ANALISIS PANGAN
ACARA VII
KADAR ABU
Kelompok 3
Penanggung Jawab:
A. Latar Belakang
Sebagian besar bahan pangan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik
dan air sedangkan sisanya merupakan unsur- unsur mineral. untuk menentukan
kandungan mineral yang ada dalam bahan hasil pertanian yaitu dengan cara
pengabuan.
tinggi selama beberapa waktu sehingga bahan akan habis terbakar dan hanya
tersisa zat anorganik berwarna putih keabu-abuan yang disebut abu. Abu
merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran bahan organik. Kadar abu dari
suatu bahan dapat menunjukkan kandungan mineral yang ada dalam bahan
anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik dan segera terbentuk elemen
logam dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif. Kandungan
abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara pengabuan yang
digunakan. Ada dua macam cara pengabuan, yaitu cara kering (langsung) dan cara
basah (tidak langsung). Kedua cara pengabuan tersebut memiliki keunggulan dan
tertentu pada bahan yang diabukan sepeti gliserol, alkohol asam sulfat atau asam
nitrat.
Penentuan kadar abu total yang dilakukan terhadap bahan hasil pertanian
jenis bahan yang digunakan, serta dijadikan parameter nilai gizi bahan makanan.
B. Tujuan
2. Mengetahui dan memahami cara analisis kadar abu metode pengabuan kering
II. TINJAUAN PUSTAKA
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Pada umumnya residu anorganik ini terdiri atas oksida dan garam yang
mengandung anion seperti fosfat, klorida, sulfat, dan halida lain dan juga kation
seperti sodium, kalium, kalsium, magnesium, besi, dan mangan. Kadar abu juga
berhubungan dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu
bahan dapat berupa dua jenis garam yaitu garam-garam organik (Rahmawati et al,
2015).
menetukan jumlah zat berdasarkan pada penimbangan dari hasil reaksi setelah
pengabuan kering dan metode pengabuan basah. Prinsip dari pengabuan cara tidak
maupun pasir bebas anorganik selanjutnya dilakukan pemanasan pada suhu tinggi.
dengan mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500–
600°C dan kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
bergantung pada tujuan pengabuan, jenis mineral yang akan diukur didalam bahan
pangan adalah menimbang berat sisa mineral hasil pembakaran organik pada suhu
sekitar 550°C. penentuan kadar abu dapat dilakukan secara langung dengan cara
membakar bahan pada suhu tinggi (500-600°C) selama beberapa (2-8) jam dan
kemudian menimbang sisa pembakaran yang tertinggal sebagi abu jumlah sampel
pada analisis kadar abu adalah sekitar 2-5 g untuk bahan yang banyak
untuk bahan seperti jelly, selai, sirup, dan buah kerin atau lebih besar lagi (2,5-5
g) untuk bahan yang mengandung sedikit mineral seperti bauh segar, jus dan
Pengukuran Kadar Abu (SNI, 1992 yang dimodifikasi) Satu gram tepung
ubi jalar dimasukkan ke dalam cawan porselin yang sudah diketahui massanya,
kemudian diabukan dalam furnace pada suhu 550°C sampai pengabuan sempurna,
digunakan sebagai sumber protein, lemak, vitamin, mineral dan serat. Kacang
kedelai mengandung sumber protein nabati yang kadar proteinnya tinggi yaitu
sebesar 35% bahkan pada varietas unggul dapat mencapai 40-44%. Selain itu juga
mengandung asam lemak essensial, vitamin dan mineral yang cukup. Di samping
protein, kacang kedelai mempunyai nilai hayati yang tinggi setelah diolah, karena
kandungan susunan asam aminonya mendekati susunan asam amino pada protein
baik sebagai sumber mineral. Beberapa mineral yang terdapat pada kedelai antara
lain adalah Fe, Na, K, Ca, P, Mg, S, Cu, Zn, Co, Mn dan Cl. Mineral yang
cukup tinggi, yaitu sekitar 0.9 - 1.5%. Fe juga terdapat dalam bentuk yang
Rahayu, 1990 dalam Novianti 2012). Secara umum kedelai merupakan sumber
vitamin B, karena kandungan vitamin B1, B2, nisin, piridoksin dan golongan
dalam jumlah yang cukup banyak ialah vitamin E dan K.Vitamin A dan D
Cdengan kadar yang sangat rendah (Koswara, 1992 dalam Novianti 2012).
Kandungan gizi kacang kedelai Kadar/100 g bahan yaitu Energi 442 kal,
Air 7,5 g, Protein 34,9 g, Lemak 38,1 g, Karbohidrat 34,8 g, Mineral 4,7 g,
Kalsium 227 mg, Fosfor 585 mg, Zat besi 8 mg, Vitamin A 33 mcg, dan Vitamin
bervariasi tergantung varietas yang dikembangkan dan juga warna kulit maupun
kotiledonnya. Kandungan protein dalam kedelai kuning bervariasi antara 31-48%
Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah
atau kacang jogo ini mempunyai nama ilmiah yang sama dengan kacang buncis,
yaitu Phaseolus vulgaris L. Biji kacang merah berbentuk bulat agak panjang,
berwarna merah atau merah berbintik-bintik putih. Kacang merah banyak ditanam
terdapat pada kacang merah terdiri dari thiamin 0,88 mg/100g, riboflavin 0,14
mg/100g dan niasin 2,2 mg/100g. Kacang merah juga mempunyai susunan asam
amino essensial yang lengkap. Asam amino pembatas pada protein kacang merah
adalah metionin dan sistein dengan kandungan relatif rendah yaitu 10,56 dan 8,46
mineral, Komposisi gizi kacang merah kering per 100 g yaitu Energi (kkal) 314,
Protein (g) 22,1 , Lemak (g) 1,1, Karbohidrat (g) 56,2, Kalsium (mg) 502, Fosfor
(mg) 429, Zat Besi (mg) 10,3, Vitamin B1 (mg) 0,4, Serat pangan (g) 4 (Ningrum,
2012).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu ikan air tawar yang
beriklim sedang (Angienda dkk., 2010 dalam Ramlah et al, 2016). Ikan nila
memiliki ciri khusus yaitu ada garis - garis vertikal pada bagian sirip
punggung (dorsal) dan sirip ekor (caudal). Komposisi kimia ikan nila per
100 gram menunjukan bahwa ikan nila memiliki kandungan lemak yang
cukup rendah (2,7%), kandungan protein yang cukup tinggi (17,8%), kadar
air yang cukup tinggi (77,8%), dan kadar abu yang cukup rendah (1,2%) sehingga
cocok sebagai bahan dasar dalam pembuatan tepung ikan untuk pangan (Ramlah
et al, 2016).
Ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) jantan merupakan ikan air laut
yang banyak pada musim puncak (Maret - Juni). Pemanfaatan ikan kembung
jantan banyak digunakan oleh masyarakat luas karena ikan kembung banyak
mengandung Omega 3 dan Omega 6 yang baik bagi pencegahan penyakit dan
kecerdasan otak. Ikan ini suka hidup secara bergerombol, kebiasaan makanan
Ikan kembung sebagai salah satu bahan pangan memiliki kandungan gizi
yang memenuhi sejumlah besar unsur kesehatan. Kandungan Zat Gizi ikan
kembung dalam 100 gram yaitu Air (gram) 76,0 g, Protein (gram) 22,0 g, Energi
(K) 103,0 K, Lemak (gram) 1,0 g, Kalsium (mg) 20,0 mg, Besi (mg) 1,5 mg,
Fosfor 200,0 mg, Vitamin A (SI) 30,0 Vitamin B1 0,05 (Thariq et al, 2014).
Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) merupakan tanaman yang termasuk ke
dalam jenis tanaman palawija, termasuk tanaman tropis dan dapat tumbuh dengan
pertumbuhan ubi jalar adalah jarak tanam, varietas dan lokasi tanam. Ubi jalar
dibagi dalam dua golongan, yaitu ubi jalar yang berumbi keras karena banyak
mengandung pati dan ubi jalar yang berumbi lunak karena banyak mengandung
air. Warna daging umbinya, ada yang berwarna putih, merah, kekuningan, kuning,
merah, krem, jingga dan lain-lain. Ubi jalar dapat berfungsi sebagai pengganti
jalar basah yang berdaging lunak kandungan patinya antara 13-20%, sedangkan
pada jenis yang lebih kering, umbinya lebih kompak mengandung 18-25% zat
pati. Jenis ubi jalar yang berwarna putih mengandung kadar air yang lebih sedikit
daripada yang berwarna merah. Varietas ubi jalar yang berwarna kuning tidak
semanis varietas yang berwarna putih tetapi memiliki bau dan rasa serta sifat-sifat
antosianin yang lebih tinggi daripada ubi jalar jenis lain. Pigmennya lebih stabil
bila dibandingkan antosianin dari sumber lain seperti kubis merah, elderberries,
Ubi jalar ungu merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori yang
cukup tinggi. Ubi jalar ungu juga merupakan sumber vitamin dan mineral.
Kandungan lainnya adalah protein, lemak, serat kasar dan abu. Total kandungan
antosianin bervariasi pada setiap tanaman dan berkisar antara 20 mg/100 g sampai
600 mg/100 g berat basah. Total kandungan antosianin ubi jalar ungu adalah 519
mg/100 g berat basah. Komposisi Zat Gizi Ubi Jalar ungu Per 100 gram/g adalah
Kalori (123 kal), Protein (1,8 g), Lemak (0,7 g), Kabohidrat (27,9 g), Kalsium (30
mg), Fosfor (49 Mg), Zat besi (0,7 mg) , Natrium (77 mg), Kalium (0,9 mg),
Niacin (22 mg), Vitamin A (62 S1), Vitamin B (0,7 mg) , Vitamin C (22 mg), Air
Ubi jalar putih (Ipomea batatas Linneaus) yang juga dikenal sebagai
ketela rambut, adalah pohon tahunan tropikan dan subtropika. Umbinya dikenal
luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Komposisi dari Jenis Ubi jalar putih yaitu Kalori 123 kkal, Karbohidrat 28,79 % ,
Gas reduksi 0,32 %, Lemak 0,95 %, Protein 0,87 %, Air 65,24 %, Abu 0,93 %,
Selain mengandung zat gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh, ubi jalar
juga mengandung zat anti gizi tripsin inhibitor dengan jumlah 0,26 %, 43,6 IU per
100 g ubi jalar segar (Hernanto, 2014). Tripsin inhibitor tersebut akan menutup
gugus aktif enzim tripsin sehingga aktivitas enzim tersebut terhambat dan tidak
dengan cara pengukusan, perebusan dan pemasakan. Senyawa lain yang tidak
Flatulensi dapat disebabkan oleh senyawa karbohidrat yang tidak tercerna yang
difermentasi oleh bakteri tertentu dalam usus sehingga menghasilkan gas H2 dan
CO2. Flatulensi disebabkan oleh karbohidrat jenis rafinosa, stakiosa dan
Ubi jalar yang berwarna putih umumnya bervarietas sukuh lebih diarahkan
untuk pengembangan tepung dan pati karena umbi yang berwarna cerah
cenderung lebih baik kadar patinya dan warnatepung lebih menyerupai terigu
(Hernanto, 2014). Komposisi kimia yang berbeda dari beberapa varietas/klon ubi
jalar akan menghasilkan mutu tepung yang bervariasi pula. Menurut Suarni
(2005) dalam Hernanto (2014), tingginya kadar abu pada bahan menunjukkan
tingginya kandungan mineral namun dapat juga disebabkan oleh adanya reaksi
tepung. kadar abu yang tinggi pada bahan tepung kurang disukai karena
cenderung memberi warna gelap pada produknya. Semakin rendah kadar abu pada
produk tepung akan semakin baik, karena kadar abu selain mempengaruhi warna
akhir produk juga akan mempengaruhi tingkat kestabilan tepung akan semakin
baik, karena kadar abu selain mempengaruhi warna akhir produk juga akan
2. Oven 6. Tanur
3. Desikator 7. Penjepit
4. Hotplate
B. Prosedur Kerja
A. Hasil
Perhitungan :
1. Kacang Kedelai
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0833
= × 100%
2,0788
=4%
2. Kacang Merah
0,0944
= × 100%
2
= 0,047 %
3. Ikan Nila
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
−0,03
= × 100%
2,2685
= -1,32 %
4. Ikan Kembung
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,0261
= × 100%
2,0544
= 1,27 %
5. Ketela Ungu
−0,0363
= × 100%
2,0301
= -1,788 %
6. Ketela Putih
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑏𝑢
Kadar abu = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
−0,0072
= × 100%
2,1103
= -0,003 %
B. Pembahasan
komponen organik bahan pangan. Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan
kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Abu dalam bahan dibedakan menjadi abu
total, abu terlarut, dan abu tidak terlarut. Bentuk mineral dalam abu sangat
berbeda dari bentuk asalnya dalam bahan pangan (Andarwulan dkk, 2011).
pengabuan, tanpa adanya nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan
dan berat konstan tercapai. Dalam praktikum ini yang digunakan untuk sampel
adalah cawan porselen. Sampel yang digunakan pada pengabuan kering adalah
kacang kedelai, kacang merah, ikan kembung, ikan nila, ketela ungu, dan ketela
cawan dan sampel tersebut dimasukkan kedalam tanur selama 6 jam sehingga
diperoleh berat konstan. Besarnya berat abu dihitung dengan mengurangi selisih
berat akhir dikurang berat awal cawan. Kemudian dibagi dengan berat awal bahan
Setelah 6 jam proses tanur, kemudian menunggu suhu tanur sampai 100°C
karena suhu sebelumnya sangat panas yaitu sekitar 800°C agar sampel bisa
untuk menjaga berat konstan karena desikator akan menyerap air sehingga berat
Dari literatur diketahui bahwa saat pengaban ada komponen volatil yang
hilang yaitu unsur-unsur Na, S, Cl, dan P. Kadar abu yang didapatkan adalah
kadar abu atau mineral total yang terdapat dalam suatu bahan dan tidak
mengetahui zat atau senyawa apa yang saja yang terkandung dalam bahan
tersebut.
Berdasarkan tabel hasil diatas diketahui kadar abu total tiap bahan yaitu
Kacang kedelai 4 %, kacang merah 0,047%, ikan nila -1,32%, ikan kembung
1,27%, ketela ungu -1,788%, dan ketela putih -0,003%. Hal ini tidak sesuai
dengan Sudarmadji (2012) yang menyatakan bahwa kandungan kadar abu pada
nila sudah sesuai literatur hanya saja pada ikan nila angka yang didapat minus (-),
sedangkan menurut Kurniawati (2013) rata-rata kadar abu yang dimiliki ketela
Dalam hal ini berarti ada kemungkinan kesalahan dalam praktikum ini,
kemungkinan besar karena suhu dalam tanur terlalu tinggi yaitu 800°C yang
(bahan belum halus atau homogen secara sempurna) sehingga diperoleh beberapa
data yang minus (-) atau tidak sesuai standar dan juga bisa jadi karena kurang
berfungsinya desikator, desikator kurang menyerap uap air yang kembali masuk
ke bahan, karena saat pendinginan tanur dibuka sedikit dan uap air kembali ke
bahan.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada praktikum analisis kadar air penentuan kadar air dengan metode oven
atau sesuai jenis bahan. Namun pada praktikum kadar air ini pengeringan
dilakukan total 8 jam, untuk mendapatkan berat konstan. Pada praktikum ini kadar
air yang terbesar adalah kadar air dari labu siam dengan nilai kadar air 94,89%,
kemudian disusul oleh pepaya dengan 90,79%, wortel 89,74%, jambu biji 88,12
tanur pengabuan, tanpa terjadi nyala api, sampai terbentuk abu berwarna putih
keabuan dan berat konstan tercapai. Setelah 6 jam proses tanur, kemudian
menunggu suhu tanur sampai 100ºC karena suhu sebelumnya sangat panas
yaitu sekitar 800ºC agar sampel bisa diambil untuk kemudian dimasukkan ke
desikator. Dari keenam bahan yang digunakan, diketahui bahwa kacang kedelai
memiliki kadar abu tertinggi yaitu sekitar 4 %, kemudian ikan kembung dengan
1,27%, kacang merah 0,047%, ketela putih -0,003%, ikan nila dengan kadar abu
Hernanto, J. 2014. Sifat Fisikokimia Tepung Ubi Jalar Ungu Termodifikasi Secara
Fisik pada Berbagai Lama Pemanasan. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Larasati, Anggi. 2016. Pengaruh Proporsi Pasta Ubi Jalar Ungu (Ipomoeabatatas.
L) dan Tepung Terigu Terhadap Kualitas Fisik, Kimia dan Organoleptik
Kue Pukis. Tesis, Universitas Muhammadiyah Malang.
Novianti, Y. 2012. Pengaruh Waktu Pemasakan dan Jenis Susu terhadap Sifat
Organoleptik Permen Karamel Susu. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Rahmawati, Arisna et al. 2015. Kandungan Kimia dan Potensi Beberapa Jenis
Tepung Ubi Jalar pada Pembuatan Roti. Jurusan Kimia FMIPA UNS.
Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1).
Richana, Nur. 2013. Mengenai Potensi Ubi Kayu & Ubi Jalar. Nuansa Cendikia :
Bandung.
Susetyo, Yosia Adi et al. 2016. Optimasi Kandungan Gizi Tepung Ubi jalar
(Ipomoea batatas L.) Terfermentasi Ditinjau dari Dosis Penambahan
Inokulum Angkak. Skripsi.Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.
Sudarmadji,Slamet dkk. 2012. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty
Yogyakarta. Yogyakarta.
Thariq, Ahmad Sofie et al, 2014. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Garam Pada
Peda Ikan Kembung (Rastrelliger neglectus) Terhadap Kandungan Asam
Glutamat Pemberi Rasa Gurih (Umami). Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi
Hasil Perikanan Vol 3, No 3, Hal 104-111.
Widodo, didik dan Retno A.L. 2011. Kimia analisis Kuantitatif Dasar
Penguasaan Aspek Eksperimental. Yogyakarta: Graha Ilmu.
LAMPIRAN
No Gambar Keterangan
3
Sebanyak 2 g sampel ditimbang
dan dimasukkan kedalam
cawan.
4
10