PENDAHULUAN
b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
negara; dan/atau
termasuk usaha yang wajib amdal karena sesuai dengan ketentuan pada Pasal 3
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh Pabrik Gula Afiat tentunya akan
menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berbentuk padat, cair dan gas dan
bentuk asap dan debu merugikan masyarakat dalam segi kesehatan, Limbah
pabrik gula dalam bentuk padatan dibagi menjadi dua yaitu abu tebu dan blotong.
Abu tebu merugikan masyarakat dalam segi pertanian. Hal ini dapat dilihat dari
keberadaan abu tebu yang menurunkan tingkat kesuburan tanah. Limbah lainnya
yaitu blotong. Blotong adalah limbah padat hasil dari proses produksi pembuatan
gula. Blotong ini cenderung dihasilkan cukup besar dalam setiap produksi
aliran air hujan yang masuk ke sungai di sekitar pabrik. Pencemaran air sungai
dapat berupa bau yang menusuk dan pengurangan oksigen dalam air, sedang
blotong yang ditumpuk dalam keadaan basah dapat menimbulkan bau yang
menggunakan bahan hayati berupa tanaman tebu. Selain itu, keberadaan industri
gula akan mengubah penggunaan lahan yang ada, sehingga jika tidak
semakin padat dan terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan
fungsinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Ayat (2) poin (a), (b) dan (g).
REFERENSI
Fatikawati, Y. Nur dan Muktiali, M., 2015. Pengaruh Keberadaan Industri Gula
Blora Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan, Sosial Ekonomi dan
Lingkungan di Desa Tinapan dan Desa Kedungwungu. Jurnal Teknik
PWK. Vol. 4 (3): 345-360.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2019 Tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
Rofifah, Y., 2019. Dampak Limbah Pabrik Gula Madukismo Terhadap Kesehatan
Masyarakat di Desa Tirtonirmolo. Universitas Negeri Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.