Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan Pasal 3 Ayat (2) Permen LHK No.

P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019 Kriteria Usaha dan/atau Kegiatan yang

berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang wajib memiliki Amdal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam;

b. Eksploitasi sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak

terbarukan;

c. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan

sumber daya alam dalam pemanfaatannya;

d. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,

lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;

e. Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan

konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;

f. Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;

g. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan nonhayati;

h. Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan

negara; dan/atau

i. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk

mempengaruhi lingkungan hidup.


Kegiatan Pembangunan PT. Pabrik Gula Afiat di Kabupaten Bone

termasuk usaha yang wajib amdal karena sesuai dengan ketentuan pada Pasal 3

Ayat (2) Permen LHK No. P.38/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2019, poin c yaitu

“Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran

dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan sumber

daya alam dalam pemanfaatannya”

Kegiatan produksi yang dilakukan oleh Pabrik Gula Afiat tentunya akan

menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan berbentuk padat, cair dan gas dan

akan menyebabkan gagguan pada kesetimbangan lingkungan. Pencemar dalam

bentuk asap dan debu merugikan masyarakat dalam segi kesehatan, Limbah

pabrik gula dalam bentuk padatan dibagi menjadi dua yaitu abu tebu dan blotong.

Abu tebu merugikan masyarakat dalam segi pertanian.  Hal ini dapat dilihat dari

keberadaan abu tebu yang menurunkan tingkat kesuburan tanah. Limbah lainnya

yaitu blotong. Blotong adalah limbah padat hasil dari proses produksi pembuatan

gula. Blotong ini cenderung dihasilkan cukup besar dalam setiap produksi

pembuatan gula. Sehingga dapat terjadi penumpukan. Penumpukan blotong pada

lahan-lahan kosong berpotensi menjadi sumber pencemaran karena dapat ikut

aliran air hujan yang masuk ke sungai di sekitar pabrik. Pencemaran air sungai

dapat berupa bau yang menusuk dan pengurangan oksigen dalam air, sedang

blotong yang ditumpuk dalam keadaan basah dapat menimbulkan bau yang

menusuk dan sangat mengganggu masyarakat sekitar. Dalam bentuk cairan,

limbah industri ini berbahaya karena merusak ekosistem air.

Kegiatan pembangunan ini juga termasuk pada kegiatan yang akan

menggunakan bahan hayati berupa tanaman tebu.  Selain itu, keberadaan industri
gula akan mengubah penggunaan lahan yang ada, sehingga jika tidak

direncanakan dengan baik maka tidak menutup kemungkinan permukiman akan

semakin padat dan terjadi perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan

fungsinya. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 Ayat (2) poin (a), (b) dan (g).

REFERENSI

Fatikawati, Y. Nur dan Muktiali, M., 2015. Pengaruh Keberadaan Industri Gula
Blora Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan, Sosial Ekonomi dan
Lingkungan di Desa Tinapan dan Desa Kedungwungu. Jurnal Teknik
PWK. Vol. 4 (3): 345-360.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:
P.38/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2019 Tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
Rofifah, Y., 2019. Dampak Limbah Pabrik Gula Madukismo Terhadap Kesehatan
Masyarakat di Desa Tirtonirmolo. Universitas Negeri Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Anda mungkin juga menyukai