DISUSUN OLEH :
NPM : 196510760
KELAS : 4A BIOLOGI
Landasan Teori :
1. Proses Tranpirasi
Air merupakan salah satu factor penentu bagi berlangsungnya kehidupan
tumbuhan. Banyaknya air yang ada didalam tubuh tumbuhan selalu mengalami
fluktuasi tergantung pada kecepatan proses masuknya air ke dalam tubuh
tumbuhan, kecepatan proses penggunaan air oleh tumbuhan, dan kecepatan proses
hilangnya air dari tubuh tumbuhan. Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat
berupa cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh
tumbuhan dapat berbentuk uap atau gas ke udara di sekitar tubuh tumbuhan
dinamakan transpirasi. Transpirasi berlangsung melalui bagian tumbuhan yang
berhubungan dengan udara luar, yaitu luka dan jaringan epidermis pada daun,
batang, cabang, ranting, bunga, buah, dan bahkan akar.
Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap
dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari
jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi
kehilangna tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui stomata.
Sebagian besar dari air, sekitar 99 persen, yang masuk kedalam tumbuhan
meninggalkan daun dan batang sebagai uap air. Proses tersebut dinamakan
transpirasi. Sebagian besar dari jaringan yang terdapat dalam daun secara
langsung terlibat dalam transpirasi. Pada waktu transpirasi, air menguap dari
permukaan sel palisade dan mesofil bunga karang ke dalam ruang antar sel. Dari
ruang tersebut uap air berdifusi melalui stomata ke udara. Air yang hilang dari
dinding sel basah ini diisi air dan protoplas. Persediaan air dari protoplas, pada
gilirannya, biasanya diperoleh dari gerakan air dari sel-sel sekitarnya, dan
akhirnya tulang daun, yang merupakan bagian dari sistem pembuluh yang meluas
ke tempat persediaan air dalam tanah
Proses transpirasi pada dasarnya sama dengan proses fisika yang terlibat
dalam penguapan air dari permukaan bebas. Dinding mesofil basah yang dibatasi
dengan ruang antar sel daun merupakan permukaan penguapan. Konsentrasi uap
air dalam ruang antar sel biasanya lebih besar daripada udara luar. Manakala
stomata terbuka, lebih banyak molekul air yang akan keluar dari daun melalui
stomata dibandingkan dngan jumlah yang masuk per satuan waktu, dengan
demikian tumbuhan tersebut akan kehilangan air.
Dalam bukunya, Loveless (1991) juga menyatakan ada dua tipe transpirasi yaitu :
1) Transpirasi Kutikula.
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis.
Kutikula daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis
tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 persen atau kurang dari jumlah air
yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang
terjadi melaui stomata.
2) Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat
ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh
air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap
air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di
luar. Sehingga dalam kondisi normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali
jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi
kecualibila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap.
1) Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun.
Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air.
Sel-sel yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga
potensial airnya menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan
dibawa naik melalui pembuluh xylem sampai bagian daun.
2) Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula
ataupun lentisel.
Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan
melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada
ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.
1. Sinar matahari
Seperti yang telah dibicarakan didepan, maka sinar menyebabkan membukanya
stoma dan gelap menyebabkan tertutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama sinar
infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan tempratur. Kenaikan tempratur sampai pada suatu batas yang
tertentu menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar
transpirasi
Kita merumuskan bahwa suhu daun dan sekitarnya adalah sama. Pada
kenyataannya daun-daun yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai
suhu beberapa derajat lebih tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu
cahaya mempegaruhi transpirasi bukan hanya melalui pengendalian
pembukaan dan penutupan stomata tetapi juga melalui efek sekunder
terhadap suhu daun
Tjitrosomo (1990) merumuskan bahwa cahaya mempengaruhi laju
transpirasi melalui dua cara sebagai berikut :
a. Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan
mengabsorbsi energi radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi tersebut
yang digunakan dalam fotosintesis. Pemanasan tersebut meningkatkan
transpirasi, karena suhu daun biasanya merupakan faktor terpenting yang
mempengaruhi laju proses tersebut. Fakta yang menunjukkan bahwa daun
yang kena cahaya matahari mempunyai laju suhu yang lebih tinggi
daipada suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang cepat, bahkan
dalam udara yang jenuh.
b. Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula
mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya
stomata.
Pada siang hari, Ketika ada cahaya matahari, stomata membuka karena
meningkatnya pencahayaan, dan cahaya meningkatkan suhu daun sehungga air
menguap lebih cepat. Naiknya suhu membuat udara mampu membawa lebih
banyak kelembaban, maka transpirasi meningkat dan barangkali bukaan stomata
pun terpengaruh. Angin membawa lebih banyak CO2 dan mengusir uap air. Hal
ini menyebabkan penguapan dan penyerapan CO2 meningkat, tapi agak kurang
dari yang diduga, karena meningkatnya CO2 menyebabkan stomata menutup
sebagian. Bila daun dipanaskan oleh sinar matahari dengan panas yang melabihi
suhu udara, angin akan menurunkan suhunya. Akibatnya, transpirasi menurun.
Cahaya mempunyai hubungan langsung dengan proses fotosintesis dalam
menghasilkan karbohidrat, untuk digunakan dalam proses respirasi sampai
dihasilkan energi dalam bentuk ATP.
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi
transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam
naungan kurang lebih sama dengan suhu udara, tetapi daun yang kena sinar
matahari mempunyai suhu 10o -20o F lebih tinggi daripada suhu udara.
Pengaruh tempratur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau dari
sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan tekanan uap air di dalam daun
dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan tempratur menambah tekanan uap
di dalam daun. Kenaikan tempratur itu sudah barang tentu juga menambah
tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak di
dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada akan setinggi tekanan uap
yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada perbedaan tekanan ini, maka uap
air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas
Pada kondisi alamiah, udara selalu mengandung uap air, biasanya dengan
konsentrasi antara 1 sampai 3 persen. Sebagian dari molekul air tersebut bergerak
ke dalam daun melalui stomata dengan proses kebalika transpirasi. Laju
gerak masuknya molekul uap air tersebut berbanding dengan konsentrasi uap air
udara, yaitu kelembaban. Gerakan uap air dari udara ke dalam daun akan
menurunkan laju neto dari air yang hilang. Dengan demikian, seandainya faktor
lain itu sama,transpirasi akan menurun dengan meningkatnya kelembaban udara
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.Karena
angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma. Dengan
demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat
kesempatan untuk difusi ke luar
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan
terhadap laju transpirasi. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa angin
cenderung untuk meningkatkan laju transpirasi, baik di dalam naungan atau
cahaya, melalui penyapuan uap air. Akan tetapi, di bawah sinar matahari,
pengaruh angin terhadap penurunan suhu daun, dengan demikian terhadap
penurunan laju transpirasi,cenderung lebih penting daripada pengaruhnya
terhadap penyingkiran uap air
Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan tipis udara jenuh terbentuk
di sekitar permukaan daun yang lebih aktif bertranspirasi. Jika udara
secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat gradasi konsentrasi uap air
dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang semakin jauh semakin tidak
jenuh.Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti karena lapisan udara
jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara di sekitar permukaan
daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua tahanan yang
harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar sel ke udara
luar.Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-lubang stomata,
dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara jenuh
yang berdampingan dengan permukaan daun. Oleh karena itu dalam udara yang
bergerak, besarnya lubang stomata mempunyai pengaruh lebih besar
terhadap transpirasi daripada dalam udara tenang. Namun, pengaruh angin
sebenarnya lebih kompleks daripada uraian tadi karena kecendrungannya untuk
meningkatkan laju transpirasi sampai tahap tertentu dikacaukan oleh
kecendrungan untuk mendinginkan daun-daun sehingga mengurangi laju
transpirasi. Tetapi efek angin secara keseluruhan adalah selalu meningkatkan
transpirasi
Mekanisme Transpirasi
Kalau tekanan uap air di atmosfer lebih rendah dari rongga antar sel, uap air dari
rongga antar sel akan keluar ke atmosfer dan prosesnya disebut transpirasi.
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti
bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu
mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan
hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga
kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat
tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini,
ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi
semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang
berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang
diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke
daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun
melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut.
Proses penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses
transpirasi. Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan
proses tarikan transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam
tanah dan transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas
sebuah tanaman Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air
melawan gaya gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus
menerus berada di bawah sinar matahari
Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas
matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan
akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi,
tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk melakukan
fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.
Manfaat Transpirasi
b. Adaptasi anatomis
Sebagai contoh suatu tanaman rumput yang memiliki anatomi daun yang spesifik,
dapat mengikat CO2. Stomata tanaman CAM menutup di siang hari untuk
mengurangi kehilangan air akibat transparasi ( Fitter dan Hay, 1991).
c. Adaptasi Biokimia
Adaptasi biokimia bertujuan untuk melindungi sel-sel dan jaringan dari kerusakan
dan kematian selama keadaan kering yang berat. Contohnya biji-biji tanaman dari
species ephemeral mendukung (mengandung cukup air) untuk
perkecambahannya.
2. Pertumbuhan Bayam
Tanaman bayam sangat mudah dikenali, yaitu berupa perdu yang tumbuh tegak,
batangnya tebel berserat dan ada bebrapa jenis nya mempunyai duri. Daunnya
biasa tebal atau tipis, besar atau kecil berwarna hijau atau ungu kemerahan (pada
jenis bayam merah). Bunganya berbentuk pecut, muncul di pucuk tanaman pada
ketiak daunnya. Bijinya berukuran sangat kecil berwarna hitam atau coklat dan
mengkilap. Tanaman bayam sangat toleran terhadap perubahan keadaan iklim.
Bayam banyak ditanam di dataran rendah hingga menengah, terutama pada
ketinggian 5 - 2000 meter dari atas permukaan laut. Kebutuhan sinar matahari
untuk tanaman bayam adalah tinggi, dimana pertumbuhan optimum dengan suhu
rata - rata 20 - 300 C, curah hujan antara 1000 - 2000 mm, dan kelembaban di atas
60 %. Oleh karena itu, bayam tumbuh baik bila ditanam di lahan terbuka dengan
sinar matahari penuh atau berawan dan tidak tergenang air atau becek (Yusni B.,
Nurudin Azis, 2001).
Sistem perakarannya menyebar dangkal pada kedalaman antara 20 – 40 cm, dan
memiliki akar tunggang karena termasuk kelas Dicotyledonae ( tanaman berbiji
berkeping dua ). Batang bayam banyang mengandung air (herbaceous), tumbuh
tinggi diatas permukaan tanah. Daun bayam umumnya berbentuk bulat telur
dengan ujung agak meruncing, dan urat – urat daunnya jelas. Warna daun
bervariasi, mulai dari hijau muda, hijau tua, hijau keputih-putihan sampai warna
merah. Bunga tersusun dalam malai yang tumbuh tegak, keluar dari ujung
tanaman ataupun dari ketiak – ketiak daun (Rukmana, 2010).
Air akan bergerak dari tanah yang lembab menuju tanah yang lebih kering. Pada
tanah lembab yang jumlah persentase airnya lebih tinggi, gardien tegangannya
lebih besar dan lebih cepat perpindahannya. Pola kapilaritas air tanah dipengaruhi
oleh besarnya pengembangan tegangan dan daya hantar pori-pori dalam tanah.
Nilai efek kapilaritas tidak beraturan pada setiap bagian tanah, karena ukuran
pori-pori yang dilewatinya bersifat acak pula. Pada jenis tanah yang berbeda akan
memberikan pola pergerakan air tanah yang berbeda pula karena pola pergerakan
air tanah yang berupa gerak kapiler ini sangat dipengaruhi oleh tekstur dari tanah
tersebut, oleh karena itu kecepatan pergerakan air vertikal ke bawah dan
pergerakan horizontal di dalam tanah bergerak agak cepat sampai agak
lambat (Craig, 1991).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang
dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik
layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik
layunya telah ditunjukkan dengan baik (Frack and cleon. 1995).
Banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air
(Moisture tersion) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air
antara lain dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar
mempunyai daya menahan air lebih kecil. Sementara itu tanah yang bertekstur
halus mempunyai daya menahan air yang lebih besar. Selain itu pasir umumnya
lebih mudah kering dari pada tanah bertekstur lempung (Darmawijaya, 1990).
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah. Antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan
hara larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi tinggi,
garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang berlebihan
juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati (Sutedjo, 1992).
Gambut adalah lahan basah yang terbentuk dari timbunan materi organik
yang berasal dari sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan jasad hewan yang
membusuk. Gambut terbentuk ketika bumi menghangat sekitar tahun 9.600
Sebelum Masehi. Gambut yang terbentuk pada sekitar tahun tersebut dikenal
sebagai gambut pedalaman. Seiring meningkatnya permukaan laut, terbentuklah
gambut di daerah delta (daratan sekitar sungai) dan pantai. Berbeda dengan
gambut pedalaman, gambut di daerah ini mengandung kandungan mineral dari air
sungai dan pantai akibat pasang surut air laut dan air sungai. Lahan gambut
mengandung dua kali lebih banyak karbon dari hutan tanah mineral yang ada di
seluruh dunia. Ketika terganggu atau dikeringkan, karbon yang tersimpan dalam
lahan gambut dapat terlepas ke udara dan menjadi sumber utama emisi gas rumah
kaca.
Tanah liat ini berbeda dengan tanah-tanah pada umumnya. Oleh karena
itu, tanah ini pun bisa difungsikan sebagai bahan pembuat material bangunan
hingga kerajinan. Bahkan di Indonesia sendiri, keberadaan tanah liat ini bukan hal
yang sulit untuk ditemukan. Sehingga bisa detikers lihat, ada banyak sekali orang-
orang yang menjual batu-bata, keramik, dan genting di berbagai daerah.
Pasir adalah material konstruksi yang berwujud butiran. Butiran pada pasir,
umumnya berukuran antara 0,0625 – 2 mm. Materi pembentuk pasir adalah
silikon dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk
dari batu kapur.Hanya beberapa tanaman yang dapat tumbuh di atas pasir, karena
pasir memiliki rongga-rongga yang cukup besar. Pasir memiliki warna sesuai
dengan asal pembentukannya. Pasir sangat penting untuk bahan material
bangunan, yang biasanya dicampurkan dengan perekat yaitu semen.
Tanah gambut
Tanah pasir
KESIMPULAN
file:///C:/Users/A%20S%20U%20S/Downloads/Documents/ARH%20Tampubolon,%20AI
%20Huda,%20F%20Harahap.pdf
https://sababjalal.wordpress.com/2012/10/21/contoh-makalah-transpirasi-pada-
tumbuhan/
file:///C:/Users/A%20S%20U%20S/Downloads/Documents/000444160.pdf