Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

SIMPLISIA KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. botrytis)

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Dita Kusuma Wardani NIM.F17149


Eka Sri Wulandari NIM.F17150
Muhammad Aulya Firly NIM.F17170
Muhammad Fajar NIM.F17171
Raudatul Jannah NIM.F17185
Rina Amalia NIM.F17186

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
1.1 Percobaan I Penggelolaan Simplisia......................................................4
1.2 Percobaan II Ekstraksi...........................................................................6
1.3 Percobaan III Uji Kadar Sari.................................................................8
1.4 Percobaan IV Identifikasi Flavonoid.....................................................9
1.5 Percobaan V Identifikasi Tanin...........................................................10
1.6 Percobaan VI Identifikasi Glikosida....................................................11
1.7 Percobaaan VII Identifikasi Alkoloid..................................................12
1.8 Percobaan VIII Identifikasi Terpenoid dan Steroid.............................12
1.9 Percobaan IX Identifikasi Minyak Lemak...........................................12
1.10 Percobaan X Identifikasi Saponin.......................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12
1.11 2.1 Simplisia......................................................................................12
1.12 2.2 Ekstraksi......................................................................................16
1.13 2.3 Uji Kadar Sari..............................................................................16
1.14 2.4 Flavonoid.....................................................................................16
1.15 2.5 Tanin............................................................................................16
1.16 2.6 Glikosida......................................................................................16
1.17 2.7 Alkaloid.......................................................................................16
1.18 2.8 Terpemoid dan Steroid................................................................16
1.19 2.9 Minyak Lemak.............................................................................16
1.20 2.10 Saponin........................................................................................16
BAB III METODE PRAKTIKUM........................................................................16
A. Alat..........................................................................................................16
B. Bahan.......................................................................................................18
C. Prosedur Kerja.........................................................................................18
BAB IV HASIL.....................................................................................................19
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................19
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
PERTANYAAN.....................................................................................................19
JAWABAN............................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Percobaan I Penggelolaan Simplisia


A. Latar Belakang
Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai
obat dan belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali
dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia
terbagi atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.
1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh,
bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya atau zat-zat nabati
lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya
dan belum berupa zat kimia murni.
2. Simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh,
bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan
dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan (mineral), yaitu simplisia yang berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan
jumlah terbanyak yang digunakan untuk bahan obat. Penyiapan
simplisia nabati merupakan suatu proses memperoleh simplisia dari
tanaman sumbernya di alam. Proses ini meliputi pengumpulan
(collection), pemanenan (harvesting), pengeringan (drying),
pemilihan (garbling), serta pengepakan, penyimpanan dan
pengawetan (packaging, storage, and preservation).
Simplisia merupakan hasil proses sederhana dari herba
tanaman obat yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri
obat. Pembuatan simplisia dengan cara pengeringan dimaksudkan
untuk menurunkan kandungan air dalam bahan. Jika kadar air dalam
bahan masih tinggi dapat medorong enzim melakukan aktifitasnya
mengubah kandungan kimia yang ada dalam bahan menjadi produk
lain yang mungkin tidak lagi memiliki efek farmakologi seperti
senyawa aslinya. Hal ini tidak akan terjadi jika bahan yang telah
dipanen segera dikeringkan sehingga kadar airnya rendah.
Suatu simplisia tidak dapat dikatakan bermutu jika tidak
memenuhi persyaratan mutu yang tertera dalam monografi simplisia.
Persyaratan mutu yang tertera dalam monografi simplisia antara lain
susut pengeringan, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar
sari larut air, kadar sari larut etanol, dan kandungan kimia simplisia
meliputi kadar minyak atsiri dan kadar kurkuminoid. Persyaratan
mutu ini berlaku bagi simplisia yang digunakan dengan tujuan
pengobatan dan pemeliharaan kesehatan

B. Kompetensi praktikum
Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan dari bahan baku
menjadi simplisia.

1.2 Percobaan II Ekstraksi


A. Latar Belakang
Ekstraksi merupakan jenis pemisahan satu atau beberapa bahan
dari suatu padatan atau cairan. Proses ekstraksi bermula dari
penggumpulan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi kontak
antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka
bahan ekstraksi dan pelarut terjadi pengendapan massa dengancara
difusi. Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang
kimia karena kebanyakan materi yang terdapat di alam berupa
campuran.
Ekstraksi pelarut bias disebut ekstraksi cair-cair, yaitu proses
pemindahan solute dari pelarut satu ke pelarut lainnya dan tidak
bercampur dengan cara pengocokkam berulang. Prinsip dasar dari
ekstraksi pelarut ini adalah distribusi zat terlarut dalam dua pelarut
yang tidak bercampur. Pada umumnya juga digunakan untuk
memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mungkin
merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan.
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut
merupakan metode pemisahan yang paling banyak digunakan.
Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik
dalam tingkat makro ataupun mikro.
Ekstraksi yang sering digunakan untuk memisahkan senyawa
organic adalah ekstraksi zat cair, yaitu pemisahan zat berdasarkan
perbandingan distribusi zat tersebut yang terlarut dalam dua pelarut
yang tidak saling melarutkan. Yang paling baik adalah dimana
kelarutan tersebut dalam pelarut satu lebih besar daripada
konsentrasi zat terlarut dalam pelarut lainnya. Harga K hendaknya
lenih besar atau lebih kecil dari satu ekstraksi jangka pendek disebut
juga proses pengorokan, sedangkan pada proses jangka panjang
menggunakan soxhlet dan dengan pemanasan.
Kriteria pemilihan pelarut :
1. Pelarut mudah melarutkan bahan yang di ekstrak
2. Pelarut tidak bercampur dengan cairan yang di ekstrak
3. Pelarut mengekstrak sedikit atau tidak sama sekali pengotor yang
ada
4. Pelarut mudah dipisahkan dari zat terlarut
5. Pelarut tidak bereaksi dengan zat terlarut melalui segala cara.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan ekstraksi dengan metode
meserasi, perkolasi, dan soxletasi.
1.3 Percobaan III Uji Kadar Sari
A. Latar Belakang
Penetapan kadar sari adalah metode kuantitatif untuk jumlah
kandungan senyawa dalam simplisia yang dapat tersari dalam pelarut
tertentu. Penetapan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kadar
sari yang larut dalam air dan kadar sari yang larut dalam etanol.
Kedua cara ini didasarkan pada kelarutan senyawa yang terkandung
dalam simplisia.
Ada beberapa teknik isolasi senyawa bahan alam yang umum
digunakan seperti meserasi, perkolasi, dan ekstraksi kontinu. Tetapi
pada penelitian ini yang digunakan adalah ekstraksi kontinu dengan
menggunakan soxletasi.
Uji kadar sari suatu ekstrak bahan obat alam dimaksudkan agar
dapat memberikan gambaran awal sejumlah kandungan. Berbagai
senyawa penyarian dari bahan obat alam seperti penyarian dengan
pelarut air atau alcohol digunakan untuk menentukan presentase
tersarinya dengan pelarut tersebut.
Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol lebih sering
digunakan untuk mengetahui apakah bahan baku obat tradisional
tersebut dapat larut dalam pelarut organik. Penetapan kadar sari larut
dalam air digunakan untuk menentukan kemampuan dari bahan obat
tersebut apakah tersari dalam pelarut air.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan uji kadar sari pada simplisia
dan ekstrak serta menjelaskan hasil identifikasi.
1.4 Percobaan IV Identifikasi Flavonoid
A. Latar Belakang
Eksplorasi bahan alami yang mempunyai aktivitas biologis
menjadi salah satu target para peneliti, setelah senyawa-senyawa
sintetik yang mempunyai aktivitas biologi seperti senyawa
antioksidan sintetik. Beberapa penelitian yang telah dikembangkan,
senyawa-senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan
umumnya merupakan senyawa flavonoid, fenolat, dan alkaloid.
Flavonoid dalam bidang pengobatan banyak digunakan sebagai
antivirus, antiradang, diuretic, antispasmodic, dan bersifat sitotoksik.
Flavonoid adalah senyawa dengan struktur rantai karbon C6-C3-C6
merupakan pigmen yang terrdapat pada beberapa bagian tumbuhan
seperti pada akar, bunga, daun, tepungsari, dan buah. Flavonoid
jarang ditemukan dalam satu golongan flavonoida, namun sebagai
campuran beberapa golongan. Hal ini menjadikan suatu masalah
yang sangat menarik bagi para peneliti.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi flavonoid pada
simplisia dan ekstrak serta menjelaskan hasil identifikasi.
1.5 Percobaan V Identifikasi Tanin
A. Latar Belakang
Tanin merupakan metabolit sekunder tanaman yang bersifat
antigen dengan rasa khas yaitu sepat. Tanin adalah salah satu
subtansi yang tersebar luas dalam tanaman seperti daun, buah yang
belum matang, dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang, tanin
digunakan sebagai energi pada proses metabolisme dalam bentuk
oksidasi tannin dan dikatakan juga sebagai sumber asam pada buah.
Tannin terhidrolisis terdiri atas dua kelas yang paling
sederhana adalah Depsida Galoiglukosa berupa glukosa yang
dikelilingi oleh lima atau lebih gugus ester galoil. Pada jenis yang
kedua, inti molekul berupa senyawa dimer asam galat yaitu asam
heksahidroksidifenat, yang berikatan dengan glukosa.
Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagai senyawa polipenol
yang mempunyai berat molekul tinggi dan mempunyai gugus
hidroksil dan gugus lainnya, sehingga dapat membentuk kompleks
dengan protein dan makromolekul lainnya di bawah kondisi
lingkungan tertentu. Identifikasi tanin dapat dilakukan dengan cara :
1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua/hitam kehijauan
2. Ditambahkan Kalium Ferrisianida + amoniak berwarna coklat.
3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn, dan larutan Kalium
Bikarbonat bewarna coklat.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi tanin pada simplisia
dan ekstrak serta menjelaskan hasil identifikasi.
1.6 Percobaan VI Identifikasi Glikosida
A. Latar Belakang
Glikosida merupakan salah satu senyawa jenis alkoliod yang
bersifat racun karena dapat membahayakan bagi kesehatan manusia.
Glikosida merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat
pada beberapa tanaman. Tanaman yang mengandung glikosida
antara lain yaitu tanaman obat-obatan, daun tomat, biji karet,
mangrove, dan tangkai papaya.
Eliminasi kandungan glikosida dibutuhkan untuk pemanfaatan
bahan tersebut menjadi bahan pangan yang aman dikonsumsi.
Sampai saat ini, tangkai daun papaya dapat dihilangkan dengan cara
yang mudah yaitu pemanasan. Perlakuan dengan pemanasan terbukti
dapat mereduksi glikosida pada biji karet dan selanjutnya dapat
dijadikan bahan pangan. Terdapat beberapa metode lain selain
pemanasan yang dapat dilakukan untuk mengurangi senyawa
antinutrisi antara lain dengan pengeringan dan fermentasi.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi glikosida pada
simplisia dan ekstrak serta menjelaskan identifikasi.
1.7 Percobaaan VII Identifikasi Alkoloid
A. Latar Belakang
Alkoloid adalah golongan senyawa basa bernitrogen yang
kebanyakan heterosiklik dan terdapat di tumbuhan (tetapi tidak
mengecualikan senyawa yang berasal dari hewan). Struktur alkaloid
sangat kompleks dan beragam sehingga saat ini belum ada klasifikasi
yang baku tentang alkaloid. Salah satu ciri khas dari alkaloid adalah
mempunyai atom nitrogen baik sebagai asiklik maupun siklik dan
heterosiklik mempunyai rasa yang pahit.
Tata nama dari alkaloid adalah akhiran (-in) yang biasa diawali
dengan penamaan berdasarkan efek fisiologi, penemu dan tumbuhan
penghasilnya. Walaupun pada umumnya alkaloid terdapat pada
tumbuhan, namun beberapa alkaloid juga terdapat pada hewan
seperti muskopiridin pada rusa, kastoramin pada musang dan piral
sebagai feromon sejenis serangga.
Penggolongan alkaloid yang dapat diterima secara umum
adalah berdasarkan efek fisiologisnya yang dikemukakan oleh
Heugner sebagai berikut :
a. Alkaloid sesungguhnya
Golongan ini bersifat racun, aktifitas fisiologi yang kuat
dan luas bersifat basa dan nitrogen terdapat sebagai heterosiklik.
Alkaloid ini secara biosintesis merupakan turunan asam amino.
Alkaloid ini yang paling terkenal adalah kelompok morfin yang
diisolasi dari tumbuhan opium.
b. Protoalkoloid
Alkaloid ini juga secara biosintesis diturunkan dari asam
amino dan dianggap sebagai derivate amina sederhana. Atom
nitrogen biasanya berada di luar cincin.
c. Pseudoalkoloid
Secara biosintesis tidak merupakan derivate asam amino
sehingga disebut pseudoalkoloid (alkaloid semu). Pseudo
alkaloid yang paling banyak ditemui dalam kehidupan sehari-
hari seperti kafein yang terdapat pada kopi dan teh.
Kebanyakan alkaloid berupa padatan kristal dengan titik
lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisinya.
Dapat juga berbentuk amorf dan beberapa seperti nikotin dan
konini berupa cairan. Kebanyakan alkaloid tidak berwarna,
tetapi beberapa senyawa kompleks spesies aromatic berwarna.
Pada umunya basa bebas alkolid hanya larut dalam pelarut
organic meskipun beberapa pseudialkoloid dan protoalkoloid
larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quaterner sangat
larut dalam air.

B. Kompetensi praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi alkaloid pada
simplisia dan ekstrak serta menjelaskan hasil identifikasi.
1.8 Percobaan VIII Identifikasi Terpenoid dan Steroid
A. Latar Belakang
Terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan,
istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis
semua senyawa tumbuhan berasal dari senyawa yang sama. Jadi,
semua terpenoid berasal dari molekul isoprene CH2=C(CH3)—CH2
dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan dua atau
lebih satuan C5. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi
beberapa golongan berdasarkan jumlah satuan yang terdapat dalam
senyawa tersebut; dua (C10), tiga(C5), empat(C20), enam(C30) atau
delapan (C40) satuan. Terpenoid terdiri atas beberapa macam
senyawa, mulai dari komponenminyak atsiri, yaitu monoterpena dan
seskuiterpena yangmudah menguap (C10 dan C15), diterpena yang
lebih sukar menguap (C20), sampai ke senyawa yang tidak
menguap, yaitu triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen
karotenoid (C40).
Steroid adalah senyawa turunan (derivat) lipid yang tidak
terhidrolisis. Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya
kolesterol, ergosterol, dan estrogen. Pada umumnya steroid berfungsi
sebagai hormon. Secara sederhana steroid dapat diartikan sebagai
kelas senyawa organik bahan alam yang keranga strukturnya terdirir
dari androstan (siklopentano fenantren) mempunyai empat cincin
terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisioligis tertentu. Beberapa
steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat
paling meluas dan dijumpai pada hamper semua jaringan hewan.
Sterol dan steroid merupakan triterpana yang memiliki cincin
sikiopentana perhidro fenantrena sebagai kerangka dasarnya.
Saponin merupakan perpaduan glikosida triterpane dan steol yang
ada di kurang lebih 90 marga tanaman.
B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi terpenoid dan
steroid pada simplisia dan ekstrak serta menjelaskan hasil
identifikasi.
1.9 Percobaan IX Identifikasi Minyak Lemak
A. Latar Belakang
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada
golongan lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta
tidak larut dalam air , tetapi larut dalam dalam pelarut organik non-
polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3),
benzene dan hidrokarbon lainnya yang polaritasnya sama. Minyak
merupakan senyawa trigliserida atau triasgliserol, yang berarti
“triester dari gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawa ester.
Hasil hidrolisis minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam
karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. Asam lemak
berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
Lipid dalam makanan manusia yang utama adalah
triasilgliserol, sterol, dan membrane fosfolipid yang berasal dari
hewan dan tumbuhan. Proses metabolisme lipid membentuk
degradasi simpanan lipid dan memproduksi karakteristik struktur dan
fungsi lipid dalam jaringan tertentu. Sebagai contoh, evolusi sistem
saraf yang sangat terorganisir tergantung pada seleksi dalam enzim-
enzim tertentu untuk mensintesis dan mendegradasi lipid dalam otak
dan sistem saraf pusat.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi minyak lemak pada
simplisia dan ekstrak serta mejelaskan hasil identifikasi.
1.10 Percobaan X Identifikasi Saponin
A. Latar Belakang
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol dan telah
terdeteksi dalam lebih dari 90 suku tumbuhan. Saponin merupakan
senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat
dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis sel darah. Pencarian saponin dalam tumbuhan telah
telah dirangsang oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang
mudah diperoleh dan dapat diubah di laboratorium menjadi sterol
hewan yang berkhasiat penting. Senyawa yang telah digunakan
termasuk hekogenin dari Agave, diosgenin, serta yamogenin dari
jenis Dioscorea.
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang dapat
membentuk buih jika di kocok dalam air. Saponin juga mempunyai
sifat hemolysis, dan jika diinjeksikan langsung ke dalam aliran darah
akan sangat toksik, karena itu saponin biasa dipakai untuk bahan
tambahan dalam minuman non-alkohol/bevverages. Saponin
merupakan ravun kuat untuk ikan dan amfibi, kemungkinan karena
mempunyai sifat mengiritasi mucosa. Saponin dapat membentuk
kompleks dengan asam empedu dan kolesterol. Pada pangan nabati,
saponin memberikan rasa pahit. Saponin larut dalam etanol dan air
tetapi tidak Sarsaparilla yang disimpan selama 50 tahun teteap
mempunyai aktivitas peneh seperti permulaannya.

B. Kompetensi Praktikum
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi saponin pada
simplisia dan ekstrak serta menjelaskan hasil identifikasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Simplisia
Bunga kol merupakan tanaman dengan spesies (Brassicaceae)
juga merupakan salah satu anggota keluarga tanaman kubis-kubisan
(Cruciferae). Bunga kol sering dimanfaatkan bungannya atau disebut
dengan “Curd” yang tersusun dari rangkaian bunga kecil bertangkai
pendek, berwarna putih atau kuning, padat, dan berdaging tebal.
Klasifikasi dalam tata nama (sistem tumbuhan) tanaman bunga kol
sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyte
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
Cara pembuatan simplisia ada beberapa tahapan yaitu sortasi
basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan.
1. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-
kotoran atau bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman
obat bahan-bahan asing seperti kerikil, rumput, batang, daun,
akar yang telah rusa, serta kotoran lain harus dibuang. Tanah
mengandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang
tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang
terikut dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
2. Pencucian bahan
Pencucian bahan dilakukan untuk menghilangkan tanah
dan kotoran lain yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih misalnya dari mata air,
air sumur atau air PAM. Simplisia yang mengandung zat yang
mudah larut di dalam air mengair, pencucian agar dilakukan
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Pencucian sayur-
sayuran satu kali dapat menghilangkan 25% dari jumlah
mikroba awal, jika dillakukan pencucian sebanyak tiga kali,
jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari jumlah
mikroba awal. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia
dari semua mikroba karena air pencucian yang digunakan
biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia. Bahan
yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan
pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat dan
bersih.
Cara sortasi dan pencucian sangat mempengaruhi jenis
dan jumlah mikroba awal simplisia. Misalnya jika air yang
digunakan untuk pencucian kotor, maka jumlah mikroba pada
permukaan bahan simplisia dapat bertambah dan air yang
terdapat pada permukaan bahan tersebut dapat mempercepat
pertumbuhan mikroba. Bakteri yang umum terdapat dalam air
adalah pseudomonas, proteus, micrococcus, bacillus,
streptococcus, escherichia. Pada simplisia akar, batang atau
buah dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk
mengurangi jumlah mikroba awal karena sebagian besar
mikroba biasanya terdapat pada permukaan bahan simplisia.
Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak memerlukan
pencucian jika cara pencuciannya dilakukan dengan tepat dan
bersih.
3. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk
mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung
dirajang tetapi dijemur lebih dalam keadaan utuh selama satu
hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat
mesin perajangan khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau
potongan dengan ukuran yang dikehendaki. Semakin tipis
bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air,
sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan
yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau
hilangya zat berkhasiat yang mudah menguap, sehingga
mempengaruhi komposisi, bau dan rasa yang diinginkan. Oleh
karena itu bahan simplisia seperti temulawak, temu giring,
jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan
yang terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya minyak atsiri.
Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba tidak
bertambah.
Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara bahan dan logam
pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinar matahari selama
satu hari.
4. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu
yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu
atau perusakan mutu atau perusakan simplisia.
Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar
tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang jasad
renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel,masih dapat bekerja
menguraikan senyawa aktif sesaat setelah selmati dan selama
bahan simplisia tersebut masih mengandung kadar air tertentu.
Pada tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan kapang dan
reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi karena adanya
keseimbangan antara proses-proses metabolisme, yakni proses
sintesis, transformasi dan penggunaan isi sel. Keseimbangan
ini hilang segera setelah sel tumbuhan mati. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung
bilakadar air dalam simplisia kurang dari 10%. Dengan
demikian proses pengeringan sudah dapat menghentikan
proses enzimatik dalam sel bila kadar airnya dapat mencapai
kurang dari 10%.
Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan
sinar matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal
yang perlu diperhatikan selama proses pengeringan adalah
suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran udara, waktu
pengeringan dan luas permukaan bahan pada pengeringan
bahan simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat dari
plastik.
5. Sortasi Kering
Sortasi kering dilakukan setelah proses pengeringan dan
sebenarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia .
Tujuan sortasi kering ini untuk memisahkan benda-benda
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
6. Pengepakan dan Penyimpanan
Pada penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa
hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara
pengepakan, pembungkusan, pewadahan persyaratan gudang
simplisia, cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara
pengawetannya penyebab kerusakan pada simplisia yang
utama adalah air dan kelembababan.
2.2 Ekstraksi

2.3 Uji Kadar Sari

2.4 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenol terbesar di alam, terdapat
pada semua tumbuhan hijau, termasuk ekstrak temu-temuan yang
banyak dikonsumsi sebagai obat tradisional. Flavonoid dikenal
memiliki aktivitas sebagai senyawa antioksidan, antimalangenesis,
dan antimikroba yang berpotensi. Akan tetapi, flavonoid umumnya
memiliki kelarutan yang rendah serta tidak stabil terhadap pengaruh
cahaya, oksidasi, dan perubahan kimia. Apabila teroksidasi akan
merubah struktur dan fungsinya sebagai bahan aktif.

2.5 Tanin

2.6 Glikosida

2.7 Alkaloid

2.8 Terpemoid dan Steroid

2.9 Minyak Lemak

2.10 Saponin
BAB III METODE PRAKTIKUM

A. Alat
Alat yang di guanakan pada praktikum adalah :
1. Gunting 11. Kertas saring
2. Pisau 12. Corong kaya
3. Baskom 13. Pipet tetes
4. Kertas Koran 14. Tabung reaksi
5. Seperangkat alat soxhletasi 15. Gelas ukur
6. Cawan penguap 16. Plat tetes
7. Batang pengaduk 17. Batang pengaduk
8. Alat-alat gelas 18. Spatula
9. Labu kaca bersumbat
10. Penangas air

B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum adalah :
1. Kembang kol 11. Pereaksi Mayer
2. Air 12. Pereaksi Dragendorf
3. Etanol 95% 13. Minyak kelapa
4. Ekstrak 14. Minyak kayu putih
5. Serbuk magnesium 15. Minyak ikan
6. HCl pekat 16. Eter
7. Gelatin 1% 17. HCl 2N
8. Kloroform
9. Pereaksi Liebermann Burchard
10. FeCl3

C. Prosedur Kerja
1. Percobaan I pengelolaan simplisia

Pengumpulan
Sortasi Basah Pencucian
bahan baku
Sortasi Kering Pengeringan Perajangan

Pengepakan dan
penyimpanan

2. Percobaan II Ekstraksi

Siapkan Siapkan Alat Masukkan


Simplisia kering soxhletasi simplisia ke
dalam
soxhletasi yang
Panaskan cairan sudah diberi
Pasang
etanol hingga kertas saring
kondensor
cairan penyari
kemudian
meguap dan
alirkan air
mengekstrak
melalui pipa
simplisia Tuangkan
kondensor
etanol secara
perlahan
menggunakan
Lakuakan penyarian
corong hingga
hingga ekstraksi
mencapai 2
dinyatakan selesai
siklus

3. Percobaan III Uji Kadar Sari

Siapkan
Simplisia
4. Percobaan IV Identifikasi Flavonoid
1) Cara kerja ke-1 : Uji Shinoda

Ekstrak Tambahkan
diuapkan hingga Tambahkan 2-3 serbuk
kering tetes etanol magnesium
dan 5-10 tetes
HCl 5M

Warna merah jingga sampai Amati


merah menunjukkan adanya perubahan
flavanon, flavonol, flavanonol warna yang
dan dihidroflavonol terjadi

2) Cara kerja ke-2

Tambahkan larutan
Siapkan ekstrak
FeCl3

Flavonoid yang memiliki gugus


hidroksil bebas pada cincin A
atau B akan menimbulkan
warna hijau biru.

5. Percobaan V Identifikasi Tanin


1) Cara ke-1
2) Cara ke-2
6. Percobaan VI Identifikasi Glikosida
1) Cara ke-1 : Pereaksi Uji Keller-Killiani

Siapkan ekstrak, Tambahkan 3 Tambahkan


uapkan di ml asam asetat 5-10 tetes
penangas air dengan sedikit larutan FeCl3
pemanasan, 0,3 M
kemudian
dinginkan

Terbentuk cincin warna merah coklat Tambahkan 3


pada batas cairan, setelah beberapa ml asam sulfat
menit di atas cincin akan bewarna biru dan 1 tetes
hijau, ini menunjukkan adanya glikosida FeCl3 0,3 M
dan glikon gula2-dioksi

2) Cara ke-2 : Pereaksi Uji Liebermann-Burchard

Siapkan ekstrak,
uapkan di
penangas air

7. Percobaan VII Identifikasi Alkaloid


1) Cara ke-1 : Uji Pereaksi Dragendorff
8. Percobaan VIII Identifikasi Terpenoid dan Steroid
1) Cara ke-1 : Identifikasi Steroid dengan Pereaksi Liebermann-Burchard

Siapkan ekstrak Larutkan Tambahkan


yang telah ekstrak dalam beberapa tetes
dikeringkan kloroform asam anhidrat

Tambahkan
Terbentuknya cincin asam sulfat
warna hijau kebiruan pekat melalui
menunjukkan senyawa dinding
golongan steroid tabung
2) Cara ke-2 : Identifikasi Steroid dengan Pereaksi Salkowaski

Siapkan ekstrak Larutkan


Tambahkan
yang telah ekstrak dalam
asam sulfat
dikeringkan klorofrom
pekat melalui
dinding
tabung
Terbentuknya cincin warna
kuning dan akan berubah
menjadi merah setelah 2 menit
menunjukkan senyawa
golongan steroid

9. Percobaan IX Identifikasi Minyak Lemak


1) Cara ke-1 : Uji Noda Lemak

Teteskan Amati noda


Siapkan minyak minyak lemak lemak yang
lemak pada kertas jernih/transpar
saring, biarkan an
mengering.

2) Cara ke-2 : Uji Kelarutan

Siapkan Ambil 1 tetes


Siapkan minyak pelarut eter, minyak dan
lemak klorofrom, tambahkan
etanol 95% salah satu
dan air pelarut sampai
larut
10. Percobaan X Identifikasi Saponin
1) Cara ke-1 :

Masukkan 0,5 g Tambahkan 10 Kocok kuat-


serbuk yang ml air panas, kuat selama 10
diperiksa ke kemudian detik
dalam tabung dinginkan
reaksi

Terbentuknya buih yang Amati hasil


bertahan selama 10 menit, pengujian
setinggi 1-10 cm maka
menunjukkan adanya saponin.

2) Cara ke-2 :

Tambahkan 3-5 tetes


Siapkan ekstrak pereaksi Liebermann-
Burchard
BAB IV HASIL

1. Simplisia

(a) (b)
Pengumpulan bahan baku Pencucian
(c) (d)
Perajangan permukaan simplisia diperluas

(e) (f)
Pengeringan Sortasi Kering
2. Ekstraksi

No Hasil sample ekstrak


Pengamatan simplisia kembang
kol yang diperoleh
1 Metode soxletasi Soxlet
2 Bobot simplisai sebelum pengeringan
3 Bobot simplisia setelah pengeringan
4 Bobot ekstrak sebelum penguapan
5 Bobot ekstrak setelah penguapan

(a) (b)
Pengekstrakan Hasil yang di dapat

(c) (d)
Hasil ekstrak Pengurangan kadar etanol
3. Uji kadar sari
1) Uji kadar abu
Berat cawan :
Berat simplisia awal :
Jumlah awal :
Waktu Berat
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Hasil akhir (konstan)

2) Uji kadar sari larut air dan etanol

Ekstrak Larutan Berat awal Berat akhir


BAB V PEMBAHASAN

Pada praktikum ini kami menggunakan simplisia dari tanaman dari


bunga kol (Brassica oleracea var. botrytis) dan pelarut menggunakan
etanol dan menggunakan metode soxhletasi. Soxhletasi adalah suatu
metode / proses pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat
dengan cara penyaringan berulang-ulang dengan menggunakan pelarut
tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi,
dengan prinsip ektraksi mengguakan pelarut yang selalu baru sehingga
terjadi ektraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
pendingin balik. Kami menggunakan sebanyak etanol sebanyak 2 kali
siklus atau kira-kira 850 ml.
Pada ekstraktor Soxhlet, etanol dipanaskan dalam labu lalu di
didihkan menggunakan hot plate yang ada di bawah labu ekstraktor hingga
menghasilkan uap. Uap tersebut kemudian masuk ke kondensor melalui
pipa kecil dan keluar dalam fasa cair. Kemudian etanol masuk ke dalam
timbal yang sebelumnya di lapsi dengan kertas saring didalamnya berisi
simplisisa kembang kol yang akan di ekstrak. Etanol akan membasahi
simplisia dan tertahan di dalam timbal sampai tinggi pelarut dalam pipa
siphon sama dengan tinggi pelarut di timbal. Kemudian etanol seluruhnya
akan menggejorok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu
seterusnya. Peristiwa ini disebut dengan efek siphon. Pada ekstraktor
Soxhlet cairan akan menggejorok ke dalam labu setelah tinggi pelarut
dalam selongsong sama dengan pipa siphon. Hal ini menyebabkan ada
bagian sampel yang berkontak lebih lama dengan cairan daripada bagian
lainnya. Sehingga sampel yang berada di bawah akan terekstraksi lebih
banyak daripada bagian atas. Penarikan komponen kimia yang dilakukan
dengan cara simplisia kering ditempatkan dalam timbal yang telah dilapisi
kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas
bulat sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor bola
menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam timbal
menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan siphon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat
melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Pada pengektrskan ini kami
mengekstrak selama 3 hari yang di awasi oleh laboran.
Adapun kelebihan dari metode soxhletasi yaitu dapat di gunakan
untuk sampel dengan tekstur lunak dan tidak tahan terhadap panas secara
langsun, digunakan pelarut yang lebih sedikit, danpemanasannya dapat di
atur. Sedangkan kelemahan nya, karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang
terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan
sehingga dapat menyababkan reaksi penguraian oleh panas, jumlah total
senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya dalam
pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak unuk melarutkannya, bila
dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi.

Setelah pegektrakan kami mendapatkan 800ml ekstrak dari metode


ini, setelah itu kami mengurangi kadar etanol yang ada di ekstrak tadi
dengan menggunakan metode yang sama. Ektrak di uapkan pada labu yang
dibawahnya sdh di sediakan hot plate untuk menguapkan etanol, etanol
akan menguap dan akan berubah fase menjadi cair, jika etanol sudah
terkumpul pada timbal sebelum siklus nya sampai maka kita ambil cairan
etano tadi dan di simpan kembali, perlakuan itu kami lakukan selama 2
hari berturut-turut yang di awasi oleh laboran. Setelah proses selesai maka
di dapat ekstrak sebnyak 200 ml, lalu ektrak tadi kami saring untuk
memisahkan sisa-sisa pengektrakan setelah itu kami taruh di gelas beker
dan di tutupi dengan alumuniun foil dan di hindarkan dari sinar matahari
langsung karna dapat merusak ekstrak tadi.

BAB VI KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

PERTANYAAN
1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam simplisia!
2. Apakah tujuan dilakukan pengelolaan simplisia?
3. Apakah tujuan dari dari ekstraksi?
4. Apakah pelarut yang termasuk dalam pelarut polar?
5. Apakah pelarut yang termasuk dalam pelarut non polar?
6. Apakah fungsi dari uji kadar sari?
7. Sampel dalam bentuk seperti apa yang dapat dilakukan uji kadar sari?
8. Apakah fungsi tanin bagi tumbuhan?
9. Apakah ciri dari tanin?
10. Apakah fungsi glikosida bagi tumbuhan?
11. Apakah ciri dari glikosida?
12. Apakah fungsi alkaloid bagi tumbuhan?
13. Apakah ciri dari alkaloid?
14. Apakah fungsi minyak lemak bagi tumbuhan?
15. Apakah ciri dari minyak lemak?
16. Apakah fungsi saponin bagi tumbuhan?
17. Apakah ciri dari saponin?

JAWABAN

1. Tujuan ekstraksi yaitu :


a. senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi
dari organismenya
b. bahan diperiksa untuk menemukan kelompok senyawa kimia
tertentu, misalnya alkaloid, flavonoid, atau saponin, meskipun
struktur kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan
keberadaannya belum di ketahui
c. organisme (tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan
tradisional
d. sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan
sebelumnya dengan cara apapun.
2. Pelarut yang termasuk kedalam pelarut polar contohnya yaitu alkohol, asam
klorida, fosforus triklorida, air, dan nitrogen peroxida
1. Pelarut yang ternasuk non polar yaitu Cl2, PCl5, H2, N2

Anda mungkin juga menyukai