DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK III
SARASWATI (H041171023)
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia
penulisan makalah ini dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis
dapat menyelasaikan penulisan makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak
terdapat kekurangan.
berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
ini masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun
dari segi penulisanya. Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan
makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………....2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...3
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………....6
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...45
3
BAB I
PENDAHULUAN
pada lahan pertanian bisa disebabkan oleh adanya hama, penyakit, maupun gulma.
Penyakit yang terjadi pada tumbuhan dapat disebabkan oleh mikroorganime dari
berbagai jenis. Salah satu jenis patogen yang menyerang diantaranya adalah dari
hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga,
misalnya buah, akan menjadi busuk. Jika menyerang bagian ranting dan
bercak tersebut akan keluar jamur berwarna putih atau oranye yang dapat meluas
ke seluruh permukaan ranting atau daun sehingga pada akhirnya kering dan
rontok. Tanaman bunga hias merupakan salah satu jenis tanaman yang dapat
tanaman tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka disusunlah maklah ini untuk
4
1.2 Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Puccinia horiana
karat putih (white rust). Jamur ini menyerang tanaman krisan Dendranthema
grandiflora Pzvelev (Yusuf et al., 2014). Menurut Hutabarat (2014) jamur ini
merupakan jamur yang bersifat obligat, yang berarti patogen ini hanya dapat
berbentuk gada bersel 2 dan agak melekuk pada sekat. Ukuran spora adalah ± 40-
43 µm x 16-17,5 µm. Hal ini sesuai dengan literatur Semangun (2007) yang
gada berukuran 30-52 x 11-18 µm bersel 2 atau terkadang bersel 3 atau 4, agak
(a) (b)
Gambar 1. (a) bentuk spora (b) gejala dari patogen Puccinia horiana
(Hutabarat et al., 2014)
kuning keputihan pada bagian atas daun. Pada serangan lanjut bagian atas daun
akan tampak seluruh permukaan daun didominasi dengan bercak berwarna kuning
6
keputihan yang menyerang hampir seluruh daun pada tanaman. Pada bagian
dan Suhardi (2008) menyatakan gejala pada tanaman krisan yang terserang karat
daun pada bagian bawah daun terdapat bercak berwarna kuning keputihan yang
segera menjadi
coklat.
7
Gambar 2. Permukaan atas dan bawah daun yang terserang Puccinia horiana
Siklus hidup dari Puccinia horiana dimulai dari germinasi teliospora yang
berasal dari pustul. Teliospora bergerminasi pada kelembaban relative sekitar >96
% dan pada temperature sekitar 170C -24 0C (optimum pada suhu 170C).
akan mendarat pada permukaan daun krisan yang memiliki lapisan air. 2 jam
setelah perlekatan dari basidiospora akan terbentuk hifa yang akan berpenetrasi
pada pada jaringan daun. Penetrasi juga dapat berlangsung sekitar 5 jam ketika
bercak klorotik pada permukaan daun setelah 7-10 hari. Kemudian pada bagian
bawah daun akan terbentuk pustul yang berisi teliospora yang siap menginfeksi
8
Penyakit karat daun berkembang baik pada saat kelembaban yang tinggi
pada areal pertanaman. Selain kelembaban yang tinggi jarak tanaman yang sangat
Kondisi yang baik untuk perkembangan penyakit adalah kelembaban yang tinggi
dan lapisan embun pada permukaan daun (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, 2006).
menyebabkan penyakit karat daun pada tanaman mawar. Gejala yang ditimbulkan
berupa bintik-bintik warna jingga kemerah-merahan pada sisi bawah daun, pada
sisi daun atas terdapat bercak bersudut warna kemerah-merahan. Daun yang
terserang berat akan mudah gugur (rontok). Pada permukaan bawah daun terdapat
pada spesies inang tunggal). Selama siklus biologisnya jamur ini mempunyai lima
mengandung 6-8 sel dengan dinding yang sangat gelap dan kasar dan tangkai
panjang (pedicel) yang mudah terlepas dari lesi daun. Jamur ini menghasilkan hifa
dan haustoria interselular yang terlibat dalam penyerapan nutrisi dari sel-sel hidup
9
Gambar 4. Hasil pengamatan dengan Scanning electron micrograph A.
Uredospora dan teliospora B. Uredospora (Parvu et al., 2012).
Gambar
5. Struktur
Gambar 6.
Sayatan
melintang pada daun mawar yang menunjukkan hifa dan hautorium jamur
10
Phragmidium
mucronatum A. Hifa (hy)
pada ruang antar sel
dan B.
Haustorium (hl) di bagian
sel mesofil (Parvu et
al., 2012).
11
Gambar 8. Siklus hidup Phragmidium mucronatum
Belanda terdapat sekitar 10.000 hektar menghasilkan 1 miliar bunga dan 2 miliar
umbi. Sebagian besar kultivar Tulipa gesneriana digunakan untuk produksi bunga
potong. Salah satu jenis jamur yang dapat menyerang tulip yaitu jamur Botrytis
tulipae (Lib.) Lind. Jamur ini dapat menginfeksi umbi, daun, dan bunga (Straathof
et al., 2014). Infeksi dari jamur ini dapat menyebabkan tunas kerdil, daun
12
bengkok dan rusak. Pada keadaan yang lembab akan nampak corak berwarna
Gejala lainnya yaitu timbulnya bintik-bintik pada daun tulip. Bintik-bintik ini
Gambar 9. Gejala yang ditimbulkan berupa tunas kerdil daun bengkok dan rusak.
dapat menyebar ke
dapat menyebabkan
13
membuka. Bintik bintik melepuh dapat berkembang pada bunga tulip. Jamur yang
menginfeksi umbi dapat menimbulkan lesi pada kulit luar umbi (Departement of
melepuh.
umbi
Spora mikroskopis (konidia) dapat disebarkan oleh angin dan cipratan air
Spora Botrytis tulipae dapat bertahan hingga enam minggu di permukaan tanah
lembab. Jamur ini tumbuh pada kisaran suhu 5-27°C. Siklus hidup dari Botrytis
14
tulipae dimulai dari germinasi kodinidiaspora yang akan berkembang menjadi
hifa. Hifa yang terbentuk akan berpenetrasi pada tanaman tulip dan menyebabkan
kerusakan
(Departement of crop
science, 2000).
berwarna kelabu, dengan konidium lonjong atau hampir bulat, berukuran 12-
berbentuk seperti gelembung yang dibatasi oleh sekat berwarna putih, abuabu,
15
hingga cokelat kemudian membentuk miselium yang bercabang dan bersekat.
pada ujungnya dan membentuk dikotomi atau trikotomi. Semakin tua umur
konidiofor, warnanya semakin cokelat pada bagian ujung dan lebih terang
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Botrytis cinerea, dengan gejala pada
tajuk bunga terjadi hawar atau busuk bunga. Penyakit muncul pada waktu musim
penghujan. Jamur ini setelah menghasilkan spora dan berkecambah pada tajuk
bunga terjadi bercak yang kecil dan bundar. Cuaca yang lembap bercak dapat
berkembang dan tajuk bunga tampak seperti diliputi lapisan kelabu kecoklatan
16
Gambar 15. Gejala serangan Botrytis cinerea
Faktor yang mempengaruhi
Penyakit biasanya hanya terjadi pada musim hujan pada kondisi yang sangat
dapat
sari yang telah terinfeksi oleh jamur B. cinerea pecah lalu terbawa oleh angin.
Serbuk sari kemudian menempel pada permukaan tanaman lain. Tanaman tersebut
akan terinfeksi jamur B. cinerea dari serbuk sari yang menempel tadi. Dengan
17
Gambar 16. Siklus hidup B. cinerea
Air dan hembusan angin adalah pembawa yang paling efektif dalam
proses penularan jamur ini pada tanaman pada fase spora. Selain itu beberapa
jenis serangga juga merupakan pembawa potensial jamur ini seperti lebah dan
aphid. Cuaca yang dingin dengan temperatur rendah serta kelembaban yang tinggi
daur hidupnya.
menghasilkan berbagai jenis spora. Sementara beberapa spora ini memiliki tutup
untuk periode waktu yang lama (musim dingin, kekurangan nutrisi, dll.) Yang lain
18
hanya dapat bertahan untuk jangka waktu terbatas (dari beberapa minggu hingga
sekitar 3 bulan).
5. Gejala busuk pangkal batang bunga lili merah oleh Sclerotium rolfsii
Deskripsi jamur
putih saat muda, dan menjadi cokelat tua saat matang,. Pada hifa dijumpai adanya
penampakan gejala berupa klorosis pada daun, pangkal batang, dan umbi tanaman
yang terinfeksi; kemudian tanaman layu pada tingkat serangan lebih lanjut.
tinggi terbentuk sklerotium berwarna putih atau cokelat krem sampai cokelat tua
dengan diameter 1–3 mm. S. rolfsii pada umumnya yang telah ditemukan, yaitu
massamiselium berwarna putih seperti kapas dan 7 hari setelahnya tampak butiran
daun layu dan akhirnya tanaman rebah yang terjadi pada hari ke 21 setelah
inokulasi. Miselium yang tumbuh tidak hanya pada pangkal batang tanaman lili
merah, tetapi juga pada permukaan kulit umbinya. Gejala infeksi tidak tampak
pada bagian dalam umbi tanaman lili merah yang dibelah (Sektiono, A.W., dkk.,
2019).
19
a b
c d
Gambar 17. a, Gejala menguning pada keseluruhan tanaman yang terinfeksi; b
Miselium yang tumbuh pada pangkal batang tanaman yang terinfeksi; c,
Sklerotium (→) yang terbentuk diatas permukaan koloni S. rolfsii pada serangan
lebih lanjut; d, Infeksi cendawan S. rolfsii tidak sampai pada umbi tanaman
20
Dalam siklus hidupnya, S. rolfsii mempunyai dua fase, yaitu : Fase
patogenesis, berupa miselia atau kumpulan hifa berwarna putih dan bersifat
sebagai parasit. Pada fase ini, jamur memulai infeksinya pada jaringan tanaman
yang berfungsi sebagai alat bertahan hidup jika tidak ada tanaman inang di
Penyebaran
tersebut dapat tersebar jauh ke areal tanaman lainnya melalui air irigasi, peralatan
pertanian yang terkontaminasi, serta terbawa pada benih ataupun terbawa angin.
Inokulum akan berkembang cepat di tanah yang lembab terutama pada tanah
berpasir.
Pada kondisi lembab, bagian tanaman di atas tanah meliputi daun, batang
monokotil dan dikotil yang tumbuh di wilayah tropis dan sub tropis. Sekitar 500
jenis tanaman dilaporkan menjadi inang S. rolfsii termasuk aneka kacang, serealia,
ubijalar, ubikayu, taro, mint, herbal sambiloto, tanaman hias, bunga matahari,
tembakau, tebu, jahe, aneka labu, aneka bawang, rumput pakan ternak, dan gulma.
21
Gambar 19. Phytium sp.
golongan ini struktur tubuhnya ada yang multiseluler atau uniseluler. Golongan
Ascomycotina ini Hidup saprofit di dalam tanah atau hipogean, hidup di kotoran
ternak disebut koprofil,ada juga yang parasit pada tumbuhan. Tubuhnya terdiri
atas benang-benang yang bersekat atau ada yang unisel. Jamur Phytium adalah
organisme yang kecil, bersifat filamen yang kekurangan klorofil. Oleh karena itu
patogen.
mikrometer Hyfa Phytium sp. adalah hyaline, tidak bersekat dan umumnya
22
adalah berbentuk
spherical dan
terminal dengan
diameter 22 – 27
um/ antherium
berbentuk interclary,
barrel ataupun
kubah. Aplerotic
oospora memiliki dinding yang tebal. Jamur Phytium sp. mempunyai miselium
yang dipisahkan dari ujung hifa. Bagian ini sering disebut presporangium dan
Gejala
23
Gambar 21. Pythium sp. ini menyebabkan tanaman menjadi layu,
Serangan Pythium umumnya tampak dimulai dari ujung akar (akar pokok
dan atau akar lateral). Mula-mula, serangan dimulai dari bagian tanaman di dalam
tanah. Kemudian, serangan Pythium sp. ini menyebabkan tanaman menjadi layu,
kulit akar busuk basah, diikuti dengan daun atau tunas-tunas yang kemudian
Reproduksi aseksual:
24
Miselium dalam jaringan inang atau dalam kultur biasanya
hampir tidak dapat dibedakan dari hifa vegetatif. Namun, dalam banyak spesies,
bentuk bulat, kemudian menjadi terputus dari miselium oleh dinding silang.
tipis yang diekstrusi dari sporangium. Ini adalah vesikel homohylic karena
yang menarik dari sitoplasma amorf menjadi zoospora motil membutuhkan waktu
30-45 menit.
isinya untuk membentuk antarmuka fibrosa yang longgar antara sitoplasma dan
dinding sporangial.
di ujung papilla dari bahan fibrillar dari tutup apikal, dan massa zoospore yang
25
bentuk, mis. P. ultimum var. Pada akhirnya, sporangia tidak melepaskan zoospora
Reproduksi seksual:
antheridia mudah dibentuk dalam budaya yang berasal dari zoospora tunggal.
heterothallicum.
sebagai cabang dari batang oogonial (monoklin) atau kadang-kadang dari hifa
cara tabung pembuahan. Setelah penetrasi, hanya tiga inti dihitung dalam
dijelaskan. Oosfer yang dibuahi mengeluarkan dinding ganda, dan ooplast muncul
26
di protoplasma. Bahan yang berasal dari periplasma juga dapat disimpan di luar
dalam sporangium.
Penyebaran
tanah, pada tumbuhan atau hewan, selaput, mutualis, dan parasit (Ichitani & Goto
1982). Mereka adalah jamur yang tumbuh cepat yang menginfeksi benih, akar
muda, dan bibit dari spesies tanaman yang lebih luas. Dalam banyak kasus,
berkurang (Bouhot 1988). Trow var. Ultimum pada awalnya diisolasi dari bibit
selada busuk di Inggris tetapi dapat menjadi parasit yang parah pada banyak
tanaman (Plaats-Niterink 1981; Abdelzaher et al. 1997a). Ini adalah salah satu
spesies Pythium yang paling umum ditemukan di tanah dan terjadi pada suhu
27
7. Penyakit Layu oleh Fusarium oxysporum
Deskripsi: Jamur Fusarium oxysporum merupakan salah satu spesies dari genus
Fusarium yang merupakan patogen tular tanah. Jamur Fusarium oxysporum dapat
daun mengeriput dan terkadang agak berpilin, umbi semu menjadi kurus dan
bagian atas seperti batang, daun, bunga, dan buah. Jamur ini dapat bertahan secara
alami di dalam tanah dan akar-akar tanaman. Jamur ini juga dapat menginfeksi
akar yang luka. Perkembangan klamidospora dirangsang oleh keadaan akar yang
28
lemah, serta mendorong pertumbuhan spora. Daun tanaman akan menjadi layu
hidupnya yakni patogenesa dan saprogenesa. Patogen ini hidup sebagai parasit
pada tanaman inang yang masuk melalui luka pada akar dan berkembang dalam
jaringan tanaman yang disebut sebagai fase patogenesa sedangkan pada fase
saprogenesa merupakan fase bertahan yang diakibatkan tidak adanya inang, hidup
sebagai saprofit dalam tanah dan sisa-sisa tanaman dan menjadi sumber inokulum
untuk menimbulkan penyakit pada tanaman yang lain. Patogen ini dapat
29
8. Penyakit embun tepung (powdery mildew) oleh jamur Oidium chrysanthemi
memiliki konidia yang berbentuk bulat telur, konidiofer pendek yang kelihatan
menopang satu atau lebih konidia. Dimana konidia yang ditopang adalah konidia
pada permukaan daun. Tepung ini sebenarnya merupakan masa dari konidia
jamur. Pada serangan berat menyebabkan daun pucat. Penyakit ini biasa
menyerang tanaman pada daratan tinggi maupun daratan rendah. Suhu optimum
Siklus hidup: siklus hidup penyakit embun tepung dilalui dengan 2 cara.
nutrisi dari sel-sel epidermis dan selanjutnya berkembang dalam sel-sel epidermis
daun dan membentuk konidia serta konidiofor pada permukaan daun. Kemudian
30
Deskripsi: Jamur Marsonina rosae merupakan salah satu spesies yang termasuk
Gambar 26. A). daun tumbuhan mawar yang terinfeksi Marsonina rosae, B).
Bentuk tubuh buah Marsonina Rosae, C). Ukuran mikroskopik Marsonina rosae.
Gejala: Bercak hitam pada daun mawar sangat khas, yakni dengan adanya
bercak berupa lingkaran bulat warna hitam dengan bagian tepinya bergerigi,
atau penyiraman daun, setelah terjadi kontak dengan inang maka konidium atau
spora yang disebarkan tersebut akan berkecambah dan melakukan infeksi selama
ada air, itulah sebabnya dalam musim hujan penyakit ini menjadi serius.
cukup lambat, sulit untuk dibiakkan secara in vitro. Koloni berwarna hitam tanpa
31
pada permukaan media biakan setelah masa inkubasi 30 hari pada suhu 200 C.
Genus Bipolaris terdiri dari 45 spesies yang sebagian besar menjadi parasit pada
daerah tropis koloni yang sedang berkembang pesat akan mengeluarkan warna abu-abu
Konidia jamur Bipolaris sp. memiliki viabilitas yang tinggi, dapat berkecambah dalam
jangka panjang. Adapun ciri-ciri dari jamur Bipolaris sp. yaitu bagian atas koloni
berwarna putih dan bagian dasar koloni berwarna coklat kuning-kekuningan. Jamur
berkembang baik pada keadaan udara lembab dengan suhu 20-23 ºC. Umumnya dijumpai
di daerah dataran rendah. Bercak daun ini selalu terjadi sepanjang tahun, dengan
intensitas yang berfluktuasi karena pengaruh curah hujan (Wakman dan Burhanuddin,
2007).
Gejala Serangan Pada daun terdapat halo kuning yang mengelilingi bercak, lama
kelamaan bercak ini akan melebar dan berwarna kecoklatan. Dalam kondisi yang ideal,
bercak akan berkembang dan dapat menyebabkan tanaman mati. Lesio pada daun
biasanya memanjang diantara tulang daun dengan warna coklat muda dan ukuran
32
Gambar 28 .(a). Gejalah Serangan Bipolaris sp.rusak ringan
(b). Gejalah serangan Bipolaris sp. rusak parah
berwarna gelap dan berdinding tebal, sedang 2 sel pangkal dan ujung hialin dan
berdinding tipis. Sel ujung mempunyai 2-3 seta yang panjang. Cendawan Pestalotia sp.
dapat menyerang pangkal hingga ujung daun. Cendawan ini mampu menghasilkan spora
dalam jumlah yang sangat banyak dan sangat mudah disebarkan oleh angin dan air.
Pestalotia menginfeksi tanaman ketika tanaman Kekurangan nutrisi yang salah satu
faktor yang dapat melemahkan tanaman yang dapat menyebabkan klorosis dan nekrosis
Pada anggrek yang tereserang cendawan ini pada sisi bawah daun, terutama pada
ujung daun yang sudah tua timbul becak-becak kecil berwarna coklat kekuningan. Becak-
becak dapat bersatu menjadi becak yang lebih besar, berwarna hitam mengkilat dengan
33
pusat berwarna kelabu. Pada pusat becak terdapat bintik-bintik hitam yang terdiri dari
badan buah (aservulus) jamur patogen. Infeksi juga dapat terjadi pada batang.
34
Gambar 31 siklus hidup Pestalotia sp.
atau telemorf yang bergantung pada spesiesnya, seperti fase telemorf jenis
sp. merupakan cendawan parasit dan saprofit pada ranting. Cendawan ini mampu tumbuh
pada kisaran suhu 15-35 C dan optimum pada suhu 25 oC (Ismail et. al. 2012).
Penyakit yang dapat disebabkan oleh cendawan ini adalah penyakit busuk batang,
diplodia kulit (Salamiah 2008) pada tanaman jeruk, dan mati pucuk pada bibit. Pada salah
hawar daun pada anggrek jenis Catasetum fimbriatum di Brazil. Gejala awal berupa
bercak klorotik yang kemudian berkembang menjadi nekrotik berwarna hitam dengan
35
halo kuning. Gejala lanjut dapat menutupi seluruh permukaan daun dan menyebabkan
daun kering.
Gejala yang ditimbulkan berupa bercak memanjang berwarna hitam dan pada
permukaan bercak terdapat titik-titik menonjol yang bila disentuh terasa kasar. Terdapat
bercak berwarna kelabu dengan pusat bercak berlubang dan pinggiran dari bercak
berwarna hitam. Bercak ini terdapat pada permukaan atas dan bawah daun.
Gambar 32 Gejala penyakit bercak daun Botryodiplodia pada (A) Vanda helvola
berupa colletot memanjang dengan titik-titik hitam yang menonjol dan (B) bercak
kelabu dengan pusat bercak berlubang dan pinggiran dari bercak berwarna hitam pada
Vanda dearei.
Gambar 33. (A) Gejala hasil uji patogenesitas cendawan Botryodiplodia sp. pada daun
Vanda helvola dan (B) control.
36
Gambar 34. Siklus Hidup Botryodiplodia sp.
ovoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0-
12,0)×(2,2-3,5) µm dan terdapat dalam jumlah yang banyak . Konidiofor tidak bercabang
atau fialid. Pada konidiofor ini terdapat mikrokonidia dengan jumlah yang banyak dam
phialid, yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam sporodokhia. Makrokonidia
bersepta 3-5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua ujungnya.
Klamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus
atau agak kasar, berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0-15 µm.
Gejala serangan dari patogen ini adalah tanaman layu, daun menguning mulai
dari daun bagian bawah merambat ke daun bagian atas, dan akhirnya. mengakibatkan
37
Gambar 35. Cendawan fusarium sp. secara mikroskopis
Jamur F. oxysporum f.sp. lycopersici dapat bertahan dalam tanah dan tanah
yang sudah terkontaminasi sukar dibebaskan kembali dari jamur ini. Jamur
melakukan infeksi akar terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang
membran plasma dari tanaman. Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu
udara lembab jamur akan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada
macam luka, misalnya luka yang terjadi karena pemindahan bibit, karena
jamur juga dapat mengadakan infeksi pada akar yang tidak mempunyai luka.
Jamur dapat tersebar karena pengangkutan bibit, tanah yang terbawa angin atau
38
Gambar 36 Siklus Hidup
membusuk seperti tanaman buah dan sayuran. Karakteristik fisik yang dimiliki
yaitu memiliki tubuh multi seluler, berhabitat didarat sebagia saprofit yang tidak
mulanya yang berwarna putih keabuan lama kelamaan akan berubah menjadi
warna hitam, karena banyaknya spora. Jamur Rhizopus sp. menyerupai Mucor,
hanya misellium Rhizopus terbagi atas stolon yang menghasilkan alat-alat serupa
dan trauma. Jamur Rhizopus sp. jugamerupakan salah satu jamur patogen yang
pada tubuh untuk lingkungan tertentu sehingga penyakit ini sangat bergantung
pada kondisi tubuh yang lemah. (Budi, 2008). Rhizopus sp. beberapa spesies
39
hidup sebagai saprofit dan beberapa spesies lain hidup sebagai parasit pada
tumbuh-tumbuhan
Awal gejala ditandai dengan busuk basah kecokelatan yang tidak merata pada
reseptakel. Bercak membesar secara bertahap kemudian menjadi lunak dan mengandung
banyak air. Bercak ditutupi dengan miselium putih yang kemudian menjadi hitam karena
tampilan sporangia. Bila infeksi berat, bagian yang membusuk menyebar ke tangkai
bunga dan bunga matahari. Awal gejala ditandai dengan busuk basah kecokelatan yang
tidak merata pada reseptakel. Bercak- membesar secara bertahap kemudian menjadi lunak
dan mengandung banyak air. Bercak ditutupi dengan miselium putih yang kemudian
menjadi hitam karena tampilan sporangia. Bila infeksi berat, bagian yang membusuk
40
Gambar 37. Siklus Hidup
41
Gambar 38 jamur Phytoptora cactarum
42
16. Marasmiellus scandens Mass
43
Gejala :
Gejala yang ditimbulkan jamur ini adalah pada cabang dan ranting sering
terdapat benang putih yang sering dimulai tumbuh pada bagian cabang. Benang
putih tersebut bercabang-cabang yang terdiri dari miselium jamur. Benang-benang
dapat mencapai daun, bercabang halus yang meluas pada permukaan bawah daun
dan menyebabkan matinya daun. Daun yang telah kering masih tergantung-
gantung pada ranting karena terikat oleh benang-benang cendawan tersebut.
Gejala yang tampak pada tanaman melati, menyerang pada bagian batang, dan
cabang hingga batang tersebut akan memiliki bercak kecoklatan hingga
kehitaman. Sehingga tanaman akan layu dan mati.
\
mula-mula berwarna putih, dan pada fase lanjut menjadi cokelat. Percabangannya
44
saling membentuk sudut siku-siku, dan cabang-cabang berlekuk pada pangkalnya.
Hifa dapat menjadi gemuk dengan dinding yang tebal. Rhizoctonia membentuk
sklerotium yang bentuknya tidak teratur. Pada waktu pagi miselium cendawan
berkembang dalam tanah organik, dan populasi menjadi tinggi apabila terdapat
tanaman rentan.
Gejala
Terdapat bercak besar yang berbatas tidak teratur pada daun. Bercak
tersebut berwarna coklat dan dapat meluas dengan cepat sehingga membusukkan
daun. Bila lingkungan sangat lembab, maka pada sisi bawah daun sering terlihat
adanya benang-benang kecoklatan yang sangat halus seperti sarang laba-laba Pada
waktu tanaman mendekati masak, daun-daun tua yang terletak di atas tanah
terinfeksi, pada tangkai dan tulang daun induk terjadi bercak yang mengendap.
dalam tanah atau sebagai skelrotium. Patogen ini berkembang dalam tanah dengan
45
pH 5,8-8,1 dan suhu tanah 15-18oC. Pada suhu 21-24oC menyebabkan penyakit
Penyakit ini umum terjadi pada waktu musim pertunasan, ditandai dengan
adanya lapisan tepung putih pada bagian atas daun, yang dapat menyebabkan
daun malformasi (mengering akan tetapi tidak gugur). Kumpulan tepung putih
pada daun, tunas dan buah muda merupakan masa konidia jamur Oidium sp. yang
menyerang bagian daun menyebabkan serangan patogen jamur ini lebih dikenal
dengan nama penyakit embun tepung. Serangan pada daun menyebabkan daun
abnormal dan mengalami malformasi yang biasanya bersifat permanen tidak dapat
tumbuh lagi.
46
Daun tampak putih keabu-abuan yang merupakan massa konidium, pada ujung
daun agak menggulung, layu serta mengering, serangan lebih lanjut daun menjadi
layu dan luruh. Penyakit ini juga menyerang bagian ranting-ranting muda pada
bagian ujung. Serangannya menyebabkan pucuk layu dan menguning, demikian
pula kuncup bunga akan tertutup tepung sehingga menyebabkan tidak timbulnya
pembungaan. Serangan dapat menyebabkan bunga menjadi layu, daun menjadi
kecil dan menggulung (Sastrahidayat, 2015).
47
BAB III
KESIMPULAN
hampir semua bagian tumbuhan, mulai dari akar, batang, ranting, daun, bunga,
hingga buahnya. Terdapat berbagai jenis jamur yang menyerang tanaman bunga
diantaranya yaitu Puccinia horiana, Oidium sp., Rhizoctonia sp., Botryodiplodia sp.
dll.
48
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, S., Djatnika, E., dan Suhardi. 2014. 2014 Koleksi dan Karakterisasi
Mikoparasit Asal Karat Putih Pada Krisan. Hort. Vol. 24 (1): 56-64.
Raharjo IB dan Suhardi. 2008. Insidensi dan Intensitas Serangan Penyakit Karat
Putih pada Beberapa Klon Krissan. J. Hort. 18(3) : 312-318.
Hutabarat, D. E., Lisnawita, dan Lubis, L., 2014. Inventarisasi Jamur Penyebab
Penyakit pada Tanaman Krisan (Chrysanthenum Morifolium) Di
Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Jurnal Onaline
Agroekoteknologi . Vol. 2 (2 ): 781 – 792.
Rahardjo I.B. dan Suhardi. 2008. Pengaruh Beberapa Ekstrak Tanaman terhadap
Bercak Hitam dan Embun Tepung pada Tanaman Mawar Varietas
Pertiwi . J. Hort. Vol. 18(4): 430-434.
Pârvu, M., Alina, E., dan Pârvu. 2012. Parasitic fungi on roses. Current
Microscopy Contributions to Advances in Science and Technology.
Mamahit, J. M. E., dan Manueke, J., 2016. Pengendalian Hama Terpadu Tanaman
Hias di Desa Kakaskasen Kota Tomohon (Jenis Jenis Hama pada
Tanaman Krisan di Desa Kakaskasen Kota Tomohon). Jurnal Lppm
Bidang Sains Dan Teknologi. Vol 3(1).
Sektiono, A.W., Djauhari, S., dan Pertiwi, D.,2019. Sclerotium rolfsii, Penyebab
Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Hippeastrum sp. Jurnal fitipatologi
Indonesia. Vol 15(2):53–58.
49
Antagonistic Rhizospheric Strains Of Bacillus Subtilis. New Zealand
Journal Of Crop And Horticultural Science. Vol. 31: 209-220
Narendra, A., 2013. Macam-Macam Gejala pada Tanaman yang Disebabkan oleh
Jamur. Fakultas Pertanian. Universitas Jember.
50