Anda di halaman 1dari 8

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

YANDI SURYA NATANAEL

Jurusan Teknologi informatika pertanian, fakultas Teknologi pertanian, INSTIPER Yogyakarta

Abstrak

Telah dilakukan sebuah praktikum ‘dasar pengukuran dan ketidakpastian ‘ yang bertujuan dilakukan pengukuran
dan analisis data untuk membuat suatu kesimpulan. Oleh karena itu analisis ketidakpastian pengukuran menjadi
sangat penting. Praktikum merupakan salah satu bagian utama dari fisika, namun sayangnya tidak dijabarkan secara
jelas sampai tingkat manakah pengetahuan dasar tentang pengukuran harus diajarkan dan langkah-langkah
pengolahan data yang harus mahasiswa kuasai. Menurut hasil beberapa penelitian menunjukkanbahwa kemampuan
mahasiswa tentang analisis ketidakpastian pengukuran rendah. Menurut beberapa penelitian, diketahui bahwa
minimnya kemampuan mahasiswa dikarenakan banyak mahasiswa meremehkan analisis ketidakpastian.
Tujuanpenelitianiniadalahmenghasilkan model praktikum fisika berbasis analisis ketidakpastian pengukuran yang
sesuai untuk mahasiswa. Praktikum ini mencangkup mampu menggunakan dan memahami alat-alat ukur dasar
,menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang ,dapat mengaplikasikan konsep ketidak pastian
dan angka berarti dalam pengelolahan hasil pengukuran. alat yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan
jangka sorong dan mikrometer skrup . Setiap alat ukur memiliki NST yang berbeda-beda. Dari hasil yang diperoleh
terlihat bahwa masing-masing alat ukur memberikan data yang berbeda untuk tiap obyeknya. Dari pengukuran
tersebut akan dilakukan analisis tentang kesalahan mutlak dan ketidakpastian relatif yang akan dijadikan suatu
acuan dalam penulisan angka berarti pada pelaporan fisiknya. 1

Kata kunci: pengukuran, NST, ketidakpastian, angka berarti, ketelitian

1. Pendahuluan

Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau variabel fisis. Pada
umumnya, alat ukur dasar terbagi menjadi dua jenis, yaitu alat ukur analog dengan sistem analog dan alat ukur
digital dengan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinu, misalnya
penunjukan temperatur dalam ditunjukkan oleh skala, penunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala
elektronik. Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau
arus pada meter igital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit tertentu yang ditunjukkan pada panel display-
nya.

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, diantaranya disebabkan oleh Nilai Skala Terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang
saling mempengaruhi serta keterampilan pengamat. Dengan demikian, amat sulit untuk mendapatkan nilai
sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Beberapa panduan akan disajikan dalam modul ini tentang cara
memperoleh hasil pengukuran seteliti mungkin serta cara melaporkan ketidakpastian yang menyertainya.

1
dasar pengukuran “dasar pengukuran dan ketidak pastian,” t.t.
Beberapa alat ukur dasar yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah jangka sorong, mikrometer sekrup,
barometer, neraca teknis, penggaris, busur derajat, stopwatch dan beberapa alat ukur besaran listrik. Masing-
masing alat ukur memiliki cara untuk mengoperasikannya dan juga cara untuk membaca hasil yang terukur.

(a) Meter Analog (b) Meter Digital

Nilai Skala Terkecil

Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah yang disebut Nilai Skala
Terkecil (NST). Ketelitian alat ukur bergantung pada NST ini. Di bawah ini tampak bahwa NST = 0,25 satuan.

Nonius

Skala nonius akan meningkatkan ketelitian pembacaan alat ukur. Umumnya, terdapat suatu pembagian sejumlah
skala utama dengan sejumlah skala nonius yang akan menyebabkan garis skala titik nol dan titik maksimum skala
nonius berimpit dengan skala utama. Cara membaca skalanya adalah sebagai berikut:

1. Baca posisi 0 dari skala nonius pada skala utama,

2. Angka desimal (di belakang koma) dicari dari skala nonius yang berimpit dengan skala utama.

Parameter alat ukur

Beberapa istilah definisi dalam pengukuran yang harus dipahami diantaranya adalah:

1. Akurasi, kedekatan alat ukur membaca pada nilai yang sebenarnya dari variabel yang diukur.

2. Presisi, hasil pengukuran yang dihasilkan dari proses pengukuran, atau derajat untuk
membedakan satu pengukuran dengan lainnya.

3. Kepekaan, rasio dari sinyal output atau tanggapan alat ukur perubahan input atau variabel yang
diukur.

4. Resolusi, perubahan terkecil dari nilai pengukuran yang mampu ditanggapi oleh alat ukur.

5. Kesalahan, angka penyimpangan dari nilai sebenarnya variabel yang diukur.

Ketidakpastian

Suatu pengukuran selalu disertai oleh ketidakpastian, diantaranya disebabkan oleh Nilai Skala Terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter
pengukuran dan lingkungan yang sangat mempengaruhi hasil pengukuran. Hal tersebut disebabkan karena sistem
yang diukur mengalami suatu gangguan. Dengan demikian, sangat sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya
suatu besaran melalui pengukuran. Oleh sebab itu, setiap hasil pengukuran harus dilaporkan dengan
ketidakpastiannya. Ketidakpastian dibedakan menjadi dua, yaitu ketidakpastian mutlak dan relatif. Masing-
masing ketidakpastian dapat digunakan dalam pengukuran tunggal dan berulang.

a) KetidakpastianMutlak

Ketidakpastian mutlak adalah suatu nilai ketidakpastian yang disebabkan karena keterbatasan alat ukur itu sendiri.
Pada pengukuran tunggal, ketidakpastian yang umumnya digunakan bernilai setengah dari NST. Untuk suatu
besaran X maka ketidakpastian mutlaknya dalam pengukuran tunggal adalah: Dengan hasil
pengukurannya ditulis :

b) Kesalahan 1/2 - Rentang

Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran tunggal. Kesalahan 1/2 -
rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada pengukuran berulang.

c) Standar Deviasi (Simpangan Baku)

Bila dalam pengamatan dilakukan n kali pengukuran dari besaran x dan terkumpul data x1, x2, ...xn, maka nilai
rata-rata dari besaran ini adalah:

Besar simpangan nilai rata-rata tersebut terhadap nilai sebenarnya (xo, yang tidak mungkin kita ketahui (nilai
sebenarnya) dinyatakan oleh standar deviasi, yakni:

Standar deviasi yang diberikan oleh persamaan di atas menyatakan bahwa nilai benar dari besaran x terletak
dalam selang (1 - Sx) sampai (7 + Sx). Jadi penulisan hasil pengukurannya adalah x= x Sx.

d) Ketidakpastian Relatif

Ketidakpastian relatif adalah ukuran ketidakpastian yang diperoleh perbandingan antara ketidakpastian mutlak
dengan hasil pengukurannya, yaitu:

KTP relatif =

Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai:

X= x (KTP relatif 100%)

Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)

Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian, maka variabel ini akan
disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perambatan ketidakpastian, misalkan dari suatu
pengukuran diperoleh nilai (a+Aa) dan (b + Ab). Ketidakpastian suatu variabel yang merupakan hasil operasi dari
kedua variabel tersebut dapat dihitung dengan rumusan seperti dalam table berikut.
Variabel Operasi Hasil Ketidakpastian

Penjumlahan

Pengurangan
ab ± ∆a
Perkalian
b ± ∆b

Pembagian

Pangkat

1.Ketidakpastian Suatu Variabel

Table Angka Berarti (Significant Figures)

Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir pengukuran. AB
berkaitan dengan KTP relatif (dalam %). Semakin kecil KTP relatif maka semakin tinggi mutu pengukuran atau
semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan.

Aturan praktis yang menghubungkan antara KTP relatif dan AB adalah sebagai berikut:

2. MATERIAL DAN METODE

2.1 Material

Bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah balok kuningan

2.2 Alat/Instrumen alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah jangka sorong dan micrometer sekrup.

2.3 Prosedur Kerja

a. Jangka Sorong

• Jangka sorong di nolkan

• Rahang sorong digeser ke kanan

• Benda dijepit diantara kedua rahang

. Rahang digeser hingga erat

• Pajang atau diameter benda diukur

• Pengukuran diulangi 3 kali

• Ketidakpastian ditentukan

• Hasil pengukuran ditulis


b. Mikrometer Sekrup

• Bidal pemutar diputar

• Benda diletakkan diantara ruang ukur

• Bidal pemutar menjepit benda

• Pengukuran diulang 3 kali

• Ketidakpastian ditentukan

• Hasil pengukuran ditulis

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


a. Jangka sorong

Kegiatan 1 : Skala utama = 2.5 cm


Skala nonius =6 mm
Hasil pengukuran = SU + (SN × 0.01) cm
.7 cm + (2 × 0.01) cm
=2.5 cm+(6 X 0.01) cm
=2.5 cm+0.06 cm
=2.56 cm

Kegiatan 2 : Skala utama = 0.9 cm


Skala nonius = 6 mm
Hasil pengukuran = SU + (SN × 0.01) cm
= 0.9 cm + (6 × 0.01) cm
= 0.9 cm + 0.06 cm
= 0.96 cm

Kegiatan 3 : Skala utama = 21 cm


Skala nonius = 56 mm
Hasil pengukuran = SU + (SN × 0.01) cm
= 21 cm+(56 x 0,01) cm
= 21 cm + 0,56 cm
= 21,56 cm
Kegiatan 4 (nim 22157-21.57)

Gambar 1. Jangka Sorong dengan panjang balok 21.56

a. Mikrometer Sekrup

Kegiatan 1 : Skala utama = 1.5 mm

Skala nonius =21

Hasil pengukuran = SU + (SN × 0.01) mm

= 1.5 mm + (21 × 0.01)


mm

= 1.5 mm + 0.21 mm

= 1.71 mm

Ketidakpastian 0.01 = 0.005 mm

= (1.710 0.005) mm

-Kegiatan 2 : Skala utama = 2 mm


Skala nonius = 22 cm

Hasil pengukuran = SU + (SN × 0.01) mm

= 2 mm + (22 × 0.01) mm
= 2 mm + 0.22 mm

= 2.22 mm
1
Ketidakpastian = 2 × 0.01 = 0.005 mm

= (2.220 ± 0.005) mm

-Kegiatan 3 :Skala utama = 2 mm

Skala nonius = 35 cm

Hasil pengukuran = SU + (SN × 0.01) mm

= 2 mm + (35 × 0.01) mm

= 2 mm + 0.35 mm

= 2.35 mm
1
Ketidakpastian = 2
× 0.01 = 0.005 mm

= (2.350 ± 0.005) mm

Kegiatan 4 NIM(22157-1,57)

Gambar Mikrometer Sekrup dengan ukuran 1.57 cm


Tabel hasil pengukuran ketidakpastian kegiatan dengan menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup

Benda yang diukur Kegiatan Jangka Sorong Mikrometer Sekrup

1 x = (2.720 ± 0.005) cm x = (1.710 ± 0.005) mm

Balok 2 x = (0.960 ± 0.005) cm x = (2.220 ± 0.005) mm

3 x = (8.220 ± 0.005) cm x = (2.350 ± 0.005) mm

4. KESIMPULAN

Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah setiap alat ukur memiliki tingkat ketelitian yang berbeda-beda.
Hal ini tergantung pada kondisi alat ukur, tingkat ketelitian alat ukur, kemampuan seseorang dalam
menggunakannya,dan proses atau metode yang digunakannya. Dan praktikum kali ini menguji agar seseorang
lebih teliti untuk memperkecil kesalahan pengukuran dan mengetahui dimana letak ketidakpastian pada alat ukur
yang digunakan dalam praktikum untuk menilai seberapa telitikah alat ukur yang digunakan .

REFRENSI

(1).https://www.academia.edu/35753830/Modul_Fisika_Dasar_I_BUKU_PANDUAN_PRAKTIKUM_FISIKA_
DASAR_I

(2). Hikam, Muhammad., dan B Pamulih. 2005 Eksperimen Fisika Dasar. Jakarta: Prenada Media

(3). Tianti A. “ Fisika Untuk Sains dan Teknik” Universitas Muhammadiyah Riau, Pekanbaru, Skripsi 2018

(4). Hasna, Ummu. 2011. Alat Ukur Teknik. Jakarta

(5). Tippler, Paul A. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknologi edisi 3 jilid 1. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai