Anda di halaman 1dari 18

PRAKTIKUM

BIOLOGI

LAPORAN RESMI

TRANSPIRASI

Nur Azzatul Amaliyah


20033010047
Kelompok I

KELAS A
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan komponen penting bagi tumbuhan untuk kelangsungan hidupnya.
Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu terjadi fluktuasi tergantung
pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh tumbuhan, kecepatan proses
pemakaian air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses hilangnya air dari tubuh
tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau
gas. Proses tersebut dinamakan dengan transpirasi. Transpirasi adalah proses
penguapan air dari jaringan tumbuhan ke atmosfer.
Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang berkaitan dengan udara
luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun, batang, cabang, ranting, bunga,
buah, dan akar. Cepat lambatnya proses transpirasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang meliputi suhu, cahaya, kelembapan udara, dan angin. Selain itu, luas
permukaan jaringan epidermis atau luka tempat proses transpirasi berlangsung juga
ikut berperan.
Transpirasi pada hakikatnya sama seperti penguapan, akan tetapi istilah
penguapan tidak digunakan pada makhluk hidup. Hamper seluruh bagian tanaman
melakukan transpirasi, karena dengan adanya transpirasi, maka terjadi kehilangan
molekul-molekul pada tumbuhan.

B. Tujuan
Mempelajari pengaruh keadaan lingkungan terhadap transpirasi dari tumbuhan.

C. Manfaat
Mengetahui pengaruh keadaan lingkungan terhadap transpirasi dari tumbuhan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Transpirasi adalah proses kehilangan air karena penguapan melalui bagian dalam
tubuh tumbuhan, yaitu air yang diserap oleh akar-akar tanaman dipergunakan untuk
membentuk jaringan tanaman dan kemudian dilepaskan melalui daun ke atmosfer
(Purba, 2011). Transpirasi digerakkan oleh energi matahari dan gradien kadar lengas.
Air yang bergerak mengikuti gradien mulai akar yang kandungan airnya paling banyak
(atau kadar tinggi) ke arah daun yang kandungan airnya paling sedikit (atau kadar
rendah). Air berpindah melewati jaringan xilem menuju vena daun dan akhirnya ke dalam
sel mesofil daun. Tanaman akan menutup stomata dan layu ketika lengas tanah tersedia
tak cukup untuk memenuhi kebutuhan transpirasi (Shiddieq, Putu, & Tohari, 2018).
Proses transpirasi terjadi melalui mulut daun atau stomata. Transpirasi melalui
epidermis sedikit sekali terjadi, karena pada epidermis terdapat lapisan kutikula.
Transpirasi terjadi pada siang hari pada saat stomata membuka (Wardhani, 2020).
Stomata terdiri dari dua sel penjaga yang membentuk pori kecil pada permukaan daun.
Sel penjaga mengontrol pembukaan dan penutupan stomata sebagai respon terhadap
berbagai rangsangan lingkungan. Kurangnya cahaya (gelap), menurunnya kadar air
didalam, dan suhu ekstrim cenderung untuk menutup stomata dan menurunkan
transpirasi; iluminasi, pasokan air yang cukup, dan suhu optimal membuka stomata dan
meningkatkan transpirasi. Membukanya stomata diperlukan untuk masuknya karbon
dioksida ke bagian dalam daun dan untuk memungkinkan oksigen untuk keluar selama
fotosintesis, maka transpirasi telah terjadi (The Editors of Encyclopedia Britannica,
2018).
Proses transpirasi terjadi pada bagian tumbuhan yang berada diatas permukaan
tanah. Air yang berada di dalam tumbuhan menguap melalui bagian-bagian yang
berhubungan dengan udara luar seperti pori-pori daun atau stomata, lubang kutikula,
dan lentisel atau celah batang berkat proses fisiologi tumbuhan tersebut. Pada proses
transpirasi, uap air bedifusi dari udara yang lembab di dalam jaringan tumbuhan
(terutama daun) ke udara yang lebih kering di atmosfer atau lingkungan. Difusi atau
kehilangan air pada tumbuhan ini berkaitan dengan kemampuan atau kecepatan
tumbuhan tersebut dalam menarik air dari tanah melalui akar hingga sampai ke daun
(Hafizulhaq, 2020).
Transpirasi yang terjadi dapat membantu penyerapan mineral dari tanah dan
pengangkutannya dalam tumbuhan. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya
transpirasi, diantaranya :
1. Faktor internal
a. Ukuran daun
Rasio luas permukaan daun dengan volume bahan berpengaruh terhadap
laju transpirasi. Jika rasio tersebut semakin besar, maka laju transpirasi akan
semakin besar pula. Sebagai contoh, daun akan lebih cepat kehilangan air
daripada buah sebab rasio luas permukaan daun terhadap volume daun lebih
besar dibandingkan dengan rasio luas permukaan buah terhadap volume buah
tersebut. Demikian pula buah yang berukuran kecil mempunyai laju transpirasi
yang lebih cepat dibandingkan buah berukuran besar.
b. Jumlah stomata
Dibawah lapisan kutikula terdapat sel-sel epidermis yang strukturnya kompak
dengan ruang antarsel yang minimal. Sebagian besar gerakan uap air masuk
dan keluar dikendalikan oleh pori-pori kecil (stomata) yang terdapat pada
interval tertentu dalam epidermis. Transpirasi dipengaruhi oleh jumlah dan
ukuran pori-pori tersebut. Bila pori-pori semakin banyak dan semakin besar,
maka laju transpirasi semakin cepat.
c. Ada tidaknya lapisan lilin pada daun
Tipe permukaan dan jaringan dibawah permukaan pada buah maupun
sayuran berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi. Hal ini terkait dengan
koefisien permeabilitas kulit. Bahan yang mempunyai kutikula (lapisan kulit
berlilin) mampu menghambat aliran air atau uap air, sehingga proses transpirasi
terhambat. Semakin tebal kandungan lilin pada kutikula, maka resistensi
terhadap keluarnya air ataupun uap air dari dalam bahan semakin besar pula.
Selain ketebalannya, struktur kutikula juga berpengaruh terhadap kecepatan
transpirasi. Kutikula yang berstruktur teratur mampu menghambat transpirasi
lebih baik daripada kutikula yang tidak teratur, sebab pada kutikula yang
mempunyai struktur teratur, uap air harus mengikuti jalan yang lebih panjang
untuk dapat keluar sampai atmosfer (Gardjito & Widuri, 2015).
d. Jumlah trikoma daun
Permukaan daun tertutup dengan bulu halus yang menaungi stomata dan
menurunkan suhu daun, selanjutnya mengurangi kehilangan uap air dari
permukaan daun. Sehingga semakin banyak trikoma pada permukaan daun
dapat mencegah transpirasi (Shiddieq, Putu, & Tohari, 2018).

2. Faktor eksternal
a. Intensitas cahaya
Cahaya dapat mempengaruhi laju transpirasi melalui sehelai daun yang
terkena sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi. Cahaya
tidak harus selalu berbentuk cahaya langsung, cahaya dapat pula
mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya
stomata dengan mekanisme tertentu (Ikamaulida, 2014).
b. Suhu
Peningkatan suhu akan menyebabkan peningkatan transpirasi tanaman. Hal
ini dikarenakan peningkatan suhu membantu dalam mempercepat penguapan
air yang terjadi. Peningkatan suhu udara pada lingkungan menyebabkan
menurunnya nilai kelembapan udara pada lingkungan. Perbedaan kelembapan
udara di dalam dan di luar tanaman tentunya sangat mempengaruhi kecepatan
transpirasi yang terjadi (Sugiarto, 2018).
c. Keadaan air dalam tanah
Jika kandungan air tanah menurun sebagai akibat penyerapan oleh akar,
gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lebih lambat. Hal ini cenderung
untuk meningkatkan defisit air pada daun dan menurunkan laju transpirasu lebih
lanjut (Ikamaulida, 2014).
d. Pergerakan udara
Pergerakan udara berpengaruh terhadap kecepatan transpirasi. Pergerakan
udara ini mampu mengikis lapisan lilin pada permukaan daun, sehingga air
dapat keluar tanpa adanya halangan. Pergerakan udara lebih dari 84 cm/detik
dan kelembapan relative rendah suatu ruang penyimpanan dapat menyebabkan
peningkatan transpirasi.
e. Kelembapan udara
Transpirasi terjadi karena perbedaan konsentrasi air dalam jaringan dengan
konsentrasi air pada udara. Semakin kecil RH udara, semakin besar pula laju
transpirasi yang terjadi. Selain itu, kelembapan juga mempengaruhi fungsi
stomata. Stomata membuka dengan lebar pada RH rendah karena kandungan
air di lingkungan sekitar lebih rendah daripada di dalam bahan. Stomata akan
menutup saat RH lingkungan tinggi (Gardjito & Widuri, 2015).
Selain faktor – faktor diatas, ada pula faktor yang mempengaruhi kadar transpirasi.
Kadar transpirasi yaitu jumlah air yang terjerat dari tumbuhan dalam tempoh tertentu.
Faktor tersebut diantaranya :
1. Kehadiran cahaya
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat dengan kehadiran cahaya karena cahaya
merangsang pembukaan stomata.
2. Suhu
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu yang tinggi karena air menyejat
lebih cepat apabila suhu meningkat.
3. Kelembapan
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat dalam kelembapan yang rendah. Apabila
udara persekitaran adalah kering, resapan air keluar dari daun berlaku dengan lebih
pantas.
4. Kehadiran angin
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat dalam keadaan yang berangin. Apabila
angin hadir, udara yang lembap ditiup dan diganti oleh udara yang lebih kering (Kin,
2014).
BAB III
METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Cutter
b. Empat buah gelas ukur 10 mL
c. Rak tabung reaksi
2. Bahan
a. Tiga macam tumbuhan
b. Minyak kelapa
c. Air

B. Cara kerja

Memotong batang atau ranting tumbuhan dibawah permukaan air

Memasukkan tiga macam potongan batang atau ranting tumbuhan


kedalam tiga gelas ukur 10 mL

Membiarkan satu gelas ukur tanpa tumbuhan, hanya berisi air


(sebagai kontrol)

Menyusun pada rak tabung reaksi ke empat gelas ukur tersebut

Membuat tinggi permukaan air pada ke empat gelas ukur tersebut


sama

Meneteskan minyak kelapa sampai seluruh permukaan tertutup

Meletakkan seperangkat gelas ukur tersebut diluar ruangan dan


mencatat air yang hilang setiap 10 menit selama 1 jam
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Hasil Pengamatan Berdasarkan Air Yang Hilang


Luas
Air Yang Hilang (ml) Permukaan
No Bahan Daun
0 10 20 30 40 50 60
Cm cm2
menit menit menit menit menit menit menit
Air +
minyak
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
kelapa
(kontrol)
Air+
minyak
2 kelapa + 0 0 0 0,1 0,2 0,2 0,2 11,733 0,117
daun
rambusa
Air+
minyak
3 kelapa + 0 0 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 6,433 0,064
daun
asem
Air+
minyak
kelapa +
4 0 0 0 0 0,1 0,2 0,2 28,333 0,283
daun
kuncup
merah

B. Tabel Hasil Pengamatan Air Yang Hilang Berdasarkan Luas Permukaan Daun

Air Yang Hilang (ml/cm2)


No Bahan 0 10 20 30 40 50 60
menit menit menit menit menit menit menit
Air + minyak
1 kelapa 0 0 0 0 0 0 0
(kontrol)

Air+ minyak
kelapa +
2 0 0 0 0,854 1,709 1,709 1,709
daun
rambusa
Air+ minyak
3 kelapa + 0 0 1,562 3,125 3,125 4,687 4,687
daun asem
Air+ minyak
kelapa +
4 0 0 0 0 0,353 0,706 0,706
daun kuncup
merah

C. Gambar Hasil Pengamatan

D. Luas Permukaan Daun


E. Grafik Pada Hilangnya Air
BAB V
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Transpirasi merupakan proses kehilangan air dari dalam tubuh tumbuhan yang
terjadi melalui stomata pada daun. Selain pada daun, transpirasi juga dapat terjadi
pada bagian tumbuhan lainnya. Namun, hal ini sangat jarang terjadi. Hal tersebut
sesuai dengan Wardhani (2020) yang menyatakan bahwa proses transpirasi terjadi
melalui mulut daun atau stomata. Transpirasi melalui epidermis sedikit sekali terjadi,
karena pada epidermis terdapat lapisan kutikula.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan percobaan mengenai transpirasi. Disini
akan digunakan tiga jenis tumbuhan yang berbeda yaitu, rambusa, asem dan
kuncup merah. Ketiga potongan tumbuhan tersebut akan dimasukkan ke dalam
gelas ukur 10 ml yang berisi air. Selain itu juga terdapat gelas ukur tanpa tumbuhan
yang dijadikan sebagai kontrol. Pada permukaan air keempat gelas ukur tersebut
ditetesi dengan minyak kelapa agar tidak terjadi penguapan.
Dari hasil percobaan, gelas ukur tanpa tumbuhan yang dijadikan sebagai kontrol
tidak mengalami perubahan apapun. Sedangkan gelas ukur dengan tumbuhan
mengalami perubahan yaitu berkurangnya jumlah air. Pada gelas ukur dengan
tumbuhan rambusa air berkurang pada menit ke-30 sebanyak 0,1 ml. pada menit
ke-40, ke-50, dan ke-60 air berkurang 0,2 ml per 10 menitnya. Pada gelas ukur
dengan tumbuhan asem air sudah berkurang pada menit ke-20 sebanyak 0,1 ml
dan pada menit ke-30 air berkurang sebanyak 0,2 ml. Hal tersebut juga terjadi pada
menit ke-40. Sedangkan pada menit ke-50 dan ke-60 air berkurang sebanyak 0,3
ml per 10 menitnya. Selanjutnya pada gelas ukur dengan tumbuhan kuncup merah
perubahan jumlah air terbilang cukup lambat, karena air berkurang pada menit ke-
40 yaitu sebanyak 0,1 ml dan pada menit ke-50 juga ke-60 air berkurang sebanyak
0,2 ml per 10 menitnya.
Ini menandakan bahwa telah terjadi transpirasi yang ditandai dengan
berkurangnya jumlah air pada gelas ukur. Air tersebut telah menguap ke lingkungan
sekitar melalui stomata daun. Menurut Hfizulhaq (2020) air yang berada di dalam
tumbuhan menguap melalui bagian-bagian yang berhubungan dengan udara luar
seperti pori-pori daun atau stomata, lubang kutikula, dan lentisel atau celah batang
berkat proses fisiologi tumbuhan tersebut. Pada proses transpirasi, uap air bedifusi
dari udara yang lembab di dalam jaringan tumbuhan (terutama daun) ke udara yang
lebih kering di atmosfer atau lingkungan.
Jumlah air yang berkurang setiap menitnya antara satu tumbuhan dengan
tumbuhan lain dapat berbeda dikarenakan adanya berbagai faktor yang
mempengaruhi. Yang paling nampak yaitu luas permukaan daun. Semakin luas
permukaan suatu daun maka transpirasi akan berjalan lebih lambat. Karena rasio
antara luas permukaan daun dengan volume bahan yaitu air semakin kecil.
Sedangkan jika luas permukaan daun kecil, maka rasio antara luas permukaan daun
dengan bahan akan semakin besar sehingga proses transpirasi dapat berjalan
dengan cepat. Hal ini sesuai dengan Gardjito & Widuri (2015) yang menyatakan
bahwa rasio luas permukaan daun dengan volume bahan berpengaruh terhadap
laju transpirasi. Jika rasio tersebut semakin besar, maka laju transpirasi akan
semakin besar pula. Oleh sebab itu, tumbuhan asam memiliki laju transpirasi yang
tinggi dibandingkan dengan tumbuhan rambusa dan tumbuhan kuncup merah,
karena luas permukaan daun asam paling kecil.
Tipe permukaan pada daun juga berpengaruh pada proses transpirasi, karena
berkaitan dengan permeabilitas permukaan sebagai jalan aliran air. Permukaan
daun yang memiliki lapisan kutikula atau lapisan lilin akan lebih tebal daripada daun
yang tidak memiliki lapisan kutikula, yang menyebabkan proses transpirasi menjadi
terhambat. Seperti yang terjadi pada tumbuhan kuncup merah. Daun pada
tumbuhan kuncup merah memiliki lapisan kutikula yang yang lebih tebal jika
dibandingkan dengan daun rambusa dan daun asam, sehingga daun kuncup merah
lambat dalam proses transpirasi. Hal ini sesuai dengan Gardjito & Widuri (2015)
yaitu bahan yang mempunyai kutikula (lapisan kulit berlilin) mampu menghambat
aliran air atau uap air, sehingga proses transpirasi terhambat. Semakin tebal
kandungan lilin pada kutikula, maka resistensi terhadap keluarnya air ataupun uap
air dari dalam bahan semakin besar pula. Namun, lapisan kutikula ini dapat dikikis
oleh pergerakan udara sehingga laju transpirasi dapat dipercepat. Hal ini sesuai
dengan Gardjito & Widuri (2015) yang menyatakan bahwa pergerakan udara ini
mampu mengikis lapisan lilin pada permukaan daun, sehingga air dapat keluar
tanpa adanya halangan..
Menurut Shiddieq, Putu, & Tohari (2018) jumlah trikoma akan mempengaruhi
proses transpirasi. Permukaan daun tertutup dengan bulu halus yang menaungi
stomata akan menurunkan suhu daun, selanjutnya mengurangi kehilangan uap air
dari permukaan daun. Sehingga semakin banyak trikoma pada permukaan daun
dapat mencegah transpirasi. Karena itu daun rambusa cukup lambat dalam proses
transpirasi, sebab struktur daun rambusa memiliki trikoma yang cukup banyak
dibagian permukaan daunnya.
Selain luas permukaan daun, adanya lapisan kutikula dan jumlah trikoma.
Jumlah stomata juga berpengaruh pada proses transpirasi. Karena stomata
berfungsi sebagai tempat terjadinya transpirasi. Menurut Gardjito & Widuri (2015)
sebagian besar gerakan uap air masuk dan keluar dikendalikan oleh pori-pori kecil
(stomata) yang terdapat pada interval tertentu dalam epidermis. Transpirasi
dipengaruhi oleh jumlah dan ukuran pori-pori tersebut. Bila pori-pori semakin banyak
dan semakin besar, maka laju transpirasi semakin cepat.
Pada praktikum transpirasi ini gelas ukur tersebut diletakkan diluar ruangan. Hal
ini berfungsi agar tumbuhan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Dengan sinar
matahari maka stomata pada daun akan membuka sehingga proses transpirasi
dapat berjalan. Hal ini sesuai dengan Ikamaulida (2014) yang menyatakan bahwa
cahaya dapat mempengaruhi laju transpirasi melalui sehelai daun yang terkena
sinar matahari langsung akan mengabsorbsi energi radiasi. Cahaya tidak harus
selalu berbentuk cahaya langsung, cahaya dapat pula mempengaruhi transpirasi
melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya stomata dengan mekanisme tertentu.
Selain agar mendapatkan cahaya matahari yang cukup, peletakan gelas ukur
pada luar ruangan juga berfungsi agar tumbuhan mendapatkan suhu yang optimal.
Dengan suhu yang sesuai maka proses transpirasi dapat bekerja dengan baik. Hal
ini sesuai dengan Sugiarto (2018) yang menyatakan bahwa peningkatan suhu akan
menyebabkan peningkatan transpirasi tanaman. Hal ini dikarenakan peningkatan
suhu membantu dalam mempercepat penguapan air yang terjadi. Suhu ini juga
berkaitan dengan kelembaban udara. Jika suhu meningkat maka kelembapan udara
di sekitar akan menurun sehingga mempercepat laju transpirasi. Ini sesuai Gardjito
& Widuri (2015) bahwa semakin kecil RH udara, semakin besar pula laju transpirasi
yang terjadi.

B. Pertanyaan dan Jawaban


1. Darimana air menguap?
Jawab : Air menguap melalui stomata pada daun.
2. Bandingkan hasil percobaan dengan kontrol.
Jawab : Hasil percobaan menunjukkan bahwa tumbuhan melakukan transpirasi
yang ditandai dengan berkurangnya volume air dalam gelas beker. Sedangkan,
pada kontrol volume air tidak mengalami perubahan karena di dalam gelas
beker tidak terdapat tumbuhan, yang artinya tidak terjadi transpirasi.
3. Berapa banyak air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu? Caranya
dengan menggambarkan daun diatas kertas grafik.
a. Air yang hilang pada pada daun rambusa
0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,854 ml/cm2
0,117 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 1,709 ml/cm2
0,117 cm2
b. Air yang hilang pada pada daun asem
0,1 ml
1. 0,1 ml = 1,562 ml/cm2
0,064 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 3,125 ml/cm2
0,064 cm2
0,3 ml
3. 0,2 ml = 4,687 ml/cm2
0,064 cm2
c. Air yang hilang pada pada daun kuncup merah
0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,353 ml/cm2
0,283 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 0,706 ml/cm2
0,283 cm2
4. Apakah banyaknya air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu sama
untuk semua macam tumbuhan? Kalau tidak sama apa sebabnya?
Jawab : Tidak, karena ada faktor internal juga eksternal yang mempengaruhi
tumbuhan tersebut. Sehingga banyaknya air yang diuapkan setiap cm2 antara
satu tumbuhan dengan tumbuhan lain dapat berbeda.
5. Buatlah grafik. Tempatkanlah waktu pada sumbu x dan banyaknya air yang
menguap pada sumbu y untuk ketiga tumbuhan tadi.

6. Faktor apa yang mempengaruhi laju transpirasi?


Jawab : Ada faktor internal juga faktor eksternal. Faktor internal diantaranya,
ukuran daun, jumlah stomata, jumlah trikoma daun, dan ada tidaknya lapisan
lilin pada daun. Sedangkan faktor eksternal yaitu, intensitas cahaya, suhu,
keadaan air dalam tanah, kelembapan udara dan pergerakan udara.
BAB VI
KESIMPULAN

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tumbuhan
melakukan transpirasi yaitu penguapan air melalui stomata daun, yang ditandai dengan
berkurangnya volume air pada gelas beker. Setiap tumbuhan memiliki laju transpirasi
yang berbeda tergantung pada tumbuhan itu sendiri juga faktor lingkungan yang
mempengaruhi. Faktor – faktor tersebut diantaranya, luas permukaan daun, ada
tidaknya lapisan lilin, jumlah trikoma, jumlah stomata, intensitas cahaya matahari, suhu,
pergerakan angina, dan kelembapan udara.
DAFTAR PUSTAKA

Gardjito, M., & Widuri, H. 2015. Penanganan Segar Hortikultura untuk Penyimpanan dan
Pemasaran. Jakarta: Kencana.
Hafizulhaq, F. 2020. Pengertian Transpirasi, Proses, Jenis dan Lainnya Pada
Tumbuhan. [Online]. Diakses dari: https://ajopiaman.com/transpirasi/. (9 Oktober
2020)
Ikamaulida, A.F. 2014. Tugas Transpirasi. [Online]. Diakes dari: http://amaliafitrii-
fst12.web.unair.ac.id/artikel_detail-94839-Umum-tugas%20transpirasi.html. (8
Oktober 2020)
Kin, N. C. 2014. Nexus Xpress PBS Sains Tingkatan 3. Australia: Learning Space
Australia.
Purba, J. 2011. kebutuhan dan Cara Pemberian Air Irigasi untuk Tanaman Padi Sawah
(Oryza Sativa). Jurnal Sains dan Teknologi. Vol 10. No 3 : 146.
Shiddieq, D., Putu, S., & Tohari. 2018. Aspek Dasar Agronomi Berkelanjutan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sugiarto, A. 2018. Pengaruh Peningkatan Suhu Udara Terhadap Laju Transpirasi Bibit
Lansium Domesticum Corr. [Skripsi]. Palembang: Universitas Sriwijaya
The Editors of Encyclopedia Britannica. 2018. Transpiration. [Online]. Diakses dari:
https://www.britannica.com/science/transpiration. (8 Oktober 2020)
Wardhani, S. P. 2020. Smart Bio Series: IPA Biologi SMA/MA Kelas 10, 11, 12.
Yogyakarta: Diandra Kreatif.
APENDIX

Volume air yang hilang (ml)


Rumus = = ……. ml/cm2
Luas permukaan daun (cm2 )

d. Air yang hilang pada pada daun rambusa


0,1 ml
3. 0,1 ml = 0,854 ml/cm2
0,117 cm2
0,2 ml
4. 0,2 ml = 1,709 ml/cm2
0,117 cm2
e. Air yang hilang pada pada daun asem
0,1 ml
4. 0,1 ml = 1,562 ml/cm2
0,064 cm2
0,2 ml
5. 0,2 ml = 3,125 ml/cm2
0,064 cm2
0,3 ml
6. 0,2 ml = 4,687 ml/cm2
0,064 cm2
f. Air yang hilang pada pada daun kuncup merah
0,1 ml
3. 0,1 ml = 0,353 ml/cm2
0,283 cm2
0,2 ml
4. 0,2 ml = 0,706 ml/cm2
0,283 cm2

Anda mungkin juga menyukai