Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA FISIK

TENTANG VISKOSITAS

Disusun Oleh :

Nama : Umu Kalsum

Nim : 2020C1A015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Karakteristik dari setiap jenis zat cair berbeda-beda. Kekentalan atau viskositas
merupakan sebuah peristiwa di mana terjadi gesekan antara bagian yang satu dengan lainnya
di Pada aliran yang kental, bisa diibaratkan seperti regangan dan tegangan benda padat.
Faktanya, masing-masing fluida baik dalam bentuk cair maupun gas memiliki sifat kekentalan
karena adanya tumbukan antar partikel di dalamnya. Sifat itu dapat dinyatakan dengan angka.
Namun, harus mengetahui cara untuk membedakan apakah zat itu tergolong kental atau
kurang kental secara kuantitatif. Salah satunya adalah menggunakan viskosimeter.

Viskositas akan menentukan tingkat kemudahan pergerakan suatu molekul karena


adanya gesekan pada setiap lapisan material. Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan
guna mengetahui kekentalan dari beberapa jenis cairan.dalam fluida. Dibutuhkan gaya agar
mampu menggeser salah satu bagian tersebut. Viskositas adalah gesekan yang muncul akibat
adanya pergerakan fluida atau benda padat di dalam fluida tersebut. Adanya gaya kohesi antar
partikel juga berperan terhadap viskositas (Martoharsono, 2006).

Pada ilmu mekanika fluida, dipelajari tentang fluida yang mana mempunyai berat
jenis, sifat-sifat viskositas, dan lain sebagainya. Semua jenis fluida viskositasnya berbeda-
beda yang menyebabkan gesekan aliran fluidanya juga berbeda. Viskositas penting dalam
penentuan jenis aliran dari suatu fluida. Apabila fluida bersifat viskos dan mengalir lewat
sebuah benda padat maka akan menciptakan boundary layer pada bagian permukaan benda
yang menunjukkan bahwa efek viskositas fluida masih ada (Astawa, 2009).

Viskositas juga menunjukkan ketahanan cairan untuk mengalir. Apabila viskositas


besar maka aliran menjadi lambat. Sebaliknya, saat viskositasnya kecil, cairan akan mengalir
dengan mudah. Besarnya dipengaruhi oleh gaya tarik, jumlah dan ukuran dari molekul
(Sarojo, 2009).

Koefisien viskositas dari fluida dilambangkan dengan η. Koefisien tersebut


menunjukkan perbandingan antara tegangan luncur dan kecepatan perubahan dari regangan
luncurnya. Dengan demikian, viskositas dipengaruhi suhu. Suhu berbanding terbalik dengan
viskositas. Saat suhu naik, efeknya adalah viskositas akan berkurang. Sebaliknya, saat terjadi
penurunan suhu maka viskositas menjadi bertambah (Fitriyah, 2013).

Koefisien zat cair yang tidak kental adalah nol. Sedangkan, apabila zat cair itu kental
dan menempel dengan dinding maka kecepatan yang dimiliki akan sama dengan dinding yang
ditempeli. Cairan antar dinding bergerak sampai ke V dengan kecepatan yang akan berubah
secara linier. Alirannya disebut laminer. Aliran laminer merupakan aliran zat cair yang tidak
cepat karena wujudnya kental (Sudarjo, 2008).

Viskositas dapat dijumpai baik pada gas maupun zat cair. Pada zat cair, biasanya lebih
kental daripada gas. Viskositas gas timbul akibat tumbukan-tumbukan dari molekul.
Viskositas pada umumnya diukur dengan alat bernama viskosimeter. Model dari viskometer
bermacam-macam, ada viskometer bola jatuh yang prinsipnya menggunakan hukum Stokes.
Kemudian, viskometer tabung atau pipa kapiler yang mana prinsipnya didasarkan atas
tekanan pada aliran pipa serta sistem rotasi (Maulida, 2010).

Viskositas menjadi daya hambat yang menyebabkan aliran fluida tertahan sehingga
bisa disebut indikator tingkat kekentalan. Nilai kuantitatif viskositas dihitung berdasarkan
perbandingan gaya tekan setiap satuan luas dengan gradien kecepatan aliran pada fluida.
Prinsip inilah yang dijadikan sebagai referensi acuan perhitungan viskositas memakai metode
putar. Caranya, penghambat dimasukkan ke fluida lalu diputar. Nilai viskositas tinggi apabila
penghambat berputar dengan lambat (Warsito, 2012).

BAB II

METODOLOGI VISKOSITAS

Ada dua metode yang bisa digunakan untuk menentukan kekentalan dari zat cair:
1. Metode Ostwald

Pada metode tersebut, kekentalan ditentukan dengan cara mengukur berapa lama waktu
cairan mengalir melewati 2 buah tanda. Aliran terjadi akibat adanya gravitasi di dalam
viskometer Ostwald.

Waktu alir tersebut dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan zat tertentu untuk
melewati 2 tanda yang sama. Namun, zat tersebut viskositasnya telah diketahui contohnya
seperti air (Lutfy, 2007).

Mengacu hukum Hagen Poiseuille, maka dikenal rumus viscositas berikut ini

ŋ = Π P r4t

8 VL

Hukum tersebut diterapkan sebagai penentu distribusi kecepatan pada arus laminer
yang melewati pipa silindris. Selain itu, untuk menentukan dalam satu detik berapa jumlah
cairan yang keluar (Sarojo, 2006).

2. Metode Hopper

Metode Hopper ini berdasarkan hukum Stokes, yaitu pada kecepatan maksimum bola
akan terjadi keseimbangan. Dengan demikian, gaya gesek dihasilkan dari selisih antara gaya
berat dengan gaya archimedes.

Prinsip kerjanya yaitu bola dari bahan kaca dilontarkan pada tabung gelas berisi cairan
yang diuji. Kecepatan dari bola yang jatuh dijadikan sebagai fungsi dari harga resiprok
sampel (Young, 2009)

BAB III

PEMBAHASAN

2.1.  Pengertian Viskositas
      Viskositas adalah suatu pernyataan “ tahanan untuk mengalir” dari suatu sistem yang
mendapatkan suatu tekanan. Makin kental suatu cairan, makin besar gaya yang dibutuhkan
untuk membuatnya mengalir pada kecepatan tertentu. Hubungan antara bentuk dan viskositas
merupakan refleksi derajat solvasi dari partikel.( Moechtar,1990). Bila viskositas gas
meningkat dengan naiknya temperatur, maka viskositas cairan justru akan menurun jika
temperatur dinaikan.

            Penggolongan bahan menurut tipe aliran dan deformasi adalah sebagai berikut :
system Newton dan system Non-Newton. Pemilihan bergantung pada sifat-sifat alirannya
Viskositas dipengaruhi oleh :

1. Besar dan bentuk molekul

2. Viskositas cairan semakin berkurang dengan bertambahnya suhu tapi tak cukup
banyak dipengaruhi oleh perubahan tekanan.

3. Adanya koloid dapat memperbesar viskositas sedang adanya elektrolit akan sedikit
menurunkan viskositas dari cairan.

Metode yang umum digunakan untuk pengukuran kekentalan meliputi penetapan waktubyang
dibutuhkan oleh sejumlah volume tertentu cairan untuk mengalir melalui kapiler. Banyak
viscometer tabung kapiler telah dirancang, tetapi viskkometer Ostwald dan ubbelohde adalah
yang paling sring digunakan. Dalam mengkalibrasi viscometer tipe kapiler, perlu dihitung
konstanta viscometer k, dengan rumus :

                                              v = kekentalan cairan yang diketahui ( centipoises / cp )

k= v / d.t                            d = bobot jenis cairan uji ( gram / liter )

                                              t = waktu alir cairan ( detik ), dari batas atas hingga batas

                                                    bawah dalam tabung kapiler.

            Kekentalan dinamik ditetapkan memakai viscometer kapiler, misalnya viscometer


Ostwald. Karena penetapan secara langsung sukar dilakukan, penetapan kekentalan dinamik
pada umumnya dilakukan dengan pertolongan cairan pembanding yang kekentalan mutlaknya
telah diketahui yaitu digunakan air. Kekentalan dinamik suatu cairan dapat dihitung :

                                                                                                                        ηx =  ηair . tx . ρx

                                                                                                                                   tair . ρair
ηx         : Kekentalan cairan x

ηair       : Kekentalan air pada suhu tetap (poise)

tair        : Waktu alir air (detik)

tair        : Waktu alir cairan x (detik)

ρair       : Bobot jenis air (g/l)

ρx         : Bobot jenis cairan x (g/l)

Catatan pada viskositas :

1.   System Newton (ampe aliran dari Newton)

Semakin besar viskositas suatu cairan, akan semakin besar gaya per satuan luas (shearing
stress) yang diperlukan untuk menghasilkan suatu rate of shear tertentu. Oleh karena itu, rate
of share harus berbanding langsung dengan  shearing stress.

.Rate of shear (D) dv/dr untuk menyatakan perbedaan kecepatan (dv) antara dua bidang cairan
yang dipisahkan oleh jarak yang sangat kecil (dr).

Shearing stress (τ atau F ) F’/A untuk menyatakan gaya per satuan luas yang diperlukan untuk
menyebabkan aliran.

F’/A = η dv/dr

η= F’/A = F

dv/dr   G

Viskositas η merupakan perbandingan antara Shearing stress F’/A dan Rate of


shear dv/dr. Satuan viskositas adalah poise atau dyne detik cm -2

Fluiditas merupakan kebalikan dari viskositas. Satuan fluiditas adalah amperter (cps). 1cps=


0,01poise

Viskositas Kinematik adalah viskositas ampert dibagi kerapatan cairan


f = 1/ η
(bobot jenis).satuannya adalah stokes, s atau centistokes, cs.

Viskositas kinematik = η /r


Grafik rheogram aliran Newtonian diilustrasikan sebagai berikut :

Besarnya Rate of shear sebanding dengan Shearing stress.

Jadi, perbedaan kecepatan antara bidang cairan yang dipisahkan oleh suatu jarak dilalui oleh
gaya yang menyebabkan terjadinya aliran.

Pengaruh Suhu terhadap Viskositas

RUMUS ARRHENIUS :

h = A.eEv/RT

A = konstanta tergantung pada berat molekul dan molar volume cairan

Ev = amper aktivasi yang diperlukan untuk menginisiasi aliran antar molekul

Dibutuhkan lebih banyak amper untuk memecah ikatan dan membuat cairan tersebut
mengalir, karena cairan tersebut tersusun dari molekul-molekul yang dihubungkan dengan
ikatan ampert. Tetapi ikatan ini akan dipecahkan pada amperter yang tinggi oleh perpindahan
panas dan Ev akan menurun dengan nyata. Viskositas cairan akan menurun jika suhu
diturunkan, sedangkan viskositas gas meningkat jika suhu dinaikkan.

2.      System Non-Newton

Non-Newtonian bodies adalah zat-zat yang tidak mengikuti persamaan aliran Newton ;
disperse heterogen cairan dan padatan larutan seperti koloid, emulsi, ampert cair, salep, dan
produk-produk serupa. Jika bahan-bahan non-Newton dianalisis dalam suatu viscometer putar
dan hasilnya diplot, diperoleh berbagai kurva konsistensi yang menggambarkan adanya tiga
kelas aliran, yakni: plastis, pseudoplastis, dan dilatan.

Ada 3 jenis tipe aliran dalam amper Non-Newtonian, yaitu: Plastis, Pseudoplastis, dan
Dilatan.

ü  Aliran Plastis

        Kurva aliran plastis tidak melalui titik (0,0) tapi memotong sumbu shearing stress ( atau
akan memotong jika bagian lurus dari kurva tersebut diekstrapolasikan ke sumbu ) pada suatu
titik tertentu yang dikenal dengan sebagaiharga yield. Cairan plastis tidak akan mengalir
sampai shearing stress dicapai sebesar yield value tersebut. Pada harga stress di bawah
harga yield value, zat bertindak sebagi bahan amper ( meregang lalu kembali ke keadaan
semula, tidak mengalir ).

U = ( F –
f)

U adalah viskositas plastis, dan f adalah yield value.

Aliran plastis berhubungan dengan adanya partikel-partikel yang tersuspensi dalam ampert
pekat. Adanyayield value disebabkan oleh adanya kontak antara partikel-partikel yang
berdekatan (disebabkan oleh adanya gaya van der Waals), yang harus dipecah sebelum aliran
dapat terjadi. Akibatnya, yield value merupakan indikasi dari kekuatan flokulasi. Makin
banyak ampert yang terflokulasi, makin tinggi yield value-nya. Kekuatan friksi antar partikel
juga berkontribusi dalam yield value. Ketika yield value terlampaui ( shear stress di atas yield
value ), amper plastis akan menyerupai amper newton.

ü  Aliran Pseudoplastis

Aliran pseudoplastis ditunjukkan oleh beberapa bahan farmasi yaitu gom alam dan sisntesis
seperti ampert cair dari tragacanth, natrium ampert, metil selulosa, dan natrium karboksimetil
selulosa. Aliran pseudoplastis diperlihatkan oleh polimer-polimer dalam larutan, hal ini
berkebalikan dengan amper plastis, yang tersusun dari partikel-partikel tersuspensi dalam
emulsi. Kurva untuk aliran pseudoplastis dimulai dari (0,0) , tidak ada yield value, dan bukan
suatu harga tunggal.

Viskositas aliran pseudoplastis berkurang dengan meningkatnya rate of shear. Rheogram


lengkung untuk bahan-bahan pseudoplastis ini disebabkan adanya aksi shearing terhadap
molekul-molekul polimer ( atau suatu bahan berantai panjang ). Dengan meningkatnya
shearing stress, molekul-molekul yang secara normal tidak beraturan, mulai menyusun sumbu
yang panjang dalam arah aliran. Pengarahan ini mengurangi tahanan dari dalam bahan
tersebut dan mengakibatkan rate of shear yang lebih besar pada tiap shearing stress berikutnya
:

FN = η’ G

Eksponen N meningkat pada saat aliran meningkat hingga seperti aliran newton. Jika N=1
aliran tersebut sama dengan aliran newton.
ü       Aliran Dilatan

Aliran dilatan terjadi pada ampert yang memiliki presentase zat padat terdispersi dengan
konsentrasi tinggi. Terjadi peningkatan daya hambat untuk mengalir (viskositas) dengan
meningkatnya rate of shear. Jika stress dihilangkan, suatu amper dilatan akan kembali ke
keadaan fluiditas aslinya.

Pada keadaaan istirahat, partikel-partikel tersebuat tersususn rapat dengan volume antar
partikel pada keadaan minimum.  Tetapi jumlah pembawa dalam ampert ini cukup untuk
mengisi volume ini dan membentuk ikatan lalu memudahkan partikel-partikel bergerak dari
suatu tempat ke tempat lainnya pada rate of shear yang rendah. Pada saat shear
stress meningkat, bulk dari system itu mengembang atau memuai ( dilate ). Hal itu
menyebabkan volume antar partikel menjadi meningkat dan jumlah pembawa yang ada tidak
cukup memenuhi ruang kosong tersebut. Oleh karena itu hambatan aliran meningkat karena
partikel-partikel tersebut tidak dibasahi atau dilumasi dengan sempurna lagi oleh pembawa.
Akhirnya suspense menjadi pasta yang kaku.

2.2.  Konsep Viskositas

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang
berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida
saling gesek-menggesek ketika fluida fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).
Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul (Bird, 1993).

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang
lebih kental biasanya lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain.
Hal ini bias dibuktikan dengan menuangkan air dan minyak goreng diatas lanyai yang
permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada minya goreng atau oli.
Tingkat kekentalan suatu fluida  juga bergantung pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair,
semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur,
minyak goreng yang awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.

Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill (rill = nyata).
Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti air
sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida rill berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal
sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan
untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita pakai dalam
pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).

Satuan system internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.S (pascal
sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI koifisien viskositas adalah dyn.s/cm2 =
poise (p). Viskositas juga sering dinyatakan dalam sentipolse (cp). 1 cp = 1/1000 p. satuan
poise digunakan untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis Marie
Poiseuille.

            1 poise = 1 dyn. s/cm2 = 10-1 N.s/m2

Fluida adalah gugusan molukel yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk zat cair. Jarak
antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis tengah molukel itu. Molekul-
molekul itu tidak  terikat pada suatu kisi, melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama
lain. Jadi kecepatan fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai makna yang
tepat sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus berubah (while,
1988).

Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan utama antara cair
dan gas adalah :

a.    Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan seringkali harus
diperlakukan demikian.

b.    Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan bebas, sedangkan


agar dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi seluruh bagian wadah tempatnya
(While, 1988).

2.3.  Pengukuran Viskositas

Peralatan untuk mengukur viskositas disebut viscometer. Terdapat berbagai jenis viscometer


yang berbeda, tetapi, karena sasaran makalah ini adalah untuk membuktikan prinsip-prinsip
tertentu dari hidrolika, bukan untuk menjelaskan permesinan hidrolik dan peralatannya,
makahal ini dapat dicari pada sumber lain. Untuk mempermudah, disebutkan tiga cara untuk
menentukan µ, yaitu:

a.    Dengan viscometer torsi


Rumus R =  µA  dipakai pada silinder konsentris.

b.    Dengan viscometer Ostwald

Pada viscometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah tertentu
cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu
sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm3, bergantung
pada ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian dihisap melalui labu
pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan
kemudian dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a, stopwatch mulai
dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b, stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang
dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara a dan b dapat ditentukan. Tekanan ρ merupakan
perbedaan antara kedua ujung pipa U dan besarnya disesuaikan sebanding dengan berat jenis
cairan (Respati,1981).

Berdasarkan hokum Heagen Poisuille :

Dimana :

p =          tekanan hidrostatis

r  =          jari-jari kapiler

t  =          waktu aliran zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h

L =          panjang kapiler

Untuk air :

Ŋair = πρr4 . ta . pa.g.h / ( 8VL)

Secara umum berlaku :

Ŋx = πρr4 . tx . px.g.h / ( 8VL)

Jika air digunakan sebagai pembanding, maka :

Ŋx / ŋair = tx.ρx / taρa

c.    Dengan hokum stokes untuk bola jatuh.

Ff = 6πrη    Rumus Stokes:


Dimana F adalah hambatan yang dialami oleh bola sangat kecil dengan jari-jari r yang jatuh
bebas melalui cairan yang viskositasnya µ dengan keceptan v. Rumus Stokes hanya berlaku
bila Reynolds untuk aliran kurang dari (sekitar) 1, bilangan Reynolds didefinisikan sebagai :

Dimana d adalah diameter dari bola. Dengan kata lain, rumus Stokes hanya berlaku pada
kecepatan sangat kecil, tetapi bagaimana kecilnya juga tergantung pada v dan d.

Arti dari bilangan Reynolds kritis Re = 1 , adalah bahwa Re 1 aliran melalui bola adalah
viskos dan hambatan pada gerakan adalah hambatan viskos, dimana pada Re  1 aliran melalui
bola adalah turbulen dan hambatan pada gerakan adalah campuran dari gesekan dan hambatan
bentuk akibat aliran turbulen.

d.    Viscometer cup dan Bob

Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar Bob dan dinding dalam
dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah
terjadinya aliran sumbat yang disebabkan gesekan yang tinggi disepanjang keliling bagian
tube sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebebkan
bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).

e.    Viscometer Cone dan Plate

Cara pemakaiannya adalah sampek yang ditempatkan di tengah-tengah papan, kemudian


dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam
kecepatan dan sampelnya digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan
kemudian kerucut yang berputar (Bird, 1993).

f.     Viscometer hoppler

Pada viscometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk
melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui
medium yang berviskositas (seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar
sampai mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai bila gravitasi
sama dengan fictional resistance medium (Bird,1993).

Berdasarkan hokum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga :
gaya gesek = gaya berat, gaya Archimedes :

6πrVmax = 4/3 r3 (ρbola – ρcair) g


Ŋ = { 2/g r3 (ρbola – ρcair) g } / Vmax

Vmax = h / t

Dimana :

t = waktu jatuh bola pada ketinggian h

Dalam percobaan ini dipakai cara relative terhadap air, harganya :

Ŋa = [ 2/g r2 (ρa – ρ1) g ta ] / h

Ŋx = [ 2/g r2 (ρx– ρ1) g tx ] / h

Ŋx/ Ŋa = [ (ρx – ρ1) g tx ] / [ (ρa – ρ1) g ta ]

2.4. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VISKOSITAS

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :

1. Suhu

Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan
begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang
semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.

1. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi
tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang
terlarut, gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.

1. Berat molekul solute

Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang
berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan
viskositas.

1. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.


2.5 Viskositas dalam kehidupan sehari-hari

1. Mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena.

2. Proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas


minyak goreng).

3. Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.

BAB IV

KESIMPULAN

3.1  Kesimpulan

1. Viskositas adalah ukuran hambatan aliran yang ditimbulkan fluida bila fuida tersebut
mengalami tegangan geser. Biasanya diterima sebagai “kekentalan”, atau penolakan
terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan penolakan dalam fluida kepada
aliran dan dapat dipikir sebagai sebuah cara untuk mengukur gesekan fluida.

2. Konsep viskositas adalah fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda
memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya
merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi
molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek ketika fluida
fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya
kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas,
viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.
3.  Metode pengukuran viskositas yaitu viscometer torsi, viscometer kapiler/Ostwald,
viscometer  Hoppler, viscometer cup dan bob, dengan hokum stokes untuk bola
jatuh dan viscometer cone dan plate.

4.  Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu suhu, tekanan, konsentrasi larutan,


dan berat molekul solute.

5.  Pengaplikasian viskositas dalam kehisupan sehari-hari adalah pelumas mesin yang


biasanya kita kenal dengan nama oli, mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena,
proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas
minyak goreng), dan mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-
rumah kita.

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, Ketut. Sukadana dan Karnata. 2009. Study Eksperimental Jarak TerhadapKoefisien


Tekanan Silinder Ganda Diposisikan Alined. Jurnal IlmiahTeknik Mesin. Vol.3. Hal.133.

D . Young, Hugh. 2009. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.

Dogra. 2006. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Malang.

Fitriyah. 2013. Pengaruh Penambahan Air dan Suhu Pemanasan Terhadap Viskositas Ikan
Petis. Jurnal Penelitian. Hal.1

Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Erlangga. Jakarta.

Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia. Universitas Gajah Mada : Yogyakarta.

Maulida, R.H dan Rani, Erika. 2010. Analisis Karakteristik Pengaruh suhu dan Kontaminan
terhadap Viskositas Oli menggunakan Rotary Viskometer.Jurnal Neotrino. Vol.3. Hal.20

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika: Jakarta.

Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Sriwijaya. Inderalaya.


Warsito, Suciati, S.W., Isworo, Dyan. 2012. Desain dan Analisis Pengukuran Viskositas
dengan Metode Bola Jatuh Berbasis Sensor Optocoupler dan Sistem Akuisisinya pada
Komputer. Jurnal Natur Indonesia. Vol.3.Hal.231

Anda mungkin juga menyukai