Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA PRAKTIKUM KE II

TRANSPIRASI

NAMA : Khevalin Kwardoyo

NIM : 24020118140061

KELOMPOK :4

HARI/TANGGAL : Kamis, 12 September 2019

ASISTEN : Noor Laila Safitri

LABORATORIUM BSF TUMBUHAN

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Semarang, 12 September 2019

Mengetahui,
Asisten Praktikan

Noor Laila Safitri Khevalin Kwardoyo


24020117130055 24020118140061
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Transpirasi ialah proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan
tumbuhan melalui stomata, kutikula, lentisel. Proses transpirasi berlangsung
selama tumbuhan hidup. Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan
tetapi pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-daun.
Sebagian besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula
daun dalam jumlah yang sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan
membuka stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk
berfotosintesis. Transpirasi ada dua tipe yaitu transpirasi kultikula yaitu
evaporsi air yang terjadi secara langsung melalui kutikula epidermis dan
transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui
stomata. Hampir 97 % air dari tanaman hilang melalui transpirasi stomata
(Guritno dan Sitompul, 2009).

Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun


luar. Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan
letak stomata. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2,
cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersediannya air tanah. Angin dapat
pula mempengaruhi laju transpirasi jika udara melewati permukaan daun
tersebut lebih kering dari udara tumbuhan sekitas tersebut. Transpirasi
mempunyai manfaat bagi tanaman antara lain: meningkatkan daya hisap daun
pada penyerapan air, mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi
penyerapan yang berlebihan, mempercepat laju pengangkkutan dan penyerapan
unsur hara melalui pembuluh xilem, menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap
pada kondisi optimal, pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel, sebagai
salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu, pengangkutan asimilat,
pengaturan bukan stomata (Sasmitamiharja, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana terjadinya transpirasi pada daun tanaman Begonia sp ?
1.2.2 Bagaimana pengaruh angin terhadap laju transpirasi ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mampu membuktikan terjadinya transpirasi pada daun tanaman Begonia
sp
1.3.2 Mampu mengetahui pengaruh angin terhadap kecepatan transpirasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Peranan Transpirasi Pada Tumbuhan


Transpirasi dalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa
cairan dan uap atau gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan
dapat berbentuk gas ke udara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi (Loveless,
2005). Transpirasi yang terjadi dapat membantu penyerapan mineral dari tanah dan
pengangkutannya dalam tumbuhan. Tumbuhan tidak tumbuh dengan baik bila
transpirasi sangat kurang karena sel berfungsi paling baik dalam keadaan sedikit
kahat air. Transpirasi juga berperan dalam pertukaran energi. Transpirasi
merupakan proses pendinginan. Daun akan beberapa derajat lebih panas jika tidak
terjadi transpirasi. Penguapan air merupakan proses pendinginan yang kuat.
Molekul air yang berkecepatan tinggi menguap dan ketika meninggalkan zat cair,
kecepatan molekul yang tertinggal menjadi lebih kecil berarti zat cair tersebut lebih
dingin (Salisbury dan Ross, 2005). Menurut Lakitan (2008) transpirasi mempunyai
manfaat bagi tanaman antara lain:
1. Meningkatkan daya isap daun pada penyerapan air
2. Mengurangi jumlah air dalam tumbuhan jika terjadi penyerapan yang
berlebihan.
3. Mempercepat laju pengangkutan dan penyerapan unsur hara melalui
pembuluh xylem
4. Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
5. Sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
6. Pengangkutan air ke daun dan difusi air antar sel.
7. Pengangkutan asimilat.
8. Pengaturan bukaan stomata.
2.2 Tipe Transpirasi

Transpirasi terjadi dalam setiap bagian tumbuhan (biarpun hanya


sedikit), pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun-
daun.

Menurut Loveless (2005) ada dua tipe transpirasi yaitu :

1. Transpirasi kutikula yaitu evaporasi air yang terjadi secara langsung melalui
kutikula epidermis.
2. Transpirasi stomata yang dalam hal ini kehilangan air berlangsung melalui
stomata.Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel
tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel
mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding basah ini ke ruang-
ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-
ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi normal
evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata
terbuka, difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecualibila atmosfer itu
sendiri sama-sama lembap. Hampir 97% air dari tanaman hilang melalui
transpirasi stomata. Kutikula daun secara relatif tidak tembus air dan pada
sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau
kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu,
sebagian besar air yang hilang terjadi melalui stomata.

2.3 Mekanisme Transpirasi


(Salisbury dan Ross, 2008).
Banyak air yang harus hilang melalui transpirasi untuk membesarkan
tumbuhan karena rangka molekul semua bahan organik pada tumbuhan terdiri
dari atom karbon yang harus diperoleh dari atmosfer. Karbon masuk ke dalam
tubuh sebagai karbon dioksida melaui pori stomata, yanag paling banyak
terdapat pada permukaan daun dan air keluar secara difusi melalui pori yang
sama saat stomata terbuka (Salisbury dan Ross, 2008).
Mekanisme transpirasi melalui daun dimulai dengan perpindahan air
dalam sel-sel mesofil ke rongga antar sel (terutama yang memiliki jaringan
spon). Pemindahan ini akan tetap berlangsung sampai ruang anta sel jenuh
air. Perpindahan air ke ruang antar sel ini meyebabkan sel mesofil kekurangan
air sehingga potensial airnya turun. Kekurangan air ini akan diganti dengan
air yang berasal dari xilem pada tulang daun, dan berturut-turut akan
digantikan oleh air dari batang dan akar. Pada saat stomata membuka, air yang
tertampung di dalam ruang anat sel akan berhubungan langsung dengan
atmosfir, sehingga pada saat tekanan udara atmosfir lebih rendah dibanding
pada ruang antar sel, uap air dari ruang antar sel akan keluar ke atmosfir. Dan
proses ini disebut sebagai (Darmanti dkk, 2018).

2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi


Proses transpirasi dipengaruhi banyak faktor, baik faktor dalam maupun luar.
Faktor dalam antara lain besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapis lilin atau
tidaknya permukaan daun, banyak sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak
sedikitnya stomata, bentuk dan letak stomata (Salisbury dan Ross, 2008).
2.4.1 Faktor Internal
Menurut Priambodo, dkk (2011) faktor internal yang mempengaruhi
transpirasi yaitu :
1. Penutupan Stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak
tetapi peningkatan kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing
satuan penambahan pelebaran stomata.
2. Jumlah dan Ukuran Stomata
Kebanyakan daun tanaman yang produktif mempunyai banyak
stomata pada kedua sisi daunnya. Jumlah dan ukuran stomata yang
dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan
3. Jumlah Daun
Makin luas daerah permukaan daun, makin besar transpirasi .
4. Penggulungan atau Pelipatan Daun
Banyak tanaman yang mempunyai mekanisme dalam daun yang
menguntungkan pengurangan transpirasi apabila perairan terbatas.
5. Kedalaman dan Proliferasi Akar
Perakaran yang lebih dalam meningkatkan ketersediaan air dan
proliferasi akar meningkatkan pengambilan air dari suatu satuan volume
tanah sebelum terjadi pelayuan tanaman.

2.4.2 Faktor Eksternal


Menurut Priambodo,dkk (2011) faktor eksternal yang mempengaruhi
transpirasi yaitu :

1. Kelembaban
Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam
keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi
dari pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain ruang di dalam
daun itu jauh lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi
molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di dalam
daun) ke konsentrasi yang rendah (di luar daun).
2. Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap transpirasi daun dapat pula ditinjau
dari sudut lain, yaitu di dalam hubungannya dengan tekanan uap air di
dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan temperatur
menambah tekanan uap di dalam daun.
3. Sinar matahari
Sinar matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas
(terutama siar infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah
panas, dengan demikian menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur
sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan melebarnya stoma
dan dengan demikian memperbesar transpirasi.
4. Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling
bertentangan terhadap laju transpirasi. Angin menyapu uap air hasil
transpirasi sehingga angin menurunkan kelembanan udara diatas
stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air. Namun jika angin
menyapu daun, maka akan mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan
menurun dan hal ini dapat menurunkan tingkat transpirasi.
5. Kandungan air tanah
Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh kandungan air tanah dan
alju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air ditranspirasikan
lebih cepat dari pada penyerapan dari tanah. Hal tersebut menyebabkan
devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar, pada
malam hari terjadi sebaliknya. Jika kandungan air tanah menurun sebagai
akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar
menjadi lambat. Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air pada
daun dan menurunkan laju transpirasi lebih lanjut .

2.5 Metode Pengukuran Laju Transpirasi


Pengukuran laju transpirasi tidak terlalu mudah dilakukan. Kesulitan
utamanya adalah karena semua cara pengukuran traspirasi mengharuskan
penempatan suatu tumbuhan dalam berbagai kondisi yang mempengaruhi laju
transpirasi. Menurut Loveless (2005) ada empat cara laboratorium untuk
menaksir laju transpirasi yaitu :
1. Kertas korbal klorida
Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke
udara yang diganti dengan pengukuran uap airyang hilang ke dalam kertas
kobal klorida kering. Kertas ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru
pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air.
Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan
ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian bawah daun. Waktu
yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi merah jambu
dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas.
2. Potometer
Alat ini mengukur pengambilan air oleh sebuah potongan pucuk,
denga asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah
air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi.
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan dikurung
dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasikan
dapat dipisahkan.
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari
tumbuhan yang tumbuh dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa
sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah dapat dicegah. Kehilagan
air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untukjangka waktu tertentu dengan
penimbangan langsung.
BAB III
METODE
3.1 Alat
1. Stop watch
2. Oven
3. Alat tulis
4. Klip
3.2 Bahan
1. Tanaman Begonia sp
2. Kobal klorit
3. Kertas saring
3.3 Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Kertas saring dipotong lalu direndam dalam larutan kobalt klorit dan
dikeringkan dalam oven
3. Enam tanaman Begonia sp disiapkan tiga tanaman ditempatkan pada tempat
yang teduh dan tiga tanaman lain ditempatkan pada tempat panas
4. Kertas kobalt klorit dikeluarkan dari dalam oven dan dengan cepat
ditempelkan menjadi dua bagian (permukaan atas dan bawah) pada daun
Begonia sp. dengan bantuan klip, lalu di dokumentasikan
5. Waktu yang dibutuhkan mulai dari kertas kobalt klorit ditempelkan hingga
terjadi perubahan warna berupa bercak merah pada kertas kobalt klorit dicatat
lalu didokumentasikan
6. Lakukan percobaan diatas dengan ketentuan kelompok 1-4 untuk percobaan
di tempat terang sedangkan kelompok 5-8 di tempat teduh
7. Data kelompok dikompilasi menjadi data kelas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Fisiologi Tumbuhan Acara II yang berjudul “Transpirasi”


dilaksanakan pada hari Kamis 12 September 2019 di Laboratorium Biologi Struktur
dan Fungsi Tumbuhan Departemen Biologi FSM UNDIP. Tujuan dari praktikum
ini adalah mampu membuktikan terjadinya transpirasi pada daun tanaman Begonia
sp dan mampu mengetahui pengaruh angin terhadap kecepatan transpirasi. Bahan
yang digunakan adalah tanaman Begonia sp dan kobal klorit. Alat yang digunakan
antara lain kertas saring, kipas angin, stopwatch, oven, alat tulis, dan klip. Cara
kerja yang dilakukan yaitu menempelkan potongan kertas saring pada daun
tumbuhan Begonia sp di tempat kering dan terang yang mana sebelumnya kertas
saring telah direndam dalam kobalt klorida dan dikeringkan. Kemudian kertas
saring yang telah berwarna biru akibat kobalt klorida akan berubah mejadi warna
merah keputihan jika ditempel pada daun. Hasil waktu yang diukur dengan
stopwatch kemudian dicatat.

Transpirasi adalah proses hilangnya air pada bagian tubuh tumbuhan


berupa uap. Hal ini sesuai dengan pernyataan Loveless (2005) bahwa transpirasi
dalah proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau
gas. Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas
ke udara disekitar tumbuhan dinamakan transpirasi.

Ulangan Waktu (s)


1 -
2 2.58
3 -
4 2.50
Rata-rata 2.54
Tabel 4.1 Waktu Transpirasi di Tempat Teduh
Ulangan Waktu (s)
1 1.58
2 1.39
3 1.44
4 1.50
Rata-rata 1.57
Tabel 4.2 Waktu Transpirasi di Tempat Terik

Berdasarkan hasil pengamatan didapat pada kondisi teduh ulangan 2 laju


transpirasinya 2 menit 58 detik dan ulangan 4 laju trasnpirasinya 2 menit 50 detik .
ulangan 1 dan 3 tidak dipakai karena mempunyai waktu yang terlampau jauh dari
yang lainnya. Rata-rata laju transpirasi pada kondisi teduh adalah 2 menit 54 detik.
Hasil laju trasnpirasi yang didapat pada kondisi panas (terkena sinar matahari)
adalah ulangan 1 membutuhkan waktu 1 menit 58 detik, 1 menit 39 detik pada
ulangan 2, 1 menit 44 detik pada ulangan 3, 1 menit 50 detik untuk ulangan 4 dan
rata-ratan laju transpirasinya adalah 1 menit 57 detik. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa laju transpirasi pada tempat terang lebih cepat dari pada
tempat gelap karena pada saat terang, stomata pada daun akan terbuka yang
menyebabkan naiknya laju transpirasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Priambodo, dkk (2011) bahwa sinar matahari menyebabkan membukanya stoma
dan gelap menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar berarti juga
mempergiat transpirasi. Karena sinar itu juga mengandung panas (terutama siar
infra-merah), maka banyak sinar berarti juga menambah panas, dengan demikian
menaikkan temperatur. Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu
menyebabkan melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi.

Digunakan tumbuhan Begonia sp dalam praktikum karena termasuk salah


satu tumbuhan herbaceus atau yang berbatang lunak karena mengandung banyak
air. Hal ini sesuai dengan Tjitrosoepomo (2009) bahwa tumbuhan herbaceus adalah
tumbuhan yang batangnya lunak dan sukulen serta jaringan sekundernya sedikit.
Termasuk didalamnya adalah kelompok tumbuhan hias seperti Begonia spp,
Anthurium spp, Caladium spp, dan lain-lain. Digunakan kertas saring karena
berfungsi untuk alat penyerapan air yang terkandung dalam tumbuhan herbaceus
tersebut.

Koblat klorit berfungsi sebagai indikator terjadinya trasnpirasi. Kertas


saring sebagai media peresap koblat klorit. Dilakukan dua perlakuan yaitu Begonia
sp yang diletakkan pada tempat teduh dan terik dengan tujuan membandingkan laju
transpirasi antara keduanya. Hal ini sesuai dengan peryataan Lakitan (2008) bahwa
kobalt klorit berfungsi sebagai indikator terjadinya traspirasi yang akan meresap
pada kertas saring agar dapat ditempelkan pada daun. Begonia sp diletakkan pada
tempat terang dan gelap untuk mengetahui perbedaan laju transpirasi dan faktor apa
saja yang mempengaruhi trasnpirasinya.

Metode kobalt klorin pada dasarnya adalah pengukuran uap air yang hilang
melalui kertas kobal klorida. Yang ditandai dengan adanya perubahan warna pada
kertas kobal klorin. Hal ini sesuai dengan pernyataan Loveless (2005) bahwa
metode kobal klorin adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara yang diganti
dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobal klorida kering. Kertas
ini berwarna biru cerah dan tetapi menjadi biru pucat dan kemudian berubah
menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan
pada permukaan daun dan ditutup dengan gelas preparat. Demikian juga bagian
bawah daun. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru kertas menjadi
merah jambu dijadikan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup
kertas. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa memang terjadi transpirasi
pada daun Begonia sp baik pada keadaan gelap ataupun terang. Hal ini dapat
diketahui dari angka laju transpirasi yang dapat didapat dari lamanya waktu
perubahan warna kertas kobal klorinnya.
Kobalt klorida dapat menjadi indikator adanya trasnpirasi atau tidak. Hal
ini ditandai dengan berubahnya warna biru menjadi merah. Warna merah
disebabkan oleh adanya ion Co(H₂O)̣̣̣₆²⁺.
̣̣̣ Hal ini sesuai dengan pernyataan Chang
(2005) bahwa Kobalt (II) klorida adalah zat padat yang berbentuk kristal berwarna
biru, sangat mudah menyerap air, bahkan mengikat uap air dalam udara. Zat
padatnya yang kering tetapi segera berubah menjadi merah jika kena air atau uap
air. Karena sifatnya itu ia dapat digunakan untuk menguji kelembaban udara. Kertas
kobalt (II) klorida digunakan untuk menguji apakah suatu cairan mengandung air
atau tidak. Perubahan terjadi dari biru menjadi merah. Kobalt (II) klorida berwarna
merah karena kehadiran ion Co(H₂O)̣̣̣₆²⁺
̣̣̣ bila ditambahkan HCl, larutan berubah
menjadi biru, akibat pembentukan ion kompleks CoCl₄²⁻. Reaksinya sebagai
berikut :

Co²⁺(aq) + 4Cl⁻(aq)  CoCl₄²⁻ (aq)

Transpirasi dimulai saat air berpindah ke rongga antar sel akibat dari gradien
konsentrasi. Air yang berada dirongga antar sel akan berhubungan langsung dengan
atmosfir (saat stomata membuka ), sehingga pada saat tekanan udara atmosfir lebih
rendah dibanding pada ruang antar sel, uap air dari ruang antar sel akan keluar ke
atmosfir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Darmanti, dkk (2018) bahwa
Mekanisme transpirasi melalui daun dimulai dengan perpindahan air dalam sel-sel
mesofil ke rongga antar sel (terutama yang memiliki jaringan spon). Pemindahan
ini akan tetap berlangsung sampai ruang anta sel jenuh air. Perpindahan air ke ruang
antar sel ini meyebabkan sel mesofil kekurangan air sehingga potensial airnya
turun. Kekurangan air ini akan diganti dengan air yang berasal dari xilem pada
tulang daun, dan berturut-turut akan digantikan oleh air dari batang dan akar. Pada
saat stomata membuka, air yang tertampung di dalam ruang antar sel akan
berhubungan langsung dengan atmosfir, sehingga pada saat tekanan udara atmosfir
lebih rendah dibanding pada ruang antar sel, uap air dari ruang antar sel akan keluar
ke atmosfir.
BAB V
KESIMPULAN

6.1 Pada daun Begonia sp terjadi transpirasi yang ditandai dengan berubahnya
warna pada kertas yang telah direndam kobal klorit. Laju transpirasi pada
kondisi terang lebih cepat dari pada pada gelap.
6.2 Pada kondisi berangin laju transpirasi juga akan meningkat karena masa udara
disekitar daun terbawa dan hal ini menyebabkan tekanan uap udara diluar
menurun
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Erlangga.
Darmanti,Sri,.Endah Dwi Hastuti,.Munifatul Izzati,.Yulita Nurchayati.2018.
Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Semarang : Biologi Undip
Guritno, B. Dan Sitompul, S.M.2009. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta
: UGM Press.
Haryanti , dan T.Teirina. 2009. Optimalisasi Pembukaan Porus Stomata Daun
Kedelai (Glycine max L merril) Pada Pagi Hari dan Sore. Jurnal Bioma. 11(1)
: 18 -32
Loveless, A.R . 2005 . Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik.
Jakarta : PT. Gramedia
Lakitan, B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Priambodo, Guntur.,dkk. 2011. Transpiration Factor, Peaking Factor And Plants
Capacity Of Jatropha In Phytoremediation Of Mercury Polluted Soil.
International journal of Academic Research. 3(1) : 14-17.

Sasmitamihardja, Drajat. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 2005. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB


Taiz, L. and E. Zeiger. 2008. Plant Physiology 2nd ed.SinauerAssociates.
Massachucetts : Inc. Publ.
Tjitrosoepomo, H. S. 2009. Botani Umum. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai