Disusun Oleh :
PRODI D3 FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum w.w
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyanyang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
laporan praktikum mengenai “Fitokimia” pada Kayu Secang (Sappan lignan L).
Laporan ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan laporan ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya
kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki laporan ini.
Akhir kata kami berharap semoga laporan tentang “Fitokimia” pada Kayu
Secang (Sappan lignan L) ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.
Wassalamualaikum w.w
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dari ekstraksi dan apa saja metode-metode dalam ekstraksi?
2. Apa itu kayu secang dan apa saja manfaat dari kayu secang?
3. Bagaimana cara kerja dari setiap metode ekstraksi?
4. Metode ekstraksi manakah yang paling efektif untuk mengekstraksi kayu secang?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dan metode-metode dalam ektraksi
2. Untuk mengetahui pengertian dan manfaat dari kayu secang
3. Untuk mengetahui cara kerja dari setiap metode ekstraksi
4. Untuk mengetahui metode ekstraksi manakah yang paling efektif untuk mengekstraksi
simplisia kayu secang.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin penulis capai adalah:
1. Untuk memberikan informasi kepada para pembaca mengenai metode – metode
ekstraksi dan kayu secang.
2. Untuk memberikan informasi tentang cara memperolek ekstrak kental dari kayu
secang.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Secang
2.1.1 Definisi Kayu Secang
Klasifikasi secang adalah (Tjitrosoepomo, 1994 dalam Ramdana Sari dan Suhartati,
2016) :
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
3
Family : Caesalpiniaceae
Genus : Caesalpinia
Zat yang terkandung dalam secang antara lain brazilin, alkaloid, falvonoid, saponin,
tanin, fenil propana dan terpenoid.Selain itu juga mengandung asam galat, brasilein,
delta-a-phellandrene, oscimene, resin dan resorin. Sementara daunnya mengandung
minyak atsiri tidak kurang dari 0,20% yang beraroma enak dan tidak berwarna. Bagian
yang digunakan untuk dijadikan minuman adalah kayunya atau batang pohonnya.Kayu
secang mengandung Brazilin, yaitu senyawa penting yang menghasilkan warna merah
berasal dari kayu brazil(Brazilwood). Pigmen alami kayu secang (Caesalpina sappan)
dipengaruhi oleh tingkat keasaman.Pada suasana asam (pH 2-4) berwarna
merahsedangkan pada suasana basaataualkali (pH 6-8) berwarna kuning.
Ekstraksi adalah suatu proses penyarian senyawa kimia yang terdapat didalam bahan
alam atau berasal dari dalam sel dengan menggunakan pelarut dan metode yang tepat.
Sedangkan ekstrak adalah hasil dari proses ekstraksi, bahan yang diekstraksi merupakan
bahan alam (Ditjen POM, 1986).
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan (Ditjen
POM, 1995).
Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada
bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam
pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk
ke dalam pelarut.
4
2.3 Metode Ekastraksi
2.3.1 Maserasi
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis
yang mudah mengembang.Cairan penyari yang bila cairan penyari digunakan air maka
untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet yang diberikan
pada awal penyarian.Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang
mengandung komponen kimia yang mudah larut dalamcairan penyari, tidak mengandung
benzoin, stirak dan lilin (Ditjen POM, 1995).
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu
40-50°C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk berputar terus-menerus waktu proses maserasi dapat
dipersingkat 6-24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2 seluruh serbuk simplisia dimaserasi dengan cairan
penyaripertama, sesudah dienap-tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan
cairan penyari yang kedua
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyari selalu bergerak
dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali secara
5
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya (Ditjen
POM, 1986).
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan, kerugiannya adalah pengerjaannya lama
dan penyariannya kurang sempurna (Ditjen POM, 1995).
2.3.2 Perkolasi
2.3.3 Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama
waktu tertentu dan jumlah pelarut yang ralatif konstan dengan adanya pendingin balik.
Prinsip refluks yaitu :
6
2.3.4 Soxhletasi
2.3.5 Infusa
Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada suhu penangas air (bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih), suhu terukur (96-98oC) selama waktu tertentu
(15-20 menit) (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2.3.6 Dekokta
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan suhu sampai titik didih air,
yaitu pada suhu 90-100oC selama 30 menit (Departemen Kesehatan RI, 2006).
2.3.7 Destilasi
Karena ekstrak dan pelarut biasanya harus dipisahkan dengan cara penguapan,
destilasi atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan itu tidak boleh terlalu dekat, dan
keduanya tidak membentuk ascotrop. Ditinjau dari segi ekonomi, akan menguntungkan
jika pada proses ekstraksi titik didih pelarut tidak terlalu tinggi (seperti juga halnya
dengan panas penguapan yang rendah) (Ditjen POM, 1986).
7
2.4 Kadar Abu Total
Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam
suatu bahan, kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Penentuan kadar abu
adalah mengoksidasikan senyawa organik pada suhu yang tinggi,yaitu sekitar 500-600°C dan
melakukan penimbangan zat yang tinggal setelah proses pembakaran tersebut. Lama
pengabuan tiap bahan berbedabeda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dilakukan pada
alat pengabuan yaitu tanur yang dapat diatur suhunya. Pengabuan diangap selesai apa bila
diperoleh sisa pembakaran yang umumnya bewarna putih abu-abu danberatnya konstan
dengan selang waktu 30 menit. Penimbangan terhadap bahan dilakukan dalam keadan
dingin,untuk itu krus yang berisi abu diambil dari dalam tanur harus lebih dahulu dimasukan
ke dalam oven bersuhu 105°C agar suhunya turun menyesuaikan degan suhu didalam
oven,barulah dimasukkan kedalam desikator sampai dingin,barulah abunya dapat ditimbang
hingga hasil timbangannya konstan(Zahro, 2013).
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan komponen
menggunakan fasa diam berupa plat dengan lapisan bahan adsorben inert. KLT merupakan
salah satu jenis kromatografi analitik.KLT sering digunakan untuk identifikasi awal, karena
banyak keuntungan menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah.KLT
termasuk dalam kategori kromatografi planar, selain kromatografi kertas.Kromatografi juga
8
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya.KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hidrofobik seperti lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromatografi kertas.
KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolom, analisis fraksi yang
diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi
senyawa murni skala kecil (Gandjaret al,2008).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah suatu teknik yang sederhana yang banyak
digunakan, metode ini menggunakanlempeng kaca atau lembaran plastik yang ditutupi
penyerap atau lapisan tipis dan kering.Untuk menotolkan karutan cuplikan pada kempeng
kaca, pada dasarya menggunakan mikro pipet atau pipa kapiler.Setelah itu, bagian bawah dari
lempeng dicelup dalam larutan pengelusi di dalam wadah yang tertutup (Bernaseoni,
2005).Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan pada
pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat yang ada dalam
larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan.
Fasa gerak yang digunakan dalam KLT sering disebut dengan eluen.Pemilihan eluen
didasarkan pada polaritas senyawa dan biasanya merupakan campuran beberapa cairan yang
berbeda polaritas, sehingga didapatkan perbandingan tertentu. Eluen KLT dipilih dengan cara
trial and error. Kepolaran eluen sangat berpengaruh terhadap Rf (faktor retensi) yang
diperoleh (Gritteret al, 1991). Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan
sebagai faktor resensi.menghitung nilai Rf. Nilai Rf merupakan ukuran kecepatan migrasi
suatu senyawa. Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa titik awal
dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal (ibnu gholib, 2007). Nilai Rf sangat karakterisitik
untuk senyawa tertentu pada eluen tertentu. Hal tersebut dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya perbedaan senyawa dalam sampel. Senyawa yang mempunyai Rf
lebih besar berarti mempunyai kepolaran yang rendah, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut
dikarenakan fasa diam bersifat polar. Senyawa yang lebih polar akan tertahan kuat pada fasa
diam, sehingga menghasilkan nilai Rf yang rendah. Rf KLT yang bagus berkisar antara 0,2 -
0,8. Jika Rf terlalu tinggi, yang harus dilakukan adalah mengurangi kepolaran eluen, dan
sebaliknya (Ewing Galen, 1985).
9
2.6 Kromatografi Kolom
Kromatorafi kolom merupakan metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan
daya adsorbsi suatu adsorben teradap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil
isolasinya. Seberapa jauh komponen itu dapat diserap absorben tergantung pada sifat fisika
komponen tersebut. Prinsip kerja kromatografi kolom perbedaan daya serap dari masing-
masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di
masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang
lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar
terserap lebih lama dan turun lebih cepat. Zat yang diserap dari larutan secara sempurna oleh
bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom. Pelaru lebih lanjut atau dengan tanpa tekanan
udara masing-masing zat akan bergerak turun dengan kecepatan khusus sehingga terjadi
pemisahan dalam kolom (Sastrohamidjojo, 2004).
10
2.7.3 Tanin
Tannin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh.Secara kimia terdapat dua jenis
tannin yaitu tannin terkondensasi hampir terdapat semesta di dalam paku-pakuan dan
gymnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae terutama pada tumbuhan
berkayu.Tannin terhidrolisis, penyebarannya terbatas pada tumbuhan berkeping
dua.Sebagian besar tumbuhan yang terdapat banyak tannin dihindari oleh hewan
pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Salah satu fungsi tannin dalam tumbuhan
ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Harbone, 1987).
2.7.4 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpenoid dan sterol.Saponin merupakan senyawa aktif
permukaan dan bersifat sabun serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya dalam
membentuk busa dan menghemolisis darah (harbone, 1987), Selain itu saponin adalah
senyawa aktif permukaan kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada
konsentrasi rendah sering menyebabkan heomolisis sel darah merah (Robinson, 1995).
Sifatnya sebagai senyawa aktif permukaan disebabkan adanya kombinasi antara
aglikon lipofilik dengan gula yang bersifat hidrofilik (Houghton dan Raman, 1998).
Banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai lima dan komponen yang umum
ialah asam glukuronat (Harborne, 1987). Pembentukan busa yang mantapsewaktu
mengekstraksi tumbuhan atau memekatkan ekstrak tumbuhan merupakan bukti
terpercaya akan adanaya saponin. Saponin jauh lebih polar daripada sapogenin karena
ikatan glikosidanya (Harborne, 1987).
2.7.5 Steroid
Terpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonilnya berasal dari enam satuan
isoprene.Senyawa berstruktur siklik, kebanyakan berupa alcohol, aldehida, atau asam
karboksilat.Umumnya berupa senyawa tidak berwarna, berbentuk Kristal, bertitik leleh
tinggi dan optic aktif.Uji yang banyak digunakan adalah reaksi Liebermann-burchard
(anhidrat asetat-H2SO4pekat), Steroid merupakan senyawa triterpen yang terdapat dalam
bentuk glikosida (Harbone, 1987).
11
2.8 Penentuan Kadar Air Metode Gravimetri
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan
kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu
sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode
pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang
terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap
pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan
glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC, 1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel
yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan
yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah
konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang
tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat
dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton, 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur
rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan
suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan
dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan,
contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk
menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu
bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang
laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC, 1970). Selanjutnya metode oven temperatur
tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur
yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah
(Crampton, 1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu ; a) Bahan lain disamping air juga ikut
menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri
dan lain-lain ; b) Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat
mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami
oksidasi ; c) Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun
sudah dipanaskan (Soedarmadji 2003).
12
BAB III
Hasil dan Pembahasan
3.1 Hasil Praktikum
3.1.1 Ekstraksi Maserasi
Dari praktikum ekstraksi dengan metode maserasi didapat rendemen sebesar :
13
3.1.5 Ekstraksi Soxhletasi
Dari praktikum ekstraksi dengan metode soxhletasi didapat rendemen sebesar :
3.1.7 Destilasi
Pada praktikum kali ini hasil yang didapat dari proses destilasi simplisia kayu secang
dengan proses destilasi tidak didapatkan minyak yang menguap pada tabung penampung.
Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya simlplisia yang digunakan.
Rf =
=
= 0,81
2. Perkolasi
Rf =
=
= 0,83
3. Infusa
Rf =
14
= 0,82
4. Dekokta
Rf =
=
= 0,8
5. Refluks
Rf =
=
=0,82
6. Sokhletasi
Rf =
=
= 0,81
3.1.10 Kromatografi Kolom
3.1.11 Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan pada semua jenis ekstraksi dari Maserasi hingga
Refluks, setelah dilakukannya pengujian kemudian didapat hasil sebagai berikut :
Golongan Senyawa Jenis Ekstraksi Hasil
Maserasi (+)
Perkolasi (-)
Infusa (+)
Alkaloid
Dekokta (-)
Sokhletasi (+)
Refluks (+)
Perkolasi (-)
Infusa (+)
15
Dekokta (+)
Sokhletasi (-)
Refluks (-)
Maserasi (-)
Perkolasi (-)
Infusa (-)
Saponin
Dekokta (-)
Sokhletasi (-)
Refluks (-)
Maserasi (+)
Perkolasi (+)
Infusa (-)
Tanin
Dekokta (-)
Sokhletasi (+)
Refluks (+)
Maserasi (-)
Perkolasi (-)
Infusa (-)
Steroid/ Triterpenoid
Dekokta (-)
Sokhletasi (-)
Refluks (-)
16
% kadar air=( 52,897 – 52,457 ) ×100 %
¿ 0,4404 × 100 %
¿ 44.04 %
3.2 Pembahasan
Metode maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat akif
yang mudah larut dalam cairan penyari. Metode maserasi juga merupakan metode
dingin. Maserasi dilakukan dengan cara menimbang 100 gram simplisia yang telah
dihaluskan lalu di basahi dengan etanol 1000 ml di maserator setelah itu di aduk-aduk
dan dibiarkan selama 1 hari disimpan ditempat yang terlindung cahaya sambil di aduk-
aduk sesekali tiap harinya selama 3 hari. Simplisia yang digunakan pada praktikum ini
yaitu simplisia kayu secang atau Caessalpinia sappan L. Tujuan dari pengadukan dari
17
serbuk dengan cairan penyari dapat bercampur dengan merata, sehingga cairan penyari
dapat menarik senyawa kimia yang terkandung didalam simplisia tersebut. Setelah 3 hari
hasil ekstraksi dipekatkan di rotary evaporator lalu dipekatkan kembali diatas penangas
air. Hasil rendemen dari ekstraksi maserasi ini didapat sebanyak 18% dengan berat
ekstrak sebanyak kental 18 gram.
Keuntungan dari metode ekstraksi maserasi ini adalah cara pengerjaanya yang mudah
dan sederhana, sedangkan kerugiannya dalam penerjaannya yang lama dan penyariannya
kurang sempurna. Alasan digunakannya etanol sebagai cairan penyari karena etanol tidak
menyebabkan pembengkakan pada membran sel dan sangat efekif mengasilkan bahan
akif yang optimal, bahan simplisia yang ikuttersari dalam cairan penyari hanya sedikit
sehingga zat akif yangtersari lebih banyak.
Pada ekstraksi metode perkolasi ini digunakan simplisia kayu secang atau
Caessalpinia sappan L. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yangtelah dibasahi. Prinsip
perkolasi yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam sutau bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori, kemudian cairan penyari dialirkan dari atas kebawah
melalui serbuk tersebut, yang akan melarutkan zat aktif.
Simplisia yang digunakan yaitu sebanyak 50 gram dengan cairan penyari 500 ml.
Cairan penyari yang digunakan adalah etanol 96%. Etanol digunakan sebagai cairan
penyari karena etanol bersifat polar yang dapat menarik zat aktif yang bersifat polar juga.
Etanol juga lebih selekif, kapang dan khamir sulit tumbuh dalam etanol 20% keatas,
tidak beracun, netral, dapat bercampur dengan air dan tidak mengakibatkan
pembengkakan membran sel. Setelah didapat volume ekstrak sebanyak 700 ml lalu
diuapkan diatas penangas air hingga menjadi ekstrak kental. Ekstrak kental yang didapat
sebanyak 5 gram dengan rendemen 10%.
Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya untuk menyari kandungan zat aktif
yang ada pada sediaan tanaman yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Infus
adalah hasil dari proses ekstraksi dengan menggunakan metode infundasi dengan air
pada suhu 90oC selama 15 menit. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang
18
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu,sari yang
diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Simplisia yang digunakan yaitu Caessalpinia sappan L. atau kayu secang dengan
bobot 50 gram diekstraksi menggunakan metode infusa dan didapatkan volume ekstrak
nya yaitu 302 ml, menjadi 3 gram ekstrak kental dengan rendemen 6%. Rendemen
adalah perbandingan jumlah (kuantitas) ekstrak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman.
Rendemen menggunakan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai rendemen yang
dihasilkan menandakan nilai ekstrak yang dihasilkan semakin banyak.
Dekokta istilah aslinya adalah dekoktum (bahasa Latin) : adalah sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air (pelarut berair/polar)
pada suhu 90° C selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih
(Farmakope Indonesia, 1995).
Simplisia yang digunakan yaitu Caessalpinia sappan L. atau kayu secang, dengan
bobot 50 gram dalam aquadest 500 ml diekstraksi dengan metode dekokta dan
didapatkan volume ekstrak 276 ml, menjadi 4 gram ekstrak kental dengan rendemen 8%.
Walaupun metode ektraksi infusa dan dekokta dapat dibedakan dari waktu
pengekstraksian nya saja, tetapi hasil rendemen dari metode dekokta lebih besar daripada
metode infusa yang hanya dengan waktu 15 menit saja.
Pada praktikum kali ini dilakukan ekstraksi pada kayu secang menggunakan metode
ekstraksi Soxhletasi. Prinsip kerja dari ekstraksi metode soxhletasi ini yaitu cairan
penyari dipanaskan sampai mendidih. Uap penyari akan naik melalui pipa samping,
kemudian diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat
aktif dalam simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh
cairan akan turun ke labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya
sampai zat aktif yang terdapat dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya
cairan yang lewat pada tabung sifon.
19
Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menghaluskan dan menimbang
simplisia kayu secang sebanyak 6 gr kemudian masukkan simplisia ke dalam kertas
saring yang telah di bentuk dan ikat atasnya menggunakan benang, masukkan sampe
pada alat soxhlet, set alat soxhlet, lalu masukkan pelarut (etanol 96%) kedalam labu
bundar sebanyak 400 ml labu ini dipasang dibagian bawah terhubung dengan alat
soxhlet, lalu simplisia kayu secang mulai diekstrak dan pelarutnya akan naik melalui
vapor uapnya akan menuju kondensor dan akan terjadinya penurunan tekanan uap
sehingga pelarut akan jatuh. Reaksi ini akan terjadi secara kontinu. Ekstraksi ini
seharusnya berlangsung 2-3 hari tetapi disini kita hanya melakukan hingga 5 kali siklus,
didapatkan volume ekstrak sebesar 376 ml dan hasil rendemen di dapatkan 0,16%,
setelah itu hasil ekstraksi di uap kan di atas penangas air atau rotary evaporator untuk
memperoleh ekstrak kental, didapatkan ekstrak kental sebesar 1 gram.
3.2.7 Destilasi
20
Pada praktikum kali ini melakukan destilasi minyak atsiri, dimana destilasi
merupakan proses pemisahan komponen-komponen antara dua atau lebih jenis zat yang
memiliki karakteristik berbeda dalam suatu campuran. Minyak atsiri dapat diambil dari
beberapa tanaman seperti yang digunakan kali ini yaitu simplisia daun sirih. Sebelum
didestilasi simplisia dilarutkan dengan pelarutnya, pelarut yang digunakan yaitu etanol.
Prinsip dari destilasi yaitu merupakan suatu proses pemisahan komponen-komponen
suatu campuran yang terdiri atas dua cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan
uap atau berdasarkan perbedaan titik didih komponen-komponen senyawa tersebut. Jenis
penyulingan yang digunakan yaitu hidrodestilasi. Hidrodestilasi adalah penyulingan
suatu campuran yang berwujud yang berwujud cairan yang tidak saling bercampur .
Massa sampel yang sudah diketahui dan volume serta massa minyak atsiri yang
didapat, maka dapat ditentukan rendemennya dengan rumus :
Proses destilasi dilakukan selama ….. jam. Praktikum yang telah dilakukan tidak
menghasilkan destilat,hal ini dapat disebabkan karena simplisia yang digunakan terlalu
sedikit sedangkan seharusnya simplisia yang digunakan yaitu sebnyak…. gram dan
mungkin dapat disebabkan karena kurang lamanya proses destilasi yang dilakukan.
21
Dari Hasil praktikum didapat kadar abu dari ekstrk simplisia kayu secang yaitu
yaitu.... hasil yang didapat sesuai/tidak sesuai dengan persyaratan kadar abu. Dimana
persyaratan kadar abu yaitu tidak lebih dari 6%.
Langkah pertaman pada uji KLT ini yaitu disiapkan nya plat tipis terlebuh dahulu
dengan ukuran tertentu lalu diberi tanda batas bawah dan tanda batas atas dengan pensil
bukan menggunakan tinta karena pewarna dari tinta akan bergerak atau ikut terelusi.
Tujuan diberi tanda Batas bawah adalah untuk mencegah agar sampel tidak sampai
tercelup dan larut dalam eluen. Batas atas digunakan untuk mengakhiri proses elusi yang
ditandai bahwa migrasi eluen sampai tanda batas. Hal ini dapat mempengaruhi proses
pengelusian lalu di oven, tujuan dari pengoven an ini adalah agar pada saat proses elusi
plat tipis ini dapat menyerap dan berikatan dengan sampel. Plat tipis ini dioven selama
15 menit dalam suhu 105oC. Setelah plat selesai di oven kemudian ekstrak dilarutkan
sedikit dengan tujuan agar pemisahan terjadi secara mudah lalu ditotolkan ke dalam plat
tipis menggunakan pipa kapiler. Fase gerak yang telah dibuat (BAA) dimasukan ke
dalam chamber lalu dijenuhkan terlebih dahulu, tujuan penjenuhan ini adalah untuk
memperoleh homogenitas atmosferik dalam chamber. Setelah chamber jenuh maka plat
KLT dimasukkan ke dalam chamber dan tunggu hingga pelarut membasahi plat. Setelah
selesainya proses KLT plat tersebut di oven kembali, lalu di amati di bawah lampu UV
untuk melihat flourosensi yang terbentuk.
Maka didapat harga Rf dari setiap metode ekstraksi sampel Sappan lignum yaitu
maserasi 0,81; perkolasi 0,83; infusa 0,82; dekokta 0,8; sokhletasi 0,81; refluks 0,82.
22
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kromatografi kolom untuk mengetahui ......,
ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak sappan lignu (kayu secang) sebanyak gram. Fase
diam yang digunakan yaitu silika gel dan fase gerak yang digunakan yaitu campuran
antara metanol dan etanol dengan perbandinga 7:3.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu membuat campuran pelarut antara metanol
dan aquadest dengan perbandingan 7:3, lalu dibuat bubur silika gel sebagai fasa diam
dengan melarutkan silika gel dalam campur pelarut yang telah dibuat tersebut, pada
bagian bawah alat kromatografi kolom diletakan kapas dengan tujuan untuk menahan
silika gel agar tidak keluar dari kolom, setelah itu ditambahkan sedikit campuran pelarut
untuk memadatkan kapas sehingga tidak ada lagi udara yang terkandung di dalamnya,
karena jika terdapat rongga udara maka akan menghambat pengelusian. Lalu dimasukkan
bubur silika yang telah dibuat ke dalam kolom. Fungsi silika gel ini adalah sebagai
adsorban atau fasa diam. Silika gel digunakan karena memiliki tekstur dan struktur yang
tampak dan teratur. Silika gel dapat memadat dengan ikatan yang kuat dan rapat
sehingga dapat mengoptimalkan proses pemisahan cuplikan. Setelah fasa diam tebentuk
ekstrak yang sudah diencerkan dimasukan kedalam alat tersebut. Pelarut yang
ditambahkan akan turun perlahan kebagian penyerap dan membentuk pita-pita warna
sesuai dengan jenis zat warna yang terkandung sampel. Pelarut yang digunakan adalah
campuran antara metanol dan etanol (polar) maka fraksi yang akan turun adalah senyawa
polar, sedangkan senyawa non polar tidak turun karena tidak larut dengan campuran
pelarut etanol dan metanol.
Uji kromatografi kolom membutuhkan waktu yang lama untuk memisahkan satu
campuran, ciri dari selesainya pengujian ini yaitu tetesan yang keluar dari alat sudah
tidak berwarna lagi. Percobaan yang dilakukan tidak berjalan sampai selesai dikarenakan
terbatasnya waktu untuk melakukan uji kromatografi kolom ini. Warna yang dihasilakan
dari uji kromatografi kolom ini yaitu ......................
23
3.1.12 Penetapan Kadar Abu Total (Metode Gravimetri)
Pada praktikum ini yaitu melakukan penetapan kadar abu dengan metode gravimetri,
ekstrak yang digunakan yaitu ekstrak yang didapatkan dari metode ektraksi maserasi
sebnyak 1 gram.
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau Thermogravimetri yaitu
menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan
dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah
dan murah. Langkah pertama yang dilakukan yaitu dengan menghilangkan kadar air pada
cawan penguap dengan cara dioven sampai mendapat berat cawan yang konstan, dan
didapat hasil berat cawan akhir setelah dioven yaitu 52,457, setelah itu cawan
ditambahkan ekstrak simplisia kayu secang sebanyak 1 gram kemudian ditimbang dan
didapat hasil yaitu sebesar 52,897. setelah itu dihitung kadar air simplisia dan didapat
kadar air ekstrak simplisia kayu secang yaitu 44,04%.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia .Press.
Markham, 1988, Cara Identifikasi Flavonoid, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, hal
1-20, Penerbit ITB, Bandung.
Melinda, Ayu. 2014. Ekstraksi Sampel. Tersedia di
https://www.academia.edu/34900807/Laporan_Praktikum_Fitokimia_Ekstraksi. (diakses
pada tanggal 3 Juni 2019).
Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Penerbit ITB. Bandung.
Rahmat. 2019. Secang. Tersedia di https://id.m.wikipedia.org/wiki/Secang. (diaksespada
tanggal 3 Juni 2019)
Robinson, T. 1995. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi. Diterjemahkan oleh
Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Penerbit: ITB. Bandung.
Sari, R., Suhartati. 2016. SECANG (Caessalpinia sappan L) : TUMBUHAN HERBAL KAYA
ANTIOKSIDAN. Info Teknis EBONI. 13(1). 57-60.
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada University
Savthree, Mytha. 2012. Ekstraksi menggunakan metoda Infudasi. Tersedia di
https://id.scribd.com/doc/84240887/Ekstraksi-Menggunakan-Metode-Infundasi. (diakses
pada tanggal 6 Juni 2019).
Syam, Sunarti. 2013. Ekstraksi Sampel. Tersedia di
https://www.academia.edu/23964324/LAPORAN_FITOKIMIA_EKSTRAKSI. (diakses
pada tanggal 3 Juni 2019)
Umniatie, Mala Khansa. 2011. Cara mengekstraksi tanaman dengan metode dekokta.
Tersedia di https://id.scribd.com/doc/58536011/Cara-Mengekstraksi-Tanaman-Dengan-
Metode-Dekokta. (diakses pada tanggal 6 Juni 2019).
26