Anda di halaman 1dari 18

ETNOBOTANI

LEGUM DAN NUT

DI SUSUN OLEH :

NURUL AFIA ABD. MAJID (H041171312)

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat, karunia

terutama kesempatan yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan makalah ini dengan baik. Tanpa adanya kesempatan, mustahil penulis

dapat menyelasaikan penulisan makalah ini secara tuntas, walaupun masih banyak

terdapat kekurangan.

Selama penulisan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam

penulisan makalah ini. Untuk itu dari hati yang paling dalam penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulisan makalah ini

Sebagai manusia biasa penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini

masih banyak terdapat kekurangan dan kekeliruan, baik dari segi isi maupun dari

segi penulisanya. Segala kritikan dan masukan dari semua pihak, akan menjadi

pengalaman yang sangat berharga bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..iii

BAB 1 PENDAHULUAN

I.1. Latar belakang………………………………………………………...1

I.2. Tujuan penulisan………………………………………………………2

I.3 Rumusan Masalah……………………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………....3

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………..13

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 latar Belakang

Secara harfiah etnobotani berasal dari kata ethnos = etnis; dan botani=

tumbuhan, sehingga sering diartikan sebagai bidang ilmu yang menkaji hubungan

antara etnis dengan tumbuhan. Secara empirik ilmu etnobotani telah ada sejalan

dengan perkembangan peradapan manusia, namun istilah etnobotani sendiri

pertama kali dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan pada tahun 1895 yang

diperkenalkan oleh Harshberger. Di Indonesia secara fisik etnobotani ada sejak

tahun 1983, dengan diresmikannya Museum Etnobotani di Herbarium Bogoriense.

Dalam prakteknya etnobotani menekankan bagaimana mengungkap keterkaitan

budaya masyarakat (antropologi) dengan sumber daya tumbuhan (botani) di

lingkunganya secara langsung ataupun tidak langsung. Disiplin ilmu etnobotani

berasosiasi sangat erat dengan ketergantungan manusia pada tumbuh tumbuhan,

baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

(Walujo 2009).

Tumbuhan memiliki peranan sebagai pendukung kehidupan manusia,

diantaranya yaitu untuk kepentingan makan, pengobatan, bahan bangunan, upacara

adat, budaya bahan pewarna dan lainnya. Tanaman Legum dan Nut merupakan

contoh tumbuhan yang memiliki peranan yang sangat penting bagi manusia.

Berdasarkan uraian tersebut maka disusunlah makalah ini untuk mengetahui

manfaat atau nilai etnobotani dari tanaman legume dan nut dalam kehidupan sehari-

hari.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud tanaman legume dan nut?

2. Apa saja contoh tanaman legume dan nut?

3. Bagiamana peranan dan nilai etnobotani dari tanaman legume dan nut?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui pengertian tanaman Legum dan Nut

2. Mengetahui contoh dan manfaat tanaman Legume dan Nut

3. Mengetahui nilai etnobotani dari tanaman Legum dan Nut

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Leguminosae

Fabaceae atau Leguminosae umumnya dikenal sebagai legum, kacang

polong, atau keluarga kacang-kacangan. Leguminosae adalah keluarga besar

tanaman berbunga yang penting secara ekonomi. Tanaman ini termasuk pohon,

semak, dan tanaman herba abadi atau tahunan, yang mudah dikenali dari buahnya

(legum). Leguminosae tersebar luas dan merupakan suku tumbuhan darat terbesar

ketiga dalam jumlah spesies setelah Orchidaceae dan Asteraceae, dengan sekitar

751 genera dan sekitar 19.000 spesies yang dikenal (Christenhusz, 2016). Lima

genus terbesar adalah Astragalus (lebih dari 3.000 spesies), Acacia (lebih dari 1000

spesies), Indigofera (sekitar 700 spesies), Crotalaria (sekitar 700 spesies), dan

Mimosa (sekitar 400 spesies) (Magallon dan Sanderson, 2001).

Menurut Tjitrosoepomo (2013) ciri khas dari Leguminosae yaitu memiliki

buah polong, yaitu buah yang berasal dari 1 daun buah dengan atau tanpa sekat-

sekat semu. Biji-bijinya terdapat di dalam kampuh perut dan apabila masak akan

kering dan pecah sehingga biji terlontar keluar. Buah terputus-putus menjadi

beberapa bagian menurut sekat-sekat semunya, tetapi ada pula beberapa spesies

yang buahnya berdaging dan tidak pernah pecah. Suku ini terbagi menjadi 3

Subfamilia yaitu Mimosacecae, Papilonaceae, dan Caesalpiniaceae.

2.1.1 Tengguli Cassia fistula L.

a. Taksonomi Tumbuhan

Rincian klasifikasi botani tanaman trengguli (Cassia fistula L.) adalah

sebagai berikut:

3
Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Dicotyledoneae

Subclassis : Dialypetalae

Ordo : Rosales

Familia : Leguminosae

Subfamilia : Caesalpiniaceae

Genus : Cassia

Species : Cassia fistula L. (Tjitrosoepomo, 2013)

b. Deskripsi Cassia fistula L.

Tengguli (Cassia fistula L.) merupakan salah satu anggota dari suku

Leguminosae. Tumbuhan ini termasuk ke dalam subfamilia Caesalpiniaceae

(Tjitrosoepomo, 2013). Ciri-ciri dari tumbuhan ini yaitu memiliki daun-daun yang

tersusun berseling, majemuk menyirip genap. Anak daun berjumlah 3-8 pasang

yang berbentuk bundar telur memanjang. Bunganya berupa tandan terminal yang

menggantung dan berwarna kuning cerah. Memiliki buah polong bulat torak yang

menggantung berwarna hitam dan tidak memecah ketika tua, dalamnya terbagi oleh

sekat-sekat menjadi ruang-ruang berbiji. Memiliki biji pipih berwarna kecokelatan

yang terletak melintang dalam ruang (Steenis, 2008). Tengguli banyak ditanam

sebagai pohon hias dan juga tanaman obat tradisional. Tanaman ini tumbuh secara

alami di Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kini menyebar luas ke berbagai

daerah tropis. Tengguli biasa didapati di lingkungan hutan gugur daun tropika

(ICRAF Agroforestry Tree Database).

4
(a) (b) (c)
Gambar 1. Cassia fistula L. (a) bunga (b) buah polong (c) biji

c. Kandungan Kimia

Kandungan yang ada di dalam daun tanaman trengguli (Cassia fistula L.)

antara lain adalah senyawa glycosidesennosides A dan B, hentriacontanoic,

triaconsanoic, nonacontanoic, dan heptacosanoic acid, anthraquinone, tannin,

oxyanthraquinone, dan volatile oils. Terdapat juga kandungan flavonoid,

biflavonoid, rhein, rhein glucoside chrysophanol, dan isoflavon (Thirumal et al.,

2012). Daun trengguli diketahui mengandung antrakuinon, tannin, oksiantrakuinon,

rhein, dan minyak atsiri. Bunga trengguli mengandung kamferol, leukopelargonidin

tetramer, rhein, fistulin alkaloid, dan triterpen. Akar trengguli mengandung tannin,

phlobapenes, dan oksiantrakuinon (IHP). Kulit batang trengguli juga dinyatakan

mengandung antrakuinon dan dihidroksiantrakuinon (Gupta et al., 2000).

d. Khasiat dan Kegunaan

Trengguli (Cassia fistula L.) adalah salah satu tumbuhan obat yang dapat

digunakan untuk mengobati hepatitis dalam pengobatan tradisional. Bagian

tanaman seperti akar, batang, daun, biji, dan buah dari tanaman trengguli (Cassia

fistula L.) mengandung berbagai jenis konstituen yang telah dibuktikan memiliki

peran terapeutik dalam pengobatan dan pencegahan suatu penyakit, seperti aktivitas

sebagai antioksidan, antibakteri, antidiabetes, dan antiinflamasi (Sari dan Wathoni,

2016).

Kulit kayu tengguli juga menghasilkan zat penyamak (tanin), yang dalam

penggunaannya di perusahaan penyamakan kulit biasanya dicampur dengan kulit

kayu pilang (Acacia leucophloea). Tanin dan bahan-bahan lain dari pepagan

5
tengguli dapat membentuk asam, sehingga dapat menyamak dengan cepat. Hasilnya

adalah kulit dengan mutu yang baik berwarna kuning muda; sebagai bahan

pembuatan sepatu, atau pakaian kuda (Heyne, 2010). Selain itu kayu dari Trengguli

dapat digunakan untuk membuat kerajinan tangan seperti gelang.

Gambar 2. Gelang yang terbuat kayu Tengguli

e. Nilai Etnobotani Trengguli (Cassia fistula L.) dalam Adat Etnis Ngadha di

Kecamatan Jerebu’u Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur

Etnis Ngadha merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di Kabupaten

Ngada, NTT yang masih berpegang teguh pada adat dan istiadat warisan

leluhurnya. Etnis ini dikenal sebagai penganut budaya Reba atau Ngadhu-Bhagha.

Etnis Ngadha selalu memperingati setiap peristiwa penting dalam kehidupan seperti

kelahiran, pernikahan, kematian, kegiatan pertanian dan lainnya dengan upacara

adat. Masyarakat meyakini bahwa upacara adat menjadi satu landasan karakteristik

dalam menjalankan relasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan

lingkungannya, manusia dengan roh leluhur ataupun roh-roh lainnya serta manusia

dengan sang Pencipta (Sadaa dan Jumari, 2018).

6
Tumbuhan Cassia fistula L. merupakan salah satu jenis tumbuhan yang

penting dalam kebudayaan etnis Ngadha, dimana batang tumbuhan ini digunakan

sebagai tiang utama ngadhu yang merupakan monumen pengganti leluhur laki-laki

dari suatu woe/suku yang terdapat di tengah kampung. Selain ngadhu, ada

monumen pengganti leluhur wanita yang disebut bhaga. Bangunan bhagha

menyerupai bangunan rumah adat etnis Ngadha dalam ukuran yang lebih kecil

dengan bahan utamanya dari dua jenis kayu yaitu ‘fai’ (Albizia sp) dan ‘oja’ (Toona

sureni Merr). Atap bangunan ini terbuat dari alang-alang. Jenis kayu yang

digunakan sebagai bahan bangunan baik ngadhu maupun bhagha tidak dapat

digantikan oleh jenis tumbuhan lainnya. Jumlah ngadhu dan bhagha yang terdapat

di sebuah kampung menunjukkan jumlah suku yang ada di dalamnya (Sada dan

Jumari, 2018).

Gambar 3. Ngadhu yang merupakan simbol leluhur laki-laki, bangunannya


menyerupai payung (tiang bagunan merupakan batang Cassia fistula L.)

7
Gambar 4. Bhaga yang merupakan simbol leluhur wanita, menyerupai rumah
kecil (bahan utamanya dari dua kayu Albizia sp (tanaman legum)

2.2. Nut

Karakteristik dari nut atau buah kacang yaitu mempunyai sebuah biji yang

tertutup pericarp yang tebal dan keras. Nut juga dikenal dengan sebutan buah geluk,

buah keras, atau kacang pohon (untuk membedakannya dengan kacang-kacangan

biasa). Buah geluk adalah buah kering dari pohon buah yang tersusun oleh suatu

cangkang keras dan biji, di mana cangkang keras tersebut tidak membuka atau

memecah sendiri untuk melepaskan bijinya (indehiscent) (Gardjito dan Handayani,

2015).

2.2.1 Macadamia Nut

a. Deskripsi Tumbuhan

Macadamia adalah genus dari delapan spesies tumbuhan dari familia

Proteaceae, tersebar di Australia timur (7 spesies) dan Sulawesi (M. hildebrandii).

Di daerah Jawa Timur tanaman ini dikenal sebagai kacang bafa atau Bava Nuts.

Genus ini dinamai menurut John Macadam, rekan kerja Ferdinand von Mueller

yang pertama menemukannya. Tumbuhan ini dikenal karena bijinya yang dikenal

dengan nama kacang Macadamia. Hanya 2 spesies diambil kacangnya, M.

8
integrifolia dan M. tetraphylla. Spesies lainnya memiliki biji yang beracun atau

tidak dapat dimakan, misalnya M. whelanii dan M. ternifolia. Racun yang

dikandung adalah cyanogenic glycosides (Wood dan Garg, 2011; Data Balitbang,

2018).

Tinggi tanaman makadamia bisa mencapai 18 m. Percabangan biasanya

dimulai dari ketinggian di atas 1 m, namun kadang-kadang dijumpai bibit dari biji

yang bercabang sejak berkecambah. Permukaan kulit batangnya kasar,

perakarannya dangkal, daunnya lebat berwarna hijau tua, berbentuk lonjong,

pinggirannya rata atau bergerigi dan berduri. Pada setiap buku terdapat 3-4 helai

daun berhadapan. Bunganya berwarna putih atau putih kekuningan, bentuknya

berangkai. Bunga tumbuh pada ketiak daun. Ukuran biji beragam dengan diameter

+ 20 mm. Biji terdapat dalam buah tunggal dengan daging buah yang cukup lunak

(Suheryadi, 2002).

b. Kandungan Kimia

Macadamia nut merupakan sumber protein yang penting, mengandung

sekitar 8 % protein. Hampir semua jenis asam amino terkandung di dalam biji

tanaman ini kecuali asam amino triptofan. Kandungan lainnya yaitu mikronutrien

esensial seperti potassium, magnesium, kalsium, dan fosfor. Macadamia nut juga

mengandung vitamin B kompleks, niacin, thiamin, riboflavin, vitamin C, asam

pentatonic, folat dan vitamin E (Wood dan Garg, 2011).

Tabel 1. Komposisi Phytosterol Macadamia Nut (Wood dan Garg, 2011)

9
Tabel 2. Kandungan Vitamin dari Macadamia Nut (Wood dan Garg, 2011)

Tabel 3. Kandungan Mineral dari Macadamia Nut (Wood dan Garg, 2011)

c. Khasiat dan Kegunaan

Makadamia merupakan tanaman penghasil kacang yang rasanya lezat, enak,

halus getas, berwarna putih kekuningan dan beraroma sedap dengan sentuhan

sedikit manis. Kacang makadamia banyak dipergunakan dalam industri makanan

seperti kue kering, es krim, dan permen bersama cokelat (Suheryadi, 2002). Salah

satu produk lainnya dari macadamia nut yaitu macadamia oil. Macadamia oil atau

minyak. Macadamia oil adalah minyak botani yang unik karena tinggi asam

palmitoleat, asam lemak tak jenuh tunggal dan cocok dengan komposisi asam

10
lemak pada kulit. Asam palmitoleat ditemukan dalam sebum manusia, tetapi

menurun drastis pada usia dewasa. Macadamia oil dapat dengan mudah

diaplikasikan dan tidak lengket. Minyak nabati ini dapat berpenetrasi dalam kulit

karena komponen di dalamnya sangat mirip dengan minyak alami kulit serta

berfungsi untuk mempertahankan kelembaban dan menutrisi kulit. Macadamia oil

juga mengandung banyak asam oleat yang sangat bagus untuk melembutkan kulit,

meregenerasi sel kulit, melembabkan kulit, dan merupakan anti-inflamasi alami

(Kusumaningrum dan Widayati, 2017).

Gambar 5. Manfaat Macadamia Nut untuk kesehatan

d. Nilai Etnobotani Macadamia Nut bagi Suku Aborigin Australia

Orang Aborigin menggunakan minyak dari macadamia nut untuk dicampur

dengan tanah liat yang akan digunakan untuk membuat lukisan di wajah. Hal ini

merupakan upaya untuk melestarikan simbol-simbol dari suku tersebut. Minyak

macadamia nut juga digunakan oleh orang Aborigin untuk peremajaan kulit dan

dicampur dengan ekstrak tanaman lain untuk mengobati penyakit (Australian

National Botanic Gardens Education Services, 2000).

11
Gambar 6. Orang Aborigin yang menggunakan Macadamia oil sebagai campuran
tanah liat untuk meluki wajah dan tubuh.

Gambar 7. Macadamia Nut

12
BAB III

KESIMPULAN

Leguminosae umumnya dikenal sebagai legum, kacang polong, atau

keluarga kacang-kacangan. Tanaman ini termasuk pohon, semak, dan tanaman

herba abadi atau tahunan, yang mudah dikenali dari buahnya (legum). Salah satu

contoh tanaman legum yang memiliki banyak maanfaat taitu Tengguli Cassia

fistula L. Tanaman ini banyak digunakan sebagai obat tradisional dan juga

digunakan oleh Etnis Banga untuk membuat bangunan yang merupakan

perwujudan nenek moyang. Sedangkan nut adalah buah yang mempunyai

mempunyai sebuah biji yang tertutup pericarp yang tebal dan keras. Salah satu

contoh nut yaitu Macadamia Nut. Tanaman ini merupakan tanaman yang berasal

dari Australia yang digunakan oleh orang Aborigin untuk membuat simbol-simbol

di tubuhnya. Selain itu macadamia nut memilki kandungan kimia yang sangat

bermanfaat bagi kesehatan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Christenhusz, M. J. M.; Byng, J. W. 2016. The number of known plants species in


the world and its annual increase. Phytotaxa. 261 (3): 201–217.
Australian National Botanic Gardens Education Services. 2000. Aboriginal Plant
use and Technology.
Data Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 2018.
Gardjito, M., dan Handayani, W., 2015. Penanganan Segar Hortikultura untuk
Penyimpanan dan Pemasaran. Kencana. Jakarta.
Gupta, M., Mazumde, U. K., Rath, N. & Mukhopadhayay, D. K. 2000. Antitumour
activity of methanolic extract of Cassia fistula L. seed against Ehrlich as
cites carcinoma. J Ethnopharmacol, Volume 72, pp. 151 -156.
Heyne, K.. 2010. Tumbuhan Berguna Indonesia II: 918-20. Badan Litbang
Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta.
Kusumaningrum, A. A., dan Widayati, R. I., 2017. Efektivitas Macadamia Oil 10%
Dalam Pelembab Pada Kulit Kering. Jurnal Kedokteran Diponegoro. Vol. 6
(2): 347-356.
Magallon, S. A., dan Sanderson, M. J., 2001. Absolute diversification rates in
angiosperm clades. Evolution. 55 (9): 1762–1780.
Sadaa, M., dan Jumari. 2018. Etnobotani Tumbuhan Upacara Adat Etnis Ngadha di
Kecamatan Jerebu’u Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur
JSLK. Vol. 1 (2): 19-21.
Sari, N. dan Wathoni, N. 2016. Review Artikel Aktivitas Farmakologi Cassia fistula
Linn.. Farmaka, 15(2), pp. 144-152.
Suheryadi, D., 2002. Teknik Perkecambahan Biji Makadamia. Buletin Teknik
Pertanian. Vol. 7 (1): 28-29.
Thirumal, M., Surya, S. & Kishore, G. 2012. Cassia fistula Linn –
pharmacognostical, phytochemical and pharmacolgical review. Crit Re
Tjitrosopeomo, G., 2013. Taksonomi Spermatophyta. UGM Press. Yogyakarta.
Van Steenis, C.G.G.J. 2008. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya
Paramita. Jakarta.
Walujo, E.B. 2009. Etnobotani: memfasilitasi penghayatan, pemutakhiran
pengetahuan dan kearifan lokal dengan menggunakan prinsip-prinsip dasar
ilmu pengetahuan. Prosiding Seminar Etnobotani IV Cibinong Science
Center-LIPI:12-20.

14
Wood, L. G., dan Garg, M. L., 2011. Macadamia Nuts (M. integrifolia dan M.
tetraphylla) and their use in Hypercholesterolemic Subject. Elsevier
Inc.

15

Anda mungkin juga menyukai