TUJUAN PEMBELAJARAN
KOMPETENSI DASAR
3.2 Menerapkan prinsip-prinsip pengukuran besaran fisis, ketepatan, ketelitian, dan angka penting, serta notasi
ilmiah
4.2 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik
yang tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu penyelidikan ilmiah
KD 4.2
Terampil melakukan percobaan pengukuran dengan menggunakan alat ukur jangka sorong, micrometer sekrup,
neraca lengan dan stop watch
Terampil melaporkan hasil praktikum baik secara lisan maupun tertulis
Allah SWT telah menyatakan diri-Nya Maha Adil dan Dia menimbang (mengukur) dengan adil :
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya seberat
biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah kami sebagai pembuat perhitungan. (Q.S. Al-Anbiya : 47)
Maka Allah SWT memerintahkan kita untuk menimbang (mengukur) dengan adil, seperti yang Dia firmankan dalam Al-
Qur’an :
Dan Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Q.S,. Ar-Rahman : 9)
A. MENGUKUR
Manusia dengan segala kelebihan yang dianugerahkan Allah SWT kepada mereka telah membuat berbagai
jenis alat ukur untuk bermacam-macam besaran. Setiap alat ukur memiliki satuan dan tingkat ketelitian masing-
masing.
Apakah alat ukur yang kamu gunakan untuk mengukur massa tubuhmu (baca: berat badan)? Apa pula alat
ukur yang kamu gunakan untuk mengukur tinggi badanmu?.
Untuk mengukur waktu bermain, seorang wasit sepak bola biasanya menggunakan alat ukur apa? Bisakah
kamu mengklasifikasikan alat ukur yang kamu kenal berdasarkan besaran yang diukurnya?.
10
Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Secara Langsung, yaitu ketika hasil pembacaan skala pada alat ukur, langsung menyatakan nilai besaran yang
diukur, tanpa menggunakan rumus untuk menghitung nilai yang diinginkan. Contohnya, jika kita mengukur
panjang benda dengan menggunakan meteran.
2. Secara tidak langsung, yaitu dalam pengukuran memerlukan penghitungan tambahan untuk mendapatkan nilai
besaran yang diukur. Contohnya jika kita ingin mengukur volume kubus dengan mengukur terlebih dahulu
rusuknya, setelah itu baru kita hitung volume kubus dengan menggunakan rumusnya.
Agar mendapatkan hasil pengukuran yang akurat, maka sebaiknya kamu melakukan langkah-langkah
sebagaii berikut :
1. Memilih alat yang lebih peka
2. Lakukan kalibrasi sebelum digunakan
3. Lakukan pengamatan dengan posisi yang tepat
4. Tentukan angka taksiran yang tepat
Dalam memilih alat ukur yang tepat, perlu diperhatikan beberapa faktor, antara lain :
1. kesesuaian alat ukur dengan besaran yang akan diukur,
2. ketelitian hasil ukur yang diinginkan,
3. bentuk dan jenis benda yang akan diukur.
Ketelitian alat ukur yang digunakan sangat menentukan ketelitian pengukuran yang dilakukan. Ketelitian
ini dipengaruhi oleh nilai skala terkecil (Nst) yang dimiliki alat ukur. Semakin kecil Nst sebuah alat ukur, maka
semakin baik ketelitiannya.
2. Jangka Sorong
Hasil pengukuran dari Jangka sorong = Skala Utama + 0,01 Skala Nonius (satuan : centimeter)
11
Nilai skala terkecil (Nst) Jangka sorong :
Jangka sorong memiliki skala nonius yang beragam. Skala nonius merupakan skala yang menentukanketelitian
pengukuran. Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu nilai skala utama dengan
jumlah skala nonius.Misalkan sebuah jangka sorong yang dirancang dengan panjang19 mm yang terdiri atas 20
skala.
Ada juga jangka sorong yang memiliki skala 10 dengan panjang 0,9 cm. Sehingga nilai skala terkecilnya :
3. Mikrometer Sekrup
Hasil pengukuran dari Mikrometer sekrup = Skala Utama + 0,01 Skala Nonius (satuan : milimeter)
Nilai skala terkecil (Nst) Mikrometer sekrup :
Selubung bagian luar adalah tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala. Satu skala nonius
memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaKamu memutar selubung bagian luar sebanyak
satu kali putaran penuh, akandiperoleh nilai 0,5 mm skala utama.
Oleh karena itu, nilai satu skala noniusadalah :
Jadi mikrometer memiliki Nilai skala terkecil 0,01 mm sehingga ketelitiannya 0,005 mm.
4. Neraca Lengan
Hasil pengukuran dari Neraca lengan = jumlah angka pada semua lengan (satuan : gram)
5. Stop Watch
Hasil Pengukuran dari Stopwatch = skala menit + skala detik (satuan : menit, detik)
Nilai skala terkecil (Nst) Stopwatch :
Stopwatch merupakan alat pengukurwaktu yang memiliki skala
utama (detik) dan skala terkecil (milidetik). Padaskala utama, terdapat
10 bagian skala terkecil sehingga nilai satu skala terkecilyang dimiliki
oleh stopwatch analog adalah 0,1 detik.
Ketika mengukur suatu besaran fisis dengan menggunakan instrumen, tidaklah mungkin akan
mendapatkan nilai benar X0, melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian ini disebabkan oleh
beberapa hal misalnya batas ketelitian dari masing-masing alat dan kemampuan dalam membawa hasil yang
ditunjukkan alat ukur
13
Beberapa istilah dalam pengukuran:
1. Ketelitian (accuracy) adalah suatu ukuran yang menyatakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur
terhadap nilai benar X0
2. Kepekaan adalah ukuran minimal yang masih dapat dideteksi (dikenal) oleh instrumen, misal
galvanometer memiliki kepekaan yang lebih besar daripada Amperemeter / Voltmeter
3. Ketepatan (precision) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang
sama. Presisi berkaitan dengan perlakuan dalam proses pengukuran, penyimpangan hasil ukuran dan
jumlah angka desimal yang dicantumkan dalam hasil pengukuran.
4. Akurasi yaitu seberapa dekat hasil suatu pengukuran dengan nilai yang sesungguhnya.
Kesalahan (error) adalah penyimpangan nilai yang diukur dari nilai benar. Kesalahan dapat
digolongkan menjadi tiga golongan :
1. Keteledoran
Umumnya disebabkan oleh keterbatasan pada pengamat, diantaranya kurang terampil menggunakan
instrumen, terutama untuk instrumen canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur
atau kekeliruan dalam melakukan pembacaan skala yang kecil.
2. Kesalahan sistmatik
Adalah kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kuantitatif), contoh : kesalahan
pengukuran panjang dengan mistar 1 mm, jangka sorong, 0,1 mm dan mikrometer skrup 0,01 mm
3. Kesalahan acak
Merupakan kesalahan yang dapat dituangkan dalam bentuk bilangan (kualitatif), Contoh :
- kesalahan pengamat dalam membaca hasil pengukuran panjang
- pengabaian pengaruh gesekan udara pada percobaan ayunan sederhana
- pengabaian massa tali dan gesekan antar tali dengan katrol pada percobaan hukum II Newton.
Untuk pengukuran tunggal, ketelitian/ketidakpastiannya dihitung sebagai ½ kali Nilai Skala Terkecil.
Misalnya seseorang mengukur diameter sebuah silinder dengan menggunakan jangka sorong. Ia
mendapatkan hasil 7,29 cm. Maka dalam melaporkan hasil pengukuran itu, orang tersebut harus manuliskan
7,29 ± 0,005 cm. Dimana 7,29 cm sebagai hasil pengukurannya, dan ± 0,005 cm sebagai
ketelitian/ketidakpastiannya.
Sedangkan untuk pengukuran berulang, hasil pengukuran panjang suatu benda dapat berbeda-beda
jika dilakukan berulang-ulang. Laporan hasil pengukurannya berupa rata-rata nilai hasil pengukuran dengan
ketidakpastian yang sama dengan simpangan bakunya. Sebagai contoh, hasil pengukuran panjang sebuah
benda sebanyak 5 kali adalah x1, x2, x3, …, xn. Nilai rata-ratanya, yaitu :
14
dengan n adalah jumlah data yang diukur dan x adalah nilai rata-rata hasilpengukuran.
Simpangan bakunya dapat ditulis sebagai berikut.
Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Pengukuran adalah
membandingkan suatu besaran dengan satuan yang dijadikan sebagai patokan. Dalam fisika pengukuran
merupakan sesuatu yang sangat vital. Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran.
Pengukuran-pengukuran yang sangat teliti diperlukan dalam fisika, agar gejala-gejala peristiwa yang akan
terjadi dapat diprediksi dengan kuat.
Ada berapa jenis besaran
1. Besaran pokok (Basic quantities)
2. Besaran turunan(Derived quantities)
Yang membedakan antara besaran pokok dengan besaran turunan adalah satauannya. Besaran pokok
memiliki satuan sendiri yang telah ditetapkan oleh para ahli fisika, sedangkan besaran turunan, satuannya
diturunkan dari satuan besaran pokok.
Sedangkan satuan merupakan suatu pembanding dalam pengukuran. Satuan stkamur, satuan dari
besaran pokok sudah ditetapkan dari besaran pokok dengan syarat :
- mudah ditiru
- nilai satuan harus sama
- dapat diterima secara internasional
15
E. DIMENSI
Dimensi besaran terdiri atas sebuah huruf kapital yang mewakili besaran itu sendiri. Dimensi besaran
turunan disusun oleh dimensi besaran-besaran pokok penyusunnya. Pada suatu besasaran turunan, dimensi
dapat digunakan untuk melihat kesetaraan besaran turunan tersebut dengan besaran turunan yang lain.
Maksudnya, dua besaran turunan dinyatakan setara jika memiliki dimensi yang sama.
2.
dimensi jarak = dimensi panjang, adalah L, sedangkan dimensi waktu adalah T,
maka dimensi kecepatan adalah :
kecepatan = L/T = LT-1
3. ( )
angka ½ tidak termasuk besaran, oleh sebab itu ia tidak memiliki dimensi.
Dimensi dari massa adalah M, sedangkan dimensi dari kecepatan adalah LT-1 (lihat contoh no. 2)
maka dimensi dari energi kinetik adalah :
Energi kinetik = M . (LT-1)2 = ML2T-2
F. NOTASI ILMIAH
Pengukuran dalam fisika terbentang mulai dari ukuran partikel yang sangat kecil, seperti massa
elektron, sampai dengan ukuran yang sangat besar, sangat besar, seperti massa bumi. Penulisan hasil
pengukuran benda sangat besar, misalnya massa bumi kira-kira 6 000 000 000 000 000 000 000 000 kg
atau hasil pengukuran partikel sangat kecil, misalnya massa sebuah elektron kira-kira 0,000 000 000 000
000 000 000 000 000 000 911 kg memerlukan tempat yang lebar dan sering salah dalam penulisannya.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kita dapat menggunakan notasi ilmiah atau notasi baku.
Dalam notasi ilmiah, hasil pengukuran dinyatakan sebagai:
a, . . . . x 10n
di mana: a adalah bilangan asli mulai dari 1 sampai dengan 9
n disebut eksponen dan merupakan bilangan bulat
16
Contoh :
Massa bumi = 5,98 x1024
Massa elektron = 9,1 x 10-31
0,00000435 = 4,35 x 10-6
345000000 = 3,45×108
G. ANGKA PENTING
Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran, yang terdiri dari angka
eksak dan satu angka terakhir yang ditaksir (atau diragukan). Bila kita mengukur panjang suatu benda
dengan mistar berskala mm dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm.
Jika panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka
penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup maka hasilnya dilaporkan dalam 6
angka penting, misalnya 113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan
sebagai hasil pengukuran mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang
dapat dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer
sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka
penting : 114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak karena dapat dibaca pada
skala, sedang satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala,
tetapi hanya ditaksir.
Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas ketelitian
0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm. Jika panjang benda tersebut kita
ukur dengan jangka sorong (jangka sorong mempunyai batas ketelitian 0,1 mm ) maka hasilnya dilaporkan
dalam 5 angka penting, misalnya 114,40 mm, dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer
sekrup mempunyai batas ketelitian 0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya
113,390 mm. Ini menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran
mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang dapat dilaporkan, makin teliti
pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka
sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung 4 angka penting :
114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti karena dapat dibaca pada skala,
sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala,
tetapi hanya ditaksir.
Bilangan penting diperoleh dari kegiatan mengukur, sedangkan bilangan eksak diperoleh dari
kegiatan membilang
17
3. Semua angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol dengan tkamu desimal adalah angka
penting. Contoh : 720,00 ton ( 5 angka penting).
4. Angka nol yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol tanpa tkamu desimal bukan angka penting.
Contoh : 250000 liter (2 angka penting). Kecuali yang diberi tkamu khusus (garis bawah/cetak
tebal/cetak miring). Contoh 250000 liter (4 AP)
5. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol bukan angka penting. Contoh : 0,0000352 detik
(3 angka penting).
18
2. Hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan bilangan eksak/pasti hanya boleh
memiliki angka penting sebanyak jumlah angka penting pada bilangan penting.
Contoh : hitunglah operasi perkalian berikut ini : 25 x 8,95
Hasilnya dibulatkan menjadi 224 cm (tiga angka penting) agar sama dengan banyak angka penting
pada bilangan penting 8,95
2. √( ) = 25 cm. Karena 625 cm2 adalah 3 AP, maka hasilnya juga harus 3 AP, maka 25 cm (2 AP)
ditulis 25,0 cm (3AP)
Latihan
2. Besarnya massa jenis suatu benda yang memiliki massa m dan luas alasnya A, dinyatakan dengan
persamaan
3. Hasil pengukuran diameter sebuah silinder dengan menggunakn jangka sorong adalah seperti gambar
berikut ini.
berhimpit
0 cm 1 cm
0 5
19
4. Gambar di bawah ini menunjukkan hasil pengukuran sebuah jangka sorong
12 13
5. Suatu pengukuran berulang massa sebuah benda menghasilkan data sebagai berikut: 12,5 g; 12,3 g; 12,8
g; 12,4 g; 12,9 g; dan12,6 g. Laporkan hasil pengukuran berulang tersebut lengkap dengan
ketidakpastiannya!
20