Anda di halaman 1dari 141

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam penelitian ilmiah, pengolahan nilai dan data lebih diutamakan daripada
pernyataan, bahkan dalam pekerjaan bukan ilmiah sekalipun. Sejak dahulu orang –
orang telah menemukan perlunya pengukuran yang dinyatakan dalam angka – angka
dan satuan yang jelas. Di dalam pengukuran harus ada yang namanya ketepatan
pengukuran.
Dari tahun ke tahun, ketepatan pengukuran banyak mengalami perubahan
karena pemikiran manusia yang terus berkembang. Dan ditetapkanlah sebuah
keputusan internasional menjadi awan dari setiap kegiatan ilmiah maupun non-
ilmiah. Sehingga percobaan ini dilakukan agar kita dapat membandingkan tingkat
ketelitian dari jangka sorong.

1.2 Tujuan Percobaan

Dapat dan mahir menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter


benda.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mengukur adalah membandingkan satu besaran dengan besaran lain yang


sejenis yang telah diterapkan sebagai satuan. Pengukuran data umumnya memerlukan
alat ukur, baik itu berupa mistar, hasta depa dan sebagainya. Pada zaman dahulu,
manusia menggunakan bagian tubuh untuk mengukur suatu benda. Akibatnya dikenal
dengan istilah hasta, depa, dan jengkal sebagai satuan panjang. Di Inggris, satuan
depa adalah fathom yang sampai saat ini masih digunakan untuk mengukur
kedalaman laut.

(Arisworo, 2006)

Sebelum melakukan pengukuran diperlukan pemahaman tentang alat ukur


yang akan digunakan. Pemahaman ini terkait dengan nama alat ukur serta fungsinya.
Kemampuan tersebut merupakan prasyarat ini dapat juga dinilai kemampuan
melakukan pengukuran. Seandainya di satuan pendidikan (sekolah) siswa belum
mengenal jangka sorong, dan dalam kehidupan seharri – hari di lingkungannya hanya
menggunakan mistar, maka alat ukur yang dinyatakan berkaitan dengan mistar.

(Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan, 2007)

Pada ilmu kimia sangat bergantung pada pengukuran. Sebagai contoh,


kimiawan menggunakan pengukuran untuk membandingkan sifat dari berbagai zat
dan untuk mempelajari perubahan yang terjadi dalam sebuah percobaan. Suatu
besaran hasil pengukuran biasanya ditulis sebagai sebuah bilangan yang disertai
dengan satuan untuk bilangan itu.

(Chang, 2000)

2
Karena mengukur merupakan kegiatan untuk membandingkan sesuatu dengan
sesuatu lainnya yang digunakan sebagai standar acuan dengan menggunakan alat
ukur, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat ukur adalah : 1)
Batas ukur dan batas kerja alat, yaitu nilai minimum dan nilai maksimum yang dapat
diukur dengan alat itu. Sebelum menggunakan alat-alat, kita harus membaca dahulu
batas kerja alat itu. 2) Ketelitian alat (akurasi alat ukur), yaitu nilai terkecil yang
dapat diukur dengan teliti oleh alat tersebut. 3) Kesalahan titik nol (zero error), yaitu
penunujukan skala awal ketika alat belum digunakan. 4) Kesalahan kalibrasi alat,
yaitu kesalahan teknik pada pembuatan skala dari alat itu sendiri. 5) Kesalahan
penglihatan (paralaks), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh cara mengamati yang
kurang tepat. Bisa saja karena kedudukan mata pengamat tidak tepat. Untuk
menghindarinya, maka kedudukan mata pengamat harus tegak lurus pada tanda yang
dibaca. Maka dari itu, alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian yang tinggi
diantaranya jangka sorong dan mikrometer sekrup.

Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk
mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. Secara umum,
jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka
sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap
dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser.

Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala
utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius
memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling
berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius
adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka
sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

3
Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi
ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm. (Nova
Nurfauziawati, 2010)

2.1 Definisi jangka sorong

Jangka sorong adalah suatu alat ukur yang dapat membaca jarak diantara tiap
muka ukur melalui skala utama dan skala vernier, yaitu dengan menggerakkan eretan
yang mempunyai satu atau dua rahang muka ukur yang sejajar dengan muka ukur
yang terdapat pada badan sehingga membentuk satu atau dua pasang muka ukur
untuk pengukuran luar dan dalam.

Skala vernier adalah suatu skala untuk membaca lebih halus yaitu dengan
membagi (n-1) skala menjadi n atau nl2 bagian yang sama, juga disebut sub skala.

Galat peralatan adalah suatu perbedaan antara pembacaan jangka sorong dari
nilai yang sesungguhnya.

Galat total adalah suatu galat yang mencakup semua kesalahan yang
disebabkan oleh berbagai unsur primer.

2.2 Tata Nama Jangka Sorong

Tata nama suku jangka sorong sebagaimana tercantum pada gambar di bawah
ini :

Gambar 1. Jangka sorong tipe M

4
Keterangan :

1. Ral'rang untuk Pengukuran luar

2. Rahang untuk Pengukuran dalam

3. Muka ukur dalam

4. Muka ukur luar

5. SekruP Pengencang

6. Badan

?. Bitah Pengukur kedalaman

B. Skala

9. Muka Penuntun

10. Skala vernier

11. Eretan

Catatan :

Gambar tersebut tidak dimaksudkan untuk menunjukkan standar bentuk atau

konstruksi akan tetapi hanya untuk menerangkan istilah.

2.3 Klasifikasi

Jangka Sorong dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Jangka sorong tipe M adalah jangka sorong yang mempunyai rahang bebas
untuk pengukuran dalam pada rahang pengukuran lua.r, dengan atau tanpa

5
pengatur kehalusan. untuk jangka sorong yang mempunyai rentang ukur 300
mm dilengkapi dengan bilah pengukur kedalaman untuk pengukuran
kedalaman.

2. Jangka sorong tipe CNI adalah jangka sorong yang mempunyai muka ukur
luar dan muka ukur dalam pada rahang yang sama, dengan atau tanpa
pengatur kehalusan.

3. Kapasitas jangka sorong diklasifikasikan menjadi 5 rentang ukur yaitu 1-b0


mm, 200 mm, 300 mm, 600 mm dan 1000 mm. Jangka sorong tipe M yang
mempunyai pengatur kehalusan, rentang ukur. meliputi 5 rentang ukur yaitu
130 mm, 1g0 mm, 280 mm, 600 mL dan 1,000 mm.
(Standar Nasional Indonesia, 1994)

2.4 Kegunaan jangka sorong

Jangka sorong biasanya digunakan untuk :


1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;

2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa,
maupun lainnya) dengan cara diulur;

3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara


“menancapkan/menusukkan” bagian pengukur.

4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.

(Afan Rizqun Syarif. 2011)

6
Pembacaan hasil pengukuran jangka sorong yang menggunakan jam ukur
dilakukan dengan cara membaca skala utama ditambah jarak yang ditunjukkan oleh
jam ukur. Untuk jangka sorong dengan penunjuk pembacaan digital, hasil
pengukuran dapat langsung dibaca pada monitor digitalnya. Jangka sorong yang
menggunakan skala nonius, cara pembacaan ukurannya secara singkat sebagai
berikut:

1. Baca angka mm pada skala utama.


2. Baca angka kelebihan ukuran dengan cara mencari garis skala utama yang
segaris lurus dengan skala nonius.

3. Mencari hasil pengukuran dengan rumus : SU + SN (batas ketelitian).

7
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat /Bahan

3.1.1 Alat

1. Jangka Sorog

3.1.2 Bahan

1. Pipa Plastik (PVC) 1 buah

2. Pipa besi 1 buah

3. Tutup botol minuman 1 buah

3.2 Cara Kerja

A. Pengukuran Diameter Luar

1. Untuk mengukur diameter bagian luar, pipa diletakkan secara melintang


diantara rahang AB lalu roda R digeser sehingga benda tersebut tepat terjepit
diantara rahang tersebut.

2. Angka skala dibaca pada skala utama yang berada disebelah kiri dari angka
nol nonius. Setelah itu garis skala nonius dilihat yang keberapa yang terimpit
dengan garis skala utama. Hasil penjumlahan angka pada skala utama dengan
angka nonius dikali 0,05 mm merupakan hasil pengukuran tersebut.

B. Pengukuran Diameter Dalam

8
1. Pipa dimasukkan kedalam rahang CD kemudian roda R digeser kearah luar
sehingga kedu rahang itu tepat menyentuh sisi bagia dalam pipa.

2. Pembacaan pengukuran dilakukan dengan cara yang sama seperti pada no.
2 diatas.

D. Pengukuran Tinggi atau dalam suatu pipa

1. Pipa diletakkan secara tegak diatas meja lalu roda R digeser kearah luar
sehingga tangkai T kelihatan kedalam pipa sehingga menyentuh bagian atas
pipa.

2. Pembacaan pengukuran dilakukan dengan cara yang sama seperti pada no.
2 diatas.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

a. Pipa Plastik (PVC)


Ulangan Diamater Luar Diamater Dalam Tinggi Benda
SU SN HP SU SN HP SU SN HP
1 20 9 20.45 18 3.5 18.175 130 3.5 130.175
2 20 8.5 20.425 18 0 18 130 4 130.2
3 20 0 20 16 0.5 16.25 129 2 129.1
4 20 9 20.45 18 4 18.2 128 9.5 128.45
5 20 0.5 20.25 18 3 18.15 129 1.5 125.07
Nilai Rata - rata 20.315 17.755 128.6

b. Tutup Botol Aqua

Ulangan Diamater Luar Diamater Dalam Tinggi Benda


SU SN HP SU SN HP SU SN HP
1 31 9.5 31.475 29 2.5 29.125 11 1.5 11.075
2 31 7.5 31.375 28 6.5 28.325 12 0.5 12.0025
3 32 1 32.05 30 4 30.2 11 2.5 11.125
4 31 3 31.15 29 0.5 20.0025 10 8 10.4
5 32 3.5 32.175 29 7.5 29.375 11 2.5 111.125
Nilai Rata - rata 31.645 27.4055 11.1705

10
c. Pipa Besi

Ulangan Diamater Luar Diamater Dalam Tinggi Benda


SU SN HP SU SN HP SU SN HP
1 25 3 25.15 21 1.5 21.075 99 4 99.2
2 25 4 25.2 21 4 21.2 100 0.5 100.002
3 25 6 25.3 21 2.5 21.125 99 6 99.3
4 25 6.5 25.325 21 7.5 21.375 100 3 100.15
5 25 3.5 25.175 21 3 21.15 99 8.5 99.425
Nilai Rata - rata 25.23 21.185 99.6155

4.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan kita dapat mengetahui kegunaan dan cara perhitungan
hasil pengukuran (Hp) dari jangka sorong tersebut. Jangka sorong telah terbukti dapat
digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam maupun bagian luar serta tinggi
kedalaman pipa atau silinder. Pada alat ini terdapat dua satuan pengukuran yaitu
millimeter dan inchi, namun pada hasil pengamatan di atas menggunakan satuan
millimeter, dengan masing – masing mempunyai skala utama (SU) dan skala nonius
(SN). Jangka sorong ini mempunyai ketelitian sampai 0,05 mm.

Adapun cara perhitungan hasil pengukuran dari diameter luar, diameter


dalam, danggi kedalaman adalah sama – sama menggunakan rumus :

Hasil pengukuran(Hp) = SU + (SN*0,55 mm)

11
Misalnya pada diameter luar pipa besi : SU = 25 mm, SN = 3 mm. Jadi hasil
pengukuran = 25mm + (3*0,05 mm) = 25.15 mm

Begitu pula sebenarnya untuk mencari hasil pengukuran dari diameter dalam,
luar, dan kedalaman benda. Kemudian untuk menghitung nilai rata – rata hasil
pengukuran diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman benda juga menggunakan
rumus yang sama, yaitu :

Nilai rata – rata = (Hp1 + Hp2 + Hp3 + Hp4 + Hp5)/5

Misalnya pada diameter luar pipa besi, Hp1 = 25.15 mm, Hp2 = 25.2 mm, Hp3
= 25.3 mm, Hp4 = 25.325 mm, Hp5 = 25.175 mm. Jadi, nilai rata – ratanya adalah
25.23 mm.

Pada hasil pengukuran terlihat jelas bahwa pengukuran pada ulangan 1 hingga
5 berbeda, hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian dalam pengamatan dan
kemungkinan kurang tepatnya penguncian jangka sorong tersebut.

12
BAB V

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Jangka sorong adalah alat ukur yang tepat digunakan dalam pengukuran
diameter dalam, diameter luar, dan tinggi kedalaman pipa.

2. Tingkat ketelitian jangka sorong adalah 0.05 mm.

3. Rumus hasil pengukuran adalah skala utama + (skala nonius * tingkat


ketelitian).

4. Nilai rata –rata pipa plastic pada diameter luar = 20.31 mm, pada diameter
dalam = 17.755 mm, dan tinggi benda = 128.6 mm.

5. Nilai rata –rata pipa plastic pada diameter luar = 31.645 mm, pada diameter
dalam = 27.4055 mm, dan tinggi benda = 11.1705 mm.

6. Nilai rata –rata pipa plastic pada diameter luar = 25.23 mm, pada diameter
dalam = 21.185 mm, dan tinggi benda = 99.6155 mm.

13
DAFTAR PUSTAKA

Afan Rizqun Syaril. 2011. Kegunaan Jangka Sorong. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Arisworo Djoko, dkk. 2006. Fisika Dasar. Jakarta : Grafindo Media Pratama

Chang Raymond. 2000. Kimia Dasar. Jakarta

Nova Nurfauziawati. 2010. Laporan Praktikum Fisika Dasar. Jatinagor : Univiversitas


Padjajaran

Standarisai Nasional Indonesia. 1994. Jangka Sorong. Jakarta : Dosen Standarisasi


Nasional

Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu dan aplikasi pendidikan. Jakarta :
PT. INTIMA

14
LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

1. Pipa Besi

a. Diameter Luar

Ulangan I : SU = 25 mm, SN = 3

HP = [25 mm + (3 * 0.05 mm)] = 25.15 mm

Ulangan II : SU = 25 mm, SN = 4

HP = [25 mm + (4 * 0.05 mm)] = 25.2 mm

Ulangan III : SU = 25 mm, SN = 6

HP = [25 mm + (6 * 0.05 mm)] = 25.3 mm

Ulangan IV : SU = 25 mm, SN = 6.5

HP = [25 mm + (6.5 * 0.05 mm)] = 25.325 mm

Ulangan V : SU = 25 mm, SN = 3.5

HP = [25 mm + (3.5 * 0.05 mm)] = 25.175 mm

Diameter luar rata – rata = (25.15 + 25.2 + 25.3 + 25.325 + 25.175) mm / 5

= 25.23 mm

15
b. Diameter dalam

Ulangan I : SU = 21 mm, SN = 1.5

HP = [21 mm + (1.5 * 0.05 mm)] = 21.075 mm

Ulangan II : SU = 21 mm, SN = 4

HP = [21 mm + (4 * 0.05 mm)] = 21.2 mm

Ulangan III : SU = 21 mm, SN = 2.5

HP = [21 mm + (2.5 * 0.05 mm)] = 21.125 mm

Ulangan IV : SU = 21 mm, SN = 7.5

HP = [21 mm + (7.5 * 0.05 mm)] = 21.375 mm

Ulangan V : SU = 21 mm, SN = 3

HP = [21 mm + (3 * 0.05 mm)] = 21.15 mm

Diameter dalam rata – rata = (21.07 + 21.2 + 21.12 + 21.37 + 21.15)mm / 5

= 21.185 mm

c. Tinggi kedalaman

Ulangan I : SU = 99 mm, SN = 4

HP = [99 mm + (4 * 0.05 mm)] = 99.2 mm

Ulangan II : SU =100 mm, SN = 0.5

HP = [100 mm + (0.5 * 0.05 mm)] = 100.0025 mm

16
Ulangan III : SU = 99 mm, SN = 6

HP = [99 mm + (6 * 0.05 mm)] = 99.3 mm

Ulangan IV : SU = 100 mm, SN = 3

HP = [100 mm + (3* 0.05 mm)] = 100.15 mm

Ulangan V : SU = 99 mm, SN = 8.5

HP = [99 mm + (8.5 * 0.05 mm)] = 99.425 mm

Tinggi kedalaman rata – rata = (99.2 + 100+ 99.3 + 100.15 + 99.42)mm / 5

= 99.165 mm

2. Tutup botol Aqua

a. Diameter Luar

Ulangan I : SU = 31 mm, SN = 9.5

HP = [31 mm + (9.5 * 0.05 mm)] = 31.475 mm

Ulangan II : SU = 31 mm, SN = 7.5

HP = [31 mm + (7.5 * 0.05 mm)] = 31.375 mm

Ulangan III : SU = 32 mm, SN = 1

HP = [32 mm + (1 * 0.05 mm)] = 32.05 mm

Ulangan IV : SU = 31 mm, SN = 3

HP = [31 mm + (3 * 0.05 mm)] = 31.15 mm

17
Ulangan V : SU = 32 mm, SN = 3.5

HP = [32 mm + (3.5 * 0.05 mm)] = 32.175 mm

Diameter luar rata – rata = (31.47 + 31.7 + 32.05 + 31.15 + 32.175) mm / 5

= 31.645 mm

b. Diameter dalam

Ulangan I : SU = 29 mm, SN = 2.5

HP = [29 mm + (2.5 * 0.05 mm)] = 29.125 mm

Ulangan II : SU = 28 mm, SN = 6.5

HP = [28 mm + (6.5 * 0.05 mm)] = 28.325 mm

Ulangan III : SU = 30 mm, SN = 4

HP = [30 mm + (4 * 0.05 mm)] = 30.2 mm

Ulangan IV : SU = 29 mm, SN = 0.5

HP = [29 mm + (0.5 * 0.05 mm)] = 20.0025 mm

Ulangan V : SU = 29 mm, SN = 7.5

HP = [29 mm + (7.5 * 0.05 mm)] = 29.375 mm

Diameter dalam rata – rata = (29.12 + 28.32 + 30.2 + 20 + 29.375) mm / 5

= 27.4055 mm

18
c. Tinggi Kedalaman

Ulangan I : SU = 11 mm, SN = 1.5

HP = [11 mm + (1.5 * 0.05 mm)] = 11.075 mm

Ulangan II : SU = 12 mm, SN = 0.5

HP = [12 mm + (0.5 * 0.05 mm)] = 12.0025 mm

Ulangan III : SU = 11 mm, SN = 2.5

HP = [11 mm + (2.5 * 0.05 mm)] = 11.125 mm

Ulangan IV : SU = 10 mm, SN = 8

HP = [10 mm + (8 * 0.05 mm)] = 10.4 mm

Ulangan V : SU = 11 mm, SN = 2.5

HP = [11 mm + (2.5 * 0.05 mm)] = 11.125 mm

Tinggi Kedalaman rata – rata = (11.07 + 12 + 11.12 + 10.4 + 11.1) mm / 5

= 11.1705 mm

3. Pipa Plastik

a. Diameter Luar

Ulangan I : SU = 20 mm, SN = 9

HP = [20 mm + (9 * 0.05 mm)] = 20.45 mm

Ulangan II : SU = 20 mm, SN = 8.5

HP = [20 mm + (8.5 * 0.05 mm)] = 20.425 mm

19
Ulangan III : SU = 20 mm, SN = 0

HP = [20 mm + (0 * 0.05 mm)] = 20 mm

Ulangan IV : SU = 20 mm, SN = 9

HP = [20 mm + (9 * 0.05 mm)] = 20.45 mm

Ulangan V : SU = 20 mm, SN = 0.5

HP = [20 mm + (0.5 * 0.05 mm)] = 20.25 mm

Diameter luar rata – rata = (20.45 + 20.425 + 20 + 20.45 + 20.25) mm / 5

= 20.315 mm

b. Diameter Dalam

Ulangan I : SU = 18 mm, SN = 3.5

HP = [18 mm + (3.5 * 0.05 mm)] = 18.175 mm

Ulangan II : SU = 18 mm, SN = 0

HP = [18 mm + (0 * 0.05 mm)] = 18 mm

Ulangan III : SU = 16 mm, SN = 0.5

HP = [16 mm + (0.5 * 0.05 mm)] = 16.25 mm

Ulangan IV : SU = 18 mm, SN = 4

HP = [18 mm + (4 * 0.05 mm)] = 18.2 mm

20
Ulangan V : SU = 18 mm, SN = 3

HP = [18 mm + (3 * 0.05 mm)] = 18.15 mm

Diameter dalam rata – rata = (20.45 + 20.425 + 20 + 20.45 + 20.25) mm / 5

= 20.315 mm

c. Tinggi Kedalaman

Ulangan I : SU = 130 mm, SN = 3.5

HP = [130 mm + (3.5 * 0.05 mm)] = 130.175 mm

Ulangan II : SU = 130 mm, SN = 4

HP = [130 mm + (4* 0.05 mm)] = 130.2 mm

Ulangan III : SU = 129 mm, SN = 2

HP = [129 mm + (2 * 0.05 mm)] = 129.1 mm

Ulangan IV : SU = 128 mm, SN = 9.5

HP = [128 mm + (9.5 * 0.05 mm)] = 128.45 mm

Ulangan V : SU = 129 mm, SN = 1.5

HP = [129 mm + (1.5 * 0.05 mm)] = 125.075 mm

Tinggi kedalaman rata – rata = (130.1 + 130.2 + 129.1 + 128.4 + 125) mm


/5

= 128.6 mm

21
LAMPIRAN C

JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Jika diketahui jumlah garis skala nonius 10 dan jaraknya 9 mm. Hitunglah
berapa ketelitian jangka sorong itu !

Penyelesaian :

Jarak satu skala nonius = 9 mm / 10 = 0.9 mm

Batasan dari ketelitian jangka sorong adalah 1 – 9 mm/10 = 0.1 mm

22
LAMPIRAN D

GAMBAR ALAT

Pipa Plastik Jangka Sorong

Tutup Botol Aqua


Pipa Besi

23
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu fisika, pengukuran dan besaran merupakan hal yang bersifat
dasar, dan pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Aktivitas mengukur menjadi sesuatu yang sangat penting untuk selalu dilakukan
dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang dipelajari. Mengukur adalah
kegiatan membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang telah disepakati.
Misalnya menghitung volume balok, maka harus mengukur untuk dapat mengetahui
panjang, lebar dan tinggi balok, setelah itu baru menghitung volume. Dan jika
dikaitkan dengan proses penelitian atau sekedar pembuktian suatu hipotesis maka
pengukuran menjadi jalan untuk mencari data-data yang mendukung. Pentingnya
besaran dalam pengukuran, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu
untuk memahami materi dasar-dasar pengukuran. Dalam mengamati suatu gejala
tidak lengkap apabila tidak dilengkapi dengan data yang didapat dari hasi pengukuran
yang kemudian besaran-besaran yang didapat dari hasil pengukuran kemudian
ditetapkan sebagai satuan. Pengukuran merupakan hal yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Alat yang digunakan untuk mengukur ada banyak, diantaranya
mikrometer sekrup. Percobaan ini dilakukan agar kita dapat membandingkan tingkat
ketelitian dari mikrometer sekrup.

1.2 Tujuan Percobaan

Dapat dan mahir menggunakan mikrometer untuk mengukur diameter atau


ketebalan pelet atau lempengan.

24
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat dilihat dan mengukur benda dengan
satuan ukur yang memiliki 0,01mm. Spindel dibuat dari baja campuran dan
seluruhnya disepuh keras. Murkontra mengunci setiap kedudukan sudah dalam skala
dapat disetel nol untuk memulai kerja batas ukur mikrometer dari 0-13 mm sampai
ukuran terbesar 575-600 mm. Sorong dibuat terbentuk tombol untuk memudahkan
penggunaannya. Sekang terbuat dari baja pipa stop,sekerup fungsinya untuk
menjamin tekanan yang merata. Mikrometer itu sangat peka terhadap pegangan
tangan panas yang terlalu lama sehingga menimbulkan pemuian dengan akibat
pembacaan yang tidak teliti. Oleh karena itu, jangan dipegang terlalu lama dari
semestinya.

Dan alat ukur panjang yang paling teliti adalah mikrometer


sekerup.Mikrometer sekerup dapat digunakan untuk mengukur benda-benda yang
sangat pendek ,misalkan ketebalan kertas,ketebalan lempeng aluminium atau
diameter kawat .mikrometer sekrup mempunyai ketelitian sampai dengan 0,01 mm.

Cara mengukur ketebalan aluminium dengan mikrometer sekrop adalah:

1. Baca skala utama yang terdekat dengan tepi selubur luar.

2. Perhatikan garis yang berimpit antara garis mendatar pada skala utama denagn
garis skala pertama selubung luar.

Misalnya : skala utama 2,5 mm,garis yang berimpit antara garis mendatar
adalah garis ke 38.Jadi,dari satu dan 2 dapat di peroleh bacaan mikrometer sekerup =

25
2,5mm + 0,38 = 2,88 mm.Maka panjang (ketebalan) aluminium tersebut adalah 2,88
mm.

Mikrometer sekerup memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti dai pada
jangka sorong .ketelitiannya sampai 0,01mm.

(Sumber: Bilingual, 2006)

Mikrometer sekerup terdiri dari :

- poros tetap

- poros geser/putar

- skala utama

- skala nonius

- pemutar

- pengunci

Mikrometer sekerup biasanya dipakai untuk mengukur ketebalan suatu


benda.Misalnya:diameter kawat yang lebih kecil.Pada saat menggunakan mikrometer
sekerup,pastikan pengunci dalam keadaan terbuka.

Skala pada mikrometerr sekerup terdiri dari dua jenis,yaitu:

1. Skala utama terdiri dari : 1,2,3,4,5 mm dan seterusnya dan nilai tengah 1,5 ;
2,5 ; 3,5 ; 4,5 ; 5,5 dan seterusnya.

2. Skala putar,terdiri dari skala satu (1-50) setiap skala putar berputar mundur 1
putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm.

Mikrometer adalah alat ukur yang dapat melihat dan mengukur benda dengan
satuan ukur yang memiliki ketelitian 0.01 mm.Satu mikrometer adalah secara luas

26
digunakan alat di dalam teknik mesin electro untuk mengukur ketebalan secara tepat
dari blok-blok, luar dan garis tengah dari kerendahan dan batang-batang slot.
Mikrometer ini banyak dipakai dalam metrology, studi dari pengukuran,

Mikrometer memiliki 3 jenis umum pengelompokan yang didasarkan pada


aplikasi berikut :

1. Mikrometer Luar ,mikrometer luar digunakan untuk ukuran memasang kawat,


lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2. Mikrometer dalam, mikrometer dalam digunakan untuk mengukur garis
tengah dari lubang suatu benda
3. Mikrometer kedalaman ,mikrometer kedalaman digunakan untuk mengukur
kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.

Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup


titik nada.Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah
pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal, orang bisa
menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk menekan material, memberi satu
pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara memasang satu tangkai yang roda bergigi
searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu.

Satu mikrometer ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme sekrup


titik nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer-mikrometer adalah
pemasukan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi. Secara normal, orang bisa
menggunakan keuntungan mekanis sekrup untuk menekan material, memberi satu
pengukuran yang tidak akurat. Dengan cara memasang satu tangkai yang roda bergigi
searah keinginan pada satu tenaga putaran tertentu.

(Sumber: Mariani, Widi. 2007)

27
Bola mengukur perhatikan bahwa muka landasan dan muka spindel dalam
keadaan tegak lurus dan pada benda yang akan diukur. Sorongnya dibagi menjadi 25
bagian, karena satu putaran penuh adalah sama satu bagian kecil pada lidah skala
(0.025), maka setiap bagian pada sorong adalah 0.001. Pada lidah skala dibuat bagian
besar yang merupakan sepersepuluh inchi, yaitu 0.100 setiap bagian besar di bagi lagi
menjadi 4 bagian kecil masing-masing sebesar 0.025. (B.H.Amstead.dkk, 1993)

Ulir mikrometer mempunyai kisaran ½ mm. ini berarti dua putaran sorong
akan menggerakkan spindel 1 mm. garis skala dibagi dalam dua macam / guratan.
Bagian atas memberikan dalam milimeter dan bagian bawah dalam tengahan
milimeter / skala sorong dibagi dalam 50 bagian yang sama dalam lima bagian. Setiap
bagian skala adalah 1/50 dari ½ mm = 1/100 mm (0.025), maka setiap bagian pada
sorong adalah 0.001 cm.

Mikrometer itu sangat peka terhadap pegangan panas yang terlalu lama
sehingga menimbulkan pemuian denagn akibat pembacaan yang tidak teliti. Karna itu
jangan di pgang terlalu lama dari pada semestinya. Bila mengukur perhatikan muka
landasan dan muka spindel dalam keadaan tegak lurus pada benda yang akan di ukur.

Pada mikrometer inchi ini ada yang nama-1. Pada mikrometerbichi ini ada
yang namanya pal stop / sekeru perasa fungsinya untuk menjamin tekanan yang
merata. Perhatikan bahwa muka yang kotor atau berminyak akan nmemberikan
pembacaan yang salah.

(Nyoman Kertosa, 1994)

28
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat /Bahan

3.1.1 Alat

1. Mikrometer sekrup dan pengunci 1 buah

3.1.2 Bahan

1. Kelereng 1 buah

2. Triplek 1 buah

3. Karton 1 buah

4. Kaleng 1 buah

3.2 Cara Kerja

1. Sebelum dipakai untuk pengukuran atau setiap kali akan dilakukan


pengukuran terlebih dahulu dilihat apakah mikrometer berada dalam posisi
nol atau tidak.Caranya yaitu diputar sekerup S sehingga ujung A dan B
bertemu dan terdengar bunyi krik-krik lalu dilihat apakah lingkaran nonius
telah berimpit dengan garis nol atau tidak.Caranya yaitu diputar sekerup
sehinnga ujung A dan B bertemu dan berbunyi krik-krik lalu dilihat apakah
lingkaran nonius telah berimpit dengan garis nol skala utama dan garis nol

29
skala nonius telah satu garis dengan garis tengah skala utama.Apabila belum
maka perlu dilakukan penyetelan sehinnga kondisi nol tersebut dapat
dicapai.Untuk penyetelan mikrometer tersebut dapat ditanyakan pada asisten.

2. Setelah posisi nol dicapai maka diletakkan benda yang akan diukur diantara
ujung A dan B dengan memutar sekerup S sehingga ujung A dan B tepat
menyentuhkedua sisi benda itu.Pemutaran sekerup S diputar lagi sampai
terdengar krik-krik lalu penahan K digeser kearah anak panah agar kedudukan
skala tidak berubah lagi walaupun mikrometer tersebut diletakkan sembarang.

3. Kemudian dilakukan percobaan pengukuran,caranya sebagai berikut: Dicatat


angka skala utama yang kelihatan,dari angka nol sampai lingkaran
nonius.Kemudian ditambahkan dengan angka skala nonius yang segaris atau
mendekati garis tengah utama skala utama setelah dikalikan dengan ketelitian
mikrometer sekerup (0,01 mm).Contoh misal angka pada skala utama yang
terlihat adalah 1,50 mm dan angka skala nonius yang satu garis dengan skala
utama 21.Berarti hasil pengukuran itu adalah 1,50 mm + 0,21 mm = 1,71 mm
atau 0,171 cm.

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Diameter/ketebalan
Nama benda (mm) Nilai rata-rata (mm)
su sn hp
Kelereng bening 16 46 16.45
16 47 16.47 16.45
16 43 16.43
Kelereng susu 15 36 15.36
15 35 15.35 15.32
15 37 15.37

Triplek 3 10 3.1
5 45 5.45 4.19
4 4 4.04
Lempeng 2 21 2.21
2 27 2.27 2.24
2 24 2.24
Karton 3 12 3.22
3 31 3.31 2.95
2 33 2.33

31
4.2 Pembahasan

Dalam setiap pengukuran akan muncul sebuah ketidak pastian pengukuran,


yaitu perbedaan hasil yang di dapat setiap kali mengulangi pengukuran suatu benda.
Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

1. kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang di buat.

2. kesalahan mikrometer tidak berimpit dengan garis

3. kesalahan posisi dalam membaca skala alat ukur

4. kesalahan dari kita sendiri yang tidak teliti dalam membaca skala pada
mikrometer

32
BAB V

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Mikroeter sekrup mempunyai ketelitian hingga 0.01mm

2. Perbedaan yang mempengaruhi perbedaan hasil pengukuran pada setiap ulangan


pengukuran salah satunya adalah kesalahan pembacaan suatu pengukuran

3. Mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda

4. Nilai rata-rata dari ketebalan masing-masing benda pada praktikum adalah:

a. Triplek : 4.19 mm

b. Lempeng : 2.24 mm

c. Kelereng : 16.45 mm dan 15.32 mm

d. Karton : 2.95 mm

33
DAFTAR PUSTAKA

Bilingual. 2006. Science of phishic. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Mariani, Widi. 2007. Dasar-dasar Pengetahuan Fisika. Jakarta: Penerbit Yudhistira.

Sears F.w, dan M.W. Zemasky, 1995, Universitas Physics, Addison Publishing
Company Inc.

Sterford John, Guy Mc Murdo, 1999, Teknologi kerja logam, Erlangga, Jakarta.

Team jurusan Teknik Kimia 2000, Unimal – Pratikum Fisika Dasar – Lhokseumawe.

34
LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

a. Kelereng bening
1. Su=16mm sn=46mm

Hp=0,01 (su+sn)
=0,01 (16+46)
=16,46mm

2. Su=16mm sn=47mm

Hp=0,01(16+46)
=16,47mm

3. Su=16mm sn=43mm

Hp=0,01 (16+43)
=16,43mm

b. Kelereng susu
1. su= 15mm sn=36mm

Hp= 0,01 (15+36)

35
= 15,36mm

2. su= 15mm sn=35mm

Hp= 0,01 (15+35)


=15,35mm

3. su= 15mm sn= 37mm

Hp= 0,01 (15+37)


= 15,37mm

c. Triplek
1. su= 3mm sn= 10mm

Hp = 0,01 (3+10) = 3,1

2. su = 5mm sn= 45mm

Hp = 0,01 (5+45) = 5,45

3. su = 4mm sn = 4mm

Hp = 0,01 (4+4) = 4,04

d. Lempeng

36
1. su = 2mm sn = 21mm

Hp = 0,01 (2+21) = 2,21mm

2. su = 2mm sn=27

Hp = 0,01 ( 2+27)
= 2,27mm

3. su = 4mm sn = 24mm

Hp = 0,01 (4+24) = 4,24mm

e. Karton
1. su= 3mm sn = 12mm

Hp = 0,01 ( 3+12) = 3,12mm

2. su = 3mm sn = 31 mm

Hp = 0,01 (3+31) = 3,31mm

3. su = 2mm sn = 33mm

Hp = 0,01 ( 2+33 ) =2,33mm

37
LAMPIRAN C

JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Apakah mungkin ketelitian micrometer sekrup ini dapat diperkecil lagi dari 0,001
mm?

Jawab:

Tidak mungkin, karena setelah dikaitkan dengan ketelitian mikrometer sekrup (0,01
mm), dan ditambahkan dengan skala noniusnya, nilainya semakin tinggi.

Seperti contoh: misalnya skala utama yang terlihat adalah 1,50 mm dan skala angka
nonius adalah 21 mm berarti pengukurannya adalah 1,50 mm + (0,21 mm) = 1,71
mm.

38
LAMPIRAN D

GAMBAR ALAT

Mikrometer Sekerup Kelereng susu

Kelereng bening Triplek

39
Kertas Kardus
Lempengan Besi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kita sering mendengar kata gesekan. Misal, gesekan antar mesin,


gesekan antara tangan dengan meja, dan lain sebagainya. Kehidupan kita sehari-hari
tidak terlepas dari bantuan gaya gesekan, walaupun terkadang tidak kita sadari.
Tanpa gaya gesek, kita tidak akan bisa berjalan, roda sepeda motor atau mobil juga
tidak akan bisa berputar, demikian juga pesawat terbang akan selalu tergelincir.
Berita di televisi dan surat kabar yang mengatakan bahwa pesawat terbang tergelincir
merupakan salah satu bukti, demikian juga ketika kita terpeleset dan jatuh. Namun,
terkadang gaya gesekan dapat merugukan kita misalnya, gaya gesek antara benda-
benda di dalam mesin yang dapat menyebabkan mesin cepat aus dan rusak. Gesekan
biasanya terjadi di antara dua permukaan benda yang bersentuhan, baik terhadap
udara, air atau benda padat. Ketika sebuah benda bergerak di udara, permukaan benda
tersebut akan bersentuhan dengan udara sehingga terjadi gesekan antara benda
tersebut dengan udara.
Demikian juga ketika bergerak di dalam air. Gaya gesekan juga selalu terjadi
antara permukaan benda padat yang bersentuhan, sekalipun benda tersebut sangat

40
licin. Permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya sangat kasar dalam skala
mikroskopis. Ketika kita mencoba menggerakan sebuah benda, tonjolan-tonjolan
miskroskopis ini mengganggu gerak tersebut.. Ketika sebuah benda bergerak,
misalnya ketika kita mendorong sebuah buku pada permukaan meja, gerakan buku
tersebut mengalami hambatan dan akhirnya berhenti, karena terjadi gesekan antara
permukaan bawah buku dengan permukaan meja serta gesekan antara permukaan
buku dengan udara, di mana dalam skala miskropis, hal ini terjadi akibat
pembentukan dan pelepasan ikatan tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

a. Mempelajari keadaan static dan dinamik benda padat pada bidang datar.

b. Mempelajari penggunaan hukum Newton I dan II.

c. Mengamati pengaruh gaya gesekan pada gerakan benda-benda pada bidang


datar.

d. Menghitung koefisien gaya gesek statis dan kinetic.

41
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gaya gesekan merupakan gaya tekanan yang ditimbulkan untuk merintangi


gesekan benda yang bergeser di atas permukaan benda lain dimana gaya gesek
bergantung pada kekerasan gesekan dan besarnya gaya geser slalu sejajar kedua
permukaanyang bergesekan dan arahnya lintangan dengan arah benda yang bergerak.
Gaya gesek biasanya terjadi diantara dua permukaan benda yang bersentuhan,
baik terhadap air atau benda padat , ketika sbuah benda bergerak di udara permukaan
benda tersebut dengan udara. Demikian juga ketika bergerak di dalam air, gaya
gesekkan juga slalu terjadi antara permukaan benda padat yang bersentuhan sekalipun
benda tersebut sangat licin permukaan benda yang sangat licin pun sebenarnya
sangat kasar dalam skala mikroskopis, ketika kit mencobamenggerakkan sbuah
benda, tonjolan-tonjolan mikroskopis ini mengganggu gerak tersebut (Bird,
Tong.1987).
Jika permukaan suatu benda bergeseran dengan permukaan benda lain,
masing benda tersebut nelakukan gaya gesekan antara satu dengan lain. Gaya gesekan

42
pada bendayang bergerak slalu berlawanan arah dengan arah gesekan benda
tersebut.Secara umum gaya gesek dapat dituliskan sebagai suatu ekspansi deret,
yaitu:

di mana suku pertama adalah gaya gesek yang dikenal sebagai gaya gesek statis
fluida.
Gaya gesek dapat merugikan atau bermanfaat. Panas pada poros yang
berputar, engsel pintu yang berderit, dan sepatu yang aus adalah contoh kerugian
yang disebabkan oleh gaya gesek. Akan tetapi tanpa gaya gesek manusia tidak dapat
berpindah tempat karena gerakan kakinya hanya akan menggelincir di atas lantai.
Tanpa adanya gaya gesek antara ban mobil dengan jalan, mobil hanya akan slip dan
tidak membuat mobil dapat bergerak. Tanpa adanya gaya gesek juga tidak dapat
tercipta parasut (Dogra.1985).
Terdapat dua jenis gaya gesek antara dua buah benda yang padat saling
bergerak lurus, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis, yang dibedakan antara
titik-titik sentuh antara kedua permukaan yang tetap atau saling berganti (menggeser).
Untuk benda yang dapat menggelinding, terdapat pula jenis gaya gesek lain yang
disebut gaya gesek menggelinding (rolling friction). Untuk benda yang berputar tegak
lurus pada permukaan atau ber-spin, terdapat pula gaya gesek spin (spin friction).
Gaya gesek antara benda padat dan fluida disebut sebagai gaya Coriolis-Stokes atau
gaya viskos (viscous force).

2.1 Gaya gesek kinetis

Gaya gesek kinetis (atau dinamis) terjadi ketika dua benda bergerak relatif
satu sama lainnya dan saling bergesekan. Koefisien gesek kinetis umumnya
dinotasikan dengan μk dan pada umumnya selalu lebih kecil dari gaya gesek statis
untuk material yang sama (Sukarjo.1985)

43
2.2 Gaya gesek statis

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Seperti contoh, gesekan statis dapat mencegah benda
meluncur ke bawah pada bidang miring. Koefisien gesek statis umumnya dinotasikan
dengan μs, dan pada umumnya lebih besar dari koefisien gesek kinetis.
Gaya gesek statis dihasilkan dari sebuah gaya yang diaplikasikan tepat
sebelum benda tersebut bergerak. Gaya gesekan maksimum antara dua permukaan
sebelum gerakan terjadi adalah hasil dari koefisien gesek statis dikalikan dengan gaya
normal f = μs Fn. Ketika tidak ada gerakan yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki
nilai dari nol hingga gaya gesek maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya
gesek maksimum yang berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan
oleh gaya gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah.
Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan gerakan
terjadi. Setelah gerakan terjadi, gaya gesekan statis tidak lagi dapat digunakan untuk
menggambarkan kinetika benda, sehingga digunakan gaya gesek kinetis
(Sukarjo.1985).

2.3 Gaya gesekan yang menguntungkan

1. Gaya gesekan antara alas kaki dengan lantai pada saat berjalan. Jika
permukaan lantai atau telapak kaki licin, maka dapat dipastikan orang yang
berjalan tersebut akan jatuh tergelincir.
2. Gaya gesekan pada penggunaan rem sepeda atau mobil, yang berfungsi untuk
menghentikan laju kendaraan tersebut.
3. Gaya gesekan udara saat parasut dikembangkan, dan sebagainya.

44
2.4 Gaya gesekan yang merugikan

1. Gaya gesekan pada komponen mesin yang berputar dan bersentuhan satu
sama lain. Gaya gesekan ini merugikan karena akan menimbulkan panas dan
mesin cepat aus sehingga akan mudah rusak. Cara untuk mengurangi
pengaruh gaya gesek ini dengan memberi minyak pelumas pada mesin. Cara
lain dalam mengurangi gaya gesekan pada mesin adalah dengan memasang
bola-bola besi keeil di antara bagian yang berputar, contohnya adalah pada
poros roda sepeda.
2. Gaya gesekan antara permukaan ban dengan jalan raya. Pada jalan yang kasar
atau tidak rata, gaya gesekan antara roda dengan jalan sangat besar sehingga
sulit untuk melaju dengan cepat. Oleh karena itu, pada jalan raya dilapisi
dengan aspal supaya halus dan kendaraan dapat melaju dengan cepat.
3. Gaya gesekan udara dengan benda yang begerak. Contohnya mobil balap
didesain sedemikian rupa supaya gaya gesekan udara tidak mengurangi
kelajuan mobil. Bentuk mobil dengan memperkecil gaya gesekan udara
disebut bentuk mobil yang aerodinamis
(http://pustakafisika.wordpress.com/2013/04/20/gaya-gesekan-yang-
menguntungkan-dan-merugikan/ ).

2.5 Penerapan gaya gesekan pada tikungan

`Dalam Hal ini, akanada dua macam keadaan yang akan dibahas, yaitu dalam
tikungan datar dan tikungan miring. Untuk yang tikungan miring akan dibahas dua
macam, yaitu tanpa gesekan dan dengan gesekan. Hal yang dibahas adalah berapa
kecepatan yang diijinkan untuk sebuah kendara bermotor untuk menempuh tikungan
itu.

1. Tikungan Datar (Dengan Gesekan)

45
Dalam hal ini tikungan kita anggap sebagai lingkaran. Maka bila ada
kendaraan yang ingin menikung, pasti ada gaya sentripetal yang arah menuju pusat
lingkaran. Pada jalan datargaya gesek statis yang bekerja pada ban ke pusat lingkaran
merupakan gaya sentripetal. Sehingga untuk mencari besarnya kecepatan yang
diijinkan digunakan persamaan berikut:
fs = Fs
µkN = (mv2) : R , sehingga:

dengan:
fs = Gaya Gesek Statis
µs = Koefisien Gesek Statis
N = Gaya Normal (m.g)
v = Kecepatan
m = Massa
R = Jari - Jari
g = Percepatan Gravitasi

2. Tikungan Miring
Dalam hal tikungan miring ada dua hal yang akan di bahas, yaitu dengan atau
tidak dengan gesekan. Hal ini akan dibahas satu persatu.

a. Tanpa Gesekan
Sama halnya dengan tikungan datar, saat kendaraan menikung, gaya gesek
mengarah ke pusat. Namun dalam hal ini besarnya gaya gesek adalah N sinA,
sehingga didapatkan rumus:
N sinA = (mv2) : R
Selain itu juga didpatkan bahwa besarnya gaya berat yang bekerja adalah gaya
normal dikalikan cosinus dari sudut kemiringan, atau dapat dituliskan:

46
N = (mg) : cosA

Dengan begitu jika persamaan kedua di subsitusikan ke persamaan pertama


didapatkan:
(mg) X (sinA : cosA) = (mv2) : R
g sinA = v2 : R, sehingga:

dengan:
N = Gaya Normal (m.g)
v = Kecepatan
m = Massa
R = Jari - Jari
A = Sudut Kemiringan
g = Percepatan Gravitasi

b. Dengan Gesekan
Tikungan sirkuit balap dibuat miring dengna maksud tertentu. Sirkuit dibuat
miring agargaya normal yang bekerja pada mobil memiliki komponen horizontal ke
arah pusat lingkaran untuk memnberikan gaya sentripetal. Untuk mencari besarnya
kecepatan yang diijinkan untuk menempuh sebuah tikungan dengan gaya gesek
dengan kemiringan sudut sebesar A adalah:

dengan:
v = Kecepatan
µs = Koefisien Gesek Statis
R = Jari - Jari

47
A = Sudut Kemiringan
g = Percepatan Gravitasi
( http://www.comp.nus.edu.sg/)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat /Bahan

1.Timbangan

2.Stop watch

3.Mistar

4.Tali Pengikat

5.Benda (balok kayu)

6.Beban dan tempat beban

7.Bidang miring

3.2 Cara Kerja

A. Gaya Gesek Statis

48
1. Menimbang dan mencatat massa dari tiap benda yang dipelukan.
2. Meletakkan benda pada suatu posisi diatas meja kemudian menghubungkan
benda dan tempat beban dengan tali.
3. Memberi beban pada tempat beban,mulai dari beban yang kecil,kemudian
menambahkan sedikit demi sedikit hingga benda tepat bergerak.

B. Gaya Gesek Dinamis

1. Memberi beban pada tempat beban sehingga system bergerak dengan cepat.
2. Mencatat waktu yang dibutuhkan oleh tempat beban untuk tiba dilantai.
3. Mengulangi langkah 2 sebanyak 8 kali.

C. Bidang Miring

1. Menyusun peralatan
2. Memberikan sudut kemiringan ( 5o)
3. Melakukan prosedur A dan B di atas
4. Mengulangi sebanyak 8 kali.

49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

A. Gaya gesek statis

Ulangan Massa A(kg) Massa B(kg) Keterangan


1 0.25 0.06 Diam
2 0.25 0.1 Bergerak
3 0.25 0.13 Bergerak
4 0.25 0.2 Bergerak
5 0.25 0.5 Bergerak

B. Gaya gesek dinamis


Massa Massa t rata-
Ulangan h(m) v(m/s) W(N) Fk
A(kg) B(kg) rata(sekon)
1 0.25 0.2 0.83 0.5 0.602 1,96 1,96 3,43
2 0.25 0.3 0,67 0.5 0.746 2,94 1,66 4,884
3 0.25 0.5 0.44 0.5 0.136 4.9 4,59 3,213

50
C. Bidang miring
t rata-
Ulang Massa Massa rata
h(m) v(m/s) W(N) Fk N
an A(kg) B(kg) (seko
n)
1 0.25 0.2 0 0.5 0 1,96 20 1,3 2,2932 1,76
2 0.25 0.3 1,58 0.5 0.316 2,94 20 0,87 2,3020 2,64
3 0.25 0.5 0.74 0.5 0.67 4,9 20 0,7 3,213 4,54

4.2 Pembahasan

Gaya gesek statis adalah gesekan antara dua benda padat yang tidak bergerak
relatif satu sama lainnya. Pada percobaan ini, balok yang memiiki massa benda (Ma)
250 gram yang ditarik oleh sebuah beban (Mb) yang memiliki massa 100 gram,
tampak bahwa balok yang bergerak karena diberikan sedikit demi sedikit beban.
Pada saat balok kayu yang memiliki massa 250 gram ditarik oleh massa beban
dari yang 200 gram, 300 gram, dan 500 gram, tampak bahwa balok sedikit demi
sedikit bergerak dan semakin cepat bergerak. Jika tarikan beban semakin kuat, terlihat
bahwa pada suatu harga tertentu balok mulai bergerak, gaya yang sama menghasilkan
gaya yang dipercepat, dengan memperkecil kembali gaya tarik tersebut, kita dapat
menjaga balok tersebut tetap bergerak dengan laju tetap (tanpa percepatan) dan juga
bisa mempercepat gerak balok tersebut dengan menambahkan gaya tarik.

51
Dari hasil percobaan dapat digambarkan grafk antara Fk kinetic dengan Fk
bidang miring terhadap Mb

Gaya gesek kinetic terjadi ketika dua buah benda bergeser relative satu sama
lain dan saling bergesekan. Dari data grafik diatas dapat dilihat bahwa semakin besar
massa beban yang diberikan dan sejajar pula gaya gesekan kinetic yang didapatkan.
Karena semakin besar berat beban yang akan memberikan gaya yang dibutuhkan
semakin besar pula. Hal ini menunjukkan bahwa gaya gesek yang bekerja pada benda
akan bergerak dan garisnya hampir sama.

Nilai koefisien gesek dari dua permukaan yang bergesekan menunjukkan nilai
kekasaran kedua permukaan tersebut. Pada saat benda mulai bergerak, yang berlaku
adalah gaya gesek kinetic. Grafik diatas menunjukkan bahwa semakin besar massa
benda yang diberikan, semakin kecil pula nilai koefisien gesek statis, yaitu semakin
besar massa benda yang diberikan semakin besar pula koefisien gesek statis. Dan ini
selaras dengan teori yang diberikan bahwa s> k.

52
BAB V

KESIMPULAN

Adapun beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah :

1. Gaya gesek dapan mengurangi laju suatu benda sehingga dapat juga
menghilangkan energi benda tersebut.
2. Gaya gesek statis lebih besar disbanding gasa gesek kinetik sehingga dapat
menahan benda untuk tetap diam.
3. Semakin berat beban yang diberikan maka benda semakin cepat meluncur.
4. Semakin besar sudut permukaan maka semakin besar gaya yang diperlukan untuk
membuat benda mendaki ke atas.

53
DAFTAR PUSTAKA

Bird, Tong.1987.Kimia Fisika Untuk Universitas.Gramedia:Jakarta.

Dogra.1985.”Kimia Fisika Dan Soal-Soal”.UI-Press:Jakarta.

Sukarjo.1985.”Kimia Fisika”.Bina Aksara.

(http://pustakafisika.wordpress.com/2013/04/20/gaya-gesekan-yang-menguntungkan-
dan-merugikan/ ).

( http://www.comp.nus.edu.sg/).

54
LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

1. Gaya gesek kinetic

a. Ma = 0,25 kg

Mb = 0.2 kg

Ms = = 1,75

N = Mb x g = 0,2 kg x 9,8 m/s2 = 1,96 N

Fs = Ms x N = 1,75 x 1,96 N = 3,43 N

b. Ma = 0,25 kg

Mb = 0.3 kg

Ms = = 1,66

N = Mb x g = 0,3 kg x 9,8 m/s2 = 2,94 N

Fs = Ms x N = 1,66 x 2,94 N = 4,8804 N

55
c. Ma = 0,25 kg

Mb = 0.5 kg

Ms = = 0,7

N = Mb x g = 0,5 kg x 9,8 m/s2 = 4,59 N

Fs = Ms x N = 0,7 x 4,59 N = 3,213 N

LAMPIRAN C

JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Hitunglah gaya berat total pada beban dengan menganggap g = 9.8 m.s -2 pada tiap
bagian percobaan!
2. Hitunglah besarnya gaya gesek statis dan koefisien gesek statis
(dari bagian A)!
3. Tentukan percepatan gerak sistem (dari bagian B)!
4. Tentukan gaya gesek kinetis yang dialami benda dan koefisien gaya gesek kinetis
permukaan!
5. Apakah kesimpulan anda?

Jawab

1. m = 0.2 kg w = m.g
= 0.2 kg x 9.8 m.s-2
= 1.96 J

56
m = 0.3 kg w = m.g
= 0.3kg x 9.8 m.s-2
= 2,94 J

m = 0.5 kg w = m.g
= 0.5 kg x 9.8 m.s-2
= 4,59 J

2. F = fs
fs = m2.a

a = = = 0,725 m.s-2
fs = 0.2 kg x 0,725 m.s-2
= 0.145 N
µs = fs / N
N = m2.g = 0.2 kg x 9.8 m/s2 = 1.96 N
µs = 0.145 N / 1.96 N = 0.074

3. a) m = 0.2 kg a = = = 0 m.s-2

b) m = 0.3 kg a = = = 0.2 m.s-2

c) m = 0.5 kg a = = = 0.9 m.s-2

4. a) a =

a = = = 0,725 m.s-2

µk = =

57
= -0,582
5. Gaya gesek dapat mengurangi laju suatu benda sehingga dapat juga menghilangkan
energi benda tersebut.

LAMPIRAN D

GAMBAR ALAT

Busur Mistar

Tali pengikat Balok kayu

58
Stopwatch Timbangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari
yangada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang
kita pergunakansetiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita, salah satu
contohnya adalah permainan ditaman kanak-kanak, yaitu ayunan. Sebenarnya ayunan
ini juga dibahas dalam ilmu fisika, dimana dari ayunan tersebut kita dapat
menghitung perioda yaitu selang waktu yang diperlukan beban untuk melakukan
suatu getaran lengkap dan juga kita dapat menghitung berapa besar gravitasi bumi di
suatu tempat.

Pada percobaan ini, ayunan yang dipergunakan adalah ayunan yang dibuat
sedemikian rupa dengan bebannya adalah bandul fisis.
Pada dasarnya percobaan dengan bandul ini tadak terlepas dari getaran, dimana
pengertian getaran itu sendiri adalah gerak bolak balik secara periodia melalui titik
kesetimbangan. Getaran dapat bersifat sederhana dan dapat bersifat kompleks.
Getaran yang dibahasntentang bandul adalah getaran harmonik sederhana yaitu suatu
getaran dimana resultan gaya yang bekerja pada titik sembarangan selalu mengarah

59
ke titik kesetimbangan dan besar resultan gaya sebanding dengan jarak titik
sembarang ketitik kesetimbangan tersebut.

1.2 Tujuan Percobaan

1. Mempelajari osilasi bandul matematis

2. Menghitung percepatan grafitasi bumi dengan bandul matematis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bandul adalah benda yang terikat pada sebuah tali dan dapat berayun secara
bebas dan periodik yang menjadi dasar kerja dari sebuah jam dinding kuno yang
mempunyai ayunan.dalam bidang fisika,prisip ini pertama kali ditemukan pada tahun
1602 oleh gali leo gali lee,bahwa perioda (lama gerak osilasi satu
ayunan,T).dipengaruhi oleh panjang tali dan percepatan grafitasi.Gerak osilasi yang
popular adalah gerak osilasi pendulum (bandul).pendulum sederhana terdiri dari
seutas tali ringan dan sebuah bola kecil (bola pendulum) bermassa m yang di
gantungkan pada ujung tali,gaya gesekan udara kita abaikan dan massa tali sangat
kecil sehingga dapat diabaikan relative terhadap bola.dengan bandul pun kita dapat
mengetahui grafitasi di tempat bandul tersebut diuji.

Bandul sederhana adalah sebuah benda kecil ,biasanya benda berupa bola
pejal,digantung pada seutas tali yang massanya dapat diabaikan dibandingkan dengan
massa bola dan panjang bandul sangat besar.dibandingkan dengan jari-jari bola.ujung
tali lain digantungkan pada suatu penggantung yang tetap ,jika bandul diberi

60
simpangan kecil dan kemudian dilepaskan bandul akan berosilasi (bergetar) diantara
dua titik,misalnya titik A dan B dengan periode T yang tetap.Bandul matematis
adalah sebuah benda ideal yang terbuat dari sebuah massa titik yang di ikat dengan
seutas tali dan digantungkan .jika diberi simpangan ,bandul ini akan berosilasi atau
bergetar dengan ragam getaran selaras.

Periode getarannya adalah;

T=2

Dengan :

T = Periode osilasi (sekon)

= Panjang tali (m)

g = percepatan gravitasi bumi ( )

(Gambar 2.1 Bandul matematis.

m = massa benda (Daniel, M. 1988)

Ayunan matematis didefinisikan sebagai sebuah partikel yang tergantung pada


suatu titik tetap dari seutas tali yang tidak mempunyai berat dan tidak dapat
bertambah panjang, bila ayunan itu bergerak dari vertical sehingga membuat sudut ,
dan simpangannya s dari posisi kesetimbangan sama dengan A , dimana adalah
panjang tali dan diukur dengan radian.Karena itu getaran bukan harmonik, karena

61
gaya pemulihannya itu proporsional dengan . Sedangkan simpangannya
proporsional dengan . Akan tetapi jika sudut kecil, dapat disamakan dengan
dan gaya pemulihannya akan menjadi :

F=- =- .

Oleh karena itu konstanta gaya efektif ialah k = dan periodenya

T=2 = 2

Dapat dibuktikan bahwa persamaan ekstrat untuk perioda, bila simpangan sudut
maksimumnya , diberikan oleh deret tak hingga.

T=2

(Sri Sulastri, 1994)

Perioda dapat dihitung sampai tingkat ketelitian yang dinginkan dengan


mengambil suku secukupnya dalam deret itu. Bila = 15o, perioda sejati akan berbeda
dari perioda berdasarkan persamaan diatas, bedanya kurang dari 0.5 %.Ayunan
matematis atau bandul matematis adalah suatu metode yang teliti dan mudah untuk
mengukur percepatan gaya berat tanpa memanfaatkan benda jatuh bebas Karena
dan dapat mudah diukur.Ayunan yang dibuat lebih seksama banyak dipakai dalam
bidang geofisika endapan bijih besi atau minyak di suatu tempat.

(Sears Zemansky, 1982

bandul matematis - Gerak periode merupakan suatu gerak yang berulang pada
selang waktu yang tetap. Contohnya gerak ayunan pada bandul. Dari satu massa yang

62
brgantung pada sutas tali, kebanyakan gerak tidaklah betul-betul periodik karena
pengaruh gaya gesekan yang membuang energi gerak.

Benda berayun lama akan berhenti bergetar. ini merupakan periodik teredam.
Gerak dengan persamaan berupa fungsi sinus merupakan gerak harmonik sederhana.
Periode getaran yaitu T. Waktu yang diperlukan untuk satu getaran frekwensi gerak f.
jumlah getaran dalam satu satuan waktu T = 1/f posisi saat dimana resultan gaya pada
benda sama dengan nol adalah posisi setimbang, kedua benda mencapai titik nol
(setimbang) selalu pada saat yang sama
Gaya pada partikel sebanding dengan jarak partikel dari posisi setimbang
maka partikel tersebut melakukan gerak harmonik sederhana. Teori Robert hooke
(1635-1703) menyatkan bahwa jika sebuah benda diubah bentuknya maka benda itu
akan melawan perubahan bentuk dengan gaya yang seimbang/sebanding dengan
besar deformasi, asalkan deformasi ini tidak terlalu besar, F = -kx. Dan dalam batas
elastisitas gaya pada pegas adalah sebanding dengan pertambahan panjang pegas.
sedangkan pertambahan panjang pegas adalah sama dengan simpangan osilasi atau
getaran. F = + k ∆x
Gaya gesekan adalah sebanding dengan kecepatan benda dan mempunyai arah
yang berlawanan dengan kecepatan. persamaan gerak dari suatu osilator harmonik
teredam dapat diperoleh dari hukum II Newton yaitu F = m.a dimana F adalah
jumlah dari gaya balik –kx dan gaya redam yaitu –b dx/dt, b adalah suatu tetapan
positif.
Banyak benda yang berosilasi bergerak bolak-balik tidak tepat sama karena
gaya gesekan melepaskan tenaga geraknya. Periode T suatu gerak harmonik adalah
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh suatu lintasan langkah dari geraknya yaitu
satu putaran penuh atau satu putar frekwensi gerak adalah V = 1/T .
Satuan SI untuk frekwensi adalah putaran periodik hert. posisi pada saat tidak
ada gaya netto yang bekerja pada partikel yang berosilasi adalah posisi setimbang.

63
partikel yang mengalami gerak harmonik bergerak bolak-balik melalui titik yang
tenaga potensialnya minimum (setimbang). contoh bandul berayun.
Chritian Haygens (1629-1690) menciptakan : Dalam bandul jam, tenaga
dinerikan secara otomatis oleh suatu mekanisme pelepasan untuk menutupi hilangnya
tenaga karena gesekan.
Bandul matematis adalah salah satu matematis yangbergerak mengikuti gerak
harmonik sederhana. bandul matematis merupakan benda ideal yang terdiri dari
sebuah titik massa yang digantungkan pada tali ringan yang tidak bermassa. jika
bandul disimpangkan dengan sudut θ dari posisi setimbangnya lalu dilepaskan maka
bandul akan berayun pada bidang vertikal karena pengaruh dari gaya grafitasinya.

" berdasarkan penurunan hukum-hukum newton disebutkan bahwa periode ayunan


bandul sederhana dapat di hitung sbb :

T = 2π √(l/g)
Dimana:

T : Periode ayunan (detik)

l : Panjang tali (m)

g : Konstanta percepatan gravitasi bumi ( m/〖det〗^2

64
Sumber : http://www.sarjanaku.com

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat /Bahan

1. Bandul matematis dan perlengkapannya

2. Tali 50 cm

3. Mistar

4. Statis

3.2 Cara Kerja

1. Bandul matematis diatur dengan panjang tali 50 cm, kemudian diusahakan


bandul berada pada keadaan setimbang

2. Pada bandul diberi simpangan kecil kemudian dilepaskan diusahakan agar


ayunan mempunyai lintasan dalam bidang tidak berputar

65
3. Kemudian dicatat waktu yang dibutuhkan untuk delapan getaran, diulangi
sebanyak lima kali

4. Dan diulangi dengan panjang tali 40 cm, 30 cm, 20 cm dan 10 cm .

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini yaitu :

No Panjang Sudut Putaran Waktu (s) Rata-rata Periode


Tali (cm) waktu (s) (t)
1 50 cm 30° 8 11.76 11.87 1.418
11.68
12.19
2 40 cm 30° 8 10.69 10.77 1.268
10.74
10.89
3 30 cm 30° 8 9.34 9.29 1.098
9.13
9.40
4 20 cm 30° 8 7.86 7.8 0.897
7.68
7.86

66
5 10 cm 30° 8 5.76 6.1 0.6324
5.90
6.64

4.2 Pembahasan

Pada percobaan diatas dilakukan percobaan dengan panjang tali yang berbeda
yaitu: 50 cm, 40 cm, 30 cm, 20 cm dan 10 cm, dengar besar sudut 30° sehingga nilai
yang didapatkan berbeda Karena panjang tali yang berbeda sehingga berpengaruh
terhadap kecapatan bandul sehingga didapat hasil periode adalah 1.418 sekon, 1.268
sekon, 1.098 sekon dan 0.6324 sekon.

Perbedaan tali terhadap bandul sangat berpengaruh terhadap nilai waktu,


semakin banyak waktu yang dilakukan bandul terhadap delapan kali putaran dan
sebaliknya semakin pendek tali yang digunakan maka semakin kecil pula waktu yang
diperlukan bandul untuk melakukan putaran. Waktu yang dilakukan bandul untuk
melakukan putaran akan sangat berpengaruh terhadap periode. Pada percobaan diatas
dapat kita lihat sebuang getara pada bandul sedangkan putaran itu adalah gerakan
bolak-balik suatu bandul yang ditempuh bandul dari pertama ayunan , misalnya dari
kesimpangan A kesimpangan B dan kembali keA disebut periode, sehingga waktu
yang dihasilkan berbada-beda oleh gaya gravitasinya.

67
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil percobaan yang kami peroleh maka dapat disimpulkan yaitu:

1. Semakin panjang tali ( L) maka semakin banyak waktu yang diperlukan.

2. Waktu yang dilakukan bandul untuk melakukaan putaran akan sangat terpengaruh
terhadap periode.

3. Semakin panjang tali yang digunakan pada bandul maka semakin banyak waktu
yang dibutuhkan dan semakin pendek tali yang digunakan maka semakin sedikit
waktu yang dibutuhkan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Kangina dan marthe,2007. Fisika SMA, Jakarta

Rusnto dan bambang ,2007 fisika SMA

Sukarto, kimia fisika,1985

69
LAMPIRAN B

PERHITUNGAN

A.Mencari t rata- rata

1.Dik : ts = 60,7 s

Panjang tali 50 cm

trata- rata

= 12.1 s

trata- rata

= 10,57 s

trata- rata

= 6,22 s

trata- rata

= 7,744 s

70
trata- rata

= 9,38 s s

B. Mencari Periode

1. Dik: L = 50 cm 0,5 m

g = 9,8 m/s

Dit : T = ..........?

Jawab : T = 2π √l/g

= 2(3,14) √0,5/9,8

= 2(3,14) √0,051

= 2(3,14) (0,225)

= 1,62 s

2.Dik: L = 40 cm 0,4 m

g = 9,8 m/s

Dit : T = ..........?

Jawab : T = 2π √l/g

= 2(3,14) √0,4/9,8

= 2(3,14) √0,0408

= 2(3,14) (0,2019)

= 1,267 s

71
3. Dik: L = 30 cm 0,3 m

g = 9,8 m/s

Dit : T = ..........?

Jawab : T = 2π √l/g

= 2(3,14) √0,3/9,8

= 2(3,14) √0,03

= 2(3,14) (0,173)

= 1,086 s

4.Dik: L = 20 cm 0,2 m

g = 9,8 m/s

Dit : T = ..........?

Jawab : T = 2π √l/g

= 2(3,14) √0,2/9,8

= 2(3,14) √0,020

= 2(3,14) (0,141)

= 0,885 s

5.Dik: L = 10 cm 0,1 m

g = 9,8 m/s

Dit : T = ..........?

72
Jawab : T = 2π √l/g

= 2(3,14) √0,1/9,8

= 2(3,14) √0,010

= 2(3,14) (0,1)

= 0,628 s

2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,5/1,622)

= 4(3,14)2 (0,5/2,6244)

= 4(3,14)2 (0,1905) = 7,51 m/s2

2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,4/1,2672)

= 4(3,14)2 (0,5/1,605)

= 4(3,14)2 (0,249) = 9,8 m/s2

2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,3/1,0862)

= 4(3,14)2 (0,3/1,179)

= 4(3,14)2 (0,25) = 10,01 m/s2

2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,2/1,8852)

= 4(3,14)2 (0,3/0,783)

73
= 4(3,14)2 (0,255) = 10,056 m/s2

2
g (l/T2) = 4(3,14)2 (0,1/0,6282)

= 4(3,14)2 (0,3/0,394)

= 4(3,14)2 (0,25) = 9,8

LAMPIRAN C

JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Apakah osilasi bandul matematis memenuhi keadaaan gerak harmonic


sederhanan? Jelaskan !

2. Buatlah grafik hubungan periode (T) dengan panjang tali (l) !

1. Osilasi bandul matematis telah memenuhi keadaan gerak harmonic sederhana,


yaitu pada gerak harmonic sederhana angular. Karena bandul pada percobaan
ini bolak – balik dari titik semula hingga kembali ke titik semula lagi.

2. Grafik hubungan periode (T) dengan panjang tali (l)

74
Periode (T) dalam sekon
0.6

0.5

0.4

0.3
Periode (T) dalam sekon
0.2

0.1

0
0.5 0.7 0.9 1.1 1.3 1.5

LAMPIRAN D

GAMBAR ALAT

75
Statif Stopwatch

Mistar Bandul

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zat didefinisikan sebagai sesuatu yang mempunyai massa dan memerlukan


ruang. Berdasarkan wujudnya, zat dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu zat

76
padat, zat cair dan gas. Setiap zat padat mempunyai massa jenis tertentu. Demekian
juga dengan zat cair dan gas. Oleh karena itu kita dapat mengetahui jenis zat
berdasarkan massa jenisnya Massa jenis (P) didefinisikan sebagai perbandingan
antara massa zat dan volumenya. Nilai massa jenis hanya bergantung pada jenis zat,
tidak bergantung pada massa atau volume zat. Dengan kata lain, nilai massa jenis
suatu zat adalah tetap. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat
memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat berapapun massanya berapapun
volumenya akan memiliki massa jenis yang sama Nilai massa jenis suatu zat
adalah tetap, tidak tergantung pada massa maupun volume zat, tetapi tergantung pada
jenis zatnya, oleh karenanya zat yang sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang
sama. Satuan massa jenis adalah kg/m3 atau g/cm3, jenis zat dapat diketahui dari
massa jenisnya. Massa jenis rata-rata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda bermassa
sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air.

1.2 Tujuan Praktikum

Menentukan massa jenis zat padat yang bentuk beraturan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Massa Jenis

77
Massa jenis suatu zat adalah bilangan yang menunjukkan berapa gram tiap 1
cm 3 zat itu pada suhu 0 0 C. Hal ini dapat dinyatakan dengan rumus :
M
So = gram/ cm 3 (5.1)
V0

dimana : S o = massa jenis zat pada suhu 0 0 C (gram/ cm 3 )


M = massa zat (gram)
V 0 = volume zat pada suhu 0 0 C (cm 3 )

Pada suhu t 0 C, massa jenis zat adalah :


M
St = gram/ cm 3
Vt
dimana : S t = massa jenis zat pada suhu t 0 C (gram/ cm 3 )
M = massa zat (gram)
V t = volume zat pada suhu t 0 C (cm 3 )
(Team Jurusan Teknik Kimia.2013)

Massa zat dapat diketahui dengan cara menimbang zat itu dengan timbangan
atau neraca ohaus sehingga besaran massa dapat diukur langsung dengan alat
ukurnya.
Pengukuran volume balok secara langsung dapat dilakukan dengan
memasukkan zat padat itu ke dalam gelas ukur yang berisi zat cair. Apabila
zat itu tenggelam seluruhnya maka perubahan penunjukan volume itu
merupakan voleme dari zat padat tersebut. Sedangkan pengukuran volume balok
secara tidak langsung dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok dengan
menggunakan alat ukur panjang diantaranya mistar, jangka sorong, dan mikrometer.
Setelah itu volume balok dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
V=pxlxt (2)
Dimana p = panjang balok, l = lebar balok, dan t = tinggi balok
Pada saat balok ditimbang di udara dengan berat Wu ternyata berat benda saat diukur

78
dalam zat cair Wa beratnya lebih kecil, menurut hukum Archimedes, “sebuah benda
yang tercelup dalam suatu fluida akan mengalami gaya ke atas Fa seberat volume
fluida yang dipindahkan. Sehingga dapat dirumuskan:
Wa = Wu – Fa (3)

Dimana Fa = berat volume air dipindahkan = rair .Vair pindah . g (4)


(Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unlam. 2011)

Massa jenis relatif adalah nilai perbandingan massa jenis. Kegunaannya


untuk mengetahui massa jenis zat. Massa jenis relatif tidak mempunyai satuan.
Dasar penggunaan massa jenis relative Massa jenis merupakan besaran turunan dari
massa dan volume dalam praktiknya pengukuran volume biasanya kurang teliti
dibandingkan dengan pengukuran massa. Oleh karena itu, untuk lebih teliti dalam
menentukan massa jenis dapat dilakukan dengan mengukur massanya dengan massa
jenis air. Karena massa jenis air merupakan bilangan yang mudah diingat, yaitu 1
g/cm3 atau 1.000 kg/m3, dengan demikian untuk mengetahui massa jenis relatif suatu
zat selalu akan menggunakan perbandingan massa jenis zat dengan bilangan 1 g/cm3
atau 1.000 kg/m3 (Kondo, 1982).
Massa jenis zat dapat dihitung dengan membandingkan massa zat (benda)
dengan volumenya. Massa jenis merupakan salah satu ciri untuk mengetahui
kerapatan zat. Pada volume yang sama,semakin rapat zatnya, semakin besar
massanya. Sebaliknya makin renggang, makin kecil massa suatu benda. Pada massa
yang sama, semakin rapat zatnya, semakin kecil volumenya. Sebaliknya, semakin
renggang kerapatannya semakin besar volumenya (Bredthauer, 1993).
Konsep massa jenis sering digunakan untuk dapat menentukan dengan tepat
jenis suatu zat (benda) apa yang sesuai dengan kebutuhannya, misalnya dalam
industri pesawat terbang, dibutuhkan suatu zat (bahan) yang kuat tetapi ringan, maka
digunakan aluminium sebagai badan pesawat, karena aluminium lebih ringan
massanya daripada besi (Hidayat, 1979).

79
Keterapungan (bouyancy) adalah fenomena yang umum : sebuah benda yang
dicelupkan ke dalam air nampak memiliki berat yang lebih ringan daripada saat
benda berada di udara. Suatu benda tak beraturan memiliki massa yang berbeda jika
dihitung massa jenisnya akan sama, karena massa jenis akan sama dengan kerapatan
benda. Dan kerapatan benda selalu sama walaupun bentuk dan ukurannya berbeda.
Selain itu, suhu akan mempengaruhi besarnya nilai massa jenis benda, karena suhu
dapat menyebabkan benda memuai atau menyusut, sehingga volume benda akan
berubah, sedangkan massanya tetap.
(Setiorini.2010)
2.2 Massa Jenis Zat Padat
Zat padat memiliki cirri – cirri yang berbeda dengan zat cair dan zat gas.

1. Zat padat yang bentuknya beraturan


Untuk zat padat jenis ini kita menghitung massa dengan neraca/timbangan.
Tentuya neraca dan satuan yang digunakan disesuaikan dengan zat padat yang kita
timbang. Untuk menghitung volumenya, karene bentuknya beraturan dapat
menggukan rumus (misalnya kubus, balok, bola, tabung dll). Perhatikan contoh
berikut :
Sebuah balok setelah ditimbang memiliki massa 80 kg, diketahui sisi-sisi balok
tersebut adalah panjang 400 cm, lebar 100 cm, dan tinggi 200 cm . Berapakah massa
jenis balok tersebut !
Penyelesaian :
Diketahui : m = 80 kg
V = Volume balok
= pxlxt
= 400 cm x 100 cm x 200 cm
= 8000000 cm3
= 8 m3

80
p = m/ v = 80 kg/ 8 m3 10 kg/ m3
2. Zat padat yang bentuknya tidak beraturan
Jika zat padat yang bentuknya beraturan volumenya dapat dihitung dengan
menggunakan rumus, untuk zat padat yang tidak beraturan seperti = misalnya batu,
volumenya dapat dihitung dengan gelas ukur atau gelas berpancuran. Dengan diketahui
massa dan volumenya massa jenisnya juga dapat diketahui.
Volume batu = volume air yang tumpah ke gelas

2.3 Massa Jenis Zat Cair dan Zat Gas


Zat cair memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan zat padat, untuk mengetahui
massa jenis zat cair pada prinsipnya sama dengan massa jenis zat padat. Yaitu dengan
menghitung massanya dan volumenya dan kemudian membagi massa dan
volumenya. Tetapi ada cara lain yang lebih pratis dan mudah yaitu dengan
menggunakan alat sederhana yang disebut hydrometer.
Karena zat gas juga memiliki massa dan memiliki volume secara teori juga
mempunyai massa jenis. Akan tetapi massanya sangat ringan dan selalu menyebar
menempati ruang sehingga menghitunganya sangat sulit silakukan. Fenomena
perbeaan massa jenis zat gas dapat kita amati ;ada peristiwa naiknya balon ke atas.
Hal tersebut terjadi karena gas dalam balon memiliki massa jenis yang lebih kecil
dibanding massa jenis udara.
(Arif Dwi Hadianto. 2013)

BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

1. Timbangan

81
2. Jangka sorong
3. Mikrometer sekrup
4. Balok kayu
5. Kelereng
6. Silinder Plastik
7. Silinder besi

3.2 Cara Kerja

1. Massa dari masing-masing objek ditimbang.


2. Sisi-sisi balok kayu diukur dengan jangka sorong sebanyak 3 kali
pengukuran.
3. Untuk diameter kelereng diukur dengan micrometer sekup sebanyak 3
kali pengukuran.
4. Diameter luar dan dalam untuk pipa besi dan pipa plastic diukur
dengan menggunakan jangka sorong sebanyak 3 kali pengkuran.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Benda D. luar D. Diameter Massa Volume Massa Tinggi
(mm) dalam (mm) Jenis (g) (mm)

82
(mm) (g/cm 3 ) (cm 3 )
SU SN SU SN SU SN
Pipa 2.1 0.5 1.8 4 2.0625 324.07 0.04316 14 12.9 0.5
Plastik 2.1 0.5 1.8 4 2.0625 324.07 0.04316 14 12.9 0.5
2.1 0.5 1.8 4 2.0625 324.07 0.04316 14 12.9 0.5
Pipa 2.5 4 2.2 1 2.475 1.82 49.328 89.61 9.9 7
Besi 2.5 4 2.2 1 2.475 1.82 49.328 89.61 9.9 7
2.5 4 2.2 1 2.475 1.82 49.328 89.61 9.9 7

Benda Diameter Luar Diameter Massa Volume Massa


(mm) (mm) Jenis (cm 3 ) (g)
SU SN (g/cm 3 )
Kelereng 15 33 15.33 2.392 1.8854 4.51
15 33 15.33 2.392 1.8854 4.51
15 33 15.33 2.392 1.8854 4.51

Panjang Lebar Tinggi


Benda Massa
(mm) (mm) (mm) Volume Massa
4.15 4.15 Jenis
9.2

Balok 9.2 4.15 4.15


455.167 0.158447
72.12 gr
9.2 4.15 4.15 gr/cm3 cm3

83
4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh massa jenis yang berbeda –
beda pada tiap benda yang berbeda pula. Pada percobaan ini, untuk menentukan
massa jenis padat, zat padat tersebut dihitung terlebih dahulu massa dan volumenya.
Setelah itu dapat ditentukan nilai massa jenisnya, yaitu dengan membagi nilai massa
benda (gram) dengan volume benda (cm 3 ). Paa percobaan ini, diperoleh massa dan
volume pada masing – masing benda, seperti pada pipa plastic 14 gram dan 0.04316
cm 3 ; pada pipa besi 89.61 g dan 49.328 cm 3 ; kelereng 4.51 g dan 1.8854 cm 3 ; dan
pada balok kayu 72.12 g dan 0.158447 cm 3 . Sehingga pada masing – masing benda
diperoleh massa jenisnya, yaitu : 324.07 g/ cm 3 pada pipa plastic; 1.82 g/ cm 3 pada
pipa besi; 2.392 g/ cm 3 pada kelereng; 455.167 g/ cm 3 pada balok kayu.
Dari semua benda tersebut, massa jenis yang paling tinggi ialah balok kayu
dan yang paling kecil adalah pipa besi. Diketahui bahwa massa jenis suatu zat
bernilai sama walaupun bentuk dan ukurannya berbeda. Untuk menentukan massa
jenis zat padat beraturan dapat memnggunakan rumus :
M
So =
V0
Hasil pengukuran yang diperoleh pada praktikum ini adalah sama karena
tingkat ketelitian pengukuran dengan jangka sorong dan mikrometer sekerup tetap.

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :
1. Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.

84
2. Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis berfungsi untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki
massa jenis yang berbeda.Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak
tergantung pada massa.
3. Untuk mennetukan massa jenis zat padat beraturan dapat digunakan dengan
M
rumus : S o =
V0

DAFTAR PUSTAKA

Arif Dwi Hadianto. 2013. Diktat Pelajaran IPA.Ponorogo

85
Bredthauer, Wilhem et al. 1993. Impulse Physik Jilid 1. Stuttgard: Ernst Klett
Schubuchvelag.

Hidayat, Bambang. 1979. Bumi dan Antariksa jili 1 dan 2. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Kondo, 1982. The New Book Of Populer Sience. New York: Groiler Int. Inc

Setiorini, Indah, 2010, Laporan Seminar Fisika

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

1. Kelereng putih

86
SN = 33 x 0,01 = 0,33
SU = 15
D = 15 + 0,33 = 15,33 mm

V= (7,665)3 = 1885,4 mm3 atau 1,8854 cm3

= = 2.392 gr/ cm3

2. Balok Kayu

Panjang ; 9.2 mm
Lebar ; 4.15 mm
Tinggi ; 4.15 mm
Volume balok = panjang x lebar x tinggi
= 9.2 mm * 4.15 mm * 4.15 mm
= 158.447mm3/1000 = 0.158447 cm3

= = 455.167 gr/ cm3

3. Pipa besi

Diameter luar : SU = 2.5 mm, SN = 4


= 2.5 mm + (4*0.05) = 2.7 mm
Diameter dalam : SU = 2.2 mm, SN = 1
= 2.2 mm + (1*0.05) = 2.25 mm
2.7  2.25
Diameter total = mm = 2.475 mm
2
Tinggi : SU = 9.9 mm, SN = 7 mm

87
= 9.9 mm + 7*0.05 = 10.25 mm
M = 89.61 g
V 0 = ¼ λ d 2 t = ¼ * 3.14 * (2.475 mm) 2 * 0.25 mm = 49328 mm3

89.61
= = 1.82 gr/ cm3
49.38

4. Pipa Plastik

Diameter luar : SU = 2.1 mm, SN = 0.5


= 2.1 mm + (0.5*0.05) = 2.125 mm
Diameter dalam : SU = 1.8 mm, SN = 4
= 1.8 mm + (4*0.05) = 2 mm
2.125  2
Diameter total = mm = 2.0625 mm
2
Tinggi : SU = 12.9 mm, SN = 0.5 mm
= 12.9 mm + 0.5*0.05 = 12.925 mm
M = 14 g
V 0 = ¼ λ d 2 t = ¼ * 3.14 * (2.0625 mm) 2 * 12.925 mm = 43.16 mm3

14
= = 324.07 gr/ cm3
0.04316

LAMPIRAN C
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Hitunglah masing – masing massa jenis objek !

88
Penyelesaian :
1. Massa jenis dari :

a. Pipa plastic adalah 324.07 gr/ cm3


b. Pipa besi adalah 1.82 gr/ cm3
c. Kelereng adalah 2.392 gr/ cm3
d. Balok Kayu adalah 455.167 gr/ cm3

LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

89
Mikrometer Sekerup Jangka Sorong

Timbangan Balok Kayu

Pipa Besi Pipa Plastik

Kelereng

BAB I
PENDAHULUAN

90
1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah rangkaian listrik biasanya terdapat istilah yang dikenal dengan
arus listrik, tegangan dan hambatan.. Pada dasarnya sebuah rangkaian listrik terjadi
ketika sebuah penghantar mampu dialiri electron bebas secara terus menerus. Aliran
inilah yang disebut dengan arus. Sedangkan tegangan adalah beda potensial yang ada
di antara titik rangkaian listrik tersebut. Untuk menemukan hubungan di antara
istilah-istilah yang ada dalam sebuah rangkaian listrik diperlukan sebuah praktikum
yang dapat membuktikannya.
Dengan melakukan praktikum yang berjudul Hukum Ohm ini kita dapat
mengetahui dan mempelajari hubungan antara tegangan dan kuat arus pada suatu
rangkaian dan dapat digunakan untuk mengetahui sebuah hambatan listrik tanpa
harus menggunakan alat yang dinamakan ohmmeter.. Selain itu materi tentang hukum
ohm ini sangat berguna khususnya yang mendalami kelistrikan. Karena dengan
adanya hukum ohm kita dapat mengerti tentang kelistrikan. Untuk itu kita harus
mempelajari lebih dalam tentang Hukum Ohm dengan cara mempraktekkannya
dalam percobaan ini.

1.2 TujuanPraktikum

1. Mempelajari cara pemasangan Volmeter dan Ampermeter.

2. Mempelajari beberapa tegangan di antara ujung-ujung hambatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

91
Arus listrik didefinisikan sebagai laju aliran muatan listrik yang melalui
suatuluasan penampang lintang. Dimana dirumuskan sebagai berikut :

Q
I=
t

dimana :
I = kuat arus (A)
ΔQ = muatan yang mengalir melalui penampang lintang A (C)
Δt = waktu (s)
Menurut konvensi, arah arus dianggap searah dengan aliran muatan
positif.Konvensi ini ditetapkan sebelum diketahui bahwa elektron-elektron bebas,
yangmuatannya negative, adalah partikel-partikel yang sebenarnya bergerak dan
akibatnyamenghasilkan arus pada kawat penghantar. Gerak dari elektron-elektron
bermuatannegatif dalam satu arah ekivalen dengan aliran muatan positif yang arah
geraknya berlawanan. Jadi elektron-elektron bergerak dalam arah yang berlawanan
dengan arus. Hukum Ohm berbunyi “ kuat arus listrik yang mengalir melalui sebuah
penghantar listrik sebanding dengan tegangan (beda potensial) antara dua titik pada
penghantar tersebut,asalkan R konstan.” dimana persamaanya adalah :
I
I=( )V
R
Dimana : I = kuat Arus
V = beda tegangan
Jika kesebandingan tersebut dijadikan persamaan, dapat dinyatakan sebagai:
V = I. R

Besar kuat arus listrik dan hambatan pada suatu rangkaian dapat diukur
langsungmenggunakan suatu alat. Alat untuk mengukur arus disebut ammeter
(ampermeter).Muatan- muatan yang memuat arus yang akan diukur harus menembus
ammeter secaralangsung sehingga ammeternya harus dihubungkan seri dengan

92
elemen- elemen lainnyadalam rangkaian. Sedangkan alat untuk mengukur beda
potensial adalah voltmeter. Beda potensial di antara dua titik sembarang dalam
sebuah rangkaian dapat diukur denganmemasangkan kutub- kutub voltmeter diantara
titik- titik ini tanpa memutuskanrangkaian. Dengan arti lain, bahwa pengukuran beda
potensial dilakukan denganmemasang secara pararel voltmeter dengan hambatan
yang ada.
(Raymond A. Serway.2010)
Berdasarkan hukum Ohm, 1 Ohm didefinisikan sebagai hambatan yang
digunakan dalam suatu rangkaian yang dilewati kuat arus sebesar 1 Ampere dengan
beda potensial 1 Volt. Oleh karena itu, kita dapat mendefinisikan pengertian
hambatan yaitu perbandingan antara beda potensial dan kuat arus. Semakin besar
sumber tegangan maka semakin besar arus yang dihasilkan. Jadi, besar kecilnya
hambatan listrik tidak dipengaruhi oleh besar tegangan dan arus listrik tetapi
dipengaruhi oleh panjang penampang, luas penampang dan jenis bahan. Hambatan
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu panjang, luas dan jenis bahan. Hambatan berbading
lurus dengan panjang benda, semakin panjang maka semakin besar hambatan suatu
benda. Hambatan juga berbading terbalik dengan luas penampang benda, semakin
luas penampangnya maka semakin kecil hambatannya. Inilah alasan mengapa kabel
yang ada pada tiang listrik dibuat besar-besar, tujuannya adalah untuk memperkecil
hambatan sehingga tegangan bisa mengalir dengan mudah. Hambatan juga
berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan jenis) semakin besar hambatan
jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu.

(Rin.2013)

Konsep Hambatan Listrik

93
Misalkan kita punya sebatang kawat, maka didalam itu sebenarnya punya
jutaan electron yang bergerak secara acak dengan kelajuan 10 5 m/s. Ketika kawat ini
tidak kita hubungkan dengan sumber tegangan maka electron akan bergerak di sekitar
tempatnya saja. Tidak akan bias jauh – jauh dari tempatnya semula. Hal ini
disebabkan karena di sekitarnya berdesak – desakan denga electron lain dan juga ada
pengaruh gaya berikut ini.

Bagaimana jika kawat tersebut kita hubungkan dengan sumber tegangan maka
electron mulai mengalir dengan kelajuan 1 m 2 /s. Menurut para ahli, energi yang
diperoleh dari sumber tegangan digunakan untuk berpindah electron juga
mengeluarkan energi. Dalam perjalanannya electron juga mendapatkan halangan
electron – electron yang lain. Besarnya halangan yang dialami electron inilah yang
disebut dengan hambatan listrik suatu benda.

Seperti perjalanan awal tadi hambatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu


panjang, luas, dan jenis bahan. Hambatan berbanding lurus dengan panjang, semakin
panjang maka semakin besar hambatan suatu benda. Hambatan juga berbanding
terbalik dengan luas penampang benda. Semakin luas penampang maka semakin kecil
hambatannya. Inilah alasannya mengapa kabel tiang listrik dibuat besar – besar,
tujuannya adalah untuk memperkecil hambatan sehinggga tegangan bias mengalir
dengan mudah. Hambatan juga berbanding lurus dengan jenis benda (hambatan
jenis), semakin besar hambatan jenisnya maka semakin besar hambatan benda itu.
Dimana p adalah hambatan jenis (ohm/ m). L adalah panjang benda (m) dan A adalah
luas penampang (m 2 ), biasanya luas penampang berbentuk lingkaran.

(Giancoli. 1999)

BAB III

METODOLOGI

94
3.1 Alat / Bahan

3.1.1 Alat

1. Voltmeter 2 buah
2. Power Supply DC 1 buah
3. Kabel penghubung
4. Papan rangkaian

3.1.2 Bahan

1. Baterai besar dan kecil masing – masing satu buah

3.2 Cara Kerja

A. Baterai Besar dan Kecil

1. Alat dirangkai
2. Kabel merah pada multimeter ditempelkan ke kutub positif baterai dan
kabel hitam ke kutub negatif.
3. Tegangan diukur dengan multimeter.
4. Kuat arus (I) dihitung dengan multimeter
5. Hambatan (R) dihitung dengan menggunakan rumus hokum ohm
6. Ulang semua langkah di atas dengan menggunakan baterai kecil

B. Power Supply

1. Resistor dicolokkan pada papan rangkaian.


2. Power Supply dihubungkan dengan papan rangkaian.
3. Kemudian dihubungkan dengan kabel multimeter
4. Diberikan tegangan pada power supply dari 0.5V – 0.8V

95
5. Hambatan diukur pada multimeter
6. Kuat arus dihitung dengan menggunakan rumus.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

96
A. Pengujian pada Baterai

No Jenis Tegangan (Volt) Kuat Arus (Ampere) Hambatan (Ohm)


Baterai
1 Besar 1.544 0.2688 5.744
2 Kecil 1.552 0.2552 6.081

B. Pengujian Menggunakan Resistor pada Power Supply

No Tegangan (Volt) Kuat Arus (Ampere) Hambatan (Ohm)


1 0.1 0.094 1.056
2 0.2 0.081 2.458
3 0.3 0.080 3.74
4 0.4 0.076 5.26

4.2 Pembahasan

5
Hambatan\R (ohm)

2 Hbungan V dan R

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5

Tegangan (volt)

Grafik 1. Hubungan Tegangan dan Hambatan


Pada 0.1 volt terdapat hambatan 1.056  , pada 0.2 volt terdapat hambatan
2.458  , pada tegangan 0.3 volt maka hambatannya 3.74  , dan pada 0.4 volt maka
hambatan 5.26  . Sehingga diperoleh grafik di atas, dimana terlihat garis yang lurus

97
ke atas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila semakin besar tegangan yang
diberikan pada power supply DC, maka hambatannya akan semakin besar pula.
Pada baterai besar terdapat tegangan 1.544 volt; kuat arus 0.2688 A; hambatan
5.744  . Sedangkan pada baterai kecil terdapat tegangan 1.552 volt; kuat arus
0.2552 A; dan hambatan sebesar 6.081  . Maka dapat disimpulkan bahwa semakin
besar tegangan, semakin besar pula hambatannya dan semakin besar luas
penampangnya, semakin kecil pula hambatannya, karena hambatan berbanding
terbalik dengan luas penampang benda. Hal inilah salah satu factor yang
mempengaruhi hambatan.
Baterai besar dan kecil memiliki tegangan yang sama, jenis merk yang sama,
akan tetapi memiliki ukuran bentuk yang berbeda. Kemungkinan hal ini dikarenakan
perusahaan yang memproduksikan kedua baterai tersebut. Mungkin pada produk
pertama perusahaan tersebut mengeluarkan baterai kecil dengan tegangan 1.552 volt
dan diperoleh hambatan 6.081  . Untuk memperkecil hambatannya, maka
diciptakanlah baterai besar dengan tegangan yang sama yaitu 1.544 volt dan
hambatannya tentu lebih kecil dari hambatan baterai kecil yaitu sebesar 5.744  .

BAB V
KESIMPULAN

98
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka kesimpulannya sebagai
berikut :

1. Hambatan listrik dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :


V = I.R
2. Semakin besar tegangan, maka semakin besar pula hambatannya.
3. Semakin besar luas penampang, maka semakin besar pula hambatannya.

DAFTAR PUSTAKA

99
Giancoli. 1999. Fisika Jilid 7. Jakarta : Penerbit Erlangga

Raymond A, Serway. 2010. Hukum Ohm. Yogyakarta

Rin Maulida. 2013. Laporan Praktikum Hukum Ohm (online : http://hukum-


ohm//Rin’sworld.htm)

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

100
1. Baterai Besar
V = 1.544 volt
R = 5.744 
V 1.544
Jawab : I = = = 0.2688 A
R 5.744
3. Baterai Kecil
V = 1.544 volt
R = 5.744 
V 1.552
Jawab : I = = = 0.2552 A
R 6.081
3. V = 0.1 volt
R = 1.056 
V 0.1
Jawab : I = = = 0.094 A
R 1.056
4. V = 0.2 volt
R = 2.458 
V 0 .2
Jawab : I = = = 0.081 A
R 2.458
5. V = 0.3 volt
R = 3.74 
V 0 .3
Jawab : I = = = 0.080 A
R 3.74
6. V = 0.4 volt
R = 5.26 
V 0 .4
Jawab : I = = = 0.076 A
R 5.26
Lampiran C

101
Tugas dan Jawaban Pertanyaan

1. Buatlah grafik hubungan antara tegangan ukur (Vukur) dengan kuat arus listrik
untuk (l) untuk Rlampu 220 V/5W.

2. Buatlah grafik hubungan antara tegangan ukur (Vukur) dengan kuat arus listrik
untuk (l) untuk Rlampu 220 V/15W.

3. Jelaskan kemiringan slope pada kedua grafik tersebut.

4. Berikan alasan apa fungsi lampu pada rangkaian tersebut.

Penyelesaian :

1. Rlampu = V2/P

= (220)2/5W

= 9680

I = V/R

= 220/9680

= 0,02 A

3
T 0 Kuat Arus
e 0
2
g 0 Volt
0
a 0
n 1
g 0 Linear
a 0 (Kuat
0 arus)
n 0 1 2
Kuat Arus

102
2. Rlampu = V2/P

= (220)2/15W

= 3226

I = V/R

= 220/3226

= 0,068 A

250

T 200 Kuat Arus

e
Volt
150
g

a 100
Linear
n
(Kuat arus)
50
g

a 0
0
n 1 2
Kuat Arus

3. Pada grafik di atas dapat dilihat garis yang sejajar harus pada kordinat x,y.
Dimana x sebagai kuat arus dan y sebagai tegangan. Dapat disimpulkan bahwa
kuat arus (I) berbanding lurus dengan tegangan maka dapat dikatakan sebagai
rangkaian paralel.

4. Fungsi lampu pada rangkaian tersebut adalah sebagai tempat hambatan.

PRETEST

103
1. Jika diketahui spesifikasi bola lampu adalah 220 V/25W maka tentukan besar
beban lampu tersebut.

2. Apa guna kita mempelajari hukum ohm dan dimana aplikasinya dalam ilmu
teknik.

Jawab :

1. Dik : V = 220

P = 25 W
Beban = Hambatan

Maka : Rlampu = V2/P

= (220)2/25W

= 1936

3. Menghitung suatu muatan rangkaian listrik dalam kehidupan sehari-hari


sedangkan aplikasi dalam ilmu teknik dapat dilihat ketika seorang yang bekerja
pada pada pabrik mampu memahami, menggunakan serta mampu
mengendalikan peralatan-peralatan yang bermuatan atau menggunakan listrik
sebagai prinsip kerjanya.

LAMPIRAN D

104
Gambar Alat

Baterai Resistor

Power Supply Papan Rangkaian

BAB I

105
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daya listrik didefinisikan sebagai laju hantaran energi


listrik dalam sirkuit listrik. Satuan SI daya listrik adalah watt yang menyatakan
banyaknya tenaga listrik yang mengalir per satuan waktu (joule/detik). Arus
listrik yang mengalir dalam rangkaian dengan hambatan listrik menimbulkan kerja.
Peranti mengkonversi kerja ini ke dalam berbagai bentuk yang berguna,
seperti panas (seperti pada pemanas listrik), cahaya (seperti pada bola lampu), energi
kinetik (motor listrik), dan suara (loudspeaker). Listrik dapat diperoleh
dari pembangkit listrik atau penyimpan energi seperti baterai.

1.2 Tujuan Praktikum

a. Mempelajari Prinsip tegangan dan arus pada rangkaian seri dan parallel.
b. Menghitung dan membandingkan besarnya pada daya pada rangkaian seri
dan parallel.

BAB II

106
TINJAUAN PUSTAKA

Daya listrik adalah besaran listrik yang menyatakan besarnya energi yang
digunakan untuk mengaktifkan komponen atau peralatan listrik/elektronik.
Besarnya daya listrik dapat dihitung berdasarkan rumus P=VxI dimana:
P = Daya listrik, dinyatakan dalam satuan Watt (w) atau VA
I = Arus listrik, dinyatakan dalam satuan Ampere (A)
V = Tegangan listrik, dinyatakan dalam satuan Volt (V)
Contoh:
Sebuah radio kecil yang diaktifkan dengan dua buah batere kecil yang masing-masing
baterenya bertegangan 1,5V saat bekerja arus yang mengalir adalah sebesar 100 milli
Ampere (100mA).
Maka energi listrik yang terpakai adalah sebesar: 3×100/1000 = 300/1000 = 0,3Watt
Catatan:
3V adalah tegangan dari 2 batere 1,5V
100/1000A adalah 100mA.
Untuk membatasi pemakaian daya listrik PLN memasang sekering (MCB)
pembatas arus pada meteran listriknya. Jadi bila pada meteran anda terpasang
sekering sebesar 5A dan tegangan PLN adalah 220V, maka jatah maksimum
pemakaian daya listrik anda adalah sebesar 220×5 = 1100Watt (Daniel dan
Alberty.1980).
Tegangan listrik atau yang lebih dikenal sebagai beda potensial listrik adalah
perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik. Tegangan listrik
merupakan ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan listrik
sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuak konduktor listrik.
Berdasarkan ukuran perbedaan potensialnya, tegangan listrik memiliki empat
tingkatan:
1. Tegangan ekstra rendah (extra low Voltage)

107
2. Tegangan rendah (low Voltage)
3. Tegangan tinggi (high Voltage)
4. Tegangan ekstra tinggi (extra high Voltage)
Sesuai dengan definisi di atas, bahwa tegangan merupakan perbedaan
potensial antara dua titik, yang bisa didefinisikan sebagai jumlah kerja yang
diperlukan untuk memindahkan arus dari satu titik ke titik lainnya, maka rumus dasar
tegangan antara 2 titik adalah:
Va - Vb = ∫E . dI
Dimana Va = potensial di titik a; Vb = potensial di titik b; E = medan listrik, dan I =
arus listrik. Berdasarkan penerapannya, beda potensial ada pada arus listrik searah
(DC) dan arus listrik bolak- balik (AC). Pada arus searah:
V = √(P.R)
V=I.R
dimana V = tegangan; P = daya; R = hambatan; dan I = arus. Sedangkan pada arus
bolak-balik: dimana V = tegangan (Volt); I = arus (Ampere); P = daya (Watt); R =
hambatan (Ohm); Z = impedansi; dan ф adalah beda fase antara I dan V
(Halliday,D.R.Resnich dan P.Silaban1984).

Resistor adalah komponen elektronik dua saluran yang didesain untuk


menahan arus listrik dengan memproduksi penurun tegangan diantara kedua
salurannya sesua dengan arus yang mengalirinya berdasarkan hokum Ohm. Resistor
digunakan sebagai bagian dari jejaring elektronik dan sirkuit elektronik dan
merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan resistor dapat dibuat
dari bermacam-macam komponen dan film., bahkan resistansi/ kawat yang dibuat
dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-kromium. Karaktristik utama dari resistor
adalah resistansinya dan daya listrik yang dapat diboroskan. Karaktristik lain
termasuk koefisien suhu, desah listrik, dan indukstansi (Resistor ).

108
Dalam banyak pemakain, dijumpai sumber tegangan dan beberapa buah
resistor yang dihubungkan dengan cara tertentu. Rangkaian seri adalah rangkaian
dimana resistor disusun secara berderet sehingga arus yang melalui tiap-tiap
komponen adalah sama. Rangkaian paralel adalah rangkaian dimana resistor disusun
secara sejajar, sehingga tegangan atau beda potensial tiap-tiap komponen adalah sama
(Sutrisno,1985:70).

Banyak rangkaianmengandung lebih dari satu hambatan (tahanan). Tahanan-


tahanan tersebut dapat dihubungkan dengan cara: 1) seri (dua penahan dihubungkan
deret). 2) paralel (sejajar) atau tiga tahanan dihubungkan sejajar. 3) gabungan antara
seri dan paralel. Dalam hubungan seri, arus yang melalui tahanan-tahanan
mempunyai kuat arus yang sama. Jumlah tegangan antara tahanan jumlah dari
tegangan masing-masing. Sedangkan dalam hubungan paralel, tegangan tegangan
pada tiap-tiap tahanan sama besarnya dan jumlah arus yang diberikan oleh sumber
tenaga sama dengan jumlah arus melalui tahanan masing-masing (Daryanto, 2000:
23-26).

Satuan dari tahanan adlah Ohm, sedangkan satuan dari arus listrik adalah ampere dan
satuan dari teganngan listrik adalah volt. Menurut hasil percobaan sudah dibuktikkan
bahwa sebuah sumber tegangan sebesar 1 volt jika dihubungkan dengan sebuah
tahanan sebesar 1ohm, maka arus yang mengalir 1 ampere. Berarti dalam tegangan,
arus, dan hambatan listrik mempunyai kaitan yang sangat erat. Dan kaitan tersebut
dapat ditulis sebagai berikut (Depati, 2003: 25-26).

Arus listrik didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik (elektron) yang


mengalir melalui konduktor dalam tiap satuan waktu.
Daya listrik adalah besar energi listrik yang ditransfer oleh suatu rangkaian
listrik tertutup. Daya listrik sebagai bentuk energi listrik yang mampu diubah oleh

109
alat-alat pengubah energi menjadi berbagai bentuk energi lain, misalnya energi gerak,
energi panas, energi suara, dan energi cahaya.
Selain itu, daya listrik ini juga mampu disimpan dalam bentuk energi kimia.
Baik itu dalam bentuk kering (baterai) maupun dalam bentuk basah (aki)
(Khurmy,RS.1968).

Rangkaian listrik tertutup adalah rangkaian listrik yang saling berhubungan


yang di dalamnya terdapat hambatan (R) dan sumber arus listrik (elemen, E atau ɛ)
sehingga pada rangkaian tersebut mengalir arus listrik. Pada dasarnya ada dua jenis
rangkaian istrik, yaitu : rangkaian seri dan parallel.
a. Rangkaian seri adalah Rangkaian seri adalah salah satu rangkaian listrik yang
disusunsecara sejajar (seri). Baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkaian
seri.

Banyaknya muatan lisrik yang mengalir tiap satuan waktu adalah sama di
sepanjang rangkaian. Jumlah muatan yang mengalir tiap satuan waktu adalah besaran
kuat arus, sehingga kita mendapati sifat yang khas dari rangkaian seri, yaitu : “kuat
arus di sepanjang rangkaian adalah sama.”
Bila kuat arus pada hambatan R1, R2, dan R3 berturut-turut I1, I2,I3, sedangkan arus
rotal pada rangkaina disebut I, maka : I1= I2=I3=I
Beda potensial pada masing-masing hambatan dapat dihitung dengan persamaan
hukum Ohm, V=IR, yang berarti bila harga masing-masing resistor adalah V1 : V2 :
V3 =IR1 : IR2 : IR3

b. Rangkaian parallel adalah rangakain listrik paralel adalah suatu rangkaian listrik, di
mana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Sifat khas dari
rangkaian paralel adalah “beda potensial pada masing-masing cabang adalah sama.”
Bila V1 adalah tegangan pada resistor R1 , V2 adalah pada resistor R2 dan V3
adalah tegangan pada resistor R3 maka berlaku : V1 =V2 = V3

110
Kalau rangkaian seri berlaku sebagai pembagi tegangan, maka rangkaian paralel
berlaku sebagai pembagi arus. Hal ini karena sesuai hukum Kirchoff, bahwa arus
total pada rangkaian akan dibagi-bagi ke masing-masing cabang melalui rasio I1 : I2 :
I3 = I/R1 : I/R2 : I/R3
Gabungan antara rangkaian seri dan rangkaian paralel disebut rangkaian seri-paralel
(kadang disebut sebagai rangkaian campuran). (wordpress.com/2013/02/05/laporan-
praktikum-rangkaian-seri-dan-paralel/)

BAB III
METODOLOGI

111
3.1 Alat dan Bahan

1. Kabel penghubung secukupnya


2. Voltmeter/Multimeter 2 buah
3. Power supply DC 1 buah

3.2 Cara Kerja

A. Rangkaian Seri

1. Dirangkai rangkaian seri.


2. Dipastikan rangkaian sudah terpasang dengan baik dan sebelum di
hubungkan ke asisten menyakan lebih dahulu kepada asisten.
3. Di hidupkan power supply dan diatur tegangan sumber (Vs)
sesuain dengan yang di perlukan.
4. Di ambil data pengamatan untuk tegangan Vab dan Vcd pada
masing-masing volmeter.
B. Rangkaian Paralel

1. Dirangkai rangkaian paralel

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

112
4.1 Hasil
A.Rangkaian seri

No Regangan (volt) Hambatan (Ω) Kuat arus (A) Daya (Watt)

1 0,1 0,964 . 106 0,1 . 106 0,010 . 10-6

2 0,2 2,614 . 106 0,07 . 106 0,015 . 10-6

3 0,3 4,1 . 106 0,07 . 106 0,021 . 10-6

4 0,4 5,02 . 106 0,07 . 106 0,031 . 10-6

B. Rangkaian parallel

No Regangan (volt) Hambatan (Ω) Kuat arus (A) Daya (Watt)

1 0,1 0,381 . 106 0,26 . 10-6 0,026 . 10-6

2 0,2 2,168 . 106 0,09 . 10-6 0,018 . 10-6

3 0,3 3,49 . 106 0,08 . 10-6 0,025 . 10-6

4 0,4 5,11 . 106 0,07 . 10-6 0,031 . 10-6

4.2 Pembahasan

113
Pada percobaan yang telah kita lakukan maka dapat disimpulkan antara
rangkaian seri dan rangkaian paralel. Hasil dari tegangan rankaian paralel adalah 0,1
V, 0,2 V, 0,3 V, 04 V. Hasil dari tegangan tersebut menggunakan volt meter dan hasil
dari tegangan parallel adalah 0,1 V, 0,2 V, 0,3 V, 0,4 V. Dengan rumus P = 12. R

Dari grafik yang kita lihat perbedaannya adalah antara daya listrik dan
tegangan listrik adalah jika semakin besar tegangan (Volt) maka semakin tinggi pula
(R). Sedangkan pada daya litrik tidak beraturan bias

BAB V
KESIMPULAN

114
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Maka besarnya daya listrik yang mengalir dengan menggunakan volmeter dan
dapat dilihat dari amper meter yang menggunakan P = I2 . R

2. Semakin besar tegangan (V) maka makin tinggi pula tegangan (R).

DAFTAR PUSTAKA

115
Arifin, Irwan. 2001. Rangkaian Listrik. jakarta: Erlangga

Giancolli, Douglas C. 2001.Fisika. Jakarta: Erlangga

http://id.wikipedia.org/wiki/Daya_listrik

116
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN

 Rangkaian seri

1. Diketahui V = 0,1 Volt dan R = 0,964

Maka V =IxR

0,1 = I x 0,964

I = 0,10373 A

Untuk mencari daya (P) , maka:

P = I 2x R

= 0,010 A x 0,964 Ω

= 0,00964 Watt

2. Diketahui V = 0,2 Volt dan R = 2,614

Maka V =IxR

0,2 = I x 2,614

I = 0,0765 A

Untuk mencari daya (P) , maka:

P = I 2x R

= 0,015 A x 2,614 Ω

117
= 0,03921 Watt

3. Diketahui V = 0,3 Volt dan R = 4,1

Maka V =IxR

0,3 = I x 4,1

I = 0,0731 A

Untuk mencari daya (P) , maka:

P = I 2x R

= 0,021 A x 4,1 Ω

= 0,0861 Watt

4. Dik V = 0,4 volt dan R = 5,02

Maka V =IxR

0,4 = I x 5,02

I = 0,07968 A

Untuk mencari daya (P), maka:

P = I 2x R

= 0,031 A x 5,02 Ω

= 0,15562 Watt

118
 Rangkaian Parallel

1. Diketahui V = 0,1 Volt dan R = 0,381

Maka V =IxR

0,1 = I x 0,381

I = 0,26246 A

Untuk mencari daya (P) , maka:

P = I 2x R

= 0,026 A x 0,381 Ω

= 0,00998 Watt

2. Diketahui V = 0,2 Volt dan R = 2,168

Maka V =IxR

0,2 = I x 2,168

I = 0,4336 A

Untuk mencari daya (P) , maka:

P = I 2x R

= 0,018 A x 2,168 Ω

= 0,o39024 Watt

3. Diketahui V = 0,3 Volt dan R = 3,49

119
Maka V =IxR

0,3 = I x 3,49

I = 1,047 A

Untuk mencari daya (P) , maka:

P = I 2x R

= 0,025 A x 3,49 Ω

= 0,08725 Watt

4. Diketahui V = 0,4 Volt dan R = 5,11

Maka V =IxR

= I x 5,11

= 2,044 A

Untuk mencari daya (P), maka :

P = I 2x R

= 0,031 A x 5,11 Ω

= 0,15841 Watt

120
LAMPIRAN C
JAWABAN TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buatlah grafik antara tegangan dan daya pada rangkaian seri dan parallel ?

2. Jelaskan mengapa daya yang digunakan pada rangkaian seri berbeda dengan rangkaian
parallel.! Berikan alasan berdasarkan percobaan!

Rangkaian seri memiliki daya yang boros karena pada rangkaian seri berlaku hambatan
R1 + R2 + R3, sedangkan pada rangkaian parallel memiliki daya yang lebih hemat

dikarenakan

3. Ditinjau dari faktor ekonomis, hubungan manakah yang lebih menghemat daya listrik?

Rangkaian parallel yang lebih menghemat daya listrik dikarenakan

121
LAMPIRAN D
GAMBAR ALAT

Power Supply DC Papan Rangkaian

kabel penghubung
Multitester

122
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekentalan adalah sifat dari suatu zat cair (fluida) disebabkan adanya gesekan
antara molekul-molekul zat cair dengan gaya kohesi pada zat cair tersebut. Gesekan-
gesekan inilah yang menghambat aliran zat cair. Besarnya kekentalan zat cair
(viskositas) dinyatakan dengan suatu bilangan yang menentukan kekentalan suatu zat
cair. Suatu zat memiliki kemampuan tertentu sehingga suatu padatan yang
dimasukkan kedalamnya mendapat gaya tekanan yang diakibatkan peristiwa gesekan
antara permukaan padatan tersebut dengan zat cair. Sebagai contoh, apabila kita
memasukkan sebuah bola kecil kedalam zat cair, terlihatlah batu tersebut mula-mula
turun dengan cepat kemudian melambat hingga akhirnya sampai didasar zat cair.
Bola kecil tersebut pada saat tertentu mengalami sejumlah perlambatan hingga
mencapai gerak lurus beraturan. Gerakan bola kecil menjelaskan bahwa adanya suatu
kemampuan yang dimiliki suatu zat cair sehingga kecepatan bola berubah. Mula-mula
akan mengalami percepatan yang dikarenakan gaya beratnya tetapi dengan sifat
kekentalan cairan maka besarnya percepatannya akan semakin berkurang dan
akhirnya nol. Pada saat tersebut kecepatan bola tetap dan disebut kecepatan terminal.
Hambatan-hambatan dinamakan sebagai kekentalan (viskositas). Akibaat
viskositas zat cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastic
terhadap kecepatan batu.

1.2 Tujuan Praktikum

Menentukan Viscositas (angka kekentalan) dari suatu zat cair dengan


menggunakan viscosimeter bola jatuh.

123
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Viskositas adalah kekentalan suatu zat cair adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya gesar viskositas terjadi
terutama karena adanya interaksi antara molekul-molekul cairan (Erizal,2010).

Viskositas merupakan ukuran gesekan dibagian dalam suatu fluida. Fluida


sebenarnya terdiri atas beberapa lapisan. karena adanya viskositas diperlukan gaya
untuk meluncurkan suatu lapisan fluida diatas fluida lainnya (Linda, 2008). Dalam
fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F), sedangkan dengan luas fluida yang
bersentuhan dengan setiap lempeng (A), dan dengan laju (V) dan berbanding tebalik
dengan jarak antara lempeng (I). Besar gaya (F) yang diperlukan untuk
menggerakkan suatu lapisan fluida dengan kelajuan tetap (V) untuk luas penampang
keeping H adalah F-AV (Ghozian, 2008).

Viscositas merupakan ukuran kekentalan suatu fluida, yang menyatakan


besarnya gesekan ( Friksi ) yang terjadi antara suatu lapisan aliran fluida dengan
lapisan aliran lainnya pada ragam aliran laminer. Dalam aplikasi fluida, viscositas
merupakan besaran yang sangat berperan untuk menerangkan dinamikanya.
Viscositas suatu zat cair dapat diukur dengan beberapa cara, salah satunya dengan
menjatuhkan bola didalam zat cair itu. Ketika bola dijatuhkan didalam zat cair itu.
Ketika bola dijatuhkan dalam zat cair, mula-mula bola mengalami percepatan karena
gravitasi. Namun karena pengaruh gesekan dengan fluida, percepatan bola berkurang
hingga akhirnya nol. Pada saat itu kecepatan bola tetap (konstan) yang dinamakan
sebagai kecepatan terminal Vm maka menurut hukum Stokes :

124
Viskositas atau kekentalan suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap gaya geser. Viskositas terjadi terutama
karena adanya interaksi antara molekul-molekul caiarn (Erizal, 2010). Viskositas
merupakan ukuran gesekan dibagian dalam suatu fluida. Fluida sebenarnya terdiri
atas beberapa lapisan, karena adanya viskositas diperlukan gaya untuk meluncurkan
suatu lapisan fluida lainnya.
(Budiati, 1989).

Viskositas menjelaskan ketahanan internal fluida untuk mengalir dan mungkin


dapat dipikirkan sebagai pengukuran dari pergeseran fluida. Sebagai contoh,
viskositas yang tinggi dari magma akan menciptakan statovolcano yang tinggi dan
curam, karena tidak dapat mengalir terlalu jauh sebelum mendingin, sedangkan
viskositas yang lebih rendah dari lava akan menciptakan volcano yang rendah dan
lebar. Seluruh fluida (kecuali superfluida) memiliki ketahanan dari tekanan dan oleh
karena itu disebut kental, tetapi fluida yang tidak memiliki ketahanan tekanan dan
tegangan disebut fluide ideal.

Makin besar viskositas suatu fluida, maka makin sulit suatu fluida mengalir
dan makin sulit suatu benda bergerak di dalam fluida tersebut. Di dalam zat cair,
viskositas dihasilkan oleh gaya kohesi antara molekul zat cair. Sedangkan dalam gas,
viskositas timbul sebagai akibat tumbukan antara molekul gas. Viskositas zat cair
dapat ditentukan secara kuantitatif dengan besaran yang disebut koefisien viskositas.
Satuan SI untuk koefisien viskositas adalah Ns/m2 atau pascal sekon (Pa s). Ketika
Anda berbicara viskositas Anda berbicara tentang fluida sejati. Fluida ideal tidak
mempunyai koefisien viskositas. Apabila suatu benda bergerak dengan kelajuan v
dalam suatu fluida kental yang koefisien viskositasnya. George Stokes
menunjukkan bahwa untuk benda yang bentuk geometrisnya berupa bola nilai k = 6 π
r.

125
(Dogra, S 1990 Kimia Fisika dan Soal-soal )

Berikut viskositas beberapa fluida:

FLUIDA VISKOSITAS (N) n.S/

Madu 10

Gliserin 1,50

Darah 2,72 x

Air 1,79 x

Air 1,0055 x

Air 2,82 x

Udara 1,82 x

Hal yang berhubungan dengan viskositas banyak dijumpai dalam teknik,


terutama dalam system pelumasan. Minyak pelumas memiliki spesifikasi yang
berhubungan dengan kekentalannya yang tercantum dalam kemasannya. Berdasarkan
eksperimen juga diperoleh bahwa koefisien viskositas tergantung suhu. Pada
kebanyakan fluida makin tinggi suhu makin rendah koefisien viskositasnya.

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contoh : air

Fluida yang lebih kental lebih sulit mengalir, contoh : minyak goring

126
Ada beberapa visikometer yang digunakan antara lain :

1. Viskometer kapiler / Ostwald

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang


dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990).

2). Viskometer Hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan


sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah
menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat
cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok
sampel (Streeter, 1996.).

3). Viskometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan
viscometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi
di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi.
Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat ().

4). Viskometer Cone and plate

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang


dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena
gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan

127
dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui
(biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990). Kata "viskositas"
berasal dari bahasa Latin "viscum alba", berarti mistletoe putih. Lem kental yang
bernama "birdlime" dibuat dari buah mistletoe dan digunakan untuk ranting lemon
untuk menangkap burung.

Visikositas dan Hukum Stokes

Viskositas dan hukum stokes viskositas (kekentalan0 fluida menyatakan


besarnya gesekan yang dialami oleh suatu flyida saat mengalir. Dalam kenyataanya,
fluida yang ada dalam kehidupan sehari-hari adalah fluida sejati yaitu fluida yang
memiliki sifat-sifat sebagai berikut :

a. Dapat dimanpatkan (kompersible)

b.Mengalami gesekan saat mengalir (memiliki fluida)

c. Alirannya turbulen. (Budiarto anwar, 2008)

Fluida yang riil memiliki gesekan yang internal yang besarnya tertentu yang
disebut dengan viskositas. Viskositas ada pada zat cair maupun dan pada intinya
merupakan gaya gesekan antara lapisan-lapisan yang bersisian pada fluida dengan
lapisan-lapisan tersebut bergerak satu melewati lainnya.
(Bird, Tong.1987)
Dengan adanya viskositas, kecepatan lapisan-lapisan fluida tidak seluruhnya
sama. Lapisan fluida yang terdekat dengan dinding pipa bahkan sama sekali tidak
bergerak ( V=0) sedangkan lapisan fluida pada pusat aliran memiliki kecepatan
terbesar. Pada zat cair, viskositas disebabkan akibat adanya gaya-gay kohesi anatar
molekul. Dalam fluida ternyata gaya yang dibutuhkan (F) , sebanding dengan luas

128
fluida yang bersentuhan dengan setiap lempeng (A) , dan dengan laju (V) dan
berbanding terbalik dengan jarak anatr lempeng (I). Besar gaya F yang diperlukan
untuk menggerakkan suatu lapisan fluida dengan kelajuan V untuk luas penampang
keping A adalah : F = .A.V

Dengan viskositas didefenisikan sebagai perbandingan rengan geser( ) dengan

laju perubahan regangan geser ( ).


(Sears, Zemansky.1982)
Makin besar luas keping atau penampang yang bersentuhan dengan fluida, makin
besar gaya F yang diperlukan sehingga gaya sebanding dengan luas sentuh ( F =A ).
Untuk luas sentuh A tertentu, kelajuan V lebih besar memerlukan gaya F lebih besar,
sehingga gaya sebanding dengan kelajuan (F=A) .
Berdasarkan hukum stokes dengan mengamati jatuh nya benda melalui medium
zat cair yang mempunyai gaya gesek yang makin besar bila kecepatan benda jatuh
makin besar.
η = 2r2d-dmg(1+2,4rR)
keterangan :
η = viskositascair
r = jari - jari bola
d = kerapatan bola
dm = kerapatan cairan
g = gaya gravitasi
s = jarak jatuh (a→b)
t = waktu bola jatuh
r = jari-jari tabung viskometer

Persamaan Navier-Stokes (dinamakandari Claude Louis Navierdan Gorge Gabriel


Stokes) adalah serangkaian persamaan yang menjelaskan pergerakan dari suatu fluida
seperti cairan dan gas. Persamaan-persamaan ini menyatakan bahwa perubahan dalam

129
momentum (percepatan) partikel-partikel fluida yang bergantung hanya kepada gaya
viskos internal (mirip dengan gaya fiksi) dangan gaya viskos tekanan eksternal yang
bekerja pada fluida.(Schaum.1976)
Kita dapat menggembangkan persamaan gerakan untuk fluida, nyata dengan
memperhatikan gaya-gaya yang bekerja pada suatu elemen kecil fluida. Penurunan
persamaan ini, yang disebut persamaan Navier-Stokes.
(Nyoman Kertiasa.1996)
Pengukuran viskositas lebih banyak digunakan orang untuk zat cair ketimbang zat
gas, seperti viskositas oli pelumas mesin,produk susu, cat, air minum, darah,minyak
goreng, sirup, dan sangat jarang di gunakan zat gas. Ini berarti tidak sedikit bidang
profesi yang membutuhkan data viskositas diantaranya fisikawan ,kimiawan,
analiskimia, industri, dokter, kimia farmasi, kimia lingkungan, perminyakan,
biokimia, dan sebagainya.
Fluida adalah zat-zat yang mampu mengalir dan yang menyesuaikan diri dengan
bentuk wadah tempat nya. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi,
melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan fluida, atau
massanya kecepatan volume tidak mempunyai akna yang tepat sebab jumlah molekul
yang menempati volume tertentu terus menerus berubah. Fluida dapat di golong kan
kadalam cairan atau gas. Perbedaan- perbadaan utama antara cair dan gas adalah:
1. cairan praktis tidak kompresibel, sedangkan gas kompresibel dan sering kali
harus di perlakukan demikian.
2. cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan- permukaan bebas
sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh
bagian wadah tempatnya.

130
BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat/Bahan

3.1.1 Alat

1. Tabung Kaca

2. Stop Watch

3. Mikrometer Sekrup

4. Kelereng motif dan kelereng susu

131
3.1.2 Bahan

1. Minyak Goreng

2. Air

3.2 Cara Kerja

1. Jari-jari bola yang akan digunakan diukur.

2. Kedudukan titik T diperhatikan dimana bola dianggapmencapai kecepatan


terminal, keudian titik S ditentukan yang berjarak dibawah titik T.

3. Bola ditentukan dan waktu yang diperlukan bola untuk bergerak dari T ke
S di catat.

4. Lagkah 3 diulangi sebanyak 3 kali.

5. Untuk jarak h yang lain ditentukan.

6. Untuk zat cair yang lain diulangi.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

1. Air p = 1 gr/cm3
jenis h t Vm rata- PKCL
Vm (cm/s) N fluida
kelereng (cm) (sekon) rata g/cm3
0.26 115.38
7,48
susu 30 0.27 111.11 111.21 2.267
gr/cm3
0.28 107.14
bening 30 0,27 111.11 109.79 2.514 8.65

132
0,27 111.11 gr/cm3
0,28 107.14

2. Minyak ρ minyak = 0.89 gr/cm3


h t Vm rata- PKCL
jenis KCL Vm (cm/s) N fluida
(cm) (sekon) rata g/cm3
0.38 78.94
10.59
susu 30 0.32 93.75 85.74 2.267
gr/cm3
0.36 83.33
0.33 90.9
8.89
bening 30 0.33 90.9 89.16 2.514
gr/cm3
0.33 85.7

133
4.2 Pembahasan

Dimana kedua kelereng itu memilki massa yang berbeda-beda. Pada hasil
yang telah di dapaktan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa pada proses ini kita
menggunakan minyak dan air yang keduanya di jatukan kelereng, pada saat keduanya
di jatuhkan kelereng, pada saat kelereng di jatuhkan ke dalam air kecepatan kelereng
labih cepat, waktu yang di butuhkan berkisar antara 0.26 detik.
Sedangkan pada saat kelereng di jatuhkan ke dalam minyak kecepatan
kelereng lebih lambat dibandingkan dengan air, waktu yang di capai oleh minyak
adalah 0.38 detik. Dan percobaan di atas diulangi sebanyak tiga kali, proses di atas
dikarenakan oleh ketentuan zat cair minyak dan air di sebabkan massa jenis minyak
lebih rendah dari pada massa jenis air.

134
BAB V

KESIMPULAN

1. Semakin kental larutan minyak, maka semakin lambat pula waktu yang di
butuhkan benda untuk jatuh ke dasar.
2. Viskositas zat cair dipengaruhi dengan mssa beban yang masuk di cairan,
semakin besar beban yang dingunakan maka semakin cepat beban dan nilai
viskositasnya zat cait itu semakin besar.
3. Viskositas zat cair itu memiliki gaya penghalang bagi benda yang masuk. Gaya
itu dinamakan gaya stoker.

135
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto anwar, 2008. Metode Penentuan Koefisien Kekentalan Zat.

Budiati, 1989. Contoh Viskositas dalam Perikanan.

Streeter, 1996. Mekanika Fluida, Erlangga. Jakarta

136
Lampiran B
Perhitungan

Vm =
Air :

1. = 115.38 cm/s

2. = 111.11 cm/s

3. = 107.14 cm/s

Minyak :

1. = 78.94 cm/s

2. = 93.75 cm/s

3. = 83.33 cm/s

Vm rata-rata =

Vm air = = = 111.21 cm/s

Vm minyak = = = 85.34 cm/s

PKCL = = = 6.23 gr/cm3

137
138
Lampiran C

PRETEST

1. Terangkan pengertian viscositas zat cair.

2. Gambar dan jelaskan arus laminar zat cair kental

3. Jelaskan beberapa factor yang mempengaruhi kekentalan.

4. Buktikan ruus stokes di atas.

Jawab :

1. Viscositas zat cair adalah salah satu Sifat cairan yang menentukan besarnya
perlawanan terhadap gayageser. Viskositas terjadi terutama karena adanya interaksi
antara molekul-molekul cairan.

2. Aliran laminer adalah aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan atau
dengan laminer-laminer dengan suatu lapisan meluncur dengan lancar dalam aliran
laminer viskositas berfungsi untuk merendan cenderung terjadinya gesekan relative
antara lapisan.

3. Faktor yang mempengaruhi kekentalan :

a. Tekanan, Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas


gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.

b. Temperatur, Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangakan viskositas


akan naik dengan turunnya suhu. Pemanasan zat cair menyebabkan molekul –
molekulnya memperoleh energi. Molekul – molekul cairan bergerak sehingga gaya

139
interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan kenaikan tempertatur.

c. Adanya zat lain, Adanya bahan tambahan seperti bahan suspense meningkatkan
viskositas air

d.Ukuran dan berat molekul, Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.

e. Ikatan, Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air
naik dengan adanya ikatan hydrogen.

4. Pembuktian Hukum Stokes :

Telah dibuktikan pada percobaan minyak mempunyai viskositas lebih tinggi


dibandingkan degan air, maka dari itu kepekatan (v) yang dibutuhkan/ dihasilkan oleh
kelereng sehingga sampai ke dasar minyak lebih lmbat daripada air.

140
LAMPIRAN D

GAMBAR ALAT

Tabung Kaca Kelereng

Stopwatch Mikrometer Sekerup

141

Anda mungkin juga menyukai