PENDAHULUAN
Dalam penelitian ilmiah, pengolahan nilai dan data lebih diutamakan daripada
pernyataan, bahkan dalam pekerjaan bukan ilmiah sekalipun. Sejak dahulu orang –
orang telah menemukan perlunya pengukuran yang dinyatakan dalam angka – angka
dan satuan yang jelas. Di dalam pengukuran harus ada yang namanya ketepatan
pengukuran.
Dari tahun ke tahun, ketepatan pengukuran banyak mengalami perubahan
karena pemikiran manusia yang terus berkembang. Dan ditetapkanlah sebuah
keputusan internasional menjadi awan dari setiap kegiatan ilmiah maupun non-
ilmiah. Sehingga percobaan ini dilakukan agar kita dapat membandingkan tingkat
ketelitian dari jangka sorong.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Arisworo, 2006)
(Chang, 2000)
2
Karena mengukur merupakan kegiatan untuk membandingkan sesuatu dengan
sesuatu lainnya yang digunakan sebagai standar acuan dengan menggunakan alat
ukur, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat ukur adalah : 1)
Batas ukur dan batas kerja alat, yaitu nilai minimum dan nilai maksimum yang dapat
diukur dengan alat itu. Sebelum menggunakan alat-alat, kita harus membaca dahulu
batas kerja alat itu. 2) Ketelitian alat (akurasi alat ukur), yaitu nilai terkecil yang
dapat diukur dengan teliti oleh alat tersebut. 3) Kesalahan titik nol (zero error), yaitu
penunujukan skala awal ketika alat belum digunakan. 4) Kesalahan kalibrasi alat,
yaitu kesalahan teknik pada pembuatan skala dari alat itu sendiri. 5) Kesalahan
penglihatan (paralaks), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh cara mengamati yang
kurang tepat. Bisa saja karena kedudukan mata pengamat tidak tepat. Untuk
menghindarinya, maka kedudukan mata pengamat harus tegak lurus pada tanda yang
dibaca. Maka dari itu, alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi
diantaranya jangka sorong dan mikrometer sekrup.
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Secara umum,
jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka
sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap
dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser.
Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala
utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius
memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling
berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius
adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka
sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.
3
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. (Nova
Nurfauziawati, 2010)
Jangka sorong adalah suatu alat ukur yang dapat membaca jarak diantara tiap
muka ukur melalui skala utama dan skala vernier, yaitu dengan menggerakkan eretan
yang mempunyai satu atau dua rahang muka ukur yang sejajar dengan muka ukur
yang terdapat pada badan sehingga membentuk satu atau dua pasang muka ukur
untuk pengukuran luar dan dalam.
Skala vernier adalah suatu skala untuk membaca lebih halus yaitu dengan
membagi (n-1) skala menjadi n atau nl2 bagian yang sama, juga disebut sub skala.
Galat peralatan adalah suatu perbedaan antara pembacaan jangka sorong dari
nilai yang sesungguhnya.
Galat total adalah suatu galat yang mencakup semua kesalahan yang
disebabkan oleh berbagai unsur primer.
Tata nama suku jangka sorong sebagaimana tercantum pada gambar di bawah
ini :
4
Keterangan :
5. SekruP Pengencang
6. Badan
B. Skala
9. Muka Penuntun
11. Eretan
Catatan :
2.3 Klasifikasi
1. Jangka sorong tipe M adalah jangka sorong yang mempunyai rahang bebas
untuk pengukuran dalam pada rahang pengukuran lua.r, dengan atau tanpa
5
pengatur kehalusan. untuk jangka sorong yang mempunyai rentang ukur 300
mm dilengkapi dengan bilah pengukur kedalaman untuk pengukuran
kedalaman.
2. Jangka sorong tipe CNI adalah jangka sorong yang mempunyai muka ukur
luar dan muka ukur dalam pada rahang yang sama, dengan atau tanpa
pengatur kehalusan.
2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;
4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.
6
Pembacaan hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur
dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang ditunjukkan oleh
jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk pembacaan digital, hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada monitor digitalnya. Jangka sorong yang
menggunakan skala nonius, cara pembacaan ukurannya secara singkat sebagai
berikut:
7
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Alat
1. Jangka Sorog
3.1.2 Bahan
2. Angka skala dibaca pada skala utama yang berada disebelah kiri dari angka
nol nonius. Setelah itu garis skala nonius dilihat yang keberapa yang terimpit
dengan garis skala utama. Hasil penjumlahan angka pada skala utama dengan
angka nonius dikali 0,05 mm merupakan hasil pengukuran tersebut.
8
1. Pipa dimasukkan kedalam rahang CD kemudian roda R digeser kearah luar
sehingga kedu rahang itu tepat menyentuh sisi bagia dalam pipa.
2. Pembacaan pengukuran dilakukan dengan cara yang sama seperti pada no.
2 diatas.
1. Pipa diletakkan secara tegak diatas meja lalu roda R digeser kearah luar
sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh bagian atas
pipa.
2. Pembacaan pengukuran dilakukan dengan cara yang sama seperti pada no.
2 diatas.
9
BAB IV
4.1 Hasil
10
c. Pipa Besi
4.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan kita dapat mengetahui kegunaan dan cara perhitungan
hasil pengukuran (Hp) dari jangka sorong tersebut. Jangka sorong telah terbukti dapat
digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam maupun bagian luar serta tinggi
kedalaman pipa atau silinder. Pada alat ini terdapat dua satuan pengukuran yaitu
millimeter dan inchi, namun pada hasil pengamatan di atas menggunakan satuan
millimeter, dengan masing – masing mempunyai skala utama (SU) dan skala nonius
(SN). Jangka sorong ini mempunyai ketelitian sampai 0,05 mm.
11
Misalnya pada diameter luar pipa besi : SU = 25 mm, SN = 3 mm. Jadi hasil
pengukuran = 25mm + (3*0,05 mm) = 25.15 mm
Begitu pula sebenarnya untuk mencari hasil pengukuran dari diameter dalam,
luar, dan kedalaman benda. Kemudian untuk menghitung nilai rata – rata hasil
pengukuran diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman benda juga menggunakan
rumus yang sama, yaitu :
Misalnya pada diameter luar pipa besi, Hp1 = 25.15 mm, Hp2 = 25.2 mm, Hp3
= 25.3 mm, Hp4 = 25.325 mm, Hp5 = 25.175 mm. Jadi, nilai rata – ratanya adalah
25.23 mm.
Pada hasil pengukuran terlihat jelas bahwa pengukuran pada ulangan 1 hingga
5 berbeda, hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian dalam pengamatan dan
kemungkinan kurang tepatnya penguncian jangka sorong tersebut.
12
BAB V
KESIMPULAN
1. Jangka sorong adalah alat ukur yang tepat digunakan dalam pengukuran
diameter dalam, diameter luar, dan tinggi kedalaman pipa.
4. Nilai rata –rata pipa plastic pada diameter luar = 20.31 mm, pada diameter
dalam = 17.755 mm, dan tinggi benda = 128.6 mm.
5. Nilai rata –rata pipa plastic pada diameter luar = 31.645 mm, pada diameter
dalam = 27.4055 mm, dan tinggi benda = 11.1705 mm.
6. Nilai rata –rata pipa plastic pada diameter luar = 25.23 mm, pada diameter
dalam = 21.185 mm, dan tinggi benda = 99.6155 mm.
13
DAFTAR PUSTAKA
Afan Rizqun Syaril. 2011. Kegunaan Jangka Sorong. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Arisworo Djoko, dkk. 2006. Fisika Dasar. Jakarta : Grafindo Media Pratama
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan. Jakarta :
PT. INTIMA
14
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Pipa Besi
a. Diameter Luar
Ulangan I : SU = 25 mm, SN = 3
Ulangan II : SU = 25 mm, SN = 4
= 25.23 mm
15
b. Diameter dalam
Ulangan II : SU = 21 mm, SN = 4
Ulangan V : SU = 21 mm, SN = 3
= 21.185 mm
c. Tinggi kedalaman
Ulangan I : SU = 99 mm, SN = 4
16
Ulangan III : SU = 99 mm, SN = 6
= 99.165 mm
a. Diameter Luar
Ulangan IV : SU = 31 mm, SN = 3
17
Ulangan V : SU = 32 mm, SN = 3.5
= 31.645 mm
b. Diameter dalam
= 27.4055 mm
18
c. Tinggi Kedalaman
Ulangan IV : SU = 10 mm, SN = 8
= 11.1705 mm
3. Pipa Plastik
a. Diameter Luar
Ulangan I : SU = 20 mm, SN = 9
19
Ulangan III : SU = 20 mm, SN = 0
Ulangan IV : SU = 20 mm, SN = 9
= 20.315 mm
b. Diameter Dalam
Ulangan II : SU = 18 mm, SN = 0
Ulangan IV : SU = 18 mm, SN = 4
20
Ulangan V : SU = 18 mm, SN = 3
= 20.315 mm
c. Tinggi Kedalaman
= 128.6 mm
21
LAMPIRAN C
1. Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah
berapa ketelitian jangka sorong itu !
Penyelesaian :
22
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
23
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat
dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan
dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengukur adalah
kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui
panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume. Dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Pentingnya
besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu
untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala
tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi pengukuran
yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran kemudian
ditetapkan sebagai satuan. Pengukuran merupakan hal yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Alat yang digunakan untuk mengukur ada banyak, diantaranya
mikrometer sekrup. Percobaan ini dilakukan agar kita dapat membandingkan tingkat
ketelitian dari mikrometer sekrup.
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikrometer adalah alat ukur yang dapat dilihat dan mengukur benda dengan
satuan ukur yang memiliki 0,01mm. Spindel dibuat dari baja campuran dan
seluruhnya disepuh keras. Murkontra mengunci setiap kedudukan sudah dalam skala
dapat disetel nol untuk memulai kerja batas ukur mikrometer dari 0-13 mm sampai
ukuran terbesar 575-600 mm. Sorong dibuat terbentuk tombol untuk memudahkan
penggunaannya. Sekang terbuat dari baja pipa stop,sekerup fungsinya untuk
menjamin tekanan yang merata. Mikrometer itu sangat peka terhadap pegangan
tangan panas yang terlalu lama sehingga menimbulkan pemuian dengan akibat
pembacaan yang tidak teliti. Oleh karena itu, jangan dipegang terlalu lama dari
semestinya.
2. Perhatikan garis yang berimpit antara garis mendatar pada skala utama denagn
garis skala pertama selubung luar.
Misalnya : skala utama 2,5 mm,garis yang berimpit antara garis mendatar
adalah garis ke 38.Jadi,dari satu dan 2 dapat di peroleh bacaan mikrometer sekerup =
25
2,5mm + 0,38 = 2,88 mm.Maka panjang (ketebalan) aluminium tersebut adalah 2,88
mm.
Mikrometer sekerup memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti dai pada
jangka sorong .ketelitiannya sampai 0,01mm.
- poros tetap
- poros geser/putar
- skala utama
- skala nonius
- pemutar
- pengunci
1. Skala utama terdiri dari : 1,2,3,4,5 mm dan seterusnya dan nilai tengah 1,5 ;
2,5 ; 3,5 ; 4,5 ; 5,5 dan seterusnya.
2. Skala putar,terdiri dari skala satu (1-50) setiap skala putar berputar mundur 1
putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm.
Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan
satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm.Satu mikrometer adalah secara luas
26
digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat
dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot.
Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrology, studi dari pengukuran,
27
Bola mengukur perhatikan bahwa muka landasan dan muka spindel dalam
keadaan tegak lurus dan pada benda yang akan diukur. Sorongnya dibagi menjadi 25
bagian, karena satu putaran penuh adalah sama satu bagian kecil pada lidah skala
(0.025), maka setiap bagian pada sorong adalah 0.001. Pada lidah skala dibuat bagian
besar yang merupakan sepersepuluh inchi, yaitu 0.100 setiap bagian besar di bagi lagi
menjadi 4 bagian kecil masing-masing sebesar 0.025. (B.H.Amstead.dkk, 1993)
Ulir mikrometer mempunyai kisaran ½ mm. ini berarti dua putaran sorong
akan menggerakkan spindel 1 mm. garis skala dibagi dalam dua macam / guratan.
Bagian atas memberikan dalam milimeter dan bagian bawah dalam tengahan
milimeter / skala sorong dibagi dalam 50 bagian yang sama dalam lima bagian. Setiap
bagian skala adalah 1/50 dari ½ mm = 1/100 mm (0.025), maka setiap bagian pada
sorong adalah 0.001 cm.
Mikrometer itu sangat peka terhadap pegangan panas yang terlalu lama
sehingga menimbulkan pemuian denagn akibat pembacaan yang tidak teliti. Karna itu
jangan di pgang terlalu lama dari pada semestinya. Bila mengukur perhatikan muka
landasan dan muka spindel dalam keadaan tegak lurus pada benda yang akan di ukur.
Pada mikrometer inchi ini ada yang nama-1. Pada mikrometerbichi ini ada
yang namanya pal stop / sekeru perasa fungsinya untuk menjamin tekanan yang
merata. Perhatikan bahwa muka yang kotor atau berminyak akan nmemberikan
pembacaan yang salah.
28
BAB III
METODOLOGI
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
1. Kelereng 1 buah
2. Triplek 1 buah
3. Karton 1 buah
4. Kaleng 1 buah
29
skala nonius telah satu garis dengan garis tengah skala utama.Apabila belum
maka perlu dilakukan penyetelan sehinnga kondisi nol tersebut dapat
dicapai.Untuk penyetelan mikrometer tersebut dapat ditanyakan pada asisten.
2. Setelah posisi nol dicapai maka diletakkan benda yang akan diukur diantara
ujung A dan B dengan memutar sekerup S sehingga ujung A dan B tepat
menyentuhkedua sisi benda itu.Pemutaran sekerup S diputar lagi sampai
terdengar krik-krik lalu penahan K digeser kearah anak panah agar kedudukan
skala tidak berubah lagi walaupun mikrometer tersebut diletakkan sembarang.
30
BAB IV
4.1 Hasil
Diameter/ketebalan
Nama benda (mm) Nilai rata-rata (mm)
su sn hp
Kelereng bening 16 46 16.45
16 47 16.47 16.45
16 43 16.43
Kelereng susu 15 36 15.36
15 35 15.35 15.32
15 37 15.37
Triplek 3 10 3.1
5 45 5.45 4.19
4 4 4.04
Lempeng 2 21 2.21
2 27 2.27 2.24
2 24 2.24
Karton 3 12 3.22
3 31 3.31 2.95
2 33 2.33
31
4.2 Pembahasan
1. kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang di buat.
4. kesalahan dari kita sendiri yang tidak teliti dalam membaca skala pada
mikrometer
32
BAB V
KESIMPULAN
a. Triplek : 4.19 mm
b. Lempeng : 2.24 mm
d. Karton : 2.95 mm
33
DAFTAR PUSTAKA
Sears F.w, dan M.W. Zemasky, 1995, Universitas Physics, Addison Publishing
Company Inc.
Sterford John, Guy Mc Murdo, 1999, Teknologi kerja logam, Erlangga, Jakarta.
Team jurusan Teknik Kimia 2000, Unimal – Pratikum Fisika Dasar – Lhokseumawe.
34
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
a. Kelereng bening
1. Su=16mm sn=46mm
Hp=0,01 (su+sn)
=0,01 (16+46)
=16,46mm
2. Su=16mm sn=47mm
Hp=0,01(16+46)
=16,47mm
3. Su=16mm sn=43mm
Hp=0,01 (16+43)
=16,43mm
b. Kelereng susu
1. su= 15mm sn=36mm
35
= 15,36mm
c. Triplek
1. su= 3mm sn= 10mm
3. su = 4mm sn = 4mm
d. Lempeng
36
1. su = 2mm sn = 21mm
2. su = 2mm sn=27
Hp = 0,01 ( 2+27)
= 2,27mm
3. su = 4mm sn = 24mm
e. Karton
1. su= 3mm sn = 12mm
2. su = 3mm sn = 31 mm
3. su = 2mm sn = 33mm
37
LAMPIRAN C
1. Apakah mungkin ketelitian micrometer sekrup ini dapat diperkecil lagi dari 0,001
mm?
Jawab:
Tidak mungkin, karena setelah dikaitkan dengan ketelitian mikrometer sekrup (0,01
mm), dan ditambahkan dengan skala noniusnya, nilainya semakin tinggi.
Seperti contoh: misalnya skala utama yang terlihat adalah 1,50 mm dan skala angka
nonius adalah 21 mm berarti pengukurannya adalah 1,50 mm + (0,21 mm) = 1,71
mm.
38
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
39
Kertas Kardus
Lempengan Besi
BAB I
PENDAHULUAN
40
licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala
mikroskopis. Ketika kita mencoba menggerakan sebuah benda, tonjolan-tonjolan
miskroskopis ini mengganggu gerak tersebut.. Ketika sebuah benda bergerak,
misalnya ketika kita mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku
tersebut mengalami hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan antara
permukaan bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan
buku dengan udara, di mana dalam skala miskropis, hal ini terjadi akibat
pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut.
a. Mempelajari keadaan static dan dinamik benda padat pada bidang datar.
41
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
42
pada bendayang bergerak slalu berlawanan arah dengan arah gesekan benda
tersebut.Secara umum gaya gesek dapat dituliskan sebagai suatu ekspansi deret,
yaitu:
di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis
fluida.
Gaya gesek dapat merugikan atau bermanfaat. Panas pada poros yang
berputar, engsel pintu yang berderit, dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian
yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat
berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas lantai.
Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil hanya akan slip dan
tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat
tercipta parasut (Dogra.1985).
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara
titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti (menggeser).
Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang
disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda yang berputar tegak
lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek spin (spin friction).
Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagai gaya Coriolis-Stokes atau
gaya viskos (viscous force).
Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif
satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama (Sukarjo.1985)
43
2.2 Gaya gesek statis
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda
meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan
dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek kinetis.
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat
sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan
sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya
normal f = μs Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki
nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya
gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan
oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah.
Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan
terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk
menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis
(Sukarjo.1985).
1. Gaya gesekan antara alas kaki dengan lantai pada saat berjalan. Jika
permukaan lantai atau telapak kaki licin, maka dapat dipastikan orang yang
berjalan tersebut akan jatuh tergelincir.
2. Gaya gesekan pada penggunaan rem sepeda atau mobil, yang berfungsi untuk
menghentikan laju kendaraan tersebut.
3. Gaya gesekan udara saat parasut dikembangkan, dan sebagainya.
44
2.4 Gaya gesekan yang merugikan
1. Gaya gesekan pada komponen mesin yang berputar dan bersentuhan satu
sama lain. Gaya gesekan ini merugikan karena akan menimbulkan panas dan
mesin cepat aus sehingga akan mudah rusak. Cara untuk mengurangi
pengaruh gaya gesek ini dengan memberi minyak pelumas pada mesin. Cara
lain dalam mengurangi gaya gesekan pada mesin adalah dengan memasang
bola-bola besi keeil di antara bagian yang berputar, contohnya adalah pada
poros roda sepeda.
2. Gaya gesekan antara permukaan ban dengan jalan raya. Pada jalan yang kasar
atau tidak rata, gaya gesekan antara roda dengan jalan sangat besar sehingga
sulit untuk melaju dengan cepat. Oleh karena itu, pada jalan raya dilapisi
dengan aspal supaya halus dan kendaraan dapat melaju dengan cepat.
3. Gaya gesekan udara dengan benda yang begerak. Contohnya mobil balap
didesain sedemikian rupa supaya gaya gesekan udara tidak mengurangi
kelajuan mobil. Bentuk mobil dengan memperkecil gaya gesekan udara
disebut bentuk mobil yang aerodinamis
(http://pustakafisika.wordpress.com/2013/04/20/gaya-gesekan-yang-
menguntungkan-dan-merugikan/ ).
`Dalam Hal ini, akanada dua macam keadaan yang akan dibahas, yaitu dalam
tikungan datar dan tikungan miring. Untuk yang tikungan miring akan dibahas dua
macam, yaitu tanpa gesekan dan dengan gesekan. Hal yang dibahas adalah berapa
kecepatan yang diijinkan untuk sebuah kendara bermotor untuk menempuh tikungan
itu.
45
Dalam hal ini tikungan kita anggap sebagai lingkaran. Maka bila ada
kendaraan yang ingin menikung, pasti ada gaya sentripetal yang arah menuju pusat
lingkaran. Pada jalan datargaya gesek statis yang bekerja pada ban ke pusat lingkaran
merupakan gaya sentripetal. Sehingga untuk mencari besarnya kecepatan yang
diijinkan digunakan persamaan berikut:
fs = Fs
µkN = (mv2) : R , sehingga:
dengan:
fs = Gaya Gesek Statis
µs = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal (m.g)
v = Kecepatan
m = Massa
R = Jari - Jari
g = Percepatan Gravitasi
2. Tikungan Miring
Dalam hal tikungan miring ada dua hal yang akan di bahas, yaitu dengan atau
tidak dengan gesekan. Hal ini akan dibahas satu persatu.
a. Tanpa Gesekan
Sama halnya dengan tikungan datar, saat kendaraan menikung, gaya gesek
mengarah ke pusat. Namun dalam hal ini besarnya gaya gesek adalah N sinA,
sehingga didapatkan rumus:
N sinA = (mv2) : R
Selain itu juga didpatkan bahwa besarnya gaya berat yang bekerja adalah gaya
normal dikalikan cosinus dari sudut kemiringan, atau dapat dituliskan:
46
N = (mg) : cosA
dengan:
N = Gaya Normal (m.g)
v = Kecepatan
m = Massa
R = Jari - Jari
A = Sudut Kemiringan
g = Percepatan Gravitasi
b. Dengan Gesekan
Tikungan sirkuit balap dibuat miring dengna maksud tertentu. Sirkuit dibuat
miring agargaya normal yang bekerja pada mobil memiliki komponen horizontal ke
arah pusat lingkaran untuk memnberikan gaya sentripetal. Untuk mencari besarnya
kecepatan yang diijinkan untuk menempuh sebuah tikungan dengan gaya gesek
dengan kemiringan sudut sebesar A adalah:
dengan:
v = Kecepatan
µs = Koefisien Gesek Statis
R = Jari - Jari
47
A = Sudut Kemiringan
g = Percepatan Gravitasi
( http://www.comp.nus.edu.sg/)
BAB III
METODOLOGI
1.Timbangan
2.Stop watch
3.Mistar
4.Tali Pengikat
7.Bidang miring
48
1. Menimbang dan mencatat massa dari tiap benda yang dipelukan.
2. Meletakkan benda pada suatu posisi diatas meja kemudian menghubungkan
benda dan tempat beban dengan tali.
3. Memberi beban pada tempat beban,mulai dari beban yang kecil,kemudian
menambahkan sedikit demi sedikit hingga benda tepat bergerak.
1. Memberi beban pada tempat beban sehingga system bergerak dengan cepat.
2. Mencatat waktu yang dibutuhkan oleh tempat beban untuk tiba dilantai.
3. Mengulangi langkah 2 sebanyak 8 kali.
C. Bidang Miring
1. Menyusun peralatan
2. Memberikan sudut kemiringan ( 5o)
3. Melakukan prosedur A dan B di atas
4. Mengulangi sebanyak 8 kali.
49
BAB IV
4.1 Hasil
50
C. Bidang miring
t rata-
Ulang Massa Massa rata
h(m) v(m/s) W(N) Fk N
an A(kg) B(kg) (seko
n)
1 0.25 0.2 0 0.5 0 1,96 20 1,3 2,2932 1,76
2 0.25 0.3 1,58 0.5 0.316 2,94 20 0,87 2,3020 2,64
3 0.25 0.5 0.74 0.5 0.67 4,9 20 0,7 3,213 4,54
4.2 Pembahasan
Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Pada percobaan ini, balok yang memiiki massa benda (Ma)
250 gram yang ditarik oleh sebuah beban (Mb) yang memiliki massa 100 gram,
tampak bahwa balok yang bergerak karena diberikan sedikit demi sedikit beban.
Pada saat balok kayu yang memiliki massa 250 gram ditarik oleh massa beban
dari yang 200 gram, 300 gram, dan 500 gram, tampak bahwa balok sedikit demi
sedikit bergerak dan semakin cepat bergerak. Jika tarikan beban semakin kuat, terlihat
bahwa pada suatu harga tertentu balok mulai bergerak, gaya yang sama menghasilkan
gaya yang dipercepat, dengan memperkecil kembali gaya tarik tersebut, kita dapat
menjaga balok tersebut tetap bergerak dengan laju tetap (tanpa percepatan) dan juga
bisa mempercepat gerak balok tersebut dengan menambahkan gaya tarik.
51
Dari hasil percobaan dapat digambarkan grafk antara Fk kinetic dengan Fk
bidang miring terhadap Mb
Gaya gesek kinetic terjadi ketika dua buah benda bergeser relative satu sama
lain dan saling bergesekan. Dari data grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar
massa beban yang diberikan dan sejajar pula gaya gesekan kinetic yang didapatkan.
Karena semakin besar berat beban yang akan memberikan gaya yang dibutuhkan
semakin besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa gaya gesek yang bekerja pada benda
akan bergerak dan garisnya hampir sama.
Nilai koefisien gesek dari dua permukaan yang bergesekan menunjukkan nilai
kekasaran kedua permukaan tersebut. Pada saat benda mulai bergerak, yang berlaku
adalah gaya gesek kinetic. Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar massa
benda yang diberikan, semakin kecil pula nilai koefisien gesek statis, yaitu semakin
besar massa benda yang diberikan semakin besar pula koefisien gesek statis. Dan ini
selaras dengan teori yang diberikan bahwa s> k.
52
BAB V
KESIMPULAN
1. Gaya gesek dapan mengurangi laju suatu benda sehingga dapat juga
menghilangkan energi benda tersebut.
2. Gaya gesek statis lebih besar disbanding gasa gesek kinetik sehingga dapat
menahan benda untuk tetap diam.
3. Semakin berat beban yang diberikan maka benda semakin cepat meluncur.
4. Semakin besar sudut permukaan maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk
membuat benda mendaki ke atas.
53
DAFTAR PUSTAKA
(http://pustakafisika.wordpress.com/2013/04/20/gaya-gesekan-yang-menguntungkan-
dan-merugikan/ ).
( http://www.comp.nus.edu.sg/).
54
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
a. Ma = 0,25 kg
Mb = 0.2 kg
Ms = = 1,75
b. Ma = 0,25 kg
Mb = 0.3 kg
Ms = = 1,66
55
c. Ma = 0,25 kg
Mb = 0.5 kg
Ms = = 0,7
LAMPIRAN C
1. Hitunglah gaya berat total pada beban dengan menganggap g = 9.8 m.s -2 pada tiap
bagian percobaan!
2. Hitunglah besarnya gaya gesek statis dan koefisien gesek statis
(dari bagian A)!
3. Tentukan percepatan gerak sistem (dari bagian B)!
4. Tentukan gaya gesek kinetis yang dialami benda dan koefisien gaya gesek kinetis
permukaan!
5. Apakah kesimpulan anda?
Jawab
1. m = 0.2 kg w = m.g
= 0.2 kg x 9.8 m.s-2
= 1.96 J
56
m = 0.3 kg w = m.g
= 0.3kg x 9.8 m.s-2
= 2,94 J
m = 0.5 kg w = m.g
= 0.5 kg x 9.8 m.s-2
= 4,59 J
2. F = fs
fs = m2.a
a = = = 0,725 m.s-2
fs = 0.2 kg x 0,725 m.s-2
= 0.145 N
µs = fs / N
N = m2.g = 0.2 kg x 9.8 m/s2 = 1.96 N
µs = 0.145 N / 1.96 N = 0.074
3. a) m = 0.2 kg a = = = 0 m.s-2
4. a) a =
a = = = 0,725 m.s-2
µk = =
57
= -0,582
5. Gaya gesek dapat mengurangi laju suatu benda sehingga dapat juga menghilangkan
energi benda tersebut.
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
Busur Mistar
58
Stopwatch Timbangan
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari
yangada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang
kita pergunakansetiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita, salah satu
contohnya adalah permainan ditaman kanak-kanak, yaitu ayunan. Sebenarnya ayunan
ini juga dibahas dalam ilmu fisika, dimana dari ayunan tersebut kita dapat
menghitung perioda yaitu selang waktu yang diperlukan beban untuk melakukan
suatu getaran lengkap dan juga kita dapat menghitung berapa besar gravitasi bumi di
suatu tempat.
Pada percobaan ini, ayunan yang dipergunakan adalah ayunan yang dibuat
sedemikian rupa dengan bebannya adalah bandul fisis.
Pada dasarnya percobaan dengan bandul ini tadak terlepas dari getaran, dimana
pengertian getaran itu sendiri adalah gerak bolak balik secara periodia melalui titik
kesetimbangan. Getaran dapat bersifat sederhana dan dapat bersifat kompleks.
Getaran yang dibahasntentang bandul adalah getaran harmonik sederhana yaitu suatu
getaran dimana resultan gaya yang bekerja pada titik sembarangan selalu mengarah
59
ke titik kesetimbangan dan besar resultan gaya sebanding dengan jarak titik
sembarang ketitik kesetimbangan tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara
bebas dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang
mempunyai ayunan.dalam bidang fisika,prisip ini pertama kali ditemukan pada tahun
1602 oleh gali leo gali lee,bahwa perioda (lama gerak osilasi satu
ayunan,T).dipengaruhi oleh panjang tali dan percepatan grafitasi.Gerak osilasi yang
popular adalah gerak osilasi pendulum (bandul).pendulum sederhana terdiri dari
seutas tali ringan dan sebuah bola kecil (bola pendulum) bermassa m yang di
gantungkan pada ujung tali,gaya gesekan udara kita abaikan dan massa tali sangat
kecil sehingga dapat diabaikan relative terhadap bola.dengan bandul pun kita dapat
mengetahui grafitasi di tempat bandul tersebut diuji.
Bandul sederhana adalah sebuah benda kecil ,biasanya benda berupa bola
pejal,digantung pada seutas tali yang massanya dapat diabaikan dibandingkan dengan
massa bola dan panjang bandul sangat besar.dibandingkan dengan jari-jari bola.ujung
tali lain digantungkan pada suatu penggantung yang tetap ,jika bandul diberi
60
simpangan kecil dan kemudian dilepaskan bandul akan berosilasi (bergetar) diantara
dua titik,misalnya titik A dan B dengan periode T yang tetap.Bandul matematis
adalah sebuah benda ideal yang terbuat dari sebuah massa titik yang di ikat dengan
seutas tali dan digantungkan .jika diberi simpangan ,bandul ini akan berosilasi atau
bergetar dengan ragam getaran selaras.
T=2
Dengan :
61
gaya pemulihannya itu proporsional dengan . Sedangkan simpangannya
proporsional dengan . Akan tetapi jika sudut kecil, dapat disamakan dengan
dan gaya pemulihannya akan menjadi :
F=- =- .
T=2 = 2
Dapat dibuktikan bahwa persamaan ekstrat untuk perioda, bila simpangan sudut
maksimumnya , diberikan oleh deret tak hingga.
T=2
bandul matematis - Gerak periode merupakan suatu gerak yang berulang pada
selang waktu yang tetap. Contohnya gerak ayunan pada bandul. Dari satu massa yang
62
brgantung pada sutas tali, kebanyakan gerak tidaklah betul-betul periodik karena
pengaruh gaya gesekan yang membuang energi gerak.
Benda berayun lama akan berhenti bergetar. ini merupakan periodik teredam.
Gerak dengan persamaan berupa fungsi sinus merupakan gerak harmonik sederhana.
Periode getaran yaitu T. Waktu yang diperlukan untuk satu getaran frekwensi gerak f.
jumlah getaran dalam satu satuan waktu T = 1/f posisi saat dimana resultan gaya pada
benda sama dengan nol adalah posisi setimbang, kedua benda mencapai titik nol
(setimbang) selalu pada saat yang sama
Gaya pada partikel sebanding dengan jarak partikel dari posisi setimbang
maka partikel tersebut melakukan gerak harmonik sederhana. Teori Robert hooke
(1635-1703) menyatkan bahwa jika sebuah benda diubah bentuknya maka benda itu
akan melawan perubahan bentuk dengan gaya yang seimbang/sebanding dengan
besar deformasi, asalkan deformasi ini tidak terlalu besar, F = -kx. Dan dalam batas
elastisitas gaya pada pegas adalah sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
sedangkan pertambahan panjang pegas adalah sama dengan simpangan osilasi atau
getaran. F = + k ∆x
Gaya gesekan adalah sebanding dengan kecepatan benda dan mempunyai arah
yang berlawanan dengan kecepatan. persamaan gerak dari suatu osilator harmonik
teredam dapat diperoleh dari hukum II Newton yaitu F = m.a dimana F adalah
jumlah dari gaya balik –kx dan gaya redam yaitu –b dx/dt, b adalah suatu tetapan
positif.
Banyak benda yang berosilasi bergerak bolak-balik tidak tepat sama karena
gaya gesekan melepaskan tenaga geraknya. Periode T suatu gerak harmonik adalah
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu lintasan langkah dari geraknya yaitu
satu putaran penuh atau satu putar frekwensi gerak adalah V = 1/T .
Satuan SI untuk frekwensi adalah putaran periodik hert. posisi pada saat tidak
ada gaya netto yang bekerja pada partikel yang berosilasi adalah posisi setimbang.
63
partikel yang mengalami gerak harmonik bergerak bolak-balik melalui titik yang
tenaga potensialnya minimum (setimbang). contoh bandul berayun.
Chritian Haygens (1629-1690) menciptakan : Dalam bandul jam, tenaga
dinerikan secara otomatis oleh suatu mekanisme pelepasan untuk menutupi hilangnya
tenaga karena gesekan.
Bandul matematis adalah salah satu matematis yangbergerak mengikuti gerak
harmonik sederhana. bandul matematis merupakan benda ideal yang terdiri dari
sebuah titik massa yang digantungkan pada tali ringan yang tidak bermassa. jika
bandul disimpangkan dengan sudut θ dari posisi setimbangnya lalu dilepaskan maka
bandul akan berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari gaya grafitasinya.
T = 2π √(l/g)
Dimana:
64
Sumber : http://www.sarjanaku.com
BAB III
METODOLOGI
2. Tali 50 cm
3. Mistar
4. Statis
65
3. Kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk delapan getaran, diulangi
sebanyak lima kali
BAB IV
4.1 Hasil
66
5 10 cm 30° 8 5.76 6.1 0.6324
5.90
6.64
4.2 Pembahasan
Pada percobaan diatas dilakukan percobaan dengan panjang tali yang berbeda
yaitu: 50 cm, 40 cm, 30 cm, 20 cm dan 10 cm, dengar besar sudut 30° sehingga nilai
yang didapatkan berbeda Karena panjang tali yang berbeda sehingga berpengaruh
terhadap kecapatan bandul sehingga didapat hasil periode adalah 1.418 sekon, 1.268
sekon, 1.098 sekon dan 0.6324 sekon.
67
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan yang kami peroleh maka dapat disimpulkan yaitu:
2. Waktu yang dilakukan bandul untuk melakukaan putaran akan sangat terpengaruh
terhadap periode.
3. Semakin panjang tali yang digunakan pada bandul maka semakin banyak waktu
yang dibutuhkan dan semakin pendek tali yang digunakan maka semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan.
68
DAFTAR PUSTAKA
69
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1.Dik : ts = 60,7 s
Panjang tali 50 cm
trata- rata
= 12.1 s
trata- rata
= 10,57 s
trata- rata
= 6,22 s
trata- rata
= 7,744 s
70
trata- rata
= 9,38 s s
B. Mencari Periode
1. Dik: L = 50 cm 0,5 m
g = 9,8 m/s
Dit : T = ..........?
Jawab : T = 2π √l/g
= 2(3,14) √0,5/9,8
= 2(3,14) √0,051
= 2(3,14) (0,225)
= 1,62 s
2.Dik: L = 40 cm 0,4 m
g = 9,8 m/s
Dit : T = ..........?
Jawab : T = 2π √l/g
= 2(3,14) √0,4/9,8
= 2(3,14) √0,0408
= 2(3,14) (0,2019)
= 1,267 s
71
3. Dik: L = 30 cm 0,3 m
g = 9,8 m/s
Dit : T = ..........?
Jawab : T = 2π √l/g
= 2(3,14) √0,3/9,8
= 2(3,14) √0,03
= 2(3,14) (0,173)
= 1,086 s
4.Dik: L = 20 cm 0,2 m
g = 9,8 m/s
Dit : T = ..........?
Jawab : T = 2π √l/g
= 2(3,14) √0,2/9,8
= 2(3,14) √0,020
= 2(3,14) (0,141)
= 0,885 s
5.Dik: L = 10 cm 0,1 m
g = 9,8 m/s
Dit : T = ..........?
72
Jawab : T = 2π √l/g
= 2(3,14) √0,1/9,8
= 2(3,14) √0,010
= 2(3,14) (0,1)
= 0,628 s
2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,5/1,622)
= 4(3,14)2 (0,5/2,6244)
2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,4/1,2672)
= 4(3,14)2 (0,5/1,605)
2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,3/1,0862)
= 4(3,14)2 (0,3/1,179)
2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,2/1,8852)
= 4(3,14)2 (0,3/0,783)
73
= 4(3,14)2 (0,255) = 10,056 m/s2
2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,1/0,6282)
= 4(3,14)2 (0,3/0,394)
LAMPIRAN C
74
Periode (T) dalam sekon
0.6
0.5
0.4
0.3
Periode (T) dalam sekon
0.2
0.1
0
0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
75
Statif Stopwatch
Mistar Bandul
BAB I
PENDAHULUAN
76
padat, zat cair dan gas. Setiap zat padat mempunyai massa jenis tertentu. Demekian
juga dengan zat cair dan gas. Oleh karena itu kita dapat mengetahui jenis zat
berdasarkan massa jenisnya Massa jenis (P) didefinisikan sebagai perbandingan
antara massa zat dan volumenya. Nilai massa jenis hanya bergantung pada jenis zat,
tidak bergantung pada massa atau volume zat. Dengan kata lain, nilai massa jenis
suatu zat adalah tetap. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama Nilai massa jenis suatu zat
adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada
jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang
sama. Satuan massa jenis adalah kg/m3 atau g/cm3, jenis zat dapat diketahui dari
massa jenisnya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa
sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
77
Massa jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan berapa gram tiap 1
cm 3 zat itu pada suhu 0 0 C. Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus :
M
So = gram/ cm 3 (5.1)
V0
Massa zat dapat diketahui dengan cara menimbang zat itu dengan timbangan
atau neraca ohaus sehingga besaran massa dapat diukur langsung dengan alat
ukurnya.
Pengukuran volume balok secara langsung dapat dilakukan dengan
memasukkan zat padat itu ke dalam gelas ukur yang berisi zat cair. Apabila
zat itu tenggelam seluruhnya maka perubahan penunjukan volume itu
merupakan voleme dari zat padat tersebut. Sedangkan pengukuran volume balok
secara tidak langsung dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok dengan
menggunakan alat ukur panjang diantaranya mistar, jangka sorong, dan mikrometer.
Setelah itu volume balok dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
V=pxlxt (2)
Dimana p = panjang balok, l = lebar balok, dan t = tinggi balok
Pada saat balok ditimbang di udara dengan berat Wu ternyata berat benda saat diukur
78
dalam zat cair Wa beratnya lebih kecil, menurut hukum Archimedes, “sebuah benda
yang tercelup dalam suatu fluida akan mengalami gaya ke atas Fa seberat volume
fluida yang dipindahkan. Sehingga dapat dirumuskan:
Wa = Wu – Fa (3)
79
Keterapungan (bouyancy) adalah fenomena yang umum : sebuah benda yang
dicelupkan ke dalam air nampak memiliki berat yang lebih ringan daripada saat
benda berada di udara. Suatu benda tak beraturan memiliki massa yang berbeda jika
dihitung massa jenisnya akan sama, karena massa jenis akan sama dengan kerapatan
benda. Dan kerapatan benda selalu sama walaupun bentuk dan ukurannya berbeda.
Selain itu, suhu akan mempengaruhi besarnya nilai massa jenis benda, karena suhu
dapat menyebabkan benda memuai atau menyusut, sehingga volume benda akan
berubah, sedangkan massanya tetap.
(Setiorini.2010)
2.2 Massa Jenis Zat Padat
Zat padat memiliki cirri – cirri yang berbeda dengan zat cair dan zat gas.
80
p = m/ v = 80 kg/ 8 m3 10 kg/ m3
2. Zat padat yang bentuknya tidak beraturan
Jika zat padat yang bentuknya beraturan volumenya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, untuk zat padat yang tidak beraturan seperti = misalnya batu,
volumenya dapat dihitung dengan gelas ukur atau gelas berpancuran. Dengan diketahui
massa dan volumenya massa jenisnya juga dapat diketahui.
Volume batu = volume air yang tumpah ke gelas
BAB III
METODOLOGI
1. Timbangan
81
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Balok kayu
5. Kelereng
6. Silinder Plastik
7. Silinder besi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Benda D. luar D. Diameter Massa Volume Massa Tinggi
(mm) dalam (mm) Jenis (g) (mm)
82
(mm) (g/cm 3 ) (cm 3 )
SU SN SU SN SU SN
Pipa 2.1 0.5 1.8 4 2.0625 324.07 0.04316 14 12.9 0.5
Plastik 2.1 0.5 1.8 4 2.0625 324.07 0.04316 14 12.9 0.5
2.1 0.5 1.8 4 2.0625 324.07 0.04316 14 12.9 0.5
Pipa 2.5 4 2.2 1 2.475 1.82 49.328 89.61 9.9 7
Besi 2.5 4 2.2 1 2.475 1.82 49.328 89.61 9.9 7
2.5 4 2.2 1 2.475 1.82 49.328 89.61 9.9 7
83
4.2 Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh massa jenis yang berbeda –
beda pada tiap benda yang berbeda pula. Pada percobaan ini, untuk menentukan
massa jenis padat, zat padat tersebut dihitung terlebih dahulu massa dan volumenya.
Setelah itu dapat ditentukan nilai massa jenisnya, yaitu dengan membagi nilai massa
benda (gram) dengan volume benda (cm 3 ). Paa percobaan ini, diperoleh massa dan
volume pada masing – masing benda, seperti pada pipa plastic 14 gram dan 0.04316
cm 3 ; pada pipa besi 89.61 g dan 49.328 cm 3 ; kelereng 4.51 g dan 1.8854 cm 3 ; dan
pada balok kayu 72.12 g dan 0.158447 cm 3 . Sehingga pada masing – masing benda
diperoleh massa jenisnya, yaitu : 324.07 g/ cm 3 pada pipa plastic; 1.82 g/ cm 3 pada
pipa besi; 2.392 g/ cm 3 pada kelereng; 455.167 g/ cm 3 pada balok kayu.
Dari semua benda tersebut, massa jenis yang paling tinggi ialah balok kayu
dan yang paling kecil adalah pipa besi. Diketahui bahwa massa jenis suatu zat
bernilai sama walaupun bentuk dan ukurannya berbeda. Untuk menentukan massa
jenis zat padat beraturan dapat memnggunakan rumus :
M
So =
V0
Hasil pengukuran yang diperoleh pada praktikum ini adalah sama karena
tingkat ketelitian pengukuran dengan jangka sorong dan mikrometer sekerup tetap.
BAB V
KESIMPULAN
84
2. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
massa jenis yang berbeda.Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak
tergantung pada massa.
3. Untuk mennetukan massa jenis zat padat beraturan dapat digunakan dengan
M
rumus : S o =
V0
DAFTAR PUSTAKA
85
Bredthauer, Wilhem et al. 1993. Impulse Physik Jilid 1. Stuttgard: Ernst Klett
Schubuchvelag.
Hidayat, Bambang. 1979. Bumi dan Antariksa jili 1 dan 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kondo, 1982. The New Book Of Populer Sience. New York: Groiler Int. Inc
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
1. Kelereng putih
86
SN = 33 x 0,01 = 0,33
SU = 15
D = 15 + 0,33 = 15,33 mm
2. Balok Kayu
Panjang ; 9.2 mm
Lebar ; 4.15 mm
Tinggi ; 4.15 mm
Volume balok = panjang x lebar x tinggi
= 9.2 mm * 4.15 mm * 4.15 mm
= 158.447mm3/1000 = 0.158447 cm3
3. Pipa besi
87
= 9.9 mm + 7*0.05 = 10.25 mm
M = 89.61 g
V 0 = ¼ λ d 2 t = ¼ * 3.14 * (2.475 mm) 2 * 0.25 mm = 49328 mm3
89.61
= = 1.82 gr/ cm3
49.38
4. Pipa Plastik
14
= = 324.07 gr/ cm3
0.04316
LAMPIRAN C
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN
88
Penyelesaian :
1. Massa jenis dari :
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
89
Mikrometer Sekerup Jangka Sorong
Kelereng
BAB I
PENDAHULUAN
90
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah rangkaian listrik biasanya terdapat istilah yang dikenal dengan
arus listrik, tegangan dan hambatan.. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi
ketika sebuah penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran
inilah yang disebut dengan arus. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada
di antara titik rangkaian listrik tersebut. Untuk menemukan hubungan di antara
istilah-istilah yang ada dalam sebuah rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum
yang dapat membuktikannya.
Dengan melakukan praktikum yang berjudul Hukum Ohm ini kita dapat
mengetahui dan mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus pada suatu
rangkaian dan dapat digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa
harus menggunakan alat yang dinamakan ohmmeter.. Selain itu materi tentang hukum
ohm ini sangat berguna khususnya yang mendalami kelistrikan. Karena dengan
adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang kelistrikan. Untuk itu kita harus
mempelajari lebih dalam tentang Hukum Ohm dengan cara mempraktekkannya
dalam percobaan ini.
1.2 TujuanPraktikum
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
91
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui
suatuluasan penampang lintang. Dimana dirumuskan sebagai berikut :
Q
I=
t
dimana :
I = kuat arus (A)
ΔQ = muatan yang mengalir melalui penampang lintang A (C)
Δt = waktu (s)
Menurut konvensi, arah arus dianggap searah dengan aliran muatan
positif.Konvensi ini ditetapkan sebelum diketahui bahwa elektron-elektron bebas,
yangmuatannya negative, adalah partikel-partikel yang sebenarnya bergerak dan
akibatnyamenghasilkan arus pada kawat penghantar. Gerak dari elektron-elektron
bermuatannegatif dalam satu arah ekivalen dengan aliran muatan positif yang arah
geraknya berlawanan. Jadi elektron-elektron bergerak dalam arah yang berlawanan
dengan arus. Hukum Ohm berbunyi “ kuat arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar listrik sebanding dengan tegangan (beda potensial) antara dua titik pada
penghantar tersebut,asalkan R konstan.” dimana persamaanya adalah :
I
I=( )V
R
Dimana : I = kuat Arus
V = beda tegangan
Jika kesebandingan tersebut dijadikan persamaan, dapat dinyatakan sebagai:
V = I. R
Besar kuat arus listrik dan hambatan pada suatu rangkaian dapat diukur
langsungmenggunakan suatu alat. Alat untuk mengukur arus disebut ammeter
(ampermeter).Muatan- muatan yang memuat arus yang akan diukur harus menembus
ammeter secaralangsung sehingga ammeternya harus dihubungkan seri dengan
92
elemen- elemen lainnyadalam rangkaian. Sedangkan alat untuk mengukur beda
potensial adalah voltmeter. Beda potensial di antara dua titik sembarang dalam
sebuah rangkaian dapat diukur denganmemasangkan kutub- kutub voltmeter diantara
titik- titik ini tanpa memutuskanrangkaian. Dengan arti lain, bahwa pengukuran beda
potensial dilakukan denganmemasang secara pararel voltmeter dengan hambatan
yang ada.
(Raymond A. Serway.2010)
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang
digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan
beda potensial 1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian
hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus. Semakin besar
sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan. Jadi, besar kecilnya
hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi
dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan. Hambatan
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbading
lurus dengan panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu
benda. Hambatan juga berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin
luas penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel
yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah untuk memperkecil
hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga
berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin besar hambatan
jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu.
(Rin.2013)
93
Misalkan kita punya sebatang kawat, maka didalam itu sebenarnya punya
jutaan electron yang bergerak secara acak dengan kelajuan 10 5 m/s. Ketika kawat ini
tidak kita hubungkan dengan sumber tegangan maka electron akan bergerak di sekitar
tempatnya saja. Tidak akan bias jauh – jauh dari tempatnya semula. Hal ini
disebabkan karena di sekitarnya berdesak – desakan denga electron lain dan juga ada
pengaruh gaya berikut ini.
Bagaimana jika kawat tersebut kita hubungkan dengan sumber tegangan maka
electron mulai mengalir dengan kelajuan 1 m 2 /s. Menurut para ahli, energi yang
diperoleh dari sumber tegangan digunakan untuk berpindah electron juga
mengeluarkan energi. Dalam perjalanannya electron juga mendapatkan halangan
electron – electron yang lain. Besarnya halangan yang dialami electron inilah yang
disebut dengan hambatan listrik suatu benda.
(Giancoli. 1999)
BAB III
METODOLOGI
94
3.1 Alat / Bahan
3.1.1 Alat
1. Voltmeter 2 buah
2. Power Supply DC 1 buah
3. Kabel penghubung
4. Papan rangkaian
3.1.2 Bahan
1. Alat dirangkai
2. Kabel merah pada multimeter ditempelkan ke kutub positif baterai dan
kabel hitam ke kutub negatif.
3. Tegangan diukur dengan multimeter.
4. Kuat arus (I) dihitung dengan multimeter
5. Hambatan (R) dihitung dengan menggunakan rumus hokum ohm
6. Ulang semua langkah di atas dengan menggunakan baterai kecil
B. Power Supply
95
5. Hambatan diukur pada multimeter
6. Kuat arus dihitung dengan menggunakan rumus.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
96
A. Pengujian pada Baterai
4.2 Pembahasan
5
Hambatan\R (ohm)
2 Hbungan V dan R
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
Tegangan (volt)
97
ke atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila semakin besar tegangan yang
diberikan pada power supply DC, maka hambatannya akan semakin besar pula.
Pada baterai besar terdapat tegangan 1.544 volt; kuat arus 0.2688 A; hambatan
5.744 . Sedangkan pada baterai kecil terdapat tegangan 1.552 volt; kuat arus
0.2552 A; dan hambatan sebesar 6.081 . Maka dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tegangan, semakin besar pula hambatannya dan semakin besar luas
penampangnya, semakin kecil pula hambatannya, karena hambatan berbanding
terbalik dengan luas penampang benda. Hal inilah salah satu factor yang
mempengaruhi hambatan.
Baterai besar dan kecil memiliki tegangan yang sama, jenis merk yang sama,
akan tetapi memiliki ukuran bentuk yang berbeda. Kemungkinan hal ini dikarenakan
perusahaan yang memproduksikan kedua baterai tersebut. Mungkin pada produk
pertama perusahaan tersebut mengeluarkan baterai kecil dengan tegangan 1.552 volt
dan diperoleh hambatan 6.081 . Untuk memperkecil hambatannya, maka
diciptakanlah baterai besar dengan tegangan yang sama yaitu 1.544 volt dan
hambatannya tentu lebih kecil dari hambatan baterai kecil yaitu sebesar 5.744 .
BAB V
KESIMPULAN
98
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka kesimpulannya sebagai
berikut :
DAFTAR PUSTAKA
99
Giancoli. 1999. Fisika Jilid 7. Jakarta : Penerbit Erlangga
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
100
1. Baterai Besar
V = 1.544 volt
R = 5.744
V 1.544
Jawab : I = = = 0.2688 A
R 5.744
3. Baterai Kecil
V = 1.544 volt
R = 5.744
V 1.552
Jawab : I = = = 0.2552 A
R 6.081
3. V = 0.1 volt
R = 1.056
V 0.1
Jawab : I = = = 0.094 A
R 1.056
4. V = 0.2 volt
R = 2.458
V 0 .2
Jawab : I = = = 0.081 A
R 2.458
5. V = 0.3 volt
R = 3.74
V 0 .3
Jawab : I = = = 0.080 A
R 3.74
6. V = 0.4 volt
R = 5.26
V 0 .4
Jawab : I = = = 0.076 A
R 5.26
Lampiran C
101
Tugas dan Jawaban Pertanyaan
1. Buatlah grafik hubungan antara tegangan ukur (Vukur) dengan kuat arus listrik
untuk (l) untuk Rlampu 220 V/5W.
2. Buatlah grafik hubungan antara tegangan ukur (Vukur) dengan kuat arus listrik
untuk (l) untuk Rlampu 220 V/15W.
Penyelesaian :
1. Rlampu = V2/P
= (220)2/5W
= 9680
I = V/R
= 220/9680
= 0,02 A
3
T 0 Kuat Arus
e 0
2
g 0 Volt
0
a 0
n 1
g 0 Linear
a 0 (Kuat
0 arus)
n 0 1 2
Kuat Arus
102
2. Rlampu = V2/P
= (220)2/15W
= 3226
I = V/R
= 220/3226
= 0,068 A
250
e
Volt
150
g
a 100
Linear
n
(Kuat arus)
50
g
a 0
0
n 1 2
Kuat Arus
3. Pada grafik di atas dapat dilihat garis yang sejajar harus pada kordinat x,y.
Dimana x sebagai kuat arus dan y sebagai tegangan. Dapat disimpulkan bahwa
kuat arus (I) berbanding lurus dengan tegangan maka dapat dikatakan sebagai
rangkaian paralel.
PRETEST
103
1. Jika diketahui spesifikasi bola lampu adalah 220 V/25W maka tentukan besar
beban lampu tersebut.
2. Apa guna kita mempelajari hukum ohm dan dimana aplikasinya dalam ilmu
teknik.
Jawab :
1. Dik : V = 220
P = 25 W
Beban = Hambatan
= (220)2/25W
= 1936
LAMPIRAN D
104
Gambar Alat
Baterai Resistor
BAB I
105
PENDAHULUAN
a. Mempelajari Prinsip tegangan dan arus pada rangkaian seri dan parallel.
b. Menghitung dan membandingkan besarnya pada daya pada rangkaian seri
dan parallel.
BAB II
106
TINJAUAN PUSTAKA
Daya listrik adalah besaran listrik yang menyatakan besarnya energi yang
digunakan untuk mengaktifkan komponen atau peralatan listrik/elektronik.
Besarnya daya listrik dapat dihitung berdasarkan rumus P=VxI dimana:
P = Daya listrik, dinyatakan dalam satuan Watt (w) atau VA
I = Arus listrik, dinyatakan dalam satuan Ampere (A)
V = Tegangan listrik, dinyatakan dalam satuan Volt (V)
Contoh:
Sebuah radio kecil yang diaktifkan dengan dua buah batere kecil yang masing-masing
baterenya bertegangan 1,5V saat bekerja arus yang mengalir adalah sebesar 100 milli
Ampere (100mA).
Maka energi listrik yang terpakai adalah sebesar: 3×100/1000 = 300/1000 = 0,3Watt
Catatan:
3V adalah tegangan dari 2 batere 1,5V
100/1000A adalah 100mA.
Untuk membatasi pemakaian daya listrik PLN memasang sekering (MCB)
pembatas arus pada meteran listriknya. Jadi bila pada meteran anda terpasang
sekering sebesar 5A dan tegangan PLN adalah 220V, maka jatah maksimum
pemakaian daya listrik anda adalah sebesar 220×5 = 1100Watt (Daniel dan
Alberty.1980).
Tegangan listrik atau yang lebih dikenal sebagai beda potensial listrik adalah
perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan listrik
merupakan ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan listrik
sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuak konduktor listrik.
Berdasarkan ukuran perbedaan potensialnya, tegangan listrik memiliki empat
tingkatan:
1. Tegangan ekstra rendah (extra low Voltage)
107
2. Tegangan rendah (low Voltage)
3. Tegangan tinggi (high Voltage)
4. Tegangan ekstra tinggi (extra high Voltage)
Sesuai dengan definisi di atas, bahwa tegangan merupakan perbedaan
potensial antara dua titik, yang bisa didefinisikan sebagai jumlah kerja yang
diperlukan untuk memindahkan arus dari satu titik ke titik lainnya, maka rumus dasar
tegangan antara 2 titik adalah:
Va - Vb = ∫E . dI
Dimana Va = potensial di titik a; Vb = potensial di titik b; E = medan listrik, dan I =
arus listrik. Berdasarkan penerapannya, beda potensial ada pada arus listrik searah
(DC) dan arus listrik bolak- balik (AC). Pada arus searah:
V = √(P.R)
V=I.R
dimana V = tegangan; P = daya; R = hambatan; dan I = arus. Sedangkan pada arus
bolak-balik: dimana V = tegangan (Volt); I = arus (Ampere); P = daya (Watt); R =
hambatan (Ohm); Z = impedansi; dan ф adalah beda fase antara I dan V
(Halliday,D.R.Resnich dan P.Silaban1984).
108
Dalam banyak pemakain, dijumpai sumber tegangan dan beberapa buah
resistor yang dihubungkan dengan cara tertentu. Rangkaian seri adalah rangkaian
dimana resistor disusun secara berderet sehingga arus yang melalui tiap-tiap
komponen adalah sama. Rangkaian paralel adalah rangkaian dimana resistor disusun
secara sejajar, sehingga tegangan atau beda potensial tiap-tiap komponen adalah sama
(Sutrisno,1985:70).
Satuan dari tahanan adlah Ohm, sedangkan satuan dari arus listrik adalah ampere dan
satuan dari teganngan listrik adalah volt. Menurut hasil percobaan sudah dibuktikkan
bahwa sebuah sumber tegangan sebesar 1 volt jika dihubungkan dengan sebuah
tahanan sebesar 1ohm, maka arus yang mengalir 1 ampere. Berarti dalam tegangan,
arus, dan hambatan listrik mempunyai kaitan yang sangat erat. Dan kaitan tersebut
dapat ditulis sebagai berikut (Depati, 2003: 25-26).
109
alat-alat pengubah energi menjadi berbagai bentuk energi lain, misalnya energi gerak,
energi panas, energi suara, dan energi cahaya.
Selain itu, daya listrik ini juga mampu disimpan dalam bentuk energi kimia.
Baik itu dalam bentuk kering (baterai) maupun dalam bentuk basah (aki)
(Khurmy,RS.1968).
Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap satuan waktu adalah sama di
sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir tiap satuan waktu adalah besaran
kuat arus, sehingga kita mendapati sifat yang khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat
arus di sepanjang rangkaian adalah sama.”
Bila kuat arus pada hambatan R1, R2, dan R3 berturut-turut I1, I2,I3, sedangkan arus
rotal pada rangkaina disebut I, maka : I1= I2=I3=I
Beda potensial pada masing-masing hambatan dapat dihitung dengan persamaan
hukum Ohm, V=IR, yang berarti bila harga masing-masing resistor adalah V1 : V2 :
V3 =IR1 : IR2 : IR3
b. Rangkaian parallel adalah rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di
mana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Sifat khas dari
rangkaian paralel adalah “beda potensial pada masing-masing cabang adalah sama.”
Bila V1 adalah tegangan pada resistor R1 , V2 adalah pada resistor R2 dan V3
adalah tegangan pada resistor R3 maka berlaku : V1 =V2 = V3
110
Kalau rangkaian seri berlaku sebagai pembagi tegangan, maka rangkaian paralel
berlaku sebagai pembagi arus. Hal ini karena sesuai hukum Kirchoff, bahwa arus
total pada rangkaian akan dibagi-bagi ke masing-masing cabang melalui rasio I1 : I2 :
I3 = I/R1 : I/R2 : I/R3
Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut rangkaian seri-paralel
(kadang disebut sebagai rangkaian campuran). (wordpress.com/2013/02/05/laporan-
praktikum-rangkaian-seri-dan-paralel/)
BAB III
METODOLOGI
111
3.1 Alat dan Bahan
A. Rangkaian Seri
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
112
4.1 Hasil
A.Rangkaian seri
B. Rangkaian parallel
4.2 Pembahasan
113
Pada percobaan yang telah kita lakukan maka dapat disimpulkan antara
rangkaian seri dan rangkaian paralel. Hasil dari tegangan rankaian paralel adalah 0,1
V, 0,2 V, 0,3 V, 04 V. Hasil dari tegangan tersebut menggunakan volt meter dan hasil
dari tegangan parallel adalah 0,1 V, 0,2 V, 0,3 V, 0,4 V. Dengan rumus P = 12. R
Dari grafik yang kita lihat perbedaannya adalah antara daya listrik dan
tegangan listrik adalah jika semakin besar tegangan (Volt) maka semakin tinggi pula
(R). Sedangkan pada daya litrik tidak beraturan bias
BAB V
KESIMPULAN
114
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Maka besarnya daya listrik yang mengalir dengan menggunakan volmeter dan
dapat dilihat dari amper meter yang menggunakan P = I2 . R
2. Semakin besar tegangan (V) maka makin tinggi pula tegangan (R).
DAFTAR PUSTAKA
115
Arifin, Irwan. 2001. Rangkaian Listrik. jakarta: Erlangga
http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_listrik
116
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
Rangkaian seri
Maka V =IxR
0,1 = I x 0,964
I = 0,10373 A
P = I 2x R
= 0,010 A x 0,964 Ω
= 0,00964 Watt
Maka V =IxR
0,2 = I x 2,614
I = 0,0765 A
P = I 2x R
= 0,015 A x 2,614 Ω
117
= 0,03921 Watt
Maka V =IxR
0,3 = I x 4,1
I = 0,0731 A
P = I 2x R
= 0,021 A x 4,1 Ω
= 0,0861 Watt
Maka V =IxR
0,4 = I x 5,02
I = 0,07968 A
P = I 2x R
= 0,031 A x 5,02 Ω
= 0,15562 Watt
118
Rangkaian Parallel
Maka V =IxR
0,1 = I x 0,381
I = 0,26246 A
P = I 2x R
= 0,026 A x 0,381 Ω
= 0,00998 Watt
Maka V =IxR
0,2 = I x 2,168
I = 0,4336 A
P = I 2x R
= 0,018 A x 2,168 Ω
= 0,o39024 Watt
119
Maka V =IxR
0,3 = I x 3,49
I = 1,047 A
P = I 2x R
= 0,025 A x 3,49 Ω
= 0,08725 Watt
Maka V =IxR
= I x 5,11
= 2,044 A
P = I 2x R
= 0,031 A x 5,11 Ω
= 0,15841 Watt
120
LAMPIRAN C
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN
1. Buatlah grafik antara tegangan dan daya pada rangkaian seri dan parallel ?
2. Jelaskan mengapa daya yang digunakan pada rangkaian seri berbeda dengan rangkaian
parallel.! Berikan alasan berdasarkan percobaan!
Rangkaian seri memiliki daya yang boros karena pada rangkaian seri berlaku hambatan
R1 + R2 + R3, sedangkan pada rangkaian parallel memiliki daya yang lebih hemat
dikarenakan
3. Ditinjau dari faktor ekonomis, hubungan manakah yang lebih menghemat daya listrik?
121
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
kabel penghubung
Multitester
122
BAB I
PENDAHULUAN
Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan
antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-
gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair
(viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat
cair. Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan
antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita
memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula
turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair.
Bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga
mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu
kemampuan yang dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula
akan mengalami percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat
kekentalan cairan maka besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan
akhirnya nol. Pada saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal.
Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat
viskositas zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic
terhadap kecepatan batu.
123
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Viskositas adalah kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesar viskositas terjadi
terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan (Erizal,2010).
124
Viskositas atau kekentalan suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama
karena adanya interaksi antara molekul-molekul caiarn (Erizal, 2010). Viskositas
merupakan ukuran gesekan dibagian dalam suatu fluida. Fluida sebenarnya terdiri
atas beberapa lapisan, karena adanya viskositas diperlukan gaya untuk meluncurkan
suatu lapisan fluida lainnya.
(Budiati, 1989).
Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir
dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair,
viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas,
viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas.
Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika
Anda berbicara viskositas Anda berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak
mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v
dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya. George Stokes
menunjukkan bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π
r.
125
(Dogra, S 1990 Kimia Fisika dan Soal-soal )
Madu 10
Gliserin 1,50
Darah 2,72 x
Air 1,79 x
Air 1,0055 x
Air 2,82 x
Udara 1,82 x
Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contoh : air
Fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contoh : minyak goring
126
Ada beberapa visikometer yang digunakan antara lain :
Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi
di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.
Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat ().
127
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990). Kata "viskositas"
berasal dari bahasa Latin "viscum alba", berarti mistletoe putih. Lem kental yang
bernama "birdlime" dibuat dari buah mistletoe dan digunakan untuk ranting lemon
untuk menangkap burung.
Fluida yang riil memiliki gesekan yang internal yang besarnya tertentu yang
disebut dengan viskositas. Viskositas ada pada zat cair maupun dan pada intinya
merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida dengan
lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati lainnya.
(Bird, Tong.1987)
Dengan adanya viskositas, kecepatan lapisan-lapisan fluida tidak seluruhnya
sama. Lapisan fluida yang terdekat dengan dinding pipa bahkan sama sekali tidak
bergerak ( V=0) sedangkan lapisan fluida pada pusat aliran memiliki kecepatan
terbesar. Pada zat cair, viskositas disebabkan akibat adanya gaya-gay kohesi anatar
molekul. Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F) , sebanding dengan luas
128
fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A) , dan dengan laju (V) dan
berbanding terbalik dengan jarak anatr lempeng (I). Besar gaya F yang diperlukan
untuk menggerakkan suatu lapisan fluida dengan kelajuan V untuk luas penampang
keping A adalah : F = .A.V
129
momentum (percepatan) partikel-partikel fluida yang bergantung hanya kepada gaya
viskos internal (mirip dengan gaya fiksi) dangan gaya viskos tekanan eksternal yang
bekerja pada fluida.(Schaum.1976)
Kita dapat menggembangkan persamaan gerakan untuk fluida, nyata dengan
memperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada suatu elemen kecil fluida. Penurunan
persamaan ini, yang disebut persamaan Navier-Stokes.
(Nyoman Kertiasa.1996)
Pengukuran viskositas lebih banyak digunakan orang untuk zat cair ketimbang zat
gas, seperti viskositas oli pelumas mesin,produk susu, cat, air minum, darah,minyak
goreng, sirup, dan sangat jarang di gunakan zat gas. Ini berarti tidak sedikit bidang
profesi yang membutuhkan data viskositas diantaranya fisikawan ,kimiawan,
analiskimia, industri, dokter, kimia farmasi, kimia lingkungan, perminyakan,
biokimia, dan sebagainya.
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan
bentuk wadah tempat nya. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi,
melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida, atau
massanya kecepatan volume tidak mempunyai akna yang tepat sebab jumlah molekul
yang menempati volume tertentu terus menerus berubah. Fluida dapat di golong kan
kadalam cairan atau gas. Perbedaan- perbadaan utama antara cair dan gas adalah:
1. cairan praktis tidak kompresibel, sedangkan gas kompresibel dan sering kali
harus di perlakukan demikian.
2. cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan- permukaan bebas
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh
bagian wadah tempatnya.
130
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat/Bahan
3.1.1 Alat
1. Tabung Kaca
2. Stop Watch
3. Mikrometer Sekrup
131
3.1.2 Bahan
1. Minyak Goreng
2. Air
3. Bola ditentukan dan waktu yang diperlukan bola untuk bergerak dari T ke
S di catat.
BAB IV
4.1 Hasil
1. Air p = 1 gr/cm3
jenis h t Vm rata- PKCL
Vm (cm/s) N fluida
kelereng (cm) (sekon) rata g/cm3
0.26 115.38
7,48
susu 30 0.27 111.11 111.21 2.267
gr/cm3
0.28 107.14
bening 30 0,27 111.11 109.79 2.514 8.65
132
0,27 111.11 gr/cm3
0,28 107.14
133
4.2 Pembahasan
Dimana kedua kelereng itu memilki massa yang berbeda-beda. Pada hasil
yang telah di dapaktan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa pada proses ini kita
menggunakan minyak dan air yang keduanya di jatukan kelereng, pada saat keduanya
di jatuhkan kelereng, pada saat kelereng di jatuhkan ke dalam air kecepatan kelereng
labih cepat, waktu yang di butuhkan berkisar antara 0.26 detik.
Sedangkan pada saat kelereng di jatuhkan ke dalam minyak kecepatan
kelereng lebih lambat dibandingkan dengan air, waktu yang di capai oleh minyak
adalah 0.38 detik. Dan percobaan di atas diulangi sebanyak tiga kali, proses di atas
dikarenakan oleh ketentuan zat cair minyak dan air di sebabkan massa jenis minyak
lebih rendah dari pada massa jenis air.
134
BAB V
KESIMPULAN
1. Semakin kental larutan minyak, maka semakin lambat pula waktu yang di
butuhkan benda untuk jatuh ke dasar.
2. Viskositas zat cair dipengaruhi dengan mssa beban yang masuk di cairan,
semakin besar beban yang dingunakan maka semakin cepat beban dan nilai
viskositasnya zat cait itu semakin besar.
3. Viskositas zat cair itu memiliki gaya penghalang bagi benda yang masuk. Gaya
itu dinamakan gaya stoker.
135
DAFTAR PUSTAKA
136
Lampiran B
Perhitungan
Vm =
Air :
1. = 115.38 cm/s
2. = 111.11 cm/s
3. = 107.14 cm/s
Minyak :
1. = 78.94 cm/s
2. = 93.75 cm/s
3. = 83.33 cm/s
Vm rata-rata =
137
138
Lampiran C
PRETEST
Jawab :
1. Viscositas zat cair adalah salah satu Sifat cairan yang menentukan besarnya
perlawanan terhadap gayageser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi
antara molekul-molekul cairan.
2. Aliran laminer adalah aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan atau
dengan laminer-laminer dengan suatu lapisan meluncur dengan lancar dalam aliran
laminer viskositas berfungsi untuk merendan cenderung terjadinya gesekan relative
antara lapisan.
139
interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan kenaikan tempertatur.
c. Adanya zat lain, Adanya bahan tambahan seperti bahan suspense meningkatkan
viskositas air
d.Ukuran dan berat molekul, Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.
e. Ikatan, Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air
naik dengan adanya ikatan hydrogen.
140
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT
141