Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1


1.2 Rumusa Masalah......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Determinasi tanaman brotowali.................................................................. 3


2.2 Morfologi bagian tanaman brotowali.......................................................... 4
2.3 Gambaran mikroskopis simplisia batang brotowali.................................... 5
2.4 Kandungan metabolit tanaman brotowali dan efek farmakologi................ 7
2.5 Variabilitas dan faktor yang mempengaruhi kualitas bahan alam ........... 14

BAB III PENUTUP............................................................................................. 21

3.1 Kesimpulan................................................................................................21
3.2 Saran ..........................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan kemajuan zaman, obat-obatan sintetis dari bahan kimia
semakin banyak diproduksi dan digunakan secara luas oleh masyarakat.
Semakin lama obat-obatan sintetis tersebut digunakan, semakin banyak efek
samping yang timbul. Oleh karena itu, masyarakat mulai melirik obat-obatan
tradisional sebagai pengganti obat-obatan sintetis untuk mengobati berbagai
macam penyakit.
Salah satu obat tradisional yang telah dikenal sebagian masyarakat
memiliki khasiat yang bermanfaat bagi tubuh adalah Brotowali (Tinospora
crispa L. Miers). Tumbuhan Brotowali termasuk salah satu spesies dari genus
Tinospora yang dikenal dengan nama spesies Tinospora crispa. Tanaman ini
berasal dari India dan kemudian menyebar sampai di Indonesia. Tumbuhan
Brotowali adalah tumbuhan yang sudah dikenal sebagai tumbuhan obat memar,
demam, merangsang nafsu makan, sakit kuning, cacingan, batuk, mencuci luka
pada kulit atau gatal-gatal dan untuk mengobati penyakit kencing manis
(diabetes). Tumbuhan Brotowali memiliki berbagai aktivitas biologis seperti
antimalaria, antidiabetes, antipiretik, antihipergli-kemik.
Dalam tananamn brotowali mengandung banyak senyawa kimia yang
berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit, Kandungan kimia berkhasiat obat
tersebut terdapat diseluruh bagian tanaman, dari akar, batang sampai daun. Akar
brotowali mengandung senyawa antimikroba, berberin dan kolumbin. Tanaman
brotowali juga mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid,
harsa, zat pahit, pikroretin, tinokrisposid, palmatin, dan pikrotoksin.
Tumbuhan Brotowali dikenal sebagai jamu oleh masyarakat luas, selain
itu juga beberapa penelitian membuktikan bahwa batang brotowali merupakan
bahan potensial yang dapat memiliki efek antimikroba sehingga dapat
menambah nilai ekonomis dari batang brotowali. Berdasarkan informasi ilmiah

1
telah ditemukan khasiat tumbuhan brotowali yaitu alkaloid kuinolin, alkaloid
isokuinolin dan golongan lukosida fenolik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Determinasi tanaman brotowali
2. Morfologi bagian tanaman brotowali
3. Gambaran mikroskopis simplisia batang brotowali (Tinosporae Caulis)
4. Kandungan metabolit tanaman brotowali dan efek farmakologi
5. Variabilitas dan faktor yang mempengaruhi kualitas bahan alam

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu determinasi tanaman brotowali
2. Untuk mengetahui morfologi bagian tanaman brotowali
3. Untuk mengetahui gambaran mikroskopis simplisia batang brotowali
(Tinosporae Caulis)
4. Untuk mengetahui kandungan metabolit tanaman brotowali dan efek
farmakologi
5. Untuk mengetahui variabilitas dan faktor yang mempengaruhi kualitas bahan
alam

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar memahami apa itu determinasi tanaman broowali
2. Agar memahami morfologi bagian tanaman brotowali
3. Agar memahami gambaran mikroskopis simplisia batang brotowali
(Tinosporae Caulis)
4. Agar memahami kandungan metabolit tanaman brotowali dan efek
farmakologi
5. Agar memahami variabilitas dan faktor yang mempengaruhi kualitas bahan
alam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Determinasi Tanaman Brotowali


Bratawali, Brotowali, atau akar aliali (Tinospora crispa (L) Miers) adalah
tanaman obat tradisional Indonesia yang biasa ditanam di pekarangan atau
tumbuh liar di hutan. Rebusan batangnya yang terasa sangat pahit biasa
dijadikan obat rematik, mengurangi gula darah, menurunkan panas, dan
membantu mengurangi gejala kencing manis. Di Indonesia selain dikenal
dengan nama bratawali, tanaman ini juga dikenal dengan nama daerah andawali,
antawali, putrawali atau daun gadel. Klasifikasi dari tanaman ini termasuk
kedalam famili tanaman Menispermaceae. Tanaman ini kaya kandungan kimia
antara lain alkaloid (beberina dan kolumbina yang terkandung di akar dan
batang, damar, lunak, pati, glikosida, pikroretosid, zat pahit pikroretin, hars,
berberin. Palmatin, kolumbin (akatr), kokulin atau pikrotoksin). Pemerian dari
tanaman brotowali ialah tidak berbau, rasa sangat pahit. Taksonomi atau
klasifikasi dari tanaman Brotowali menurut Anonimus, 2012) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Magnoliidae
Ordo : Ranunculales
Familia : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Spesies : Tinospora Tuberculata

3
2.2 Morfologi Tanaman Brotowali
Setiap tanaman pasti tersudut dari berbagai komponen untuk bisa tumbuh
dengan baik, salah satunya tanaman brotowali yang bisa hidup dengan normal
dengan adanya akar. batang, daun, buah, dan bunga.
1. Akar
Salah satu bagian dari tanaman brotowali adalah akar. Dengan
akar tanaman brotowali dapat menyerap nutrisi dalam tanah
misalnya, tanaman ini merupakan tanaman perdu yang tumbuh
dengan cara merambat, selain itu dia juga bisa merambat. Tanaman
ini memiliki akar tunggang untuk bertahan hidup.
2. Batang
Bagian tanaman brotowali yang selanjutnya adalah batang.
Batang brotowali mirip dengan batang sirih, yaitu mengandung air,
memiliki sifat lunak tapi memiliki rasa sangat pahit. Batang
brotowali dapat tumbuh tinggi hingga mencapai 2,5 meter. Pada
umumnya ukurannya sebesar kelingking jari. Setiap batang memiliki
bintil-bintil rapat yang letaknya tidak beraturan. Ketika batang
brotowali disimpan, batang brotowali memiliki kondisi yang
cenderung tidak berubah.
3. Daun
Daun pada tanaman brotowali termasuk pada daun tunggal yang
memiliki tangkai panjang sekitar 16 meter. Bentuk daun brotowali
seperti jantung atau berbentuk agak bulat mirip telur. Ujung pada
daun meruncing atau lancip dengan panjangnya sekitar 7-12 cm dan
lebar sekitar 5-10 cm.
4. Bunga
Bunga pada tanaman brotowali dianggap bunga tidak sempurna
karena tida adanya bagian bunga yang lengkap dan ukurannya kecil.
Bunga pada brotowali termasuk bunga tandan yang terletak secara
menggantung. Pada bunga jantan di tanaman brotowali terdapat

4
tangkai yang berukuran pendek dengan mahkotanya sebanyak 3
helai, kelopaknya memiliki 6 buah sedangkan warna bunga warna
hijau muda atau putih kehijauan.
5. Buah
Buah brotowali terletak pada tandan secara kumpul. Warna pada
buah tersebut merah muda.

2.3 Gambaran Mikroskopis Simplisia Batang Brotowali

5
Epidermis terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat memanjang,
dinding tipis dengan kutikula agak tebal. Dibawah epidermis terdapat beberapa
lapis sel gabus, bentuk segi empat memanjang, dinding agak teba, kambium
gabus terdiri dari beberapa jenis sel berdinding tipis. Korteks parenkimatik
dengan sel-sel berbentuk membulat, mengandung butir-butir pati, minyak atau
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma.
Disebelah luar tiap berkas pengangkut terdapat serabut sklerenkim
berbentuk lengkungann; pada batang tua lengkungan-lengkungan tersebut
bersambung satu dengan yang lain, sehingga merupakan seludang sklerenkim
yang tidak terputus yang pada lapis terluarnya disertai serabut hablur yang berisi
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma. Empulur parenkimatik, berisi butir pati
sel getah dan berkas kolateral. Parenkim dia antara floem dan serabut sklerenkim
kadang kadang termampat dan terkoyak. Butir pati di korteks dan empulur
berbentuk hampir bulat , panjang atau lonjong. Sel-sel getah terdapat dalam
deretan membujur diantara sel parenkim.
Berkas pembuluh kolateral, terpisah oleh satu dengan lain oleh jaringan
parenkim.Sebuk; warna kuning kelabu. Fragmen pengenal adalah serabut hablur
dengan hablur kalsium oksalat berbentuk prisma; butir-butir pati tunggal,

6
umumnya berbentuk lonjong; pembuluh kayu dengan penebalan tangga dan
pembuluh kayu bernoktah; fragmen gabus; serabut hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma.

2.4 Kandungan Metabolit Tanaman Brotowali dan Efek Farmakologi


Tinospora crispa (L.) mengandung banyak senyawa kimia yang
berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit. Kandungan senyawa kimia
berkhasiat obat tersebut terdapat di seluruh bagian batang. Berdasarkan sejumlah
literatur, secara umum di dalam tumbuhan Tinospora crispa (L.) terkandung
berbagai senyawa kimia antara lain alkaloid berberin, damar lunak, pati,
glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid, palmatin,
kolumbin, dan kaokulin atau pikrotoksin (Kresnady, 2003). Sedangkan Muharni
(2014) menyatakan Tinospora crispa (L.) mengandung senyawa-senyawa
golongan alkaloid, flavonoid, steroid dan golongan fenolat lainnya.
Organ tumbuhan Tinospora crispa (L.) yang dapat digunakan sebagai
obat adalah organ batang. Batang Tinospora crispa (L). mengandung senyawa
zat pahit (pikroretin), alkaloid berberin, tinokrisposid, saponin, kolumbin,
palmatin, kaemferol dan pati (Muhlisah, 2007). Putri (2012) menyatakan batang
brotowali positif mengandung senyawa flavonoid yang termasuk dalam
golongan fenol. Batang Tinospora crispa (L.) mengandung senyawa alkaloid
berberin, saponin dan fenol (Widiana, 2016).
Berdasarkan studi literatur senyawa antibakteri dalam tumbuhan
Tinospora crispa (L.) terdiri dari senyawa alkaloid berberin, saponin dan fenol:
1. Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung nitrogen yang
bersifat basa dan mempunyai aktifitas farmakologis. Sebagian besar
alkaloid bersifat heterogen dan mempunyai kerangka dasar polisiklik
termasuk cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung subtituen yang
tidak terlalu bervariasi. Umumnya alkaloid merupakan senyawa padat,
berbentuk kristal, tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit
(Lumbanraja, 2009).

7
Rohyani dkk (2015) menyatakan alkaloid umumnya tidak
ditemukan pada gymnospermae, paku-pakuan, lumut dan tumbuhan
rendah lainnya. Senyawa alkaloid dalam bidang kesehatan memiliki efek
berupa pemicu sistem syaraf, menaikan tekanan darah,mengurangi rasa
sakit, antimikroba, obat penenang, obat penyakit jantung dan lainnya.
Senyawa alkaloid merupakan golongan senyawa aktif yang berasal dari
tumbuhan.
Organ batang Tinospora crispa (L.) mengandung senyawa
alkaloid sebesar 2,22 % (Ihwan dkk., 2014). Sedangkan Marahel (2016)
menyatakan bahwa tumbuhan Tinospora crispa (L.) Miers mengandung
alkaloid total sebesar 40%. Alkaloid bekerja sebagai antibakteri dengan
cara merusak komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Munfaati, 2015).
Berberine termasuk dalam golongan senyawa alkaloid. Berberin
adalah alkaloid yang hadir dalam akar dan batang-kulit tumbuhan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna namun beberapa senyawa kompleks
spesies aromatik berwarna seperti berberin yang berwarna kuning.
Berberin telah menunjukkan banyak berbagai aktivitas farmakologi
termasuk; antihipertensi, anti-inflamasi, antioksidan, anti-depresan, anti
kanker, anti-diare, cholagouge, hepatoprotektif dan antimikroba.
Berberin juga aktif terhadap infeksi usus lainnya yang menyebabkan aute
diare seperti Shigella dysenteriae, Salmonella paratyphi dan berbagai
spesies Klebsiella (Singh dkk., 2010). Senyawa alkaloid berberine
memilki efek antimikroba karena kemampuannya untuk berinteraksi
dengan DNA bakteri dengan cara menginterkalasi DNA sehingga
replikasi DNA bakteri terhambat (Wahyuningsih dkk., 2008).
2. Saponin
Saponin adalah sebagian organ dalam tumbuhan yang
mempunyai sifat kimia yang sama dengan glikosida triterpenoid dan
sterol yang menghasilkan busa apabila dikocok dengan air. Saponin

8
merupakan senyawa yang berasa pahit. Dua jenis saponin yang dikenal
yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid.
Aglikonnya disebut sapogenin yang diperoleh dengan hidrolisis dalam
asam atau menggunakan enzim. Berdasarkan struktur aglikonnya atau
sapogenin, saponin dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe steroid
dan triterpenoid. Kedua senyawa tersebut memiliki hubungan glikosidik
pada atom C- 3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat
asam mevalonat dan satuan-satuan isoprenoid (Pratiwi, 2008).
Senyawa saponin bekerja sebagai bakteriostatik dengan cara
merusak membran sitoplasma bakteri, rusaknya membran sitoplasma
dapat mengakibatkan sifat permeabilitas membran sel berkurang
sehingga transpor zat ke dalam sel dan ke luar sel menjadi tidak
terkontrol. Zat yang berada di dalam sel seperti ion organik enzim, asam
amino, dan nutrisi dapat keluar dari sel. Apabila enzimenzim keluar dari
sel bersama dengan zat-zat seperti air dan nutrisi dapat menyebabkan
metabolisme terhambat sehingga terjadi penurunan ATP yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan sel, selanjutnya pertumbuhan
sel bakteri menjadi terhambat dan menyebabkan kematian sel
(Retnowati, 2011).
3. Fenol
Fenol merupakan senyawa alkohol dengan rumus kimia C6H5OH
dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan
cincin fenil (Akbar dkk., 2013). Fenol berfungsi untuk melawan baketeri
gram positif dan dalam konsentrasi yang tinggi fenol digunakan untuk
melawan bakteri gram negatif. Fenol (asam karbol) pada konsentrasi
yang rendah (2-4%) memiliki sifat daya bunuh, disebabkan karena fenol
mempresipitasikan protein secara aktif sehingga susunan protein menjadi
berubah tidak sesuai dengan kebutuhan sel, selain itu juga merusak
membran sel dengan cara menurunkan tegangan permukaannya. Hal ini
menyebabkan terjadinya osmosis dan sel akan mengalami lisis (Waluyo,
2004).

9
Senyawa fenol akan menyerang gugus polar (gugus fosfat)
sehingga molekul fosfolipida akan terurai menjadi gliserol, asam
karboksilat dan asam fosfat. Hal ini mengakibatkan fosfolipida tidak
mampu mempertahankan bentuk membran sitoplasma akibatnya
membran sitoplasma akan bocor dan bakteri akan mengalami hambatan
prtumbuhan dan bahkan kematian. Kadar total senyawa fenol dalam
tumbuhan Tinospora crispa (L.) sebesar 2,90 mg EAG/gr (Retnowati,
2011).
Senyawa fenol merusak dinding bakteri dengan memutuskan
ikatan peptidoglikan. Mekanisme penghambatan bakteri oleh senyawa
fenol diduga dengan mengganggu komponen penyusun peptidoglikan sel
bakteri, sehingga lapisan sel tidak terbentuk secara utuh. Senyawa
alkaloid bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel.
Ketidakstabilan pada dinding sel menyebabkan 21 fungsi permeabilitas
selektif, fungsi pengangkutan aktif, dan pengendalian susunan protein
dari sel bakteri menjadi terganggu menyebabkan sel bakteri menjadi
kehilangan bentuk dan lisis. Dinding sel yang rusak mengakibatkan
senyawa metabolit sekunder dapat masuk lebih dalam dan merusak
membran bakteri (Dewi dkk., 2014).
Senyawa fenol dan turunannya mudah membentuk kompleks
protein melalui ikatan hidrogen. Ion H+ dari kompleks tersebut merusak
gugus polar (gugus fosfat) membran bakteri sehingga molekul fosfolipid
terurai menjadi gliserol, asam karboksilat, dan asam fosfat. Hal ini
menyebabkan fosfolipid tidak bisa mempertahankan bentuk membran
(Sari, 2011). Disisi lain senyawa flavonoid memiliki mekanisme
membentuk senyawa kompleks protein, antara protein yang dapat larut,
protein ekstraseluler, dan dinding sel (Dewi dkk., 2014).
4. Flavonoid
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol
terbesar yang ditemukan di alam, yang terdiri dari 15 atom karbon,
dengan dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3)

10
sehingga membentuk susunan C6-C3- C6. Flavonoid merupakan
senyawa golongan fenol yang aktif, senyawa flavonoid dalam tumbuhan
Tinospora crispa (L.) Miers sebesar 3,71 ± 005 %. Senyawa fenol dan
senyawa fenolik derivatnya juga dapat menimbulkan denaturasi protein
yang terdapat pada dinding sel sehingga dapat merusak susunan dan
merubah mekanisme dan permeabilitas dari mikrosom, lisosom dan
dinding sel (Munfaati, 2015).
2.4.1. Efek farmakologis batang brotowali adalah sebagai menghilangkan rasa sakit
(analgetik), penurun panas (antipiretik) dan melancarkan meridian.
1. Mengobati Diare
Untuk mengatasi gangguan diare, mengkonsumsi air rebusan
brotowali secara rutin dipercaya mampu membantu meredakan keluhan
diare. Hal ini dikarenakan brotowali memiliki efek menghentikan
pertumbuhan salmonella typhi yaitu bakteri penyebab diare.
2. Membantu Penyembuhan Luka
Brotowali mengandung alkaloid barberin dan columbina yang
berfungsi sebagai pembunuh bakteri pada luka. Penggunaan brotowali
dalam hal penyembuhan luka adalah dengan menumbuk beberapa lembar
daun brotowali lalu ditempelkan pada luka. Selain itu, mencuci luka
dengan rebusan batang brotowali juga dapat menyembuhkan luka.
3. Menyembuhkan Penyakit Kulit
Penyakit kulit seperti kudis (scabies) merupakan gangguan kulit
yang tentu saja sangat mengganggu penampilan kita. Selain itu, scabies
merupakan jenis penyakit yang menular, baik secara langsung maupun
melalui perantara lain.  Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa
memanfaatkan brotowali sebagai alternative pengobatannya. Caranya
adalah :
 Tumbuk beberapa lembar daun brotowali
 Campur manfaat belerang dan manfaat minyak kelapa ke dalam
tumbukan
 Lalu mengoleskan pada daerah yang terkena scabies

11
 Lakukanlah hal ini secara teratur
4. Menyembuhkan Sakit Kuning (Hepatitis)
Penyakit kuning atau disebut icterus atau bisa juga disebut
jaundice, merupakan sejenis penyakit yang ditandai dengan adanya
perubahan warna pada kulit, sclera (bagian putih pada mata), serta pada
kelenjar ludah yang disebabkan oleh peningkatan bilirubin (senyawa
pigmen yang merupakan hasil katabolisme enzimatik biliverdin oleh
biliverdine reduktase) pada tubuh.
Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan
dilakukan perawatan medis maupun dengan pengobatan alternatif seperti
penggunaan obat-obatan herbal. Brotowali merupakan salah satu jenis
obat herbal yang bisa membantu mengobati penyakit ini, caranya adalah
dengan rutin mengkonsumsi ¾ gelas hasil rebusan batang brotowali yang
telah ditambahkan dengan madu. Lakukanlah hal ini sebanyak dua kali
sehari.
5. Penyembuhan Rematik
Rematik atau dalam bahasa medis dikenal dengan rheumatoid
athritis (RA) merupakan peradangan sendi yang disebabkan oleh
gangguan sistem kekebalan tubuh pada saat melawan virus, bakteri, dan
jamur pada tubuh kita. Gangguan ini sering terjadi pada manusia di atas
umur 50 tahun. Untuk itu, pada masa-masa usia anda mencapai 50 tahun,
sebaiknya jangan terlalu melakukan kegiatan membebani tubuh.
Cara alami untuk mengobati gangguan ini antara lain, adalah
dengan  rutin mengkonsumsi ½ gelas hasil rebusan batang brotowali
segar sebanyak 2 kali dalam sehari. Lakukanlah hal tersebut secara rutin
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
6. Mengobati Gatal-gatal
Gangguan gatal kulit ini biasa menyerang kita. Sensasi yang
ditimbulkan membuat kita ingin selalu menggaruknya. Namun jika hal
tersebut kita lakukan, maka bisa mengakibatkan iritasi, luka, maupun
lecet pada kulit. Cara mengatasi hal tersebut secara tradisional adalah

12
dengan berendam dalam air hangat, hasil rebusan dari daun brotowali
yang dicampur dengan belerang. Lakukan selama kurang lebih 20 menit.
7. Menyembuhkan Malaria
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
parasit plasmodium. Penularan penyakit ini adalah dengan perantara
nyamuk. Kasus terjadinya penyakit ini sering kali terjadi, dan tak jarang
bisa berujung pada kematian.
Pengobatan alami penyakit ini salah satunya adalah dengan
menggunakan ramuan herbal yang berasal dari tanaman brotowali.
Caranya adalah dengan mengkonsumsi ramuan hasil rebusan daun
brotowali yang dicampur dengan madu sebanyak 3 kali sehari.
8. Merangsang Kerja Urat Saraf
Kandungan zat pikroretin yang memberikan sensasi rasa pahit
pada tanaman brotowali, dapat berfungsi untuk merangsang kerja urat
saraf pada saluran pernafasan. Hal ini dapat menurunkan suhu tubuh
yang panas.
9. Mengobati sakit punggung dan pinggang
Di propinsi Bali, tanaman brotowali dimanfaatkan sebagai obat
gosok yang dipercaya mampu mengobati sakit punggung maupun sakit
pinggang. Caranya adalah dengan mengoleskan hasil tumbukan
brotowali pada pinggang atau punggung yang terasa sakit.
2.4.2. Efek Samping
Dari penjabaran diatas, jelaslah kita ketahui bahwa banyak sekali
manfaat brotowali ini. Akan tetapi kita juga harus mengetahui aturan pakai
tanaman tersebut, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam pemakaian brotowali antara lain :
 Penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan cairan empedu
yang berakibat pada menurunnya nafsu makan.
 Penggunaan pada wanita hamil dapat mengganggu kehamilan dan
menghentikan pertumbuhan janin.

13
 Penggunaan yang melebihi ketentuan dapat terganggunya kadar gula
dalam darah.
 Penggunaan brotowali yang berlebih, dapat menyebabkan sistem
kekebalan tubuh menjadi lebih aktif. Hal ini bisa menyebabkan
penyakit autoimmune.
 tubuh menjadi lebih aktif. Hal ini bisa menyebabkan penyakit
autoimmune.

2.5. Variabilitas dan Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Bahan Alam


2.5.1. Variabilitas
Tanaman obat merupakan semua bagian tanaman yaitu batang
(caulis), daun (folium), akar (radix), bunga (flos), buah (fructus), biji
(semen), dan sebagainya yang digunakan baik dalam bentuk
ekstrak/fraksi atau senyawa isolatnya untuk menghasilkan obat untuk
kepentingan manusia/hewan.
Tumbuhan menghasilkan dua metabolit yaitu metabolit primer
dan metabolitsekunder. Metabolit primer merupakan senyawa yang
secara langsung memiliki fungsi atau terlibat dalam proses metabolisme
utama, jalur anabolime dan katabolisme pada tumbuhan. Contoh dari
metabolit primer yaitu asam lemak, asam amino, karbohidrat, protein dan
sebagainya. Sedangkan metabolit sekunder merupakan senyawa yang
tidak memiliki fungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan secara
langsung.
Senyawa ini penting untuk kelangsungan hidup dan interaksi
tumbuhan dengan lingkungan.Fungsi metabolit sekunder diantaranya
sebagi proteksi terhadap serangan mikroba, gangguan serangga, atau
hewan herbivore, proteksi diri terhadap gangguan lingungan (seperti
sinar UV), dan untuk menarik serangga dan hewan herbivor yang
membantu penyerbukan biji. Kebanyakan senyawa aktif dari tumbuhan
dikelompokan kedalam metabolit sek under. Sebagai senyawa aktif
untuk berinteraksi dengan ekosistem, biosintesis metabolit sekunder

14
memiliki karakteristik yang bersifat adaptif (bereaksiterhadap ransang),
spesifik (ekspresi respon terhadap rangsang yang bersifat khas),dan
variatif (rangsangan yang sama terhadap organ yang berbeda dapat
menghasilkan respon yang berbeda).
2.5.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif dalam
tumbuhan hidup
Secara alamiah, kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup
ditentukan oleh faktor internal yaitu genetik dan umur tanaman serta
dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti klimatik, geografi, hama dan
penyakit. Selain kedua faktor tersebut, waktu panendan penanganan
pascapanen juga dapat berpengaruh terhadap kualitas simplisia.
Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas senyawa
bioaktif dalam tumbuhan hidup yaitu:
2.5.2.1. Pengolahan dan Penanaman
Pengolahan dan penanaman dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
a) Genetika
Faktor genetika adalah darimana tanaman tersebut
berasal, Berdasarkan bahan bakunya, simplisia diperoleh
dari tanaman liar atau dari tanaman yang dibudidayakan
atau dikultur. Adapun kelemahan yang dimiliki oleh
tumbuhan liar dalam menghasilkan simplisia dengan mutu
yang memenuhi standar dikarenakan:
1. Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman
atau organ tanaman sulit atau tidak dapat
ditentukan oleh pengumpul. Sehingga dapat
mempengaruhi senyawa aktif yang dikehendaki.
2. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering
tidak tetap dari waktu pengumpulan ke waktu
pengumpulan berikutnya.Berbedaan jenis suatu
tanaman akan menyebabkan perbedaan kandungan
senyawa aktif.

15
3. Perbedaan tempat tumbuh jenis tanaman yang
dikehendaki. Ketinggian,cuaca, dan keadaan tanah
yang berbeda dapat menyebabkan kandungan
senyawa aktif dalam tumbuhan yang sama akan
berbeda
b) Persiapan lahan dan Penanaman
Persiapan lahan disini dapat diartikan sebagai
pengolahan tanah.Pengolahan tanah bertujuan untuk
menyiapkan tempat atau media tumbuh yang serasi bagi
pertumbuhan tanaman. Tanah yang baik untuk tanaman
adalah tanah yang memiliki kesuburan fisik maupun
kimiawi. Kesuburan fisik sangat erat hubungannya dengan
struktur tanah yang menggambarkan susunan butiran
tanah, udara, dan air sehingga dapat menjamin aktivitas
akar dalam mengambil zat zat hara yang diperlukan
tanaman. Sedangkan kesuburan kimiawi erat hubungannya
dengan kemampuan tanah menyediakan kebutuhan nutrisi
untuk tanaman. Di samping itu, pengolahan tanah
mencakup pula menghilangkan gulma yang merupakan
saingan tanaman, menimbun atau meratakan bahan
organik, dan menjaga saluran drainase untuk mencegah
terjadinya kelebihan air.
Dalam penanaman juga harus diperhatiakan jarak
atau kerapatan penanaman antara tanaman yang satu
dengan tanaman yang lainnya sehingga dapat
mempermudah dalam pemeliharaan, penyiangan yang
intensif guna menekan populasi gulma serta memperbaiki
saluran drainase untuk mencegah terjadinya genangan air
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.
c) Faktor Geofisika
Adapun faktor-faktor yang mempengarui yaitu:

16
 Temperatur
Perubahan temperatur secara berkala dan
pergantian musim dapat berpengaruh terhadap
senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh tumbuhan.
 Cahaya
Lama pencahayaan, intensitas dan radiasi
dapat mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif
yang dihasilkan oleh tumbuhan.
 Curah Hujan
Ketersediaan air dalam tanah dapat
mempengaruhi kualitas senyawa bioaktif dalam
tumbuhan hidup.
 Keadaan Tanah
Seperti sifat fisik (tanah yang gembur dan
keras), kimia, kondisi mikrobiologi tanah,
termasuk adanya cemaran pestisida.
d) Faktor Biotik
Adapun faktor-faktor yang mempengarui yaitu:
 Keberadaan Serangga (hama)
Misalnya terdapat telur serangga pada daun
atau batang tanaman yang dapat menyebabkan
terganggunya proses respirasi atau fotosintesis
sehingga produksi metabolit sekundernya
berkurang.
 Banyaknya tanaman per area penanaman (planting
density) atau kerapatan penanaman.
2.5.3. Budidaya Tanaman Brotowali
1. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan tempat penangkaran brotowali harus
disiapkan sebulan sebelum tanam, adalah untuk membuat lubang

17
tanam atau alur tanam dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 30 cm.
Pada setiap lubang tanam dipupuk dengan pupuk kandang
sebanyak 0,5-1 kg dicampur dengan tanah atau dibenamkan pada
alur-alur tanam.
Brotowali membutuhkan tiang panjat agar
pertumbuhannya baik. Tiang panjat dapat ditanam di samping
lubang tanam sebelum penanaman brotowali. Tiang panjat dapat
berupa panjatan hidup atau mati. Tiang Panjatan dapat
menggunakan tanaman yang tumbuh relatif cepat dan kuat.
2. Penyiapan Bibit
Tanaman brotowali biasanya diperbanyak dengan stek
batang agar pertumbuhan tanaman seragam. Stek batang diambil
dari batang yang sehat dan cukup tua. Panjang stek batang 5 cm,
10 cm, atau 15 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang
stek terbaik adalah 10 cm.
Sebelum ditanam ke lapangan, stek ditanam di polibeg
yang berisi media tanam campuran pupuk kandang dan tanah
dengan perbandingan 1 : 1. Stek batang ditunaskan selama 3 – 4
minggu. Untuk mempercepat pertumbuhan tunas dapat digunakan
atonik atau air kelapa. Stek yang dipindahkan ke lapangan adalah
stek yang pertumbuhannya sehat dan seragam.
3. Penanaman
Pemindahan bibit dari polibeg ke lapangan adalah dengan
cara menyobek salah satu bagian polibeg. Bibit dipindahkan ke
lubang tanam dengan hati-hati. Tanah di sekitar bibit dipadatkan
agar bibit tetap kokoh. Untuk menjaga kelembaban tanah dan
menghambat pertumbuhan gulma sebaiknya diberi mulsa berupa
jerami, serasah atau daun-daun kering. Jarak tanam brotowali
yang dianjurkan adalah 1 m x 1 m.
4. Pemeliharaan

18
Pupuk yang digunakan sebaiknya pupuk organik dapat
pupuk kandang atau kompos. Penyediaan pupuk kimia negatif
akan mempengaruhi isi dari tanaman.Penyiangan dilakukan pada
umur 1 bulan setelah tanam atau disesuaikan dengan
pertumbuhan gulma. Penyiangan tidak harus menggunakan
herbisida, tapi secara manual, dengan menarik gulma yang
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Ketika digunakan panjatan hidup, Pemangkasan cabang
dan daun tanaman perambat harus dilakukan secara teratur,
sehingga tidak mengganggu pertumbuhan brotowali. Mengatur
arah brotowali pertumbuhan harus diatur sedemikian rupa
sehingga pertumbuhan cabang teratur sehingga mudah untuk
panen.
Untuk menarik dan melekatkan sementara cabang-cabang
yang menjuntai dapat digunakan tali plastic atau tali rafia. Cara
perambatan gantung ini akan memberikan hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan perambatan bebas pada tanaman perambat.
Dioscoreophylli Cercosporella jamur sering menyebabkan
penyakit bercak daun pada bertepung brotowali. Pada daun
tanaman dengan jamur adalah patch terlihat kuning. Penyakit ini
tidak menyebabkan kematian tanaman, tapi itu membuat bentuk
daun tidak sempurna.
Pengendalian penyakit ini bisa dilakukan dengan
mengurangi naungan perambat tanaman sehingga kelembaban
menurun, terutama dari embun atau air hujan sisa yang menempel
pada permukaan daun. Jamur Colletotrichum sp. Dan
Trichocladium sp. juga bisa menyerang brotowali.Batang yang
terinfeksi akhirnya akan menjadi coklat dan kering. Hama yang
sering mengganggu brotowali adalah Othreis fullonia yaitu
pemakan daun ulat. Serangan hama ini menyebabkan hilangnya
daun yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Hama ini dapat

19
dikendalikan dengan menggunakan ekstrak nimba. Penyemprotan
dilakukan dua minggu sebelum panen.
5. Panen
Bagian organ brotowali yang dipanen adalah batang.
Batang brotowali dapat dipanen apabila warnanya coklat
kehitaman. Panen dapat dilakukan dengan cara memangkas
batang. Untuk mendapatkan simplisia brotowali, batang dipotong
kasar lalu dikeringkan.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Bratawali, Brotowali, atau akar aliali (Tinospora crispa (L) Miers) adalah
tanaman obat tradisional Indonesia yang biasa ditanam di pekarangan atau
tumbuh liar di hutan. Rebusan batangnya yang terasa sangat pahit biasa
dijadikan obat rematik, mengurangi gula darah, menurunkan panas, dan
membantu mengurangi gejala kencing manis.
2. Setiap tanaman pasti tersudut dari berbagai komponen untuk bisa tumbuh
dengan baik, salah satunya tanaman brotowali yang bisa hidup dengan
normal dengan adanya akar. batang, daun, buah, dan bunga.
3. Gambaran mikrokospis batang brotowali, Epidermis terdiri dari 1 lapis sel
berbentuk segi empat memanjang, dinding tipis dengan kutikula agak tebal.
Dibawah epidermis terdapat beberapa lapis sel gabus, bentuk segi empat
memanjang, dinding agak teba, kambium gabus terdiri dari beberapa jenis
sel berdinding tipis. Korteks parenkimatik dengan sel-sel berbentuk
membulat, mengandung butir-butir pati, minyak atau hablur kalsium oksalat
berbentuk prisma.
4. Tinospora crispa (L.) mengandung banyak senyawa kimia yang berkhasiat
menyembuhkan berbagai penyakit. Kandungan senyawa kimia berkhasiat
obat tersebut terdapat di seluruh bagian batang. Berdasarkan sejumlah
literatur, secara umum di dalam tumbuhan Tinospora crispa (L.) terkandung
berbagai senyawa kimia antara lain alkaloid berberin, damar lunak, pati,
glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid, palmatin,
kolumbin, dan kaokulin atau pikrotoksin (Kresnady, 2003). Sedangkan
Muharni (2014) menyatakan Tinospora crispa (L.) mengandung senyawa-
senyawa golongan alkaloid, flavonoid, steroid dan golongan fenolat lainnya.

21
Sedangkan, Efek farmakologis batang brotowali adalah sebagai
menghilangkan rasa sakit (analgetik), penurun panas (antipiretik) dan
melancarkan meridian.
5. Variabilitas, Tanaman obat merupakan semua bagian tanaman yaitu batang
(caulis), daun (folium), akar (radix), bunga (flos), buah (fructus), biji
(semen), dan sebagainya yang digunakan baik dalam bentuk ekstrak/fraksi
atau senyawa isolatnya untuk menghasilkan obat untuk kepentingan
manusia/hewan. Sedangkan, Faktor yang mempengaruhi bahan secara
alamiah, kualitas senyawa bioaktif dalam tumbuhan hidup ditentukan oleh
faktor internal yaitu genetik dan umur tanaman serta dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti klimatik, geografi, hama dan penyakit. Selain kedua faktor
tersebut, waktu panendan penanganan pascapanen juga dapat berpengaruh
terhadap kualitas simplisia.

3.2 Saran
1. Dapat dijadikan sebagai sumber acuan bahwa dalam tanaman Brotowali
terdapat banyak bahan yang dapat mengandung obat dan manfaat serta
khasiatnya yang dapat digunakan oleh semua orang.
2. Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai