Anda di halaman 1dari 6

Dhiya Salma Salsabila

Kelompok B

Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu Simplisia


Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai komoditas berada di tangan
konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat disebut Pasca produksi (Postproduction)
yang dapat dibagi dalam dua bagian atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan
pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen yang baik akan menekan kehilangan (losses), baik dalam
kualitas maupun kuantitas, yaitu mulai dari penurunan kualitas sampai komoditas tersebut tidak
layak pasar (not marketable) atau tidak layak dikonsumsi.
Untuk menekan kehilangan tersebut perlu diketahui :
✓ Sifat biologi hasil tanaman yang ditangani : struktur dan komposisi hasil tanaman
✓ Dasar-dasar fisiologi pasca panen : respirasi, transpirasi, produksi etilen
✓ Teknologi penangan pasca panen yang sesuai
Dibanding dengan melakukan usaha peningkatan produksi, melakukan penanganan pasca panen
yang baik mempunyai beberapa keuntungan antara lain:
✓ Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak
✓ Lebih murah melakukan penanganan pasca panen (misal dengan penangan yang hati-hati,
pengemasan) dibanding peningkatan produksi yang membutuhkan input tambahan (misal
pestisida, pupuk, dll).
✓ Risiko kegagalan lebih kecil. Input yang diberikan pada peningkatan produksi bila gagal
bisa berarti gagal panen. Pada penanganan pasca panen, bila gagal umumnya tidak
menambah “kehilangan”.
✓ Menghemat energi. Energi yang digunakan untuk memproduksi hasil yang kemudian
“hilang” dapat dihemat.
✓ Waktu yang diperlukan lebih singkat (pengaruh perlakuan untuk peningkatan produksi
baru terlihat 1 – 3 bulan kemudian, yaitu saat panen; pengaruh penanganan pasca panen
dapat terlihat 1 – 7 hari setelah perlakuan)
Sedangkan umur panen sendiri sangat penting diperhatikan karena jika sebuah daun di
panen terlalu muda maka kadar senyawa aktif yang dibutuhkan masih sedikit. Dalam penelitian
umur panen terhadap kacang. Panen 10 hari lebih awal dari saat panen petani akan merugikan
karena rendemen bobot biji lebih rendah. Namun, penundaan panen 10 hari dari saat panen
petani, juga tidak menguntungkan karena tidak terjadi peningkatan bobot biji.
Penanganan Segera Pasca Panen
1. Indentifikasi
Guna memudahkan pengelolaan pertama herba di indentifikasi terlebih dahulu,
karena tidak semua bagian tanaman dapat dijadikan herba (walau ada beberapa jenis
tanaman yang seluruh bagiannya dapat dijadikan herba). Bagian tanaman seperti daun,
bunga, buah, biji, batang kayu, kulit kayu, akar, rimpang atau bagian tanaman lainnya.
2. Pencucian
Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran serta residu
pestisida (insektisida atau fungisida). Khusus untuk bahan yang mengandung senyawa
aktif yang mudah larut dalam air, pencucian dilakukan secepat mungkin (tidak
direndam). Contoh senyawa aktif yang mudah larut dalam air ialah Vitamin B dan
Vitamin C.
Pada penelitian pengaruh proses pencucia pada rimpang kunyit didapatkan bahwa
proses pencucian dapat mengurangi adanya cemaran kapang/khamir yang tumbuh pada
permukaan rimpang kunyit, tetapi proses pencucian tidak dapat mengurangi Jumlah
cemaran kapang/khamir yang sudah mencapai sel.
3. Pemulihan (curing)
Pemulihan dilakukan untuk ubi, umbi, dan rhizome. Perlakuan curing sebelum
disimpan/dipasarkan dengan tujuan agar permukaan kulit yang terluka/tergores dapat
tertutup kembali. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membiarkan bahan untuk
beberapa hari pada suhu ruang. Sebagai contoh, ubi jalar dilakukan pada suhu 32,8°C
dengan humaditas relatif berkisar 95- 97% sedangkan untuk kentang dapat dilakukan
dalam 2 tahap yakni pada suhu 18°C selama 2 hari kemudian pada suhu 7-10°C selama 1
minggu dengan RH berkisar 90-95%. Selain hal tersebut, proses curing memberikan
keuntungan lain yakni yakni menurungkan kadar air yang dapat mencegah pertumbuhan
kapang. (M.Yusuf, 2006).
4. Pengupasan
Pengupasan kulit luar bertujuan untuk mengurangi jummlah mikroba awal karena
sebagian mikroba biasanya terdapat pada bagian permukaan bahan simplisia, dan dengan
proses pencucian saja masing belum mampu menghilangkan mikroba tersebut.
5. Pengeringan (drying)
Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Mikroorganisme
hanya dapat tumbuh pada kisaran kandungan air tertentu, sehingga proses pengeringan
dapat menguapkan air yang ada pada bahan, akibatnya mikroorganisme tidak
mendapatcukup air untuk tumbuh pada bahan.
Pengeringan merupakan tahapan penting dalam menjaga kestabilan senyawa dari
simplisia terutama senyawa yang mempunyai aktivitas antioksidan. Hasil analisis
menggunakan Uji Kruskall-Wallis menunjukkan bahwa metode pengeringan simplisia
dapat berpengaruh secara signifikan pada persen inhibisi ekstrak metanol daun pandan
terhadap DPPH, yang mana persen inhibisi tertinggi yaitu pada sampel yang dikeringkan
dengan oven sebesar 64,55%, kemudian diikuti pada sampel yang dikeringkan dengan
SML, SMTL, KA dan segar masing-masing sebesar 61,73; 58,81; 56,14 dan 55,13%.
Metode pengeringan simplisia dapat mempengaruhi aktivitas antioksidan ekstrak metanol
daun pandan (Pandanus amaryllifolius), dimana pengeringan yang optimal yaitu pada
sampel yang dikeringkan dengan oven. (Nera Umila, 2018).
6. Sortasi
Sortasi ialah pemisahan komoditas yang memiliki mutu tinggi dengan yang
memiliki mutu rendah. Pemisahan tersebut berdasarkan ukuran, tingkat kematangan,
rusak, lecet, memar,busuk, warna dan sebagainya. Perlakuan sortasi tergantung juga
kepada peruntukannya atau tempat pemasarannya (misalnya pasar swalayan, restoran,
atau hotel).

7. Pendinginan pendahuluan (precooling)


Pendinginan pendahuluan dilakukan untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah
setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar
matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi
penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia,
precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10°C) dalam waktu 1
– 2 jam. Sebuah penelitian tentang pendinginan pendahuluan terhadap brokoli
menunjukkan bahwa brokoli dengan perlakuan pra pendinginan menggunakan air es pada
suhu 0ºC ±2ºC adalah yang terbaik dimana brokoli tidak mengalami perubahan berat,
tingkat kecerahan sebesar 40,74 dan berwarna hijau dengan kadar vitamin C sebesar
4,605 mg. (Nur Anggraeni, 2016)
Penanganan Pasca Panen
1. Grading dan Standarisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam
kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan seterusnya.
Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan grading ini adalah
untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk kualitas yang lebih baik.
Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria ) dari masing-masing kualitas
tergantung dari permintaan pasar. Kombinasi antara sortasi dan grading menghasilkan
standar mutu dimana ada jenis sayuran memiliki 1 atau lebih standar mutu.

2. Pengemasan/pengepakan/pembungkusan
Keuntungan dari pengemasan yang baik:
✓ Melindungi komoditas dari kerusakan
✓ Memudahkan penanganan
✓ Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
✓ Mengurangi/menekan biaya transportasi/biaya tataniaga
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
✓ Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka, terjatuh
atau kerusakan lain.
✓ Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
✓ Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
✓ Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau pelindung,
harus bersih atau untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik transparan
dan lain-lain, harus yang baru.
✓ Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling . Pengemasan
sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
✓ Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang dikemas
dan lama penyimpanan/pengangkutan.
Pada beberapa negara ada peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang
diperbolehkan, juga dalam hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah panen.

3. Penyimpanan
Tujuan / guna penyimpanan
✓ Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
✓ Menampung produk yang melimpah
✓ Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
✓ Membantu dalam pengaturan pemasaran
✓ Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
✓ Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
✓ Mengendalikan laju transpirasi
✓ Mengendalikan repirasi
✓ Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
✓ Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat diperpanjang dengan
✓ Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen
✓ Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage)
✓ Perlakuan kimia (chemical treatment)
✓ Perlakuan penyinaran (irradiation)
✓ Penyimpanan dingin (refrigeration)

4. Pengangkutan
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi
penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan.
Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:
✓ Fasilitas angkutannya
✓ Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
✓ Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
Daftar Pustaka
1. Mutiarawati, Tino. 2007. Penanganan Panen Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Padjadjaran.
2. Blongkod, Nur Anggraeni. Wenur, Frans. Kajian Pengaruh Pra Pedninginan dan
Suhu Penyimpanan Terhadap Umur Simpan Brokoli. Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi Manado.
3. Samad, M. Yusuf. 2006. Pengaruh Penanganan Pasca Panen Terhadap Mutu
Komoditas Hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 8 No. 1.
4. Rahmianna. 2016. Pengaruh Umur Panen, Pengelolaan Pascapanen, dan Lama
Penyimpanan Kacang Tanah Terhadap Mutu Fisik dan Kontaminasi Aflatoksin
B1. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.
5. Purwanti, Nera Umilia. 2018. Pengaruh Cara Pengeringan Simplisia Daun Pandan
(Pandanus amaryllifolius) Terhadap Aktivitas Penangkal Radikal Bebas DPPH
(2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Pharmacy Medical Journal Vol.1 No.2, 2018.
6. Krismawulan. 2010. Pengaruh Tahapan Pencucian, Pengeringan, Dan Ekstraksi
Rimpang Kunyit (Curcumae domesticae Val) Terhadap Jumlah Cemaran
Kapang/Khamir. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai