Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM

BIOLOGI

LAPORAN RESMI
TRANSPIRASI

SOFIA RIZKY AMALIA


20033010046

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JATIM
SURABAYA

2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air sangat berperan dalam kehidupan seluruh makhluk hidup. Dengan adanya air,
makhluk hidup bisa melakukan pertumbuhan. Demikian juga dengan tumbuhan yang
sangat memerlukan air dalam setiap proses pertumbuhannya. Salah satunya adalah
proses treanspirasi yang dilakukan oleh tumbuhan.
Transpirasi adalah proses penguapan yang terjadi pada jaringan hidup dan
dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan. Proses ini sangat berkaitan dengan organel
stomata yang berada di daun. Dengan kata lain, proses ini terjadi di daun dan daun
sangat mempunyai pengaruh besar dari proses transpirasi.
Secara garis besar, proses transpirasi ini dimulai dari akar. Akar menyerap unsur
hara dan air. Kemudian dialirkan ke batang utama melalui pembuluh xilem. Pembuluh
tersebut mengalir diseluruh bagian tumbuhan dan masuk menuju ke daun. Daun
melakukan proses transpirasi dan hasilnya air menguap ke udara hingga ke atmosfir.
Transpirasi terjadi pada saat stomata tumbuhan terbuka untuk mengambil
karbondioksida di udara untuk berfotosintesis.
Ada faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi proses transpirasi. Dari
faktor eksternal terdiri dari suhu, angin, intensitas cahaya, keadaan air dalam tanah
dan kelembaban udara. Sedangkan faktor internal meliputi tebal daun, ukuran daun,
jumlah stomata, zat lilin pada daun dan jumlah trikoma daun.
Transpirasi termasuk dalam proses katabolisme yang merupakan proses penguraian
senyawa organik yang komplek menjadi senyawa yang lebih sederhana. Contoh dari
proses katabolisme adalah menuraian C6H2O6 atau karbohidrat menjadi senyawa
glukosa, asam amino dan sebagainya. Katabolisme karbohidrat memiliki 4 tahapan,
yakni glikolisis, dekarboksilasi oksidasi asam piruvat, siklus kreb dan transpor elektron
dengan hasil akhir adalah ATP.
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk mempelajari pengaruh keadaan lingkungan sekitar terhadap proses
transpirasi dari tumbuhan.
2. Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses
transpirasi.
1.3 Manfaat Penelitian
1. Praktikan dapat mempelajari pengaruh keadaan lingkungan sekitar terhadap
proses transpirasi dari tumbuhan
2. Pembaca dapat mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan
melalui proses transpirasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Prijono (2016), transpirasi adalah proses pergerakan air dalam tubuh
tanaman dan hilang menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari
absorbs air tanah oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang
menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfir. Gardjito dan
Handayani (2015) menyatakan bahwa transpirasi adalah proses penguapan air dari
jaringan komoditas pertanian.
Umumnya (sebagian besar) transpirasi terjadi melalui daun. Walaupun proses
transpirasi juga bisa terjadi melalui sel epidarmis yang umumnya dilapisi oleh lapisan
kutikula sehingga jika ini terjadi disebut sebagai transpirasi kutikular. Transpirasi
kutikular mungkin terjadi saat tumbuhan menutup stomatanya, sementara cahaya
matahari dan suhu udara di sekitar tumbuhan cukup tinggi. Transpirasi merupakan
cara yang efektif bagi tumbuhan untuk menghilangkan energi (panas laten) sehingga
tumbuhan suhunya tetap terjaga pada suhu fisiologis (Hamim, 2016)
Transpirasi pada dasarnya merupakan proses transfer massa berupa uap air dari
jaringan organ tanaman ke udara. Hal ini terjadi berdasarkan konsep uap air yang
bergerak dari bagian konsentrasi tinggi menuju kelembaban relatif rendah. Air pada
jaringan tanaman akan hilang dalam bentuk uap dan keluar melalui stomata, lentisel,
kutikula, atau sel-sel epidermis lainnya (Gardjito dan Handayani, 2015).
Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar tanaman yang kemudian
ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke
atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter tanah,
lingkungan serta pola budidaya tanaman.
Laju transpirasi mempunyai relasi dengan jenis tanaman dan populasi tanaman.
Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Laju transpirasi
dipengaruhi oleh faktor karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola
budidaya tanaman. Menurut Wallace & Stout, dalam jurnal Prijono (2016), laju
transpirasi tanaman sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena
itu, pengukuran laju transpirasi pada kondisi lingkungan yang tidak terkontrol dengan
baik akan menjadi sangat rumit.
Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun utama jaringan yang
aktif mengadakan kegiatan fisiologis, juga berperan penting dalam memelihara
turgiditas yang diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhan sel (Kramer, 2010).
Peranan yang penting ini menimbulkan konsekuensi bahwa secara langsung atau tidak
langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses metabolisme dalam
tanaman yang mengakibatkan terganggunya proses pertumbuhan. Menurut Kramer
dalam ebook Hamim (2016) kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat
disebabkan oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata
dan sel lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya.
Dalam daur hidrologi, air presipitasi akan mengalami infiltrasi sebagai air tanah,
intersepsi dan sebagian lainnya hilang melalui limpasan permukaan. Sebagian air
presipitasi yang mengalami intersepsi oleh kanopi akan dievaporasi ke atmosfer dan
sebagian lainnya akan masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi menjadi air
tanah. Proses kehilangan air tanah akan terjadi dari mintakat perakaran melalui proses
transpirasi dan proses evaporasi akan terjadi melalui permukaan tanah pada lahan
kosong (Prijono dan Laksmana, 2016).
Di alam, air yang hilang melalui transpirasi dari daun bisa mencapai lebih dari 90%
dari total air yang diserap oleh tumbuhan tersebut. Artinya sebagian besar air yang
diserap tumbuhan dibuang melalui proses transpirasi. Walaupun demikian jika dilihat
dari produksi bahan kering yang dihasilkan, ada tumbuhan yang relatif efisien dalam
penggunaan air dibandingkandengan jenis tumbuhan lainnya. Semakin besar air yang
diuapkan (diperlukan) untuk memproduksi satu satuan (gram) bahan kering oleh
tumbuhan maka semakin tidak efisien. Rasio besarnya air yang diuapkan per bahan
kering yang dihasilkan tumbuhan disebut sebagai rasio transpirasi (Hamim, 2016).
Namun, lebih dari 90% transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan
sebagai alat untuk penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran
CO2 dalam proses fisiologi yang berhubungan dengan produksi. Stomata terdiri atas
sel penjaga dan sel penutup yang dikelilingi oleh beberapa sel tetangga (Fahn, dalam
ebook Hamim, 2016). Mekanisme menutup dan membuka-nya stomata tergantung
dari tekanan turgor sel tanaman, atau karena perubahan konsentrasi karbondioksida,
berkurangnya cahaya dan hormon asam absisat (Lakitan, 2010).
Stomata berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup sebagai
upaya untuk menahan laju transpirasi. Perbedaan kumulasi water loss dan laju
transpirasi tiap tanaman disebabkan oleh karakter tanaman dan stomata yang meliputi
luas daun, serta density dan lebar stomata. Transpirasi dikontrol oleh perilaku
membuka dan menutupnya stomata, dimana perilaku stomata bervariasi menurut jenis
tanaman. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata
adalah asam absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal
adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup (Pugnaire dan
Pardos, dalam ebook Hamim, (2016).
Laju transpirasi biasanya dinyatakan dengan jumlah air yang diuapkan per satuan
luas daun per satuan waktu atau dalam satuan liter/m per detik atau ml/cm per detik.
Penggerak transpirasi adalah perbedaan konsentrasi uap air di ruang dalam stomata
dengan konsentrasi uap air di udara bebas. Semakin tinggi perbedaan konsentrasi uap
air antara kedua ruang tersebut akan semakin besar laju transpirasi. Besarnya laju
transpirasi dari suatu jenis tumbuhan ditentukan oleh beberapa faktor yang secara
garis besar terdiri dari:
1. Faktor luar tumbuhan: Suhu udara, kelembaban (RH), kecepatan angin, dan
intensitas cahaya.
2. Faktor dalam tumbuhan: Jumlah stomata, ukuran stomata, pembukaan stomata,
luas dan jumlah daun.
Menurut Prijono dan Laksmana (2016), suhu udara yang tinggi akan mempercepat
laju transpirasi karena suhu tinggi akan menurunkan tekanan uap udara sehingga
memacu transpirasi. Kelembaban udara berpengaruh besar terhadap laju transpirasi.
Semakin rendah RH udara akan semakin mempercepat laju transpirasi karena uap air
akan bergerak dari yang memiliki tekanan tinggi (daun) ke tekanan rendah (udara).
Adanya angin berkaitan dengan fungsinya sebagai penghilangi hambatan akibat
adanya lapisan udara lembab di sekitar daun (stomata). Dengan adanya angin maka
udara lembab yang ada di sekitar lubang stomata akan hilang sehingga akan semakin
mempercepat laju transpirasi daun (Hamim, 2016).
Daun biasanya memiliki area permukaan yang luas dan rasio permukaan terhadap
volume yang tinggi. Area permukaan yang luas meningkatkan absorbsi cahaya untuk
fotosintesis. Rasio permukaan terhadap volume yang tinggi membantu absorbsi CO2
(Campbell, 2012).
Menurut Hamim (2016), adanya angin berkaitan dengan fungsinya sebagai
penghilangi hambatan akibat adanya lapisan udara lembab di sekitar daun (stomata).
Dengan adanya angin maka udara lembab yang ada di sekitar lubang stomata akan
hilang sehingga akan semakin mempercepat laju transpirasi daun. Tumbuhan dengan
jumlah stomata yang banyak akan memiliki laju transpirasi per satuan luas yang relatif
lebih tinggi dibandingkan dengan tumbuhan yang stomatanya sedikit.
Ketika udara diam, pembukaan stoma hanya menaikkan laju transpirasi sedikit
hingga pembukaan stomata mencapai maksimum. Hal ini menunjukkan bahwa
hambatan luar stomata (boundary layer) masih besar sehingga laju transpirasi tidak
meningkat tinggi. Namun, pada udara yang bergerak (dengan angin) pembukaan
stomata menyebabkan peningkatan laju transpirasi yang sangat tinggi. Udara yang
bergerak menghilangkan hambatan boundary layer sehingga laju transpirasi meningkat
tajam sejalan dengan meningkatnya pembukaan stomata.
Perbedaan jenis tanaman berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi
mempunyai struktur akar dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi
tanaman, indeks luas daun dan conductance stomata berpengaruh terhadap
transpirasi. Volume air tanah yang mampu diserap oleh tanaman sangat bergantung
pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi akar pada tanah maka akan semakin
banyak air yang mampu diserap oleh tanaman sehingga volume air yang mengalami
transpirasi juga semakin tinggi (Campbell, 2012)
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tujuan
1. Untuk mempelajari pengaruh keadaan lingkungan sekitar terhadap proses
transpirasi dari tumbuhan.
2. Untuk mengetahui proses dan kecepatan penguapan air tumbuhan melalui proses
transpirasi.
3.2 Alat dan Bahan
 Alat  Bahan
1. Cutter 1. Tiga macam tumbuhan berbeda
2. Gelas ukur 2. Air
3. Rak tabung reaksi 3. Minyak kelapa
4. Tabung reaksi
1.3 Cara Kerja

Memotong batang atau ranting tumbuhan di bawah permukaan air.

Memasukkan tumbuhan tersebut yang sudah dipotong ke gelas ukur.

Mengisi satu gelas ukur dengan air.

Menyusun keempat gelas ukur pada tabung reaksi.

Menyamakan permukaan air pada keempat gelas ukur.

Meneteskan minyak sampai seluruh permukaan tertutup.

Meletakkan seperangkat gelas ukur diluar ruangan.

Mencatat air yang hilang setiap 10 menit selama 1 jam

Menghitun jumlah air yang hilang pada setiap 10 menit


dengan menambahkan sejumlah air.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tabel 1 Hasil Pengamatan Berdasarkan Air Yang Hilang
No Bahan Air Yang Hilang (ml) Luas
Permukaan
Daun

0 10 20 30 40 50 60 Cm cm2
mnt mnt mnt mnt mnt mnt mnt
Air + minyak
1 kelapa 0 0 0 0 0 0 0 0 0
(kontrol)

Air+ minyak
2 kelapa + 0 0 0 0,1 0,2 0,2 0,2 11,733 0,117
daun
rambusa

Air+ minyak
3 kelapa + 0 0 0,1 0,2 0,2 0,3 0,3 6,433 0,064
daun asem

Air+ minyak
4 kelapa + 0 0 0 0 0,1 0,2 0,2 28,333 0,283
daun
kuncup
merah

Tabel 2 Hasil Pengamatan Air Yang Hilang Berdasarkan Luas Permukaan Daun
No Bahan Air Yang Hilang (ml/cm2)

0 10 20 30 40 50 60
menit menit menit menit menit menit menit
1 Air + minyak
kelapa (kontrol) 0 0 0 0 0 0 0

2 Air+ minyak
kelapa + daun 0 0 0 0,854 1,709 1,709 1,709
rambusa

3 Air+ minyak
kelapa + daun 0 0 1,562 3,125 3,125 4,687 4,687
asem
4 Air+ minyak
kelapa + daun 0 0 0 0 0,353 0,706 0,706
kuncup merah
Gambar 1 Uji transpirasi berlangsung

T. Rambusa T. Kuncup Merah Kontrol T. Asem

Gambar 2 permukaan daun


Gambar 3 grafik air yang hilang
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Definisi transpirasi menurut Prijono (2016) adalah proses pergerakan air dalam
tubuh tanaman dan hilang menjadi uap air ke atmosfir. Hal ini memang betul adanya
penguapan air ke udara dan bukan hanya teori saja. Ini bisa terbukti kebenarannya
setelah kita melakukan percobaan penelitian transpirasi. Dari percobaan itu, kita dapat
menyimpulkannya.
Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh akar tanaman yang kemudian
ditransport melalui batang menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke
atmosfir adalah literatur dari Prijono (2016) memanglah terbukti. Dalam percobaan
penelitian yang telah dilakukan, bagian batang tumbuhan dipotong dan kemudian
langsung diletakkan didalam tabung reaksi yang didalamnya telah diisi air. Setelah
beberapa menit kemudian air yang berada didalam tabung reaksi mengalami
penyusutan dari sebelumnya. Hal ini berarti tumbuhan tersebut melaakukan proses
transpirasi atau penguapan ke udara.
Dalam percobaan penelitian kali ini, kita menggunakan tiga jenis tumbuhan yang
berbeda agar dapat mengetahui bagaimana faktor internal dalam proses transpirasi
jika faktor eksternalnya diperlakukan sama. Pengamatan dialkukan setiap sepuluh
menit selama satu jam. Dan hasil dari pengamatan tersebut memiliki perbedaan. Ini
menandakan, selain faktor eksternal, faktor internal juga mempengaruhi laju
transpirasi. Maka, teori dari Gandjito dan Handayani (2016) terbukti benar karena
sesuai dengan percobaan yang kita lakukan.
Perbandingan pengaruh dari faktor internal dan faktor eksternal cukup seimbang.
Jika faktor internal memenuhi syarat proses transpirasi tetapi faktor eksternal memiliki
kendala, seperti temperatur tinggi, laju transpirasi pun tidak bisa bekerja secara
optimal. Pengaruh keduanya sangat berpotensi tinggi dalam keberlangsungan proses
ini. Hal ini sesuai dengan literatur dari Wallace & Stout, dalam jurnal Prijono (2016),
laju transpirasi tanaman sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Pada tabel 1, dapat dilihat perbedaan laju transpirasi dari ketiga tumbuhan tersebut
dengan melihat hilangnya air di setiap 10 menit. Dari ketiga data tersebut, tumbuhan
asem memiliki laju transpirasi yang cepat dibandingkan tumbuhan rambusa dan
kuncup merah. Ini bisa terjadi karena daun yang dimiliki oleh tumbuhan asem itu cukup
banyak dbandingkan tumbuhan lainnya, walaupun luas penampang daun terbilang
kecil. Hal ini cukup sesuai dengan literatur Hamim (2016).
Hamim (2016) menyebutkan bahwa daun memliki luas penampang yang luas maka
laju reaksi akan tinggi. Diantara ketiga tumbuhan tersebut, daun kuncup merahlah
yang mempunyai luas penampang daun yang luas. Akan tetapi, itu tidak mempercepat
laju transpirasi dari tumbuhan itu sendiri. Justru tumbuhan kuncup merah mempunyai
laju transpirasi paling rendah daripada tumbuhan lainnya.

T. Rambusa T. Kuncup Merah Kontrol T. Asem

Gambar diatas adalah gambar tumbuhan beserta daun yang dimasukkan kedalam
tabung reaksi dan kemudian diletakkan diluar ruangan. Suhu, kelembabab udara,
energi cahaya dan angin akan berpengaruh terhadap laju transpirasi ketiga tumbuhan
tersebut. Ada satu tabung reaksi yang tidak diisi oleh tumbuhan. Itu berfungsi sebagai
kontrol, artinya jika tidak ada tumbuhan yang ditaruh didalamnya, maka tidak akan ada
penguapan air. Dengan kata lain tidak akan terjadi proses transpirasi sehingga air
didalam tabung reaksi volume awal akan sama dengan volume akhir. Hal ini sesuai
literatur dari Gardjito dan handayani (2015) bahwa transpirasi adalah proses
penguapan air dari jaringan komoditas pertanian (tumbuhan).
Pada gambar itu juga kita bisa membandingkan dengan hasil penguapan air yang
berada di tabel data 1. Tumbuhan rambusa mengalami penguapan pada sepuluh menit
ketiga sebesar 0,1ml. Dan pada sepuluh menit selanjutnya sampai satu jam, tumbuhan
mengalami penguapan sebesar 0,2. Luas permukaan daun rambusa sendiri sebesar
11,733cm. Sedangkan jika dilihat dari gambar percobaan, tumbuhan rambusa memiliki
cukup banyak daun walaupun luas penampangnya bisa terbilang cukup kecil. dari sini
bisa disimpulkan bahwa tumbuhan rambusa yang memiliki cukup banyak daun dalam
percobaan penelitian membuat laju transpirasi dari tumbuhan tesebut cukup tinggi.
Meskipun luas penampangnya tidak terlalu besar.
Tumbuhan kuncup merah memiliki luas penampaang daun yang paling lebar,
dibanding dengan yang lain, sebesar 28,333cm. Namun, laju transpirasi tumbuhan ini
sangatlah rendah dibandingkan lainnya. Tumbuhan ini mulai melakukan proses
penguapan pada menit ke 40 sebesar 0,1ml. Dan di menit ke 50 dan 60, tumbuhan
mengalami penguapan 0,2ml. Di gambar atas terlihat daun dari tumbuhan ini sedikit
walaupun daunnya lebar. Disini terbukti bahwa tidak hanya satu faktor dominan yang
mempengaruhi laju transpirasi. Akan tetapi, banyak faktor yang mempengaruhi laju
transpirasi tumbuhan kuncup merah. Dan ini sesuai dengan litratur dari Pugnaire dan
Pardos, dalam ebook Hamim, (2016) bahwa semakin banyak daun, semakin banyak
stomata dan proses transpirasi akan lebih cepat.
Secara fisik, tumbuhan asem berbanding terbalik dengan tumbuhan kuncup merah.
Begitupun dnegan laju transpirasinya. Tumbuhan asem hanya memiliki luas
penampang daun sebesar 6,433cm tetapi daun tumbuhan ini sangat banyak. Hal ini
lah yang membuat laju transpirasi tumbuhan asem menjadi sangat cepat karena
stomata semakin banyak. Di menit ke 20, tumbuhan asem telah mengalami penguapan
sebesar 0,1ml. Dan berlanjut pada menit ke 30 dan 40 sebesar 0,2ml. Tidak sampai
situ saja, pada menit ke 50 dan 60 mengalami penguapan sebesar 0.3ml. Jika
percobaan ini dilanjutkan maka akan meningkat penguapan air dari hasil transpirasi
tumbuhan asem ini.
5.2 Pertanyaan
1. Darimana air menguap?
Air menguap dari daun, lebih tepatnya di stomata. Menurut Gardjito dan Handayani
(2015), air pada jaringan tanaman akan hilang dalam bentuk uap dan keluar melalui
stomata, lentisel, kutikula, atau sel-sel epidermis lainnya. Dari literatur itu, kita
mengetahui bahwa stomatalah yang menguapkan air ke udara.
2. Bandingkan hasil percobaan dengan kontrol.
Pada tabel 1, semua hasil percobaan tanaman memiliki perbandingan dengan
kontrol. Fungsi kontrol sebenarnya cuman pembanding antara hasil percobaan
tumbuhan satu dengan tumbuhan lain. Dengan adanya kontrol kita tahu bahwa air bisa
menguap karena adanya proses transipasi yang dilakukan oleh tumbuhan. Bukan
semata mata air yang hanya ditaruh di luar ruangan kemudian mengalami penguapan
tanpa adanya tanaman yang menjadi pelaku proses transpirasi.
3. Berapa banyak air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu? Caranya
dengan menggambarkan daun diatas kertas grafik.
Pada tabel 2, terdapat data banyak air yang diuapkan pada masing-masing
Volume air yang hilang (ml)
tumbuhan dengan menggunakan, Rumus = Luas permukaan daun (cm2) = ……. ml/cm2.

A. Air yang hilang pada pada daun rambusa


0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,854 ml/cm2
0,117 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml 0,117 cm2
= 1,709 ml/cm2

B. Air yang hilang pada pada daun asem


0,1 ml
1. 0,1 ml 0,064 cm2
= 1,562 ml/cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 3,125 ml/cm2
0,064 cm2
0,3 ml
3. 0,2 ml 0,064 cm2
= 4,687 ml/cm2

C. Air yang hilang pada pada daun kuncup merah


0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,353 ml/cm2
0,283 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 0,706 ml/cm2
0,283 cm2

4. Apakah banyaknya air yang diuapkan setiap cm2 daun per satuan waktu sama
untuk semua macam tumbuhan? Kalau tidak sama apa sebabnya?
Banyak air yang diuapkan pada semua tumbuhan tentulah berbeda-beda. Adanya
banyak faktor, maka laju penguapan pun juga berbeda antar tumbuhan. Seperti dalam
literatur Wallace & Stout, dalam jurnal Prijono (2016), laju transpirasi tanaman sangat
beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
5. Buatlah grafik. Tempatkanlah waktu pada sumbu x dan banyaknya air yang
menguap pada sumbu y untuk ketiga tumbuhan tadi.

6. Faktor apa yang mempengaruhi laju transpirasi?


Menurut Wallace & Stout, dalam jurnal Prijono (2016), laju transpirasi tanaman
sangat beragam dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi tebal daun, ukuran daun, jumlah stomata, ada
tidaknya zat lilin pada daun dan jumlah trikoma daun. Sedangkan faktor eksternal
meliputi intensitas cahaya, suhu, keadaan air tanah, angin dan kelembaban udara.
Adapun menurut Hamim (2016), Besarnya laju transpirasi dari suatu jenis tumbuhan
ditentukan oleh beberapa faktor yang secara garis besar terdiri dari:
a. Faktor luar tumbuhan:
Suhu udara, kelembaban (RH), kecepatan angin, dan intensitas cahaya.
b. Faktor dalam tumbuhan:
Jumlah stomata, ukuran stomata, pembukaan stomata, luas dan jumlah daun.
BAB VI
KESIMPULAN
Simpulan
1. Transpirasi adalah proses penguapan air yang terjadi pada tumbuhan yang terjadi di
daun, pada organel stomata. Proses membuak dan menutupnya stomata sangat
berpengaruh terjadap proses transpirasi.
2. Ada faktor pendukung dalam melakukan proses transpirasi, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor faktor tersebut sangat mempengaruhi cepat lambatnya laju
transpirasi.
3. Dengan melakukan percobaan ini, penguapan air tidak hanya semata air yang
menguap karena udara saja. Akan tetapi, air menguap karena adanya proses
transpirasi oleh tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2012. Biologi Eight Edition. Jakarta : Penerbit Erlangga Diakses pada 9
Oktober.
Gardjito, M., dan Handayani, W. 2015. Penanganan Segar Hortikultura Untuk
Penyimpanan dan Pemasaran. Jakarta : Kencana. Diakses pada 9 Oktober.
Hamim. 2016. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta. Universitas Terbuka Repository. Diakses
pada 10 Oktober.
Priyono, S., dan Laksmana, M.T.S., 2016. Studi Laju Transpirasi Peltophorum
dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar Serta
Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh. J-PAL. Vol. 7. No. 1 :
16-17. Diakses pada 9 Oktober.
Setiawan, A.B., dkk. 2015. Hubungan Kemampuan Transpirasi dengan Dimensi
Tumbuh Bibit Tanaman Acacia decurrens Terkolonisasi Glomus etunicatum dan
Gigaspora margarita. Jurnal Silvikultur Tropika. Vol. 06. No. 2 : 107-113. Diakses
pada 10 Oktober.
APENDIK
Volume air yang hilang (ml)
Rumus = = ……. ml/cm2
Luas permukaan daun (cm2 )

A. Air yang hilang pada pada daun rambusa

0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,854 ml/cm2
0,117 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 1,709 ml/cm2
0,117 cm2

B. Air yang hilang pada pada daun asem

0,1 ml
1. 0,1 ml = 1,562 ml/cm2
0,064 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 3,125 ml/cm2
0,064 cm2
0,3 ml
3. 0,2 ml = 4,687 ml/cm2
0,064 cm2

C. Air yang hilang pada pada daun kuncup merah

0,1 ml
1. 0,1 ml = 0,353 ml/cm2
0,283 cm2
0,2 ml
2. 0,2 ml = 0,706 ml/cm2
0,283 cm2

Anda mungkin juga menyukai