Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Judul Percobaan


Judul pada percobaan ini”Dasar-dasar Pengukuran”
I.2 Latar Belakang
Ilmu fisika banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan pengukuran.
Pengukuran dalam fisika adalah membaningkan dua hal dengan salah satunya
menjadi pembading atau alat ukur yang besarnya harus distandarkan. Tujuan
pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran
(Giancoli, 2013).
Menurut Giancoli (2001) tujuan utama semua sains, termasuk fisika dasar,
umumnya dianggap merupakan usaha untuk mencari keteraturan dalam
pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berpikir bahwa
sains adalah proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori.
Misalnya pada pengukuran perlu fakta-fakta atau bukti-bukti untuk dapat
membuat teori mengenai pengukuran.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu
dilakukan hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis lalat
ukur yang digunakan dalam pengukuran berrpengaruh terhadap keakuratan atau
tingkat ketelitian suatu alat ukur yang digunakan.
Paham mengenai pengukuran sebagai suatu hal yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari. Salah satu penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui
yaitu berkaitan dengan pengukuran. Pengukuran dalam fisika adalah
membandingkan dua hal dengan salah satunyamenjandi pembanding atau alat
ukur yang besarnya harusnya distandarkan.Tujuan pengukuran yaitu untuk
mengetahui kualitas atau kuantitas suatu besaran.
Pentingnya besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum yang
dapat membantu untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Oleh karena
itu, perlu untuk memahami mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan
dalam banyak hal. Praktikum “Dasar-dasar Pengukuran” kali ini akan
mengenalkan beberapa alat ukur dan cara pengukuran terhadap suatu benda
dengan menggunakan alat ukur yang sesuai.
I.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah cara memahami dasar-dasar pengukuran menggunakan
alat-alat besaran fisika?
2. Bagaiamanakah cara menentukan nilai skala terkecil (NST) dan tingkat
ketelitian beberapa alat ukur ?
3. Bagaiamanakah menggunakan dan mengoperasikan beberapa alat ukur
besar?
4. Bagaimanakah menentukan ketidakpastian pada hasil pengukuran tunggal,
berganda dan campuran?
I.4 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Mampu untuk mengetahui dasar-dasar pengukuran menggunakan alat-
alat besaran fisika.
2. Mampu untuk mengetahui cara menentukan nilai skala terkecil (NST)
dan tingkat ketelitian pada alat ukur.
3. Mampu untuk mengetahui cara menggunakan dan mengoperasikan
beberapa alat ukur besar.
4. Mampu untuk mengetahui cara menentukan ketidakpastian pada hasil
pengukuran tunggal, berganda dan campuran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar-dasar Pengukuran


Pengukuran dapat didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan
suatu besaran dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan. Satuan
adalah pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah membandingkan
sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai patokan. Jadi, dalam
pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu perbandingan dan patokan. Dalam
pengukuran, ada beberapa alat bantu pengukran dalam fisika
diantaranya yaitu jangka sorong, mikrometer sekrup, voltmeter, neraca,
termometer dan masih banyak yang lainnya (Jordan,1996).
Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang berbeda. Ketelitian yang
diperoleh dari suatu pengukuran ditentukan oleh alat pengukuran dan cara yang
dilakukan saat pengukuran. Ketelitian alat ukur ditentukan oleh nilai skala terkecil
yang dapat ditunjukkan oleh sistem skala yang terdapat pada alat ukur tersebut
(Padri,1985). Setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda.
Ketidakpastian pengukuran dapat di hitung dengan cara:
1
∆ x = N S T a la t …
n
(2.1)
(untuk alat ukur yang jarak antar skalanya masih dapat bagi oleh mata)
∆x= n × N S T alat …(2.2)
(untuk alat ukur yang jarak antarskalanya sulit di bagi lagi oleh mata)

Nilai ∆x hasil pengukuran dapat dilaporkan dengan cara:


X= ( x ± ∆x ) … ( 2. 3)

Adapun asas teori pengukuran bahwa suatu pengukuran selalu dianggap


ketidakpastian. Hal-hal yang menyebabkannya antara lain;
1. Adanya nilai skala terkecil (least count) yang ditimbulkan oleh
keterbatasan alat ukur tersebut.
2. Adanya ketidakpastian bersistem, yang diantaranya:
a. Kesalahan kalibrasi, pemberian nilai pada skala waktu alat diproduksi ternyata
kurang tepat.
b. Kesalahan titik nol, sebelum digunakan untuk pengukuran, alat tersebut
menunjuk pada suatu harga skala tertentu atau jarum tidak mau kembali pada
titik nol secara tepat.
c. Kesalahan pegas, setelah sekian lam berfungsi, pegas melembek ataupun
mengeras dari keadaan semula.
d. Gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
e. Paralaks (arah pandang) dalam hal membaca skala.
3. Adanya ketidakpastian acak, yang diantaranya:
a. Gerak Brown molekul udara, gerak ini dapat menggangu penunjukan jarum
alat ukur yang sangat halus.
b. Fluktuasi tegangan jaringan listrik, menggangu operasional alat-alat listrik.
c. Bising elektronik, berupa gangguan pada alat elektronik.
4. Keterbatasan keterampilan pengamat
II.2 Macam-macam Alat Pengukuran
Dalam setiap pengukuran baik panjang, massa sebuah benda dan volume
diperlukaan alat ukur. Berikut merupakan beberapa alat ukur yang biasa
digunakan dalam praktikum (Anonim,2014).
1. Pengukuran Panjang
a. Mistar
Mistar adalah alat yang digunakan untuk menghitung besaran panjang
secara sederhana. Misalnya untuk mengetahui panjang dan lebar suatu buku.
b. Jangka Sorong
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu atau
skala nonius (SN). Pada umumnya nilai skala utama = 1mm, dan banyaknya skala
nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong dengan jangka sorong yang
lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala dan bahkan ada yang memiliki
skala nonius sebanyak 50 skala.Jangka sorong merupakan salah satu alat ukur
besaran panjang yang secara khusus dapat digunakan untuk mengukur diameter
dalam, diameter luar, dan ke dalaman. Unuk menggunakan jangka sorong terleih
dahulu harus diketahuinilai skala terkecilnya atau NST.
Untuk menentukan hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong
digunakan persamaan:
HP= ( PSU×Nilai skala utama ) +(PSN×NST jangka sorong) …(2.4)
Keterangan :
HP : Himpunan Penyelesaian
PSU : Penunjukan Skala Utama
PSN : Penunjukan Skala Nonius
c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM) sebagai
skala utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST mikrometer sekrup
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Nilai Skala Mendatar
NST Alat= …(2.5)
N

Dimana N adalah jumlah skala putar.


Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki nilai skala mendatar (skala
utama) sebesar 0,5mm dan jumlah skala putar sebanyak 50 skala, dengan
demikian maka NST mikrometer sekrup seperti mempunyai NST sebesar:
0,5mm
NST Mikrometer Sekrup = = 0,01mm …(2.6)
50

Hasil pengukuran dari mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara


membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dangaris
horizontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atasdan bawah)
terhadap skala putar. Untuk menentukan hasil pengukuran (HP)dengan
menggunakan mikrometer sekrup ini digunakan persamaan:

HP = ( PSM×Nilai SM ) +(PSP×NST Mikrometer Sekrup) … (2.7)

2. Pengukuran Massa
a. Neraca Ohaus 2610 gram
Pada neraca ini terdapat 3 lengan dengan batas ukur yang berbeda-beda.
Padaujung lengan dapat digandeng 2 buah beban yang nilainya masing-masing 50
0gram dan 1000 gram. Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi
2610 gram. Untuk pengukuran dibawah 610 gram, cukup menggunakan semua
lenganneraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah dengan beban
gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlah penunjukan
beban gantung dengan semua penunjukan lengan-lengan neraca.
b. Neraca Ohaus 311 gram
Neraca ini memiliki 4 lengan dengan skala yang berbeda-beda, masing-
masing lengan mempunyai batas ukur dan nilai skala yang berbeda-beda.
Untukmenggunakan neraca ini terlebih dahulu tentukan nilai skala masing-
masinglengan NST dari neraca ohauss 311 gram , diambil dari nilai skala terkecil
dariempat lengannya. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan menjumlahkan
penunjukan semua lengan neraca yang digunakan.
c. Neraca Ohaus 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dengan nilai skala yang berbeda-beda dan
dilengkapi dengan sebuah skala putar (skala utama) dan skala nonius. NST Neraca
Ohauss 310 gram dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan jangka sorong.
Hasil pengukuran ditentukan dengan menjumlahkan penunjukan semua lengan
neraca ditambahkan dengan nilai pengukuran dari skala putar dan skala
noniusnya.

3. Pengukuran Suhu dan Waktu


Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur temperatur suatu
zat.Ada dua jenis termometer yang umum digunakan dalam laboratorium, yaitu
termometer air raksa dan termometer alkohol. Keduanya adalah termometer jenis
batang gelas dengan batas ukur minimum -10 ° Cdan batas ukur maksimum+110
° C . Nilai skala terkecil untuk kedua jenis termometer tersebut dapat di
tentukankan seperti halnya menentukan nilai skala terkecil sebuah mistar
biasa,yaitu dengan mengambil batas ukur tertentu dan membaginya dengan
jumlahskala dari nol sampai pada ukur yang diambil tersebut.
Stopwatch merupakan salah satu alat ukur waktu yang paling sering
digunakan di laboratorium. Alat ini dilengkapi dengan tombol untuk menjalankan,
mematikan,dan mengembalikan jarum ke posisi nol. Terdapat beberapa bentuk
stopwatchdengan NST yang berbeda-beda. Cara menentukan NST stopwatch
sama dengan menentukan NST suatu alat ukur tanpa nonius.(Penuntun Praktikum
Fisika Dasar.2014).
4. Pegukuran Tegangan dan Arus
Amperemeter adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat arus
yang mengalir dalam satu rangkaian listrik. Berdasarkan jenisnya, sumber
arusamperemeter dibagi menjadi 2 yaitu amperemeter DC dan amperemeter AC.
Cara pengukuran dari amperemeter adalah dengan memastikan amperemeter tepat
pada titik nol terlebih dahulu. Kemudian, mencolokkan kedua kutub kabel
penghubung ke amperemeter. Di mana kutub positif amperemeter terbagi atas 2
batas ukur yakni 0,6 A dan 3 A. Lalu, mengambil baterai untuk diukur
tegangannya menggunakan alat ukur amperemeter. Kedua kutub kabel
ditempelkan pada kutub positif dan negatif baterai. Kemudian, melihat jarum
yang menunjukkan skala utama pada amperemeter. Lakukan perhitungan hasil
pengukuran.
Voltmeter adalah alat untuk mengukur besarnya tegangan dalam suatu
benda yang dilewati oleh listrik. Voltmeter berfungsi untuk mengukur besar
tegangan listrik yang ada di suatu rangkaian listrik. Berdasarkan jenis dari arus
listrik voltmeter dibagi menjadi 2 yaitu voltmeter analog (jarum penunjuk) dan
voltmeter digital. Voltmeter memiliki batas ukur yaitu nilai maksimum tegangan
yang bisa diukur oleh alat ukur voltmeter. Jika pengukuran melebihi batas yang
ditentukan, otomatis alat akan rusak. Voltmeter memiliki ketelitian kurang lebih
0,005 % dari pembacaan. Cara pengukuran dari voltmeter adalah dengan
memastikan voltmeter tepat pada titik nol terlebih dahulu. Kemudian,
mencolokkan kedua kutub kabel penghubung ke voltmeter. Di mana kutub positif
voltmeter terbagi atas 2 batas ukur yakni 3 V dan 15 V. Lalu, mengambil baterai
untuk diukur tegangannya menggunakan alat ukur Voltmeter. Kedua kutub kabel
ditempelkan pada baterai. Kemudian, melihat jarum yang menunjukkan skala
utama pada voltmeter. Lakukan perhitungan hasil pengukuran.
II.3 Integrasi Ayat
Allah Subhanahu Wa Taala telah menciptakan semua yang ada di alam
semesta ini dengan teratur dan sangat rapi. Semuanya berdasarkan ukuran-ukuran
yang sesuai dengan keadaan benda, baik benda yang kecil sampai benda yang
besar. Sebagai mana dalam firman-Nya:
) ٤٩ :‫َر ( ْٱلقَ َمر‬
ٍ ‫اِنَّا ُك َّل َش ْي ٍء خَ لَ ْق ٰنهُ بِقَد‬

Terjemahnya:
“Sesungguhnya, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”.
(Al-Qamar: 49).

Manusia sebagai khalifah di muka Bumi, dalam perkembangannya perlu


memahami benda-benda di alam ini untuk kelangsungan hidupnya. Memahami alam dan
semua yang ada didalamnya tidak terlepas dari pengamatan dari sifat-sifat benda di
sekitanya. Salah satu bagian dari proses pengamatan adalah melakukan pengukuran.
Biasanya, untuk menggambarkan hasil pengukuran kita menggunakan angka-angka.
Setiap ukuran yang kita gunakan untuk menggambarkan gejala fisis secara kuantitatif
disebut besaran. Dengan kata lain, besaran adalah sesuatu yang dapat dilakukan dan
dinyatakan dalam angka-angka.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat


Percobaan ini dilakukan pada hari Jumat, 12 November 2021, pukul 09:00
-10.00 wita bertempat di rumah masing-masing.
III.2 Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu, untuk besaran panjang
yaitu jangka sorong, sperometer, mikrometer sekrup dan mistar, untuk besaran
listrik digunakan basic meter. besaran massa menggunakan neraca ohouss, untuk
besaran waktu menggunakan stopwatch analog dan untuk besaran satuan suhu
menggunakan termometer.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu digunakan yakni
silinder, tabung kaca, kabel penghubung, tali, batang statif, air secukupnya,
bandul, kaki tiga, balok kaca serta parallel.
III.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada percobaan ini yaitu :
Adapun prosedur kerja pengukuran pada besaran panjang dan massa
pertama ambil alat ukur yang akan digunakan kemudian tentukan masingmasing
nilai skala terkecil
(NST) dan kesalahan titik nol (KTN), selanjutnya lakukan pengukuran
tunggal, selanjutnya lakukan pengukuran berganda sebanyak 3 kalidan setiap
anggota melakukan hal yang sama, selanjutnya untuk pengukuran besaran panjang
menggunakan alat ukur jangka sorong, spherometer, mikrometer sekrup dan
mistar biasa terakhir untuk penggunaan pengukuran besaran massa gunakan alat
ukur neraca ohauss 311 gram.
Selanjutnya prosedur kerja pengukuran pada besaran waktu dan listrik
pertama tentukan masing – masing NST dan KTN pada alat ukur, selanjutnya
lakukan pengukuran tunggal kemudian ulang kembali pada pengukuran ganda
sebanyak 3 kali , untuk pengukuran bwsaran waktu gunakan stopwatch dengan
menghitung ayunan bandulnya dan terakhir untuk pengukuran besaran listrik
gunakan alat basic meter yang dapat mengukur voltmeter dan ampheremeter pada
alat yang ukur yang sama.
Terakhir prosedur kerja pengukuran besaran suhu pertama tentukan NST
dan KTN kemudian lakukan pengukuran tunggak dan pengukuran berganda,
terakhir lihat dan lakukan penghitungan untuk memperoleh hasil dari pengukuran.
III.4 Tabel Pengamatan

Tabel III.1.1 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Tunggal)


Alat Penunjukan Hasil Penujuk Hasil Penujuk Hasil
ukur skala pengukuran skala pengukuran skala perhitungan
diameter diameter diameter
luar dalam kedalaman
Jangka
sorong

Tabel III.1.2 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Berganda)


Alat Penunjukan Hasil Penujuk Hasil Penujuk Hasil
ukur skala pengukuran skala pengukuran skala perhitungan
diameter diameter diameter
luar dalam kedalaman
Jangka
sorong

Tabel III.1.3 Pengukuran Besaran Panjang Sperometer (Tunggal)


Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Sperometer

Tabel III.1.4 Pengukuran besaran panjang sperometer (berganda)


Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Sperometer

Tabel III.1.5 Pengukuran besaran panjang mikrometer sekrup (Tunggal)


Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Mikrometer
sekrup

Tabel III.1.6 Pengukuran besaran panjang mikrometer sekrup (berganda)


Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Mikrometer
sekrup
Tabel III.1.7 Pengukuran besaran panjang mistar (Tunggal)
Hasil Hasil
Penunjuk
Alat ukur pengukuran Penunjuk skala pengukuran
skala
panjang lebar
Mistar Biasa

Tabel III.1.8 Pengukuran besaran panjang mistar (berganda)


Hasil Hasil
Penunjuk
Alat ukur pengukuran Penunjuk skala pengukuran
skala
panjang lebar
Mistar Biasa 1. 1.

Tabel III.1.9 pengukuran besaran massa neraca ohaus 311 (Tunggal)


Alat ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran anak timbangan
tiap lengan
Neraca ohaus
311

Tabel III.1.10 pengukuran besaran massa neraca ohaus 311(Berganda)


Alat ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran anak timbangan
tiap lengan
Neraca ohaus
311

Tabel III.1.11 pengukuran besaran waktu stopwatch (tunggal)


Jumlah
Alat ukur Penunjuk skala pengukuran waktu Periode ayun ( T = t/N )
10 kali ayun
Stopwatch

Tabel III.1.12 pengukuran besaran waktu stopwatch (berganda)


Jumlah
Alat ukur Penunjuk skala pengukuran waktu Periode ayun ( T = t/N )
5 kali ayun
Stopwatch

Tabel III.1.13 pengukuran besaran listrik voltmeter (tunggal)


tegangan penunjuk skala atas dan hasil pengukuran skala atas dan
alat ukur baterai bawah bawah
Voltmeter

Tabel III.1.14 Pengukuran besaran listrik dengan Voltmeter (Pengukuran


Berganda)
penunjuk skala hasil pengukuran skala atas dan
tegangan bawah
alat ukur baterai
Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
Voltmeter
Tabel III.1.15 Pengukuran besaran listrik dengan Amperemeter (Pengukuran
Tunggal)
Alat ukur Tegangan Penujukkan skala Hasil pengukuran
baterai Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
Ampere
meter

Tabel III.1.16 Pengukuran besaran listrik dengan Amperemeter (Pengukuran


Berganda)
Alat ukur Tegangan Penujukkan skala Hasil pengukuran
baterai Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
Ampere
meter

Tabel III.1.17 Pengukuran besaran suhu dengan thermometer (Pengukuran


Tunggal)
Alat ukur Penunjukkan skala Hasil perhitungan
Thermometer

Tabel III.1.18 Pengukuran besaran suhu dengan thermometer (Pengukuran


Berganda)
Alat ukur Penunjukkan skala Hasil perhitungan

Thermometer

1. Hasil pengukuran dengan ketidakpastian


Tabel III.2.1 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Tunggal)

No. Penunjukkan NST


skala alat ∆X KR (%) DK (%) AB PF

1.
2.
3.

Tabel III.2.2 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Berganda)


Kesalahan
No. Bagian mutlak KR DK
Rx ∆x AB PF
pengukuran (%) (%)
δ 1 δ 1 δ 1

Tabel III.2.3 Pengukuran dengan spherometer (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Spherometer

Tabel III.2.4 Pengukuran dengan spherometer (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan
mutlak KR DK
Alat ukur x ∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)

Spherometer

Tabel III.2.5 Pengukuran dengan Mikrometer sekrup (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Mikrometer
meter

Tabel III.2.6 Pengukuran dengan Mikrometer sekrup (Pengukuran Berganda)


Alat ukur −¿ Kesalahan
x mutlak KR DK
∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)

Mikrometer
sekrup
Tabel III.2.7 Pengkuran dengan Mistar biasa (Pengukuran Tunggal)
a. Pengukuran panjang
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Mistar biasa

b. Pengukuran lebar
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Mistar biasa

Tabel III.2.8 Pengukuran dengan Mistar Biasa (Pengukuran Berganda)


a. Pengukuran panjang
Alat ukur −¿ Kesalahan
x mutlak KR DK
∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)

Mikrometer
sekrup
b. Pengukuran lebar
Alat ukur −¿ Kesalahan
x mutlak KR DK
∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)

Mikrometer
sekrup

Tabel III.2.9 Pengukuran dengan neraca ohauss 311 (Pengukuran Tunggal)


Bagian
No.
pengukuran
NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
1.
2.
3.
4.

Tabel III.10 Pengukuran dengan neraca ohauss (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan
Bagian x mutlak KR DK
No. ∆x AB PF
pengukuran 1 2 2 (%) (%)

1.
2.
3.
4.

Tabel III.2.11 Pengukuran dengan Stopwatch (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF

Stopwatch

Tabel III.2.12 Pengukuran dengan Stopwatch (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan
Alat ukur x mutlak ∆x KR (%) DK (%) AB PF
1 2 2
Stopwatch

Tabel III.2.13 Pengukuran dengan Voltmeter (Pengukuran Tunggal)


−¿
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
x

Voltmeter

Tabel III.2.14 Pengukuran dengan Amperemeter (Pengukuran Tunggal)


−¿
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
x

Amperemeter

Tabel III.2.15 Pengukuran dengan Voltmeter (Pengukuran Berganda)


Alat ukur −¿ Kesalahan mutlak ∆x KR DK AB PF
x (%) (%)
1 2 2
Voltmeter

Tabel III.2.16 Pengukuran dengan Amperemeter (Pengukuran Berganda)


Alat ukur −¿ Kesalahan mutlak ∆x KR DK AB PF
x (%) (%)
1 2 2
Amperemeter
Tabel III.2.18 Pengukuran dengan Termometer (Pengukuran Tunggal)
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Termometer

Tabel III.2.19 Pengukuran dengan Termometer (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan mutlak KR DK
Alat ukur x ∆x AB PF

1  2  2
(%) (%)

Termometer
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 HASIL PENGUKURAN
1. Data Pertama
a. Hasil pengukuran tanpa ketidakpastian

Tabel IV.1.1 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Tunggal)


NST SU : 1 mm NST alat : 0,05 mm
Alat Penunjukan Hasil Penujuk Hasil Penujuk Hasil
ukur skala pengukuran skala pengukuran skala perhitungan
diameter diameter diameter
luar dalam kedalaman
Jangka SU = 3,8 4,8 SU= 2,8 3,1 SU= 6,6 7,16
sorong SN = 5,5 SN= 5 SN=10,5

Tabel IV.1.2 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Berganda)


NST SU = 1 mm NST Alat = 0,05 mm
Alat Penunjukan Hasil Penujuk Hasil Penujuk Hasil
ukur skala pengukuran skala pengukuran skala perhitungan
diameter diameter diameter
luar dalam kedalaman
Jangka 1. SU = 3,7 3,95 SU= 2,5 3 SU= 6,2 6,95
sorong SN = 5 SN= 10 SN= 15
1. SU = 3,8 4,3 SU= 2,4 2,85 SU= 6,2 7,15
SN = 10 SN= 9 SN= 19
1. SU = 3,7 4,2 SU= 2,5 2,75 SU= 6,2 6,9
SN = 9 SN= 5 SN= 14

Tabel IV.1.3 Pengukuran Besaran Panjang Sperometer (Tunggal)


NST SU = 0,5 mm NST alat = 0,005 mm
Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Sperometer SU = 2 1,1 mm
SN = 22

Tabel IV.1.4 Pengukuran besaran panjang sperometer (berganda)


NST SU = 0,5 mm NST alat = 0,005 mm
Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Sperometer 1. SU = 1 1. 0,98 mm
SN = 96
2. SU = 1 2. 0,975 mm
SN= 95
3. SU = 1 3. 0,98 mm
SN = 96

Tabel IV.1.5 Pengukuran besaran panjang mikrometer sekrup (Tunggal)


NST SU = 0,5 mm NST alat = 0,01 mm
Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Mikrometer SU = 5
2,502 mm
sekrup SN = 0,2

Tabel IV.1.6 Pengukuran besaran panjang mikrometer sekrup (berganda)


NST SU = 0,5 mm NST alat = 0,01 mm
Alat Ukur Penunjuk Skala Hasil Pengukuran
Mikrometer 1. SU = 11 1. 5,502 mm
sekrup SN = 0,20
2. SU = 11 2. 5,5018 mm
SN = 0,18
3. SU = 11 3. 5,522 mm
SN = 0,22

Tabel IV.1.7 Pengukuran besaran panjang mistar (Tunggal)


NST SU mistar = 1 mm
Hasil Hasil
Penunjuk
Alat ukur pengukuran Penunjuk skala pengukuran
skala
panjang lebar
Mistar Biasa 71 skala 71 mm 21 skala 21 mm

Tabel IV.1.8 Pengukuran besaran panjang mistar (berganda)


NST SU mistar = 1 mm
Hasil Hasil
Penunjuk
Alat ukur pengukuran Penunjuk skala pengukuran
skala
panjang lebar
1. 71 skala 1. 71 mm 1. 21 skala 1. 21 mm
Mistar Biasa 2. 70 skala 2. 70 mm 2. 20 skala 2. 20 mm
3. 71 skala 3. 71 mm 3. 21 skala 3. 21 mm

Tabel IV.1.9 pengukuran besaran massa neraca ohaus 311 (Tunggal)


NST SU L1, L2, L3. Dan l4 = 66,67 gram, 10 gram, 1 gram dan 0,01 gram
Alat ukur Penunjukan skala Hasil pengukuran anak timbangan
tiap lengan
Lengan 1 = 0 skala
Neraca ohaus Lengan 2 = 10 skala
50 gram
311 Lengan 3 = 40 skala
Lengan 4 = 0 skala

Tabel IV.1.10 pengukuran besaran massa neraca ohaus 311(Berganda)


NST SU L1, L2, L3. Dan l4 = 66,67 gram, 10 gram, 1 gram dan 0,01 gram
Alat ukur Penunjukan Hasil pengukuran anak timbangan
skala tiap lengan
Lengan 1 = 0 skala
Lengan 2 = 10 skala
100 gram
Lengan 3 = 90 skala
Lengan 4 = 0 skala

Lengan 1 = 0 skala
Neraca ohaus Lengan 2 = 10 skala
311 100 gram
Lengan 3 = 90 skala
Lengan 4 = 0 skala
Lengan 1 = 0 skala
Lengan 2 = 10 skala
100 gram
Lengan 3 = 90 skala
Lengan 4 = 0 skala

Tabel IV.1.11 pengukuran besaran waktu stopwatch (tunggal)


NST SU = 0,2 sekon
Jumlah
Alat ukur Penunjuk skala pengukuran waktu Periode ayun ( T = t/N )
20 kali ayun
Stopwatch 50 skala 9,5 sekon 3,17 detik

Tabel IV.1.12 pengukuran besaran waktu stopwatch (berganda)


NST SU = 0,2 sekon
Jumlah
Alat ukur Penunjuk skala pengukuran waktu Periode ayun ( T = t/N )
5 kali ayun

62,5 skala 11,25 sekon 3,75 sekon


Stopwatch 63 skala 11,34 sekon 3,78 sekon

Tabel IV.1.13 pengukuran besaran listrik voltmeter (tunggal)


Batas ukur yang dipakai: 10 V Batas Ukur yang dipakai: 10 V
Jumlah skala atas: 50 V Jumlah skala bawah: 100 V
NST Voltmeter skala atas: 0,2 V NST Voltmeter skala atas: 0,1 V
tegangan penunjuk skala atas dan hasil pengukuran skala atas dan
alat ukur baterai bawah bawah
SA = 30 6V
Voltmeter 1 Baterai SB = 60 6V

Tabel IV.1.14 Pengukuran besaran listrik dengan Voltmeter (Pengukuran


Berganda)
Batas ukur yang dipakai: 10 V Batas Ukur yang dipakai: 10 V
Jumlah skala atas: 50 V Jumlah skala bawah: 100 V
NST Voltmeter skala atas: 0,2 V NST Voltmeter skala atas: 0,1 V
penunjuk skala hasil pengukuran skala atas dan
tegangan bawah
alat ukur baterai
Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
34 skala 64 skala 6,8 V 6,4 V

Voltmeter 1 Baterai 34 skala 64 skala 6,8 V 6,4 V

34 skala 64 skala 6,8 V 6,4 V

Tabel IV.1.15 Pengukuran besaran listrik dengan Amperemeter (Pengukuran


Tunggal)
Batas ukur yang dipakai:1 A Batas Ukur yang dipakai: 1 A
Jumlah skala atas: 50 A Jumlah skala bawah: 100 A
NST Amperemeter skala atas: 0,02 A NST Amperemeter skala bawah: 0,01 A
Tegangan Penujukkan skala Hasil pengukuran
Alat ukur
baterai Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
Ampere
1 Baterai 5 skala 10 skala 0,1 A 0,1 A
meter

Tabel IV.1.16 Pengukuran besaran listrik dengan Amperemeter (Pengukuran


Berganda)
Batas ukur yang dipakai:1 A Batas Ukur yang dipakai: 1 A
Jumlah skala atas: 50 A Jumlah skala bawah: 100 A
NST Amperemeter skala atas: 0,02 A NST Amperemeter skala bawah: 0,01 A
Alat ukur Tegangan Penujukkan skala Hasil pengukuran
baterai Skala atas Skala bawah Skala atas Skala bawah
10 skala 20 skala 0,2 A 0,2 A
Ampere 10 skala 20 skala 0,2 A 0,2 A
1 Baterai
meter
10 skala 20 skala 0,2 A 0,2 A

Tabel IV.1.17 Pengukuran besaran suhu dengan thermometer (Pengukuran


Tunggal)
NST thermometer: 1°C
Alat ukur Penunjukkan skala Hasil perhitungan
Thermometer 67 skala 67°C

Tabel III.1.18 Pengukuran besaran suhu dengan thermometer (Pengukuran


Berganda)
Alat ukur Penunjukkan skala Hasil perhitungan
67 skala 67°C
Thermometer
65 skala 65°C

65 skala 65°C

2. Hasil pengukuran dengan ketidakpastian


Tabel IV.2.1 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Tunggal)

No. Penunjukkan NST


skala alat ∆X KR (%) DK (%) AB PF

1. Diameter luar 0,005 cm 0,0025 0,05% 99,95 % 3 4,8 ± 0,0025


2. Diameter dalam 0,005 cm 0,0025 0,08% 99,92 % 3 3,1 ± 0,0025
3. Diameter
0,005 cm 0,0025 0,03% 99,97 % 4 7,16 ± 0,0025
kedalaman

Tabel IV.2.2 Pengukuran Besaran Panjang dengan Jangka Sorong (Berganda)


No. Bagian Kesalahan mutlak
KR DK
pengukur Rx ∆x AB PF
(%) (%)
an δ1 δ1 δ1
Diameter
1 luar
4,15 0,2 0,15 0,05 0,2 5% 95% 2 4,15 ± 0,2

2 Diameter
2,87 0,13 0,02 0,12 0,13 4,5% 95,5% 3 2,87 ± 0,12
dalam
3 Diameter
7 0,05 0,15 0,1 0,15 2% 98% 3 7 ± 0,15
kedalaman

Tabel IV.2.3 Pengukuran dengan spherometer (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Spherometer 0,005 mm 0,0025 0,23 % 99,77% 4 1,1 ± 0,0025

Tabel IV.2.4 Pengukuran dengan spherometer (Pengukuran Berganda)

−¿ Kesalahan mutlak KR DK
Alat ukur x ∆x AB PF
(%) (%)
1 2 2
0,0983
Spherometer 0,9783 0,0017 0,0033 0,0017 0,0033 0,03% 99,97% 5 ±
0,0033

Tabel IV.2.5 Pengukuran dengan Mikrometer sekrup (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Mikrometer
meter 0,01 mm 0,005 0,19% 99,81% 4 2,502 ± 0,005

Tabel IV.2.6 Pengukuran dengan Mikrometer sekrup (Pengukuran Berganda)

−¿ Kesalahan mutlak KR DK
Alat ukur x ∆x AB PF
(%) (%)
1 2 2
Mikrometer 5,5086 5,5086 ±
0,0066 0,0068 0,0134 0,0134 0,24% 99,76% 4
sekrup mm 0,0134

Tabel IV.2.7 Pengkuran dengan Mistar biasa (Pengukuran Tunggal)


a. Pengukuran panjang
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF

Mistar biasa 1 mm 0,5 0,7% 99,3% 3 71 ± 0,5

b. Pengukuran lebar
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF

Mistar biasa 1 mm 0,5 2,4% 97,6% 3 21 ± 0,5

Tabel IV.2.8 Pengukuran dengan Mistar Biasa (Pengukuran Berganda)


a. Pengukuran panjang
Alat ukur −¿ Kesalahan
x mutlak KR DK
∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)

Mikrometer 70,67 ±
70,67 0,33 0,67 0,33 0,67 0,9% 99,1% 3
sekrup 0,67

b. Pengukuran lebar
Alat ukur −¿ Kesalahan
x mutlak KR DK
∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)

Mikrometer 20,67 ±
sekrup 20,67 0,33 0,67 0,33 0,67 3,24% 96,76% 3
0,67
Tabel III.2.9 Pengukuran dengan neraca ohauss 311 (Pengukuran Tunggal)
Bagian
No.
pengukuran
NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
1. Lengan 1 66,67 gram 33,3 100 100 1 0 ± 33,3
2. Lengan 2 10 gram 5 50 50 1 10 ± 5
3. Lengan 3 1 gram 0,5 0,5 99,5 3 90 ± 0,5
4. Lengan 4 0,01 gram 0,005 100 100 1 0 ± 0,005

Tabel III.10 Pengukuran dengan neraca ohauss (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan
Bagian mutlak KR DK
No. x ∆x AB PF
pengukuran 1 2 2 (%) (%)

1. Lengan 1 0 0 0 0 0 0 100 1 0 ±0
2. Lengan 2 10 0 0 0 0 0 100 1 10 ± 0
3. Lengan 3 90 0 0 0 0 0 100 1 90 ± 0
4. Lengan 4 0 0 0 0 0 0 100 1 0 ±0

Tabel III.2.11 Pengukuran dengan Stopwatch (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF

Stopwatch 0,2 s 0,1 1 99 3 9,5 ± 0,2

Tabel III.2.12 Pengukuran dengan Stopwatch (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan
Alat ukur x mutlak ∆x KR (%) DK (%) AB PF
1 2
Stopwatch 11,295 0,045 0,045 0,045 0,4 99,6 9 11,295 ± 0,045

Tabel III.2.13 Pengukuran dengan Voltmeter (Pengukuran Tunggal)


−¿
Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
x
6 0,2 V 0,1 1,67 98,33 7 6 ± 0,1
Voltmeter
6 0,1 V 0,05 0,83 99,17 5 6 ± 0,05

Tabel III.2.14 Pengukuran dengan Amperemeter (Pengukuran Tunggal)


−¿
Alat ukur x NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
5 0,02 0,01 0,2 99,8 4 5 ± 0,01
Amperemeter
10 0,01 0,005 0,05 99,95 4 10 ± 0,005

Tabel III.2.15 Pengukuran dengan Voltmeter (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan mutlak KR DK
Alat ukur NST x ∆x AB PF
1 2 3 (%) (%)
A: 0,2 6,8 0 0 0 0 0 100 1 6,8 ± 0
Voltmeter
B: 0,1 6,4 0 0 0 0 0 100 1 6,4 ± 0

Tabel III.2.16 Pengukuran dengan Amperemeter (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan mutlak KR DK
Alat ukur NST x ∆x AB PF
1 2 2 (%) (%)
A: 0,02 0,2 0 0 0 0 0 100 1 0,2 ± 0
Amperemeter
B: 0,01 0,2 0 0 0 0 0 100 1 0,2 ± 0

Tabel III.2.18 Pengukuran dengan Termometer (Pengukuran Tunggal)


Alat ukur NST ∆x KR (%) DK (%) AB PF
Termometer 1°C 0,5°C 0,7 99,3 3 67°C ± 0,5°C

Tabel III.2.19 Pengukuran dengan Termometer (Pengukuran Berganda)


−¿ Kesalahan mutlak KR DK
Alat ukur x ∆x
(%) (%)
AB PF
 1  2 2

65,67°C ±
Termometer 65,67 1,33 0,67 0,67 1,33 2 98 3
1,33°C

IV.2 Anallisis Data


IV.2.1 Analisis Data Tanpa Ketidakpastian
➢ Data Pertama
1. Menghitung hasil pengukuran besaran tanpa ketidakpastikan
A. Pengukuran besaran panjang
(1) pengukuran besaran panjang dengan jangka sorong

a. NST jangka sorong (NST Nonius)

Batas Ukur(BU ) 15
NST Skala Utama= = =1mm
Jumlah SkalaUtama( JS) 150
NST Skala Utama 0,1
NST Skala Utama= = =0,05 mm
Jumlah Skala Nonius (JNS) 20
b. Hasil pengukuran
(1) Menghitung diameter luar tabung pengukuran tunggal
Hasil perhitungan (HP) = ( 3,8 x 1)+(5,5 x 0,05)
= 3,8 + 2,75
= 6,5 mm
b. pengukuran berganda
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP (X1) = ( 3,7 x 1)+(5 x 0,05)
= 3,7 + 0,25
= 3,95 mm
HP (X2) = ( 3,8 x 1)+(10 x 0,05)
= 3,8 + 0,5
= 4,3 mm
HP (X3) = ( 3,7 x 1)+(9 x 0,05)
= 3,7 + 0,45
= 4,2 mm
(2) Menghitung diameter dalam tabung
a. Pengukuran tunggal
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP = ( 2,8 x 1)+(5 x 0,05)
= 2,8 + 0,25
= 3,1 mm
b. Pengukuran berganda
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP (X1) = ( 2,5 x 1)+(10 x 0,05)
= 2,5 + 0,5
= 3 mm
HP (X2) = ( 2,4 x 1)+(9 x 0,05)
= 2,4 + 0,45
= 2,85 mm
HP (X3) = ( 2,5 x 1)+(5 x 0,05)
= 2,5 + 0,25
= 2,75 mm
(3) Menghitung kedalaman pipa
a. Pengukuran tunggal
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP = ( 6,6 x 1)+(10 x 0,05)
= 6,6 + 0,5
= 7,1 mm
b. Pengukuran berganda
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP (X1) = ( 6,2 x 1)+(15 x 0,05)
= 6,2 + 0,75
= 7,15 mm
HP (X2) = ( 6,2 x 1)+(19 x 0,05)
= 6,2 + 0,95
= 7,15 mm
HP (X3) = ( 6,2 x 1)+(14 x 0,05)
= 6,2 + 0,7
= 6,9 mm
2. Pengukuran besaran panjang dengan sperometer
a. NST Spherometer (NST Nonius)
Batas Ukur( BU ) 10
NST Skala Utama= = =0,5 mm
Jumlah SkalaUtama (JS) 20

NST Skala Utama 0,5


NST Skala Utama= = =0,005 mm
Jumlah Skala Nonius (JNS) 100
b. hasil pengukuran
(1) Pengukuran tunggal
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP = ( 2 x 0,5)+( 22 x 0,005)
= 1 + 0,1
= 1,1 mm
(2) Pengukuran berganda
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP (X1) = ( 1 x 0,5)+( 96 x 0,005)
= 0,5 + 0,48
=0,98 mm
HP (X2) = ( 1 x 0,5)+(95 x 0,005)
= 0,5 + 0,475
= 0,975 mm
HP (X3) = ( 1 x 0,5)+(96 x 0,005)
= 0,5 + 0,48
= 0,98 mm
3. Pengukuran besaran panjang dengan mikrometer sekrup

a. NST Spherometer (NST Nonius)


Batas Ukur( BU ) 25
NST Skala Utama= = =0,5 mm
Jumlah SkalaUtama (JS) 50

NST Skala Utama 0,5


NST Skala Utama= = =0,01 mm
Jumlah Skala Nonius (JNS) 50

b. Hasil Pengukuran

(1) Pengukuran tunggal


HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP = ( 5 x 0,5)+( 0,2 x 0,01)
= 2,5 + 0,002
= 2,502 mm
(2) Pengukuran berganda
HP = ( PSU×NST SU ) +(PSN×NST Alat)
HP (X1) = ( 11 x 0,5)+( 0,20 x 0,01)
= 5,5 + 0,002
=5,502 mm
HP (X2) = ( 11 x 0,5)+(0, 18 x 0,01)
= 5,5 + 0,0018
= 5,5018 mm
HP (X3) = ( 11 x 0,5)+(0,22 x 0,01)
= 5,5 + 0,0022
= 5,5022 mm
4. pengukuran besaran panjang dengan mistar biasa
a. NST mistar biasa (tidak menggunakan nst nonius)
Batas Ukur ( BU ) 100
NST Skala Utama= = =1 mm
Jumlah SkalaUtama ( JS ) 100
b. Hasil pengukuran
(1) Menghitung panjang
a) Pengukuran tunggal
HP = PSU×NST Alat
HP = 71 x 1
= 71 mm

b) Pengukuran berganda
HP = PSU×NST Alat
HP (X1) = 71 x 1
= 71 mm
HP (X2) = 70 x 1
= 70 mm
HP (X3) = 71 x 1
= 71 mm
(2) Menghitung lebar
a) Pengukuran tunggal
HP = PSU×NST Alat
HP = 21 x 1
= 21 mm
b) Pengukuran berganda
HP = PSU×NST Alat
HP (X1) = 21 x 1
= 21 mm
HP (X2) = 20 x 1
= 20 mm
HP (X3) = 21 x 1
= 21 mm
B. Pengukuran besaran massa
1. Pengukuran massa dengan neraca ohaus 311 (tidak menggunakan NST
nonius)
a. NST neracaohaus 311
200
NST Skala Utama ( L1 ) = =66,67 gram
3
100
NST Skala Utama ( L2 )= =10 gram
10
10
NST Skala Utama ( L3 )= =1 gram
10
1
NST Skala Utama ( L 4 )= =0,01 gram
100
b. Hasil Pengukuran
a) Pengukuran tunggal
HP = (PS utama (L1) x NST SU (L1) + ( PS utama (L2) x NST SU (L2) +
PS utama (L3)x NST SU (L3) + PS utama (L4)x NST SU (L4))
HP = (0 x 66,67) + (10 x 10) + (40 x 1) + (0 x 0,01)
= 0 + 100 + 40 + 0
= 140 gram

b) Pengukuran berganda
HP(1) = (PS utama (L1) x NST SU (L1) + ( PS utama (L2) x NST SU (L2)
+ PS utama (L3)x NST SU (L3) + PS utama (L4)x NST SU (L4))
= (0 x 66,67) + (10 x 10) + (90 x 1) + (0 x 0,01)
= 0 + 100 + 90 + 0
= 190 gram
HP(2) = (PS utama (L1) x NST SU (L1) + ( PS utama (L2) x NST SU (L2)
+ PS utama (L3)x NST SU (L3) + PS utama (L4)x NST SU (L4))
= (0 x 66,67) + (10 x 10) + (90 x 1) + (0 x 0,01)
= 0 + 100 + 90 + 0
= 190 gram
HP(3) = (PS utama (L1) x NST SU (L1) + ( PS utama (L2) x NST SU (L2)
+ PS utama (L3)x NST SU (L3) + PS utama (L4)x NST SU (L4))
= (0 x 66,67) + (10 x 10) + (90 x 1) + (0 x 0,01)
= 0 + 100 + 90 + 0
= 190 gram
C. Pengukuran besaran waktu
1. Pengukuran waktu dengan stopwatch (tidak menggunakan NST nonius)
a. NST stopwatch
Batas Ukur (BU ) 60
NST Skala Utama= = =0,2 sekon
Jumlah skala utama(JS ) 300
b. Hasil Pengukuran
1). Menghitung waktu
a) Pengukuran tunggal
Hasil perhitungan (HP) = (Penujukan skala x NST skala utama)
Hasil perhitungan (HP) = 50 x 0,2
= 10 sekon
b) Pengukuran berganda
HP = (Penujukan skala x NST skala utama)
HP (X1) = 63 x 0,2
= 11,34 mm
2). Menghitung periode ayunan
a) Pengukuran tunggal
Waktu Pembacaan (t) 9,5
Hasil Perhitungan (HP) = = =3,17 sekon
Jumlaah Ayunan (N) 3
b) Pengukuran berganda
HP ¿ ¿
HP ¿ ¿
D. Pengukuran besaran listrik
1. Pengukuran besaran listrik dengan voltmeter (tidak menggunakan NST
nonius)
a. NST voltmeter

Batas Ukur ( BU ) atas 10


NST Skala Utama Atas= = = 0,2 V
Jumlah Skala Utama ( JS ) atas 50
Batas Ukur ( BU ) bawah 10
NST Skala Utama Bawah= = = 0,01 V
Jumlah Skala Utama ( JS ) bawah 100

b. Hasil pengukuran
a) Pengukuran tunggal
Hasil Perhitungan Atas (HP) = (PSA) x NST skala utama atas)
= (30 x 0,2)
=6V
Hasil Perhitungan Bawah (HP) = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (60 x 0,1)
=6V
b) Pengukuran berganda
Hasil Perhitungan Atas (HP) X1 = (PSA) x NST skala utama atas)
= (30 x 0,2)
=6V
Hasil Perhitungan Bawah (HP) X1 = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (60 x 0,1)
=6V
Hasil Perhitungan Atas (HP) X2 = (PSA) x NST skala utama atas)
= (30 x 0,2)
=6V
Hasil Perhitungan Bawah (HP) X2 = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (60 x 0,1)
=6V
Hasil Perhitungan Atas (HP) X3 = (PSA) x NST skala utama atas)
= (30 x 0,2)
=6V
Hasil Perhitungan Bawah (HP) X3 = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (60 x 0,1)
=6V
2. Pengukuran besaran listrik dengan amperemeter
a. NST amperemeter

Batas Ukur ( BU ) atas 5


NST Skala Utama Atas= = = 0,1 A
Jumlah Skala Utama ( JS ) atas 50

Batas Ukur ( BU ) bawah 5


NST Skala Utama Bawah= = = 0,05 A
Jumlah Skala Utama ( JS ) bawah 100

b. Hasil pengukuran
a) Pengukuran tunggal
Hasil Perhitungan Atas (HP) = (PSA) x NST skala utama atas)
= (0,1 x 0,02)
= 0,002 A
Hasil Perhitungan Bawah (HP) = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (0,1 x 0,01)
= 0,001 A
b) Pengukuran berganda
Hasil Perhitungan Atas (HP) X1 = (PSA) x NST skala utama atas)
= (0,2 x 0,02)
= 0,004 A
Hasil Perhitungan Bawah (HP) X1 = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (0,2 x 0,01)
= 0,002 A
Hasil Perhitungan Atas (HP) X2 = (PSA) x NST skala utama atas)
= (0,2 x 0,02)
= 0,004 A
Hasil Perhitungan Bawah (HP) X2 = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (0,2 x 0,01)
= 0,002 A
Hasil Perhitungan Atas (HP) X3 = (PSA) x NST skala utama atas)
= (0,2 x 0,02)
= 0,004 A
Hasil Perhitungan Bawah (HP) X3 = (PSB) x NST skala utama bawah)
= (0,2 x 0,01)
= 0,002 A
E. Pengukuran besaran suhu
a. NST thermometer

Batas Ukur ( BU ) 100


NST Skala Utama Atas= = = 1°C
Jumlah Skala Utama ( JS ) 100

b. Hasil pengukuran
a) Pengukuran tunggal
Hasil Perhitungan (HP) = (Penunjukan Skala x NST skala utama)
= (67 x 1)
= 67° C
b) Pengukuran berganda
Hasil Perhitungan (HP) X1 = (Penunjukan Skala x NST skala utama)
= (67 x 1)
= 67° C
Hasil Perhitungan (HP) X2 = (Penunjukan Skala x NST skala utama)
= (65 x 1)
= 65° C
Hasil Perhitungan (HP) X2 = (Penunjukan Skala x NST skala utama)
= (65 x 1)
= 65 ° C

IV.2.2 Analisis Data Tanpa Ketidakpastian


1. Menghitung hasil pengukuran besaran dengan ketidakpastian
A. Pengukuran besaran panjang
1). Pengukuran besaran panjang dengan jangka sorong
a. Diameter luar
➢ Pengukuran tunggal
(1) Kesalahan mutlak
1
∆ x= × NST Alat
2
1
¿ × NST 0,005
2
¿ 0,0025
(2) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,0025
¿ 100 % ×
4,8
¿ 100 % × 0,0005
¿0,05%
(3) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−0,5 %
¿ 99,5 %
(4) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0,0025
¿ 1−log (
4,8 )
¿ 1−log0,0005
¿ 1−(−3 )
¿4

(5) Pelaporan Fisika (PF)


PF=|HP ± ∆ x|
¿|4,8−0,0025|
¿|4,79775|
¿ 4,79775 mm
➢ Pengukuran berganda
(1) Hasil Pengukuran
(3,95+ 4,3+ 4,2 )
R x=
3
12,45
R x=
3
R x =4,15
(2) Kesalahan mutlak
δ n=| X n−R x|
Misal:
δ 1=|X 1−R x|
¿|3,95−4,15|
¿|−0,2|
¿ 0,2
δ 2=| X 2−R x|
¿|4,3−4,15|
¿|0,15|
¿ 0,15
δ 3=| X 3−R x|
¿|4,2−4,15|
¿|0,05|
¿ 0,05
∆ x=0,2=δ max
(3) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,2
¿ 100 % ×
4,15
¿ 100 % × 0 ,05
¿5%
(4) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−5
¿ 95 %

(5) Angka Berarti (AB)


AB=1−log ( ∆HPx )
0,2
¿ 1−log (
4,15 )
¿ 1−log0,0005
¿2
(6) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|HP ± ∆ x|
¿|4,15−0,2|
¿|3,95|
¿ 3,95 mm
b. Diameter dalam
➢ Pengukuran tunggal
(1) Kesalahan mutlak
1
∆ x= × NST Alat
2
1
¿ ×0,005
2
¿ 0,0025
(2) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,0025
¿ 100 % ×
3,1
¿ 100 % × 0,0008
¿ 0,08 %
(3) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−0,08 %
¿ 99,92 %
(4) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0,0025
¿ 1−log (
3,1 )
¿4
(5) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|HP ± ∆ x|
¿|3,1−0,0025|
¿|3,0975|
¿ 3,0975 mm
➢ Pengukuran berganda
(1) Hasil Pengukuran
(3+ 2,85+2,75 )
R x=
3
8,6
R x=
3
R x =2,87
(2) Kesalahan mutlak
δ n=| X n−R x|
Misal:
δ 1=|X 1−R x|
¿|3−2,87|
¿|0,13|
¿ 0,13
δ 2=| X 2−R x|
¿|2,85−2,87|
¿|−0,02|
¿ 0,02
δ 3=| X 3−R x|
¿|2,75−2,87|
¿|−0,08|
¿ 0,08
∆ x=0,13=δ max
(3) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,13
¿ 100 % ×
2,87
¿ 100 % × 0,453
¿ 4,5 %
(4) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−4,5 %
¿ 95 , 5 %
(5) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0 ,13
¿ 1−log (
2,87 )
¿ 1−log0,453
¿3
(6) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|HP ± ∆ x|
¿|2,87−0,13|
¿|2,72|
¿ 2,72 mm
c. Kedalaman

➢ Pengukuran tunggal

(1) Kesalahan mutlak


1
∆ x= × NST Alat
2
1
¿ ×0,005
2
¿ 0,0025
(2) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,0025
¿ 100 % ×
7,1
¿ 100 % × 0,0003
¿ 0,03 %
(3) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−0,03 %
¿ 99,97 %
(4) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0,0025
¿ 1−log (
7,1 )
¿3

(5) Pelaporan Fisika (PF)


PF=|HP ± ∆ x|
¿|7,1−0,0025|
¿|3,0975|
¿ 3,0975 mm
➢ Pengukuran berganda
(1) Hasil Pengukuran
(6,95+ 7,15+ 6,9 )
R x=
3
21
R x=
3
R x =7
(2) Kesalahan mutlak
δ n=| X n−R x|
Misal:
δ 1=|X 1−R x|
¿|6,95−7|
¿|−0,05|
¿ 0,05
δ 2=| X 2−R x|
¿|7,15−7|
¿|0,15|
¿ 0,15
δ 3=| X 3−R x|
¿|6,9−7|
¿|−0,1|
¿0,1
∆ x=0,15=δ max
(3) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,15
¿ 100 % ×
7
¿ 100 % × 0,0214
¿2%
(4) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−2 %
¿ 98 %
(5) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0 ,15
¿ 1−log (
7 )
¿ 1−log0 , 0214
¿3
(6) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|HP ± ∆ x|
¿|7−0,15|
¿|6,85|
¿ 6,85 mm
2) Pengukuran besaran panjang dengan jangka sorong

➢ Pengukuran tuggal
(1) Kesalahan mutlak
1
∆ x= × NST Alat
2
1
¿ × NST 0,005
2
¿ 0,0025
(2) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,0025
¿ 100 % ×
1,1
¿ 100 % × 0,0023
¿ 0 , 23 %
(3) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−0,23 %
¿ 99,77 %
(4) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0,0025
¿ 1−log (
1,1 )
¿ 1−log0,0023
¿4
(5) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|HP ± ∆ x|
¿|1,1−0,0025|
¿|1,0975|
¿ 1,0975 mm

➢ Pengukuran berganda
(1) Hasil Pengukuran
(6,95+ 7,15+ 6,9 )
R x=
3
21
R x=
3
R x =7
(2) Kesalahan mutlak
δ n=| X n−R x|
Misal:
δ 1=|X 1−R x|
¿|6,95−7|
¿|−0,05|
¿ 0,05
δ 2=| X 2−R x|
¿|7,15−7|
¿|0,15|
¿ 0,15
δ 3=| X 3−R x|
¿|6,9−7|
¿|−0,1|
¿ 0,1
∆ x=0,15=δ max
(3) Kesalahan relatif (KR)
∆x
KR=100 % ×
HP
0,15
¿ 100 % ×
7
¿ 100 % × 0,0214
¿2%
(4) Derajat Kepercayaan (DK)
DK =100 %−2 %
¿ 98 %
(5) Angka Berarti (AB)
∆x
AB=1−log ( )
HP
0,15
¿ 1−log (
7 )
¿ 1−log0,0214
¿3
(6) Pelaporan Fisika (PF)
PF=|HP ± ∆ x|
¿|7−0,15|
¿|6,85|

¿ 6,85 mm

Anda mungkin juga menyukai