Anda di halaman 1dari 25

I.

Tujuan
a. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar.
b. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan
berulang.
c. Mengerti arti angka berarti.

II. Alat dan Bahan


a. Penggaris
b. Jangka sorong
c. Balok besi
d. Bola-bola kecil

III. Dasar Teori


a. Pendahuluan
Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa
penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya Nilai Skala Terkecil
(NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya
gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat.
Dengan demikian amat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu
besaran melalui pengukuran.

b. Penggaris
Penggaris adalah sebuah alat pengukur dan alat bantu gambar
untuk menggambar garis lurus. Terdapat berbagai macam penggaris, dari
mulai yang lurus sampai yang berbentuk segitiga (biasanya segitiga siku-
siku sama kaki dan segitiga siku-siku 30°–60°). Penggaris dapat terbuat
dari plastik, logam, berbentuk pita dan sebagainya. Juga terdapat
penggaris yang dapat dilipat. Mistar dengan skala terkecil yaitu mistar
dengan skala sentimeter (cm) dengan mempunyai tingkat ketelitian 1 mm
atau 0,1 cm.

c. Jangka Sorong

Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat


mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam
dan bagian bergerak. Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung
pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat. Sebagian keluaran
terbaru sudah dilengkapi dengan display digital. Pada versi analog,
umumnya tingkat ketelitian adalah 0.05mm untuk jangka sorang dibawah
30cm dan 0.01 untuk yang di atas 30cm.

Kegunaan jangka sorong adalah:


- untuk mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit
- untuk mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang
(pada
pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur
- untuk mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan
cara"menancapkan/menusukkan" bagian pengukur. Bagian pengukur
tidak terlihat pada gambar karena berada di sisi pemegang

d. Mikrometer Sekrup

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur


benda dengan satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Satu
mikrometer adalah secara luas digunakan alat di dalam teknik mesin
electro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok, luar dan
garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot. Mikrometer ini
banyak dipakai dalam metrologi, studi dari pengukuran.

Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan


pada aplikasi berikut :
Mikrometer Luar: Mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang
kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
Mikrometer dalam: Mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis
tengah dari lubang suatu benda
Mikrometer kedalaman: Mikrometer kedalaman digunakan untuk
mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.

Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme


sekrup titik nada.

Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah


pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal,
orang bisa menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk menekan
material, memberi satu pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara
memasang satu tangkai yang roda bergigi searah keinginan pada satu
tenaga putaran tertentu.

e. Stopwatch

Stopwatch (jam sukat) adalah alat yang digunakan untuk


mengukur lamanya waktu yang diperlukan dalam kegiatan.
Jam sukat ada dua macam, yaitu jam sukat analog dan jam sukat
digital/bergana. Jam sukat analog memiliki batas ketelitian 0,1sekon
sedangkan jam sukat digital memiliki batas ketelitian hingga 0,01.
Cara menggunakan jam sukat dengan memulai menekan tombol
di atas dan berhenti sehingga suatu waktu detik ditampilkan sebagai
waktu yang berlalu. Kemudian dengan menekan tombol yang kedua
pengguna dapat menyetel ulang jam sukat kembali ke nol. Tombol yang
kedua juga digunakan sebagai perekam waktu.

f. Busur Derajat

Protractor (busur derajat) adalah sebuat alat yang bisa digunakan


untuk mengukur dan membentuk sudut. Protractor sederhana biasanya
berupa cakram separuh dan alat ini sudah digunakan sejak ribuan tahun
yang lalu dalam ilmu geometri. Busur derajat memiliki ketidakpastian
0.5º.
g. Termometer

Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur


suhu (temperatur), ataupun perubahan suhu. Istilah termometer berasal
dari bahasa Latin thermo yang berarti panas dan meter yang berarti untuk
mengukur. Prinsip kerja termometer ada bermacam-macam, yang paling
umum digunakan adalah termometer air raksa. Termometer memiliki
ketidakpastian 0,5ºC

h. Amperemeter

Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat


arus listrik yang ada dalam rangkaian tertutup. Amperemeter biasanya
dipasang berderet dengan elemen listrik. Cara menggunakannya adalah
dengan menyisipkan amperemeter secara langsung ke rangkaian.

i. Voltmeter

Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan


listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel
terhadap letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri
dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada
sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik.
Lempengan luar berperan sebagai anode sedangkan yang di tengah
sebagai katode. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi
x diameter).

j. Neraca Teknis

Neraca Teknis adalah neraca yang memiliki tingkat ketelitian


yang rendah karena hanya sampai 2 desimal di belakang koma.Neraca ini
biasanya dipakai untuk menimbang zat - zat atau benda yang tidak
membutuhkan ketelitian yang tinggi , misalnya menimbang bahan
sebagai larutan pereaksi. Neraca teknis dibagi menjadi dua, yaitu neraca
analog dan neraca digital. Neraca analog adalah neraca yang biasanya
masih tradisional misalnya neraca Ohhaus(diambil dari nama
penemunya), sedangkan neraca digital adalah neraca teknis yang sudah
modern , yang sekarang sering dipakai di laboratorium untuk menimbang
dan tidak diperlukan hal rumit, tinggal menaruh benda atau zat di piring
neraca.

k. Nilai Skala Terkecil

Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat
lagi dibagi-bagi. Inilah yang disebut Nilai Skala Terkecil (NST). Pada
gambar 1.1 tampak bahwa:

l. Nonius

Untuk membantu mengukur dengan lebih teliti melebihi yang


ditunjukkan oleh NST, maka digunakan nonius. Skala nonius akan
meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya terdapat suatu
pembagian sejumlah skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan
menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala nonius
berimpit dengan skala utama. Cara membaca skalanya adalah sebagai
berikut:
1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama
2. Angka decimal (dibelakang koma) dicari dari skala nonius
yang berimpit dengan skala utama.
Pada gambar 1.2, hasil pembacaan tanpa nonius adalah 6,7
7
satuan dan dengan nonius adalah 6,7 (10) x (10 – 9) x 0,1 = 6,7
satuan. Kadang-kadang skala utama dan nonius dapat
berbentuk lingkaran seperti dapat dijumpai pada meja putar
untuk alat spektroskopi yang ditunjukkan oleh gambar 1.3

Dalam gambar 1.3b dapat dilihat bahwa pembacaan tanpa


nonius memberikan hasil 60º, sedangkan dengan
3
menggunakan nonius hasilnya adalah 60+( 4) x (4-3) x 10 =
67,5º

m. Alat Ukur Dasar

Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam praktikum ini
adalah jangka sorong, micrometer sekrup, barometer, neraca teknis,
penggaris, busur derajat, stopwatch dan beberapa alat ukur besaran listrik.
Masing-masing alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikan dan juga
cara untuk membaca hasil yang terukur.

n. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal

Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya


digunakan bernilai setengah NST. Untuk suatu besaran X maka
ketidakpastian mutlaknya adalah:
1
∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇
2
Dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai berikut:
𝑋 = 𝑥 ± ∆𝑥

Sedangkan yang dikenal dengan ketidakpastian relatif adalah:

∆𝑥
𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 =
𝑥
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan
sebagai:
𝑋 = 𝑥 ± (𝐾𝑇𝑃 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%)
1
o. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Menggunakan Kesalahan 2 –
Rentang

Pada pengukuran berulang, ketidak pastian dituliskan tidak lagi


1
seperti pada pengukuran tunggal. Kesalahan 2 - rentang merupakan salah
satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang.
Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut:
1. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n
buah, yaitu:
𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛
2. Cari nilai rata-ratanya yaitu x̄:
x1 + x2 + … + xn
x̄ =
n
3. Tentukan 𝑥𝑚𝑎𝑥 dan 𝑥𝑚𝑖𝑛 dari kumpulan data x tersebut dan
ketidakpastiannya dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑥𝑚𝑎𝑥 − 𝑥𝑚𝑖𝑛
∆x =
2
4. Tuliskan hasilnya sebagai berikut:
𝑥 = x̄ ± ∆x
Untuk lebih jelasnya akan diberikan sebuah contoh dari hasil
pengukuran (dalam mm) suatu besaran x yang dilakukan sebanyak empat
kali.
153,2 153,6 152,8 153,0

Rata-ratanya adalah:
153,2 + 153,6 + 152,8 + 153,0
x̄ = = 153,2 𝑚𝑚
4

Nilai terbesar dalam hasil pengukuran tersebut adalah 153,6 mm


dan nilai terkecilnya adalah 152,8 mm. Maka rentang pengukuran adalah
(153,6 - 152,8) = 0,8 mm

Sehingga ketidakpastian pengukuran adalah


0,8
∆𝑥 = = 0,4 𝑚𝑚
2

Maka hasil pengukuran yang dilaporkan adalah


𝑥 = (153,2 ± 0,4)𝑚𝑚
p. Angka Penting (Significant Figures)

Angka penting berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka


yang akan di laporkan pada hasil pengukuran. AB berkaitan dengan KTP
relative (dalam %). Semakin kecil KTP relatif maka semakin tinggi mutu
pengukuran atau semakin tinggi ketilitian hasil pengukuran yang
dilakukan. Aturan praktis yang menghubungkan antara KTP relatif dan
AB adalah sebagai berikut:

AB = 1 – log (KTP relatif)

Sebagai contoh suatu hasil pengukuran dan cara menyajikannya untuk


beberapa AB akan disajikan dalam tabel 1.1 berikut ini:

Nilai yang terukur KTP relatif AB Hasil Penulisan


(%)
0,1 4 (1,202 ± 0,001)x 103

1,202 x 103 1 3 (1,20 ± 0,01)x 103

10 2 (1,2 ± 0,1)x 103


q. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)

Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang


disertai oleh ketidakpastian, maka variabel ini akan disertai pula oleh
ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perambatan ketidakpastian. Untuk
jelasnya ketidakpastian variabel yang merupakan hasil operasi variabel-
variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian akan disajikan dalam tabel
2 berikut ini. Misalnya dari suatu pengukuran diperoleh (a ±
∆a)dan (b ± ∆b). Kepada kedua hasil pengukuran tersebut akan
dilakukan operasi matematik dasar untuk memperoleh besaran baru.

Variabel yang Operasi Hasil Ketidakpastian


dilibatkan

Penjumlahan p=a+b ∆𝑝 = ∆𝑎 + ∆𝑏

Pengurangan q=a–b ∆𝑝 = ∆𝑎 − ∆𝑏

Perkalian r=axb ∆𝑟 ∆𝑎 ∆𝑏
𝑎 ± ∆𝑎 = +
𝑟 𝑎 𝑏
𝑏 ± ∆𝑏 𝑎 ∆𝑠 ∆𝑎 ∆𝑏
Pembagian s=𝑏
= +
𝑠 𝑎 𝑏
Pangkat t = 𝑎𝑛 ∆𝑡 ∆𝑎
=𝑛
𝑡 𝑎

IV. Langkah Kerja


a. Menentukan NST penggaris dan jangka sorong
b. Menentukan skala nonius penggaris dan jangka sorong
c. Mengukur panjang, lebar dan ketebalan balok besi dengan jangka sorong
dan penggaris
d. Mengukur diameter bola besi besar dan kecil dengan menggunakan
jangka sorong dan penggaris
e. Mengukur diameter pipa besi dengan menggunakan jangka sorong dan
penggaris
f. Mengukur panjang pipa dengan jangka sorong dan penggaris
g. Catat keseluruhan hasil pengukuran
V. Data Pengamatan

berulang

Mikrometer

mikrometerse
no benda besaran penggaris Jangka sorong

penggaris

Jangka
sorong

krup
sekrup

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Keping Dd 2,38 2,38 2,37 2,38


1
silinder DL 4,73 4,74 4,75 4,73

2 Bola besi D 1,96 1,96 1,96 1,94

Silinder P 14,5 14,6 14,5 14,6


3
besi D 2,4 2,46 2,487 2,4 2,4 2,5 2,46 2,45 2,46 2,581 2,584 2,583

Pd 4,2 4,29 4,276 4,3 4,2 4,2 4,31 4,29 4,30 4,277 4,278 4,285
Pipa
4.
paralon DL 4,7 4,6 4,8 4,7 4,6 4,8 4,75 4,79 4,76 4,771 4,765 4,768

Batu P 3,5 3,5 3,6 3,6


5. timbangan
100gr D 2,2 2,20 2,21 2,19

Batu P 2,6 2,7 2,6 2,6


6. timbangan
50gr D 1,78 1,78 1,78 1,79

Batu P 2,1 2,1 2,2


7. timbangan
20gr 1,16 1,15 1,15

Batu
8. timbangan P 1,6 1,7 1,6 1,6
10gr

Batu
9. timbangan P 1,10 1,1 1,0 1,0
2gr
VI. Data Perhitungan
A. Pengukuran Tunggal
𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟 1 𝑐𝑚
(1). Penggaris = NST = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 = = 0,1 cm
10

a). Silinder besi

- panjang = 14,5 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (14,5±0,05) cm

- diameter = 2,4 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (2,4±0,05) cm

b). Pipa Paralon

- diameter dalam = 4,2 cm,pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,2 ± 0,05) cm

-diameter luar = 4,7 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,7 ± 0,05) cm

c). Batu timbangan 100gr

-panjang = 3,5 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (3,5 ± 0,05) cm

d). Batu timbangan 50gr

- panjang =2,6 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (2,6 ± 0,05) cm

e). Batu timbangan 20gr

- panjang = 1,5 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (1,5 ± 0,05) cm

f). Batu timbangan 10gr

- panjang = 1,6 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (1,6 ± 0,05) cm
g). Batu timbangan 2gr

- panjang = 1,0 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (1,0 ± 0,05) cm

(2) Jangka Sorong


𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟 0,1 𝑐𝑚
NST = = = 0,01 cm
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 10

1 1
∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇 = (0,01 𝑐𝑚) = 0,01 𝑐𝑚
2 2
a). Keping silinder

- diameter dalam = 2,38 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (2,38 ± 0,05) cm

-diameter luar = 4,73 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,37 ± 0,05) cm

b). Bola besi

- diameter = 1,96 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (1,96 ± 0,05) cm

c). Silinder besi

- diameter = 2,46 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (2,46 ± 0,05) cm

d). Pipa paralon

- diameter dalam = 4,29 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,29 ± 0,05) cm

-diameter luar = 4,75 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,75 ± 0,05) cm

e). Batu timbangan 100gr

- diameter = 2,21 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (2,21 ± 0,05) cm
f). Batu timbangan 50gr

- diameter = 1,78 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (1,78 ± 0,05) cm

g). Batu timbangan 20gr

- diameter = 1,15 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (1,15 ± 0,05) cm

(3) Mikrometer sekrup


𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟 0,1 𝑚
NST = = = 0,01 mm = 0,001 cm
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 10

1 1
∆𝑥 = 𝑁𝑆𝑇 = x 10-3 = 0,5 x 10-3
2 2

a). Pipa paralon

- diameter dalam = 4,270 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,270 ± 0,5 x 10-3) cm

-diameter luar = 4,765 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (4,765 ± 0,5 x 10-3) cm

b). Silinder besi

- diameter = 2,484 cm, pelaporan fisika : x = 𝑥 ± ∆𝑥

x = (2,484 ± 0,05) cm

B. Pengukuran Berulang

(1) Penggaris

a). Silinder besi


14,6+14,5+14,6
- panjang = 𝑥 = = 14,57 𝑐𝑚
3

14,6−14,5
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 14,57 ±0,05) cm
2,4+2,4+2,5
-diameter = 𝑥 = = 2,43 𝑐𝑚
3

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,43 ±0,05) cm

b). Pipa paralon


4,3+4,2+4,2
- diameter dalam = 𝑥 = = 4,23 𝑐𝑚
3

4,3−4,2
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,23 ±0,05) cm
4,7+4,6+4,8
- diameter luar = 𝑥 = 3
= 4,7 𝑐𝑚

4,8−4,6
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,7 ±0,05) cm

c). Batu timbangan 100gr


3,5+3,6+3,6
- panjang = 𝑥 = = 3,57 𝑐𝑚
3

3,6−3,5
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 3,57 ±0,05) cm

d). Batu timbangan 50gr


2,7+2,6+2,6
- panjang = 𝑥 = = 2,63 𝑐𝑚
3

2,7−2,6
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,63 ±0,05) cm
e). Batu timbangan 20gr
2,1+2,1+2,2
- panjang = 𝑥 = = 2,13 𝑐𝑚
3

2,2−2,1
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,13 ±0,05) cm

f). Batu timbangan 10gr


1,7+1,6+1,6
- panjang = 𝑥 = = 1,63 𝑐𝑚
3

1,7−1,6
𝑥= = 0,05 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 1,63 ±0,05) cm

g). Batu timbangan 2gr


1,1+1,0+1,0
- panjang = 𝑥 = = 1,03 𝑐𝑚
3

1,1−1,0
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 1,03 ±0,05) cm

(2) Jangka Sorong

a). Keping silinder


2,38+2,37+2,38
- diameter dalam = 𝑥 = = 2,377 𝑐𝑚
3

2,38−2,37
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,377 ±0,005) cm

b). Silinder besi


4,74+4,75+4,73
- diameter luar = 𝑥 = = 4,74 𝑐𝑚
3
4,74−4,73
𝑥= = 0,01 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,74 ±0,01) cm

b). Bola besi


1,96+1,96+1,94
- panjang = 𝑥 = = 1,953𝑐𝑚
3

1,94−1,96
𝑥= = 0,01 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 1,953 ±0,01) cm

c). Silinder besi


2,46+2,45+2,46
- diameter= 𝑥 = = 2,457𝑐𝑚
3

2,46−2,45
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,457 ±0,005) cm

d). Pipa paralon


4,31+4,29−4,30
- diameter dalam = 𝑥 = = 4,30 𝑐𝑚
3

4,31−4,29
𝑥= = 0,01 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,30 ±0,01) cm

b). Silinder besi


4,75+4,76+4,76
- diameter luar = 𝑥 = = 4,757 𝑐𝑚
3

4,76−4,75
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,757 ±0,005) cm
e). Batu timbangan 100gr
2,20+2,21+2,19
- diameter= 𝑥 = = 2,20𝑐𝑚
3

2,46−2,45
𝑥= = 0,01 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,20±0,005) cm

f). Batu timbangan 50gr


1,78+1,78+1,79
- diameter= 𝑥 = = 1,783𝑐𝑚
3

1,79−1,78
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 1,783 ±0,005) cm

g). Batu timbangan 20gr


1,16+1,15+1,15
- diameter= 𝑥 = = 1,153𝑐𝑚
3

1,16−1,15
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 1,153 ±0,005) cm

(3) Mikrometer Sekrup

a). Silinder besi


2,581+2,584+2,583
- diameter= 𝑥 = = 2,5877𝑐𝑚
3

2,584−2,581
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 2,5877 ±0,05) cm

b). Pipa paralon


4,277+4,278+4,285
- diameter dalam = 𝑥 = = 4,288 𝑐𝑚
3
4,278−4,285
𝑥= = 0,004 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,280 ±0,004) cm

b). Silinder besi


4,771+4,765+4,768
- diameter luar = 𝑥 = = 4,763 𝑐𝑚
3

4,771−4,765
𝑥= = 0,005 𝑐𝑚
2

x = 𝑥 ± ∆𝑥

= ( 4,763 ±0,003) cm
VII. Analisis Data
Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat dalam
bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku
(standar) yang diterima sebagai satuan. Setiap pengukuran selalu dianggap
oleh ketidakpastian. Sumber ketidakpastian disebabkan oleh adanya nilai
skala terkecil alat ukur, adanya ketidakpastian bersistem, dan keterbatasan
pada pengamat.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengukuran, pertama
masalah ketelitian (presisi) dan kedua masalah ketepatan (akurasi). Presisi
menyatakan derajat kepastian hasil suatu pengukuran, sedangkan akurasi
menunjukkan seberapa tepat hasil pengukuran mendekati nilai yang
sebenarnya. Presisi bergantung pada alat yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Umumnya, semakin kecil pembagian skala suatu alat semakin
presisi hasil pengukuran alat tersebut.

Tanpa menyatakan ketidakpastian suatu hasil pengukuran tidak banyak


memberikan informasi mengenai besaran yang diukur, mutu alat ukur dan
ketelitian pengukuran. Ketidakpastian suatu hasil pengukuran dapat
memberikan informasi mengenai tingkat kepercayaan akan hasil pengukuran,
mutu alat yang digunakan dan ketelitian pengukuran tersebut.

Alat yang dapat digunakan dalam praktikum ini adalah alat ukur jangka
sorong dan penggaris. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang
digunakan di laboratorium dan di bengkel, dapat digunakan untuk mengukur
dalam satuan millimeter (mm) ataupun inci (in). Jangka sorong umumnya
terdiri dari batang pengukur yang terbuat dari baja antikarat yang dikeraskan,
mempunyai rahang ukur tetap pada salah satu ujungnya dan bagian yang
bergerak yang mempunyai rahang ukur dan skala nonius. Skala nonius
digerakkan dalam satu bagian (unit) sepanjang batang sampai kedua
rahangnya bertemu benda kerja yang diukur. Umumnya dua macam skala
dibuat dalam batang, satu dalam millimeter (mm) dan satunya lagi dalam inci
(in). Bagian yang bergerak juga mempunyai dua macam skala nonius yaitu
dalam millimeter (mm) dan inci (in) mengikuti skala dari batang. Skala nonius
adalah skala yang kedua, pembagian garisnya lebih pendek dari pembagian
garis pada skala utama. Perbedaan dari kedua skala ini adalah untuk
memungkinkan mengukur benda dengan teliti lagi. Penggaris merupakan alat
ukur yang sering kita gunakan. Penggaris pada umumnya terbuat dari dua
bahan yaitu plastik dan baja antikarat yang biasa digunakan pada bengkel.
Penggaris sendiri hanya berfungsi untuk mengukur panjang atau lebar benda
datar atau rata dengan ketelitian 1mm dan untuk membuat garis lurus. Dengan
ketelitian tersebut, penggaris kurang efektif untuk mengukur ketebalan benda
ataupun diameter benda bulat seperti bola ataupun pipa. Penggaris umumnya
memiliki skala millimeter(mm) dan inci (in).

Setelah kami melakukan percobaan dan telah mendapatkan data-data,


maka dapat dianalisa bahwa, kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur
dapat dilihat dari NST (Nilai Skala Terkecil)-nya. Selain dari NST (Nilai
Skala Terkecil), ada skala lain yang dapat membantu ketelitian suatu alat ukur
yang disebut skala nonius. Umumnya terdapat suatu pembagian sejumlah
skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis
skala titik nol dan titik maksimum skala nonius berhimpit dengan skala utama.

Saat percobaan, salah satu alat ukur yang menggunakan skala nonius
adalah jangka sorong. Jangka sorong memiliki ketelitian 0,05mm. Sehingga
jangka sorong sangat tinggi tingkat akurasinya bila digunakan untuk
mengukur benda-benda yang kecil bahkan sulit untuk diukur dengan
penggaris. Jangka sorong juga sangat efektif karena dapat digunakan untuk
mengukur panjang, tebal, diameter, dan kedalaman benda. Berbeda dengan
penggaris yang memiliki NST (Nilai Skala Terkecil) 1mm. Penggaris kurang
efektif dibandingkan dengan jangka sorong. Selain itu, penggaris juga kurang
akurat dibandingkan dengan jangka sorong karena hanya memiliki skala
utama tanpa skala nonius. Jadi penggaris hanya bisa digunakan pada
pengukuran panjang atau lebar suatu benda.
VIII. Pertanyaan dan Tugas Akhir

1. Ketidakpastian yang termasuk kedalam ketidakpastian bersistem adalah


kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, gesekan dan
kesalahan paralaks. Bagaimana menurut anda cara mengatasi
ketidakpastian jenis ini?
Jawab:
Cara mengatasi ketidakpastian jenis ini yaitu dengan mengkalibrasi
ulang instrumen terhadap instrumen standar. Kesalahan tersebut juga
dapat diatasi dengan melakukan koreksi pada hasil pengukuran.

2. Tentukanlah NST dari:


a. Jam dinding yang satu lingkarannya dibagi menjadi 60 skala.
b. Penunjuk jarak antar kota yang dipasang disepanjang jalan oleh
Departemen
Pekerjaan Umum.
c. Alat timbang duduk yang dipakai bila anda membeli gula pasir di
warung.
Jumlah Skala
No Nama NST Ukuran
Baris

1 NST jam dinding 1 sekon 12 60s

NST penunjuk 100Km


2 10 kilometer 5
jarak
NST alat timbang
3 1 ons 10
duduk

3. Jika suatu alat ukur memiliki pembagian 9 skala utama = 10 skala


nonius, gambarkan posisi nonius yang menghasilkan pembacaan 36,21

4. Panjang pensil dilaporkan 𝑙 = (12,8 ± 0,05)𝑐𝑚, apa artinya ?


Berapakah NST alat ukur yang digunakan?
Jawab:
12,8 cm → panjang
0,05 cm → ∆𝑥

1
∆𝑥 → 𝑁𝑆𝑇 = 2 . ∆𝑥
2
= 2 . 0,05 cm
= 0,1 cm

5. Hitunglah 𝐴 ± ∆𝐴, kalau nilai A berturut-turut adalah 10,1; 10,2; 10,0;


10,0; 9,8; 10,1; 9,8; 10,3; 9,7; dan 10,0. Beri interpretasi yang tepat atas
hasilnya!
(10,1+10,2+10,0+10,0+9,8+10,1+9,8+10,3+9,7+10,0)
Jawab: 10
= 10
𝑋𝑚𝑎𝑥−𝑋𝑚𝑖𝑛
∆𝑥 = 2
10,3−9,7
= 2
= 0,3
Hasil pengukuran 𝐴 ± ∆𝑥 = 10 + 0,3

6. Tentukan panjang minimum yang dapat diukur dengan menggunakan


mistar biasa. Apabila dituntut ketidakpastian relatifnya tidak lebih dari
10% dan 1% pada hasilnya.
Jawab:
NST mistar = 0,1 cm
KTP relatif =10% . 0,1 cm
Jadi panjang minimum mistar adalah (0,1 ± 0,01)𝑐𝑚 = 0,99 cm

7. Diketahui π = 3,141592. Tuliskan nilai π tersebut dengan KTP relatif:


a. 0,1%
b. 1%
c. 10%
d. 6%
Jawab:
Nilai A KTP Relatif % AB Hasil Penulisan

0,1 4 (3,141 ± 0,001)

1 3 (3,14 ± 0,01)
3,141592
10 2 (3,1 ± 0,1)

6 3 (3,14 ± 0,01)
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penggaris plastik digunakan untuk mengukur panjang dan lebar suatu benda,
nilai skala terkecilnya adalah 0,1cm, tidak memiliki skala nonius dan tidak
akurat untuk benda yang kurang datar.
2. Jangka sorong digunakan untuk mengukur ketebalan, diameter dalam, dan
diameter luar benda, nilai skala terkecilnya adalah 0,1cm, nilai skala
noniusnya adalah 0,05mm, tingkat akurasinya tinggi.
3. Penggunaan alat ukur dapat disesuaikan dengan bentuk benda yang akan
diukur dan batas ketelitian dari alat ukur.
4. Sumber utama penyebab ketidakpastian sistemik adalah ketidakpastian alat,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, fluktuasi parameter pengukuran, dan
lingkungan yang saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat.

X. Daftar Pustaka
Braid, D.C., Experimentation: An Introduction to Measurement Theory and
Experiment Design, 1962.

Darmawan Djonoputro, B., Teori Ketidakpastian, Penerbit ITB, 1984.

University of Melbourne School of Physics, Physics 160 laboratory Manual,


1995

http://fisikahappy.wordpress.com/2011/12/30/pengukuran/

http://lia-sipit.blogspot.com/2013/02/pengukuran-mekanik-dan-
ketidakpastian.html
Gambar Alat

Pipa paralon Mistar Baja

Balok Besi Jangka Sorong

Bola Besi Mikrometer Sekrup

Keping Silinder
Batu Timbangan
LAPORAN TETAP FISIKA TERAPAN
PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
Dziihiiraa Sazia Abila (062140412427)
Khairul Apandi (062140412431)
M. Heru Kurniawan (062140412433)
Nadya Anastasya Zahra (062140410337)
Sella Sal Shabila (062140410339)

Kelompok 2 Grup 2 1EGB

Dosen Pembimbing: Ir. Erlinawati, M.ST

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


TAHUN AKADEMIK 2021

Anda mungkin juga menyukai