Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGUKURAN DAN ALAT UKUR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

PSB A 2022

1. ADDINA NOVITA LORENSYAH [ 4222520006 ]

2. ALFINA SISKA DEWI [ 4221220008 ]

3. GALIH HIKMAL ROMADHON [ 4222520007 ]

4. GITA SYAHRI RAMADHANI [ 4221220007 ]

5. JIHAN INDAH ANGGRAINI [ 4223220053 ]

6. ZIHAN ZAHRIANI BATUBARA [ 4222520009 ]

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah dalam rangka pemenuhan tugas
mata kuliah Fisika Umum dengan materi “ Pengukuran Alat Fisika”. Tidak lupa juga kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam
penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah
hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Medan, 14 Maret 2023

Kelompok 3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia sangat erat kaitanya dengan kegiatan
pengukuran, entah di bidang sains maupun sosial agar memperoleh hasil yang akurat dan
terpercaya, oleh karena itu banyak alat-alat baru diciptakan untuk kelancaran pengukuran
tersebut, setia hasil pengukuran selalu memunculkan dua hal yaitu kuantitas dan satuan. Dari
hasil pengukuran tersebut lalu munculah istilah besaran yang mengandung arti sesuatu yangdapat
di ukur, memiliki nilai yang dapat dinyatakan dengan angka dan memiliki satuan. Namun, Di
masyarakat kita kadang-kadang terdapat satuan-satuan yang tidak standar atau tidak baku,
misalnya satuan panjang dipilih depa atau jengkal. Satuan tersebut tidak baku karena tidak
mempunyai ukuran yang sama untukorang yang berbeda. Satu jengkal orang dewasa lain dengan
satu jengkal anak-anak. Itulah sebabnya jengkal dan depa tidak dijadikan satuan yang standar
dalam pengukuran fisika. Oleh karena alasan-alasan itulah para ilmuan mengadakan
penelitian besar-besaran yaitu General Conference on Weights and Measures of theInternational
Academy of Science pada tahun 1960. Dalam sistem satuan ini,terdapat tujuh besaran yang
disebut sebagai besaran pokok.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja alat ukur fisika yang sering digunakan di dalam laboratorium?
2. Bagaimana cara kerja dari alat ukur fisika tersebut?
3. Bagaimana cara kalibrasi dari alat ukur fisika tersebut?
4. Bagaimana teori ketidak pastian dalam pengukuran?
5. Bagaimana teori ketidakpastian dalam hasil pengukuran

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui apa saja alat ukur fisika yang sering digunakan di dalam laboratorium.
2. Mengetahui cara kerja dari alat ukur fisika.
3. Mengetahui cara kalibrasi dari alat ukur fisika.
4. Mengetahui teori ketidakpastian dalam pengukuran.
5. Mengetahui teori ketidakpastian dalam hasil pengukuran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Alat-alat Ukur Fisika

 Jangka Sorong

Jangka sorong ini digunakan untuk mengukur panjang. Jangka sorong atau vernier caliper
merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam dunia otomotif karena mampu
mengukur benda kerja dengan ketelitian hingga 0,02 mm dan 0,05 mm. Jangka sorong
digunakan untuk mengukur Ketebalan, diameter dalam, diameter luar dan mengukur
kedalaman suatu benda.

 Mikrometer Sekrup

Mikrometer atau biasa disebut mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk
mengukur benda kecil/tipis atau benda yang berbentuk lempengan dengan ketelitian yang
cukup tinggi. Akurasi mikrometer sekrup adalah 0,01 mm.

 Mistar (Penggaris)
Mistar atau yang disebut juga penggaris bisa digunakan untuk mengukur benda dengan
kepanjangan sedang. Ketelitian mistar adalah 1 milimeter.

 Neraca Ohaus dan Neraca Digital

Neraca Ohaus merupakan salah satu alat ukur massa yang dapat dibedakan berdasarkan
jenis skala dan jumlah lengannya. Berdasarkan skalanya, neraca ini dibedakan menjadi
dua, yaitu neraca Ohaus manual dan digital.

Neraca digital merupakan alat yang sering ada dalam laboratorium yang digunakan untuk
menimbang bahan yang akan digunakan. Neraca digital berfungsi untuk membantu
mengukur berat serta cara kalkulasi fecare otomatis harganya dengan harga dasar satuan
banyak kurang.

 Stopwatch

Stopwatch merupakan alat pengukur waktu yang memiliki bentuk serupa dengan jam
arloji, tetapi nggak bisa digunakan sebagai penunjuk waktu saat itu.

 Termometer
Termometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu, atau alat yang digunakan
untuk menyatakan derajat dingin dan panasnya suatu benda. Alat ini memanfaatkan
termometrik dari zat, yaitu perubahan sifat zat yang disebabkan oleh perubahan suhu dari
zat tersebut.

 Amperemeter

Amperemeter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur nilai arus listrik
yang mengalir dalam suatu rangkaian listrik.

 Luxmeter

Lux Meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas cahaya di suatu
tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui karena pada dasarnya manusia juga
memerlukan penerangan yang cukup.
2.2 Cara Kerja Dari Alat Ukur Fisika

 Jangka Sorong
1. pertama tama anda harus mengendurkan baut yang berguna sebagai pengunci dan
menggeser rahang geser yang terdapat pada jangka sorong, tetapi kita harus memastikan
terlebih dahulu bahwa rahang geser jangka sorong tersebut bekerja dengan baik atau
tidak, lalu anda harus memastikan bahwa ketika rahang tertutup, jangka tersebut harus
menunjukkan angka nol.
2. Langkah kedua adalah lakukan pembersihan baik pada benda yang akan diukur
maupun pada permukaan rahang jangka sorong untuk menghindari kesalahan pengukuran
secara detail, dan langkah yang terakhir adalah dengan menutup rahang jangka hingga
mengapit pada bagian suatu benda yangsesuai dengan apa yang kita ingin ukur, lalu anda
tinggal melihat skala yang ditampilkan pada jangka sorong ini dan anda sudah dapat
menggunakan jangka sorong yang benar.

 Mikrometer Sekrup
1. Benda atau plat tipis yang akan diukur ketebalannya diletakkan di antara landasan dan
sumbu. Kemudian gagang pemutar kita atur sehingga plat tersebut terjepit dengan kuat,
lalu tarik kunci ke arah kiri agar tidak terjadi pergeseran lagi (mengunci).
2. Untuk menentukan besarnya pengukuran maka pembacaan skala dilakukan dengan
membaca skala tetap terlebih dahulu, dengan satuan milimeter, yaitu garis skala tetap
yang tepat berada di depan gagang pemutar.

 Neraca Ohaus dan Neraca Digital


Cara kerja neraca adalah membandingkan massa benda yang diukur dengan
anak timbangan. Pengukuran neraca dapat diubah dengan menggeser posisi anting (anak
timbangan) sepanjang lengan. Anting dapat digeser menjauhi atau mendekati poros
neraca. Massa pada benda dapat diketahui dengan menjumlahkan masing-masing posisi
dari setiap anting di sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. (Iya,
2014)

1. Cara penggunaan neraca ohaus


a. Neraca ohaus dikalibrasi terlebih dahulu dengan memutar sekrup yang ada di samping
piringan neraca sehingga posisi pada kedua garis neraca terlihat
seimbang.
b. Letakkan benda yang akan di ukur massanya pada piringan tersebut.
c. Menggeser skala yang dimulai dari skala besar baru bisa digunakan.
d. Jika pada kedua garis sudah seimbang maka baru memulai membaca hasil.
(Rukmana, 2015)

2. Cara menggunakan neraca analitik dan digital


a. Posisi neraca nol
b. Simpanlah sesuatu zat yang akan ditimbang diatas timbangan tersebut
c. Baca nilai yang terlihat pada monitor neraca
d. Setelah selesai digunakan jangan lupa untuk dinolkan neraca tersebut.

 Mistar
Cara Kerja Mistar
(a) Tempatkan satu ujung mistar tepat sejajar dengan salah satu ujung benda yang akan
diukur
(b) Baca skala pada mistar yang berimpitan dengan ujung kedua benda. Skala tersebut
mengungkapkan panjang benda yang diukur.

 Stopwatch
Cara kerja stopwatch
Stopwatch dirancang untuk memulainya dengan menekan tombol diatas sehingga
bergerak jarumnya dan menekan kembali tombol tersebut maka jarum berhenti sehingga
suatu waktu detik ditampilkan sebagai waktu yang berlalu. Wemudian dengan menekan
tombol yang kedua akan mememasang lagi jarum stopwatch pada kondisi nol.

 Termometer
Cara Kerja Termometer ketika temperatur naik, cairan di bola tabung mengembang lebih
banyak daripada gelas yg menutupinya. Hasilnya, benang cairan yg tipis dipaksa ke atas
secara kapiler. Sebaliknya, ketika temperatur turun, cairan mengerut dan cairan yg tipis di
tabung bergerak kembali turun. Gerakan ujung cairan tipis yg dinamakan meniscus
dibaca terhadap skala yg menunjukkan temperatur.

 Amperemeter
Cara Kerja Amperemeter
- Ketika amperemeter dialiri dengan arus listrik, maka hal ini akan memicu terjadinya
medan magnet.
- Arus listrik mengalir melalui kumparan, maka akan sampai pada inti besi serta
menimbulkan reaksi magnetik pada komponen tersebut.
- Medan magnet akan membuat inti besi berputar, kemudian secara otomatis jarum
penunjuk mulai bergerak hingga nantinya berhenti pada titik skala yang sesuai dengan
hasil pengukuran.
- Laporan hasil pengukuran ini nantinya dapat pengguna lihat pada layar display
amperemter.
- Untuk memperbesar kemampuan amperemeter dalam melakukan pengukuran
amperemeter, ternyata juga memungkinkan untuk ditambahkan dengan hambatan shunt.
- Tujuan adanya jalur hambatan ini dibuat adalah untuk memperbesar simpangan yang
dihasilkan sehingga memperluas batas ukur alat tersebut.
- Karena semakin besar arus yang mengalir, maka semakin luas simpangannya. Dengan
demikian, secara otomatis maka batas ukur pada amperemeter juga akan semakin tinggi.

 Luxmeter
Cara kerja dari lux meter adalah mengubah energi foton menjadi elektron. Cahaya akan
menyinari sel foto yang kemudian akan ditangkap oleh sensor sebagai energi dan
diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin banyak cahaya yang diserap oleh sel,
maka arus yang dihasilkan lebih besar. Berbagai jenis cahaya yang masuk pada lux meter
baik itu cahaya alami maupun buatan akan mendapatkan respon yang berbeda dari
sensor. Berbagai warna yang diukur akan menghasilkan suhu warna yang berbeda dan
panjang gelombang yang berbeda pula. Oleh karena itu, pembacaan hasil yang
ditampilkan oleh layar panel adalah kombinasi dari efek panjang gelombang yang
ditangkap oleh sensor lux meter.

2.3 Cara Kalibrasi Dari Alat Ukur Fisika

Peralatan instrumentasi terutama alat ukur sangat berperan penting pada perusahaan
industri maupun global industri lainnya. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh beberapa
instrumen alat ukur yang sejenis belum dapat dikatakan menunjukkan hasil yang sama, meskipun
alat tersebut memiliki kesamaan spesifikasi dan kegunaan.

Kalibrasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai yang
ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili oleh bahan
ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran yang diukur dalam
kondisi tertentu.

Dalam pelaksanaannya, ada lima langkah penting kalibrasi yaitu sebagai berikut:

1. Persiapan

Tahap ini meliputi pemilihan peralatan atau sistem yang akan dikalibrasi, pemilihan standar yang
akan digunakan, dan persiapan peralatan atau sistem untuk proses kalibrasi.

2. Pengukuran

Tahap ini meliputi pengukuran nilai yang dihasilkan oleh peralatan atau sistem yang akan
dikalibrasi, dengan cara membandingkannya dengan standar yang telah ditentukan.

3. Analisis

Tahap ini meliputi analisis hasil pengukuran untuk menentukan apakah peralatan atau sistem
tersebut memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
4. Laporan

Tahap ini meliputi penyusunan laporan hasil kalibrasi yang mencakup informasi tentang
peralatan atau sistem yang dikalibrasi, standar yang digunakan, hasil pengukuran, dan
rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan.

5. Tindak lanjut

Tahap ini meliputi tindak lanjut yang diperlukan berdasarkan hasil analisis dan rekomendasi
yang tercantum dalam laporan kalibrasi.

6. Tindak lanjut ini bisa berupa perbaikan atau penggantian peralatan atau sistem yang tidak
memenuhi persyaratan, atau pemberian label atau sertifikat kalibrasi kepada peralatan atau
sistem yang memenuhi persyaratan.

2.4 Teori Ketidakpastian Dalam Pengukuran

Pengukuran ketidakpastian merupakan suatu bagian penting dari suatu kegiatan


eksperimen (praktikum). Proses ini secara alami mengarahkan pertanyaan penting tentang
apakah hasil suatu pengukuran sesuai dengan suatu hipotesis (ramalan teoritis) dan apakah hasil
pengukuran tersebut dapat dibuktikan oleh peneliti lain. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut ketidakpastian dari pengukuran harus dinyatakan untuk menunjukkan ketepatan dan
ketelitian pengukuran yang dilakukan.

Pengolahan data dan perbandingan data, mutlak membutuhkan pengetahuan tentang


prinsip pengukuran dan pengetahuan tentang analisis ketidakpastian. Pengukuran yang
berhubungan dengan ketidakpastian sangat penting dalam pengetahuan empiris dan menjadi
salah satu komponen yang paling mendasar dan penting dalam pendidikan ilmu pengetahuan
alam (Duggan dan Gott, 2002).

Deardroff dan Fairbrother (2001) menyatakan bahwa pengetahuan tentang ketidakpastian


secara lebih luas dapat dikategorikan sebagai berikut:

• Semua pengukuran selalu berhubungan dengan ketidakpastian, yang seharusnya dapat diukur
dan dilaporkan.

• Hasil perhitungan yang berhubungan dengan ketidakpastian berdasarkan pada ketidakpastian


berpengaruh terhadap nilai variabel terikat eksperimen tersebut.

• Desain eksperimen dan keterampilan dalam melaksanakan percobaan berpengaruh luas


terhadap adanya ketidakpastian dalam suatu pengukuran.
• Tidaklah mungkin secara ilmiah membandingkan hasil dan menarik kesimpulan dari suatu
eksperimen tanpa melibatkan ketidakpastiannya

2.5 Teori Ketidakpastian Dalam Hasil Pengukuran

Ketidakpastian merupakan penyimpangan nilai ukur dari nilai benar. Ketidakpastian


(uncertainty) dapat dikenal juga dengan kata “ralat (error)”, yakni suatu perbedaan nilai antara
yang terukur dengan yang sesungguhnya (nilai yang benar), atau simpangan/selisih nilai antara
yang terukur dengan nilai rata-rata kuantitas pengukuran.

Pengukuran biasanya juga menghasilkan hasil ukuran yang tidak sebenarnya. Kita harus
mencermati bahwa makna ralat (error) bukanlah berarti salah ukur, tapi hal tersebut lebih
merepresentasikan deviasi hasil ukur terhadap nilai benar yang diukur. Deviasi berarti seberapa
dekat nilai terukur dengan nilai rata-rata kuantitas hasil ukur. Walaudemikian, ada buku yang
menyebutkan ralat dengan kata “kesalahan” karena relevan dengan kata "error". Karena
pengukur tidak mengetahui nilai yang sebenarnya, maka hasil ukur harus dinyatakan dalam
interval/rentang. Dengan ini, misalnya dalam mengukur tegangan, hasilnya dinyatakan dengan
1,6 Ss Vs 1,8 Volt atau V - (1,7 & 0,1) Volt. Sebuah rentang nilai pengukuran ditulis sekaligus
dengan ketidakpastian (uncertainty) hasil ukur, sehingga "ralat" seringkali tidak berbeda dengan
“ketidakpastian”.

Ralat (error) akan menyebabkan bias. Ralat juga dipicu adanya sumber-sumber ralat,
yaitu: kondisi pengukur (pengamat), alat ukur, obyek yang ukur, faktor lingkungan, dan model
teoritis (konsep). Jadi, ralat dapat berasal dari tiga hal berikut.

a. Ralat alat, adalah ralat yang terjadi karena batasan terbesar/terkecil dari hasil nilai rentang
pengukuran dari suatu alat.

b. Ralat ukur, adalah ralat yang terjadi sebagai akibat pengukuran secara langsung, karena
perlakuannya berulang pada benda yang sama dan menggunakan alat yang sama juga.

c. Ralat hasil ukur, adalah ralat pada hasil suatu pengukuran.

Dampak daripada ralat adalah muncul kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran


dapat dikategorikan menjadi tiga (3) sebagai berikut.

a. Kesalahan keteledoran/umum (grass error) Kesalahan ini dapat berasal daro pengukur
(manusia), penggunaan instrument yang tidak sesuai, dan pengaturan instrument yang tidak
tepat. Contoh-contoh yang termasuk kesalahan umum, yaitu: 1) kekeliruan penaksiran atau
pencatatan suatu skala nilai, 2) keterampilan penggunaan alat yang kurang, 3) kesalahan dalam
membaca skala nilai, 4) penguasaan alat yang tidak tepat/tidak sesuai, 5) mata kurang fokus saat
membaca skala yang halus, dan 6) metode yang salah. b. Kesalahan rambang/acak (random
error) kesalahan ini memang tidak sengaja, tidak terkendali secara tuntas dalam pengukuran.
Kesalahan ini banyak disebabkan kondisi lingkungan yang tidak menentu. Kesalahan acak
berasal dari hal berikut:

1) naik-turunnya (fluktuasi) tegangan listrik, seperti

tegangan dari PLN dan aki,

2) bising elektronik (noise),

3) gerakan Brown dari molekul-molekul di udara (02, CH4, SOz, dan lain-lain), gerak ini
sifatnya acak, sebab gerakan tidak menentu dan tidak teratur yang dapat mengganggu kegiatan
pengukuran,

4) radiasi background, seperti radiasi gelombang elektromagnetik dari Hape, radio, antena dan
sejenisnya, dan

5) getaran landasan, seperti alat seismograf (alat ukur gempa) yang mudah terganggu oleh
getaran bumi.

C. Kesalahan dari alat ukur (systematic error)

Kesalahan ini disebabkan oleh alat ukur sendiri yang dapat mengakibatkan hasil ukur berbeda
dari hasil benar.

Beberapa kesalahan sistematis ini, antara lain:

1) kesalahan kalibrasi alat, kesalahan ini karena produk alat mengalami cacat pada nilai skala
alat, sehingga pengukuran selalu menghasilkan nilai yang tidak sesuai,

2) obyek ukurnya tidak teratur,

3) kesalahan pada titik nol, yakni kesalahan karena tanda titik nol skala tidak lurus dengan tanda
titik nol penunjuk, atau tanda penunjuk pada alat ukur tidak kembali tepat pada tanda titik angka
nol,

4) salah tafsiran nilai skala terkecil (least count),

5) Waktu respon ukur yang tidak tepat, yaitu waktu pengukuran tidak bersamaan dengan data
yang seharusnya diukur. Seperti pengukur mengamati periode getar suatu beban dengan
stopwatch. Selang waktu ukur seringkali tidak tepat karena cepat atau lambatnya tombol
stopwatch untuk ditekan.

6) kesalahan pengamatan & pengukuran karena perbedaan kondisi kalibrasi dan kondisi saat
mengamati Y mengukur. Ini sering disebut kesalahan karena lingkungan (environmental errors).
Seperti efek kelembaban udara, tekanan udara, perubahan suhu, dan ruang yang berbeda,
7) Gesekan pada bagian alat ukur yang bergerak,

8) kesalahan arah pandang (paralaks), kesalahan saat membaca nilai skala, pengukur berpindah
tempat/tidak tepat melihat nilai skala/obyek ukur berbeda dengan obyek awalnya, dan

9) Kelelahan suatu alat, terjadi saat alat digunakan terus menerus, dan suatu ketika alat tersebut
tidak berfungsi kembali dengan baik, seperti pegas yang mengendur.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pengukuran adalah suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
obyek atau gejala. Pengukuran dapat dilakukan dengan dua cara; 1) menggunakan alat-
alat yang standar, 2) menggunakan alat-alat yang tidak standar.
2. Alat-alat ukur dalam fisika antara lain, jangka sorong, mikrometer sekrup, mistar, neraca
analitik dan neraca ohaus, termometer, stopwatch, amperemeter, dan lux meter.
3. Cara kerja pada alat ukur tersebut haruslah benar, karena akan memengaruhi hasil dari
pengukuran itu sendiri.
4. Kalibrasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai
yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran, atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran
yang diukur dalam kondisi tertentu.
5. Ketidakpastian merupakan penyimpangan nilai ukur dari nilai benar. Ketidakpastian
(uncertainty) dapat dikenal juga dengan kata “ralat (error)”, yakni suatu perbedaan nilai
antara yang terukur dengan yang sesungguhnya (nilai yang benar), atau simpangan/selisih
nilai antara yang terukur dengan nilai rata-rata kuantitas pengukuran.

3.2 Saran

Adanya pengawasan dan bimbingan dari dosen ataupun asisten laboratorium dalam
menggunakan alat ukur dalam laboratorium fisika, agar hasil dari suatu pengukuran sesuai dan
mengikuti kaidah Internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi A, & Budiawanti W. 2013. Pengembangan Model Praktikum Fisika Berbasis Analisis
Ketidakpastian Pengukuran. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). 3(2), 27-32.

Febbiyana W, Kurniawan S, Isnen M, et al. 2019. Pembuatan Alat Test dan Kalibrasi Flowmeter
Solar pada Pabrik Pemanggangan Anoda PT INALUM. Jurnal Elektronika, Listrik dan
Teknologi Informasi Terapan. 2(1), 43-49.

Prasetarini A, Fatmaryanti D. 2013. Pemanfaatan Alat Peraga IPA Untuk Peningkatan Pemahaman
Konsep Fisika Pada Siswa SMP Negeri 1 BulusPesantren Kebumen Tahun Pelajaran 2012/2013.
Jurnal Radiasi. 2(1), 7-10.

Anda mungkin juga menyukai