Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Cara Pembuatan Kuesioner dan Menentukan


Kode Sampel Untuk Uji Organoleptik

Disusun Oleh
Hamdan
(04131811006)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uji organoleptik merupakan suatu metode ilmiah yang digunakan untuk
mengukur, menganalisis dan menafsirkan respon yang dirasakan dari suatu
produk menggunakan indera manusia. Uji organoleptik berperan penting dalam
pengembangan produk dengan meminimalkan resiko dalam pengambilan
keputusan, menentukan apakah optimasi telah diperoleh, mengevaluasi produk
pesaing, mengamati perubahan yang terjadi selama proses atau penyimpanan dan
memberikan data yang diperlukan bagi promosi produk (Tarwendah, 2017).
Uji organoleptik dikategorikan menjadi dua kategori yaitu pengujian
objektif dan subjektif. Dalam pengujian objektif atribut sensori produk dievaluasi
oleh panelis terlatih. Sedangkan pada pengujian subjektif atribut sensori produk
diukur oleh panelis konsumen (Kemp et al., 2009; Tarwendah, 2017).
Uji organoleptik memerlukan sampel untuk diberikan kepada panelis.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sampel sendiri
secara harfiah berarti contoh). Sedangkan populasi adalah keseluruhan objek yang
diteliti. Alasan diperlukannya sampel karena keterbatasan waktu dan biaya, lebih
cepat dan lebih mudah, memberi informasi yang lebih banyak serta dapat
ditangani lebih teliti (Nasution, 2003).
Selain sampel, hal yang diperlukan untuk uji organoleptik adalah
kuesioner. Kuesioner merupakan alat pengumpulan data primer dengan metode
survei untuk memperoleh opini responden. Kuesioner dapat didistribusikan
kepada responden dengan cara: (1) Langsung oleh peneliti (mandiri); (2) Dikirim
lewat pos (mailquestionair); (3) Dikirim lewat komputer misalnya surat elektronik
(Pujihastuti, 2010).
Kuesioner dapat digunakan untuk memperoleh informasi pribadi misalnya
sikap, opini, harapan dan keinginan responden. Idealnya semua responden mau
mengisi atau lebih tepatnya memiliki motivasi untuk menyelesaiakan pertanyaan
ataupun pernyataan yang ada pada kuesioner penelitian. Apabila tingkat respon
(repon rate) diharapkan 100% artinya semua kuesioner yang dibagikan kepada
responden akan diterima kembali oleh peneliti dalam kondisi yang baik dan
kemudian akan dianalisis lebih lanjut (Pujihastuti, 2010).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara membuat kuesioner uji organoleptik?
2. Bagaimana cara menentukan kode sampel uji organoleptik?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui cara membuat kuesioner uji organoleptik.
2. Mengetahui cara menentukan kode sampel uji organoleptik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uji Organoleptik


Uji organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan. Rangsangan yang dapat diindra dapat bersifat
mekanis (tekanan/tusukan), bersifat fisis (dingin, panas, sinar, warna), sifat kimia
(bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum terjadi
kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan
pada susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan (Anonim, 2013).
Bagian organ tubuh yang berperan dalam pengindraan adalah mata,
telinga, indra pencicip, indra pembau dan indra perabaan atau sentuhan.
Kemampuan alat indra memberikan kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau
dibedakan berdasarkan jenis kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan, lama
kesan dan kesan hedonik (Anonim, 2013).
Untuk melaksanakan penilaian organoleptik diperlukan panel. Dalam
penilaian suatu mutu atau analisis sifat-sifat sensorik suatu komoditi, panel
bertindak sebagai instrumen atau alat. Panel ini terdiri dari orang atau kelompok
yang bertugas menilai sifat atau mutu komoditi berdasarkan kesan subjektif.
Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis (Anonim, 2013).
Dalam penilaian organoleptik dikenal tujuh macam panel, yaitu panel
perseorangan, panel terbatas, panel terlatih, panel agak terlatih, panel konsumen dan
panel anak-anak. Perbedaan ketujuh panel tersebut didasarkan pada keahlian dalam
melakukan penilaian organoleptik (Anonim, 2013).
2.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(Sugiyono, 2001; Susilana (2015).
Hadi Margono (2004); Susilana (2015), menyatakan bahwa sampel dalam
suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya
jumlah populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil
kepenelitiannya, dalam arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek,
gejala, atau kejadian yang lebih luas.
Penggunaan sampel dalam kegiatan penelitian dilakukan dengan berbagai alasan.
Nawawi Margoino (2004); Susilana (2015), mengungkapkan beberapa alasan tersebut,
yaitu:
1. Ukuran populasi
Dalam hal populasi tak terhingga berupa parameter yang jumlahnya tidak
diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat konseptual. Karena itu sama
sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari populasi seperti itu.
2. Masalah biaya
Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya objek yang
diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya yang
diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas. Oleh
karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3. Masalah waktu
Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit daripada
penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang tersedia
terbatas, dan kesimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian sampel,
dalam hal ini, lebih tepat.
4. Percobaan yang sifatnya merusak
Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan pada seluruh populasi karena
dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak mungkin mengeluarkan semua
darah dari tubuh seseorang pasien yang akan dianalisis keadaan darahnya, juga
tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk diuji kekuatannya. Karena itu
penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5. Masalah ketelitian
Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan agar kesimpulan
cukup dapat dipertanggung jawabkan. Ketelitian, dalam hal ini meliputi
pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap populasi
belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan dalam
melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian terhadap
sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.

2.3 Kuesioner
Kuesioner merupakan salah satu instrumen penelitian ilmiah yang banyak
dipakai pada penelitian sosial, misalnya penelitian di bidang sumberdaya manusia,
pemasaran serta penelitian tentang keperilakuan (behavioral research) yang
menyangkut masalah dibidang akuntansi (behavioral accounting) serta keuangan
(behavioral finance). Kuesioner dapat didistribusikan kepada responden dengan
cara: (1) Langsung oleh peneliti (mandiri); (2) Dikirim lewat pos
(mailquestionair); (3) Dikirim lewat komputer misalnya surat eleketronik (e-mail)
Kuesioner dikirimkan langsung oleh peneliti apabila responden relatif dekat dan
penyebarannya tidak terlalu luas (Pujihastuti, 2010).
Peneliti juga harus merancang bentuk kuesionernya, yaitu pertanyaan yang
sifatnya terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka memungkinkan responden
menjawab bebas dan seluas-luasnya terhadap pertanyaan namun dalam pertanyaan
tertutup, responden hanya diberi kesempatan memilih jawaban yang tersedia.
Pertanyaan tertutup akan mengurangi variabilitas tanggapan responden sehingga
memudahkan analisisnya. Pilihan jawaban yang diberikan dapat berupa pilihan
dikotomis sampai dengan pertanyaan pilihan ganda yang memungkinkan gradasi
preferensi responden (Pujihastuti, 2010).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Cara Membuat Kuesioner Uji Organoleptik


Kuesioner merupakan salah satu instrumen krusial dalam pengumpulan
data penelitian, khususnya pengumpulan data primer. Kuesioner dianggap penting
dalam mengumpulkan informasi yang tidak dapat dijawab oleh data sekunder.
Informasi yang didapat dari kuesioner biasanya lebih mendetail dan menjawab.
Menurut WikiHow (2021), Berikut ini langkah-langkah cara membuat kuesioner:
1. Menentukan pertanyaan penelitian
Pertanyaan penelitian adalah satu atau beberapa pertanyaan yang merupakan
fokus utama dalam kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus
diarahkan sedemikian rupa untuk menguji kebenaran hipotesis.
2. Memilih tipe pertanyaan
Ada beberapa tipe pertanyaan yang lazim digunakan dalam kuesioner
penelitian yaitu:
a. Pertanyaan dikotomis adalah pertanyaan yang hanya mampu dijawab
dengan “ya” atau “tidak”; terkadang, ada pula kuesioner yang menyediakan
jawaban “setuju” atau “tidak setuju”.

b. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang mengizinkan responden untuk


menguraikan jawaban.
c. Pertanyaan berupa pilihan berganda adalah tipe pertanyaan yang dilengkapi
dengan tiga pilihan jawaban atau lebih yang saling bertentangan; responden
kemudian diminta untuk memilih satu atau beberapa jawaban yang
menurutnya paling sesuai.
d. Pertanyaan berupa skala ordinal/skala peringkat adalah tipe pertanyaan
yang meminta responden untuk mengurutkan pilihan jawaban yang
disediakan.
e. Pertanyaan berupa skala bertingkat adalah tipe pertanyaan yang
memungkinkan responden untuk menilai suatu isu berdasarkan skala ukur
yang tersedia.
3. Mengembangkan pertanyaan kuesioner
Pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner harus jelas, ringkas, dan lugas.
Pertanyaan yang tidak bertele-tele memungkinkan untuk mendapatkan jawaban
yang lebih akurat dari responden.
4. Mengidentifikasi demografi target responden
a. Mempertimbangkan jenis kelamin target responden.
b. Mempertimbangkan untuk memasukkan rentang usia dalam demografi
target responden.
c. Memperkirakan kriteria apa lagi yang bisa Anda masukkan dalam
demografi target responden. 

3.2 Cara Menentukan Kode Sampel


Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Salma (2021),
berikut ini cara menentukan kode sampel:
1. Pengambilan sampel acak sederhana (Simple random sampling)
Sampel acak atau probability sampling adalah suatu teknik pengambilan
sampel yang menggunakan kaidah peluang dalam proses penentuan sampel.
Untuk dapat menerapkan kaidah peluang dalam proses penentuan sampel
maka diperlukan suatu kerangka sampel (sampling frame).
2. Pengambilan sampel acak sistematis (Systematic random sampling)
Pengambilan sampel acak sistematis (systematic random adalah suatu
metode pengambilan sampel, dimana hanya unsur pertama saja dari sampel
dipilih secara acak, sedangkan unsur-unsur selanjutnya dipilih secara
sistematis menurut pola tertentu.
3. Pengambilan sampel acak bersrata (Stratified random sampling)
Stratified random sampling yaitu metode pengambilan sampel yang
digunakan pada populasi yang memiliki susunan bertingkat atau berlapis-
lapis. Teknik ini digunakan bila populasi memiliki anggota/unsur yang tidak
bersifat homogen dan berstrata secara proporsional sehingga  setiap strata
harus terwakili dalam sampel.
4. Pengambilan sampel acak berdasar area (Cluster random sampling)
Pengambilan sampel acak berdasarkan area adalah metode pengambilan
sampel yang digunakan dimana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok individu atau cluster. 
5. Area sampling atau sampel wilayah bertingkat (Multi stage sampling)
Multistage sampling adalah penggunaan beberapa metode random sampling
secara bersamaan dalam suatu penelitian secara efektif dan efisien. 
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Langkah-langkah cara membuat kuesioner yaitu:
1. Menentukan pertanyaan penelitian
2. Memilih tipe pertanyaan
3. Mengembangkan pertanyaan kuesioner
4. Mengidentifikasi demografi target responden
Langkah-langkah cara menentukan kode sampel yaitu:
1. Pengambilan sampel acak sederhana (Simple random sampling)
2. Pengambilan sampel acak sistematis (Systematic random sampling)
3. Pengambilan sampel acak bersrata (Stratified random sampling)
4. Pengambilan sampel acak berdasar area (Cluster random sampling)
5. Area sampling atau sampel wilayah bertingkat (Multi stage sampling)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Pengujian Organoleptik. Program Studi Teknologi Pangan


Universitas Muhammadiyah Semarang: Hal 1-31.
Nasution, R. (2003). Teknik Sampling. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara. Hal 1-7.
Salma, (2021). Teknik Pengambilan Sampel: Pengertian, Jenis-Jenis, dan
Contohnya. Diakses dari https://penerbitdeepublish.com/teknik-
pengambilan-sampel/. Tanggal 29 November 2021.

Susilana, R. (2015). Modul 6 Popilasi dan Sampel. Diakses dari


file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/PENELITIAN_PENDIDIKAN/BB
M_6.pdf. Tanggal 28 November 2021.
Tarwendah, I. P. (2017). Jurnal review: Studi Komparasi Atribut Sensoris dan
Kesadaran Merek Produk Pangan. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 5 (2).
Hal 66-73.
WikiHow. (2021). Cara Membuat Kuesioner Penelitian. Diakses dari
https://id.wikihow.com/Membuat-Kuesioner-Penelitian. Tanggal 28
November 2021.

Anda mungkin juga menyukai