan jumlah
skala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.
Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering digunakan
di laboratorium. Alat ukur ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan,
mematikan, dan mengembalikkan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk
stopwatch dengan NST yang berbeda beda. Cara menentukan NST stopwatch
sama dengan menentukan NST alat ukur tanpa nonius
D. TUGAS PENDAHULUAN
1. Ketidakpastian yang termasuk ke dalam ketidakpastian bersistem adalah kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, gesekan, dan kesalahan paralaks.
Bagaimana menurut anda cara mengatasi ketidakpastian ini?
2. Tentukan NST dari: (a) jam dinding yang satu lingkarannya dibagi menjadi 60 skala;
(b) penunjuk jarak antara kota yang dipasang di jalan oleh Departemen Pekerjaan
Umum; dan (c) alat timbang duduk yang dipakai bila anda membeli gula pasir di
warung/toko.
3. Jika suatu alat ukur memiliki pembagian 9 skala utama = 10 skala nonius, gambarkan
posisi nonius yang menghasilkan pembacaan 36,21.
4. Panjang pensil dilaporkan x = (12,80 ± 0,05)cm, jelaskan apa artinya? Berapakah NST
alat ukur yang digunakan?
5. Hitunglah A ± ∆A, jika nilai A berturut-turut adalah 10,1; 10,2; 10,0; 10,0; 9,8; 10,1; 9,8;
10,3; 9,7 dan 10,0. Berikan interpretasi yang tepat atas hasilnya!
6. Tentukan panjang minimum yang dapat diukur dengan menggunakan mistar biasa,
apabila dituntut ketidakpastian relatifnya tidak lebih dari 10% dan 1% pada hasilnya.
7. Diketahui π = 3,141592. Tuliskan nilai π tersebut dengan ketidakpastian relatif (a) 0,1
%; (b) 1 %; (c) 10 % dan (d) 6%.
E. DAFTAR RUJUKAN
1. Darmawan Djonoputo. 1984. Teori Ketidakpastian menggunakan satuan SI.
Penerbit ITB. Bandung.
2. Laboratorium Fisika Dasar FMIPA ITB. 2009. Modul Praktikum Fisika Dasar 1,
Penerbit ITB. Bandung
F. PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Pengukuran panjang
a. Ambil mistar, jangka sorong dan micrometer tentukan NST
b. Ukurlah masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan tinggi balok
berbentuk kubus yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut.
Catat hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
c. Ukurlah masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (ukur di tempat
berbeda) yang disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur tersebut. Catat
hasil pengukuran anda pada tabel hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
G. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan atau pengukuran dapat dicatat/diisikan pada tabel hasil
pengamatan yang telah disediakan dalam modul ini.
HASIL PENGAMATAN
Kelompok :3
4. Magfira Herman
1. Pengukuran Panjang
NST mistar : batas ukur / jumlah skala = 30 cm/ 300 = 0,1 cm
= 1 mm
NST Mikrometer Sekrup : untuk nilai skala mendatar = batas skala/jumlah skala
1
mm=0,5 mm
2
N . SM 0,5 mm
NST alat = =¿ = 0,01 mm
J . SP 50
2. Pengukuran Massa
Tabel 1.2. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 2610 gram
Penun. Penun. Penun. Beban
Benda Massa benda (g)
lengan 1 lengan 2 lengan 3 gantung
Tabel 1.4. Hasil pengukuran massa dengan Neraca Ohauss 310 gram
Penun.
Penun. Penun. Penunjukan
Benda Skala Massa benda (g)
lengan 1 lengan 2 Skala Putar
Nonius
3. Pengukuran Waktu
Mengetahui,
Asisten Pembimbing
Dian Mukarramah
NIM.1812140002
11
H. NALISIS DATA
1. Berdasarkan hasil pengukuran panjang tentukan besar volume dari benda
yang anda ukur untuk masing-masing alat ukur panjang. Sertakan analisis
ketidakpastiannya.
20,0+20,5+20,5
x́= =20,33 mm
3
b. Jangka Sorong
x1 =|20,50 ±0,05| mm
x2 =|20,00 ±0,05| mm
x3 =|20,00 ±0,05| mm
20,50+20,00+20,00
x́= =20,16 mm
3
c. Mikrometer Sekrup
x1 =|20,290 ±0,005| mm
x2 =|20,260 ±0,005| mm
x3 =|20,270 ±0,005| mm
20,290+20,260+20,270
x́= =20,273 mm
3
2. Diameter Bola
a. Mistar
x1 =|15,0 ±0,5| mm
x2 =|15,0 ±0,5| mm
x3 =|16,0 ±0,5| mm
15,0+15,0+16,0
x́= =15,33 mm
3
12
b. Jangka Sorong
x1 =|16,25 ±0,05| mm
x2 =|16,35 ±0,05| mm
x3 =|16,25 ±0,05| mm
16,25+16,35+16,25
x́= =16,28 mm
3
c. Mikrometer Sekrup
x1 =|16,030 ±0,005| mm
x2 =|16,440 ±0,005| mm
x3 =|16,250 ±0,005| mm
16,030+16,440+16,250
x́= =16,240 mm
3
B. Analisis Volume
1. Kubus
a. Mistar
V 1=s3 = 20,03=8.000 mm3
V 2=s3 = 20,53=8.615,125 mm3
V 3=s 3 = 20,53=8.615,125 mm3
V 1+V 2+V 3 8.000+8.615,125+ 8.615,125
V́ = = =8.410,083
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 8.000 − 8.410,083 | = 410,083 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 8.615,125 − 8.410,083 | = 205,042 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 8.615,125 − 8.410,083 | = 205,042 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 410,083
V = | V́ ± Δ V́ | = | 8.410,083 ± 410,083|mm3
Ketidakpastian Volume Kubus (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆s 3. 0,33
∆ V 1=
{ } {
s1
V 1=
20,0 }
8.000 = 396
3∆ s 3. 0,33
∆ V 2=
{ } {
s2
V 2=
20,5 }
8.615,125 = 416,04
3∆ s 3. 0,33
∆ V 3=
{ } {
s3
V 2=
20,5 }
8.615,125 = 416,04
b. Jangka Sorong
V 1=s3 = 20,503=8.615,125 mm3
V 2=s3 = 20,003=8.000 mm3
V 3=s 3 = 20,003=8.000 mm3
V 1+V 2+V 3 8.615,125+8.000+ 8.000
V́ = = =8.205,041
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 8.615,125 − 8.205,041 | = 410,084 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 8.000 − 8.205,041 | = 205,041 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 8.000 − 8.205,041 | = 205,041 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 410,084
V = | V́ ± Δ V́ | = | 8.205,041 ± 410,084| mm3
Ketidakpastian Volume Kubus (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆s 3. 0,34
∆ V 1=
{ } {
s1
V 1=
20,50 }
8.615,125 = 428,65
3∆ s 3. 0,34
∆ V 2=
{ } {
s2
V 2=
20,00 }
8.000 = 408
3∆ s 3. 0,34
∆ V 3=
{ } {
s3
V 2=
20,00 }
8.000 = 408
c. Mikrometer Sekrup
V 1=s3 = 20,2903=8.353,070 mm3
V 2=s3 = 20,2603=8.316,073 mm3
V 3=s 3 = 20,2703=8.328,393 mm3
V 1+V 2+V 3 8.353,070+8.316,073+8.328,393
V́ = = =8.332,512
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 8.353,070 − 8.332,512 | = 20,55 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 8.316,073 − 8.332,512 | = 16,43 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 8.328,393 − 8.332,512| = 4,11 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 20,55
V = | V́ ± Δ V́ | = | 8.332,512 ± 20,55|mm3
Ketidakpastian Volume Kubus (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆s 3. 0,017
∆ V 1=
{ } {
s1
V 1=
20,290 }
8.353,070 = 20,99
3∆ s 3. 0,017
∆ V 2=
{ } {
s2
V 2=
20,260 }
8.316,073 = 20,93
3∆ s 3. 0,017
∆ V 3=
{ } {
s3
V 2=
20,270 }
8.328,393 = 20,95
2. Bola
a. Mistar
1 1
V 1= π d 3 = 3,14. (15,0)3=1.766,25 mm3
6 6
1 1
V 2= π d 3 = 3,14. (15,0)3=1.766,25 mm3
6 6
1 1
V 3= π d 3 = 3,14. (16,0)3=2.143,57 mm3
6 6
3∆d 3. 0,67
∆ V 2=
{ } {
d2
V 2=
15,0 }
1.766,25 = 236,67
3∆d 3. 0,67
∆ V 3=
{ } {
d3
V 2=
16,0 }
2.143,57 = 269,28
b. Jangka Sorong
1 1
V 1= π d 3 = 3,14. (16,25)3=2.245,631 mm3
6 6
1 1
V 2= π d 3 = 3,14. (16,35)3=2.287,344 mm3
6 6
1 1
V 3= π d 3 = 3,14. (16,25)3=2.245,631 mm3
6 6
V 1+V 2+V 3 2.245,631+2.287,344+2.245,631
V́ = = =2.259,535
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 2.245,631 – 2.259,535 | = 13,90 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 2.287,344 – 2.259,535 | = 27,80 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 2.245,631 – 2.259,535 | = 13,90 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 27,80
V = | V́ ± Δ V́ | = | 2.259,535 ± 27,80| mm3
Ketidakpastian Volume Bola (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆d 3. 0,07
∆ V 1=
{ } {
d1
V 1=
16,25 } 2.245,631 = 29,020
3∆d 3. 0,07
∆ V 2=
{ } {
d2
V 2=
16,35 }
2.287,344 = 29,378
3∆d 3. 0,07
∆ V 3=
{ } {
d3
V 2=
16,25 } 2.245,631 = 29,020
c. Mikrometer Sekrup
1 1
V 1= π d 3 = 3,14. (16,030)3=2.155,653 mm3
6 6
1 1
V 2= π d 3 = 3,14. (16,440)3=2.325,325 mm3
6 6
1 3 1
V 3= π d = 3,14. (16,250)3=2.245,631 mm3
6 6
V 1+V 2+V 3 2.155,653+2.325,325+2.245,631
V́ = = =2.242,203
3 3
𝛿1 = | V 1 − V́ | = | 2.155,653 – 2.242,203 | = 86,55 mm3
𝛿1 = | V 2− V́ | = | 2.325,325 – 2.242,203 | = 83,12 mm3
𝛿1 = | V 3 − V́ | = | 2.245,631 – 2.242,203 | = 3,42 mm3
Δ V́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 86,55
V = | V́ ± Δ V́ | = | 2.242,203 ± 86,55| mm3
Ketidakpastian Volume Bola (Menggunakan Teori Rambar Ralat)
3∆d 3. 0,21
∆ V 1=
{ } {
d1
V 1=
16,030 } 2.155,653 = 84,71
3∆d 3. 0,21
∆ V 2=
{ } {
d2
V 2=
16,440 }
2.325,325 = 89,10
3∆d 3. 0,21
∆ V 3=
{ } {
d3
V 2=
16,250 }
2.245,631 = 87,06
Dari hasil analisis menentukan volume benda dapat disimpulkan bahwa alat
ukur yang paling teliti adalah mikrometer sekrup, karena skala terkecil yang
dimiliki mikrometer sekrup jauh lebih kacil dari skala terkecil mistar dan jangka
sorong yaitu 0,01. Untuk alat ukur yang paling tepat digunakan adalah jangka
sorong dengan nilai 𝑥̅= 20,16 pada objek ukur kubus dan nilai 𝑥̅= 16,28 pada
objek ukur bola , hal ini dikarenakan semakin kecil 𝑥̅ suatu alat ukur maka
semakin tepat hasil pengukuran benda alat ukur tersebut.
A. Analisis Massa
1. Pengukuran dengan Neraca Ohaus 2610 gram
a. Massa kubus
m 1 = 24,40
m 2= 24,50
m3 = 24,40
m1 +m 2 +m 3 24,40+ 24,50+24,40
ḿ = = =24,33
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 24,40 – 24,33 | = 0,07 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 24,50 – 24,33 | = 0,17 g
𝛿1 = | m 3 − ḿ | = | 24,40 – 24,33 | = 0,07 g
Δ ḿ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,17
m = | ḿ ± Δ ḿ| = | 24,33 ± 0,17| g
b. Massa bola
m 1 = 5,80
m 2= 5,90
m3 = 5,90
m1 +m 2 +m 3 5,80+5,90+ 5,90
ḿ = = =5,86
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 5,80 – 5,86 | = 0,06 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 5,90 – 5,86 | = 0,04 g
𝛿1 = | m 3 − ḿ | = | 5,90 – 5,86 | = 0,04 g
Δ ḿ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,06
m = | ḿ ± Δ ḿ| = | 5,86 ± 0,06| g
2. Pengukuran dengan Neraca Ohaus 310 gram
a. Massa kubus
m 1 = 24,46
m 2= 24,46
m3 = 24,47
m1 +m 2 +m 3 24,46+ 24,46+24,47
ḿ = = =24,46
3 3
𝛿1 = | m 1 − ḿ | = | 24,46 – 24,46 | = 0 g
𝛿1 = | m 2− ḿ | = | 24,46 – 24,46 | = 0 g
Objek
Alat ukur ḿ Δḿ Pelaporan Fisika
Ukur
Kubus Neraca Ohaus 2610
24,33 0,17 | 24,33 ± 0,17|
gram
Neraca Ohaus 310
24,46 0,01 | 24,46 ± 0,01|
gram
Bola Neraca Ohaus 2610
5,86 0,06 | 5,86 ± 0,06|
gram
Neraca Ohaus 310
5,72 0,01 | 5,72 ± 0,01|
gram
∆m ∆V 0,17 410,083
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 24,50 8.615,125 }
0,00284= 0,00010
∆m ∆V 0,17 410,083
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3
ρ3 =
} { +
24,40 8.615,125 }
0,00283= 0,00010
b. Jangka sorong
m 24,40
ρ1 = = = 0,00283
v 8.615,125
m 24,50
ρ2 = = = 0,00306
v 8.000
m 24,40
ρ3 = = = 0,00305
v 8.000
ρ + ρ + ρ 0,00283+ 0,00306+0,00305
ρ́ = 1 2 3 = =0,00298
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00283 – 0,00298 | = 0,00015 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00306 – 0,00298 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00305 – 0,00298 | = 0,00007 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00015
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00298 ± 0,00015| g
∆m ∆V 0,17 410,084
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 =
} { +
24,50 8.000 }
0,00306 = 0,00017
∆m ∆V 0,17 410,084
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 24,40 8.000 }
0,00305 = 0,00017
c. Mikrometer sekrup
m 24,40
ρ1 = = = 0,00292
v 8.353,070
m 24,50
ρ2 = = = 0,00294
v 8.316,073
m 24,40
ρ3 = = = 0,00292
v 8.328,393
ρ + ρ + ρ 0,00292+0,00294 +0,00292
ρ́ = 1 2 3 = =0,00292
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00292 – 0,00292 | = 0 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00294 – 0,00292 | = 0,00002 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00292 – 0,00292 | = 0 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00002
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00292 ± 0,00002|
∆m ∆V 0,17 20,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 24,50 8.316,073 }
0,00294= 0,00013
∆m ∆V 0,17 20,55
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3
ρ3 =
} { +
24,40 8.328,393 }
0,00292= 0,00018
2. Bola
a. Mistar
m 5,80
ρ1 = = = 0,00328
v 1.766,25
m 5,90
ρ2 = = = 0,00334
v 1.766,25
m 5,90
ρ3 = = = 0,00275
v 2.143,57
ρ + ρ + ρ 0,00328+ 0,00334+0,00275
ρ́ = 1 2 3 = =0,00312
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00328 – 0,00312 | = 0,00016 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00334 – 0,00312 | = 0,00022 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00275 – 0,00312 | = 0,00037 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00037
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00312 ± 0,00037|
∆m ∆V 0,06 251,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 5,90 1.766,25 }
0,00334= 0,00045
∆m ∆V 0,06 251,55
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,90 2.143,57 }
0,00275= 0,00025
b. Jangka Sorong
m 5,80
ρ1 = = = 0,00258
v 2.245,631
m 5,90
ρ2 = = = 0,00257
v 2.287,344
m 5,90
ρ3 = = = 0,00262
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00258+ 0,00257+0,00262
ρ́ = 1 2 3 = =0,00259
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00258 – 0,00259 | = 0,00001g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00257 – 0,00259 | = 0,00002 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00262 – 0,00259 | = 0,00003 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00003
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00259 ± 0,00003|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 2610
∆m ∆V 0,06 27,80
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,80 2,245,631 }
0,00258= 0,00045
∆m ∆V 0,06 27,80
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 =
} { +
5,90 2.287,344 }
0,00257 = 0,00045
∆m ∆V 0,06 27,80
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,90 2.245,631 }
0,00262= 0,00045
c. Mikrometer sekrup
m 5,80
ρ1 = = = 0,00269
v 2.155,653
m 5,90
ρ2 = = = 0,00253
v 2.325,325
m 5,90
ρ3 = = = 0,00262
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00269+ 0,00253+0,00262
ρ́ = 1 2 3 = =0,00261
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00269 – 0,00261 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00253 – 0,00261 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00262 – 0,00261 | = 0,00001 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00008
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00261 ± 0,00008|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 2610
∆m ∆V 0,06 86,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} {+
5,80 2.155,653 }
0,00269= 0,00020
∆m ∆V 0,06 86,55
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 =
} {+
5,90 2.325,325 }
0,00253= 0,00020
∆m ∆V 0,06 86,55
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} {+
m3 V 3 3 5,90 2.245,631 }
0,00262= 0,0020
∆m ∆V 0,01 410,083
∆ ρ 2= +
{
m2 V 2
ρ2 =
} { +
24,46 8.615,125 }
0,00283= 0,00010
∆m ∆V 0,01 410,083
∆ ρ 3= +
{ ρ =
} { +
m3 V 3 3 24,47 8.615,125 }
0,00284 = 0,00010
b. Jangka Sorong
m 24,46
ρ1 = = = 0,00283
v 8.615,125
m 24,46
ρ2 = = = 0,00305
v 8.000
m 24,47
ρ3 = = = 0,00305
v 8.000
ρ + ρ + ρ 0,00283+ 0,00305+0,00305
ρ́ = 1 2 3 = =0 ,00297
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00283 – 0,00297 | = 0,00014 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00305 – 0,00297 | = 0,00008 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00305 – 0,00297 | = 0,00008 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00014
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00297 ± 0,00014|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran
Neraca Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 410,084
∆ ρ 1= { +
m1 V 1 } {
ρ1 = +
24,46 8.615 .125 }
0,00283=
0,00096
∆m ∆V 0,01 410,084
∆ ρ 2= { +
} {
ρ = +
m2 V 2 2 24,46 8.000 }
0,00305=
0,00015
∆m ∆V 0,01 410,084
∆ ρ 3= { +
} {
ρ = +
m3 V 3 3 24,47 8.000 }
0,00305=
0,00015
c. Mikrometer Sekrup
m 24,46
ρ1 = = = 0,00292
v 8.353,070
m 24,46
ρ2 = = = 0,00294
v 8.316,073
m 24,47
ρ3 = = = 0,00293
v 8.328,393
ρ + ρ + ρ 0,00292+0,00294 +0,00293
ρ́ = 1 2 3 = =0,00293
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00292 – 0,00293 | = 0,00001 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00294 – 0,00293 | = 0,00001 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00293 – 0,00293 | = 0 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00001
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00293 ± 0,000001|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis kubus hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 20,55
∆ ρ 1= { +
m1 V 1
ρ1 =
} {+
24,46 8.353,070 }
0,00292= 0,0000082
∆m ∆V 0,01 20,55
∆ ρ 2= {
+
m2 V 2
ρ2 = + } {
24,46 8.316,073 }
0,00294 = 0,0000057
∆m ∆V 0,01 20,55
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3
ρ3 = + } {
24,47 8.328,393 }
0,00293= 0,0000057
2. Bola
a. Mistar
m 5,72
ρ1 = = = 0,00323
v 1.766,25
m 5,72
ρ2 = = = 0,00323
v 1.766,25
m 5,73
ρ3 = = = 0,00324
v 2.143,57
ρ + ρ + ρ 0,00323+ 0,00323+0,00324
ρ́ = 1 2 3 = =0,00323
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00323 – 0,00323 | = 0 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00323 – 0,00323 | = 0 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00324 – 0,00323 | = 0,00001 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00001
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00323 ± 0,00001|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 251,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,72 1.766,25 }
0,00323 = 0,00043
∆m ∆V 0,01 251,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 5,72 1.766,25 }
0,00323 = 0,00043
∆m ∆V 0,01 251,55
∆ ρ 3= {
+ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,73 2.143,57 }
0,00324= 0,00023
1) Jangka Sorong
m 5,72
ρ1 = = = 0,00254
v 2.245,631
m 5,72
ρ2 = = = 0,00250
v 2.287,344
m 5,73
ρ3 = = = 0,00255
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00254 +0,00250+0,00255
ρ́ = 1 2 3 = =0,00253
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00254 – 0,00253 | = 0,00001 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00250 – 0,00253 | = 0,00003 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00255 – 0,00253 | = 0.00002 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,00003
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00253 ± 0,00003|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 27,80
∆ ρ 1= +
{
m1 V 1
ρ1 =
} { +
5,72 2.245,631 }
0,00254 = 0,00028
∆m ∆V 0,01 27,80
∆ ρ 2= +
{
m2 V 2
ρ2 =
} { +
5,72 2.287,344 }
0,00250= 0,00027
∆m ∆V 0,01 27,80
∆ ρ 3= +
{ ρ =
} { +
m3 V 3 3 5,73 2.245,631 }
0,00255 = 0,00028
3) Mikrometer sekrup
m 5,72
ρ1 = = = 0,00265
v 2.155,635
m 5,72
ρ2 = = = 0,00245
v 2.325,325
m 5,73
ρ3 = = = 0,00255
v 2.245,631
ρ + ρ + ρ 0,00265+ 0,00245+0,00255
ρ́ = 1 2 3 = =0,00255
3 3
𝛿1 = | ρ1 − ρ́ | = | 0,00265 – 0,00255 | = 0,0001 g
𝛿1 = | ρ2− ρ́ | = | 0,00245 – 0,00255 | = 0,0001 g
𝛿1 = | ρ3 − ρ́ | = | 0,00255– 0,00255 | = 0 g
Δ ρ́ = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,0001 g
ρ = | ρ́ ± Δ ρ́| = | 0,00255 ± 0,0001|
Analisis ketidakpastiaan massa jenis bola hasil pengukuran Neraca
Ohauss 310
∆m ∆V 0,01 86,55
∆ ρ 1= {
+
m1 V 1 } {
ρ1 = +
5,72 2.155,653 }
0,00265= 0,00083
∆m ∆V 0,01 86,55
∆ ρ 2= {
+ ρ =
} { +
m2 V 2 2 5,72 2.325,325 }
0,00245= 0,00077
∆m ∆V 0,01 86,55
∆ ρ 3= {
+
m3 V 3 } {
ρ3 = +
5,73 2,245,631 }
0,00255 = 0,00080
5. Dari hasil analisis anda, tentukan jenis bahan dari balok dan bola yang anda
gunakan!
Berdasarkan besarnya massa jenis benda yang telah didapatkan dari analisis
data maka kemungkinan besar bahan dari benda tersebut adalah aluminium
6. Dari hasil pengukuran waktu , jelaskan pengukuran mana yang paling
tepat dan teliti? Berikan penjelasan mengapa demikian!
t1 = 3,1
t2 = 3,1
t3 = 3,2
t4 = 3,3
t5 = 3,2
t6 = 3,3
3,1+3,1+3,2+3,3 ,+3,2+3,3
t́= =3,2 s
6
Δt = 𝛿𝑚𝑎𝑥 = 0,1
t = |3,2 ± 0,1| s
Kesimpulan:
1.
Alat-alat ukur panjang, massa dan waktu
a.
Alat ukur panjang yaitu : mistar/meteran gulung, jangka sorong, mikrometer
sekrup
b.
Alat ukur massa yaitu : neraca ohauss
c.
Alat ukur waktu yaitu : stopwatch
2.
a. Pada pengukuran tunggal, ketidakpastiannya diperoleh dari setengah nilai skala
terkecil (NST) instrumen yang digunakan
Δx = ½ nst
b. Pada pengukran berulang nilai ketidakpastiannya dapat digantikan oleh nilai
simpangan baku nilai rata-rata sampel
3. Aturan angka penting
a. Angka yang bukan nol adalah angka penting.
14569 = 5 angka penting
b. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda desimal dan tidak diapit bukan
angka nol bukan angka penting.
25,00 = 2 angka penting
c. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol atau sebelah tanda