Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI BATANG DAN AKAR

OLEH
NAMA : NIKEN IKA WULANDARI

NIM : N011211091
KELOMPOK : ENAM (6)
GOLONGAN : SELASA PAGI
ASISTEN : AWAL RAMDANI

SEMESTER AWAL 2021/2022

LABORATORIUM

FARMAKOGNOSI FAKULTAS

FARMASI UNIVERSITAS

HASANUDDIN MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang

Ilmu yang mempelajari tentang struktur bagian dalam dan luar serta

hubungan fisiknya dengan bagian tubuh yang lain disebut anatomi (1).

Dalam konteks tumbuhan ilmu ini mempelajari tentang fungsi dan struktur

dalam kompleks suatu tumbuhan (2).

Akar merupakan salah satu bagian paling penting di tanaman karena

punya tugas untuk menyerap air dan zat-zat makanan dari tanah dan juga

ke tempat yang memerlukan setelah zat ini di proses. Fungsi lainnya

adalah untuk memperkuat beridirinya suatu tumThebuhan dan kadang

untuk penyimpanan cadangan makanan. Akar ini pada umumnya tidak

berwarna hijau dan akan terus tumbuh, dengan ujung yang meruncing

maka akar akan mudah menembus tanah (3).

Batang, batang dapat dikatakan sebagai sumbu tumbuhan jika melihat

kedudukan batang. Batang ini umumnya berbentuk silindris dan akan terus

bertambah panjang serta melakukan percabangan. Dapat terlihat buku-

buku di batang yang di mana buku-buku tersebut akan ditumbuhi daun.

Batang punya tugas untuk mendukung bagian tumbuhan lain. Tugas lain

sebagai jalur di bawahnya air dan juga mineral serta sebagai tempat

penyimpanan cadangan makanan (3).


Brotowali (Tinospora crispa) merupakan tanaman yang biasa

digunakan sebagai obat rematik, demam, kencing manis, kudis, dan lain

sebagainya. Tanaman ini sangat sering dijumpai di Indonesia khususnya

Pulau Jawa, Bali, dan Ambon. Brotowali sendiri sudah banyak

dikembangkan menjadi produk-produk keshatan contohnya di kemas

dalam bentuk kapsul (4).

Pada pratikum kali ini akan diamati anatomi batang dan akar dari

brotowali (Tinospora crispa) dengan menggunakan bantuan mikroskop.

I. 2 Maksud dan Tujuan Pratikum

I. 2. 1 Maksud Pratikum

Pratikum ini dimaksudkan untuk mengamati anatomi dari akar

dan batang brotowali menggunakan alat dan bahan yang sudah

ditentukan.

I. 2. 2 Tujuan pratikum

Dalam pratikum ini akan diamati anatomi batang dan akar

brotowali untuk melihat tipe-tipe stomata dan tipe-tipe penebalan

pembuluh angkutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Uraian Tanaman

II. 1. 1 Klasifikasi

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi. : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo. : Ranunculales
Famili. : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies. : Tinospora crispa L.. Miers (5)

II. 1. 2 Morfologi

Brotowali merupakan tanaman perdu merambat dengan

ketinggian dapat mencapai 2,5 meter. Seperti tumbuhan dikotil

lainnya, Brotowali juga terdiri dari bagian akar, batang, daun,

bunga dan buah ().

Akar dari tanaman Brotowali termasuk jenis akar tunggang.

Batangnya berwarna hijau, memiliki benjolan (berbintil-bintil

rapat), mengandung banyak air, dan memiliki tebal 1 cm.

Daunnya merupakan daun tunggal yang berwarna hijau muda,

berbentuk jantung, berujung lancip dengan tulang daun

menjari.

Daun Brotowali memilki ukuran panjang 7 - 12 cm dan


lebar 5 - 10 cm. Bunganya merupakan bunga bermahkota enam

dan berbentuk tandan semu dengan warna hijau muda, yang

nantinya akan berubah menjadi merah dan putih. Brotowali

juga memiliki buah yang berwarna merah muda yang memiliki

panjang 7 - 8 mm

Bagian dari tanaman ini yang sering digunakan sebagai obat

dan dipercaya memiliki manfaat klinis adalah akar, batang, dan

daun (Dweck, 2005). Tanaman yang batangnya pahit ini

menyukai tempat yang terkena cahaya matahari. Dapat

ditemukan tumbuh liar atau ditanam sebagai tanaman obat.

Perbanyakan dilakukan dengan cara stek (6).

II. 1. 3 Kandungan Kimia

Brotowali (Tinospora crispa L. Miers) mengandung banyak

senyawa kimia yang berkhasiat dalam menyembuhkan

berbagai jenis penyakit.Kandungan senyawa kimia berkhasiat

obat tersebut, terdapat pada seluruh bagian tumbuhan

Brotowali mulai dari akar, batang, dan daun (Kresnady, 2001).

Sejumlah literatur menyebutkan, secara umum tanaman

Brotowali (Tinospora crispa L. Miers) mengandung senyawa

kimia, seperti alkaloid berberine, damar lunak, pati, glikosida,

pikroretrosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid,

palmatin, kolumbin, dan kaokulin atau pikrotoksin (6).

Selain itu, Brotowali juga mengandung zat-zat lain seperti

saponin dan tanin (24).

Kandungan alkaloid berberine, saponin, dan tanin diduga

merupakan bahan aktif yang banyak terdapat pada batang


Brotowali dan memilki efek bakterisida (7).

II. 1. 4 Manfaat

Sebagai obat tradisional, Brotowali (Tinospora crispa L.

Miers) memilki banyak kegunaan dan manfaat.Oleh

masyarakat, Brotowali banyak digunakan untuk

menyembuhkan demam, hiperglikemia, luka, infeksi cacing di

usus dan infeksi di kulit.Dekok batangnya dipercaya sebagai

antipiuretik, anti-malaria dan pembersih ulkus di kulit

(Rahman et al., 1999).Air rebusan batang Brotowali sering

digunakan untuk mencuci luka, koreng, dan kudis (Rosidah et

al., 2015).

Di Indo Cina, semua bagian tanaman ini digunakan sebagai

obat demam pengganti kina. Di Malaysia, Brotowali sudah

dikenal secara turun-temurun sebagai obat untuk menurunkan

kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus. Di

Indonesia, seperti di Bali, batang Brotowali banyak digunakan

untuk mengobati sakit perut, demam, dan sakit kuning. Oleh

masyarakat Jawa, tanaman ini dipercaya memiliki khasiat

untuk menurunkan demam dan sebagai obat luar, seperti untuk

luka dan gatal-gatal (6).

II.2. Struktur Anatomi Batang

Adapun jaringan penyusun dari batang tanamandimulai dari

epidermis sampai empulur, yaitu :


1. Epidermis 

Jaringan ini terdiri dari selapis sel yang menyelubungi batang

dan seringkali ditutupi oleh kutikula. Pada beberpa jenis

tumbuhan, epidermis dapat lebih dari satu lapis sel.

2. Korteks 

Merupakan daerah diantara epidermis dan selinder pembuluh

paling luar. Korteks batang sebagian besar terdiri dari parentim

yang dapat berisi kloroplas.

3. Stele

Pada batang tumbuhan dikotil stele tersusun atas perisikel

(perikambiung) berkas pengangkut dari empulur. Tipe stele yang

dikenal dapat dibagi menjadi 2 kelompok dasar yaitu protostele

dengan sumbu xylem.Padat tanpa empulur, dikelilingi floen dan

sifonstele dengan silem yang tidak padat melainkan memiliki

silinder parenkim ditengah.

Perbedaan batang tumbuhan dikotil da monokotil dalam

susunan anatominya dapat diketahui pada jaringan batang

monokotil dan dikotil, yaitu :

1. Batang dikotil

a. Epidermis, terdiri atas selaput sel yang tersusun rapat, tidak

mempunyai ruang antar sel.

b. Korteks, disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa

lapis sel yang dekat dengan jaringan epidermis.

c. Endodermis, tersusun atas selapis sel yang berupa lapisan

pemisah stele dan korteks, endodermis tubuhan Gymnospemae.

d. Stele, merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapisan

terluar dari stele disebut perisikel atau perikambiung. Ikatan


pebuluh pada sel disebut tipe kadeateral yang artinya xylem dan

floem letaknya saling bersisihan, xylem disebelah dalam dan

floem disebelah luar. Antara xylem dan floem terdapat cambium

intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan

parentim yang terdapat diantara berkas pembulu angkut

juga berubah menjadi cambium intravasikuler. Keduanya dapat

mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan

bertambah besar dialteter batang. Pada tumbuhan dikotil,

berkayu keras dan hidupnya menahun, pertubuhan menebal

sekunder tidak berlangsung terus menerus, tetapi hanya pada

saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering

tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertubuhan menebalnya

pada batang nempak berlapis lapis, setiap lapis menunjukkan

aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis lapis lingkarang

tersebut dinamakan lingkaran tahun.

2. Batang monokotil

Pada batang monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel

batas antara korteks dan stele pada umumnya tidak jelas. Pada

stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan

bertipe kolateral tertutup yang artinya diantara xylem dan floem

tidak ditentukan cambium. Tidak adanya cambium pada

monokotil menyebabkan batang monokotil tidak dapat tumbuh

membesar, dengan perkataan lain tidak mengalami pertumbuhan

menebal sekunder. Meskipun demikian, ada monokotil yang

adapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya

pada pohon hanjuang (Coudyline sp) dan pohon nanas sebrang

(10).
II.3. Struktur Anatomi Akar

Struktur anatomi akar adalah struktur/bagian dari dalam akar

yang tidak dapat dilihat dengan kasat mata tetapi dengan

menggunakan alat bantu berupa mikroskop. Secara anatomis,

akar tersusun oleh tiga lapisan jaringan pokok atau tiga sistem

jaringan, yaitu sistem jaringan dermal (epidermis) yang

mempunyai fungsi unruk melindungi lapisan di bawahnya ,

sistem jaringan dasar (korteks), pada jaringan ini terdapat fungsi

sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Pada jaringan

dasar (korteks) terbagi menjadi dua yaitu eksodermis dan

endodermis. Jaringan selanjutnya yaitu silinder pusat (stele)

dimana pada jaringan ini tersusun atas perisikel (perikambium),

xilem (pembuluh kayu), dan floem (pembuluh tapis).

Xilem dan floem yang merupakan berkas pembuluh angkat

terletak di sebelah dalam perisikel. Pada akar tumbuhan

monokotil terdapat empulur, sedangkan pada akar tumbuhan

dikotil tidak terdapat empulur (10).


Terdapat sebuah perbedaan antara anatomi akar dikotil dan

monokotil adalah di mana xylem monokotil bervariasi antara 12 sampai

20 kelompok sedangkan pada dikotil xylem menmiliki 2 sampai 6

kelompok. Pada akar lateral tumbuhan monokotil muncul perisikel

sedangkan pada tumbuhan diktoil tidak hanya ada perisikel tetapi juga

ada cambium dan felogen. Itu artinya pada tumbuhan monokotil tidak

terbentuk cambium. Pada tumbuhan monokotil juga empulurnya besar

dan berkembang dengan baik sedangkan pada tumbuhan dikotil

empulurnya kecil bahkan tidak ada sama sekali (12).

II.4. Tipe Ikatan Pembuluh

Terdapat tipe ikatan pembuluh antara lain kolateral terbuka,

kolateral tertutup, konsentris amfivasal, konsentris amfikriba,

radial dan bikolateral. Kolateral terbuka adalah xylem dan floemnya

punya sifat dipleuris yang punya cambium. Sedangkan kolateral

tertutup adalah xylem dan floem punya parenkim penghubung tetapi

tidak ada cambium. Bikolateral adalah satu xylem di tengah, satu

floem di luar dan satu bagian di dalam ada cambium di antara xylem

dan floem luar dan ada parenkim penghubung di antara xylem dan

floem dalam. Konsentris amfivasal, floem jenis ini mengelilingi

xylemnya. Konsentris amfikriba, xylemnya yang mengelilingi floem.

Radial (menjari), xylem dan floemnya tersusun searah jari-jari dan

saling berselang- seling, hal ini dapat ditemukan saat xylem dan

floemnya dalam keadaan primer (1).

II.1. Pertumbuhan Primer dan Sekunder Tanaman

Pertumbuhan primer merupakan pertumbuhan tanaman yang asalnya


dari aktivitas titik tumbuh, yakni pemanjangan organ yang disebabkan

aktiivtas meristem pada ujung tanaman, ukuran sel akan bertambah

besar dikarenakan sel terus menerus bertambah dan membentang

sedangkan pertumbuhan sekunder asalnya dari aktivitas cambium

(13,14)

Lingkaran tahun (growth ring) dipengaruhi oleh perubahan musim,

hal ini menyebabkan adanya aktivitas pertumbuhan cambium. Pada

daerah tropis yang perbedaan antara suhu satu dan lainnya tidak terlalu

besar membuat tidak semua jenis pohon punya lingkaran tahun. Pada

umumnya hal ini mendeteksi iklim di mana saat keadaan

menguntungkan lingkaran tahunnya akan semakin luas (15).


BAB III
METODE KERJA

III. 1 Alat dan Bahan

III. 1. 1 Alat

Alat yang digunakan dalam pratikum adakah botol

cokelat, gegep, gunting/pisau/silet, jarum preparate, kertas

gambar, korek api, mikroskop untuk mengamati anatomi

batang dan akarml na, objek dan dek gelas, peralatan

menulis, spiritus, dan wadah spiritus.

III. 1. 2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam pratikum adalah aquades,

daun salam sebagai sampel yang akan diamatimelalui

mikroskop, fluoroglusin yang digunakan untuk mendeteksi

lignin sebagai penyusun dinding sel, kloralhidrat yang akan

berfungsi menghilangkan komponen seperti pati agar anatomi

mudah diamati, dan spiritus.

III. 2 Cara Kerja

Urutan kerja pada pratikum kali ini adalah, pertama praktikan harus

menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu. Kedua, bersihkan sampel

batang dan akar contohnya apanila terdapat sisa tanah pada tanaman hal

ini berfubgsi agar sampel lebih mudah diamati. Ketiga, Sampel diiris

secara melintang dan membujur dengan irisan yang tipis. Keempat,

letakkan sampel pada object gelas. Kelima, tetesi sampel dengan

kloralhidrat.
Keenam, Sampel difiksasi. Ketujuh, Sampe ditetesi fluoroglusin dan

sampel ditutup dengan deck gelas. Terakhir amati sampel menggunakan

mikroskop kemudian dicatat pada lembar kerja.


BAB IV

PEMBAHASAN

IV. 1 Anatomi Akar

IV. 1. 1 Penebalan xylem

No Tipe penebalan Tipe pada sampel


xilem
1

3
4

Gambar. 2 Tipe penebalam xylem brotowali (8)

Berdasarkan dari Pustaka yang digunakan diketahui bahwa

tipe penebalan xylem dari akar brotowali adalah tipe jala atau

retikulat atau bentuknya menyerupai jaring-jaring (16).


IV. 1. 2 Tipe ikatan pembuluh

No Tipe ikatan pembuluh Tipe pada sampel

5
6

Gambar 2 tipe ikatan pembuluh brotowali (8)

Berdasarkan dari Pustaka diketahui bahwa Tipe ikatan

pembuluh pada brotowali adalah kolateral terbuka. Seperti pada

gambar yang terlihat floem membentuk setengah lingkaran dan

juga pada xilemnya dan diantaranya terdapat cambium yang

membatasinya (8).
IV. 2 Anatomi Batang

IV. 2. 1 Tipe penebalan xylem

No Tipe penebalan xilem Tipe pada sampel

4
6

Gambar 3 Foto pratikum menunjukkan tipe


penebalan xilem adalah spiral

Gambar 4 Foto dari tinjaun pustaka menunjukkan tipe


noktah (18)

Berdasarkan hasil pengamatan, irisan melintang batang pada

tanaman brotowali memiliki penebalan xilem bertipe spiral.

Sedangkan berdasarkan pustaka, batang brotowali memiliki

tipe noktah. Batang brotowali memiliki lentisel diantara

ruangnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasil pengamatan

irisan melintang batang brotowali tidak sesuai dengan pustaka.

(17). Hal ini dapat terjadi karena perbedaan jenis xylem pada

tanaman (18).
IV. 2. 2 Tipe ikatan pembuluh

No Tipe ikatan pembuluh Tipe pada sampel

5
6

Gambar. 5 Foto dari tinjaun pustaka menunjukkan tipe


ikatan pembuluh (8)
Berdasarkan dari pustaka yang digunakan pustaka diketahui

bahwa tipe ikatan pembuluh brotowali mempunyai tipe

bilakolateral di mana xylem floemnya membentuk baji dengan

silem yang dikelilingi oleh floem semi melingkar (8).


IV. 3 Fungsi Reagen yang digunakan

IV. 3. 1 Kloralhidrat

Kloralhidrat digunakan untuk mengamati karakteristik

mikromorfologi. Kloralhidrat dianggap efektif dalam metode

clearing agar kita dapat dengan mudah melihat komponen di

bawah mikroskop (20).

IV. 3. 2 Floroglusin

Floroglusin (Phloroglucinol) dapat digunakan untuk

mendeteksi lignin jika ditambah HCl pekat dengan volume

sama (19).
BAB V

PEMBAHASAN

V. 1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat perbedaan tipe penebalan

xylem akar dan batang brotowali, meskipun keduanya adalah jenis tanaman

yang sama yakni jala dan spiral. Sedangkan pada tipe ikatan pembuluhnya

yang membedakan antara akar dan batang adalah pada akar tidak

ditemukan cambium sedangkan pada batang ditemukan.

V. 2 Kritik dan Saran

V. 2. 1 Kritik

Saya sebagai praktikan merasa saat praktikum kurangnya

sampel yang tersedia jadi pada saat mengamati sampel kita

harus membagi posisi antar sesama praktikan.

V. 2. 2 Saran

Saran saya meskipun praktikum ini secara daring, saya

berharap pemateri bisa memberikan arahan atau menunjukkan

sampelnya atau tanaman yang dibahas dengan nyata tanpa

menggunakan gambar lagi sehingga ilmu dapat dengan mudah

dipahami dan membuat para praktikan merasa seperti berada di

laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

1. Safrida. Anatomi Dan Fisiologi Manusia. University Press; 2020.

2. Guvenc.The Leaf Anatomy of naturally distributed Juniperus sp.

(Cupressaceae) species in Turkey. Turkish Journal of Botany. 2011.

35 (215).

3. Tjitrosoepomo, G. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press; 2020.

4. Suliswinarni. Budidaya dan Khasiat Brotowali. Semarang: ALPRIN;

2019.

5. Raina. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Jakarta:

Salemba Medika; 2011.

6. Kresnady, B., & Tim Lentera. Sehat dengan Ramuan Tradisional

Khasiat & Manfaat Brotowali si Pahit yang Menyembuhkan.

Agromedia. 2003.

7. Irianti, Tani Tatang, et al. Antioksidan Dan Kesehatan. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press; 2021.

8. Choudhary, N., Siddiqui, MB., & Khatoon, S. Pharmacognostic

Evaluation of Tinospora cordifolia (Willd.) Miers and Identification of

Biomarkers. Indian Journal of Traditional Knowledge. 2014. 13(3); 543-

550.

9. Mulyani, S. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius. 2019.


10. Wahyuni, Sri, et al. Anatomi Fisiologi Tumbuhan. Malang: Universitas

Muhammadiyah. 2019.

11. Prawoto, A, A, et al. Panduan Lengkap Kakao. Jakarta: Penebar

Swadaya. 2008.

12. Ginting, C. Nutrisi Tanaman. Yogyakarta: INSTIPER. 2014.

13. Pembonan, & Samuel A. Silvika Ekofisiologi Dan Pertumbuhan

Pohon. Makassar: Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. 2019.

14. Hapsari, Agustina Tri, et al. Pertumbuhan Batang, Akar dan Daun

Gulma Katumpangan (Pilea microphylla (L.) Liebm.). 2018. Buletin

Anatomi dan Fisiologi. 3(1).

15. Manyurdin, et al. Studi Lingkar Tumbuh Pohon Di Kawasan Hutan

Taman Nasional Siberut Kepulauan Mentawai. Jurnal Metamorfosa

Journal of Biological Sciences. 2016. 3(1).

16. Nugroho, L. Hartono. Struktur dan Produk Jaringan Sekretori

Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2021.

17. Fahn. Anatomi Tunbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press;

1991.

18. Kementrian Kesehatan RI. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 2.

Jakarta : Kementrian Kesehatan RI. 2017.

19. Steenis, C. G. G. J. Van. 2003. Flora. Cetakan 9. PT Pradnya Paramitha,


Jakarta.

20. Murwani, E. D. A., dan Iswarin, S. J. Botani Farmasi. Jakarta:

Kanisus. 2017.
21. Wanti, Trisis, Sugimin. Efektivitas Teknik Clearing Daun untuk

Pengamatan Karakteristik Mikromarfologi. Indonesia Journal of

Laboratory. 2020. 2(3).

22. Rosidah, I., & Hismiaty, B., Rima, M., & Olivia, B. Pongtuluran Pengaruh

Kondisi Proses Ekstraksi Batang Brotowali (Tinospora crispa (L) Hook.F

& Thomson) Terhadap Aktivitas Hambatan Enzim Alfa Glukosidase.

Media Litbangkes. 2015. 25(4); 203 – 210.

23. Santoso, B. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta Selatan : PT.

Agromedia Pustaka. 2008.

24. Soedarmilah, S. 1999. Jamu Jawa Asli. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Offset.

Anda mungkin juga menyukai