FISIKA TERAPAN
ACARA 1
(PENGUKURAN PANJANG)
Kelompok 7 Rombongan 2
Oleh:
Lila Fitriana Warastuti
A1F018034
A. Latar Belakang
dapat dijelaskan (dan bisa diramalkan) dengan akurat. Sebenarnya pengukuran tidak
hanya mutlak bagi fisika, tetapi juga bagi bidang-bidang ilmu yang lain termasuk
aplikasi dari ilmu tersebut. Dengan kata lain, tidak ada teori, prinsip, maupun hukum
dalam ilmu pengetahuan alam yang dapat diterima kecuali jika disertai dengan hasil-
Pengukuran adalah suatu bagian penting dalam ilmu fisika. Dalam melakukan
penelitian, pengukuran merupakan salah satu syarat yang tidak boleh ditinggalkan.
Tidak hanya dalam ilmu fisika, pengukuran juga sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegiatan yang disadari atau tidak
penting untuk selalu dilakukan dalam mempelajari berbagai fenomena yang sedang
dipelajari. Mengukur adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah disepakati.
yang harus mampu menerapkan proses pemantauan dan pengukuran. Pemantauan dan
1
pengukuran untuk menunjukkan bahwa produk sesuai dengan persyaratan yang telah
efektif, dan sebagai data untuk memperbaiki sistem manajemen mutu produk secara
terus menerus.
B. Tujuan
ukur panjang.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
merupakan bagian penting dari fisika. Tidak pengukuran yang presisi secara mutlak,
Dasar, 2011).
besaran standar. Besaran standar tersebut harus memenuhi syarat-syarat seperti dapat
didefinisikan secara fisik, jelas dan tidak berubah dengan waktu, dan dapat digunakan
menggunakan perbandingan terhadap suatu standar. Satuan adalah nama unik yang
ditetapkan untuk mengukur besaran tersebut, misalnya meter (m) untuk besaran
Dimensi dari satuan besaran fisis adalah cara menyatakan suatu besaran dasar
(besaran pokok). Besaran dasar adalah besaran yang dimensinya ditentukan secara
definisi seperti berikut: panjang, massa, waktu, arus listrik, suhu, jumlah zat,
3
Dalam mengukur panjang suatu benda, selain memperhatikan ketelitian alat
ukurnya, juga memperhatikan jenis dan macam benda yang akan diukur. Contohnya
untuk mengukur meja, mengukur suatu ruangan, dan mengukur bahan tekstil. Untuk
mengukur panjang suatu benda tersebut, dapat menggunakan berbagai macam alat
ukur panjang, diantaranya mistar, rolmeter, jangka sorong, dan mikrometer skrup.
Masing-masing alat ukur panjang tersebut memiliki ketelitian yang berbeda. Semakin
teliti suatu alat maka pengukuran tersebut akan mendekati ukuran yang sebenarnya
(Rochim, 2010).
Mistar atau penggaris adalah alat ukur panjang yang sering digunakan. Alat
ukur ini memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm. Mistar memiliki ketelitian
pengukuran setengah dari skala terkecilnya yaitu 0,5 mm. Penggaris atau mistar
berbagai macam jenisnya, seperti penggaris yang berbentuk lurus, berbentuk segitiga
yang terbuat dari plastik atau logam, mistar tukang kayu, dan penggaris berbentuk
pita (meteran pita). Mistar baja adalah alat ukur dasar pada bengkel kerja mesin yang
dapat digunakan untuk melakukan pengukuran minimal 0,5 mm. Mistar siku adalah
penggaris berbentuk seperti huruf “L“ yang terdiri dari dua bagian, yaitu blok atau
pegangan dan daun pengukur. Kegunaan penggaris siku adalah untuk menarik garis
Jangka sorong merupakan alat ukur yang lebih teliti dari mistar ukur. Alat
ukur ini mempunyai banyak sebutan misalnya jangka sorong, jangka geser, mistar
4
sorong, mistar geser, schuifmaat atau vernier caliper. Pada batang ukurnya terdapat
skala utama dengan cara pembacaan sama seperti mistar ukur. Pada ujung yang lain
dilengkapi dengan dua rahang ukur yaitu rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak.
Dengan adanya rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak maka jangka sorong dapat
digunakan untuk mengukur dimensi luar, dimensi dalam, kedalaman dan ketinggian
dari benda ukur. Di samping skala utama, jangka sorong dilengkapi pula dengan skala
tambahan yang sangat penting perannya di dalam pengukuran yang disebut dengan
skala nonius. Skala nonius inilah yang membedakan tingkat ketelitian jangka sorong.
Skala ukur jangka sorong terdapat dalam sistem inchi dan ada pula sistem
metrik. Biasanya pada masing-masing sisi dari batang ukur dicantumkan dua macam
skala, satu sisi dalam bentuk inchi dan sisi lain dalam bentuk metrik. Dengan
demikian dari satu alat ukur bisa digunakan untuk mengukur dengan dua sistem
satuan sekaligus yaitu inchi dan metrik. Ketelitian jangka sorong bisa mencapai 0.001
inchi atau 0.05 milimeter. Untuk skala pembacaan dengan sistem metrik, terdapat
jangka sorong dengan panjang skala utama 150 mm, 200 mm, 250 mm, 300 mm, dan
Ada pula jangka sorong yang tidak dilengkapi dengan skala nonius. Sebagai
penggantinya maka dibuat jam ukur yang dipasangkan sedemikian rupa sehingga
besarnya pengukuran dapat dilihat pada jam ukur tersebut. Angka yang ditunjukkan
oleh jam ukur adalah angka penambah dari skala utama (angka di belakang koma
yang menunjukkan tingkat ketelitian). Pada jam ukur biasanya sudah dicantumkan
5
tingkat kecermatannya. Ada yang tingkat kecermatannya 0.10 mm, 0.05 mm dan ada
pula yang sampai 0.02 milimeter. Sedangkan untuk pembacaan dalam inchi, tingkat
kecermatannya ada yang 0.10 inchi dan ada yang 0.001 inchi. Untuk yang tingkat
kecermatan 0.10 mm, satu putaran jarum penunjuk dibagi dalam 100 bagian yang
sama. Ini berarti, untuk satu putaran jarum penunjuk rahang jalan akan bergerak 100
2013).
6
III. METODE
Alat:
- Mistar
- Jangka sorong
Bahan:
B. Prosedur Kerja
7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
𝒙𝒊 | 𝒙𝒊 - 𝒙 | 𝒙𝒊 | 𝒙𝒊 - 𝒙 | 𝒙𝒊 | 𝒙𝒊 - 𝒙 |
a. Panjang
∑𝑥𝑖 = 24.2
∑𝑥𝑖 24.2
𝑥= = = 4.84
𝑛 5
8
| 𝑥4 - 𝑥 | = 4.9 - 4.84 = 0.06
∑| 𝑥𝑖 - 𝑥 | = 0.64
0.64
∆𝑥 = = 0.128
5
∆𝑥 0.128
Error = x 100% = x 100% = 2.6%
𝑥 4.84
b. Lebar
∑𝑥𝑖 = 27.1
∑𝑥𝑖 27.1
𝑥= = = 5.42
𝑛 5
∑| 𝑥𝑖 - 𝑥 | = 1.28
1.28
∆𝑥 = = 0.26
5
∆𝑥 0.26
Error = x 100% = 5.42 x 100% = 4.8%
𝑥
c. Tinggi
∑𝑥𝑖 = 18
9
∑𝑥𝑖 18
𝑥= = = 3.6
𝑛 5
| 𝑥4 - 𝑥 | = 3.6 - 3.60 = 0
∑| 𝑥𝑖 - 𝑥 | = 1.00
1.00
∆𝑥 = = 0.20
5
∆𝑥 0.20
Error = x 100% = 3.60 x 100% = 5.6%
𝑥
𝒙𝒊 | 𝒙𝒊 − 𝒙 | 𝒙𝒊 | 𝒙𝒊 − 𝒙 | 𝒙𝒊 | 𝒙𝒊 − 𝒙 |
10
∆𝒙 0.0656 0.08384 0.08848
a. Panjang
∑𝑥𝑖 = 24.23
∑𝑥𝑖 24.2
𝑥= = = 4.846
𝑛 5
∑| 𝑥𝑖 - 𝑥 | = 0.328
0.328
∆𝑥 = = 0.0656
5
∆𝑥 0.0656
Error = x 100% = x 100% = 1.35%
𝑥 4.846
b. Lebar
∑𝑥𝑖 = 22.406
∑𝑥𝑖 27.406
𝑥= = = 4.4812
𝑛 5
11
| 𝑥3 - 𝑥 | = 4.400 - 4.4812 = 0.0812
∑| 𝑥𝑖 - 𝑥 | = 0.4192
0.4192
∆𝑥 = = 0.08384
5
∆𝑥 0.08384
Error = x 100% = x 100% = 1.87%
𝑥 4.4812
c. Tinggi
∑𝑥𝑖 = 17.392
∑𝑥𝑖 17.392
𝑥= = = 3.4784
𝑛 5
∑| 𝑥𝑖 - 𝑥 | = 0.4424
0.4424
∆𝑥 = = 0.08848
5
∆𝑥 0.08848
Error = x 100% = x 100% = 2.54%
𝑥 3.4784
12
B. Pembahasan
pengukuran panjang bahan pangan yaitu tahu putih menggunakan alat pengukur
Pengukuran adalah suatu teknik dalam meningkatkan suatu bilangan pada suatu
sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran standar. Biasa dilakukan
system yang diamati. Selain itu juga dapat diamati, dapat diamati dengan kesalahan
eksperimental karena kesemputraan yang tidak terelakan dalam alat ukur atau karena
batasan yang ada, yang terdapat didalam alat indera (Alonso, 2002).
Pengukuran dilakukan untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi tahu putih.
Pertama dengan mengukur panjang pada tahu putih di lima tempat yang berbeda
menggunakan benang kain. Lalu diukur panjang benang tadi pada mistar atau
penggaris. Dilakukan hal yang sama pada lebar dan tinggi tahu putih. Lalu dituliskan
Pada pengukuran panjang, lebar, dan tinggi menggunakan jangka sorong juga
sama, yaitu diukur panjang tahu putih di lima tempat yang berbeda menggunakan
jangka sorong. Cara yang sama untuk mengukur lebar dan tinggi. Dituliskan juga data
pada tabel.
13
Setelah semua hasil dicatat pada tabel, lalu dihitung rata-rata dari kelima data
tersebut (𝑥 ), ketidakpastian pengukuran (∆𝑥), dan % error dari setiap panjang, lebar,
dan tinggi baik menggunakan mistar atau penggaris dan jangka sorong.
Dari hasil pengukuran menggunakan mistar atau penggaris, panjang tahu putih
error 2.6%, lebar tahu putih didapatkan rata-ratanya (𝑥 ) 5.42 cm, ketidakpastian
pengukuran (∆𝑥) 0.26, dan error 4.8%, dan tinggi tahu putih didapatkan rata-ratanya
error 1.35%, lebar tahu putih didapatkan rata-ratanya (𝑥 ) 4.4812 cm, ketidakpastian
pengukuran (∆𝑥) 0.08384, dan error 1.87%, dan tinggi tahu putih didapatkan rata-
ratanya (𝑥 ) 3.4784 cm, ketidakpastian pengukuran (∆𝑥) 0.08848, dan error 2.54%.
Pembacaan pada alat ukur mistar kurang teliti dibandingkan dengan mikrometer
dan jangka sorong. Kelebihannya adalah dapat digunakan untuk mengukur objek
yang jauh lebih panjang. Skala terkecil dari penggaris adalah 1 mm, dengan ketelitian
setengah dari skala terkecilnya, yaitu 0,5 mm atau 0,05 cm (Pandiangan, 2014).
Jangka sorong adalah alat ukur dengan tingkat ketelitian 0.1 mm. Sedangkan
mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda mencapai ketelitian 0,01
mm (Darmawan 1984).
14
Hasil pengukuran dengan jangka sorong lebih teliti dibandingkan dengan
mistar, dapat dilihat pada hasil rata-rata data pada panjang tahu putih. Pada mistar
didapatkan rata-rata 4.84 cm dan pada jangka sorong didapatkan rata-rata 4.846 cm.
15
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengukuran dengan jangka sorong lebih teliti dibandingkan dengan mistar,
dapat dilihat pada hasil rata-rata data pada panjang tahu putih. Pada mistar didapatkan
rata-rata 4.84 cm dan pada jangka sorong didapatkan rata-rata 4.846 cm.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dan hati-hati dalam mengukur benang pada
mistar atau penggaris, selain itu praktikan leih mengkondisikan suasana agar tidak
terlalu ramai, dan jumlah jangka sorong yang digunakan diperbanyak supaya tidak
16
DAFTAR PUSTAKA
Halliday D., R. Resnick, dan J. Walker. 2010. Fisika Dasar Edisi 7. Jakarta:
Erlangga.
Pandiangan, P,. 2014. “Pengukuran dan Sistem Satuan dalam FIsika”. Modul 1
Tim Asisten Fisika Dasar. 2011. Penuntun Praktikum Fisika Dasar. Samata : Farmasi
Makassar, Makassar.
Tim Penyusun Fisika Dasar. 2010. Fisika Dasar. Universitas Hasauddin, Makassar.
Deepublish.
LAMPIRAN
NO Gambar Keterangan
1 Bahan pangan tahu putih, benang, dan
penggaris/mistar.