Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH UJI SENSORIS PANGAN

TENTANG
UJI KESUKAAN (HEDONIK)

OLEH

1. Umu Kalsum (2020C1A010)


2. Wawan

PROGRAM STUDI TEHNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Banyak produk baru yang memiliki kesamaan sifat dengan produk yang sudah
dikenal. Kadang-kadang diantara produk tersebut ingin diketahui mana yang lebih disukai
oleh konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian penerimaan konsumen
(preference test). Yang termasuk ke dalamuji penerimaan adalah uji kesukaan (hedonik).
Uji penerimaan menyangkut penilaian sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan
orang menyenanginya. Uji penerimaan tidak dapat untuk meramalkan penerimaan dalam
pemasaran.
Uji penerimaan menyangkut penilaian sifat atau kualitas suatu bahanyang
menyebabkan orang menyenanginya. Uji penerimaan tidak dapat untuk meramalkan
penerimaan dalam pemasaran. Jadi apabila sudah diperoleh hasil pengujian yang
meyakinkan , tidak dapat dipastikan bahwa produk akan lakukeras di pasaran, sehingga
harus digunakan pengujian yang lain dalam tindak lanjutnya, misalnya uji konsumen.
Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
sebaliknya ketidaksukaan. Di samping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka
atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat
kesukaan ini disebut skala hedonik.
Dalam penganalisisan, skala hedonik ditransformasi menjadi skala numerik dengan
angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan datanumerik ini dapat dilakukan
analisis statistik. Dengan adanya skala hedonik ini sebenarnya uji hedonik secara tidak
langsung juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Karena hal ini, maka uji
hedonik paling seringdigunakan untuk menilai komoditi sejenis atau pengembangan
produk secara organoleptik.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang diatas yaitu
sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan uji kesukaan (hedonik)
2. Bagaiman prosedur uji kesukaan (hedonik)
3. Bagaimana contoh penyajian skala uji kesukaan (hedonik)
3.3. Tujuan
Adapun tujuan dari uji hedonik adalah untuk mengetahui apakah sifat sensoris
suatu komoditi atau produk pangan olahan dapat diterima masyarakat serta untuk
mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu komoditi atau produk pangan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Uji Kesukaan (Hedonik).


Menurut Soekarto (1985) bahwa penilaian dengan indera yang juga disebut
penilaian organoleptik atau penilalian sensoris merupakan suatu cara penilailan yang
paling primitif. Penilaian dengan indera banyak digunakan untuk menilai mutu komoditi
hasil pertanian dan makanan. Penelitian cara ini banyak disenangi karena dapat
dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberi
hasil penilaian yang sangat teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan indera bahkan
melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.
Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara pengujian itu
dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang paling populer adalah
kelompok pengujian pembedaan (difference tests) dan kelompok pengujian pemilihan
(preference tests). Di samping kedua kelompok pengujian itu, dikenal juga pengujian
skalar dan pengujian deskripsi. Jika kedua pengujian pertama banyak digunakan dalam
penelitian, analisis proses, dan penilaian hasil akhir, maka dua kelompok pengujian
terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan mutu (quality control). Di luar 4
kelompok pengujian itu masih ada uji-uji sensorik lain, termasuk di sini adalah uji
konsumen. (Soekarto, 1985).
Kelompok uji penerimaan juga disebut acceptance tests atau prefence tests. Uji
penerimaan menyangkut penilaian seseorang akan suatu sifat atau kualitas suatu bahan
yang menyebabkan orang menyenangi. Jika pada uji pembedaan panelis mengemukakan
kesan akan adanya perbedaan tanpa disertai kesan senang atau tidak, maka pada uji
penerimaan panelis mengemukakan tanggapan pribadi yaitu kesan yang berhubungan
dengan kesukaan atau tanggapan senang atau tidaknya terhadap sifat sensorik atau
kualitas yang dinilai. Jadi, uji penerimaan lebih subjektif daripada uji pembedaan
(Soekarto, 1985).
Menerut Soekarto (1985) tanggapan senang atau suka sangat bersifat pribadi.
Oleh karena itu, kesan seseorang tak dapat sebagai petunjuk tentang penerimaan suatu
komoditi. Tujuan uji penerimaan adalah untuk mengetahui apakah suatu komoditi atau
sifat sensorik tertentu dapat diterima oleh masyarakat. Oleh karena itu, tanggapan senang
atau suka harus pula diperoleh dari sekelompok orang yang dapat mewakili pendapat
umum atau mewakili suatu populasi masyarakat tertentu. Dalam kelompok uji
penerimaan ini termasuk uji kesukaan (hedonik) dan uji mutu hedonik.
Salah satu uji sensoris yang sering dilakukan adalah uji kesukaan. Uji kesukaan
pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan responnya yang
berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini umumnya
digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan. Oleh karena itu panelis
sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang mewakili populasi masyarakat tertentu.
Skala nilai yang digunakan dapat berupa nilai numerik dengan keterangan verbalnya, atau
keterangan verbalnya saja dengan kolom yang dapat diberi tanda oleh panelis. Skala nilai
dapat dinilai dalam arah vertikal atau horizontal (Kartika, 1988)
Skala nilai yang digunakan dalam pengujian inderawi dapat berupa skala numerik
grafis, skala strandar dan skala verbal. Namun yang sering digunakan adalah skala
numerik dengan deskripsinya pemilihan kolom yang satu tersedia dalam grafis. Apabila
skala nilai yang digunakan adalah skala nilai numerik, kuisioner dapat langsung ditabulasi
(Kartika, 1988).
Skala hedonik berbeda dengan skala kategori lain dan responnya diharapkan tidak
monoton dengan bertambah besarnya karakteristik fisik, namun menunjukkan suatu
puncak (preferency maximum) di atas dan rating yang menurun di bawah
(Rahardjo, 1998).
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Uji kesukaan pada dasarnya merupakan
pengujian yang panelisnya mengemukakan responnya yang berupa senang tidaknya
terhadap sifat bahan yang dijuji. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidak sukaan. Disamping panelis
mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan
tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam
hal suka dapat mempunyai sklala hedonik seperti: amat sangat suka, sangat suka, agak
suka. Diantara agak tidak suka dan agak suka kadang-kadang ada tanggapan yang disebut
sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak suka (Kartika, dkk., 1988).
Menurut Jellinek (1985) sampel yang digunakan dalam uji hedonik adalah jenis
makanan dengan merk yang berbeda. Cara yang paling mudah adalah dengan membeli
produk-produk yang kompetitif di supermarket. Sampel yang digunakan untuk uji
hedonik sebaiknya jangan lebih dari tiga atau empat bagi sampel pemula.
Menurut Soekarto (1985) di samping panelis mengemukakan. tanggapan senang,
suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-
tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal "suka", dapat mempunyai
skala hedonik seperti: amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika
tanggapan itu "tidak suka", dapat mempunyai skala hedonik seperti: amat sangat tidak
suka, sangat tidak suka, tidak suka, agak tidak suka. Di antara agak suka dan agak suka
kadang-kadang ada tanggapan yang disebut netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan
tidak suka (neither like nor dislike).
Penganalisaan skala hedonik ditransformasikan menjadi sklala numerik dengan
angka menaik menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan
analisis statistik. Dengan adanya skala hedonik itu sebenarnya uji hedonik secara tidak
langsung juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan. Karena hal ini, maka uji
hedonik paling sering digunakan untuk menilai komoditi sejenis atau produk
pengembangan secara organoleptik (Kartika, dkk., 1988).
Pengujian terhadap suatu produk bahan pangan bermacam-macam. Cara-cara
pengujian ini dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu kelompok pengujian
pembedaan (difference test), kelompok pengujian pemilihan (prefence test), kelompok
pengujian skalar, dan kelompok pengujian deskripsi. Jika dua pengujian pertama banyak
digunakan dalam penelitian, analisis proses, dan penilaian hasil akhir, maka dua
kelompok pengujian terakhir ini banyak digunakan dalam pengawasan mutu (quality
control) dari suatu produk makanan (Soekarto, 1985).
Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap
suatu bahan atau memproduksi reaksi konsumen terhadap sampel yang diujikan, oleh
karena itu panelis sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang memiliki populasi
masyarakat tertentu (Kartika, dkk., 1987).
Banyak produk baru yang memiliki kesamaan sifat dengan produk yang sudah
dikenal. Kadang-kadang diantara produk tersebut ingin diketahui mana yang lebih disukai
oleh konsumen. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian penerimaan konsumen
(preference test). Yang termasuk ke dalam uji penerimaan adalah uji kesukaan (hedonik).
Uji penerimaan menyangkut penilaian sifat atau kualitas suatu bahan yang menyebabkan
orang menyenanginya. Uji penerimaan tidak dapat untuk meramalkan penerimaan dalam
pemasaran (Anonim, 2010).
Uji penerimaan menyangkut penilaian sifat atau kualitas suatu bahan yang
menyebabkan orang menyenanginya. Uji penerimaan tidak dapat untuk meramalkan
penerimaan dalam pemasaran. Jadi apabila sudah diperoleh hasil. pengujian yang
meyakinkan, tidak dapat dipastikan bahwa produk akan laku keras di pasaran, sehingga
harus digunakan pengujian yang lain dalam tindak lanjutnya, misalnya uji konsumen
(Anonim, 2010), Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Di samping panelis mengemukakan tanggapan
senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya.
Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik (Anonim, 2010).
2.2. Prinsip Uji Hedonik
Prinsip uji hedonik yaitu panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
ketidaksukaannya terhadap komoditi yang dinilai, bahkan tanggapan dengan tingkatan
kesukaan atau tingkatan ketidaksukaannya dalam bentuk skala hedonik.
2.3. Kelebihan dan kelemahan uji hedonic
 Kelebihan uji hedonic:
1. sederhana dan mudah dalam pengujiannya, panelis umum dapat memberikan
pendapatnya tanpa mengetahui produknya lebih dahulu,
2. data dari uji hedonik ini dapat diolah dengan analisis statistika.
3. Kelebihan lain yaitu hasil dari uji hedonik ini dapat menunjukkan tingkat
kesukaan secara umum daripada metode lainnya,
4. produk baru yang belum mempunyai pembanding dapat dilakukan pengujian
(Soekarto, 2020).
 Kelemahan uji hedonic:
Dibalik berbagai macam kelebihannya, uji hedonik juga memiliki kekurangan.
Kekurangannya yaitu hasil uji dari panelis umum tidak bisadigunakan dalam
pengawasan mutu produk tersebut. Oleh karena itu perludilakukan penggabungan
dengan uji organoleptic lainnya untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
(Setyaningsihet al ., 2014).
2.4. Prosedur uji hedonic
Percobaan organoleptik dengan cara inderawi mencakup patokan rasa, warna,
komposisi serta aroma dengan memakai tata cara percobaan hedonik guna aroma serta
rasa, sebaliknya guna warna serta komposisi memakai tata cara percobaan skoring dengan
metode sebagai berikut:
1. Siapkan sampel (produk) dalam piring/wadah yang telah diberi notasi angka tiga digit
yang diacak.
2. Diletakkan sampel pada piring/wadah sesuai dengan notasi.
3. Beberapa panelis berpendidikan sedang hingga 15 mahasiswa dari Program Penelitian
Agroteknik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Mataram, mengisi
formulir yang disediakan untuk menilai warna, aroma, rasa dan tekstur. untuk
mengevaluasi aroma, rasa dan warna dilakukan dengan uji hedonik diberi skor pada
skala 1-5.

2.5. Penyajian Uji Kesukaan (Hedonik)


2.5.1. Uji kesukaan (hedonik) jurnal “UJI HEDONIK TEH HERBAL DAUN
TANAMAN POHON MENGGUNAKAN BERBAGAI PENDEKATAN
STATISTIK”
 Uji Hedonik Produk Teh Herbal
Uji hedonik dilakukan pada produk teh herbal kakao, kersen, jambu
biji, alpukat, dan kelor secara organoleptik. Sebanyak 30 orang panelis
dengan rentang usia 18 tahun – 33 tahun diminta memberikan penilaian
terhadap sampel berbagai jenis teh herbal tanaman pohon. Terdapat 3
parameter tingkat kesukaan yang diukur yaitu: warna, aroma, dan rasa.
Penilaian yang diberikan panelis dalam bentuk skala hedonik yang dikonversi
menjadi skala numerik untuk keperluan analisis data. Skor numerik dibawah 3
ditetapkan sebagai batas penolakan panelis terhadap berbagai produk teh
herbal tanaman pohon (Adrianar et al., 2015).
2.5.2. Uji Kesukaan (Hedonik) jurnal “UJI KESUKAAN TERHADAP SAUS
SAMBAL LADO MUDO DENGAN VARIASI PENAMBAHAN
KONSENTRASI ASAM SITRAT”
 Uji Hedonik Produk Saus Sambal Lado Mudo
Untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen, dilakukan uji
hedonik terhadap saus sambal lado mudo. Uji ini melibatkan 30 orang panelis
tidak terlatih. Panelis diminta untuk menilai tingkat kesukaan terhadap
beberapa karakteristik organoleptik saus sambal lado mudo, yaitu warna,
aroma, tekstur, dan rasa. Skala yang digunakan berupa angka dari 1 (amat
sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka).
2.5.3. Uji kesukaan (hedonik) jurnal “ANALISIS TINGKAT KESUKAAN
KONSUMEN, PENETAPAN UMUR SIMPAN DAN ANALISIS
KELAYAKAN USAHA DODOL PISANG AWA”
 Uji Hedonik Produk Dodol Pisang Awa
Tingkat kesukaan konsumen terhadap produk Dodol Pisang Awa
dilakukan melalui uji organoleptik. Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji
kesukaan (hedonik) berupa warna, rasa, tekstur, aroma dan penampilan
keseluruhan dengan menggunakan skala uji 1-5. Skala hedonik dapat
direntangkan atau diciutkan menurut rentangan skala yang dikehendaki. Skala
hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik dengan angka mutu menurut
tingkat kesukaan (Sulistiyo, 2006). Skala uji yang digunakan dengan nilai 1 =
sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = netral, 4 = suka dan 5 = sangat suka.
Panelis menguji secara sensori sampel dodol pisang yang telah disiapkan
secukupnya pada piring-piring kecil, Penilaian hasil sensori diberikan pada
kertas kuesioner yang telah disediakan dengan cara memberikan tanda cek
pada kolom yang sesuai dengan nilai sensori yang telah diberikan. Uji
kesukaan atau hedonik yang dilakukan adalah terhadap aspek warna, rasa,
tekstur, aroma dan penampilan keseluruhan. Data yang terkumpul diolah
menggunakan statistik sederhana yakni perhitungan nilai rata-rata.
2.6. Penggunaan Skala Hedonik
2.6.1. “UJI HEDONIK TEH HERBAL DAUN TANAMAN POHON
MENGGUNAKAN BERBAGAI PENDEKATAN STATISTIK”
Table 1. Skala hedonik dan skala numerik pengujian teh herbal tanaman pohon
N Skala Hedonik Skala Numerik
o
1 Sangat suka 5
2 suka 4
3 Cukup suka 3
4 Tidak suka 2
5 Sangat tidak suka 1

Analisis statistik data uji hedonik dilakukan secara deskriptif dan


inferensial. Secara deskriptif data preferensi skala hedonik panelis ditampilkan
dalam diagram batang sehingga proporsi penilaian dari tiap tingkat skala hedonik
terhadap produk teh herbal dapat diintepretasikan. Selain itu data skala numerik
dari panelis juga dianalisis secara deskriptif dengan spider web analysis
(Wangiyana et al., 2021). Secara inferensial, data skala numerik dari uji hedonik
dianalisis dengan menggunakan berbagai metode pendekatan statistik yaitu: Uji
Kruskal Wallis, Uji Friedman, ANOVA Rancangan Acak Lengkap dan ANOVA
Rancangan Acak Kelompok . Uji beda rerata antar perlakuan juga dilakukan
dengan Analisis Standar Error dan uji Beda Nyata Terkecil.
2.6.2. “UJI KESUKAAN TERHADAP SAUS SAMBAL LADO MUDO DENGAN
VARIASI PENAMBAHAN KONSENTRASI ASAM SITRAT”
Tabel 2. Skala Uji Hedonik Saus Sambal Lado Mudo
Skala Keterangan
1 Amat sangat tidak suka
2 Sangat tidak suka
3 Tidak suka
4 Agak tidak suka
5 Netral
6 Agak suka
7 Suka
8 Amat suka
9 Amat sangat suka

2.6.3. ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN, PENETAPAN UMUR


SIMPAN DAN ANALISIS KELAYAKAN USAHA DODOL PISANG AWA”
Tabel 3. Hasil Uji Hedonik Dodol Pisang Awa
Atribut Nilai uji kesukaan Kesukaan panelis
Warna 3.1 Netral
Rasa 4.1 Menyukai
Tekstur 3.3 Netral
Aroma 3.9 Hamper menyukai
Penampilan keseluruhan 3.8 Hampir menyukai

Hasil tersebut menunjukkan bahwa Dodol Pisang Awa dapat diterima


dengan baik oleh konsumen. Namun, masih perlu perbaikan pada beberapa aspek
seperti warna, aroma dan tekstur. Dengan perbaikan pada ketiga aspek tersebut,
maka diharapkan dapat memperbaiki tingkat kesukaan terahap penampilan
keseluruhan produk. Warna Dodol Pisang Awa memang cenderung lebih muda
dibandingkan dodol yang umum dikenal, sehingga perbaikan pada aspek ini
adalah dengan menambah tingkat kepekatan warnanya. Hal ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara seperti menambah waktu pemasakan, meningkatkan
komposisi gula jawa, atau mengurangi komposisi tepung ketan dalam bahan. Dari
ketiga alternatif cara tersebut, pengurangan komposisi tepung ketan adalah yang
paling memungkinkan.
Hal ini dikarenakan rasa Dodol Pisang Awa telah disukai oleh panelis.
Penambahan waktu pemasakan ataupun peningkatan komposisi gula jawa dapat
berpengaruh secara langsung terhadap rasa Dodol, sedangkan pengurangan
komposisi tepung ketan selain dapat memperpekat warna produk, diharapkan juga
dapat memperbaiki tekstur. Tekstur Dodol Pisang Awa yang dapat diperbaiki
adalah dengan mengurangi ketidakseragaman tekstur akibat bagian dari daging
buah pisang yang belum lumat. Perbaikan dapat dilakukan dengan lebih
memperhatikan keseragaman hasil tahap pelumatan daging buah. Perbaikan
aroma Dodol Pisang Awa dimungkinkan dengan menambahkan aroma pisang
pada adonan dodol. Namun hal ini tidak disarankan karena penambahan terpaksa
dilakukan menggunakan bahan tambahan makanan yang tidak alami agar biaya
produksi tetap dapat ditekan. Melihat bahwa skala penilaian aroma Dodol Pisang
Awa telah mencapai hampir skala penilaian 4, maka pada aspek ini dapat
dilakukan pencegahan agar produk tidak cepat mengalami ketengikan.
Ketengikan adalah salah satu faktor utama penyebab singkatnya umur simpan
dodol. Pencegahan ketengikan dapat dilakukan dengan pemilihan kualitas santan
serta sistem pengemasan dan penanganan yang baik.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil pembahasan diatas yaitu sebagai
berikut:
1. Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan
responnya yang berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji.
2. Skala nilai yang digunakan dapat berupa nilai numerik dengan keterangan verbalnya,
atau keterangan verbalnya saja dengan kolom yang dapat diberi tanda oleh panelis.
3. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau
sebaliknya ketidaksukaan.
4. Skala hedonik berbeda dengan skala kategori lain dan responnya diharapkan tidak
monoton dengan bertambah besarnya karakteristik fisik, namun menunjukkan suatu
puncak (preferency maximum) di atas dan rating yang menurun di bawah.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, D. 2012. Studi Pembuatan Bolu Kukus Tepung Pisang Raja (Musa paradisiacal L.)
Laporan Skripsi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin. Makasar
Asfan, Maflahah, I., & Farida, D. (2017). Analisis Tingkat Kesukaan Konsumen Ikan Asap
Dengan Pelapisan Edible Coating dari Keragenan. Prosising Seminar Nasional
Kelautan Dan Perikanan III, September, 230–238.
Desmaisis. (2016). Studi pembuatan teh herbal dari daun jambu biji (Psidium guajava L).
Universitas Andalas.
Mamuaja, C.F. dan L. Helvriana. 2017. KARAKTERISTIK PASTA TOMAT DENGAN
PENAMBAHAN ASAM SITRAT SELAMA PENYIMPANAN. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Pangan. Vol. 5. No. 1. pp. 17 – 23.
Negara, J.K., A. K. Sio, Rifkhan, M. Arifin, A. Y. Oktaviana, R. R. S. Wihansah, dan M.
Yusuf. 2016. Aspek Mikrobiologis serta Sensori (Rasa, Warna, Tekstur, Aroma) pada
Dua Bentuk Penyajian Keju yang Berbeda. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil
Peternakan. Vol. 04 No. 2: 286- 290
Wangiyana, I. G. A. S. (2021). Teh Gyrinops: Produk Teh Herbal Hutan Unggulan Pulau
Lombok. Jurnal Sangkareang Mataram, 8(3), 6–13.

Anda mungkin juga menyukai