Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

PRAKTIKUM ACARA 4

“TRANSPIRASI”

DISUSUN OLEH

Nama : ODELA PRISCILIA MURNI

NIM : F1071201020

Kelompok : 1 (Satu)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2022
Abstrak

Tumbuhan dapat melakukan transpirasi. Transpirasi adalah proses hilangnya air dengan
bentuk uap air yang berasal dari jaringan hidup tanaman. Tujuan praktikum ini yaitu
untuk mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur
kecepatan absorpsi airnya. Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode
fotometri dan semi kuantitatif. Metode fotometri dilakukan dengan mengukur
pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk yang dimana jika air yang tersedia dengan
bebas untuk tumbuhan, maka jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang
dikeluarkan oleh transpirasi. Sedangkan metode semi kuantitafif merupakan metode yang
digunakan untuk menghitung kecepatan transpirasi. Hasil dari praktikum yang dilakukan
yaitu kecepatan transpirasi berbeda-beda pada tiga kondisi. Kipas angin dan di dalam
ruangan memiliki kecepatan transpirasi yang paling tinggi yakni sebesar 0,0575 mm/s
dan yang paling rendah adalah pada kondisi di dalam ruangan yakni 0,0005 mm/s.
Sedangkan pada kondisi di luar ruangan, kecepatan transpirasi yang dihasilkan yaitu
0,02917 mm/s. Kecepatan transpirasi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal
dan eksternal yaitu faktor internal berupa besar kecilnya duan, tebal dan tipisnya daun,
memiliki lapis lilis atau tidak pada daun, banyak sedikitnya bulu yang ada pada
permukaan daun, banyak sedikitnya jumlah stomata, bentuk dan letak stomata.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi yaitu suhu, cahaya, angin,
dan temperatur serta keadaan air di dalam tanah.

Kata kunci: Pacar air (Impatiens balsamina L.), Pengaruh, Transpirasi


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumbuhan ialah salah satu makhluk hidup yang tidak dapat
bergerak secara aktif, namun dapat bergerak secara pasif. Tumbuhan pada
umumnya memiliki organ yang kompleks. Namun, ada juga beberapa
tumbuhan yang tidak mempunyai organ yang kompleks tetapi disetiap
tumbuhan tentunya memiliki jaringan pengangkut seperti xylem dan floem
yang berperan penting dalam proses kehidupan sebuah tumbuhan dan
memiliki peran untuk mengambil air dari dalam tanah, lalu
menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar seluruh organ pada
tanaman dapat berkembang secara maksimal. Proses tersebut dinamakan
dengan transportasi pada tumbuhan.
Tumbuhan juga dapat melakukan transpirasi. Transpirasi
merupakan mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang
berhubungan dengan berbagai macam kondisi yang ada di tubuhnya dan di
lingkungan sekitarnya sehingga menyebabkan terjadinya aliran air yang
berlangsung secara imbas dari akar, batang, dan daun. Aliran air itu dapat
membantu proses dari penyerapan dan transportasi air tanah di dalam
tubuh tumbuhan. Proses transpirasi diawali dari absorbsi air tanah dari
akar tanaman lalu ditransport melalui batang untuk menuju ke daun dan
dilepas (transpired) sebagai uap air ke atmosfir.
Transpirasi dapat berlangsung dengan laju atau kecepatan yang
berbeda. Laju transpirasi pada tumbuhan dipengaruhi oleh adanya
beberapa faktor. Dalam Prijono, S., & Laksmana, M. T. S (2016), laju
transpirasi dipengaruhi oleh karakter vegetasi, karakter tanah, lingkungan
dan pola budidaya tanaman. Selain itu, menurut kutipan Silaen, S (2021),
laju transpirasi dalam tumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor dalam yang
terdiri dari stomata dan daun, juga faktor luar yang terdiri dari sinar
matahari, temperatur, kelembaban udara, angin, dan keadaan air dalam
tanah.
Dalam melihat transpirasi daun pada tumbuhan, maka dilakukan
praktikum ini dengan tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.)
menggunakan metode fotometri dan semi kuantitatif untuk mengukur
kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mungukur
kecepatan absorbsi airnya. Perlakuan yang digunakan yaitu pada kondisi di
dalam ruangan, di luar ruangan, dan kipas angin dan di dalam ruangan.

B. DASAR TEORI
Transpirasi adalah suatu proses hilangnya air dengan bentuk uap
air yang berasal dari jaringan hidup tanaman dan letaknya di atas
permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dana lentisel. Selain
itu, transpirasi juga merupakan pengeluaran uap H2O beserta CO2 yang
terjadi pada siang hari ketika panas melalui stomata (mulut daun) dan
lentisel (celah batang). Terjadinya transpirasi dapat disebabkan oleh
adanya hubungan bagian tumbuhan dengan udara luar yakni melalui pori-
pori daun seperti stomata, lubang kutikula, dan lentisel oleh suatu proses
fisiologi tumbuhan (Silaen, S.,2021).
Proses tranpirasi ialah diawali dengan absorbsi air tanah yang
dilakukan oleh akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang
menuju daun dan dilepaskan (transpired) sebagai uap air ke atmosfir.
Transpirasi dikontrol oleh adanya perilaku dari membuka dan menutupnya
stomata. Perilaku stomata memiliki variasi menurut jenis dari tanaman
(Prijono, S., & Laksmana, M. T. S.,2016).
Transpirasi memiliki kecepatan yang berbeda-beda. Kecepatan
transpirasi yang tinggi pada tanaman akan meningkatkan konsentrasi uap
air di atmosfer yang berada dekat dengan tajuk tanaman (Benny.,2015).
Jika kecepatan transpirasi semakin cepat, maka pengangkutan air dan zat
hara terlarut juga semakin cepat. Transpirasi pada tanaman atau
terlepasnya air melalui kutikula hanya 5-10% dari jumlah air yang
ditranspirasikan. Air sebagian besar menguap melalui stomata yakni
sekitar 80% air ditranspirasikan berjalan melewati stomata sehingga
jumlah dan bentuk stomata sangat mempengaruhi laju transpirasi. Selain
itu, transpirasi juga terjadi melalui luka dan jaringan epidermis pada daun,
batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan akar (Silaen, S.,2021).
Transpirasi terdiri dari tiga tipe, yaitu transpirasi kutikula,
transpirasi stomata, dan transpirasi lentikuler. Transpirasi kutikula ialah
penguapan (evaporasi) air yang secara langsung terjadi melalui kutikula
epidermis. Kutikula daun relatif tidak tembus air dan jenis tumbuhan pada
transpirasi kutikula sebagian besar hanya sebesar 10% atau kurang dari
jumlah air yang menghilang melalui daun-daun. Dengan demikian,
sebagian besar air yang hilang tersebut terjadi melalui stomata. Pada
transpirasi stomata, sel-sel mesofil daunnya tidak tersusun rapat melainkan
diantara sel-sel tersebut ada ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh
dinding-dinding sel mesofil yang jenur terhadap air. Air menguap dari
dinding-dinding basar tersebut ke ruang-ruang antar sel, lalu uap air
kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel menuju
anmosfer di luar, sehingga kondisi secara normal penguapan ataau
evaporasi membuat ruang-ruang tersebut selalu jenuh terhadap uap air.
Stomata yang terbuka dapat terjadi difusi uap air ke atmosfir kecuali
keadaan atmosfir tersebut sama-sama lembab. Sedangkan transpirasi
lentikuler ialah daerah pada kulit kayu dengan sel-sel yang tersusun lepas
(dikenal alat komplementer), uap air melalui jaringan menghilang hanya
sebesar 0,1% dari total transpirasi (Silaen, S.,2021).
Transpirasi dalam menjalankan aktivitasnya dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam terdiri
dari besar kecilnya duan, tebal dan tipisnya daun, memiliki lapis lilis atau
tidak pada daun, banyak sedikitnya bulu yang ada pada permukaan daun,
banyak sedikitnya jumlah stomata, bentuk dan letak stomata. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi yaitu suhu, cahaya, angin,
dan temperatur (Binsasi.,2016). Diperjelas oleh Silaen, S (2021), stomata
merupakan faktor internal yang mempengaruhi transpirasi berupa jumlah
per satuan luas, letak atau lokasi stomata baik permukaan bawah daun atau
atas daun dan timbul atau tenggelam, waktu bukaan stomata, banyak
sedikitnya jumlah stomata, banyak sedikitnya stomata, dan bentuk
stomata. Selain stomata, daun juga faktor internal yang mempengaruhi
transpirasi yang berupa warna dari daun (kandungan klorofil daun), posisi
daun menghadap matahari atau tidak, besar kecilnya ukuran daun, tebal
tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, dan banyak
atau sedikitnya bulu pada permukaan daun. Sedangkan faktor eksternal
yang mempengaruhi transpirasi yaitu sinar matahari, temperatur,
kelembaban udara, angin, dan keadaan air di dalam tanah. Sinar matahari
dalam proses transpirasi dapat menyebabkan tertutupnya membukanya
stomata dan menutupnya stomata. Jika intensitas sinar matahari semakin
tinggi yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi semakin tinggi.
Temperatur berpengaruh pada proses transpirasi. Jika temperatur naik,
maka akan menambah tekanan uap di dalam daun dan menambah tekanan
uap di luar daun (tak setinggi tekanan yang terkurung di dalam daun)
sehingga mengakibatkan difusi yang mudah dari dalam daun ke udara
bebas. Kelembaban udara dalam transpirasi dapat menyebabkan
terhambatnya transpirasi jika udara basah dan akan lancar jika udara
kering. Angin juga berpengaruh pada proses transpirasi yakni memiliki
pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan dengan laju
transpirasi. Dengan kata lain, angin dapat meningkatkan laju transpirasi
baik di dalam naungan maupun cahaya melalui penyapuan uap air. Oleh
sebab itu, pada udara yang bergerak, besarnya lubang stomata (mulut
daun) memiliki pengaruh lebih besar pada transpirasi dibandingkan
dengan udara yang tenang. Namun, secara keseluruhan angin selalu
meningkatkan laju transpirasi. Selanjutnya keadaan air di dalam tanah juga
memiliki pengaruh pada proses transpirasi yakni laju transpirasi bisa
dipengaruhi oleh air tanah dan laju absorbsi air dari akar. Air
ditranspirasikan dengan laju yang lebih cepat pada siang hari dari pada
penyerapannya dari tanah sehingga menimbulkan deficit air di dalam
daun. Pada malam hari, laju transpirasi rendah karena suhu udara dan suhu
daun lebih rendah.
Pada pernyataan Silaen, S (2021), traspirasi memiliki kegunaan
pada tumbuhan yaitu sebagai pengangkutan air ke daun dan difusi air antar
sel, penyerapan dan pengangkutan air dan zat hara, pengangkutan asimilat,
dapat membuang kelebihan air, mengatur pembukaan stomata,
mempertahankan suhu daun, dan pengangkutan mineral serta pertukaran
energi.
Dalam mengukur transpirasi pada tumbuhan, dapat digunakan
empat cara laboratorium dalam menafsirkan laju transpirasi, yakni kertas
korbal klorida, potometer, pengumpulan uap air yang ditranspirasikan, dan
penimbangan langsung. Cara dengan kertas korbal klorida yaitu
pengukuran uap air yang hilang ke udara akan diganti oleh pengukuran
uap air yang hilang ke dalam kertas korbal klorida kering yang berwarna
biru cerah, namun menjadi biru pucat lalu berubah menjjadi warna merah
jambu jika menyerap air. Sehelai kecil kertas berwarna biru cerah
ditempelkan di permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat, begitu
juga pada bagian bawah daun. Waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
kertas warna biru menjadi warna merah jambu dijadikan ukuran laju
kehilaangan air yang berasal dari bagian daun yang ditutup kertas.
Selanjutnya, cara potometer digunakan dalam mengukur laju transpirasi
yakni untuk mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk yang
dimana jika air yang tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, maka jumlah
air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh
transpirasi. Sejalan dengan hal tersebut, dikutip dari Yani, A., & Jannah,
N. (2021), alat yang digunakan untuk mengukur besarnya laju proses
transpirasi melalui daun adalah fotometer atau transpirometer. Selanjutnya
dengan cara pengumpulan uap air. cara ini mewajibkan tumbuhan atau
bagian pada tumbuhan dikurung di sebuah bejana yang tembus
cahayasehingga uap air yang ditranspirasikan bisa dipisahkan. Sedangkan
cara penimbangan langsung yakni pengukuran transpirasi memuaskan saat
suatu tumbuhan tumbuh di dalam pot yang sudah diatur dengan
sedemikian rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah bisa
dicegah. Kehilangan air dengan cara ini pada tumbuhan dapat ditaksir
untuk jangka waktu tertentu dengan penimbangan secara langsung (Silaen,
S.,2021).
Pacar air ialah tanaman bunga hias berupa perdu famili
Balsaminaceae dan spesies Impatiens balsamina L yang asalnya dari
Afrika. Tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) menyukai tempat
yang terbuka maupun teduh. Tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.)
ini memiliki tinggi 20-60 cm dengan batang yang lurus, besar, berdaging,
berair, dan memiliki warna putih agak kemerahan. Selain itu, tanaman
pacar air (Impatiens balsamina L.) ini memiliki daun tunggal, tipis,
menyirip ganjil, bentuk seperti bulat telur, pangkalnya runcing, dan
memiliki warna hijau muda hingga hijau tua. Sedangkan untuk bunganya
tunggal, muncul di ujung batang, tersusun dalam satu rangkaian, dan tidak
tahan lama serta warna bunganya beragam seperti warna merah, merah
muda, ungu, putih, dan kuning muda. Buah pada tanaman pacar air
(Impatiens balsamina L.) berbentuk bulat telur dan ujungnya meruncing
dan buah yang muda berwarna hijau terang sedangkan yang tua berwarna
hijau kekuningan. Biji pada tanaman ini banyak, bulat, kecil-kecil, dan
berwarna cokelat dan perbanyakan tumbuhan ini menggunakan biji serta
setek pucuk (Zapino, T., dan Chaira Fitri.,2022).
C. TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum acara 4 mengenai transpirasi yaitu untuk
mengukur kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan
mengukur kecepatan absorpsi airnya.
D. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kecepatan transpirasi daun pada kondisi di dalam
ruangan, di luar ruangan, dan kipas angin dan dalam ruangan?
E. HIPOTESIS
1. H0 : Kondisi lingkungan tidak berpengaruh pada kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.)
2. H1 : Kondisi lingkungan berpengaruh pada kecepatan transpirasi
tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.)
METODOLOGI
A. WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum Anatomi Fisiologi Tumbuhan pada acara 4 mengenai
“Transpirasi” dilakukan pada hari Rabu tanggal 26 Oktober 2022 pada
pukul 10.00 WIB hingga selesai di laboratorium bawah Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura
Pontianak.
B. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu berupa fotometer,
sumbat karet berlubang, silet, ember kotak plastik, sabun cuci piring, kain
lap, dan tissu. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 3 tanaman pacar air
(Impatiens balsamina L.) yang segar, air dan vaselin.
C. METODE
Metode yang digunakan dalam melakukan praktikum ini yaitu
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum.
Dimasukkan air dalam ember kotak plastik, lalu dimasukkan dan direndam
fotometer di dalam air. Kemudian dipotong batang basal tanaman pacar air
(Impatiens balsamina L.), lalu dimasukkan ke dalam sumbat karet yang
berlubang (sebelah kanan) sampai tidak bisa bergerak. Setelah iu, sumbat
ujung fotometer yang direndam di dalam air menggunakan 1 jari, lalu
dimasukkan air pada lubang sumbat karet (sebelah kiri) dan ditutup dengan
sumbat karet. Kemudian diangkat keseluruhan fotometer dan diletakkan di
atas meja praktikum, lalu diolesi vaselin pada beberapa bagian yakni di
antara batang tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) dengan lubang
pada sumbat karet, di antara tutup dengan lubang sumbat karet, dan di
antara pipa penyambung fotometer. Setelah itu, disuntikkan cairan
berwarna orange di ujung fotometer dan dibiarkan tanaman pacar air
(Impatiens balsamina L.) melakukan transpirasi selama 20 menit (1200 s)
dan diukur kecepatan transpirasinya dari kecepatan absorbsi airnya. Hal
tersebut dilakukan dengan kondisi di dalam ruangan, luar ruangan, dan
kipas angin di dalam ruangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Setelah melakukan percobaan dengan mengamati proses transpirasi
melalui absorbsi air pada tiga perlakukan yakni pada kondisi di dalam ruangan, di
luar ruangan, dan menggunakan kipas angin di dalam ruangan, didapatkan hasil
sebagai berikut:

No Perlakuan Jarak (mm) Waktu (s) Kecepatan (mm/s)


1 Di dalam ruangan 0,6 mm 1200 s 0,0005 mm/s
2 Di luar ruangan 35 mm 1200 s 0,02917 mm/s
3 Kipas angin dan 69 mm 1200 s 0,0575 mm/s
dalam ruangan

Perhitungan:
s
Rumus: V =
t
1. Di dalam ruangan
0,6
V¿ =0,0005 mm/s
1200
2. Di luar ruangan
35
V¿ =0,02917 mm/s
1200
3. Kipas angin dan dalam ruangan
69
V¿ =0,0575 mm/s
1200

B. PEMBAHASAN
Praktikum acara 4 mengenai “Transpirasi” dengan tujuan untuk mengukur
kecepatan transpirasi daun secara tidak langsung dengan mengukur kecepatan
absorbsi airnya dilaksanakan pada tanggal 19 Oktober 2022 di Laboratorium
bawah Pendidikan Biologi Fakultas Kaguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura. Dalam melaksanakan praktikum, digunakan alat
fotometer untuk mengukur proses transpirasi, sumbat karet berlubang untuk
menyumbat fotometer bagian atas, silet untuk memotong batang tanaman
pacar air (Impatiens balsamina L.), ember kotak plastik untuk merendam
fotometer di dalam air, sabun cuci piring untuk membersihkan alat-alat
praktikum, kain lap, dan tissu. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu 3
tanaman pacar air (Impatiens balsamina L.) yang segar, air, dan vaselin untuk
penyumbatan pada beberapa bagian agar tidak bocor atau air yang ada di
fotometer tidak berkurang. Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu
metode fotometri dan semi kuantitatif. Dimana dalam praktikum digunakan
fotometri untuk mengukur kecepatan transpirasi dan kemudian dihitung
kecepatannya.
Transpirasi ialah proses hilangnya air pada tumbuhan dalam bentuk uap air
yang berasal dari jaringan hidup tanaman atau dengan kata lain transpirasi
merupakan mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang
berhubungan dengan berbagai macam kondisi yang ada di tubuhnya dan di
lingkungan sekitarnya. Dengan demikian dapat menyebabkan terjadinya aliran
air yang berlangsung secara imbas dari akar, batang, dan daun (Silaen,
S.,2021).
Berdasarkan hasil praktikum, terdapat perbedaan kecepatan transpirasi
pada setiap perlakuan (di dalam ruangan, di luar ruangan, dan kipas angin dan
dalam ruangan). Pada perlakuan di dalam ruangan diperoleh jarak 0,6 mm
dengan waktu 1200 s, sehingga kecepatan transpirasi yang didapatkan yaitu
0,0005 mm/s. Pada perlakuan di luar ruangan diperoleh jarak 35 mm dengan
waktu 1200 s, sehingga kecepatan transpirasi yang diperoleh 0,02917 mm/s.
Sedangkan pada perlakuan kipas angin diperoleh jarak 69 mm dengan waktu
1200 s, sehingga kecepatan transpirasi yang didapatkan 0,0575 mm/s.
Kecepatan transpirasi yang tertinggi terdapat pada perlakuan atau kondisi
kipas angin dan dalam ruangan yakni sebesar 0,0575 mm/s, karena terdapat
faktor yang mempengaruhinya yakni angin. Sejalan dengan itu, dalam
pernyataan Silaen, S. (2021) angin mempunyai pengaruh ganda yang
cenderung bertentangan dengan laju transpirasi yang berarti bahwa angin
cenderung meningkatkan laju transpirasi baik di dalam naungan atau cahaya
melalui penguapan air dan di dalam udara yang bergerak besar lubang stomata
memiliki pengaruh lebih besar bagi transpirasi dari pada dalam udara yang
tenang. Sedangkan kecepatan transpirasi terendah terdapat pada perlakuan di
dalam ruangan yakni 0,0005 mm/s, karena di dalam ruangan tidak terdapat
cahaya matahari yang bermakna dan juga tidak ada kelajuan angin yang
bermakna. Hal tersebut sejalan dengan Silaen, S. (2021) yang menyatakan
bahwa faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu sinar matahari, temperatur,
kelembaban udara, dan angin. Dimana di dalam ruangan sinar matahari yang
didapatkan kurang sehingga dapat memperlambat transpirasi dan temperatur
di dalam ruangan rendah sehingga dapat memperlambat transpirasi serta
kelembaban udara di dalam ruangan basah karena ada AC sehingga
memperlambat kecepatan transpirasi. Selain itu, angin di dalam ruangan
tenang sehingga tidak mempunyai pengaruh yang besar bagi kecepatan
transpirasi. Pada perlakuan atau kondisi di luar ruangan, kecepatan transpirasi
yang didapatkan yaitu 0,02917 mm/s. Dimana perlakuan dilakukan di bawah
sinar matahari. Dalam Silaen, S. (2021), matahari merupakan faktor luar yang
mempengaruhi kecepatan transpirasi karena stomata pada daun membuka dan
temperatur di luar ruangan juga tinggi sehingga menambah tekanan uap di
dalam dan di luar daun serta kelembaban udaranya kering sehingga dapat
memperlancar transpirasi.
Metode fotometri dalam mengukur kecepatan transpirasi memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu metodenya mudah dilakukan
dan alatnya juga mudah digunakan yakni menggunakan alat fotometer yang
dapat mengukur kecepatan transpirasi dengan mengukur kecepatan absorbsi
airnya. Sedangkan kekurangannya yaitu alat fotometer mudah pecah dan
bocor sehingga berpengaruh pada proses bahkan hasil percobaan yang
dilakukan.
KESIMPULAN
Setelah melaksanakan praktikum, dapat disimpulkan bahwa tranpirasi
adalah proses hilangnya air pada tumbuhan dengan bentuk uap air yang asalnya
dari jaringan hidup tanaman. Transpirasi dengan kecepatan tertinggi terdapat pada
perlakuan atau kondisi kipas angin dan di dalam ruangan yakni sebesar 0,0575
mm/s dan transpirasi terendah terdapat pada perlakuan atau kondisi di dalam
ruangan yakni 0,0005 mm/s. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan
transpirasi yaitu faktor dalam ada stomata dan daun. Sedangkan faktor luar ada
sinar matahari, kelembaban udara, temperatur, angin, dan keadaan air di dalam
tanah.
SARAN
Saran saya yaitu dalam melakukan praktikum lebih hati-hati dalam
menggunakan alat fotometer agar tidak pecah.
DAFTAR PUSTAKA

Benny, W. P., Putra, E. T. S., & Supriyanta, S. (2015). Tanggapan Produktivitas


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Variasi Iklim. Vegetalika,
4(4), 21-34.
Binsasi, R., Sancayaningsih, R. P., & Murti, S. H. (2016). Evaporasi dan
transpirasi tiga spesies dominan dalam konservasi air di daerah tangkapan air
(DTA) mata air geger kabupaten Bantul Yogyakarta. BIO-EDU: Jurnal
Pendidikan Biologi, 1(3), 32-34.
Prijono, S., & Laksmana, M. T. S. (2016). Studi Laju Transpirasi Peltophorum
dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya Tanaman Pagar
Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik Tidak Jenuh.
Indonesian Journal of Environment and Sustainable Development, 7(1).

Silaen, S. (2021). Pengaruh Transpirasi Tumbuhan dan Komponen Didalamnya.


Agroprimatech, 5(1), 14-20.
Yani, A., & Jannah, N. (2021). Konsep Dasar IPA Biologi Untuk Mahasiswa
PGSD. Aceh: Yayasan Penerbit Muhammad Zaini.
Zapino, T., & Fitri, C. (2022). Kamus Nomenklatur Flora & Fauna. Jakarta: Bumi
Aksara.
LAMPIRAN
A. Laporan Sementara

Anda mungkin juga menyukai