2022
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
IPB UNIVERSITY
I PENDAHULUAN
2.3 Prosedur
Praktikum pertama yang dilakukan adalah karakteristik bahan penyegar. Prosedur
praktikum tersebut meliputi:
Dipilih satu jenis sampel stimulating beverages
↓
karakteristik sampel (warna, aroma, tekstur) diamati dan dicatat hasilnya pada tabel
↓
sampel dibagi menjadi 3 bagian yang sama dan ditempatkan dalam gelas transparan
↓
perlakuan berikut diberikan pada sampel:
perlakuan 1: ditambah 100 mL air suhu dingin
perlakuan 2: ditambah 100 mL air suhu ruang
perlakuan 3: ditambah 100 mL air mendidih
↓
sampel diaduk selama 2 menit kemudian dilakukan pengamatan warna, aroma,
kekentalan, dan homogenitas larutan
↓
sampel didiamkan selama 30 menit kemudian dilakukan pengamatan kembali dan
diperhatikan terbentuknya endapan di dasar gelas
Gambar 2.1 Prosedur kerja eksperimen karakteristik bahan penyegar
Praktikum kedua yang dilakukan adalah efek penyimpanan terhadap karakteristik
bahan penyegar. Prosedur dari eksperimen tersebut meliputi :
Sampel dari eksperimen 1 diambil kembali kemudian sampel dibagi menjadi 4 bagian
yang sama dan diletakkan dalam 4 wadah
↓
sampel diberi perlakuan berikut:
perlakuan 1: simpan di suhu ruang, wadah terbuka
perlakuan 2: simpan di suhu ruang, wadah ditutup
perlakuan 3: simpan di suhu rendah (refrigerasi), wadah terbuka
perlakuan 4: simpan di suhu rendah (refrigerasi), wadah ditutup
↓
sampel disimpan selama 24 jam dan diamati karakteristiknya setelah penyimpanan
Gambar 2.2 Prosedur kerja ekperimen efek penyimpanan terhadap karakteristik bahan
penyegar
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Eksperimen 1 berisikan karakteristik dari bahan penyegar. Dilakukan tiga perlakuan yang berbeda pada ketiga sampel dari
masing-masing kelompok. Setelah tiga puluh menit setelah perlakuan, dilakukan kembali pengamatan karakteristik dari sampel.
Keseluhan hasil pengamatan terletak pada tabel berikut ini.
Warna : coklat
Aroma : khas
Kopi Meja 1 kopi
Tekstur : bubuk Gambar 3.29
halus Kopi sebelum
perlakuan
Warna : coklat
tua
Teh Aroma :khas teh
Meja 1
celup bubuk Gambar 3.30
Tekstur : serbuk Teh celup
kasar sebelum
perlakuan
Tabel 3.1 Karakteristik bahan penyegar (lanjutan)
Jenis Karakteristik sampel
Sampel Karakteristik Karakteristik Foto Catatan
Karakteristik Foto Foto
Perlakuan sesudah sesudah sesudah 30 lainnya
sebelum sebelum sesudah
diberi didiamkan 30 menit
perlakuan perlakuan perlakuan
perlakuan menit perlakuan
Warna : coklat
Aroma : khas
Coklat coklat bubuk
Meja 2
bubuk Tekstur : bubuk Gambar 3.31
halus, Coklat bubuk
menggumpal sebelum
perlakuan
Warna : coklat
tua
Aroma : khas
Kopi Meja 2 kopi
Tekstur : bubuk Gambar 3.32
kasar & Kopi sebelum
menggumpal perlakuan
Coklat
P4: Sesudah Khas kopi, Tidak
Kopi bubuk lebih
Perlakuan tajam (+) menggumpal
gelap
Gambar 3.41 Kopi bubuk P4
setelah penyimpanan
Manis, aroma
P3: Sesudah Coklat
khas coklat, Menggumpal
Perlakuan terang
tajam
Gambar 3.47 Coklat bubuk P3
setelah penyimpanan
Manis, aroma
P4: Sesudah Coklat Tidak
Coklat Bubuk khas coklat,
Perlakuan gelap menggumpal
tajam (+)
Gambar 3.49 Coklat bubuk P4
setelah penyimpanan
Ada warna
P1: Sebelum Hijau Khas daun teh,
Kasar, serpihan daun teh
perlakuan gelap menyegarkan
yang coklat
Gambar 3.50 Teh hitam P1
sebelum penyimpanan
Ada warna
P2: Sebelum Hijau Khas daun teh,
Kasar, serpihan daun teh
perlakuan gelap menyegarkan
yang coklat Gambar 3.52 Teh hitam P2
sebelum
penyimpanan
Tabel 3.2 Efek penyimpanan terhadap karakteristik bahan penyegar (lanjutan)
Karakteristik sampel
Jenis sampel Perlakuan Catatan
Warna Aroma Tekstur Foto
lainnya
Hijau
P2: Sesudah Khas daun teh, Kasar, serpihan,
lebih
Perlakuan menyegarkan lebih kering
gelap
Gambar 3.53 Teh hitam P2 setelah
penyimpanan
Ada warna
P3: Sebelum Hijau Khas daun teh,
Kasar, serpihan daun teh
perlakuan gelap menyegarkan
yang coklat Gambar 3.54 Teh hitam P3
sebelum
Teh hitam penyimpanan
Ada warna
P4: Sebelum Hijau Khas daun teh,
Kasar, serpihan daun teh
perlakuan gelap menyegarkan
yang coklat Gambar 3.56 Teh hitam P4
sebelum
penyimpanan
Tabel 3.2 Efek penyimpanan terhadap karakteristik bahan penyegar (lanjutan)
Karakteristik sampel
Jenis sampel Perlakuan Catatan
Warna Aroma Tekstur Foto
lainnya
Hijau
P4: Sesudah Khas daun teh,
Teh hitam lebih Kasar, serpihan
Perlakuan tajam (+)
gelap
Gambar 3.57 Teh hitam P4 setelah
penyimpanan
Keterangan:
P1: simpan di suhu ruang, wadah terbuka
P2: simpan di suhu ruang, wadah ditutup
P3: simpan di suhu rendah (refrigerasi), wadah terbuka
P4: simpan di suhu rendah (refrigerasi), wadah ditutup
Warna daun teh akibat penyimpanan 1x24 jam pada suhu dan tempat
penyimpanan yang berbeda belum mengalami perubahan yang signifikan. Tidak
terjadinya perubahan warna disebabkan karena waktu penyimpanan yang belum terlalu
lama. Dalam literatur, warna daun teh yang disimpan pada suhu ruang berubah menjadi
kekuningan atau kecoklatan. Hal ini mengindikasikan terjadinya penurunan kualitas
daun teh. Suhu rendah dapat mempertahakan warna teh. Berdasarkan penelitian yang
pernah dilakukan, suhu -20 - -80ºC menjadi suhu yang cocok untuk menjaga kualitas
teh karena dapat menstabilkan penampilan daun teh. Aroma teh juga dipengaruhi oleh
suhu. Penyimpanan dalam waktu yang cukup lama pada suhu ruang mengakibatkan
perubahan senyawa volatil pada teh. Sedangkan, pada suhu -80ºC dilaporkan bahwa
profil volatil masih sama dengan teh sebelum penyimpanan sehingga aroma yang
tercium juga masih sama. Waktu penyimpanan yang lama juga berdampak pada
penghilangan senyawa volatil yang terkandung dalam teh (Dai et al. 2019). Hal ini
sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan pada teh yang disimpan pada suhu
ruang. The yang disimpan di suhu ruang mengalami penurunan ketajaman aroma teh,
sedangkan penyimpanan di suhu dingin tidak menyebabkan perubahan aroma teh. Suhu
penyimpanan juga berpengaruh pada kelembaban teh. Suhu rendah dapat menurunkan
kadar kelembaban the sehingga meningkatkan daya simpan teh. Suhu yang tinggi dan
waktu penyimpanan yang lama dapat menurunkan kualitas teh hitam (Teshome 2019).
Penyimpan coklat bubuk pada suhu ruang menyebabkan terjadinya penggumpalan
seperti hasil pengamatan pada perlakuan P1 dan P2. Penggumpalan lebih signifikan
terjadi pada penyimpanan wadah terbuka di suhu ruang. Semakin tinggi suhu
lingkungan coklat bubuk maka semakin besar juga kemungkinan terjadinya caking.
Caking merupakan sebuah fenomena aglomerasi partikel yang berdampak pada
kerusakan fungsi bahan seperti rehidrasi dan sifat mengalirnya (Jacquot et al. 2017).
Berdasarkan hasil pengamatan, suhu ruang mengakibatkan penggumpalan di
setiap penyimpanan kecuali penyimpanan pada suhu dingin dengan wadah yang
tertutup. Penggumpalan yang terjadi ini disebabkan juga oleh proses caking, seperti
yang terjadi pada coklat bubuk. Selain itu, penyimpanan kopi bubuk pada suhu
refrigerator dan suhu ruang diketahui dapat menaikkan keasaman. Perubahan nilai pH
secara tidak signifikan juga terjadi. Kenaikan nilai pH terjadi pada penyimpanan di suhu
4ºC dan 25ºC. Namun, pada literatur lainnya, nilai penyimpanan di suhu 20ºC diketahui
dapat menurunkan pH karena terjadinya kenaikan kadar ion hidrogen ion selam proses
penurunan kualitas di penyimpanan. Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan
kemasan penyimpanan sampel. Kopi yang mengalami kenaikan pH menggunakan
kemasan yang tertutup seperti kemasan yang digunakan untuk penjualan komersial kopi
bubuk (Yüksel et al. 2020).
Kondisi wadah tertutup dan terbuka memperngaruhi karakteristik dari kopi, teh
hitam, dan coklat bubuk. Pada kondisi wadah terbuka tekstur sampel kopi menjadi
menggumpal. Begitu pula dengan sampel coklat bubuk. Penggumpalan pada bubuk kopi
terjadi karena adanya kadar air yang tinggi (Fitriyah et al. 2021). Penyimpanan kopi di
wadah tertutup akan mengurangi masuknya oksigen pada kopi (Musfiroh et al. 2022).
Menurut Setyani (2002) dalam Gozali et al. (2020) penyimpanan kopi di tempat terbuka
setelah 2-3 minggu akan menyebabkan aroma khas kopi menjadi hilang karena adanya
penguapan zat kafeol. Oleh karena itu penyimpanan yang baik untuk bubuk kopi adalah
penyimpanan tertutup. Penyimpanan bubuk coklat yang baik juga harus mampu
melindungi bubuk coklat dari oksigen (Marwati et al. 2019). Pada sampel teh hitam
terjadi penggelapan warna teh yang disimpan di tempat terbuka. Penggelapan teh hitam
terjadi karena oksidasi (Pratama et al. 2022).
Berdasarkan hasil penelitian, kondisi penyimpanan yang berbeda-beda pada
sampel memberikan efek perubahan kualitas. Setelah diberi perlakuan penyimpanan,
sampel kopi bubuk dan coklat bubuk yang tidak diberi penutup mengalami perubahan
tekstur yaitu menggumpal. Penggumpalan ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang
pengap (Rufaidah et al. 2020). Namun, sampel tidak mengalami perubahan warna yang
signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh terserapnya uap air dalam udara yang lembab
sehingga menyebabkan meningkatnya kadar air pada sampel. Hal ini menyimpulkan
bahwa penyimpanan bahan penyegar pada wadah terbuka dapat mempercepat kerusakan
yang disebabkan oleh kontaminasi dari lingkungan (Saolan et al. 2020). Sedangkan
pada sampel yang diberi penutup wadah sebagian besar tidak mengalami penggumpalan
dan menunjukkan karakteristik aroma yang lebih tajam. Dapat disimpulkan bahwa
perlakuan yang dianjurkan untuk menyimpan bahan penyegar yaitu disimpan pada
wadah tertutup di ruangan dengan suhu yang sejuk.
IV SIMPULAN
Teh memiliki karakteristik warna berwarna coklat atau hijau, beraroma khas teh,
dan memiliki tekstur kasar maupun halus. Teh mengandung senyawa teofilin yang
berperan dalam efek menenangkan. Karakteristik kopi bubuk berwarna coklat tua,
beraroma khas kopi, dan bertekstur kasar. Kafein dalam kopi dapat mempengaruhi
sistem saraf pusat yang secara khusus memengaruhi rasa kantuk. Karakteristik coklat
bubuk berwarna coklat gelap, beraroma khas coklat, dan bertekstur kasar. Coklat
mengandung flavonoid dan theobromin. Perubahan kualitas bahan penyegar dapat
dipengaruhi oleh suhu dan tempat penyimpanan. Ketidakamananan bahan penyegar
dapat disebabkan oleh tumbuhnya jamur karena kadar air yang tinggi pada bahan
penyegar.
V DAFTAR PUSTAKA
Andayani O, Agustini S. 2019. Penentuan masa simpan kopi bubuk dalam kemasan
Aluminium Laminated Polyetilen (ALP) dan Polyetilen Ptalat (PET). Jurnal
Dinamika Penelitian Industri. 30(2): 148-153.
Andriyani M, Harianto S, Atmaja MIP, Lestari PW, Shabri, Maulana H, Putri SH. 2022.
Laju penurunan kadar air dan nilai karakteristik fisik berdasarkan sistem
pengeringan akhir pada pengolahan teh hijau. TEKNOTAN. 16(2): 69-74.
Aprilia FA, Ayuliansari Y, Putri T, Azis YM, Camelina DW, dan Putra RM. 2018.
Analisis kandungan kafein dalam kopi tradisional gayo dan kopi lombok
menggunakan HPLC dan spektrofotometri UV-Vis. Biotika. 16(2): 38-39.
Aryantini Dyah. 2021. Aktivitas antioksidan dan kandungan tanin total ekstrak etanol
daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea). Jurnal Farmagazine. 8(1): 54-60.
Dai Q, Liu S, Jiang Y, Gao J, Jin H, Zhang Y, Zhang Z, Xia T. 2019. Recommended
storage temperature for green tea based on sensory quality. J Food Sci Technol.
56(9):4333–4348. doi:10.1007/s13197-019-03902-7.
Depaula J, Farah A. 2019. Caffeine consumption through coffee: content in the
beverage, metabolism, health benefits and risks. Beverages. 5(37): 1-50.
doi:10.3390/beverages5020037.
Edowai DN, Tahoba AE. 2018. Proses produksi dan uji mutu bubuk kopi arabika
(Coffea arabica L) asal Kabupaten Dogiyai, Papua. AGRIOVET. 1(1): 1-18.
Fajara BEP, Susanti H. 2017. HPLC determination of caffeine in coffee beverage.
IPCUAD. 259(2017): 1-7.
Fajrina A, Jubahar J, Sabirin S. 2016. Penetapan kadar tanin pada teh celup yang
beredar dipasaran secara spektrofotometri UV-VIS. Jurnal Farmasi Higea. 8(2):
133-142.
Fitriyah AT, Kape D, Baharuddin, Utami RR. 2021. Analisis mutu organolepik kopi
bubuk arabika (Coffea arabica) Bittuang Toraja. Jurnal Industri Hasil
Perkebunan. 16(1): 72-82.
Gozali T, Wijaya WP, Rengganis MI. 2020. Pengaruh konsentrasi CMC dan konsentrasi
gliserol terhadap karakteristik edible packaging kopi instan dari pati kacang hijau
(Vigna radiata L). Pasundan Food Technology Journal.7(1): 1-9.
Haryati. 2015. Rempah-Rempah dan Bahan Penyegar. Bandung: UPI Press.
Jacquot C, Petit J, Michaux F, Chávez EM, Dupas J, Girard V, Gianfrancesco A, Scher
J, Gaiani C. 2017. Storage-induced caking of cocoa powder. Powder Artic.
292:195–202.
Liem JL dan Herawati MM. 2021. Pengaruh umur daun teh dan waktu oksidasi
enzimatis terhadap kandungan total flavonoid pada teh hitam (Camellia
sinesis). Jurnal Teknik Pertanian Lampung. 10(1): 41-48.
Marwati T, Lesmaningsih A, Djaafar TF. 2019. Kajian teknologi pengemasan bubuk
dan permen cokelat di TTP Ngalanggeran Yogyakarta. Research Fair Unisri.
3(1): 663-670.
Mela E, Firdaus MW. 2021. Perilaku konsumen kopi bubuk di Purwokerto. Agrin.
25(2): 131-149.
Muliyati H, Utami RP. 2020. Ilmu Bahan Makanan. Sumedang: Literasi Nusantara.
Mursalin M, Nizori A, dan Rahmayani I. 2019. Sifat fisiko-kimia kopi seduh instan
liberika tungkal jambi yang diproduksi dengan metode kokristalisasi. Jurnal
Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi JIITUJ. 3(1): 71-77.
Musfiroh MF, Irfani, Fajar AM, Rifai AA, Mustofa WM, Sabrina L, Nurjamilah K,
Chasanah DM, Ningsih R, Fajriyani, Cahyani KI. 2022. Pengembangan potensi
kopi arabica berbasis income generating sebagai komoditas unggulan Desa
Kalidesel Kecamatan Watumalang. Jurnal Pengabdian Masyarakat. 1(2): 5-12.
Nizori A, Tanjung OY, Ulyarti, Arzita, Lavlinesia, Ichwan B. 2021. Pengaruh lama
fermentasi biji kakao (Theobroma cacao L.) terhadap sifat fisik, kimia dan
organoleptik bubuk kakao. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 9(2): 129-138.
Noviantari NP, Suhendra L, Wartini NM. 2017. Pengaruh ukuran partikel bubuk dan
konsentrasi pelarut aseton terhadap karakteristik ekstrak warna Sargassum
polycystum. Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri. 5(3): 102-112.
Pawestri S, Wijayanti R, dan Kurnianto D. 2021. Potensi kandungan polifenol pada
sargassum sp. sebagai slternatif penanganan diabetes mellitus tipe 2. Jurnal Ilmu
Pangan dan Hasil Pertanian. 5(2): 118-139.
Pratama GY, Putri DN, Saati EA, Danieli. 2022. Perubahan karakteristik fisik the hitam
selama oksidasi enzimatis pada proses penggilingan CTC. Jurnal Viabel
Pertanian. 16(1): 41-51
Purba HH, Maarif MS, Yuliasih I, Hermawan A. 2018. Pengembangan produk makanan
cokelat berbasis preferensi konsumen. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. 28(1):
40-47
Putra IPAP. 2022. Pemanfaatan kulit anggur sebagai bahan teh herbal. Jurnal
Mahasiswa Pariwisata dan Bisnis. 1(1): 128-140.
Putra Ratih Tri. 2020. Kajian manfaat senyawa sktif dalam ekstrak kulit buah coklat
(Theobroma cacao). Jurnal Ilmiah Poli Rekayasa. 15(2): 13-19.
Putri DD, Ulfin I. 2015. Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap kadar kafein
dalam teh hitam. Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2): 105-108.
Rahmadewi YM, Darmadji P. 2019. Evaluasi sensoris coklat batang dari biji kakao
rakyat dengan kondisi fermentasi dan pengeringan yang berbeda. Jurnal Dunia
Gizi. 2(1): 56-62.
Ratnawati G, Damayanti K, Nugroho AE. 2022. Aktivitas ramuan herbal sebagai
antagonis reseptor H1, relaksan otot polos dan penghambat degranulasi sel mast
sebagai antiasmatik. Jurnal Kefarmasian Indonesia. 12(1): 1-10.
Rufaidah A, Izzah N, Efendi MR. 2018. Analisa perencanaan perbaikan kualitas untuk
mengurangi cacat produk coffee chocolate creamer menggunakan metode kaizen
(study kasus cv. graha rejeki indonesia). Kaizen: Management Systems &
Industrial Engineering Journal. 3(2): 72-79.
Saolan, Sukainah A, Wijaya M. 2020. Pengaruh jenis kemasan dan lama waktu
penyimpanan terhadap mutu bubuk kopi robusta (Coffea robusta). Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian. 6(2):337-348.
Saranaung A, Sangi MS, Katja DG. 2018. Pengaruh ukuran bahan terhadap
rendemendan kualitas minyak biji pala (Myristica Fragrans Houtt) dengan
metode soxhletasi. Jurnal Mipa Unsrat Online. 7(1): 39-43.
Teshome K. 2019. Effect of tea processing methods on biochemical composition and
sensory quality of black tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze): A review. J Hortic
For. 11(6):84–95. doi:10.5897/JHF2019.0588.
Yüksel AN, Özkara Barut KT, Bayram M. 2020. The effects of roasting, milling,
brewing and storage processes on the physicochemical properties of Turkish
coffee. Lwt. 131:109711. doi:10.1016/j.lwt.2020.109711.
Yunida Y, Kamaluddin MT, Theodorus T, dan Mangunsong S. 2021. Formulasi dan
karakterisasi nanopartikel kafein hasil isolasi dari biji kopi robusta. Jurnal
Mandala Pharmacon Indonesia. 7(1): 47-59.
Zarwinda I, Sartika D. 2018. Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap kafein dalam
kopi. Lantanida Journal. 6(2): 180-191.
Zulfa F, Rismayanti FD. 2017. Karakteristik kimia dan sensori nata de cocoa dari kulit
buah dan pulpa coklat (Theobroma cocoa L). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.
10(2): 110-114.