Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIKA DASAR
PEMAKAIAN ALAT UKUR DASAR

Nama : Cerry Maura Purwandini


NIM : 1122016200057
Kelas : 2B Pendidikan Kimia
Kelompok :6
Nama Anggota :
1. Fadli Insani (11220162000039)
2. Aghniya Dalila Husna (11220162000056)
3. Alraisa Sakilah Zahra (11220162000061)
4. Jeri Ridwan Saputra (11220162000062)

LABORATORIUM FISIKA
PROGRAM STUDI TADRIS KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
Pemakaian Alat Ukur Dasar
Cerry Maura Purwandini, 1), Fadli Insani
2) Aghniya Dalila Husna, 3) Alraisa Sakilah Zahra, 4) Jeri Ridwan Saputra
Tadris Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Email: cerry.maura22@mhs.uinjkt.ac.id
@gmail.com

Abstrak
Pengukuran merupakan hal yang sudah sering dijumpai pada kehidupan. Namun, dasar-
dasar dan konsep pengukuran merupakan hal yang sangat penting yang perlu dipelajari,
khususnya dalam bidang fisika. Proses pengukuran tentubya dibantu dengan alat-alat yang
disebut alat ukur dasar untuk membantu mempermudah proses pengukuran. Ketidakpastian
membuktikan bahwa tidak ada pengukuran yang benar-benar akurat hasilnya. Beberapa sumber
kesalahan, akurasi dan presisinmerupakan faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpastian.
Oleh karena itu, perlu dipahami menentukan angka ketidakpastian pada hasil pengukuran yang
mendekati nilai sebenarnya. Dengan dilaksanakannya praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat
memahami cara pemakaian alat ukur dasar dan menentukan ketidakpastian pada pengukuran
berulang, menerapkan konsep ketidakpastian dalam suatu pengukuran dan angka penting dalam
pengelolaan hasil pengukuran, serta mencatat hasil pengukuran secara benar. Teknik pengukuran
yang dilakukan adalah teknik pengukuran langsung, yang menggunakan alat ukur berupa jangka
sorong, mikrometer sekrup, multimeter digital dan stopwatch digital. Pengukuran dilakukan
secara berulang agar menghasilkan nilai ketidakpastian yang berbeda-beda untuk
menbandingkan. Pada data yang dihadilkan pada akhir praktikum membuktikan bahwa terdapat
ketidakpastian dalam pengukuran. Aturan penulisan hadil pengukuran seperti penulisan angka
penting menjadi acuan dan telah diterapkan dalam pencatatan hasil pengukuran dalam praktikum
ini.
Kata Kunci: Pengukuran, Alat ukur dasar, Ketidakpastian dan Ketelitian

Pendahuluan
Dengan mempelajari fisika dapat kita lihat bahwa dalam pembelajaran fisika tidak
terlepas dari penggunaan alat demonstrasi dan eksperimen. Pengukuran merupakan kegiatan
yang utama dalam setiap percobaan, seperti penelitian dan kegiatan praktikum. Kegiatan
pengukuran ini sangat akurat karena untuk memperoleh suatu data dari nilai-nilai yang
dihasilkan. Dalam setiap pengukuran pasti selalu ada ketidakpastian nilai pengukuran yang akan
diperoleh. Hal ini bisa disebabkan karena ketidaktelitiannya seorang praktikan saat melakukan
pengukuran. Untuk mendapatkan nilai yang tepat dan akurat maka suatu pengukuran
menggunaan alat ukur yang memiliki tingkat ketelitian tinggi dan dilakukan secara berulang
sesuai data yang dibutuhkan serta memperoleh hasil yang mendekati dengan nilai yang

1
sebenarnya. Semua data yang telah dilakukan dapat diolah kemudian dapat dibuktikan sesuai
dasar yang ada dalam pengukuran.

Pengukuran dan besarnya terhadap benda harus dipahami dengan cara yang spesifik.
Besaran dari suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan
benda yang akan diukur. Jenis alat ukur yang akan digunakan dalam pengukuran sangat
berpengaruh terhadap keakuratan atau tingat ketelitian suatu perhitungan. Pengukuran
merupakan suatu hal yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sebagai
mahasiswa perlu untuk memahami mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam
banyak hal dan banyak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Praktikum “ Pemakaian Alat
Ukur Dasar” kali ini akan mengenalkan beberapa alat ukur dasar dan cara pengukuran terhadap
suatu benda dengan menggunakan alat ukur yang sesuai. Praktikum ini menarik untuk dilakukan
dikarenakan praktikan mampu memahami prinsip dari sebuah alat ukur dan bisa dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari, selain itu pada praktikum ini menarik untuk dilakukan karena
membandingkan hasil yang berbeda dari masing-masing setiap pengulangan pada alat ukur yang
digunakan. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan menggunakan alat ukur yang sesuai
dengan benda yang akan diuur. Jenis alat ukur yang digunakan dalam pengukuran
mempengaruhi ketelitian atau keakuratan pada perhitungan. Ukuran suatu benda dapat
ditentukan dari skala yang terdapat pada alat ukur yang digunakan dalam pengukuran.

Adapun tujuan dari praktikum ini, yaitu: 1) Mengidentifikasi macam-macam dari alat
ukur dasar, 2) Menganalisis cara mengkalibrasi berbagai alat ukur dasar 3) Menganalisis nilai
skala terkecil (NST) pada alat ukur dasar, 4) Mengidentifikasi factor apa yang menyebabkan
perbedaan hasil pengukuran yang dilakukan pengulangan 5) Membandingkan hasil yang
diperoleh pada suatu percobaan pengukuran yang dilakukan dengan pengulangan

Kajian Teori
Fisika merupakan ilmu yang menyelidiki gejala-gejala sesuatu tentang fenomena
alam melalui observasi atau pengamatan dan mendapatkan kebenarannya melalui
pengalaman yang didapat dari melakukan suatu percobaan melalui panca indera dari
manusia. Pengukuran merupakan suatu kegiatan yang sederhana, tetapi sangat penting
dalam kehidupan. Pengukuran bisa diartikan sebagai tindakan yang membandingkan suatu
besaran dengan besaran yang lain sejenis yang digunakan sebagai satuannya.
(Warsis,2004)

2
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap suatu benda perlu dilakukan hal
yang khusus untuk memahaminya. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang di ukur. Jenis dari alat ukur yang
ingin digunakan dalam pengukuran suatu benda berpengaruh terhadap keakuratan atau
tingkat ketelitian suatu perhitungan. Ukuran benda dapat ditemukan dari skala yang
terdapat pada alat ukur yang digunakan. (Khoiriyah, 2017). Pengukuran dianggap baik jika
pengukuran yang dilakukan tidak berubah- ubah (konsisten) dan akurat ketetapan hasil
yaitu kedekatan hasil pengukuran dengan hasil atau nilai yang sebenarnya. (Ridwan
Abdullah,2012).

Alat ukur bisa diartikan sebagai alat yang digunakan untuk melakukan proses
pengukuran (Panjang, massa, waktu) dari suatu benda. Dalam menggunakan alat ukur pada
setiap pengukuran biasanya dilihat dengan kegunaan nya, batas ukur dan ketelitian dari
alat ukurnya. Masing-masing alat ukur biasana memiliki keterbatasan daya ukur atau
kemampuan dalam mengukur suatu besaran memiliki keterbatasan, atau bisa disebut
dengan Nilai Skala Terkecil atau disingkat NST. (Wagiran,2013)

Harus selalu ada ketidakpastian dalam suatu pengukuran. Ada beberapa penyebab
dari ketidakpastian diantaranya adanya nilai NST, kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol,
kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan paralas, serta keterampilan dari pengamat
juga dapat mempengaruhi saat mencari nilai sebenarnya (Ridwan Abdullah,2016)

Ketetapan pengukuran merupakan aspek penting. Maksudnya adalah untuk


melakukan atau menguji sebuah percobaan diperlukan pengukuran denagan ketelitian dari
sebuah alat ukur yang digunakan. Sehingga semakin tinggi nilai ketetapan dari alat ukur
maka semakin kecil tingkat kesalahan dan ketidakpastian hasil pengukuran. Sebaliknya,
jika semakin rendah nilai ketetapan maka semakin besar juga tingkat kesalahan
(Ramadhani, 2019).

Jangka sorong atau nama lainnya adalah vernier caliper adalah alat yang digunakan
untuk mengukur besaran panjang, jangka sorong terdiri dari rahang tetap yang memiliki
skala utama dan rahang geser yang memiliki skala nonius. Jangka sorong memiliki
keakuratan sampai 0,01mm dan dapat mengukur panjang benda hingga 20 cm
(Riskawati,dkk,2018). Fungsi dari jangka sorong yaitu untuk mengukur sisi luar suatu
benda dengan cara diapit, lalu untuk mengukur sisi dalam benda yang biasanya bentuknya
berupa lubang, dan untuk mengukur kedalaman suatu benda. (Ainiyah,2018)

3
Multimeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur tegangan listrik,
arus listrik, dan resistensi atau juga bisa berfungsi sebagai mengukur tegangan AC dan
DC.Multimeter dapat menjadi menjadi 2 bagian, yaitu multimeter analog dan multimeter
digital. Multimeter analog biasa disebut AVO meter analog yang dilengkapi jarum sebagai
penunjuk skala. (Sari,2012). Multimeter analog memiliki tampilan dengan jarum yang
bergerak ke range-range yang diatur dengan probe yang terdapat pada multimeter.
(Muji,2017).

Multimeter digital yaitu alat ukur besaran listrik, seperti tegangan, kuat arus,
hambatan atau tahanan dan sebagainya. Multimeter digital memiliki ketidakpastian
pengukuran atau tingkat akurasi yang tinggi, dan alat ini sering digunakan oleh teknisi
ataupun mahasiswa. Multimeter digital pada saat melakukan pengukuran langsung terbaca
besaran nilai nya dalam bentuk angka pada layar. Kekurangan dari multimeter digital yaitu
untuk mengukur tegangan yang tidak stabil (Ponto, 2018)

Stopwatch merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur jangka waktu
antara awal dan akhir suatu kejadian dari mulai dihidupkan hingga diberhentikan
Stopwatch biasa digunakan pada suatu pekerjaan yang melibatkan kecepatan. Stopwatch
memiliki 2 jenis, yaitu stopwatch digital dan stopwatch analog, dan pada praktikum kali ini
mengunakan stopwatch digital karena pada stopwatch analog mengalami kendala.
(Abdullah,2016). Pengoperasian stopwatch digital dimulai saat tombol dihidupkan,
arus mengalir dari sumber energi tegangan (baterai) ke komponen elektronik stopwatch
digital. Pada stopwatch digital, alat ini bekerja dengan perhitungan waktu dan hasilnya
ditampilkan pada layar (display) dalam bentuk angka digital. Stopwatch banyak digunakan
karena pengoperasiannya yang mudah, dan pada gadget saat ini juga memiliki fitur
stopwatch. (Marton & Marton, 1980)

Mikrometer sekrup yaitu alat ukur yang biasa dipakai untuk menguur panjang atau
ketebalan dari benda dengan tingkat kesesuaian mencapai 0,01 mm pada mikrometer
sekrup. (Fathuraya,2017). Mikrometer sekrup adalah alat pengukur yang digunakan untuk
mengukur panjang atau ketebalan benda, kedalaman lubang dan diameter lubang.
(Matcello dan Alsono, 1994)

Metode
Praktikum Pemakaian Alat Ukur Dasar dilakukan pada hari Selasa, 4 April 2023,
bertempat di Laboratorium Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif

4
Hidayatullah Jakarta. Praktikum dilakukan dalam waktu 20 menit. Alat bahan yang digunakan
pada praktikum kali ini diantaranya ; Jangka sorong dengan benda tutup botol yang ingin diukur
diameter dalam nya yang dilakukan oleh kelompok pribadi dan juga tutup spidol yang ingin
diukur kedalaman nya, Mikrometer sekrup dengan duit logam 200 perak , Multimeter analog,
Multimester digital, Stopwatch digital, pegas dan statif. Hal utama yang harus dilakukan
sebelum melakukan pengukuran yaitu menyiapkan terlebih dahulu alat dan bahan yang ingin
digunakan dalam praktikum ini. Pada saat ingin melakukan sebuah pengukuran pastikan semua
alat siap atau layak dipakai agar tidak terjadi hal lain, sebab alat pengukuran akan sangat
berpengaruh terhadap hasil pengukuran.

Pada percobaan pertama, menggunakan jangka sorong untuk mengukur diameter dalam
pada tutup botol. Untuk mengukur diameter dalam maka menggunakan rahang atas atau rahang
luar. Hal pertama yang harus dilakukan harus menyiapkan alat dan juga benda yang ingin diukur
menggunakan jangka sorong (Gambar 1.1), setelah itu terlebih dahulu mengetahui NST dan
skala maksimumnya pada jangka sorong (Gambar 1.2). Selanjutnya, ukur diameter dalam pada
tutup botol. Rahang atas atau luar digeser dan digerakan sampai pengukuran pas, dan posisi
benda tidak miring, selanjutnya dilihat nilai nya dengan 5 kali pengulangan, dan hitung jumlah
rata-rata pengukuran diameter dalam tutup botol (Gambar 1.3). Membaca hasil pengukuran pada
jangka sorong dengan membaca nilai skala utama yang terletak ditengah, dan membaca nilai
skala nonius, untuk skala nonius harus dilihat dengan teliti garis yang sejajar dengan sala utama,
lalu jumlah garis tersebut dikalikan dengan NST jangka sorong. Tidak lupa praktikan mencatat
nilai atau hasil untuk membandingkan 5 kali pengulangan tersebut. Dibutuhkan ketelitian agar
menghasilkan nilai yang akurat.

Untuk mengukur kedalaman pada tutup spidol dengan menggunakan jangka sorong, hal
pertama yang harus dilakukan memastikan jangka sorong dalam keadaan bersih dan siap untuk
digunakan (Gambar 2.1). Kemudian, sekrup pengunci dilonggarkan, dengan menyesuaikan
panjang pendek tungkai ukur kedalaman pada tutup spidol dengan menggeser bagian rahang
geser ke atas maupun ke bawah (Gambar 2.2), jika dirasa sudah pas, sudah berdiri tegak dan
tidak miring, putar sekrup pengunci agar tutup spidol tidak bergerak-gerak, selanjutnya baca
hasil pengukuran. Membaca hasil pengukuran pada jangka sorong dengan membaca nilai skala
utama yang terletak ditengah, dan membaca nilai skala nonius, untuk skala nonius harus dilihat
dengan teliti garis yang sejajar dengan skala utama, lalu jumlah garis tersebut dikalikan dengan
NST jangka sorong (Gambar 2.3). Hasil pengukuran yang didapat dan catat hasilnya, lalu tidak

5
lupa untuk melakukan kalibrasi dan pengulangan sebanyak 5 kali dan hitung jumlah rata-rata
pengukuran kedalaman tutup spidol.

Dalam pengukuran menggunakan stopwatch, hal pertama yang harus dilakukan yaitu
menyiapkan stopwatch digital, statif dan pegas dan juga perangkat beban ( Gambar 3.1),
sebelum melakukan percobaan dan pengukuran, stopwatch digital harus dalam keaadaan angka
nol, terlebih dahulu mengetahui NST dan skala maksimumnya pada stopwatch digital. Setelah
itu, gantung pegas dan beban pada statif (Gambar 3.2), kemudian, tarik beban yang
digantungkan pada pegas ke bawah (tidak terlalu kebawah) (Gambar 3.3), kemudian, hitung dan
catat waktu untuk pegas melakukan 5 getaran dalam 5 kali pengulangan dan hitung jumlah rata-
rata nya (Gambar 3.4). Cara penggunaan stopwatch digital lebih mudah dibandingkan jenis
stopwatch analog. Saat pegas naik turun, yang dihitung pada saat pegas turun kebawah, hitung
sampai 5 kali, lalu stopwatch stop jika sudah 5 kali getaran. Stopwatch dimulai saat menarik
kebawah si bebean dan pegas nya, ditarik nya jangan terlalu kebawah atau kuat karena nanti
mental pegas dan beban nya.

Hal pertama yang harus dilakukan dalam menggunakan alat ukur mikrometer sekrup
dengan mengukur ketebalan logam yaitu pastikan bahwa mikrometer sekrup bersih dan dapat
digunakan ( Gambar 4.1) dan pastikan pengunci (lock nut) dalam keadaan terbuka. Selanjutnya,
buka spindle (poros geser) kekiri pada skala putar, logam yang ingin diukur dimasukkan dengan
posisi menyamping pada bagian tengah anvil (poros tetap) dan spindle (poros geser) seperti pada
(Gambar 4.2). Logam yang sudah diletakkan di bagian tengah anvil, putar skala putar nya hingga
tempat sampai bunyi klik. Baca hasil pengukuran di dalam tabel dan lakukan kalibrasi dan
lakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Untuk mengukur diameter logam langkahnya sama seperti
menghitung ketebalan logam, namun posisi logam diletakkan dalam posisi tegak (Gambar 4.3)

Langkah kerja dalam mengukur kuat arus listrik dan tegangan menggunakan multimeter
digital, yaitu pastikan bahwa multimeter digital dapat berfungsi dengan baik. Kemudian siapkan
alat yang akan digunakan untuk pengukuran. Alat yang digunakan untuk pengukuran
menggunakan multimeter digital yaitu catu daya, kabel probe, saklar dan resistor hambatan 50 Ω
dan 100 Ω.

Pengukuran pertama kuat arus dan tegangan yaitu pada resistor 50Ω kemudian 100Ω.
Untuk mengukur kuat arus dan tegangan dibutuhkan dua buah multimeter digital. Tahapan
selanjutnya adalah merangkai rangkaian. Kabel probe dihubungkan ke catu daya dengan arus
DC (searah). Hubungkan kabel probe positif pada catu daya ke lubang saklar dan kabel probe

6
negatif pada catu daya ke lubang COM pada salah satu multimeter digital. Selanjutnya masukan
kabel probe kesisi lubang pada saklar yang kosong untuk dihubungkan pada resistor. Sisi lubang
kosong yang lain pada resistor dihubungkan ke dua multimeter digital. Kabel probe yang satu
dihubungkan pada multimeter digital yang bertanda COM dan kabel probe yang satu pada
multimeter digital yang bertanda 10A untuk mengukur kuat arus. Kemudian kabel probe pada
resistor yang sudah terhubung pada saklar dihubungkan ke lubang pada multimeter bertanda
VΩmA untuk mengukur tegangan. Hasil rangkaian dapat dilihat pada gambar 5.1

Setelah rangkaian selesai dirangkai dapat dimulai pengukuran. Langkah selanjutnya


nyalakan catu daya dengan sumber listrik PLN. Ubah voltase pada catu daya dimulai pada 3V,
6V, dan 9V. Setelah menyalakan catu daya dan mengubah voltase sesuai ketentuan, nyalakan
saklar. Kemudian putar selector pada multimeter digital yang terhubung dengan kabel probe 10A
ke tanda 10 A≅ untuk mengukur kuat arus dan multimeter digital untuk mengukur tegangan ke
tanda 20V. Amati hasil pengukuran yang paling banyak muncul pada layar LCD kedua
multimeter. Catat hasil pengukuran. Pengukuran untuk masing-masing voltase dilakukan 3x
pengulangan. Untuk resistor hambatan 100Ω dilakukan tahapan yang sama.

Gambar (1.1) Gambar (1.2)

(Gambar 1.3) (Gambar 2.1)

7
(Gambar 2.2) (Gambar 2.3)

Gambar (3.1) Gambar (3.2)

Gambar (3.4) Gambar (3.5)

Gambar (4.1) Gambar (4.2)

8
Gambar (4.3)

Gambar (5.1)

Hasil
Hasil yang didapatkan dari praktikum pemakaian alat ukur dasar dibagi menjadi empat
bagian, yaitu (mikrometer sekrup), besarnya hambatan dari pengukuran multimeter, besarnya
kedalaman tutup spidol dan diameter dalam sebuah tutup botol dari jangka sorong, dan berapa
lama waktu yang dibutuhkan pegas untuk melakukan 5 kali getaran dengan menggunakan
stopwatch digital.

Kegiatan 1. Percobaan I : Pengukuran dengan Mikrometer Sekrup

Benda yang diukur = logam 200 perak

Tabel 1. Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) pada Mikrometer Sekrup

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)


Mikrometer Sekrup 0,01 mm SU = 25 mm
SN = 50 mm
Tabel 2. Hasil Pengamatan Percobaan I Mikrometer Sekrup Mengukur Diameter Uang Logam
dan Ketebalan Uang Logam

Ulangan Ke- Diameter uang logam (m) Ketebalan uang logam (m)

9
SU SN× NST Diameter SU SN× NST Tebal

1 0,023 0,00025 0,02325 ± 5 × 10-6 0 0,00016 0,00016 ± 5 × 10-6


2 0,023 0,00027 0,02327 ± 5 × 10-6 0 0,00020 0,00020 ± 5 × 10-6
3 0,023 0,00030 0,02330 ± 5 × 10-6 0 0,00016 0,00016 ± 5 × 10-6
4 0,023 0,00024 0,02324± 5 × 10-6 0 0,00013 0,00013 ± 5 × 10-6
5 0,023 0,00024 0,02324 ± 5 × 10-6 0 0,00012 0,00012 ± 5 × 10-6
Rerata 0,023 0,00026 0,02326 ± 5 × 10-6 0 0,00015 0,00015 ± 5 × 10-6
Tabel 3. Pengolahatan Data Mencari Nilai Diameter Uang Logam dan Ketebalan Uang Logam

Data yang dicari Perhitungan


Diameter Uang Logam SU + (SN×NST)
Ulangan ke-1
23 mm + (0,25 × 0,01) mm = 23,25 mm
Ulangan ke-2
23 mm + (0,27 × 0,01) mm = 23,27 mm
Ulangan ke-3
23 mm + (0,30 × 0,01) mm = 23,30 mm
Ulangan ke-4
23 mm + (0,24 × 0,01) mm = 23,24 mm
Ulangan ke-5
23 mm + (0,24 × 0,01) mm = 23,24 mm
Ketebalan Uang Logam SN× NST
Ulangan ke-1
16 mm × 0,01 mm = 0,16 mm
Ulangan ke-2
20 mm × 0,01 mm = 0,20 mm
Ulangan ke-3
16 mm × 0,01 mm = 0,16 mm
Ulangan ke-4
13 mm × 0,01 mm = 0,13 mm
Ulangan ke-5
12 mm × 0,01 mm = 0,12 mm

10
Grafik Diameter Uang Koin
23,32

Diameter (mm)
23,3
23,28
23,26
23,24
23,22
23,2
1 2 3 4 5
Pengulangan

Gambar 1

Grafik Ketebalan Uang Koin


0,25
Ketebalan (mm)

0,2
0,15
0,1
0,05
0
1 2 3 4 5
Pengulangan

Gambar 2
Kegiatan 2. Pengukuran Diameter Dalam Tutup Botol dan Kedalaman Tutup Spidol
Menggunakan Jangka Sorong dengan Nilai Skala Terkecil (NST) 0,05 mm dan Skala
Maksimum (SM) 0,01 mm.
Tabel 2. Hasil Pengamatan Kegiatan 2
Pengulangan ke- Diameter Dalam Tutup Botol (m) Kedalaman Tutup Spidol (m)
SU + ( SN × NST ) SU + ( SN × NST )
1 3,285 × 10−2 2,3325 × 10−2
2 3,29 × 10−2 2,135 × 10−2
3 3,27 × 10−2 2,2075 × 10−2
4 3,6 × 10−2 2,32 × 10−2
5 3,275 × 10−2 2,0225 × 10−2
Rerata 3,384 × 10−2 2,2035 × 10−2

Tabel 2. Pengolahan Data Kegiatan 2


Pengulangan Perhitungan Diameter Dalam Perhitungan Kedalaman
ke- Tutup Botol (mm) Tutup Spidol (mm)
1 SU = 32 mm SU = 23 mm
SN = 17 mm SN = 6,5 mm
NST = 0,05 mm NST = 0,05 mm

11
𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇) 𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇)
= 32 + (17 × 0,05) = 23
= 32 + (0,85 ) + (6,5 × 0,05)
= 32,85 𝑚𝑚 = 23 + (0,325 )
= 23,325 𝑚𝑚

2 SU = 32 mm SU = 21 mm
SN = 18 mm SN = 7 mm
NST = 0,05 mm NST = 0,05 mm

𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇) 𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇)


= 32 + (18 × 0,05) = 21 + (7 × 0,05)
= 32 + (0,9 ) = 21 + (0,35 )
= 32,9 𝑚𝑚 = 21,35 𝑚𝑚

3 SU = 32 mm SU = 22 mm
SN = 14 mm SN = 1,5 mm
NST = 0,05 mm NST = 0,05 mm

𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇) 𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇)


= 32 + (14 × 0,05) = 22
= 32 + (0,7 ) + (1,5 × 0,05)
= 32,7 𝑚𝑚 = 22 + (0,075 )
= 22,075 𝑚𝑚

4 SU = 35 mm SU = 23 mm
SN = 20 mm SN = 4 mm
NST =0,05 NST =0,05

𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇) 𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇)


= 35 + (20 × 0,05) = 23 + (4 × 0,05)
= 35 + (1) = 23 + (0,2)
= 36 𝑚𝑚 = 23,2 𝑚𝑚

5 SU = 32 mm SU = 20 mm
SN = 15 mm SN = 4,5 mm
NST = 0,05 NST = 0,05

𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇) 𝑆𝑈 + (𝑆𝑁 × 𝑁𝑆𝑇)


= 32 + (15 × 0,05) = 20
= 32 + (0,75) + (4,5 × 0,05)
= 32,75 𝑚𝑚 = 20 + (0,225)
= 20,225 𝑚𝑚

Rerata 33,84 𝑚𝑚 22,035 𝑚𝑚

12
Sumber : Kelompok III
Kegiatan 3. Pengukuran dengan Multimeter Digital
Tabel 3.1. Hasil Pengamatan Kegiatan 3 dengan Tegangan 3V dan Resistor 50 Ω
Pengulangan ke- Tegangan Kuat Arus
1 0,96 V 0,03 A
2 0,96 V 0,03 A
3 0,95 V 0,04 A

Tabel 3.2. Hasil Pengamatan Kegiatan 3 dengan Tegangan 6V dan Resistor 50 Ω


Pengulangan ke- Tegangan Kuat Arus
1 2,36 V 0,03 A
2 2,36 V 0,06 A
3 2,39 V 0,06 A

Tabel 3.3. Hasil Pengamatan Kegiatan 3 dengan Tegangan 9V dan Resistor 50 Ω


Pengulangan ke- Tegangan Kuat Arus
1 3,84 V 0,08 A
2 3,74 V 0,08 A
3 3,78 V 0,09 A

Tabel 3.4. Hasil Pengamatan Kegiatan 3 dengan Tegangan 3V dan Resistor 100 Ω
Pengulangan ke- Tegangan Kuat Arus
1 3,84 V 0,08 A

13
2 3,74 V 0,08 A
3 3,78 V 0,09 A

Tabel 3.4. Hasil Pengamatan Kegiatan 3 dengan Tegangan 6V dan Resistor 100 Ω
Pengulangan ke- Tegangan Kuat Arus
1 2,38 V 0,04 A
2 2,43 V 0,04 A
3 2,34 V 0,04 A

Tabel 3.4. Hasil Pengamatan Kegiatan 3 dengan Tegangan 9V dan Resistor 100 Ω
Pengulangan ke- Tegangan Kuat Arus
1 3,74 V 0,05 A
2 3,71 V 0,05 A
3 3,70 V 005 A

Tabel 3.5. Pengolahan data mencari besar hambatan kegiatan 3


Data yang dicari Perhitungan
Besar hambatan kegiatan 3 dengan Tegangan Pengulangan ke-1
3V dan Resistor 50 Ω 𝑉
𝑅=
𝐼
0,96 𝑉
𝑅=
0,03 𝐼
𝑅 = 32 𝛺
Pengulangan ke-2
𝑉
𝑅=
𝐼
0,96 𝑉
𝑅=
0,03 𝐼
𝑅 = 32 𝛺
Pengulangan ke-3
𝑉
𝑅=
𝐼
0,95 𝑉
𝑅=
0,04 𝐼
𝑅 = 23,75 𝛺

Besar hambatan kegiatan 3 dengan Tegangan Pengulangan ke-1


6V dan Resistor 50 Ω 𝑉
𝑅=
𝐼
2,36 𝑉
𝑅=
0,03 𝐼
𝑅 = 78,67 𝛺

Pengulangan ke-2
𝑉
𝑅=
𝐼
2,36 𝑉
𝑅=
0,06 𝐼
𝑅 = 39,33 𝛺

14
Pengulangan ke-3
𝑉
𝑅=
𝐼
2,39 𝑉
𝑅=
0,06 𝐼
𝑅 = 39,83 𝛺

Besar hambatan kegiatan 3 dengan Tegangan Pengulangan ke-1


9V dan Resistor 50 Ω 𝑉
𝑅=
𝐼
3,84 𝑉
𝑅=
0,09 𝐼
𝑅 = 42,67 𝛺

Pengulangan ke-2
𝑉
𝑅=
𝐼
3,74 𝑉
𝑅=
0,08 𝐼
𝑅 = 46,75 𝛺

Pengulangan ke-3
𝑉
𝑅=
𝐼
3,78 𝑉
𝑅=
0,09 𝐼
𝑅 = 42 𝛺

Besar hambatan kegiatan 3 dengan Tegangan Pengulangan ke-1


3V dan Resistor 100 Ω 𝑉
𝑅=
𝐼
0,95 𝑉
𝑅=
0,03 𝐼
𝑅 = 31,66 𝛺

Pengulangan ke-2
𝑉
𝑅=
𝐼
0,98 𝑉
𝑅=
0,03 𝐼
𝑅 = 32,66 𝛺

Pengulangan ke-3
𝑉
𝑅=
𝐼
0,97 𝑉
𝑅=
0,03 𝐼
𝑅 = 32,33 𝛺

Besar hambatan kegiatan 3 dengan Tegangan Pengulangan ke-1


6V dan Resistor 100 Ω 𝑉
𝑅=
𝐼
2,38 𝑉
𝑅=
0,04 𝐼
15
𝑅 = 59,5 𝛺

Pengulangan ke-2
𝑉
𝑅=
𝐼
2,43 𝑉
𝑅=
0,04 𝐼
𝑅 = 60,75 𝛺

Pengulangan ke-3
𝑉
𝑅=
𝐼
2,34 𝑉
𝑅=
0,04 𝐼
𝑅 = 58,5 𝛺

Kegiatan 4. Percobaan IV : Pengukuran dengan Stopwatch Digital

Menghitung selang waktu 5 getaran pegas

Tabel 12. Nilai Skala Terkecil (NST) dan Skala Maksimum (SM) pada Stopwatch Digital

Alat Ukur Nilai Skala Terkecil (NST) Skala Maksimum (SM)


Stopwatch Digital 0,01 s 3 menit 59 detik 99 milidetik
Tabel 13. Hasil Pengamatan Percobaan IV pada Stopwatch Digital menghitung selang waktu 5
getaran pegas

Ulangan Ke- Skala Utama (SU) Skala Nonius (SN)


1 3s 38 ms
2 2s 38 ms
3 2s 35 ms
4 2s 31 ms
5 2s 25 ms
Rerata 2,2 s 33,4 ms
Tabel 14. Pengolahatan Data Menghitung Selang Waktu 5 Getaran Pegas

Data yang dicari Perhitungan


Selang Waktu 5 Getaran Pegas SU + SN
Ulangan ke-1
3 s + 38 ms = 3,38 ± 0,005 s
Ulangan ke-2
2 s + 38 ms = 2,38 ± 0,005 s
16
Ulangan ke-3
2 s + 35 ms = 2,35 ± 0,005 s
Ulangan ke-4
2 s + 31 ms = 2,31± 0,005 s
Ulangan ke-5
2 s + 25 ms = 2,25 ± 0,005 s

Grafik Hasil Waktu Pada


Stopwatch Digital
4

0
1 2 3 4 5

Grafik Waktu

Gambar 5

Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sebuah percoban pemakaian alat ukur dasar
(PAUD). Dapat kita ketahui bahwa alat ukur dasar adalah alat ukur yang harus dikuasai oleh
praktikan pada saat pelaksanaan praktikum. Tujuan dari praktikum ini, praktikan dapat
mengetahui cara penggunaan dari tiap alat ukur yang digunakan. Alat ukur mempunyai banyak
jenis dan macamnya. Jenis-jenis alat ukur yaitu alat ukur listrik, alat ukur panjang, alat ukur
massa, serta alat ukur temperatur. Setiap alat ukur ini mempunyai nilai skala terkecil (NST), dan
nilai ketidakpastian. Dalam pengukuran pasti terdapat ketidakpastian. Ketidakpastian merupakan
ukuran konsistensi suatu hasil pengukuran, dimana ketidakpastian menentukan kualitas hasil
pengukuran ( Subeno,2009).

Pada praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengukur diameter dalam pada
tutup botol dan mengukur kedalaman tutup spidol dengan menggunakan jangka sorong yang
memiliki NST sebesar 0,05 𝑚𝑚. Pada saat pengukuran diameter dan ketebalan uang logam
menggunakan mikrometer sekrup yang memiliki NST 0,01 𝑚𝑚. Pada saat pengukuran getaran
pada pegas menggunakan stopwatch digital memiliki NST sebesar 0,01 𝑠. Pada data-data jangka
sorong terlihat perbedaan selisih yang sangat jauh pada hasil pengukuran. Hal ini termasuk
17
kedalam ketidakpastian acak, yang disebabkan cara pengamatan yang salah (praktikan posisi
melihat tidak pas terhadap alat ukur) dan kurangnya ketelitian dalam membaca hasil pengukuran
ketidakpastian nya. Pada saat percobaan multimeter digital, pengukuran tidak hanya dilakukan
untuk mengukur panjang namun digunakan untuk mengukur arus listrik, tegangan, dan
hambatan menggunakan multimeter digital yang terpasang pada catu daya, dihubungkan dengan
kabel probe, resistor dan saklar. Pada praktikum multimeter dengan 2 percobaan yaitu dengan
resistor 50Ω dan 100 Ω. Pada resistor 50Ω di lakukan pada tegangan catu daya 3, 6 dan 9
voltage. Tegangan pada 3 voltage dilakukan 3 kali pengulangan dan mendapatkan hasil yang
pertama yaitu tegangan 0,96V, kuat arus 0,03A dan hambatan 32Ω. Hasil yang kedua yaitu
tegangan 0,96V, kuat arus 0,03A dan hambatan 32 Ω. Hasil yang ketiga yaitu tegangan 0,95V,
kuat arus 0,04A dan hambatan 23,75 Ω. Kemudian dilakukan pada tegangan catu daya 6 voltage
didapatkan hasil pengukuran pertama yaitu tegangan 2,36V, kuat arus 0,03A, dan hambatan
78,67 Ω. Pengulangan yg kedua didapatkan tegangan 2,36V, kuat arus 0,06A dan hambatan
39,33 Ω. Pengulangan ketiga didapatkan tegangan 2,39V, kuat arus 0,06A dan hambatan 39,83
Ω. Selanjutnya pada tegangan catu daya 9 volt didapatkan hasil dengan tegangan 3,84V, kuat
arus 0,09A dan hambatan 42,67Ω. Pengulangan kedua didapatkan hasil dengan tegangan 3,74V,
kuat arus 0,08A dan hambatan 46,75Ω. Pengulangan ketiga didapatkan hasil dengan tegangan
3,78V, kuat arus 0,09A dan hambatan 42Ω. Kemudian pada resistor 100 Ω dilakukan sama
dengan percobaan pertama yaitu dengan voltase 3,6, dan 9V dan setiap voltase dilakukan 3 kali
pengulangan. Pada Tegangan pada 3 voltage dilakukan 3 kali pengulangan dan mendapatkan
hasil yang pertama yaitu tegangan 0,095V, kuat arus 0,04A dan hambatan 32ohm. Hasil yang
kedua yaitu kuat arus 0,96V, kuat arus 0,03A dan hambatan 31,66 Ω. Hasil yang ketiga yaitu
kuat arus 0,98V, kuat arus 0,03A dan hambatan 32,66 Ω. Kemudian dilakukan pada tegangan
catu daya 6 voltage didapatkan hasil pengulangan pertama yaitu tegangan 2,38V, kuat arus
0,04V, dan hambatan 59,5 Ω. Pengulangan yg kedua didapatkan tegangan 2,43V, kuat arus
0,04A dan hambatan 60,75 Ω. Pengulangan ketiga didapatkan tegangan 2,34V, kuat arus 0,04
dan hambatan 58,5 Ω. Selanjutnya pada tegangan catu daya 9 volt didapatkan hasil dengan
tegangan 3,74V, kuat arus 0,05A dan hambatan 74,8 Ω. Pengulangan kedua didapatkan hasil
dengan tegangan 3,71V, kuat arus 0,05A dan hambatan 74,2 Ω dan pengulangan ketiga
didapatkan hasil dengan tegangan 3,70V, kuat arus 0,05 dan hambatan 74 Ω.

Dapat disimpulkan bahwa pada hasil tersebut dapat dibandingan resistor 50Ω memiliki hasil
dalam beberapa kali pengulangan dari kuat arus dan tegangan bahwa tidak stabil sedangkan pada
resistor 100Ω didapatkan hasil pada kuat arus. Hal ini membuktikan bahwa Arus DC lebih stabil

18
dan hal ini sesuai dengan teori yang sudah ada, yaitu arus DC adalah arus searah. Pada pratikum
yang dilakukan terdapat beberapa faktor ketidak akuratan dalam pengukuran. Faktor pertama
disebabkan oleh praktikan karena bisa saja praktikan kurang teliti dalam membaca angka
pengukuran, selain itu faktor yang lain dapat disebabkan oleh alat ukur multimeter dikarenakan
pada saat pengukuran angka yang tertera terlalu cepat berubah sehingga dalam membaca skala
pengukuran terjadi kekeliruan dan kurang ketelitian. Pada pengukuran stopwatch digital, dapat
dilihat pada data-data hasil pengukuran, dan dapat disimpulkan menghasilkan hasil yang
berbeda-beda dari pengulangan 5 kali. Hal ini bisa disebabkan karena adanya perbedaan dalam
menarik pegas, sehingga waktu yang dihasilkan untuk mengamati pada getaran pegas juga
berbeda-beda.

Semua pengukuran pasti akan selalu berhubungan dengan ketidakpastian, yang


seharusnya dapat diukur dan juga dilaporkan. Dapat disimpulkan bahwa perlakuan praktikan dan
teman kelompok berbeda- beda hasil pengukuran pada diameter dalam tutup botol. Hasil
pengulangan menunjukkan perbedaan selisih pada perhitungan. Dilakukan pengamatan terhadap
getaran pegas sebanyak lima kali dan diukur menggunakan stopwatch digital mulai dari pegas
dilepas hingga ke getaran kelima. Didapatkan hasil seperti yang tertera pada bagian hasil dan
memiliki rata-rata sebesar 2,2 𝑠 , 33,4 𝑚𝑖𝑙𝑖𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘. Perbedaan hasil pengukuran waktu disebabkan
karena beberapa factor yaitu perbedaan penarikan pegas letika akan dilepas dan kurang tepat
dalam menekan tombol start dan stop pada stopwatch. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa suatu
pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian, Nilai dari ketidakpastian ini akan menentukan
kualitas dari hasil pengukuran. Ketidakpastian menggambarkan penyimpangan pembacaan alat
pengukur dari nilai "sebenarnya" dari benda yang akan diukur, akibatnya kita tidak mengetahui
nilai sebenarnya dari yang diukur. Jadi, hubungan antara pengukuran dengan hasil akhir pasti
terdapat ketidakpastian di dalamnya, mau pada pengukuran tunggal dan berulang . Pengukuran
ketidakpastian merupakan suatu hal yang penting dari kegiatan praktikum.

Tidak hanya di dalam praktikum, pengukuran ketidakpastian juga hal yang penting dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh tren yang bisa diamati dan terjadi di kehidupan sehari-hari yaitu
tinggi badan seseoang. Jika Andi mengukur tinggi badannya di puskesmas 161 𝑐𝑚 . Setelah itu,
Andi juga mengukur tinggi badan nya di UKS sekolahnya 163 𝑐𝑚. Hal ini dapat dilihat bahwa
semua pengukuran selalu berhubungan dengan ketidakpastian.

Pada grafik terlihat bahwa adanya perbedaan yang signifikan dari masing-masing alat.
Alat ukur dikatakan tepat jika memiliki akurasi yang baik, pasti akan menunjukkan

19
ketidakpastian yang kecil. Pada grafik mikrometer sekrup dan stopwatch analog, pada grafik
menunjukkan bahwa nilai ketidakpastian pada pengukuran nya tidak banyak selisih nya. Sangat
berbeda jauh grafik pada jangka sorong dan juga mikrometer sekrup. Hal ini disebabkan karena
tingkat ketelitian mikrometer sekrup lebih tinggi dibandingka jangka sorong.

Hasil perhitungan ketidakpastian pasti akan berpengaruh terhadap nilai variabel terikat
praktikum. Variabel terikat yaitu benda yang sedang diukur dalam percoban. Nilai variabel
terikat tergantung pada variabel bebas nya. Pada percobaan stopwatch digital dengan
menggunakan pegas dan beban , pada saat menarik pegas dan beban jangan terlalu kuat atau
terlalu kebawah, agar bisa dimatikan getaran pegasnya. Jjka menarik pegas terlalu kuat , akan
mengakibatkan pegas mental (terlempar) yang akan mengakibatkan pengulangan dalam
pengukuran menggunakan stopwatch analog. Pada jangka sorong, diusahakan saat benda sudah
pas dan tidak longgar, langsung dikunci dengan sekrup pengunci agar benda tidak bergerak.
Pada kelompok 6 saat mengukur diameter dalam pada tutup botol, jangka sorong nya tidak
memiliki sekrup pengunci, dan tutup botol yang terbuat dari plastik menyebabkan hasil
pengukuran diameter dalam tutup botol berubah-ubah, sehingga dapat mempengaruhi penurunan
variabel terikatnya.

Pada praktikum ini saat penggunaan multimeter, hasil yang muncul pada layar (display)
selalu berubah-ubah dengan cepat. Namun, hal tersebut dapat diatasi karena dalam penulisan
hasil, angka yang ditulis adalah angka yang paling sering muncul. Namun, hal ini tetap saja
membuat hasil yang dituliskan tidak 100% akurat. Penyimpangan ini sangat melekat pada teori
ketidakpastian pada pengukuran. Pada saat penggunaan stopwatch digital pada saat salah satu
pengulangan pegas nya mental, dan diulang kembali dari awal. Dalam hal ini adanya
pemyimpangan karena ketidakpastian eksperimental, hal yang dapat dilakukan untuk
mengurangi jumlah ketidakpastian, kita dapat melakukan pengulangan secara berulang-ulang.
Kesalahan ini termasuk kesalahan acak, karena pengaruh dari faktor-faktor yang tidak dapat
diperkirakan dan sifatnya hanya sementara. Kesalahan acak terjadi tanpa disengaja dan
pengaruhnya sangat kecil pada saat praktikum. Pada percobaan jangka sorong, hasil dari
pengulangan ke 4 hasilnya sangat berbeda dibandingkan rata-rata, hal ini termasuk
ketidakpastian acak (Random Error), faktor yang menyebabkan yaitu cara pengamatan praktikan
(posisi melihat tidak tepat di depan alat ukur). Ketidakpastian acak ini terjadi dengan tidak
sengaja (alamiah) dan sangat melekat pada ketidakpastian.

Pengukuran berulang perlu dilakukan untuk menentukan hasil yang tepat dan bisa
menghindari kesalahan. Pengukuran berulang dilakukan untuk mengukur sesuatu yang ingin
20
diukur yang sering kali hasilnya terdapat perbedaan jika diukur dengan praktikan yang berbeda.
Keuntungan dari pengukuran berulang yaitu hasilnya bisa lebih mendekati dengan nilai yang
sebenarnya, pada pengukuran berulang ketidakpastiannya lebih sedikit dibandingkan
pengukuran yang dilaksanakan pada satu kali percobaan. Pada saat pengukuran berulang, dapat
dipastikan hasil dari setiap pengukuran akan berbeda hasilnya, hal ini bisa disebabkan karena
kurangnya ketelitian dan ketepatan dari praktikan maupun pada alat ukurnya. Dalam pengukuran
pasti akan menghasilkan hasil ukur yang tidak sebenarnya, hal ini bukan karena praktikan salah
dalam mengukur melainkan menggambarkan penyimpangan pembacaan alat pengukur dari nilai
"sebenarnya" dari besaran fisik yang diukur, akibatnya kita tidak mengetahui nilai sebenarnya
dari nilai yang diukur.Suatu alat ukur dikatakan tepat jika memiliki tingkat akurasi yang baik,
yang lebih sedikit menunjukkan hasil ketidakpastiannya. Alat ukur harus diteliti kalibrasinya
sebelum digunakan, supaya hasilnya dapat dipercaya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
ketidakpastian pengukuran, yaitu adanya nilai skala terkecil (NST), kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol (pengenolan), ketidaksempurnaan metoda pengukuran, flutuasi parameter
pengukuran.

Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil dari diskusi kelompok 6 pada praktikum yang berjudul
“Pemakaian Alat Ukur Dasar”, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, terdapat berbagai
macam alat ukur dasar yang dapat digunakan dalam aktivitas pengukuran, mulai dari bidang fisika
maupun dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur yang digunakanpun harus sesuai dengan
fungsinya tersendiri untuk mengurangi kesalahan pengukuran ataupun hasil yang kurang akurat.
Dari kegiatan yang telah praktikan lakukan dapat diidentifikasi beberapa macam alat ukur dasa
yaitu, mikrometer sekrup, jangka sorong, multimeter dan juga stopwatch. Kalibrasi perlu
dilakukan pada suatu pengukuran karena agar memastikan bahwa hasil pengukuran nya itu sudah
akurat. Cara kalibrasi berbagai alat ukur dasar yaitu dengan cara membandingkan hasil ukur alat
dibandingkan dengan hasil alat ukur lain yang dianggap lebih teliti. Beberapa alat ukur seperti
jangka sorong dan mikrometer, memiliki dua skala yaitu skala utama dan skala nonius. Untuk
menentukan NST alat ukur tersebut dapat ditentukan dengan rumus :
NST= 𝑀𝑆𝐷 − 𝑉𝑆𝐷
Untuk menentukan nilai skala terkecil (NST) multimeter, dilakukan dengan membagi batas ukur
yang digunakan dengan banyak nya skala pada multimeter. Cara menentukan NST dari stopwatch
adalah setiap skala pada stopwatch dibagi menjadi 10 bagian sehingga nilai skala terkecilnya
adalah 0,1 detik. Perbedaan hasil pengukuran yang diperoleh dapat dikarenakan oleh keterampilan
dalam mengukur seperti membaca hasil pengukuran dan mungkin terdapat kesalahan dalam
pengukuran. Pada saat praktikum terjadi beberapa kesalahan yang dilakukan praktikan yaitu pada
awal percobaan awal tidak melakukan pengulangan, namun mengganti uang logam 200 perak
dengan uang logam 500 perak yang mengakibatkan praktikan mengulang percobaan dengan uang
21
logam 200 perak, untuk dilakukan pengulangan. Perbedaan hasil pengukuran pada setiap
pengulangan juga disebabkan oleh karakteristik bahan. Faktor yang lain dapat disebabkan oleh
alat ukur multimeter dikarenakan pada saat pengukuran terjadi beberapa angka yang tertera terlalu
cepat berubah sehingga dalam membaca skala pengukuran terjadi kekeliruan. Selain itu alat dasar
ukur yang praktikan gunakan sudah lama jadi kemungkinan besar alat-alatnya sudah rusak dan
kurang akurat. Pengukuran berulang perlu dilakukan untuk menentukan hasil yang tepat dan bisa
menghindari kesalahan. Pengukuran berulang dilakukan untuk mengukur sesuatu yang ingin
diukur yang sering kali hasilnya terdapat perbedaan jika diukur dengan praktikan yang berbeda.
Keuntungan dari pengukuran berulang yaitu hasilnya bisa lebih mendekati dengan nilai yang
sebenarnya, pada pengukuran berulang ketidakpastiannya lebih sedikit dibandingkan pengukuran
yang dilaksanakan pada satu kali percobaan.

Ucapan Terima kasih


Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan kepada kita
semua, terkhusus untuk diri saya yang dapat malaksanakan praktikum pemakaian alat ukur
dasar. Semua ini juga tidak terlepas dari orang-orang yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan praktikum ini. Saya ucapkan banyak terima kasih kepada Pak Reza
Ruhbani Amarullah., M.Pd selaku dosen pengampu Fisika Dasar dan tidak lupa kepada
kakak-kakak asisten laboratorium yang telah membimbing saya beserta kelompok saya
dari awal praktikum hingga menyelesaikan laporan akhir praktikum ini. Serta tidak lupa
saya ucapkan terimakasih untuk teman-teman anggota kelompok saya yang ikut membantu
dan berkontribusi dalam praktikum penggunaan alat ukur dasar ini.

Daftar Rujukan

Abdullah. (2016). Fisika Dasar 1. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Abdullah Sani, R. (2012). Pengembangan Laboratoriium Fisika. Medan: Unimed Press.

Kurrotul, A. (2018). Bedah Fisika Dasar. Yogyaarta: Deepublish.

Muji. (2017). Listrik & Elektronika Dasar Otomotif. Magelang: Unimma Press.

Panto, H. (2018). Dasar Teknik Listrik. Yogyakarta: Deepublish.

Riskawati. (2018). Alat Ukur dan Pengukuran. Makassar: LDP Unismuh Makassar.

Sari. (2012). Materi Penggunaan Alat Ukur.

Setiyo, M. (2017). Listrik & Elektronika Dasar Otomotif. Magelang: Unimma Press.

Warigan. (2013). Penggunaan Alat-Alat Ukur Meteorologi Industri. Yogyakarta: Deepublish.

Warsis. (2004). Sistem Satuan Pengukuran. Jakarta: BPDK.

22
Lampiran

Gambar 1. Laporan sementara mikrometer sekrup

Gambar 2. Laporan sementara diameter dalam jangka sorong

23
Gambar 3. Laporan sementara Stopwatch Digital

Gambar 4. Laporan sementara multimeter digital

Gambar
Gambar 1. Mikrometer Sekrup

24
Gambar 1 ( Menyiapkan alat dan Bahan)

Gambar 4 ( pengukuran Gambar 5 ( Nilai skala hasil pengukuran)


tebal koin

Gambar 2. Multimeter

Gambar 1. (menyiapkan alat) Gambar 2. (merangkai rangkaian)

Gambar 3. (menyalakan saklar) Gambar 4 (memutar selector


multimeter)

25
Gambar 5. (mengamati hasil pengukuran)

Gambar 2. Jangka Sorong


Pengukuran kedalaman pada Jangka Sorong

Gambar 1 (Menyiapkan alat ukur Gambar 3 ( Pengenolan pada jangka


jangka sorong) sorong sebelum digunakan)

Gambar 2 (menyiapkan bahan untuk diukur) Gambar 4 (Dilakukan pengukuran


kedalaman
dengan pengulangan sebanyak 5 kali)

26
Gambar 5 (dilakukan penguncian agar skala Gambar 6 (lihat hasil pengamatan
skala)
pada jangka sorong tidak berubah/bergeser)

Pengukuran diameter dalam jangka sorong

Gambar 4. Stopwatch

Gambar 1 (Stopwatch) Gambar 2 (Statif dan Pegas) Gambar 3 (Perangkat


Beban)

27
Gambar 1 (Menyiapkan alat dan bahan) Gambar 2 (Gantungkan Pegas pada statif)

Gambar 3 (Gantungan beban pada pegas) Gambar 4 (Tarik beban pada pegas ke
bawah)

Gambar 5 (5 getaran, 5 pengulangan) Gambar 6 ( Hitung dan catat waktu)


• Tugas pasca praktikum

1) Jelaskan perbedaan akurasi dengan presisi! Berikan contohnya!


Jawaban:
Giancoli (2013:12) “Terdapat perbedaan teknis antara ‘presisi’ dan ‘akurasi’. Presisi
dalam arti sempit mengacu pada keterulangan suatu pengukuran dengan menggunakan
28
instrument tertentu. Sebagai contoh, jika anda mengukur lebar suatu balok beberapa kali,
mendapatkan hasil 7,17 cm , 7,23cm, 8,31 cm, 8,53 cm (dengan setiap kali
menginterpolasi sebaik mungkin diantara garis-garis 0,1 cm), Anda dapat mengatakan
pengukuran-pengukuran itu memberikan presisi yang sedikit lebih baik dari pada 0,1 cm.
Akurasi mengacu pada seberapa dekat suatu pengukuran terhadap nilai yang sebenarnya.

Akurasi dalam pengukuran merupakan tingkat kedekatan hasil penguuran dengan nilai
yang sebenarnya, sedangkan Kepresisian dari suatu sistem pengukuran diartikan sejauh
mana pengulangan pengukuran dengan konsisten atau tidak berubah mendapatkan hasil
yang sama. Contohnya yaitu pada penggunaan alat ukur yang digunakan posyandu,
akurasi dan presisi dari alat ukur ini bisa meminalisir kerugian yang disebabkan oleh
kesalahan atau tidak akurat dan presisinya alat ukur yang digunakan.( Neneng, 2017)

2. Dalam pengukuran panjang, alat ukur apakah yang memiliki ketelitian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan yang lain? Jelaskan!
Jawab :
Alat ukur besaran Panjang terdapat Mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Alat
tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Yang paling teliti adalah mikrometer sekrup,
kemudian diikuti oleh jangka sorong dan yang kurang teliti adalah mistar.
Penjelasan:
Mistar yaitu alat ukur Panjang yang biasa digunakan pada kehidupan sehari-hari untuk
membuat garis, membentuk sudut dan mengukur suatu benda dengan tingkat
ketelitiannya yang masih rendah. Alat ukur jangka sorong lebih teliti dibandingkan
mistar, jangka sorong bisa digunakan untuk mengukur diameter dalam, luar ataupun
kedalaman pada suatu benda. Alat ukur yang memiliki ketelitian yang paling tinggi yaitu
mikrometer sekrup. Maka dari itu, mikrometer sekrup dipakai untuk mengukur Panjang,
diameter, ketebalan dari suatu benda-benda kecil.Mikrometer sekrup memiliki nilai skala
terkecil sebesar 0,01 mm dan tingkat ketelitian 0,05 mm. Mikrometer sekrup memiliki
ketelitian yang lebih tinggi dibandingkan jangka sorong dan juga mistar. Mikrometer
sekrup merupakan alat ukur panjang dengan presisi yang tinggi

3. Jelaskan tragedi indonesia yang berkaitan dengan kesalahan pengukuran !


Jawab : 1. Mantan Pilot Pesawat Mendarat Terlalu Rendah

Marsekal Muda (Purn) TNI Tarigan Siberu yang juga mantan penerbang Hercules pada
1989 memperkirakan penyebab jatuhnya pesawat C-130 B Hercules (A-1325) adalah
ketinggian akhir pesawat yang rendah. ke landasan pacu.
Dia mengatakan, jika benar data yang terkumpul lima kilometer dari ujung landasan
pacu berada di bawah 1.500 kaki, itu bukan hal yang aneh. "Tidak mungkin pesawat
serendah itu," katanya, Kamis 21 Mei 2009 di Pangkalan TNI AU Halim
Perdanakusuma. Saat dia menerbangkan Hercules, pesawat biasanya berada di atas
1.500 kaki. Jika lebih rendah, mungkin ada yang salah. "Tapi saya tidak bisa bilang,
hanya kemungkinan seperti udara kosong atau mungkin listriknya mati," kata Tarigan.
Namun, Tarigan mengakui bahwa ada banyak mata rantai yang perlu dipantau, jadi
jangan hanya mengandalkan perawatan yang kurang atau pesawat menjadi tidak bisa
terbang. "Saya kira kalau pesawat tidak laik terbang, maka pesawat tidak diterbangkan,"
katanya.
29
Ia juga mengatakan, jika itu human error atau kesalahan manusia, bisa dilacak kemana-
mana. Seperti diberitakan, pesawat Long Body Hercules C 130 jatuh di Desa Geplak,
Kecamatan Karas, Magetan, Jawa Timur pada Rabu, 20 Mei 2009 sekitar pukul 06.25
WIB. Menurut informasi, pesawat dengan nomor registrasi A1325 itu meledak
sebanyak dua kali. Pesawat menabrak rumah dua warga hingga hancur sebelum terbakar
dan menenggelamkan pohon bambu.
Ada 11 awak dan 98 penumpang, 10 di antaranya anak-anak, di pesawat yang jatuh itu.
Bencana tersebut menewaskan 99 orang, termasuk dua warga yang rumahnya dihantam
pesawat.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/59688-mantan-pilot- pesawat-mendarat-terlalu-
rendah

2. LPPD Wajib Gunakan Data Valid dan Reliabel

Pelanggan Kabupaten OKU (Beritalima) banyak tunggakan sehingga Perusahaan Daerah


Air Minum (PDAM) Kabupaten Ogan Komering Ulu mengaku selalu beroperasi merugi,
apalagi pipa penyedot lama yang tak diganti. Sehingga dapat mencegah distribusi air ke
rumah-rumah penduduk, Rudi mengungkapkan, salah satu warga Kemelaku Keluha
mengeluh air PDAM jarang mengalir di boster Kemelak jarang mengalir, tidak tahu apa
kendala nya apakah pihak petugas jaga boster PDAM jarang mengalirkan air, sehingga
warga dengan sangat terpaksa mengambil air ke sungai. Air PDAM sering sekali mati,
meskipun warga sudah membayar, jarang sekali warga menunggak pembayaran air,
tetapi air hanya mengalir 2 hari sekali dan itupun hanya 1 jam lamanya, kemudian
beberapa hari yang lalu air PDAM tidak berwarna coklat muda dan tidak layak pakai.
untuk konsumsi."
Rudi juga menjelaskan, pengaduan warga itu bias PDAM tidak menanggapi, meski
PDAM selalu keberatan rusak, meskipun sumber air diambil dari sungai Ogan melewati
masa vakum namun terus merugi.
“Ketika kami mengadu, PDAM selalu mengklaim bahwa perusahaan selalu merugi
meski sumber air diambil dari Sungai Ogan dan sungai terlihat lancar,” ujarnya.
Dikonfirmasi wartawan, Sabtu (24/9/2016), PDAM Ogan Komering merupakan Direktur
Pemkab Ulu. Abi Kusno "malas" mengomentari keluhan warga Kabupaten OKU
http://www.beritalima.com/2016/07/26/lppd-wajib-gunakan-data-valid-dan-reliabel/

30

Anda mungkin juga menyukai