FISIOLOGI TUMBUHAN
ACARA PRAKTIKUM KE II
TRANSPIRASI
NIM : 24020118140061
KELOMPOK :4
DEPARTEMEN BIOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten Praktikan
Transpirasi ialah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata, kutikula, lentisel. Proses transpirasi berlangsung
selama tumbuhan hidup. Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan
tetapi pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula
daun dalam jumlah yang sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan
membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk
berfotosintesis. Transpirasi ada dua tipe yaitu transpirasi kultikula yaitu
evaporsi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan
transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui
stomata. Hampir 97 % air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata
(Guritno dan Sitompul, 2009).
1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis.
2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui
stomata.Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel
tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel
mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-
ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-
ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal
evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecualibila atmosfer itu
sendiri sama-sama lembap. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui
transpirasi stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,
sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.
1. Kelembaban
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam
keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi
dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain ruang di dalam
daun itu jauh lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam
daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun).
2. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain, yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di
dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur
menambah tekanan uap di dalam daun.
3. Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas
(terutama siar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah
panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur
sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma
dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil
transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas
stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin
menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan
menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan
alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan
lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan
devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada
malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai
akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar
menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada
daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut .
Metode kobalt klorin pada dasarnya adalah pengukuran uap air yang hilang
melalui kertas kobal klorida. Yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada
kertas kobal klorin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Loveless (2005) bahwa
metode kobal klorin adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas
ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah
menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan
pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian
bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi
merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup
kertas. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa memang terjadi transpirasi
pada daun Begonia sp baik pada keadaan gelap ataupun terang. Hal ini dapat
diketahui dari angka laju transpirasi yang dapat didapat dari lamanya waktu
perubahan warna kertas kobal klorinnya.
Kobalt klorida dapat menjadi indikator adanya trasnpirasi atau tidak. Hal
ini ditandai dengan berubahnya warna biru menjadi merah. Warna merah
disebabkan oleh adanya ion Co(H₂O)̣̣̣₆²⁺.
̣̣̣ Hal ini sesuai dengan pernyataan Chang
(2005) bahwa Kobalt (II) klorida adalah zat padat yang berbentuk kristal berwarna
biru, sangat mudah menyerap air, bahkan mengikat uap air dalam udara. Zat
padatnya yang kering tetapi segera berubah menjadi merah jika kena air atau uap
air. Karena sifatnya itu ia dapat digunakan untuk menguji kelembaban udara. Kertas
kobalt (II) klorida digunakan untuk menguji apakah suatu cairan mengandung air
atau tidak. Perubahan terjadi dari biru menjadi merah. Kobalt (II) klorida berwarna
merah karena kehadiran ion Co(H₂O)̣̣̣₆²⁺
̣̣̣ bila ditambahkan HCl, larutan berubah
menjadi biru, akibat pembentukan ion kompleks CoCl₄²⁻. Reaksinya sebagai
berikut :
Transpirasi dimulai saat air berpindah ke rongga antar sel akibat dari gradien
konsentrasi. Air yang berada dirongga antar sel akan berhubungan langsung dengan
atmosfir (saat stomata membuka ), sehingga pada saat tekanan udara atmosfir lebih
rendah dibanding pada ruang antar sel, uap air dari ruang antar sel akan keluar ke
atmosfir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darmanti, dkk (2018) bahwa
Mekanisme transpirasi melalui daun dimulai dengan perpindahan air dalam sel-sel
mesofil ke rongga antar sel (terutama yang memiliki jaringan spon). Pemindahan
ini akan tetap berlangsung sampai ruang anta sel jenuh air. Perpindahan air ke ruang
antar sel ini meyebabkan sel mesofil kekurangan air sehingga potensial airnya
turun. Kekurangan air ini akan diganti dengan air yang berasal dari xilem pada
tulang daun, dan berturut-turut akan digantikan oleh air dari batang dan akar. Pada
saat stomata membuka, air yang tertampung di dalam ruang antar sel akan
berhubungan langsung dengan atmosfir, sehingga pada saat tekanan udara atmosfir
lebih rendah dibanding pada ruang antar sel, uap air dari ruang antar sel akan keluar
ke atmosfir.
BAB V
KESIMPULAN
6.1 Pada daun Begonia sp terjadi transpirasi yang ditandai dengan berubahnya
warna pada kertas yang telah direndam kobal klorit. Laju transpirasi pada
kondisi terang lebih cepat dari pada pada gelap.
6.2 Pada kondisi berangin laju transpirasi juga akan meningkat karena masa udara
disekitar daun terbawa dan hal ini menyebabkan tekanan uap udara diluar
menurun
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Darmanti,Sri,.Endah Dwi Hastuti,.Munifatul Izzati,.Yulita Nurchayati.2018.
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Semarang : Biologi Undip
Guritno, B. Dan Sitompul, S.M.2009. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
: UGM Press.
Haryanti , dan T.Teirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun
Kedelai (Glycine max L merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Jurnal Bioma. 11(1)
: 18 -32
Loveless, A.R . 2005 . Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta : PT. Gramedia
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Priambodo, Guntur.,dkk. 2011. Transpiration Factor, Peaking Factor And Plants
Capacity Of Jatropha In Phytoremediation Of Mercury Polluted Soil.
International journal of Academic Research. 3(1) : 14-17.