Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN (BA2103)

PENGENALAN KARAKTERISTIK BIOMOLEKUL PADA


KARBOHIDRAT DAN LEMAK
Tanggal Praktikum

: 14 SEPTEMBER 2015

Tanggal Pengumpulan

: 21 SEPTEMBER 2015

Disusun oleh :
Angela
11414044
Kelompok 7

Asisten:
Muhammad Fakhri Faiz
11412053

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2015

PENGENALAN KARAKTERISTIK BIOMOLEKUL PADA KARBOHIDRAT


DAN LEMAK

Angela 11414044
ABSTRAK
Karbohidrat merupakan biomolekul yang memiliki dua jenis, yaitu
karbohidrat sederhana, dan karbohidrat kompleks. Uji yang dapat dilakukan untuk
menentukan adanya karbohidrat adalah uji Fehling, uji Benedict, uji Tollens, uji
Iodin, dan hidrolisis pati. Uji yang dilakukan pada minyak adalah uji kelarutan, uji
keasaman, uji ketidakjenuhan, dan uji peroksida. Uji-uji tersebut dilakukan untuk
menentukan adanya gugus aldehid padakarbohidrat. Uji-uji yang dilakukan pada
minyak bertujuan untuk menentukan kelarutan minyak dalam berbagai larutan,
keasaman minyak, dan kandungan peroksida. Hasil percobaan membuktikan
bahwa karbohidrat memiliki gugus aldehid atau gugus keton. Polisakarida
terdapat di amilum. Hasil percobaan juga membuktikan minyak larut pada pelarut
organik dan pelarut nonpolar. Selain itu, minyak bersifat asam. Minyak zaitun
kandungan peroksidanya lebih sedikit dibandingkan minyak kelapa tengik.
Kata kunci : karbohidrat, lipid, biomolekul
PENDAHULUAN
Karbohidrat didefinisikan sebagai zat yang memiliki rumus empiris
Cn(H2O)m. Gula juga termasuk karbohidrat karena memiliki rumus empiris yang
sama, contohnya glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Karbohidrat dapat larut di air dan
susah untuk dikristalkan. (Sinnott, 2007)
Karbohidrat terdiri dari dua tipe, yaitu karbohidrat sederhana dan
karbohidrat kompleks. Karbohidrat sederhana yaitu monosakarida dan disakarida.
Monosakarida merupakan gula sederhana sedangkan disakarida adalah gabungan
dari dua monosakarida. Karbohidrat sederhana dapat langsung dicerna oleh tubuh.
Karbohidrat kompleks yaitu polisakarida seperti glikogen, pati, dan serat.
Karbohidrat kompleks merupakan cadangan energi yang dapat diperlukan
sewaktu-waktu oleh tubuh. (Purnakarya, 2009)
Fungsi karbohidrat adalah penghasil energi utama tubuh, membantu regulasi
protein, dan membantu metabolisme lemak. Glikogen merupakan cadangan energi
untuk melindungi sel-sel, terutama dari tekanan dan cidera. Karbohidrat sederhana
merupakan penghasil energi yang dapat langsung digunakan tubuh. Karbohidrat
kompleks dalam tubuh berperan sebagai pengendali kadar gula darah.
(Purnakarya, 2009)
Uji-uji yang dilakukan untuk menentukan karbohidrat adalah uji Fehling, uji
Benedict, uji Tollens, dan uji Iodin. Uji Fehling menggunakan pereaksi Fehling A
dan Fehling B. Warna campuran Fehling A dan Fehling B adalah biru. Jika
pereaksi Fehling diberikan kepada suatu bahan yang mengandung gula pereduksi
kemudian dipanaskan, akan terjadi perubahan warna dari biru menjadi hijau,
kuning, kemerah-merahan hingga akhirnya terbentuk endapan merah bata yaitu
Cu2O. Uji Benedict menggunakan pereaksi Benedict, yaitu
campuran
tembaga(II)sulfat (CuSO4), natrium sitrat (C6H5Na3O7.2H2O), dan natrium
karbonat (NaCO3) yang dilarutkan dalam air. Larutan pereaksi Benedict berwarna
biru. Ketika pereaksi Benedict dicampurkan hingga homogen dengan bahan yang

mengandung gula pereduksi dan dipanaskan, maka terjadi perubahan warna dari
biru, hijau, kuning, kemerahan-merahan hingga membentuk endapan tembaga
oksida (Cu2O). Uji Tollens menggunakan pereaksi Tollens. Bila pereaksi Tollens
dicampurkan dengan bahan yang mengandung gugus aldehid atau keton kemudian
dipanaskan, terbentuk lapisan perak yang menyerupai cermin. (Sumardjo, 2006)
Uji Iodin digunakan untuk menguji adanya polisakarida seperti amilum.
Iodin awalnya berwarna kuning kecoklatan dan ketika dicampur dengan bahan
yang mengandung amilum warnanya menjadi biru. Hal itu terjadi karena iodin
berikatan dengan molekul amilosa. Ketika iodin dicampurkan dengan
amilopektin, maka akan menghasilkan warna merah keunguan. (Pavia, 2005).
Hidrolisis pati merupakan pemecahan gula kompleks menjadi gula-gula
sederhana, contohnya sukrosa. Sukrosa dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa. Cara hidrolisis adalah dengan diteteskan HCl pada sukrosa dan
dipanaskan hingga mendidih, kemudian teteskan NaOH agar menjadi larutan
menjadi basa, kemudian uji larutan tersebut menggunakan reagen Benedict. Jika
menghasilkan warna merah bata maka terdapat glukosa didalamnya. Hasil
tersebut juga berarti hidrolisis bereaksi sempurna.(Pavia, 2005)
Lemak juga penghasil energi seperti karbohidrat. Lemak memiliki
komponen dasar asam lemak dan trigliserida. Asam lemak terdiri dari dua tipe
yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh
dibedakan menjadi Mono Unsaturated Fatty Acid (MUFA) yang memiliki satu
ikatan rangkap, dan Poly Saturated Fatty Acid (PUFA) yang memiliki dua atau
lebih ikatan rangkap. (Purnakarya, 2009)
Jenis-jenis lemak dibedakan berdasarkan asam lemak yang diikatnya. Asam
lemak jenuh memiliki satu rantai karbon, tidak memiliki ikatan rangkap,
sedangkan asam lemak tak jenuh memiliki satu atau lebih ikatan rangkap.
(Purnakarya, 2009) Asam lemak jenuh biasanya berwujud padat sedangkan asam
lemak tak jenuh berwujud cair pada suhu kamar. Hal itu terjadi karena semakin
banyak ikatan rangkap pada senyawa akan menurunkan titik leleh sehingga pada
suhu kamar wujudnya cair.(Pavia, 2005) Kemudian terdapat asam lemak trans
yang juga asam lemak tak jenuh tetapi memiliki bentuk isomer geometri trans.
Asam lemak trans diperoleh dari hasil hidrogenasi pada asam lemak tidak jenuh.
(Sartika, 2008)
Lemak berasal dari hewan dan minyak berasal dari tumbuhan. Berdasarkan
wujudnya, pada suhu kamar lemak berwujud padat sedangkan minyak berwujud
cair. Alasannya adalah pada lemak terkandung banyak asam lemak jenuh
sedangkan minyak mengandung asam lemak tak jenuh. Semakin tinggi kandungan
asam lemak tak jenuh dapat menurunkan titik leleh. (Pavia, 2005)
TUJUAN
Tujuan praktikum ini dilaksanakan adalah untuk menguji adanya
karbohidrat dan lemak pada bahan-bahan yang sudah ditentukan. Pertama, kita
akan menentukan keberadaan gugus aldehid pada glukosa, fruktosa, sukrosa, dan
amilum dengan Uji Fehling. Untuk bahan yang sama dengan uji pertama, kita juga
akan menentukan keberadaan gula reduksi dengan Uji Benedict, dan menentukan
keberadaan gugus aldehid dan keton dengan Uji Tollens. Untuk menentukan
keberadaan polisakarida, kita menggunakan Uji Iodin pada glukosa, fruktosa,
sukrosa, amilum, dekstrin, dan glikogen. Kemudian, kita akan menentukan hasil

hidrolisis pati. Pada uji lemak, kita akan menentukan kelarutan lemak dari minyak
kelapa pada berbagai pelarut, menentukan sifat asam dan ketengikan minyak
kelapa segar dan minyak kelapa tengik, menentukan kandungan peroksida dalam
minyak kelapa tengik dan minyak zaitun dengan uji peroksida, dan menentukan
sifat ketidakjenuhan minyak kelapa dan margarin.
ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat penangas air
mendidih, lampu spiritus, penjepit tabung, pipet tetes, plat tetes, dan tabung
reaksi. Untuk bahan, digunakan akuades, alkohol 96%, amilum 1%, asam asetat
glasial, benzene, dekstrin 1%, eter, fruktosa 1%, glikogen 1%, glukosa 1%,
indikator universal, iodin, kertas lakmus, kloroform, larutan HCl 2N, larutan KI
10%, larutan Na2CO3 1%, larutan NaOH, margarin, minyak kelapa segar, minyak
kelapa tengik, minyak zaitun, pereaksi Benedict, pereaksi Fehling A, pereaksi
Fehling B, pereaksi Iodium, pereaksi Tollens, dan sukrosa 1%.
METODE
Percobaan pertama adalah Uji Fehling. Disiapkan masing-masing sebanyak
2 ml yaitu glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan amilum 1%. Bahan-bahan
dimasukkan dalam tabung reaksi. Pada masing-masing tabung reaksi, diteteskan
reagen sebanyak 10 tetes Fehling A dan 10 tetes Fehling B. Setelah diteteskan,
bahan-bahan dan reagen dicampurkan hingga homogen, kemudian dipanaskan di
atas api sampai mendidih. Setelah dididihkan, diamati hasil uji tersebut apakah
terbentuk endapan merah bata.
Percobaan kedua adalah Uji Benedict. Disiapkan sebanyak 2 ml bahanbahannya yaitu glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan amilum 1%. Lalu
diteteskan masing-masing 10 tetes pereaksi Benedict dan dikocok hingga
homogen. Kemudian tabung-tabung tersebut ditempatkan di dalam penangas air
didih selama tiga menit. Setelah tiga menit, tabung-tabung dikeluarkan dan
dibiarkan mendingin. Diamati hasil ujinya yaitu perubahan warna larutan.
Percobaan ketiga adalah Uji Tollens. Disiapkan masing-masing sebanyak 1
ml ke dalam tabung reaksi yaitu glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan
amilum 1%. Masing-masing tabung ditambahkan 1 ml pereaksi Tollens kemudian
dicampurkan hingga homogen. Kemudian tabung-tabung tersebut dipanaskan
selama 1 menit. Setelah 1 menit, diamati hasil ujinya apakah terdapat lapisan
perak.
Percobaan keempat adalah Uji Iodin. Disiapkan di dalam tabung reaksi
masing-masing sebanyak 1 ml yaitu, glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%,
amilum 1%, dekstrin 1%, dan glikogen 1%. Masing-masing tabung diteteskan 5
tetes pereaksi Iodium dan dicampurkan hingga homogen. Diamati hasil ujinya
apakah larutan berubah warna.
Percobaan kelima adalah Hidrolisis Pati. Disiapkan amilum 1% sebanyak 5
ml ke dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 2,5 ml larutan HCl 2N dan
dicampurkan hingga homogen. Setelah larutan homogen, dimasukkan ke dalam
penangas air mendidih selama 5 menit. Setelah 5 menit, diambil 2 tetes ke plat
tetes. Ditambahkan tetes tersebut dengan 2 tetes pereaksi Iodin. Dicatat perubahan
warna yang terjadi. Diulangi pengambilan tetes larutan setiap 5 menit hingga
larutan yang telah ditetesi Iodin berwarna kuning. Tetesan yang telah ditetesi Iodin

dibiarkan selama 5 menit untuk didinginkan. Kemudian dinetralkan dengan


larutan NaOH 2N. Setelah itu, diteteskan 10 tetes larutan tersebut ke tabung reaksi
berisi 2 ml pereaksi Benedict. Lalu dicampurkan hingga homogen dan dipanaskan
di dalam penangas selama 3 menit. Diamati hasil ujinya dan dicatat.
Percobaan keenam adalah uji kelarutan minyak/lemak. Disiapkan masingmasing 1 ml ke dalam tabung reaksi, yaitu akuades, alkohol, benzene, eter,
kloroform, larutan HCl, dan larutan Na2CO3. Kemudian ditambahkan masingmasing 2 tetes minyak kelapa segar dan dikocok hingga homogen. Lalu dibiarkan
beberapa saat dan diamati hasil ujinya.
Percobaan ketujuh adalah uji keasaman minyak/lemak. Disiapkan minyak
kelapa segar dan minyak kelapa tengik. Diteteskan masing-masing ke kertas
lakmus merah, kertas lakmus biru, dan indikator universal. Diamati hasil ujinya
pada masing-masing kertas.
Percobaan kedelapan adalah uji peroksida. Disiapkan masing-masing
sebanyak 1 ml ke dalam tabung reaksi, yaitu minyak kelapa tengik dan minyak
zaitun. Lalu dilarutkan di dalam 1 ml kloroform, ditambahkan 2ml asam asetat
glasial, ditambahkan 1 tetes larutan KI 10%, lalu diaduk hingga homogen.
Kemudian larutan tersebut dibiarkan selama 5 menit, diberi amilum, dan diamati
hasil ujinya.
Percobaan terakhir adalah uji ketidakjenuhan minyak. Disiapkan tabung
berisi 2 ml kloroform. Dimasukkan bahan-bahan yang akan diamati masingmasing 1 ml, yaitu minyak kelapa segar, dan margarin. Kemudian ditambahkan
sambil dihitung tetes Iodin yang diberikan hingga warna tetes Iodin tidak berubah.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
1. Karbohidrat
a. Uji Fehling
Tabel 1 Uji Fehling
Zat Uji
Hasil Uji
Glukosa 1%
Merah bata
Fruktosa 1%
Merah bata
Sukrosa 1%
Biru
Amilum 1%
Biru

Karbohidrat (+/-)
+
+
-

Reaksi pada uji Fehling adalah sebagai berikut

Gambar 1 Reaksi pada Uji Fehling terhadap suatu gugus aldehid (Nigam
dan Ayyagari, 2007)
Baris pertama pada reaksi adalah Fehling A(tembaga(II) sulfat atau
CuSO4) dicampur Fehling B (KOH dan natrium kalium tartrat).
Kemudian saat dipanaskan, Cu(OH)2 tereduksi menjadi CuO. Adanya
CuO ditandai dengan warna kuning atau merah pada larutan uji. CuO
akan bereaksi dengan monosakarida dan dengan disakarida yang
mempunyai gugus aldehid. (Nigam dan Ayyagari, 2007)

Uji Fehling digunakan untuk mendeteksi adanya gula reduksi pada


bahan. (Nigam dan Ayyagari, 2007) Pereaksi Fehling terdiri dari Fehling
A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan tembaga(II)sulfat, sedangkan
Fehling B adalah campuran dari larutan natrium hidroksida dan kalium
natrium tartrat. Setelah bahan dan pereaksi Fehling dicampurkan dan
dipanaskan, akan ada endapan berwarna merah bata jika terdapat gula
hasil reduksi. (Sumardjo, 2006) Hal tersebut sesuai dengan percobaan uji
Fehling terhadap glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%, dan amilum 1%.
Glukosa dan fruktosa adalah monosakarida sedangkan sukrosa adalah
disakarida yang terdiri dari glukosa dan fruktosa. Amilum merupakan
polisakarida yang terdiri dari beberapa glukosa.
Tujuan bahan yang dicampurkan pereaksi Fehling harus
dipanaskan adalah agar Cu(OH)2 terurai menjadi CuO yang mudah
bereaksi terhadap gugus aldehid. (Nigam dan Ayyagari, 2007)
b. Uji Benedict
Tabel 2 Uji Benedict
Zat Uji
Glukosa 1%
Fruktosa 1%
Sukrosa 1%
Amilum 1%

Hasil Uji
Merah bata
Merah bata
Biru kehijauan
Biru

Gula Reduksi (+/-)


+++
+++
+
-

Uji Benedict digunakan untuk mendeteksi jenis gula reduksi pada


bahan.(Nigam dan Ayyagari, 2007) Pereaksi Benedict dibuat dari
campuran tembaga(II)sulfat (CuSO4), natrium sitrat (C6H5Na3O7.2H2O),
dan natrium karbonat (NaCO3). Pereaksi Tollens dibuat dengan cara
mencampurkan larutan perak nitrat dan larutan amonium hidroksida.
(Sumardjo, 2006)
Reaksi pada uji Benedict adalah sebagai berikut

Gambar 2 Reaksi pada Uji Benedict pada suatu monosakarida (Nigam


dan Ayyagari, 2007)
Baris pertama adalah natrium karbonat yang tereduksi menjadi
natrium hidroksida dan asam karbonat. Natrium hidroksida kemudian
bereaksi dengan tembaga(II) sulfat menghasilkan tembaga hidroksida dan
natrium sulfat. Tembaga hidroksida kemudian terpecah menjadi tembaga
oksida yang berwarna kuning atau merah. Tembaga oksida akan bereaksi
dengan cepat dengan glukosa, fruktosa, galaktosa, maltosa, dan laktosa.
(Nigam dan Ayyagari, 2007)
Warna awal Benedict adalah biru. Jika dicampurkan dengan bahan
yang mengandung gula hasil reduksi dan dipanaskan, maka warna larutan

akan berubah menjadi merah bata.(Sumardjo, 2006) Hal itu sesuai


dengan hasil percobaan pereaksi Benedict terhadap glukosa 1%, fruktosa
1%, sukrosa 1%, dan amilum 1%. Fruktosa dan glukosa adalah gula hasil
reduksi karena warna akhir larutan menjadi merah bata, sedangkan
amilum merupakan polisakarida sehingga hasil akhirnya tetap biru. Lalu
sukrosa merupakan disakarida dan kemungkinan terurai sedikit karena
warna akhir larutan biru kehijauan.
Tujuan campuran pereaksi Benedict dengan bahan dipanaskan
terlebih dahulu adalah agar tembaga hidroksida terurai menjadi tembaga
oksida yang bereaksi dengan gugus aldehid pada bahan. (Nigam dan
Ayyagari, 2007)
c. Uji Tollens
Tabel 3 Uji Tollens
Zat Uji
Hasil Uji
Glukosa 1%
Cermin perak
Fruktosa 1%
Cermin perak
Sukrosa 1%
Ada endapan perak
Amilum 1%
Tidak ada perak

Gugus aldehid/keton(+/-)
+
+
+
-

Reaksi pada uji Tollens adalah sebagai berikut

Gambar 3 Reaksi pada Uji Tollens pada suatu gugus aldehid (Pavia et al.,
2015)
Pereaksi Tollens terbuat dari campuran perak nitrat dengan
natrium hidroksida. Uji Tollens digunakan untuk mendeteksi adanya
gugus aldehid atau keton pada bahan. Jika ada gugus aldehid pada
larutan, maka gugus aldehid akan mereduksi pereaksi Tollens sehingga
menghasilkan padatan Ag, H2O, NH3, dan RCOO-NH4+. Munculnya
cermin perak menandakan bahwa ada gugus aldehid pada bahan. Jika
tidak muncul, kemungkinan bahan tersebut hanya memiliki gugus keton
atau tidak ada. (Pavia et al., 2015) Hasil percobaan menunjukkan bahwa
terdapat gugus aldehid pada glukosa dan fruktosa, sedangkan sukrosa
terdapat sedikit endapan perak karena kemungkinan sukrosa terurai
sedikit dan amilum tidak ada gugus aldehid.
d. Uji Iodin
Tabel 4 Uji Iodin
Zat Uji
Glukosa 1%
Fruktosa 1%
Sukrosa 1%
Amilum 1%
Dekstrin 1%
Glikogen 1%

Hasil Uji
Kuning
Kuning
Kuning
Biru
Kuning
Kuning

Polisakarida(+/-)
+
-

Reaksi pada uji iodin adalah sebagai berikut

Gambar 4 Uji iodin pada pati (Sumber :


https://patentimages.storage.googleapis.com/US7993495B2/US07993495
-20110809-C00001.png)
Uji iodin digunakan untuk menentukan adanya polisakarida
pada bahan. (Pavia, 2005) Pereaksi iodin dibuat dengan cara
mencampurkan yodium dengan kalium iodida dalam akuades. Misalnya
dicampurkan 1 gram yodium dan kalium iodida (KI) sebanyak 10 gram
dalam air distilasi sebanyak 500 ml.(Serna-Saldivar, 2012)
Tujuan uji iodin adalah untuk menentukan keberadaan
polisakarida dalam bahan (Pavia, 2005) Hasil percobaan menunjukkan
bahwa amilum merupakan polisakarida. Glukosa dan fruktosa adalah
monosakarida, sukrosa adalah disakarida.
Dekstrin dan glikogen
merupakan karbohidrat kompleks.
e. Hidrolisis Pati
Tabel 5 Hidrolisis Pati
Waktu Hidrolisis (menit)
5
10
15
20
25

Hasil Uji Iodium


Ungu gelap
Ungu terang
Ungu lebih terang
Merah coklat
Kuning

Hasil Uji Hidrolisis


+
+

Hidrolisis pati dilakukan dengan tujuan mendapatkan gula


sederhana dari gula kompleks tersebut. Hidrolisis pati dilakukan dengan
cara mencampurkan bahan dengan asam klorida dan dipanaskan hingga
mendidih. Kemudian dtambahkan natrium hidroksida hingga menjadi basa
lalu larutan tersebut dites dengan uji Benedict. (Sumardjo, 2006) Hasil
percobaan menunjukkan bahwa reaksi hidrolisis terjadi pada menit ke 25
dilihat dari hasil uji iodium berwarna kuning. Saat larutan dites dengan
pereaksi Benedict, hasilnya merah bata yang berarti larutan telah
berhidrolisis sempurna dan menghasilkan glukosa. Selain itu, larutan harus
dibuat dalam keadaan basa sebelum uji Benedict karena pereaksi Benedict
bekerja dalam kondisi basa.
2. Lemak
a. Uji kelarutan minyak
Tabel 6 Uji Kelarutan Minyak

Bahan
Minyak+akuades
Minyak+HCl 2N
Minyak+Na2CO3
Minyak+alkohol
Minyak+eter
Minyak+kloroform
Minyak+benzene

Hasil Uji
+
+
++
++
++

Larut/emulsi/tidak larut
Tidak larut
Tidak larut
Emulsi
Emulsi
Larut
Larut
Larut

Minyak tersusun dari asam oleat yang merupakan asam lemak


tak jenuh. Asam lemak ini larut dalam pelarut alkohol, eter, kloroform,
dan benzene.(Sumardjo, 2006) Dari hasil percobaan dapat disimpulkan
bahwa minyak tidak larut dalam akuades dan asam klorida. Minyak
membentuk emulsi ketika dicampurkan dengan natrium karbonat
sehingga larutan berwarna putih. Minyak larut dalam pelarut organik
seperti eter dan benzene, dan dalam pelarut nonpolar seperti kloroform.
b. Uji keasaman minyak
Tabel 7 Uji Keasaman Minyak
Bahan
Hasil Uji Lakmus
Minyak kelapa
Biru
Minyak kelapa tengik
Ungu
Bahan
Hasil Uji Indikator
Minyak kelapa tengik
Minyak zaitun
-

Asam(+/-)
+
Nilai pH
6
5

Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui sifat asam dan basa
pada minyak. Minyak murni seharusnya bersifat netral, sedangkan
minyak tengik seharusnya bersifat asam karena telah teroksidasi setelah
pemanasan yang lama. (Kurnia, 2012) Hasil percobaan menunjukkan
bahwa minyak kelapa bersifat asam dengan keterangan minyak zaitun
memiliki pH 5 dan minyak kelapa tengik dengan pH 6.
c. Uji peroksida
Tabel 8 Uji Peroksida
Bahan
Minyak kelapa tengik
Minyak zaitun

Hasil Uji
Ungu sedikit
Ungu banyak

Peroksida(+/-)
+
+

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kandungan


peroksida dari minyak zaitun lebih sedikit dibandingkan minyak kelapa
tengik. Minyak kelapa tengik adalah minyak kelapa yang dipanaskan dan
teroksidasi sehingga menghasilkan peroksida. Minyak yang dipanaskan
terus menerus, kandungan peroksidanya mengalami kenaikan. Saat
dipanaskan, lemak mulai bereaksi dengan oksigen dan membentuk
peroksida. (Gunawan et al., 2003)
d. Uji ketidakjenuhan minyak/lemak

Tabel 9 Uji Ketidakjenuhan Minyak Kelapa dan Margarin


Bahan
Jumlah Tetesan Iodin Kesimpulan
Minyak kelapa
30
Minyak
memiliki
rangkap
Margarin
27
Margarin
memiliki
rangkap

kelapa
ikatan
tidak
ikatan

Ketidakjenuhan minyak ditentukan oleh banyaknya ikatan


rangkap pada minyak dan lemak. Semakin banyak ikatan rangkapnya,
semakin tidak jenuh minyak tersebut. (Pavia, 2005) Berdasarkan hasil
percobaan, terbukti bahwa minyak kelapa memiliki asam lemak tak jenuh
dan margarin memiliki asam lemak jenuh.
Asam lemak adalah hasil hidrolisis lemak atau minyak selain
gliserol. Asam lemak umumnya memiliki rantai karbon 12-18 karbon
dalam satu rantai. Asam lemak dibedakan menjadi dua, yaitu asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak tak jenuh biasanya terdapat
pada minyak sedangkan asam lemak jenuh terdapat pada lemak. (Pavia,
2005)
KESIMPULAN
Percobaan pertama membuktikan bahwa glukosa dan fruktosa mempunyai
gugus aldehid sedangkan sukrosa dan amilum tidak terdeteksi adanya gugus
aldehid. Percobaan kedua membuktikan bahwa glukosa dan fruktosa mempunyai
gula reduksi sedangkan sukrosa dan amilum tidak terdeteksi adanya gula reduksi.
Percobaan ketiga membuktikan glukosa dan fruktosa mempunyai gugus aldehid
atau keton sedangkan sukrosa dan amilum tidak terdeteksi memiliki gugus aldehid
atau keton. Percobaan keempat membuktikan bahwa polisakarida terdapat di
amilum. Percobaan kelima menunjukkan bahwa hasil hidrolisis pati adalah
monosakarida. Percobaan keenam menunjukkan bahwa minyak larut di pelarut
organik seperti eter dan benzene dan pelarut nonpolar seperti kloroform.
Percobaan ketujuh menunjukkan bahwa minyak kelapa tengik bersifat asam
dengan pH 6 untuk minyak kelapa tengik dan pH 5 untuk minyak zaitun.
Percobaan kedelapan menunjukkan bahwa minyak kelapa tengik memiliki
kandungan peroksida lebih sedikit dari minyak zaitun. Percobaan terakhir
menunjukkan bahwa margarin lebih jenuh dibandingkan minyak kelapa.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Mudji Triatmo MA, dan Arianti Rahayu. 2003. Analisis
Pangan:Penentuan Angka Peroksida dan Asam Lemak Bebas pada Minyak
Kedelai dengan Variasi Menggoreng. JSKA 6(3) : 5.
Kurnia, Novi. Uji Keasaman Minyak. Diakses pada 21 September 2015.
http://www.scribd.com/doc/113557093/Uji-Keasaman-Minyak#scribd
Nigam, Arti dan Ayyagari, Archana. 2007. Lab Manual in Biochemistry,
Immunology and Biotechnology. New Delhi:Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited. Halaman 23 dan 24.

Pavia, Donald L. 2005. Introduction to Organic Laboratory Techniques: A Small


Scale Approach. California : Cengange Learning. Halaman 205, 206, 451.
Punakarya, Idral. 2009. Peran Zat Gizi Makro terhadap Kejadian Demensia pada
Lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat 3(2):90.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh, dan
Asam Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional 2(4) :157-158.
Serna-Saldivar, Sergio O. 2012. Cereal Grains: Laboratory Reference and
Procedures Manual. Florida:CRC Press. Halaman 62.
Sinnott, Michael L. 2007. Carbohydrate Chemistry and Biochemistry.
Cambridge:RSC Publishing. Halaman 1.
Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I Fakultas Bioeksata. Jakarta:EGC.
Halaman 236, 237, dan 267.
Sumber gambar :
Nigam, Arti dan Ayyagari, Archana. 2007. Lab Manual in Biochemistry,
Immunology and Biotechnology. New Delhi:Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited. Halaman 23 dan 24.
Pavia, Donald, Kriz, George, Lampman, Gary, dan Engel, Randall. 2015. A Small
Scale Approach to Organic Laboratory Techniques.
Massachusetts:Cengange Learning. Halaman 485.
US Patents. Signal activated decontaminating coating. Diakses
pada 20 September 2015.
https://patentimages.storage.googleapis.com/US7993495B
2/US07993495-20110809-C00001.png

Anda mungkin juga menyukai