Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

SEMESTER GANJIL

PENGUKURAN DASAR
MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Nama Praktikan : Oktavia Dwi Anjani


NIM : 211910801023
Fakultas/Jurusan : Teknik/Teknik Elektro
Hari/Tanggal : Kamis/23-09-2022
Nama Asisten : Firman Hanif Romadhon
Koordinator Asisten : Wahyu Sulisti

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fisika merupakan cabang utama sains yang prinsipnya dijadikan dasar ilmu
pengetahuan yang lain. Sains dan engineering didasarkan pada pengukuran dan
perbandingan. Oleh karena itu, kita membutuhkan aturan tentang bagaimana
sesuatu itu diukur dan dibandingkan, dan kita juga perlu eksperimen untuk
menetapkan satuan dari pengukuran dan perbandingan tersebut. Salah satu tujuan
fisika sendiri adalah untuk merancang dan melaksanakan eksperimen tersebut.
Hukum fisika menyatakan hubungan antara besaran fisik, seperti panjang, waktu,
gaya, energi dan suhu. Suatu syarat dalam fisika ialah dapat mendefinisikan besaran
tersebut secara tepat dan mengukurnya dengan teliti. (Salim, 2017).
Praktikum ini dilakukan dengan tujuan melatih psikomotorik belajar, melatih
cara berpikir mahasiswa secara induktif dan adanya pembuktian tentang teori dan
melatih inkuiri daya penemuan sendiri. Jika mahasiswa masih belum mengerti
berarti mahasiswa belum dapat mandiri dalam melaksanakan kegiatan praktikum
dan kurang berinisiatif menyelesaikan masalah praktikumnya. Pada praktikum kali
ini membahas tentang alat ukur dalam pengukuran dan bagaimana cara
penggunaannya. Serta dengan metode apa kita mengukurnya, agar bisa diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pengukuran dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran
langsung ialah pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan nilai hasil
pengukuran secara langsung, sebagai contoh pengukuran meja menggunakan
mistar. Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang dilakukan apabila sulit
atau tidak memungkinkannya dilakukan pengukuran secara langsung. Pengukuran
besaran fisika ini tidak luput dari kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan
pengukuran. Pengukuran yang baik adalah pengukuran yang konsisten, teliti, dan
akurat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan antara pengukuran langsung dan tidak langsung ?
2. Bagaimana perbandingan data hasil pengukuran langsung antara nst dan standar
deviasi.
3. Bagaimana perbandingan data hasil pengukuran tidak langsung antara nst dan
standar deviasi.
4. Bagaimana pengaruh ketelitian antara pengukuran langsung dan tidak langsung.

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui nilai skala terkecil (nst) dari suatu alat ukur.
2. Dapat menemukan hasil pengukuran tidak langsung dengan satu kali
pengukuran dan meneukan ralat nstnya.
3. Dapat menemukan angka penting dan menjelaskan arti fisiknya serta
statistiknya.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah melatih psikomotorik belajar,
melatih cara berpikir mahasiswa secara induktif dan adanya pembuktian tentang
teori dan melatih inkuiri daya penemuan sendiri. Pada praktikum kali ini membahas
tentang alat ukur dalam pengukuran dan bagaimana cara penggunaannya. Serta
dengan metode apa kita mengukurnya, agar bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Pengukuran


Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang gejala alam dan
lingkungan sekitar. Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat
yang ada pada semua materi, salah satunya adalah hukum kekekalan energi. Sifat
ini dapat disebut sebagai hukum fisika. Fisika dimulai pada tahun 2400 SM, ketika
kebudayaan harapan menggunakan satu benda untuk memperkirakan dan
menghitung sudut bintang di angkasa. Sejak saat itu fisika terus berkembang sampai
ke level sekarang. Perkembangan ini tidak hanya membawa perubahan di dalam
bidang dunia benda, matematika, dan filosofi, melainkan melalui teknologi juga
membawa perubahan ke dunia sosial masyarakat. Perubahan tersebut terjadi pada
tahun 1600, sehingga dapat dikatakan menjadi batas antara pemikiran purba dan
lahirnya fisika klasik, dan berlanjut ke tahun 1900 yang menandakan mulai
berlangsungnya era fisika modern.
Fisika klasik dimulai pada tahun 1800an sampai 1900. Pada periode ini
diformulasikan tentang konsep fisika yang mendasar. Seperti contoh adalah,
mekanika klasik/hukum gerak newton, fisika panas, elektrodinamika klasik,
mekanika klasik menuju permasalahan mekanika kuantum. Dalam penanganan
permasalahan periode ini lebih menjelaskan tentang benda partikel dan fenomena
gelombang. Fisika klasik memiliki pengembangan dengan mengutamakan prinsip
tersendiri, yang dikembangkan sebelum bangkitnya teori kuantum dan teori
relativitas.
Era fisika modern ditandai dengan pemikiran baru oleh para ilmuwan. Fisika
modern mengembangkan dan menjawab berbagai permasalahan yang tidak
terjawab pada era fisika klasik. Pada periode ini lebih banyak mempelajari tentang
elektron, proton, neutron dan Sebagian atom. Pada tahun 1900, Max Planck
memperkenalkan ide bahwa energi dapat dibagi. Pada tahun 1905, Albert Einstein
menjelaskan efek fotoelektrik. Pada tahun 1913, Niels Bohr menjelaskan garis
spektrum dari atom hydrogen. Pada tahun 1924, Louis de Broglie memberikan
teorinya tentang gelombang benda. Sejarah tentang perkembanga fisika memberi
dorongan pada generasi muda untuk dapat bersaing dalam bidang sains (Rohmatul,
2020).
Sejarah Panjang sendiri dimulai pada tahun 1120, saat Raja Inggris
memutuskan bahwa standar Panjang di negaranya akan diberi nama Yard, dan akan
tetap sama dengan jarak dari ujung hidung hingga lengan. Standar hukum ukur
Panjang di Perancis menjadi meter, yang didefinisikan sebagai satu sepuluh juta
dari jarak khatulistiwa ke kutub utara. Namun, pada satuan massa dinyatakan dalam
satuan kilogram pada satuan SI. Standar ini ditetapkan pada tahun 1887. Ukuran
waktu dimulai pada tahun 1967, perangkat yang dikenal sebagai jam atom, yang
menggunakan frekuensi karakteristik dari atom cesium-133 sebagai referensi jam,
yaitu sama dengan 9.192.631.770 kali periode getaran radiasi atom cesium.

2.2 Definisi Pengukuran


Pengukuran disebut juga pengamatan atau observasi adalah prosedur
menentukan kualitas atau kuantitas dari karakteristik subjek penelitian atau
variabel. Pengukuran yang benar terhadap objek tidak dapat dikompromikan dari
sebuah riset. Pengukuran menghasilkan sekumpulan nilai atau data. Data dianalisis
untuk mendapatkan informasi, dan informasi diinterpretasikan dan digunakan oleh
pengguna hasil penelitian.
Pengukuran merupakan kunci kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teori apapun yang dikembangkan dalam fisika maupun bidang ilmu lain harus
dibuktikan dengan pengukuran yang menggunakan alat ukur yang memenuhi syarat
yaitu valid dan reliable. Ketelitian alat ukur juga harus diperhatikan. Semakin teliti
alat ukur yang digunakan, maka semakin baik kualitas alat ukur tersebut. Mengukur
adalah kegiatan membandingkan besaran suatu objek atau suatu fenomena dengan
standar yang sesuai. (Febri, 2021).
Semua pengukuran besaran fisika sudah tentu mengandung ketidakpastian.
Seberapa akurat hasil suatu pengukuran maka eksperimen akan dapat dipercaya.
Selisih antara harga yang benar dari suatu besaran dengan harga terukurnya
dianggap sebagai “kesalahan” atau “error” dari pengukuran yang telah dilakukan.
Sebenarnya, perbedaan tersebut lebih tepat bila disebut sebagai “deviasi” atau
“simpangan” dari pengukuran. Sedangkan kata error dipergunakan untuk
menyatakan maksud bila kita telah melakukan suatu kesalahan pada umumnya.
(Nugraha, 2019).
2.2.1 Jangka Sorong
Jangka sorong ini digunakan untuk dapat mengukur ketebalan suatu
plat logam. untuk bisa mengukur garis tengah bagian luar serta dalam pipa.
terdapat bagian penting yang terdapat pada jangka sorong yakni rahang tetap
serta rahang geser. Rahang tetap tersebut mempunyai skala yang dikenal
dengan skala utama, satu bagian terkecil dari skala utama tersebut
mempunyai panjang 1 mm. Sedangkan untuk rahang geser itu memiliki
skala yang dikenal dengan skala nonius atau juga disebut dengan sebutan
skala vernier. Pada skala nonius panjang 20 skalanya ialah1 mm, dapat atau
bisa dikatakan satu bagian nonius tersebut ialah 0,05 mm yaknis kala
terkecilnya itu juga 0,05 mm atau 0,005cm.

Gambar 2.1 Jangka Sorong


2.2.2 Mikrometer
Secara umum fungsi mikrometer sekrup ini sering digunakan untuk
mengukur diameter atau ketebalan sebuah benda yang memiliki ukuran
kecil. Seperti yang sudah sedikit dijelaskan sebelumnya, alat mikrometer
sekrup ini memiliki kepresisian lebih dari 10 kali lipat dari jangka sorong.
Sehingga tidak heran jika mikrometer dapat dipakai untuk mengukur benda
yang lebih kecil atau tepatnya pada ketelitian 0.01 mm. Penggunaan alat
ukur mikrometer dalam mengukur panjang benda memang kurang umum
digunakan. Hal tersebut karena panjang benda ternyata masih dapat diukur
dengan baik pada tingkat kepresisian sekitar 1 mm dan 0.1mm. Tingkat
kepresisian tersebut dimiliki oleh jangka sorong. (Achmadi, 2021).

Gambar 2.2 Mikrometer


2.2.3 Termometer
Termometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur suhu
ataupun alat yang digunakan untuk menyatakan derajat dingin atau panas
suatu benda. Alat ini memanfaatkan termometrik dari zat, yaitu perubahan
dari sifat-sifat zat yang disebabkan karena perubahan sesuatu dari zat
tersebut. Zat cair termometrik yaitu zat yang mudah mengalami suatu
perubahan fisis ketika dipanaskan maupun didinginkan, misalnya alkohol
dan air raksa. Kata Thermometer berasal dari bahasa latin yakni “thermo”
yang berarti „‟panas” dan sedangkan meter yang berarti “mengukur”, jadi
kegunaan dari alat thermometer adalah untuk mengukur panas. (Cahya,
2021).
Gambar 2.3 Termometer
2.2.4 Neraca
Untuk mengukur massa benda tersebut biasanya digunakan alat yang
disebut juga dengan neraca atau sering disebut dengan sebutan timbangan.
Neraca tersebut memiliki beberapa jenis seperti misalnya neraca pasar,
neraca dua lengan serta juga neraca tiga lengan.
a. Neraca pasar
Neraca pasar tersebut biasanya sering digunakan di pasar-pasar
tradisional atau juga di toko toko.
b. Neraca dua lengan
Neraca dua lengan tersebut biasanya terdapat di laboratorium.
Penggunaan neraca dua lengan hampir tersebut sama dengan cara
penggunaan nerca pasar.
c. Neraca tiga lengan
Neraca tiga lengan ini juga biasanya terdapat pada laboratorium.
Cara pemakaian neraca jenis sedikit berbeda dengan neraca diatas,
penggunaan neraca jenis ini ialah dengan cara menggeser ketiga penunjuk
ke sisi paling kiri sampai skala menjadi Nol, setelah itu letakkan benda yang
kemudian akan diukur setelah itu geser ketiga penunjuk ke kanan sampai
berat beban seimbang.
Gambar 2.4 Macam-macam Neraca
2.2.5 Stopwatch
Stopwatch adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
durasi waktu yang diperlukan maupun yang sudah berlalu. Kelihatannya alat
pengukur ini mempunyai fungsi yang sepele dan bisa digantikan oleh jam
biasa. Tapi alat pengukur ini mempunyai keefektifan dalam menghitung
waktu dibandingkan dengan jam biasa.

Gambar 2.5 Stopwatch


2.2.6 Mistar
Mistar atau biasa disebut dengan penggaris adalah sebuah alat pengukur
ataualat bantu untuk menggambar garis lurus. Alat ukur ini sendiri memiliki
skala terkecil sekitar 1mm atau 0,1cm. Penggaris memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecil yang dimilikinya yakni 0.5mm.
Ketika melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah
pandangan tegak lurus dengan skalapada mistar dan benda yang diukur.

Gambar 2.6 Mistar


2.3 Metode dan Dasar Rumus
Pengukuran adalah kegiatan atau usaha pemberian angka untuk gejala atau
kejadian atau objek sehingga hasil pengukuran tampak dalam bentuk angka. Metode
pengukuran dibagi menjadi 2, yaitu pengukuran langsung, ialah metode pengukuran
yang menggunakan alat ukur langsung dimana hasil pengukuran dibaca langsung
dari alat ukur, dan pengukuran tidak langsung adalah pengukuran satu besaran
dengan mengukur besaran lain. Pada pemgukuran ini tidak langsung menggunakan
berbagai jenis alat ukur, dan hasil pengukuran merupakan hasil operasi (dapat
berupa bagi/kali) atas hasil pengukuran tersebut (Irwansyah, 2019).
Kesalahan sistematik pengukuran suatu besaran fisika dengan menggunakan
alat ukur selalu mempunyai ketidakpastian yang disebabkan oleh kesalahan-
kesalahan dalam pengukuran. Definisi dari kesalahan atau eror adalah perbedaan
antara hasil individual dengan nilai benar. Kesalahan dibedakan menjadi 2, yaitu
kesalahan acak dan kesalahan sistematik. Kesalahan sistematik sifatnta konstan atau
dapat bervariasi. Kesalahan ini tidak dapat dikurangi dengan cara pengulangan
pengukuran (Dimyati, 2017).
Dasar rumus besaran dari suatu pengukuran, yaitu:
Jika pada bentuk persamaan massa jenis, didapatkan:

𝜌=
keterangan:
𝜌 : massa jenis (gr/cm3)
𝑚 : massa (gr)
𝑣 : volume (l)
Namun jika bentuk persamaan kecepatan, didapatkan:

𝑣=

keterangan:
: jarak (m)
: waktu (s)
𝑣 : kecepatan (m/s)
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


1. Alat
 Jangka sorong
 Mikrometer
 Neraca pegas
 Stopwatch
 Mistar
 Thermometer
 Neraca lengan
2. Bahan
 Cincin
 Balok kayu
 Balok besi
 Bola besi

3.2 Metode Kerja


A. Menentukan Nilai Skala Terkecil (nst) dan kesalahan titik nol
1. Ambillah jangka sorong dan tentukan nst-nya. Catat juga apabila skalanya
tidak menunjukkan titik nol saat jangka sorong belum digunakan.
2. Ambil mikrometer dan tentukan nst-nya. Catat juga apabila skalanya tidak
menunjukkan titik nol saat mikrometer belum digunakan.
3. Ambil termometer dan tentukan nst-nya.
4. Ambil neraca pegas (spring balance) tentukan nst-nya. Catat juga apabila
skalanya tidak menunjukkan titik nol saat pegas belum terbebani.
5. Ambil stopwatch, tentukan nst-nya.
6. Ambil mistar/penggaris panjang tentukan nst-nya.
7. Ambil neraca/timbangan, tentukan nst-nya.
B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
Catatan: hanya dilakukan satu kali saja.
1. Dengan menggunakan jangka sorong, ukur diameter dalam dan diameter
luar sebuah cincin.
2. Dengan menggunakan mikrometer, ukurlah diameter luar dari sebuah bola
besi kecil.
3. Berilah beban pada neraca dan catat nilai skalanya.
4. Ukurlah panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang.
5. Berjalanlah anda dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, hitung waktunya dengan
stopwacth.

C. Pengukuran Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi.


Catatan: Semua langkah-langkah percobaannya seperti point 3.2.2 (no.1-5)
hanya masing-masing diulangi sebanyak 3 kali
1. Dengan menggunakan jangka sorong, ukur diameter dalam dan diameter
luar sebuah cincin.
2. Dengan menggunakan mikrometer, ukurlah diameter luar dari sebuah bola
besi kecil.
3. Berilah beban pada neraca dan catat nilai skalanya.
4. Ukurlah panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang.
5. Berjalanlah anda dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, hitung waktunya dengan
stopwatch.

D. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


Catatan: Lakukan kegiatan berikut 1 kali saja
a. Ukurlah panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang, kemudian timbang massa balok tersebut.
b. Berjalanlah anda dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, hitung waktunya dengan
stopwatch, ulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter dan 3,5 meter, catat
masing-masing waktunya.

E. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi


Catatan: Lakukan kegiatan seperti point 3.2.4 sebanyak 3 kali
a. Ukurlah panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang, kemudian timbang massa balok tersebut.
b. Berjalanlah anda dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, hitung waktunya dengan
stopwatch, ulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter dan 3,5 meter, catat
masing-masing waktunya.

F. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


dan Standart Deviasi
1. Ukurlah panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) balok yang tersedia dengan
menggunakan mistar panjang, ukur panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t)
menggunakan standart deviasi dan kemudian penimbangan massa balok
menggunakan nst.
2. Berjalanlah anda dari titik A ke B sejauh 2,0 meter, hitung waktunya dengan
stopwatch, ulangi untuk jarak 2,5 meter, 3 meter dan 3,5 meter, catat
masing-masing waktunya, dengan pengukuran jarak menggunakan nst dan
perhitungan waktu menggunakan standart deviasi.

3.2.1 Tabel Data Pengukuran Dasar


A. Menentukan Nilai Skala terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
Jenis Alat nst Kesalahan Titik Nol
Jangka Sorong
Mikrometer
Termometer
Neraca Pegas
Stopwatch
Mistar
Neraca Lengan
B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
No Alat Ukur Objek Hasil Pengukuran X ΔX I (%) K (%) AP
1 Jangka Cincin Dalam =
Sorong Luar =
2 Mikrometer Bola pejal d=
3 Neraca Balok besi
4 Stopwatch Sejauh 20m
5 Mistar Balok Besi P =
l=
t=
6 Termometer Suhu ruang
C. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi
No Alat Ukur P 1 P2 P3 X ΔX I (%) K (%) AP
1 Jangka
Sorong
d Dalam
d Luar
2 Mikrometer
3 Neraca
4 Stopwatch
5 Mistar p= p= p=
l= l= l=
t= t= t=
D. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
No Objek Besaran X ΔX I (%) K (%) AP
1 Balok p= m= ρ=
l=
t=
2 Perjalanan S1= t= v1 =
S2= t= v2 =
S3= t= v3 =
E. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi
 Massa jenis balok
Percobaan p l t m V ρ Δ ρ I (%) K (%) AP
(cm) (cm) (cm) (gr)
P1
P2
P3
 Kecepatan perjalanan
Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%) AP
P1 P2 P3
2,5 m
3m
3,5 m

F. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


dan Standart Deviasi
1. Massa jenis balok
No. Jarak Dimensi (cm) massa V ρ Δ ρ I (%) K (%) AP
(m) P1 P2 P3
1 2,5 m
2 3m
3 3,5 m
2. Kecepatan
No. Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%) AP
P1 P2 P3
1. 2,5 m
2. 3m
3. 3,5 m
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengukuran


A. Menentukan Nilai Skala terkecil (nst) dan Kesalahan Titik Nol
Jenis Alat nst Kesalahan Titik Nol
Jangka Sorong 0.01cm 0
Mikrometer 0.01mm 0
Termometer 0.5A 0
Neraca Pegas 0.2V 0
Stopwatch 0.1ºC 0
Mistar 0.1g 0
Neraca Lengan 0.1s 0

B. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


No Alat Ukur Objek Hasil X ΔX I (%) K (%) AP
1 Jangka Cincin Pengukuran
Dalam = 1.92cm 1.92
Sorong 0.025 1.30% 98.70% 2.89
Luar =2.24cm 2.24
2 Mikrometer Bola pejal d = 4.525mm 4525 1.12% 98.88% 2.95
3 Voltmeter Tegangan 6/62V 100.00
Listrik 6 0.005 0.00% 6.96
%
4 Amperemeter Arus 9/0.4A
Listrik 0.4 0.025 6.25% 93.75% 2.20

5 Neraca Balok besi 66.6gr 66.6 0.42% 99.58% 3.38


6 Stopwatch Sejauh 20m 2m/2.2s 3 0.005 0.01% 99.99% 5.12
7 Mistar Balok Besi P =12.5 186 0.005 0.17% 99.83% 3.78
l =5.5 186 0.05 0.03% 99.97% 4.57
t =2.7 186
8 Termometer Suhu ruang
C. Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standart Deviasi
No Alat Ukur P 1 P2 P3 X ΔX I (%) K (%) AP
1 Jangka
Sorong 1.93 0.01 0.52% 99.48% 0.00
d Dalam 1.92 1.94 1.93
d Luar 2.24 2.11 2.12 2.16 0.0723 3.35% 96.65% 0.00
2 Mikrometer 4.525 4.523 4.524 4.52 0.0010 0.02% 99.98% 4.66
3 Arus 0.4 0.4 0.4 0.4 0.0000 0.00% 100.00% 16.77
4 Voltmeter 62 62 62 62.00 0.0000 0.00% 100.00% 0.00
5 Neraca 66.6 66.5 66.6 66.57 0.0577 0.09% 99.91% 0.00
6 Stopwatch 2.1 2.2 2.1 2.13 0.0577 2.71% 97.29% 2.57
7 Mistar 12.5 12.5 12.6 12.53333333 0.06 0.46% 99.54% 3.34
5.5 5.5 5.4 5.466666667 0.06 1.06% 98.94% 2.98
2.7 2.6 2.7 2.666666667 0.06 2.17% 97.83% 2.66

D. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil


No Objek Besaran X ΔX I (%) K (%) AP
1 Balok p= 12.5 m= 110 ρ=
0.5925925 0.05 0.0843 0.9156 2.0737
l= 5.5
93 75 25 86
t= 2.7
2 Perjalanan S1= 2.5 t=2.2 v1 =1.163 0.1 0.088 91.20% 2.0555
S2= 3 t=3.35 1.13636363
v2 =0.895 0.1 0.1116 89% 17
1.9520
S3= 3.5 t=4.5 6v3 =0.7778 0.1 66667 87.14% 76
0.1285 1.8908
71429 56

E. Pengukuran Tidak Langsung Dengan Menggunakan Standart Deviasi


 Massa jenis balok
Percobaan p l t m V ρ Δρ I (%) K (%) AP
(cm) (cm) (cm) (gr)
P1 12.5 5.5 2.7 110 186 0.592
P2 6 0.01316 2.19% 97.81% 2.66
179 0.615
12.5 5.5 2.6 110
P3 4
12.6 5.5 2.7 110 186 0.592
 Kecepatan perjalanan 6

Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%) AP


P1 P2 P3
2,5 m 3.4 4 4 0.395
0.477 0.0805 0.1688 83%
3m 4 4.5 4 0.480
3,5 m 5 5.6 5.6 0.556

G. Pengukuran Tidak Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil
dan Standart Deviasi
3. Massa jenis balok
No. Jarak Dimensi (cm) massa V ρ Δ ρ I (%) K (%) AP
(m) P1 P2 P3
1 2,5 m 12.5 5.5 2.7 83.6 186 0.450
2 3m 4 0.0112 2.48%
83.65 178.7 0.468 1 3
12.5 5.5 2.6
3 3,5 m 5 0.447
83.63 187.1 0 778
12.6 5.5 2.7
4. Kecepatan 1 0

No. Jarak (m) Waktu (s) v(m/s) Δv I (%) K (%) AP


P1 P2 P3
1. 2,5 m 2.2 4 4 0.735 0.735 0.2163 78% 1.665
2. 3m 3 0.1923
0.759 0.759 81% 1.716
3.35 4.5 4
3. 3,5 m 5 0.1278
0.669 0.668 87% 1.893
4.5 5.6 5.6
8

F. Pembahasan
Praktikum pengukuran ini bertujuan agar kita dapat mengetahui proses dari
sebuah pengukuran. Pengukuran yaitu penentuan besaran, dimensi, atau sebagainya
terhadap satuan standar pengukuran, Pada pengukuran ini pasti kita melakaukan
pengukuran, mencatat hasil pengukuran, serta menghitung hasil dari pengukuran.
Pada praktikum kali ini dilakukan dengan pengukuran tunggal dan berulang.
Pengukuran tunggal ditakutkan kurang teliti sehingga digunakanlah pengukuran
secara berulang agar mengetahui hasil yang pasti atau mendekati hasil ukur pasti.
Proses pengukuran, tentunya membutuhkan alat ukur yang digunakan serta cara
kerja alat ukur tersebut. Alat ukur yang digunakan seperti jangka sorong, neraca,
termometer, stopwatch, dan lain sebagainya yang memiliki nilai skala terkecil yang
berbeda-beda.
Pada saat melakukan pengukuran langsung sebanyak satu kali itu dinamakan
pengukuran tunggal. Dalam pengukuran tunggal, satu kali hasil pengukuran atau x
dianggap nilai benar sebab nilai pengukuran itu sendiri. Jika diperhatikan, setiap
alat ukur mempunyai skala yang berdekatan yang disebut skala terkecil. Nilai
ketidakpastian (Δx) pada pengukuran tunggal diperhitungkan dari skala terkecil alat
yang digunakan mengukur. Jadi untuk menentukan ketidakpastian cara nst itu
tergantung dari alat ukur apa yang kita gunakan. Seperti pada tabel B Pengukuran
Langsung dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil merupakan hasil pengukuran
yang dilakukan hanya satu kali percobaan serta menggunakan ketidakpastian ralat
nst.
Lalu melakukan pengukuran langsung secara berulang bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat atau agar bisa dibandingkan seperti tujuan
pengukuran adalah membandingkan. Untuk menentukan hasil perhitungan dari
pengukuran langsung berulang dengan standart deviasi dapat diperoleh dengan
ratarata hasil pengukuran dimana hasil pengukuran pertama, kedua, dan seterusnya
dijumlahkan dibagi berapa kali pengukuran atau bisa disebut dengan rata-rata,
sehingga hasil yang didapat dapat menunjukkan kepresisian. Dan untuk menghitung
nilai ketidakpastian pengukuran secara berulang dapat ditentukan dengan gabungan
dari pengukuran tadi yang dikurangi pengukuran pertama dan dibagi dengan berapa
kali pengukan, maka ditemukanlah hasil pengukuran langsung dengan
menggunakan standart deviasi. Pada standart deviasi ini, jika nilai standart
deviasinya makin kecil, maka semakin dekat tingkat pegukurannya menuju benar.
Seperti halnya pada tabel C Pengukuran Langsung dengan Menggunakan Standrat
Deviasi merupakan pengukuran langsung berulang dengan cara standart deviasi,
hingga ditemukan ketidakpastiannya, ralat relatifnya, keseksamaannya serta angka
pentingnya sesuai dengan alat ukur yang digunakan.
Selain pengukuran langsung, ada juga pengukuran tak langsung yang artinya
pengukuran berulang atau pengukuran besaran lain yang berhubungan dengan
besaran yg dicari atau memiliki hubungan matematis dengan besaran yang dicari.
Pengukuran tidak langsung pada praktikum ini dilakukan pada semua alat ukur,
namun pengukuran tidak langsung dibagi menjadi dua, yaitu pengukuran tidak
langung dengan nst dan pengukuran langsung standart deviasi. Pengukuran tidak
langsung menggunakan mistar, neraca ohauss, jarak. Terdapat perbedaan hasil ukur
dari pengukuran langsung dan pengukuran tak langsung, walaupun dilakukan pada
besaran dan menggunakan alat yang sama. Namun pengukuran yang dilakukan
secara berulang memiliki ralat lebih kecil dari pada pengukuran yang dilakukan
sekali. Caranya dengan menurunkan besaran yang ingin kita cari. Pengaplikasian
pada cara ini seperti pada tabel D Pengukuran Tidak Langsung dengan
Menggunakan Nilai Skala Terkecil dan tabel E Pengukuran Tidak Langsung dengan
Menggunakan Standart Deviasi dimana tiap alat ukur dan bahan yang digunakan
menghasilkan hasil yang berbeda sesuai apa yang digunakan.
Pengukuran tak langsung secara gabungan yaitu pengukuran secara berulang
menggunakan ralat standart deviasi dan satu kali pengukuran menggunakan ralat nst
dapat menentukannya dengan persamaan ralat pada persamaan jika yang diketahui
atau yang akan ditentukan itu kecepatan dan massa jenis. Pada konsep rumus
tersebut dengan pengulangan pengukuran satu kali dan waktu tiga kali. Dengan
rumus ini kita melakukan pengukuran berulang waktu sebanyak tiga kali dengan
menggunakan pengukuran standart deviasi. Sedangkan pada pengukuran jarak
hanya dilakukan menggunakan nst. Sama juga halnya seperti pada tabel F
Pengukuran Tidak Langsug dengan Menggunakan Nilai Skala Terkecil dan Standart
Deviasi untuk pengaplikasian caranya.
Dari hasil data serta perumusan menentukan hasil perhitungan tadi, dapat
ditemukan tingkat ketelitian, ketidakpastian, ralatnya dari masing-masing alat ukur.
Hasil perhitungan percobaan menunjukkan bahwa beberapa pengukuran yang
dilakukan mendapatkan hasil yang mendekati tetap, namun ada juga beberapa
menunjukkan hasil yang kurang tepat karena memiliki angka penting dengan
jumlah kecil.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum ini pengukuran dasar, kita dapat mengetahui tata cara penggunaan
alat ukur, mengetahui metode kerja dan perhitungan hasil alat ukur.
1. Berdasarkan percobaan pengukuran dan menghitung hasil ketidakpastian secara
nst dapat ditentukan dengan skala pada alat ukur. Jadi nst nya tergantung alat
ukur yang digunakan.
2. Pada pengukuran lansgung secara berulang, agar terjadi keakuratan pada
perhitungan, jika menentukan dengan ralat standart deviasi dapat dilakukan
dengan cara merata-rata hasil pengukuran dan kemudian ditemykannya sebuah
ketidakpastian dari hasil metode tersebut.
3. Pengukuran tak langsung secara berulang dengan ralat standart deviasi dapat
dilakukan dengan cara menurunkan besaran yang ingin kit acari.
4. Pada pengukuran gabungan, jika dilakukan pengukuran berulang dapat
menggunakan metode standart deviasi, namun jika hanya sekali saja dapat
menggunakan metode nst.
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum memulai kegiatan sebaiknya untuk memaham modul dan
fungsi fungsi alat ukur serta cara menggunakan dan nila ketelitan supaya
memudahkan dalam proses pengambilan data. Dalam melakukan pengukuran harus
memperhatikan keakuratan agar tidak terjadi error. Pada praktikum ini kita harus
mengerti tentang dasarnya terlebih dahulu, seperti nst, titik nol pada alat ukur dan
standart deviasi. Jika dirasa masih kesulitan, praktikan bisa bertanya kepada asisten.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. (2021, Februari). https://www.pengelasan.net/mikrometer-sekrup/ Retrieved


from Pengelasan.net.
Cahya, N. A. (2021, September). https://www.pinhome.id/blog/pengertiantermometer/
Retrieved from pinhome blog.
Erick, Yosua. (2022, september). https://stellamariscollege.org/ Retrieved from
https://stellamariscollege.org/.
https://pendidikanku.org/2020/04/pengertian-pengukuran.html (2020, 4). Retrieved
from pendidikan.org.
Dimyati. 2017. Kesalahan-kesalahan sistematik dalam pengukuran fisika bagi
mahasiswa Pendidikan guru sekolah dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.
LAMPIRAN

Pengambilan Data dengan Menggunakan Beberapa Alat Ukur


 Jangka Sorong

 Mikrometer
▪ Amperemeter

▪ Voltmeter
 Neraca

 Stopwatch
 Mistar

Anda mungkin juga menyukai