Anda di halaman 1dari 37

DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

Setiap pengukuran tidak pernah tetap dan mempunyai taksiran nilai. Mengukur adalah
membandingkan suatu besaran yang dimiliki suatu alat yang besarannya sejenis dengan cara
membaca skala.
Tujuan pengukuran adalah menentukan nilai besaran ukur. Hasil pengukuran merupakan
nilai taksiran besaran ukur. Karena hanya merupakan taksiran maka setiap hasil pengukuran
mempunyai kesalahan.
Banyak alat pengukur yang bisa digunakan, contohnya: mistar, timbangan, thermometer,
jangka sorong, micrometer sekrup, dll. Sedangkan Yang diukur adalah besaran-besaran fisika,
yaitu besaran pokok dan besaran turunan. Contoh: panjang, massa dan waktu
Dalam melakukan pengukuran pasti terdapat kesalahan, baik kesalah alat maupun
kesalahan si pengukur. Dengan kata lain pasti akan ada ketidakpasitian dalam pengukuran.
Kesalahan adalah penyimpangan nilai ukur dari nilai benar. Kesalahan pengukuran ada tiga
macam:
1.
Kesalahan Sistematis
a.
Kesalahan Kalibrasi (Faktor alat)
Penyesuaian kembali perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar akurasi
semula.
b.
Kesalahan Titik Nol (0)
Hal ini terjadi karena titik nol skala tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk.
c.
Kelelahan Alat
Dikarenakan alat sering dipakai terus menerus sehingga alat tidak akurat lagi. Contoh: pegas
yang mulai mengendur; jarum penunjuk pada voltmeter bergesekan dengan garis skala.
d.
Kesalahan Paralaks/Paralax (Sudut Pandang)
Ketika membaca nilai skala, pembaca berpindah tempat / tidak tepat melihatnya / obyek
yang dilihat berbeda dengan obyek pertama yang diamati.
e.
Kondisi Lingkungan
Ketika melakukan pengukuran, kondisi lingkungan berubah sehingga tidak bisa dilakukan
pengukuran seperti biasa.
2.
Kesalahan Rambang (Kesalahan yang Tidak Dapat Dikendalikan)
Disebabkan karena adanya sedikit fluktuasi pada kondisi-kondisi pengukuran . contoh fluktuasi
tegangan listrik; gerak brown molekul udara; landasan obyek bergetar.
3.

Keteledoran Pengamat
Keterbatasan pengamat dalam membaca hasil pengukuran.

Ketepatan pengukuran merupakan hal yang sangat penting didalam fisika untuk
memperoleh hasil/data dari suatu pegukuran yang akurat dan dapat dipercaya. Suatu pengukuran
selalu disertai oleh ketidakpastian. Beberapa penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adanya
nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya
gesekan, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling
mempengaruhi serta ketrampilan pengamat.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran :


1. Nilai Skala Terkecil Alat Ukur
Pada setiap alat ukur terdapat suatu nilai skala yang tidak dapat lagi dibagi-bagi, inilah yang
disebut nilai skala terkecil (NST).
2. Ketidakpastian pada Pengukuran Tunggal
Pada pengukuran tunggal ketidakpastian umumnya digunakan bernilai setengan dari NST. Untuk
suatu besaran X maka ketidakpastian mutlaknya adalah :
X = 1/2 NST
dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :
X = X X
Sedangkan yang dikenal sebagai ketidakpastian relatif adalah:
KTP relatif = X /X
Apabila menggunakan KTP relatif maka hasil pengukuran dilaporkan sebagai
X = X KTP relatif x 100 %
3. Ketidakpastian pada Pengukuran Berulang Menggunakan Kesalahan 1/2 Rentang
Pada pengukuran berulang, ketidakpastian dituliskan tidak lagi seperti pada pengukuran tunggal.
Kesalahan 1/2 Rentang merupakan salah satu cara untuk menyatakan ketidakpastian pada
pengukuran berulang. Cara untuk melakukannya adalah sebagai berikut :
a. Kumpulkan sejumlah hasil pengukuran variabel x, misalnya n buah, yaitu X1, X2, ..., Xn
b. Cari nilai rata-ratanya yaitu Xrata-rata = X1 + X2 + X3 +.........../ n
c. Tentukan Xmax dan Xmin dari kumpulan data X tersebut dan ketidakpastiannya dapat
dituliskan : X =( Xmax - Xmin)/2
d. Tuliskan hasilnya sebagai : X = Xrata-rata X
4. Angka Berarti (Significant Figures)
Angka berarti (AB) menunjukkan jumlah digit angka yang akan dilaporkan pada hasil akhir
pengukuran. AB berkaitan dengan KTP relatif ( dalam % ). Semakin kecil KTP relatif maka
semakin tinggi mutu pengukuran atau semakin tinggi ketelitian hasil pengukuran yang dilakukan.
Hubungan antara KTP relatif dan AB adalah sebagai berikut :
AB = 1 log (KTP relatif)
5. Ketidakpastian pada Fungsi Variabel (Perambatan Ketidakpastian)
Jika suatu variabel merupakan fungsi dari variabel lain yang disertai oleh ketidakpastian, maka
variabel ini akan disertai pula oleh ketidakpastian. Hal ini disebut sebagai perambatan
ketidakpastian. Perambatan ketidakpastian dapat dilihat pada Daftar berikut :
Variabel ...............Operasi............Hasil.............Ketidakpastian
...............................Penjumlahan.... p = a + b........p = a + b
a a....................Pengurangan ....q = a - b .........q = a + b
b b ....................Perkalian ..........r = a x b ........r/r = a/a + b/b
...............................Pembagian....... s = a/b ..........s/s = a/a + b/b
.............................. Pangkat............ t = a^n ..........t/t = na/a

Nilai suatu besaran termasuk besaran lazim dituliskan dalam bilangan desimal dengan
pangkat dari bilangan dasar 10. Banyaknya angka yang dipakai dalam penulisan disebut angka
berarti (AB). Sebagai contoh,penulisan yang lazim dipakai adalah sebagaimana ditunjukkan
dalam tabel 2. Misal,untuk suatu nilai 1,4273x10,dituliskan sebagai:
AB
5

Tabel 1.
Ketidakpastian Relatif (%)
0,05

Penulisan
(1,4273 0,0005) x

0,5

(1,427 0,005) x

(1,43 0,05) x

10

(1,4 0,1) x

Pengolahan Data
1.Penentuan Nilai Skala Terkecil (NST) dan ketidakpastian suatu alat ukur.
Tabel 1.
Nama Alat
NST
Ketidakpastian
Penggaris
Inci :
0,3125
0,01525
Dari 1- 3 inci
0.01565
0,0078125
Dari 3-4 inci
0.0625
0,01325
Dari 4-12 inci
Ngka Cm:
0.05cm
0,025cm
Dari 1-10 cm
0,1cm
0,5cm
Dari10-30 cm
1 sekon
0,5 sekon
Jam tangan

Voltmeter

1 volt

Timbangan

0,01 gram

0.005 gram

Jangka sorong

0,02 mm

0,01 mm

Mikrometer sekrup

0,01mm

0,005 mm

Termometer suhu

1C

0,5volt

0,5C

0,01 sekon

Stopwacth

0,005 sekon

2. penentuan nilai pengukuran


Tabel 2.
Besaran yang diukur
Periode degup jantung
Massa balok
Massa silinder
Tegangan listrik PLN

nilai
0,85 0,005 sekon
67,29 0.05 gram
71,55 0.05 gram
232,8 4,5 volt

3. menentukan volume
Tabel 3.
dimens
i
P
L
t
V

Balok

dimensi Silinder

60,02 0,02 mm3


20,22 0,01 mm3
19,47 0,02 mm3
23028,82 5,68
mm3

D
T

50,46 0,01 mm3


600,040,01 mm3

9391,46 61,85 mm3

Analisis Data

1. Pada tabel 1 diatas merupakan tabel penentuan nilai skala terkecil(NST) dan ketidakpastian,
NST adalah nilai skala yang ada dalam suatu alat ukur terkecil yang bisa di gunakan untuk
mengukur suatu benda atau objek . sedangkan ketidakpstian adalah toleransi yang kita berikan
saat pengukuran dilaksanakan yang biasanya didapatkan setengah dari NST. Untuk lebih jelas
bisa dilihat dari tabel berikut :
Tabel menentukan NST dan ketidakpastian
Nama alat
NST
Ketidakpastian ( NST/2 )
Voltmeter

1 volt

1/2 = 0,5 volt

Timbangan

0,01 gram

0,01/2 = 0,005 gram

termomoter

1C

= 0,5C

2. Pada tabel 2 diatas merupakan tabel penentuan nilai ukur , dalam tabel tersebut adad 2 macam
pengukuran yang dilakukan yaitu pengukuran sekali dan pengukuran berkali kali ,
untuk pengukuran sekali dalam mementukan ketidakpastian sama dengan tabel 1 . yaitu
setengah dari NST.

X = 1/2 NST
dengan hasil pengukurannya dituliskan sebagai :
X = X X
sedangkan untuk pengukuran berkali kali nilai ketidakpastian bisa dicari dengan cara yaitu
menggunakan setengah dari nilai tertinggi pengukuran dikurangi dengan nilai terendah
pengukuran.
dengan penulisan hasilnya sebagai : X = Xrata-rata X
nb : Xrata-rata = X1 + X2 + X3 +.........../ n
berikut ini perhitungannya :
perhitungan sekali untuk periode degup jantung yaitu alat yang digunakan adalah stopwach yang
memiliki NST = 0.01 sekon sehingga diperoleh ketidakpastian dari NST yaitu 0,05
setelah dilakukan ternyata degup jantung temen sekelompok adalah 85 sehngga hasil akhr bisa di
tuliskan
T= XX
= 85* 0.01 0.05
= 0,85 0.05 sekon
Perhitungan ini sama juga untuk massa balok dan silinder yang sama sama pengukuran sekali.

pengukuran berkali kali


untuk pengukuran tegangan listrik PLN, pengukuran dilakukan sebanyak 5 kali dan diperoleh
data : 234,233, 229, 238, 230
V rata- rata = 234+233+229+238+230/ 5
= 232,8 volt
X= 238-229/2
= 4,5 volt
3. menentukann volume
Balok
Silinder
Panjang
Lebar
Tinggi
diameter
Tinggi
60,02
20,22
19,48
10,08
120,00
60,00
20,22
19,46
10,10
120.02
60,02
20,24
19,46
10,08
120,00
60,02
20,24
19,48
10,10
120,02
60,04
20,22
19,48
10,10
120,00
p = 300,1

l
=101,14

P rata- rata = 300,1 / 5


= 60,02
L rata rata = 101,14/5
= 20,22v
T rata- rata = 97,36/5
= 19,47
p= 60,04-60,00/2

t = 97,36

t =50,46

t =600,04

d rata rata= 50,46/5


= 10,09
t rata rata = 600,04/5
= 120,00

d = 10,10-10,08/2

= 0,02
l= 20,24-20,22/2
= 0.01

= 0,01
t = 120,02 120,00/2
= 0,01

Volume balok
V=pxlxt
= 60,02 x20,22 x 19,47
= 23628,87

= 0,40

V = 5,05

1. Pengukuran
Pengukuran didefinisikan sebagai suatu proses membandingkan
suatu besaran dengan besaran lain (sejenis) yang dipakai sebagai satuan.
Satuan adalah pembanding di dalam pengukuran. Pengukuran adalah
membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai
patokan. Jadi dalam pengukuran terdapat dua faktor utama yaitu
perbandingan dan patokan (standar).
2. Mistar
Setiap jangka sorong memiliki skala utama (SU) dan skala bantu
atau skala nonius (SN). Pada umumnya, nilai skala utama = 1 mm, dan
banyaknya skala nonius tidak selalu sama antara satu jangka sorong
dengan jangka sorong lainnya. Ada yang mempunyai 10 skala, 20 skala,
dan bahkan ada yang memiliki skala nonius sebanyak 50 skala.
Hasil pengukuran dengan menggunakan jangka sorong diberikan
oleh persamaan:
Hasil Pengukuran (HP) = Nilai Skala Utama Nilai Skala Nonius
dengan
Nilai Skala Utama = Penunjukan skala utama x
NST skala utama dan,
Nilai Skala Nonius = Penunjukan skala nonius x NST skala nonius.
atau,
Hasil Pengukuran (HP) (PSU NST SU) + (PSN NST Jangka Sorong)

NST Jangka Sorong =

dengan

NST SU
N

, dimana N = jumlah skala

nonius.
3. Mistar
Dimana mistar mempunyai skala terkecil 1 mm dengan batas ketelitian 0,5
mm atau setengah dari nilai skala terkecilnya.
4. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup memiliki dua bagian skala mendatar (SM)
sebagai skala utama dan skala putar (SP) sebagai skala nonius. NST
mikrometer sekrup dapat ditentukan dengan cara yang sama prinsipnya
dengan jangka sorong, yaitu :

NST Mikrometer

NS Skala Mendatar
Jumlah Skala Putar

0.5 mm
=0.01 mm
50 skala

1
x= . NST
n
1
x= .0 .01 mm=0.005 mm
2
Pada umumnya mikrometer sekrup memiliki NST skala mendatar
(skala utama) 0,5 mm dan jumlah skala putar (nonius) sebanyak 50 skala.
Hasil pengukuran dari suatu mikrometer dapat ditentukan dengan cara
membaca penunjukan bagian ujung skala putar terhadap skala utama dan
garis horisontal (yang membagi dua skala utama menjadi skala bagian atas
dan bawah) terhadap skala putar.

5. Neraca Ohauss
a. Neraca ohauss 311 gram
Neraca ini mempunyai 4 (empat) lengan dengan NST yang
berbeda-beda, masing-masing lengan mempunyai batas ukur dan
NST yang berbeda-beda. Untuk menggunakan neraca ini terlebih
dahulu tentukan NST masing-masing lengan kemudian jumlahkan
penunjukan lengan neraca yang digunakan.
b. Neraca ohauss 310 gram
Neraca ini mempunyai 2 lengan dan skala berputar yang
dilengkapi dengan nonius. Nonius pada alat ini tidak bergerak
seperti pada mistar Geser dan mikrometer, cara menentukan NST
dari alat ini, sama saja dengan mistar geser. Menentukan hasil
pengukurannya adalah dengan menjumlahkan pembacaan masingmasing lengan, skala berputar dan penunjukan nonius.

NS lengan 1
NS lengan 2
NS skala putar
NS Skala Nonius
19 SU
10 SN

= 100 gram
= 10 gram
= 0,1 gram
= 10 SN
= 10 SN
= 19 SU = 1,9 gram
1.9
=0.19 gram
1 SN = 10
NST

0.20
=0.01 gram
0.19

c. Neraca ohauss 2610 gram


Pada neraca ini terdapat 3 (tiga) lengan dengan batas ukur
yang berbeda-beda. Pada ujung lengan dapat digandeng 2 buah
beban yang nilainya masing-masing 500 gram dan 1000 gram.
Sehingga kemampuan atau batas ukur alat ini menjadi 2610 gram.
Untuk pengukuran di bawah 610 gram, cukup menggunakan semua
lengan neraca dan di atas 610 gram sampai 2610 gram ditambah
dengan beban gantung. Hasil pengukuran dapat ditentukan dengan
menjumlah penunjukan beban gantung dengan semua penunjukan
lengan-lengan neraca.
6. Angka penting atau angka berarti
a. Semua angka penting bukan nol adalah angka penting
b. Angka nol yang terletak di antara angka bukan nol termasuk angka
penting
c. Angka nol di sebelah kanan angka bukan nol termasuk angka
penting kecuali jika ada penjelasan lain, misalnya berupa garis di
bawah angka terakhir yang masih dianggap penting
d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol baik di
sebelah kanan maupun kiri koma desimal tidak termasuk angka
penting

Metode Eksperimen
Alat Dan Bahan
1. Alat

Mistar
Jangka sorong
Mikrometer sekrup
Neraca ohauss
Termometer

Stopwatch
Kaki tiga dan kasa
Pembakar bunsen
Gelas ukur

2. Bahan
Air secukupnya
Balok / Kubus
Bola (kelereng)
3. Identifikasi Variabel
1. Kegiatan 1. Pengukuran Panjang
a. Variabel terukur: panjang balok, tinggi balok, lebar balok, diameter bola
b. Variabel terhitung: volume balok dan bola
2. Kegiatan 2. Pengukuran Massa
a. Variabel terukur: massa balok dan bola
b. Variabel terhitung: massa jenis balok dan bola
3. Kegiatan 3. Pengukuran Waktu dan Suhu
4.

Variabel terukur: suhu air dan waktu

5. Prosedur Kerja
6. Kegiatan 1 pengukuran panjang
a. Mengambil mistar, jangka sorong dan micrometer sekrup kemudian menentukan NST dari
masing-masing alat ukur.
b. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk panjang, lebar dan tinggi balok
berbentuk kubus yang telah disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur diatas.
Mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan pada table hasil pengamatan dengan
disertai ketidakpastiannya.
c. Mengukur masing-masing sebanyak 3 kali untuk diameter bola (mengukur di tempat
berbeda) yang telah disediakan dengan menggunakan ketiga alat ukur diatas. Mencatat
hasil pengukuran yang telah dilakukan pada table hasil pengamatan dengan disertai
ketidakpastiannya.
7.
8. Kegiatan 2 pengukuran massa
a. Menentukan NST masing-masing neraca yang akan digunakan
b. Mengukur massa balok kubus dan bola (yang digunakan di pengukuran panjang) sebanyak
3 kali secara berulang.
c. Mencatat hasil pengukuran yang telah dilakukan dengan ketidakpastian pengukuran.
9.
10. Kegiatan 3 pengukuran suhu dan waktu

a. Menyiapkan gelas ukur, pembakar Bunsen lengkap dengan kaki tiga dan lapisan asbesnya
dan sebuah thermometer.
b. Mengisi gelas ukur dengan air hingga bagian dan meletakkan di atas kaki tiga tanpa ada
pembakar.
c. Mengukur temperaturnya sebagai teperatur mula-mula (To)
d. Menyalakan pembakar bunsen dan menunggu beberapa saat hingga nyalanya terlihat
normal
e. Meletakkan pembakar Bunsen tepat dibawah gelas kimia bersamaan dengan menjalankan
alat pengukur waktu.
f. Mencatat perubahan temperature yang terbaca pada thermometer tiap selang waktu 1
menit sampai diperoleh 10.
11.
12.
13.
14.
15. Hasil Eksperimen Dan Analisis Data
1. Hasil Eksperimen
16. Kegiatan 1 : Pengukuran Panjang
17.
18. Tabel 1.1 Pengukuran Panjang

20. B
e
n
d
a

19.
N

y
a
n
g
d
i
u
k
u
r

22. Hasil Pengukuran

21. Be
sar
an
ya
ng
diu
kur

26. Mistar

27. Jangka Sorong

28. Mikrometer
Sekrup

29.

32. Pa
nja
ng

30.
1

31. B
a
l
o
k

50. Le
bar

33.
|19,0 0,5| mm

34.
|20,20 0,05|mm

35.

|20,010 0,005| mm

39.
|20,0 0,5|mm

40.
|20,15 0,05| mm

41.

|19,890 0,005| mm

45.
|20,0 0,5|mm

46.
|20,20 0,05|mm

47.

|19,970 0,005| mm

51.
|19,0 0,5| mm

52.
|20,20 0,05|mm

53.

|19,430 0,005| mm

57.
|20,0 0,5|mm

58.
|20,20 0,05|mm

59.

|19,890 0,005| mm

63.
|20,0 0,5|mm

64.
|20,20 0,05|mm

65.

|19,930 0,005| mm

70.
|20,20 0,05|mm

71. |19,340 0,005| mm

75.
|20,0 0,5|mm

76.
|20,00 0,05|mm

77.

81.
|20,0 0,5|mm

82.
|20,25 0,05| mm

83.
|19,910 0,005| mm

87.
|16,00 0,5| mm

88.
|16,60 0,05| mm

89.
|16,490 0,005| mm

93.
|16,00 0,5| mm

94.
|16,60 0,05| mm

95.
|16,584 0,005|mm

99.

100.

69.
|20,0 0,5|mm

68. Tin
ggi

84.

85. B
o
l
a

86. Di
am
ete
r

|19,890 0,005| mm

101.

|16,00 0,5| mm

|16,60 0,05| mm

102.
103.

Kegiatan 2 : Pengukuran Massa

104.

Tabel 1.2 Pengukuran Massa (Neraca Ohauss 2610 gram)

105.

Nilai Skala Lengan 1 = 100 Gr

106.

Nilai Skala Lengan 2 = 10 Gr

107.

Nilai Skala Lengan 3 = 0,1 Gr

108.

Massa Beban Gantung

= -

|16,490 0,005| mm

1. B

e
n
d
a

2. Penunj

ukan
lengan
1

1. 0,00 g
2. 0,00 g
3. 0,00 g

3. Penunj

ukan
lengan
2

1. 60,00 g
2. 60,00 g
3. 6,00 g

4. Penunj

ukan
Lengan
3

1. 2,40 g
2. 2.40 g
3. 2,30 g

7. B

5. Massa Benda
6. (g)
8. 1.

|62.40 0,05|
g

a
l
o
k

9. 2.

|27,24 0,01|
K
u
b
u
s

g
10. 3.

|27,23 0,01|

1. 0,00 g
2. 0,00 g
3. 0,00 g

1. 0,00 g
2. 0,00 g
3. 0,00 g

1. 5,70 g
2. 5,70 g
3. 5,70 g

g
12. 1.

|5,26 0,01|
g

11. B

13. 2.

|5,24 0,01|
l
a

g
14. 3.

|5,31 0,01|
g

110.
111.
Be

Tabel 1.3 Pengukuran Massa (Neraca Ohauss 311 gram)


112.
114.
Penun.
len
ga
n1

115.
Penun.
leng
an 2

Hasil Pengukuran (gram)


116.
Penun.
len
gan
3

117.
Penun
.
le
ng
an
4

118.

Massa
benda (g)

119.
Ba

120. 123.
1.
1.
60,000
124.
2.
0,0
00 60,000
3.
121. 125.
60,000
2.
0,0
00
122.
3.
0,0
00

126.
1.
2,0
00
127.
2.
2,0
00
128.
3.
2,0
00

129.
132. 1.
1.
|62,340 0,005|
0,
133.
2.
34
|62,190 0,005|
0
130.
134. 3.
2.
|62,250 0,005|
0,
19
0
131.
3.
0,
25
0

135.
B

136.
1.
0,0
00
137.
2.
0,0
00
138.
3.
0,0
00

142.
1.
5,0
00
143.
2.
5,0
00
144.
3.
5,0
00

145.
1.
0,
76
0
146.
2.
0,
77
0
147.
3.
0,
77

139.
1.
0,00
0
140.
2.
0,00
0
141.
3.
0,00
0

148.

1.
|5,760 0,005|

149.

2.
|5,770 0,005|

150.

3.
|5,770 0,005|

0
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.

Neraca Ohauss 310 gram


Nilai Skala lengan 1 = 100 gram
Nilai Skala lengan 2 = 10 gram
Nilai Skala lengan 3 = 0,1 gram
Jumlah Skala Nonius = 10
NST Neraca Ohauss 310 gram

158.
159.
160.
161.
162.

: 10 SN = 19 SP (1,9 gram)
1,9
gram
1 SN = 10

1 SN = 0,19 gram
NST = (0,2 0,19) gram
= 0,01 gram
Tabel 1.4 Pengukuran Massa( Neraca Ohauss 310 gram)
164.

163.
Bend
a

166.
Penun.
len
ga
n1

167.
Penun.
len
ga
n2

171.
Balok
K
u
b
us

172.
1.
0,0
0
173.
2.
0,0
0
174.
3.
0,0
0

175.
1.
60,
00
176.
2.
60,
00
177.
3.
60,
00

Hasil pengukuran (gram)


168.
Penu
n.
le
n
g
a
n
3

169.
Penun
.
sk
al
a
no
ni
us

178.
1.
2,
4
0
179.
2.
2,
4
0
180.
3.
2,
4

181.
1.
0,
03
182.
2.
0,
02
183.
3.
0,
04

170.
Ma
ssa benda

184.

1.
|62,43 0,01|

185.

2. ,
|62,42 0,01|

186.

3. ,
|62,44 0,01|

188.
1.
0,0
0
189.
2.
0,0
0
190.
3.
0,0
0

187.
Bola

191.
1.
0,0
0
192.
2.
0,0
0
193.
3.
0,0
0

194.
1.
5,
7
0
195.
2.
5,
7
0
196.
3.
5,
7
0

197.
1.
0,
04
198.
2.
0,
05
199.
3.
0,
05

200.

1. ,
|5,74 0,01|

201.

2. ,
|5,75 0,01|

202.

3. ,
|5,75 0,01|

203.
204.

Kegiatan 3 : Pengukuran Waktu dan Suhu

205.
206.
207.

NST termometer
= 1C
Temperatur mula-mula (To) = 30C
NST Stopwatch
= 1 sekon
208.
Tabel 1.5 Hasil pengukuran waktu dan suhu

209.
N

212.
210.

Waktu(

211.

Temper
atur(oC)

s)

Peruba
han
Temperatur
(oC)

213.

214.

60 1

218.

120 1

221. 222.

180 1

1
217.
2

215.

31,0

216.

0,5
219.

32,5

0,5
220.

0,5
223.

34,5

1,0

1,5
0,5

224.

2,0

3
225.
4
229.
5
233.
6
237.

0,5
226.

240 1

230.

300 1

234.

360 1

227.

0,5

36,5

228.

0,5
231.

0,5

38,5

232.

0,5
235.

2,0
0,5

40,5
0,5

2,0

236.

2,0
0,5

2. Analisis Data
238.
Kegiatan 1
a. Balok
Mistar
Panjang
239.
240.
241.
242.

243.

244.
245.
246.
247.
248.
249.
Lebar

= 19,7 mm (3 angka penting)


1 = 19,0 19,7 | = 0,7 mm
2 = 20,0 19,7 | = 0,3 mm
3 = 20,0 19,7 | = 0,3 mm
p = maks = 1,0 mm
{p} = [ p p ] = [19,7 0,7] mm

250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
Tinggi

= 19,7 mm (3 angka penting)

1 = 19,0 19,7 | = 0,7 mm


2 = 20,0 19,7 | = 0,3 mm
3 = 20,0 19,7| = 0,3 mm
l = maks = 0,7 mm
{l} = [ l l ] = [19,7 0,7] mm

257.
258.

= 20,0 mm (2 angka penting)


{t} = [ t t ] = [ 20,0 0,5] mm

259. V =

p l t
= 19,7 mm 19,7

260.
mm 20,0 mm
= 7761,8 mm3
261. V =

p l t

262.

dV =

v
v
v
dp+ d l+ d t
p
l
t

263.

dV =

( p .l .t )
( p . l. t)
( p .l . t)
dp+
d l+
dt
p
l
t

264.

dV ( l . t ) dp+ ( p . t ) d l+ ( p . l ) d t
=
V
p .l .t

265.

dV dp d l d t
= + +
V
p l
t

266. dV =

|dpp + dll + dt t |v

267. V =

| pp + ll + tt | v

268. V =

0,7 0,7 0,5


+
+
|19,7
19,7 20,0| 7716,8 mm

269.

14,0+9,9
|14,0+394
| 7716,8 mm

270.

|37,9
394 | 7716,8 mm

271.

= 0.0961928934 7716,8 mm3

272.

= 742,301 mm3 = 700

273. V

= |V V| = (7700 700 mm3

Jangka sorong
Panjang
274.
275.
276.
277. p =
278. =

p1 + p2 + p3
3

p1= 20,20 mm
p2= 20,15 mm
p3= 20,20 mm

( 20,20+ 20,15+ 20,20 ) mm


3

279.

= 20,18 mm
=| pi p| mm

280.
1=|20,2020,18|
mm

281.
3

= |20,15 20,18| mm

= |20,20 20,18| mm

282.

= 0,02 mm = 0,03 mm

= 0,02 mm
maks

283.

= 0,03 mm

284.

maks

285.

{p} = [

= p
p p ] =

[ 20,18 0,03 ] mm

286.
Lebar
287.

l1

=20,20 mm

288.

l2

=20,20 mm

289.

l3

=20,20 mm

290.

l
=

291. =
292.

l 1 +l 2 +l 3
3

( 20,20+ 20,20+20,20 ) mm
3
= 20,20 mm


{ l } = [ l l

293.

= [ 20,20 0,05 ] mm

294.
Tinggi
295.

t1

=20,20 mm

296.

t2

=20,20 mm

297.

t3

=20,25 mm

298. t =
299. =

t 1 +t 2+t 3
3

( 20,20+ 20,20+20,25 ) mm
3

300.

= 20,22 mm
=|t it |mm

301.
1

302.

= |20,20 20,22| mm 2 = |20,20 20,22| mm

|20,25 20,22| mm
303.
mm

= 0,02 mm = 0,02 mm

304.

maks

305.

{t} = [

= t
t

= 0,03

t ] =

[ 20,22 0,03 ] mm
306.

V =

p l t

307.
mm 20,22 mm
= 8242,40 mm3
308.

309.

V =

p l t

dV =

v
v
v
dp+ d l+ d t
p
l
t

= 20,18 mm 20,20

310.

dV =

( p .l .t )
( p . l. t)
( p .l . t)
dp+
d l+
dt
p
l
t

311.

dV ( l . t ) dp+ ( p . t ) d l+ ( p . l ) d t
=
V
p .l .t

312.

dV dp d l d t
= + +
V
p l
t

313.

dV =

|dpp + dll + dt t |v

314.

V =

| pp + ll + tt | v

315.

V =

0,03 0,05 0,03


+
+
|20,18
20,20 20,22 | 8242,40 mm

316.

20,40+12.23
|12,25+8242,40
| 8242,40 mm

317.

44,88
|8242,40
| 8242,40 mm

38

= 0.005445016 8242,40 mm3

318.

319.

= 44,88 mm3 = 40 mm3


V

320.
(8240 40) mm3

321.
Mikrometer sekrup
Panjang
322.
323.
324.

p1= 20,010 mm
p2= 19,890 mm
p3= 19,970 mm

= (V V) mm3 =

325.
326.

p1 + p2 + p3
3

( 20,010+19,890+ 19,970 ) mm
3

327.

= 19,957 mm
=| pi p| mm

328.
1

329.
330.

= |20,010 19,957| mm

= 0,053 mm
2
= |19,890 19,957| mm

331.
332.
333.

= 0,067 mm
3
= |19,970 19,957| mm

334.

= 0,013 mm

335.

maks

= 0,067 mm

336.

maks

337.

{p} = [

= p
p p ] =

[ 19,957 0,067 ] mm

338.
Lebar
339.

l1

=19,430 mm

340.

l2

= 19,890 mm

341.

l3

19,930 mm

342.
343.

l
=

l 1 +l 2 +l 3
3

( 19,430+19,890+19,930 ) mm
3

344.

= 19,750 mm
=|l il|mm

345.
346.

1=|19,43019,750|

347.

= 0,320 mm
2=
|19,890 19,750|

348.
349.

= 0,140 mm

mm
mm

3=|19,750 19,930| mm

350.
351.

= 0,180 mm

352.

= l

{ l } = [ l l

354.
= [ 19,750 0,320 ] mm
355.
Tinggi
t1
356.
=19,340 mm
357.

t2

=19,890 mm

358.

t3

=19,910 mm

359.

t
=

360.

t 1 +t 2+t 3
3

( 19,340+19,890+19,910 ) mm
3

361.

= 19,713 mm
=|t it |mm

362.
363.

1=|19,34019,713| mm

364.

= 0,283 mm
2
= |19,890 19,713| mm

365.
366.
367.

= 0,177 mm
= |19,910 19,713| mm

368.

= 0,197 mm

369.

maks

370.

maks

371.

{t} = [

[ 19,713 0,283 ] mm
372.

= 0,320 mm

maks

353.

maks

V =

p l t

= 0,283 mm
= t
t

t ] =

373.

dV =

v
v
v
dp+ d l+ d t
p
l
t

374.

dV =

( p .l .t )
( p . l. t)
( p .l . t)
dp+
d l+
dt
p
l
t

375.

dV ( l . t ) dp+ ( p . t ) d l+ ( p . l ) d t
=
V
p .l .t

376.

dV dp d l d t
= + +
V
p l
t

377.

dV =

|dpp + dll + dt t |v

378.

V =

| pp + ll + tt | v

379.

V =

0,067 0,320 0,283


+
+
|19,957
19,750 19,713 | 7769,894 mm

380.

125.892+111,545
|26,085+7769,894
| 7769,894 mm

381.

263,522
|7769,894
| 7769,894 mm

382.

= 0.033915778 7769,894 mm3


= 263,522 mm3 = 200

383.

384.

= ( V V) mm3 = (7700 200) mm3

b. Bola (Kelereng)
Mikrometer sekrup
d 1=16,490
385.
mm
386.

d 2=16,580

mm

d 3=16,490

387.

388. d =
389. =

mm

d 1+ d2 + d3
3

( 16,490+16,580+16,490 ) mm
3

390. = 16,520 mm
=|d i d |mm

391.
392.

1=|16,49016,520|

393.

= 0,030 mm
2
= |16,580 16,520| mm

394.
395.
396.

mm

= 0,060 mm
3
= |16,490 16,520| mm

397.

= 0,030 mm

maks

398.

maks

399.

= d

{d} = [ d d ] =

400.

= 0,060 mm

[ 16,520 0,060 ] mm
401.
Jangka sorong
d 1=16,60
402.
mm
403.

d 2=16,60

mm

404.

d 3=16,60

mm

405. d =
406. =

d 1+ d2 + d3
3

( 16,60+16,60+ 16,60 ) mm
3

407. = 16,60 mm
{ d }=|d d|mm
408.

409.

Mistar

|16,60 0,05| mm

410.

d 1=16,0

mm

411.

d 2=16,0

mm

412.

d 3=16,0

mm

413. d =
414. =

d 1+ d2 + d3
3

( 16,0+16,0+ 16,0 ) mm
3

415. = 16,0 mm
{ d }=|d d|mm
416.

417.
418.

|16,0 0,5| mm

Kegiatan 2

a. Balok
Neraca ohauss 2610
419.

m1=62,40

420.

m2=

421.

m3=62,30

422.

m=

423.

gr

62,40 gr
gr

m1+ m2 +m3
3

( 62,40+ 62,40+62,30 ) gr
3

424.

62,37 gr

425.

=|mm

i| gr

1=|62,4062,37| gr

426.

2=|62,4062,37| gr

3=|62,3062,37| gr

427.

= 0,03 gr

= 0,03 gr

maks

428.

= 0,07 gr
= 0,07 gr

429.

maks

430.

m ] = [
{m} = [ m

= m

62,37 0,07 ] gr
431.
Neraca ohauss 311
432.

m1=62,340

gr

433.

m2=62,190

gr

434.

m3=62,250

gr

435.

m=

436.

m1+ m2 +m3
3

(62,340+62,190+62,250)gr
3
62,260 gr

437.

=|m i m
| gr

438.
439.

440.
441.
442.

= |62,340 62,260| gr
= 0,080 gr

= |62,190 62,260| gr
= 0,070 gr

443.

= |62,250 62,260| gr

444.

= 0,010 gr
maks

445.

= 0,080 gr

446.

maks

447.

m ] =
{m} = [ m

= m

[62,260 0,080 ] gr

Neraca ohauss 310


448.

m1=62,43

449.

m2=

62,42gr

450.

m3=

62,54gr

451.

m=

452.

gr

m1+ m2 +m3
3

(62,43+62,42+62,54)gr
3
62,46 gr

453.

=|m i m
| gr

454.
455.

2
= |62,43 62,46| gr
= |62,42 62,46| gr

= |62,54 62,46| gr
456.
457.

= 0,03 gr
maks

= 0,08 gr

= 0,04 gr

= 0,08 gr

458.

maks

459.

m ] =
{m} = [ m

[62,46 0,08 ] gr
460.
b. Bola
Neraca ohauss 2610

461.

m1=

5,70 gr

462.

m2=

5,70 gr

463.

m3=5,70

464.

m=

465.

466.

{ m }=[ m m]=[ 5,70 0,05 ] mm

gr

m1+ m2 +m3
3

(5,70+5,70+5,70) gr
=5,70 gr
3

Neraca ohauss 311


467.

m1=5,760

468.

m2=

469.

m3=5,770

470.

m=

471.

gr

5,770gr
gr

m1+ m2 +m3
3

(5,760+5,770+5,770)gr
3

= m

5,767 gr

472.

=|m i m
| gr

473.
474.

= |5,760 5,767| gr

475.
476.

= 0,007 gr
2

= |5,770 5,767| gr

477.
478.

= 0,003 gr
3

= |5,770 5,767| gr

479.

= 0,003 gr
maks

480.
481.

maks

482.

m ] = [
{m} = [ m

5,767 0,007 ] gr

= 0,007 gr

483.
Neraca ohauss 310
484.

m1=

485.

m2=5,75

gr

486.

m3=5,75

gr

487.

m=

5,74 gr

m1+ m2 +m3
3

= m

488.

(5,74+5,75+5,75) gr
3
5,75 gr

489.

=|m i m
| gr

490.
1

491.

= |5,74 5,75| gr

= |5,75 5,75| gr 1 =

|5,75 5,75| gr
492.

= 0,01 gr

= 0 gr

= 0 gr
maks

493.

= m

m ] = [ 5,75 0,01 ] gr
{m} = [ m

494.
495.

Massa Jenis

496.

m
v

497.
*Massa yang digunakan adalah massa rata-rata yang diukur
dengan neraca ohauss 310 gr
498.
1. Balok
62,46 gr
1
499.
= 7716,8 mm3 = 0,008094 gr/mm3
500.

501.

2 =

62,46 gr
3
8242,40mm

3 =

62,46 gr
3
7769,894 mm

= 0,007578 gr/mm3

502.

503.

= 0,008038 gr/mm3

2. Bola
Mistar
504.

v=

1
6

d3

1=

m
v

505.

1
6

1
3
6 3,14 4096 mm

3,14 ( 16,0 mm )

62,46 gr
2143,57 mm 3
506.

0,02914 gr/mm3
507.
= 2143,57 mm3
508.

Jangka Sorong
509.

v=

510.

1
6

d3

1
6

1
3
6 3,14 4096 mm

1
6

d3

1
6

2 =

m
v

3,14 ( 16,0 mm )

62,46 gr
3
2143,57 mm

511.

0,02914 gr/mm3
512.

= 2143,57 mm3

513.

Mikrometer sekrup
514.

v=

515.

62,46 gr
2359,45 mm 3

3 =

m
v

3,14 ( 16,520 mm )

516.

1
3
6 3,14 4508,5 mm =

0,02647 gr/mm3
517.

= 2359,45 mm3

518.
519.
520.

Pembahasan
521.

Berdasarkan hasil pengamatan kami lakukan, pada tabel pengamatan

diatas dengan melakukan percobaan tentang dasar pengukuran dan ketidakpastian dengan
menggunakan alat ukur mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup untuk mengukur
panjang, tinggi, dan lebar balok dan bola, serta mengukur massa dengan neraca ohauss
pada balok dan bola. Dilakukan pengukuran berulang sebanyak 3 kali dan menghasilkan
pengukuran rata-rata. Kemudian stopwatch, dan termometer pada air dilakukan
pengukuran sampai menit ke 10. Dari hasil pengamatan kami, yang menjadi implikasi
percobaan adalah karena adanya gangguan angin dari AC ruangan sehingga
menyebabkan susahnya mengukur dengan menggunakan neraca ohauss. Juga, karena
permukaan meja yang tidak rata kemungkinan menyebabkan kesahalan kalibrasi pada
neraca.
522.
523.

Simpulan dan Diskusi

524.

Dari percobaan dasar pengukuran dan ketidakpastian ini, dapat ditarik kesimpulan

yaitu NST suatu alat ukur akan mempengaruhi hasil pengukuran alat ukur itu sendiri dan
semakin kecil NST suatu alat ukur maka semakin teliti pula alat ukur tersebut. Untuk
mengurangi kesalahan pengukuran, sebelum melakukan percobaan, kita harus
memastikan tidak ada gangguan apapun yang dapat membuat kesalahan pada percobaan
tersebut.
525.
526.

Daftar Rujukan

527.
Laboratorium Fisika Dasar FMIPA UNM. 2014. Penuntun Praktikum Fisika
Dasar 1. Makassar
528.
529.

Anda mungkin juga menyukai