Anda di halaman 1dari 3

Pengukuran adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi atau menentukan besaran,

dimensi, atau kapasitas terhadap suatu standar atau satuan pengukuran, yang tidak terbatas pada
kuantitas fisik tetapi dapat juga mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan.

Menurut Pandiangan (2014) tidak semua hal yang diukur memiliki satuan, karena hanya sesuatu yang
dapat diwakili dengan angka yang dapat diukur dengan alat ukur, karena besaran fisis merupakan
sesuatu yang dapat dinyatakan keberadaannya dengan suatu angka atau nilai. Pengukuran besaran fisis
mencakup berbagai besaran seperti panjang, waktu, temperatur, kuat arus listrik, kecepatan,
percepatan, gaya, dan masih banyak besaran lainnya.

Cara untuk mengukur besaran tersebut digunakan berbagai alat ukur yang sistem mekanikanya sesuai
dengan besaran yang diukur. Setiap alat ukur memiliki ketelitian yang bervariasi, sehingga untuk
mendapatkan perbandingan ketelitian dilakukan dua kali pengukuran satuan yang sama dengan alat
ukur yang berbeda.

Hasil dari pengukuran harus didasarkan kepada satuan standar untuk menyatakan nilai suatu besaran
agar lebih mudah dimengerti oleh berbagai kalangan. Satuan standar besaran sedapat mungkin
didefinisikan dalam besaran- besaran di alam yang tidak berubah.

Tujuan dari pengukuran adalah untuk mendapatkan informasi kuantitas sehingga mempermudah
komunikasi atau hanya perekaman nilai. Tanpa dilakukan pengukuran seorang peneliti akan kesusahan
dalam melakukan eksperimen dan menyusun teori.

Praktikum ini akan meliputi pengukuran berbagai macam besaran terhadap balok kayu dan kelereng
dengan menggunakan alat ukur yang berbeda, dengan tujuan untuk membandingkan hasil yang didapat
pada pengukuran yang sama dengan alat yang berbeda sehingga bisa mendapatkan gambaran berapa
selisih nilai (kuantitas) dan hubungannya dengan akurasi alat ukur.
Menurut Pandiangan (2014) pengukuran adalah suatu kegiatan y dilakukan pada suatu objek dengan
alat ukur yang sesuai dengan objek. Mengukur adalah membandingkan objek yang diukur dengan suatu
alat yang dianggap sebagai ukuran standar, alat ukur yang digunakan juga harus memperhatikan nilai
dari objek yang akan diukur agar sesuai dengan peruntukkannya.

Pengukuran fisika fisis dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung.
Pengukuran langsung dapat dilakukan dengan menggunakan alat secara langsung hingga diperoleh
besaran fisis, lalu pengukuran tidak langsung yaitu mengukur besaran yang diperoleh dengan besaran
lain.

Setiap alat ukur memiliki kesesuaian terhadap objek yang akan diukur seperti panjang, massa, dan
waktu. Untuk pengukuran panjang misalnya dapat menggunakan penggaris ataupun jangka sorong,
massa dengan timbangan analitik atau neraca ohaus.

Menunut Herayanti et al. (2014) pengukuran adalah bagian dari keterampilan proses sains yang
merupakan pengumpulan informasi baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif, dengan melakukan
pengukuran maka dapat diperoleh besamya atau nilai suatu besaran atau bukti kualitatif, didalam
pengukuran ada yang namanya ketepatan dan ketelitian. Ketepatan adalah jika suatu besaran diukur
beberapa kali dan men ghasilkan angka-angka yang menyebar disekitar nilai yang sebenamya maka
pengukuran dapat dikatakan akurat. Sedangkan ketelitian adalah jika hasil pengukuran terpusat pada
suatu daerah tertentu maka pengukuran tersebut disebut presisi.

Setiap pengukuran selalu ada ketidakpastian yang dapat disebabkan oleh nilai skala terkecil (NST),
kesalahan kalibrasi alat ukur, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, fluktuasi parameter pengukuran,
dan lingkungan yang saling mempengaruhi dan tingkat keterampilan pengamat yang berbeda-beda.
Dengan alasan tersebut maka sulit untuk mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui
pengukuran.

Setiap pengukuran fisis memiliki satuannya masing-masing, yang digunakan sebagai perbandingan
terhadap suatu standar. Satuan adalah sebutan yang kita gunakan untuk mengukur besaran tersebut.
Didalam pengukuran terdapat besaran pokok yang satuannya telah didefinisikan terlebih dahulu
misalnya meter untuk besaran panjang, lalu ada besaran turunan yang diperoleh dari besaran pokok
misalnya volume, luas, massa jenis, kecepatan, daya, percepatan, gaya, usaha, tekanan, dan momentum
(Herayanti et al., 2014).

Menurut Selviana (2017) ketelitian dan keseksamaan merupakan salah satu dari karakterisitik alat ukur
disamping kecermatan/keterulangan, resolusi, sensitifitas, kalibrasi, dan lainnya. Menunutnya
kecermatan atau keterulangan merupakan yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi
hasilnya untuk harga yang sama.

Bentuk ketidakpastian pengukuran dapat berupa ketidakpastian bersistem atau ketidakpastian acak.
Ketidakpastian bersistem contohnya seperti kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, dan kerusakan
komponen alat. Ketidakpastian acak merupak an kesalahan yang bersumber dari gejala yang tidak
mungkin dikendalikan dan berlangsung spontan.
Jangka Sorong

Menurut Wagiran (2013) jangka sorong adalah alat ukur yang lebih teliti dibanding alat ukur ini memiliki
sebutan lain misalnya vernier caliper dan jangka geser, untuk pengukuran terdapat skala utama dan
skala tambahan. Skala utama dibaca sama seperti mistar ukur yang terdapat di bagian batang ukur, pada
ujung berlawanan terdapat dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak, yang
berfungsi sebagai pengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman, dan ketinggian dari benda ukur.
Skala tambahan atau skala nonius memiliki peran penting dalam pengukuran, karena skala tambahan
inilah yang membedakan tingkat ketelitiann jangka sorong dengan alat ukur lainnya.

Skala ukur jangka sorong dapat berupa sistem inchi atau metrik, biasanya kedua sisi batang ukur
mencantumkan dua skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan begitu,
satu alat ukur dapat digunakan untuk mengukur dengan dua sistem satuan secara bersamaan yaitu inchi
dan metrik. Jangka sorong memiliki ketelitian mencapai 0,001 in atau 0,05 mm, untuk pembacaan
dengan sisem metrik terdapat skala utama jangka sorong yang bervariasi dari 150 mm, 200 mm, 250
mm, 300 mm, hingga 1000 mm (Wagiran, 2013).

Ada juga jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala tambahan, biasanya peran skala tambahan
digantikan oleh jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga besaran pengukuran dapat dilihat
melalui jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukan oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala
utama yang menunjukan tingkat ketelitian, dan umumnya sudah dicantumkan tingkat kecermatannya.
Selain itu, terdapat pula jangka sorong dengan skala digital.

Daftar pustaka :

Prasetia, Dodi. 2019. Laporan Praktikum Fisika Pengukuran Panjang, Massa, Dan Volume. Diakses pada
tanggal 31 Agustus 2021, dari https://id.scribd.com/document/421402431/Laporan-Praktikum-Fisika-
Pengukuran-Panjang-Massa-dan-Volume.

Anda mungkin juga menyukai