Anda di halaman 1dari 12

DETERMINASI SERANGGA

(Laporan Praktikum Biologi)

Disusun Oleh :
Muhammad Alfariz Ramadhan
(2014071031)
TEP A 2020

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Determinasi Serangga” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah biologi dasar. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Determinasi Serangga dari objek yang diamati.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Dr. Auliana Afandi, S.Pd., M.Sc., selaku
dosen pembimbing praktikum biologi yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena
itu, saya sangat mengaharapkan adanya masukan baik berupa kritik maupun saran
perbaikan.

Bandar Lanpung, 27 November 2020

Penulis

Muhammad Alfariz Ramadhan


(BAB 1)
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Serangga merupakan golongan binatang yang gerbesar, kira-kira 75% dari


jumlah binatang yang hidup telah diketahui manusia adalah serangga. Serangga
ada yang menguntungkan manusia misalnya lebah, tetapi banyak yang sangat
merugikan karena merusak tanaman dan menyebarkan penyakit manusia dan
binatang ternak. Ukuran serangga cukup beragam, yang terkecil besarnya
kurang dari 0,25 mm, sedangkan yang terbesar mencapai 15-25 cm.

Secara morfologi tubuh serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian
utama, sementara bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan
lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala
(caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Caput merupakan sebuah
konstruksi yang padat dan keras dan terdapat beberapa suture yang menurut
teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat ruas yang mengalami penyatuan.
Torak terdiri dari tiga ruas yang jelas terlihat, sedangkan abdomen terdiri dari +
9 ruas. Caput merupakan kepala serangga yang berfungsi sebagai tempat
melekatnya antena, mata majemuk, mata oseli, dan alat mulut. Berdasarkan
posisinya kepala serangga dibagi menjadi tiga, yaitu hypognathous,
prognathous, dan ephistognathous. Hypognathous apabila alat mulutnya
menghadap ke bawah, contoh serangganya adalah belalang Acrididae
prognathous apabila alat mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya
adalah kumbang Carabidae dan ephistognathous apabila alatmulutnya
menghadap ke belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo
Hemiptera (Pedigdo, 1989).
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui taksonomi serangga.


(BAB II)
METODELOGI

2.1 Cara Kerja

1. Amati spesimen insektarium yang kalian dapatkan


2. Gambar masing-masing amatan
3. Berikan klasifikasi dan tunjukkan bagaian-bagian dari masing-masing
organ amata tersebut dengan menggunakan buku determinasi serangga

2.2 Alat dan Bahan

Alat
1. Buku
2. Alat tulis

Bahan
1. Belalang Kayu

2.3 Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa, 24 November 2020 pukul 10.00-12.50


WIB, dilaksanakan secara daring dirumah masing-masing mahasiswa Teknik
Pertanian angkatan 2020.
(BAB III)

HASIL DAN P EMBAHASAN

1.1 Hasil

Belalang

Kingdom :  Animalia
Phylum :  Artopoda
Class :  Insecta
Ordo :  Orthoptera
Sub-Ordo :  Caelifera
Family :  Acrididae
Genus :  Dissosteira
Spesies :  Dissosterira carolina
1.2 PEMBAHASAN

Belalang Kayu

Belalang adalah salah satu jenis hewan herbivora yang termasuk dalam ordo
orthoptera dengan famili Acrididae. Hewan ini memiliki dua antena bagian kepala
yang jauh lebih pendek dari bentuk tubuh. Belalang merupakan serangga
berukuran 45-55 mm (jantan) dan 15-75 mm (betina). Tubuh terdiri atas kepala,
dada (thorax), dan perut (abdomen). Belalang kayu berwarna cokelat kekuningan,
kekuningan atau hijau dengan corak warna biru gelap terutama di bagian sayap.
Bagian sayap belakang biasanya terlihat saat terbang dan berwarna merah.
Individu muda biasanya berwarna hijau pucat dengan corak gelap.
Belalang Kayu merupakan hewan herbivora, yang tersebar luas di wilayah selatan
Thailand, Malaysia, Indonesia dan Filipina. Jenis ini merupakan belalang daerah
hutan kayu dan sering ditemukan di daerah hutan hingga pesisir yang tidak terlalu
padat.

Belalang kayu (Valanga nigricornis) merupakan salah satu hama daun karena


serangga ini mempunyai kisaran inang yang luas. Tumbuhan inang belalang
kayu Valanga nigricornis meliputi kapas, jati, kelapa, kopi, cokelat, jarak, wijen,
ketela, waru, kapuk, nangka, karet, jagung, dan pisang.
Ciri-ciri belalang kayu Valanga nigricornis antara lain memiliki antena pendek,
organ pendengarannya terletak pada ruas abdomen serta alat peletak telurnya
berukuran pendek. Alat pendengaran pada belalang disebut tympanum.
Kebanyakan belalang Valanga nigricornis warnanya kelabu atau kecoklatan dan
beberapa mempunyai warna cemerlang pada sayap belakangnya.

Bagian Tubuh Belalang

Semua jenis serangga termasuk belalang, mempunyai 3 bagian tubuh utama


yaitu kepala, dada (thorax) dan perut/abdomen. Belalang juga mempunyai 3
pasang kaki bersendi, 2 pasang sayap dan sepasang antena. Kaki belakang pada
belalang digunakan untuk melompat sedangkan kaki kecil di depan untuk
berjalan. Tubuh serangga terbagi menjadi satu rentetan ruas (metamer) yang
dikelompokan menjadi tiga daerah yang nyata (tagmata): Capute (kepala),
thorax (dada) dan abdomen (perut)

a. Kepala (Capute)

Kepala serangga terdiri dari 6 ruas (segmen). Pada kepala terdapat :


Sepasang mata majemuk, terletak dikiri dan kanan kepala. Mata majemuk
terdiri dari puluhan atau ratusan bahkan ribuan kesatuan mata faset (facet) yang
menyerupai lensa berbentuk heksagonal, tergantung dari jenisnya serangga.

Serangga juga mempunyai mata oseli (ocellis, mata sederhana) yang kecil,
terdapat pada serangga yang belum dewasa (larva/nimfa) maupun yang telah
dewasa. Sepasang antena, berfungsi sebagai alat perasa. Dengan antena
serangga dapat mengetahui keberadaan makanan, arah perjalanan, jodoh,
bahaya dan dapat mengadakan hubungan dengan sesamanya

Mulut, bagian-bagian dari mulut adalah: 1). Labrum (bibir atas), 2). Mandibula
(sepasang rahang untuk mengunyah/memamah makanan), 3). Maksila
( sepasang rahang untuk memegang, meraba, membaui, merasakan dan juga
memegang makanan), 4). Hipofaring (lidah), 5). Labium (bibir bawah yang
berfungsi untuk memegang makanan dan juga sebagai indera perasa.

b. Dada (Thorax)

Dada serangga terdiri dari 3 ruas, yaitu: prothorax, mesothorax dan metathorax.
Pada dada melekat kaki dan sayap serangga.
Kaki ( tungkai), bagian-bagian dari kaki adalah:

1. Coxa (koksa), ruas kaki yang terletak pada pangkal kaki, dekat dada
(prothorax)
2. Trochanter (trokanter), ruas kecil mengikuti coxa.
3. Femur, merupakan ruas kaki yang paling besar.
4. Tibia, sama panjang dengan femur tapi lebih langsing/ramping.
5. Tarsus (jamak tarsi), terletak di ujung tibia. Tersusun atas 1 – 5 ruas,
pada ujungnya terdapat 1 atau 2 kuku, pada kuku terdapat struktur
menyerupai bantalan yang disebut pulvullus atau arolium.

Kaki serangga berfungsi untuk berlari, berenang, melompat, memegang dan


menggali. Sayap, terbentuk dari helaian kulit tipis sederhana yang dapat
digerakkan karena adanya otot-otot yang melekat di dasar sayap, di dalam
dinding badan. Karena bentuk sayap setiap golongan serangga berbeda-beda
maka hal ini sangat penting untuk menentukan klasifikasi serangga. Jika pada
serangga tersebut hanya terdapat sepasang sayap maka sayapnya akan terdapat
pada mesothorax, tetapi jika ada 2 pasang maka keduanya akan terdapat pada
meso dan metathorax.

c. Perut (abdomen)

Perut serangga terdiri dari 11 – 12 ruas. Pada ruas yang ke-11 terdapat
tambahan ruas yang disebut cercus (jamak cerci). Pada ruas yang ke-12
(telson/periproct), terdapat lubang untuk membuang kotoran (anus). Alat
reproduksi betina terletak di ruas ke-7 dan ke-8 sedangkan alat reproduksi
jantan terdapat pada batas belakang ruas perut ke-9 yang terletak pada
permukaan bawah. Pada serangga betina dilengkapi dengan ovipositor yang
berfungsi sebagai alat peletak telur, terletak pada ujung abdomen , setelah
cercus. Pada abdomen juga terdapat lubang-lubang berpasangan pada kedua sisi
yang disebut spirakel (spiracle), berfungsi dalam proses pernapasan (respiratory
system).

4. arah bagian tertentu pada serangga, yaitu :

a. anterio : letak arah pandang atau berhubungan dengan bagian depan atau
kepala
b.posterior : letak, arah pandang atau berhubungan dengan bagian belakang
atau ujung abdomen
c. dorsal : letak, arah pandang atau berhubungan dengan bagian atas
tubuh atau punggung
d. ventral : letak, arah pandang atau berhubungan dengan bagian bawah
tubuh atau perut
e. lateral : letak, arah pandang atau berhubungan dengan bagian sisi tubuh
d. simetris bilateral, yaitu punya ujung depan dan belakang, juga sisi atas dan sisi
bawah, paling tidak pada masa pertumbuhannya
(BAB IV)

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

1. Dengan dilakukannya praktikum kali ini, mengetahui tata cara


melakukan determinasi pada Serangga dan mengetahui cara
melakukakan klasifikasi tersebut.
2. Setiap serangga pasti memiliki morfologi dan taksonomi yang berbeda
sehingga perbedaan tersebut dapat membantu kita dalam
mengklasifikasikan Serangga tersebut. Morfologi setiap serangga dapat
dilihat dari tiap organ yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, E. W. B., T. Himawan, H. Tarno dan H. Sutrisno. 2013. Identifikasi


Beberapa Jenis ngengat Jantan Genus Arctornis (Lepidoptera: Noctuoidea) di
Indonesia Berdasarkan Karakter Morfologi dan Genitalia. Hpt, 1 (4) : 42-50.

Fredy Lala, F. X. (2013). Keanekaragaman serangga dan struktur vegetasi pada


habitat burung insektivora Lanius schach Linndi Tanjungsari, Yogyakarta.
entomologi indonesia, 70-77.

Ichbal, P., DM, C., & NP, S. R. (2018). NILAI PALATABILITAS SERANGGA
HAMA BAGI KODOK BUDUK (Bufo melanostictus) SERTA POTENSINYA
DALAM MENGENDALIKAN HAMA SERANGGA. Pendidikan biologi
undiksha, 146-155.

Kartohardjono, A. 2011. Penggunaan Musuh Alami Sebagai Komponen


Pengendalian Hama Padi Berbasis Ekologi. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4
(1) : 29-46.

Anda mungkin juga menyukai