Anda di halaman 1dari 12

KD 3.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian mengukur


2. Peserta didik terampil melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan alat ukur jangka sorong,
micrometer sekrup, neraca lengan dan stop watch
3. Peserta didik mampu membaca hasil pengukuran dengan benar
4. Peserta didik mampu menentukan tingkat ketelitian alat ukur
5. Peserta didik mampu membedakan besaran pokok dengan besaran turunan
6. Peserta didik mampu menentukan satuan dan dimensi dari besaran-besaran turunan
7. Peserta didik mampu menentukan notasi ilmiah dari suatu bilangan
8. Peserta didik mampu berhitung dengan menggunakan aturan angka penting

KOMPETENSI DASAR
3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan angka penting, serta notasi
ilmiah

4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik
yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu penyelidikan ilmiah

INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


KD 3.2
1. Menjelaskan pengertian mengukur
2. Membaca hasil pengukuran dengan benar
3. Menentukan tingkat ketelitian alat ukur
4. Membedakan besaran pokok dengan besaran turunan
5. Menentukan satuan dan dimensi dari besaran-besaran turunan
6. Menentukan notasi ilmiah dari suatu bilangan
7. Berhitung dengan menggunakan aturan angka penting

KD 4.2
 Terampil melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan alat ukur jangka sorong, micrometer sekrup,
neraca lengan dan stop watch
 Terampil melaporkan hasil praktikum baik secara lisan maupun tertulis
Allah SWT telah menyatakan diri-Nya Maha Adil dan Dia menimbang (mengukur) dengan adil :

                      

Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat
biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan. (Q.S. Al-Anbiya : 47)

Maka Allah SWT memerintahkan kita untuk menimbang (mengukur) dengan adil, seperti yang Dia firmankan dalam Al-
Qur’an :
      

Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Q.S,. Ar-Rahman : 9)

A. MENGUKUR

Mengukur merupakan kegiatan yang sering dilakukan manusia hampir sepanjang


hidupnya. Kamu juga sering melakukannya bukan?. Dari mengukur berat badan, tinggi badan,
hingga hal-hal yang menarik perhatian mata seperti tinggi hak sepatu seseorang, panjang rambut
orang lain dan sebagainya
Di dalam ilmu fisika, mengukur termasuk kegiatan penting,
karena fisika mengkaji tentang materi dan interaksi antar materi. Maka
dalam mempelajari fisika kita akan berhubungan dengan massa benda,
kecepatan benda, tekanan yang dihasilkan atau dialami benda, yang
kesemuanya itu perlu diukur
Lalu bisakah kamu mendefinisikan, apakah yang dimaksud
dengan mengukur ?
Mengukur merupakan kegiatan membandingkan suatu besaran
dengan besaran lain yang sejenis, yang dikatakan sebagai satuan. Sedangkan yang dimaksud dengan besaran adalah
segala sesuatu yang dapat diukur, dan hasilnya dapat dinyatakan dengan angka. Satuan dalam pengukuran berfungsi
sebagai pembanding, oleh sebab itu ia haruslah sejenis dengan besaran yang diukurnya.
Maksudnya, kamu bisa mengukur panjang meja hanya dengan satuan panjang pula (misal : cm, m, jengkal).
Bisakah kamu mengukur panjang meja dengan satuan menit?, gram?, atau derajat celcius?.
Oleh sebab itu dalam melakukan pengukuran seseorang membutuhkan besaran yang akan diukur, satuan,
alat ukur dan tentu saja hasil pengukuran itu sendiri.

B. ALAT UKUR DAN KETELITIAN PENGUKURAN

Manusia dengan segala kelebihan yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka telah membuat berbagai
jenis alat ukur untuk bermacam-macam besaran. Setiap alat ukur memiliki satuan dan tingkat ketelitian masing-
masing.
Apakah alat ukur yang kamu gunakan untuk mengukur massa tubuhmu (baca: berat badan)? Apa pula alat
ukur yang kamu gunakan untuk mengukur tinggi badanmu?.
Untuk mengukur waktu bermain, seorang wasit sepak bola biasanya menggunakan alat ukur apa? Bisakah
kamu mengklasifikasikan alat ukur yang kamu kenal berdasarkan besaran yang diukurnya?.

10
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Secara Langsung, yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang
diukur, tanpa menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan. Contohnya, jika kita mengukur
panjang benda dengan menggunakan meteran.
2. Secara tidak langsung, yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai
besaran yang diukur. Contohnya jika kita ingin mengukur volume kubus dengan mengukur terlebih dahulu
rusuknya, setelah itu baru kita hitung volume kubus dengan menggunakan rumusnya.
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, maka sebaiknya kamu melakukan langkah-langkah
sebagaii berikut :
1. Memilih alat yang lebih peka
2. Lakukan kalibrasi sebelum digunakan
3. Lakukan pengamatan dengan posisi yang tepat
4. Tentukan angka taksiran yang tepat
Dalam memilih alat ukur yang tepat, perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain :
1. kesesuaian alat ukur dengan besaran yang akan diukur,
2. ketelitian hasil ukur yang diinginkan,
3. bentuk dan jenis benda yang akan diukur.
Ketelitian alat ukur yang digunakan sangat menentukan ketelitian pengukuran yang dilakukan. Ketelitian
ini dipengaruhi oleh nilai skala terkecil (Nst) yang dimiliki alat ukur. Semakin kecil Nst sebuah alat ukur, maka
semakin baik ketelitiannya.

Beberapa contoh alat ukur


1. Mistar atau Meteran
 Cara membaca hasil pengukuran (HASIL PENGUKURAN) dengan mistar:
Hasi Pengukuran (HASIL PENGUKURAN) dari mistar = Skala Utama + 0,1 x skala kecil (satuan : centimeter)

 Nilai skala terkecil mistar :


Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skalaukuran, yaitu skala utama dan skala
terkecil. Satuan untuk skala utama adalahsentimeter (cm) dan satuan untuk skala terkecil adalah milimeter
(mm). Skalaterkecil pada mistar memiliki nilai 1 milimeter. Jarak antara skala utama adalah 1 cm. Di antara
skala utamaterdapat 10 bagian skala terkecil sehingga satu skala terkecil memiliki nilai :
cm = 0,1 cm atau 1 mm.

2. Jangka Sorong
 Hasil pengukuran dari Jangka sorong = Skala Utama + 0,01 Skala Nonius (satuan : centimeter)

11
 Nilai skala terkecil (Nst) Jangka sorong :
Jangka sorong memiliki skala nonius yang beragam. Skala nonius merupakan skala yang menentukanketelitian
pengukuran. Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala utama dengan
jumlah skala nonius.Misalkan sebuah jangka sorong yang dirancang dengan panjang19 mm yang terdiri atas 20
skala.

Sehingga nilai skala terkecil jangka sorong itu adalah :

Ada juga jangka sorong yang memiliki skala 10 dengan panjang 0,9 cm. Sehingga nilai skala terkecilnya :

3. Mikrometer Sekrup
 Hasil pengukuran dari Mikrometer sekrup = Skala Utama + 0,01 Skala Nonius (satuan : milimeter)
 Nilai skala terkecil (Nst) Mikrometer sekrup :
Selubung bagian luar adalah tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaKamu memutar selubung bagian luar sebanyak
satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama.
Oleh karena itu, nilai satu skala noniusadalah :

Jadi mikrometer memiliki Nilai skala terkecil 0,01 mm sehingga ketelitiannya 0,005 mm.
4. Neraca Lengan
 Hasil pengukuran dari Neraca lengan = jumlah angka pada semua lengan (satuan : gram)

 Nilai skala terkeci (Nst) neraca 3 lengan adalah 0,1 gram

5. Stop Watch
 Hasil Pengukuran dari Stopwatch = skala menit + skala detik (satuan : menit, detik)
Nilai skala terkecil (Nst) Stopwatch :
Stopwatch merupakan alat pengukurwaktu yang memiliki skala
utama (detik) dan skala terkecil (milidetik). Padaskala utama, terdapat
10 bagian skala terkecil sehingga nilai satu skala terkecilyang dimiliki
oleh stopwatch analog adalah 0,1 detik.

C. KETIDAKPASTIAN PADA PENGUKURAN

Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan
mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh
beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang
ditunjukkan alat ukur

13
Beberapa istilah dalam pengukuran:
1. Ketelitian (accuracy) adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur
terhadap nilai benar X0
2. Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal
galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter
3. Ketepatan (precision) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
sama. Presisi berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan
jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.
4. Akurasi yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya.
Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar. Kesalahan dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Keteledoran
Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan
instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur
atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.
2. Kesalahan sistmatik
Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan
pengukuran panjang dengan mistar 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm
3. Kesalahan acak
Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kualitatif), Contoh :
- kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang
- pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana
- pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada percobaan hukum II Newton.

Ketelitian/ketidakpastian dalam pengukuran menyatakan batas toleransi kesalahan mengukur yang


diperbolehkan. Misalnya ketelitian suatu pengukuran o,o1 cm. Maka kesalahan yang diperbolehkan dari hasil
pengukuran yang sesungguhnya adalah kurang 0,01 cm atau lebih 0,01 cm.

Ketelitian/ketidakpastian dalam pengukuran ditentukan dengan cara :


1. Pengukuran tunggal (pengukuran yang dilakukan sebanyak satu kali saja)
2. Pengukuran berulang (pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali)

Untuk pengukuran tunggal, ketelitian/ketidakpastiannya dihitung sebagai ½ kali Nilai Skala Terkecil.
Misalnya seseorang mengukur diameter sebuah silinder dengan menggunakan jangka sorong. Ia
mendapatkan hasil 7,29 cm. Maka dalam melaporkan hasil pengukuran itu, orang tersebut harus manuliskan
7,29 ± 0,005 cm. Dimana 7,29 cm sebagai hasil pengukurannya, dan ± 0,005 cm sebagai
ketelitian/ketidakpastiannya.

Sedangkan untuk pengukuran berulang, hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda
jika dilakukan berulang-ulang. Laporan hasil pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan
ketidakpastian yang sama dengan simpangan bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah
benda sebanyak 5 kali adalah x1, x2, x3, …, xn. Nilai rata-ratanya, yaitu :

14
dengan n adalah jumlah data yang diukur dan x adalah nilai rata-rata hasilpengukuran.
Simpangan bakunya dapat ditulis sebagai berikut.

Oleh karena itu, hasil pengukuran dapat ditulis menjadi :

D. BESARAN DAN SATUAN

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah
membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran
merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan
terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Ada berapa jenis besaran
1. Besaran pokok (Basic quantities)
2. Besaran turunan(Derived quantities)
Yang membedakan antara besaran pokok dengan besaran turunan adalah satauannya. Besaran pokok
memiliki satuan sendiri yang telah ditetapkan oleh para ahli fisika, sedangkan besaran turunan, satuannya
diturunkan dari satuan besaran pokok.
Sedangkan satuan merupakan suatu pembanding dalam pengukuran. Satuan stkamur, satuan dari
besaran pokok sudah ditetapkan dari besaran pokok dengan syarat :
- mudah ditiru
- nilai satuan harus sama
- dapat diterima secara internasional

Sistem Internasional (SI)


Sistem satuan mks yang telah disempurnakan yang paling banyak dipakai sekarang ini. Dalam sistem
Internasional (SI) terdapat : 7 buah besaran dasar (pokok) berdimensi dan 2 buah buah yang tidak
berdimensi.
No Besaran Satuan Dimensi
1 Panjang Meter (m) L
2 Massa Kilogram (kg) M
3 Waktu Sekon (s) T
4 Arus listrik Ampere (A) I
5 Suhu Kelvin K
6 Jumlah zat mol N
7 Intensitas cahaya Kandela (cd) J
8 Sudut datar radian (rad) -
9 Sudut ruang steradian (sr) -

15
E. DIMENSI

Dimensi besaran terdiri atas sebuah huruf kapital yang mewakili besaran itu sendiri. Dimensi besaran
turunan disusun oleh dimensi besaran-besaran pokok penyusunnya. Pada suatu besasaran turunan, dimensi
dapat digunakan untuk melihat kesetaraan besaran turunan tersebut dengan besaran turunan yang lain.
Maksudnya, dua besaran turunan dinyatakan setara jika memiliki dimensi yang sama.

Cara menentukan dimensi besaran turunan dari rumus besaran.


Contoh :
1. Luas = panjang x lebar
dimensi panjang adalah L, sedangkan dimensi lebar = dimensi panjang, adalah L.
maka dimensi luas adalah :
Luas = L x L = L2

2.
dimensi jarak = dimensi panjang, adalah L, sedangkan dimensi waktu adalah T,
maka dimensi kecepatan adalah :
kecepatan = L/T = LT-1

3. ( )
angka ½ tidak termasuk besaran, oleh sebab itu ia tidak memiliki dimensi.
Dimensi dari massa adalah M, sedangkan dimensi dari kecepatan adalah LT-1 (lihat contoh no. 2)
maka dimensi dari energi kinetik adalah :
Energi kinetik = M . (LT-1)2 = ML2T-2

F. NOTASI ILMIAH

Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran partikel yang sangat kecil, seperti massa
elektron, sampai dengan ukuran yang sangat besar, sangat besar, seperti massa bumi. Penulisan hasil
pengukuran benda sangat besar, misalnya massa bumi kira-kira 6 000 000 000 000 000 000 000 000 kg
atau hasil pengukuran partikel sangat kecil, misalnya massa sebuah elektron kira-kira 0,000 000 000 000
000 000 000 000 000 000 911 kg memerlukan tempat yang lebar dan sering salah dalam penulisannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat menggunakan notasi ilmiah atau notasi baku.
Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan sebagai:
a, . . . . x 10n
di mana: a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9
n disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat

Dalam persamaan tersebut,


a, . . . . disebut bilangan penting
10n disebut orde besar

16
Contoh :
Massa bumi = 5,98 x1024
Massa elektron = 9,1 x 10-31
0,00000435 = 4,35 x 10-6
345000000 = 3,45×108

G. ANGKA PENTING

Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka
eksak dan satu angka terakhir yang ditaksir (atau diragukan). Bila kita mengukur panjang suatu benda
dengan mistar berskala mm dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm.
Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka
penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup maka hasilnya dilaporkan dalam 6
angka penting, misalnya 113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan
sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang
dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer
sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka
penting : 114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak karena dapat dibaca pada
skala, sedang satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala,
tetapi hanya ditaksir.
Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas ketelitian
0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita
ukur dengan jangka sorong (jangka sorong mempunyai batas ketelitian 0,1 mm ) maka hasilnya dilaporkan
dalam 5 angka penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer
sekrup mempunyai batas ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya
113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran
mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti
pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka
sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting :
114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti karena dapat dibaca pada skala,
sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala,
tetapi hanya ditaksir.
Bilangan penting diperoleh dari kegiatan mengukur, sedangkan bilangan eksak diperoleh dari
kegiatan membilang

Ketentuan Angka Penting :


1. Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting. Contoh : 6,89 ml memiliki 3 angka penting.
78,99 m memiliki empat angka penting. 7000,2003 mm ( 9 angka penting ).
2. Semua angka nol yang terletak diantara bukan nol merupakan angka penting. Contoh : 1208 gram
memiliki 4 angka penting. 2,0067km memiliki 5 angka penting.

17
3. Semua angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol dengan tkamu desimal adalah angka
penting. Contoh : 720,00 ton ( 5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tkamu desimal bukan angka penting.
Contoh : 250000 liter (2 angka penting). Kecuali yang diberi tkamu khusus (garis bawah/cetak
tebal/cetak miring). Contoh 250000 liter (4 AP)
5. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol bukan angka penting. Contoh : 0,0000352 detik
(3 angka penting).

Aturan Pembulatan Angka Penting


1. Angka yang kurang dari lima dibulatkan ke atas.
Contoh : 75,493 meter terdiri atas 5 AP, jika dibulatkan menjadi 4 AP, maka angka 3 harus dibulatkan.
Sedangkan angka 3 termasuk angka yang kurang dari 4, maka aturannya dibulatkan ke bawah. Karena
angka 3 pada hasil pengkuran di atas terletak setelah tkamu desimal/koma, maka angka 3 dihilangkan
saja sehingga 75,493 meter dibulatkan menjadi 75,49 meter.
2. Angka yang lebih dari lima dibulatkan ke atas.
Contoh : 75,493 meter adalah 5 AP, jika dibulatkan menjadi 3 AP, maka angka 9 harus dibulatkan.
Karena angka 9 nilainya lebih dari 5, maka dibulatkan ke atas yaitu dengan menambahkan angka di
sebelah kirinya 1 angka dan angka 9 dihilangkan. Sehingga 75,493 meter (5 AP) dibulatkan menjadi
75,5 meter (3 AP)
3. Pembulatan angka lima tergantung kepada angka di sebelah kirinya, jika angka di sebelah kirinya ganjil
maka angka 5 dibulatkan ke atas, sebaliknya jika angka di sebelah kirinya genap maka angka 5
dibulatkan ke bawah.
Contoh : 75,943 meter (5 AP) jika dibulatkan menjadi 1 AP, maka angka 5 harus dibulatkan. Karena
angka sebelumnya ganjil (7), maka angka 5 dibulatkan ke atas. Sehingga 75,943 meter (5 AP) dibulatkan
menjadi 80 meter (1 AP)

Aturan Penjumlahan dan Pengurangan Angka Penting


Apabila kamu melakukan operasi penjumlahan atau pengurangan, maka hasilnya hanya boleh mengandung
satu angka taksiran (catatan : angka tafsiran adalah angka terakhir dari suatu angka penting ).
Contoh :
Jumlahkan 273,219 g; 15,5 g; dan 8,43 g (jumlahkan seperti biasa, selanjutnya bulatkan hasilnya hingga
hanya terdapat satu angka taksiran)

Angka 4 dan 9 ditiadakan. Hasilnya = 297,1

Aturan Perkalian dan Pembagian


1. Pada operasi perkalian atau pembagian, hasil yang diperoleh hanya boleh memiliki jumlah angka penting
sebanyak bilangan yang angka pentingnya paling sedikit.
Contoh : hitunglah operasi perkalian berikut ini : 0,6283 x 2,2 cm

Hasilnya dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (dua angka penting)

18
2. Hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan bilangan eksak/pasti hanya boleh
memiliki angka penting sebanyak jumlah angka penting pada bilangan penting.
Contoh : hitunglah operasi perkalian berikut ini : 25 x 8,95

Hasilnya dibulatkan menjadi 224 cm (tiga angka penting) agar sama dengan banyak angka penting
pada bilangan penting 8,95

Aturan perpangkatan dan penarikan akar Angka Penting


Hasil dari pemangkatan atau penarikan akar Angka Penting hanya boleh mengandung angka penting
sebanyak angka penting yang akan dipangkatkan atau ditarik akarnya.
Contoh :
1. (23m)2 = 529 m2, karena 23 m adalah 2 AP, maka hasilnya juga harus 2 AP. Maka 529 m 2 dibulatkan
menjadi 530m2.

2. √( ) = 25 cm. Karena 625 cm2 adalah 3 AP, maka hasilnya juga harus 3 AP, maka 25 cm (2 AP)
ditulis 25,0 cm (3AP)

Latihan

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan benar.


1. Tentukan dimensi besaran-besaran turunan berikut ini.
a. Berat jenis
b. Momentum
c. Energi kinetik
d. Energi potensial

2. Besarnya massa jenis suatu benda yang memiliki massa m dan luas alasnya A, dinyatakan dengan
persamaan

Jika g suatu konstanta, maka tentukan dimensi dan satuannya!

3. Hasil pengukuran diameter sebuah silinder dengan menggunakn jangka sorong adalah seperti gambar
berikut ini.
berhimpit
0 cm 1 cm

0 5

Tulislah hasil pengukuran tersebut.

19
4. Gambar di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran sebuah jangka sorong

12 13

Tulislah hasil pengukurannya.

5. Suatu pengukuran berulang massa sebuah benda menghasilkan data sebagai berikut: 12,5 g; 12,3 g; 12,8
g; 12,4 g; 12,9 g; dan12,6 g. Laporkan hasil pengukuran berulang tersebut lengkap dengan
ketidakpastiannya!

6. Tulislah notasi ilmiah dari hasil pengukuran berikut ini;


a. 672 000 000 kg
b. 0,000 008 412 m
c. 300 000 000 m/s
d. 0,000 000 000 000 000 271 m

7. Operasikanlah dengan menggunakan aturan angka penting


a. 42,158 kg + 19,81 kg = ... kg
b. 45,2 m x 119,7 m = ... m2
c. (3,4 m)3 = ... m3

20

Anda mungkin juga menyukai