Anda di halaman 1dari 11

1.

1 Latar Belakang
Menurut David H. Penny dalam buku Priyono (2016), penelitian adalah pemikiran
yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya serta
memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta, sedangkan menurut Mohammad Ali
penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan
atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang berhubungan dengan masalah tersebut
yang dilakukan secara perlahan dan memperoleh pemecahannya. Dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian merupakan ilmu yang mempelajari cara untuk melakukan
pengamatan dengan dilakukan pemikiran yang cepat meliputi mencari, mencatat,
merumuskan, serta menganalisis dan menyusun laporan secara terpadu .
Penelitian harus didasari beberapa hal, di antaranya dapat menghasilkan atau
menemukan pengetahuan baru yang akan memperkaya ilmu pengetahuan dan berguna
bagi perkembangan Iptek, menghasilkan metode, cara baru, peralatan baru yang
bermanfaat, serta penelitian tersebut dapat berupa penelitian lanjutan yang berfungsi
guna menguji kebenaran dari penelitian yang sebelumnya sehingga pengetahuan dan
teknologi selalu berkembang, selain itu melalui penelitian juga dapat meningkatkan
aplikasi dari hasil penelitian yang sudah ada sehingga peradaban semakin maju .
Metodologi penelitian terdiri dari kata metodologi yang berarti ilmu yang berguna
untuk memperoleh pemahaman terhadap sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Metode penelitian adalah cara alamiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan
tujuan tertentu. Setiap penelitian yang dilakukan memiliki kegunaan serta tujuan
tertentu, di antaranya bersifat penemuan, pembuktian, dan pengembangan. Sejalan
dengan makna penelitian di atas, penelitian juga dapat diartikan sebagai
usaha/kegiatan yang mempersyaratkan kesaksamaan atau kecermatan dalam
memahami kenyataan sejauh mungkin sebagaimana sasarannya . Metode penelitian
digolongkan dalam beberaapa kelompok, di antarana berdasarkan pendekatan yang
digunakan, fungsi dan tujuan, metode, desain dan teknik

pengumpulan data, serta penggolongan penelitian berdasarkan pandangan lainnya .


Dalam pembuatan penelitian dibutuhkan rancangan penelitian atau desain penelitian
yang dilakukan guna memudahkan dalam pembuatan penelitian yang sesuai. Rapid
Assessment Procedures (RAP) merupakan cara penilaian cepat yang dapat digunakan
untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang hal apa saja yang
melatarbelakangi perilaku kesehatan masyarakat termasuk faktor social budaya .
1.2 Rumusan Masalah
1. Jenis penelitian kuantitatif apa yang digunakan menurut tujuannya?
2. Jenis penelitian kuantitatif apa yang digunakan menurut sifat dasarnya?
3. Jenis penelitian kuantitatif apa yang digunakan menurut pendekatannya?
4. Jenis penelitian kuantitatif apa yang digunakan menurut metodenya?
5. Apa yang dimaksud penelitian kuantatif eksperimental?
6. Apa yang dimaksud rancangan penelitian eksperimental
7. Apa yang dimaksud dengan quasy eksperimental?
8. Apa yang dimaksud dengan penelitian klinik?
9. Apa yang dimaksud dengan rapid assessment procedures?
10. Apa saja tujuan dari rapid assessment procedures?
11. Apa saja kegunaan dari rapid assessment procedures?
12. Bagaimana cara pelaksanaan dari rapid assessment procedures?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui jenis penelitian kuantitatif menurut tujuannya
2. Mengetahui jenis penelitian kuantitatif menurut sifat dasarnya
3. Mengetahui jenis penelitian kuantitatif menurut pendekatannya
4. Mengetahui jenis penelitian kuantitatif menurut menurut metodenya
5. Mengetahui mengenai peneitian kualitatif eksperimental
6. Mengetahui mengenai rancangan penelitian eksperimental
7. Mengetahui mengenai quasy eksperimental
8. Mengetahui mengenai penelitian klinik
9. Mengetahui pengertian dari rapid assessment procedures
10. Mengetahui tujuan dari rapid assessment procedures
11. Mengetahui mengenai kegunaan dari rapid assessment procedures
12. Mengetahui mengenai cara pelaksanaan dari rapid assessment procedures

A. Rancangan Percobaan
Menurut Saleh (2018), Percobaan adalah suatu tindakan atau pengamatan
khusus yang dilakukan untuk memperkuat atau melemahkan / meniadakan sesuatu
yang meragukan, terutama kondisi yang ditentukan oleh peneliti. Selain itu,
percobaan juga merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menemukan
beberapa prinsip atau pengaruh yang tidak / belum diketahui serta menguji,
menguatkan atau menjelaskan pendapat atau kebenaran yang diketahui atau diduga.
Perancangan percobaan adalah suatu pola atau prosedur yang dipergunakan untuk
mengumpulkan atau memperoleh data dalam penelitian. Dengan kata lain
perancangan percobaan adalah prosedur untuk menempatkan perlakuan ke dalam
unit-unit percobaan dengan tujuan mendapatkan data yang memenuhi persyaratan
ilmiah. Perlakuan sendiri adalah suatu prosedur yang akan diukur pengaruhnya dan
dibandingkan satu dengan lainnya. Perlakuanperlakuan percobaan selanjutnya
ditempatkan dalam unit-unit percobaan yang merupakan bagian terkecil dari suatu
percobaan. Unit percobaan dapat berupa petak-petak percobaan (untuk percobaan di
lapangan) atau berupa kandang-kandang (untuk percobaan ternak ayam) atau juga
sejumlah tertentu adonan (untuk percobaan pembuatan kue atau roti) atau jenis
lainnya.
Menurut Imas (2018), nsur-unsur Perancangan Percobaan Unsur utama dalam
perancangan percobaan ada tiga yaitu ulangan atau replikasi, pengacakan atau
randomisasi serta galat atau kesalahan percobaan. Berikut penjelasan uraian unsur-
unsur percobaan tersebut.
a. Ulangan
Suatu perlakuan terjadi lebih dari satu kali atau menempati lebih dari satu
unit percobaan disebut perlakuan mengalami ulangan. Fungsi ulangan untuk
mendapatkan presisi pendugaan dan memungkinkan adanya kesalahan atau
galat. Jika perlakuan tidak mengalami pengulangan maka tidak mungkin
mengukur besarnya kesalahan atau penyimpangan. Hal ini berperan penting
dalam pengujian hipotesis, penentuan selang kepercayaan, koefisien
keragaman dan sebagainya. Makin banyak ulangan maka peluang untuk
mendapatkan keragaman perlakuan semakin besar, akibatnya presisi
pendugaan akan semakin meningkat. Selanjutnya, untuk menentukan
banyaknya ulangan agar presisi pendugaannya tinggi sangat sulit untuk
dijelaskan karena dipengaruhi beberapa faktor diantaranya keseragaman
(homogenitas) tempat (media) dan materi percobaan, sifat yang berhubungan
dengan perlakuan, tingkat presisi yang diinginkan serta sifat dari percobaan itu
sendiri. Percobaan yang sifatnya kritis akan memerlukan ulangan lebih banyak
dibanding dengan percobaan untuk eksplorasi. Selain itu, tenaga, biaya dan
waktu juga menentukan banyaknya ulangan. Percobaan dengan pengamatan
yang sifatnya merusak seperti membedah perut tikus atau kelinci maka akan
mempengaruhi biaya penelitian dan berdampak pada banyaknya ulangan yang
diperlukan dalam suatu percobaan.
b. Pengacakan
Pengacakan dalam rancangan percobaan diperlukan untuk menghindarkan dari
pengaruh subyektivitas, karena dalam penelitian ilmiah diperlukan logika dan
obyektivitas. Oleh karena itu diperlukan suatu cara pengacakan agar
subyektivitas menjadi tidak berperan. Cara yang paling mudah dan sederhana
adalah menggunakan metode lotre atau membuat undian untuk menempatkan
perlakuan dalam unit percobaan. Cara lain yang dianjurkan adalah
menggunakan tabel bilangan acak yang terdapat pada buku-buku statistika
atau menggunakan program-program statistika untuk mengeluarkan bilangan-
bilangan acak dan hasil pengacakannya. Dengan pengacakan ini maka
perlakuan yang ditempatkan dalam unit-unit percobaan akan menimbulkan
keragaman baik keragaman dalam perlakuan maupun keragaman antar
perlakuan.
c. Galat Percobaan
Suatu perlakuan yang diulang dan ditempattkan pada unit-unit percobaan yang
serba sama, tidak mungkin diperoleh pengamatan yang sama antara satu
dengan lainnya. Kegagalan dari unit-unit percobaan ini disebut dengan galat
atau kesalahan percobaan. Oleh karena itu, galat atau kesalahan percobaan
adalah keanekaragaman (variabilitas) yang disebabkan oleh ketidakmampuan
materi percobaan yang diperlakukan sama untuk berperilaku sama. Galat
percobaan berguna untuk menguji ada tidaknya pengaruh perlakuan atau
menguji asal perlakuan dari populasi yang sama atau tidak. Selain itu, untuk
menunjukkan efisiensi dari suatu rancangan percobaan, pengukur keragaman
suatu pengamatan dan unit-unit percobaan. Guna memperkecil galat atau
kesalahan percobaan, dapat dilakukan dengan membagi-bagi materi / media
percobaan ke dalam kelompok-kelompok / grup-grup yang homogen.
Selanjutnya, setiap kelompok / grup harus menempatkan perlakuan di
dalamnya dan ulangan ditempatkan pada kelompok / grup yang lain.
Klasifikasi Rancangan Percobaan
Setelah memahami definisi dan unsur dasar percobaan, maka peneliti perlu
menetapkan suatu rancangan percobaan. Rancangan percobaan didefinisikan
sebagai model penelitian yang dirancang untuk mengaplikasikan suatu
tindakan termasuk (perlakuan atau non-perlakuan) sesuai kondisi lingkungan
tertentu. Rancangan atau desain percobaan juga berkaitan dengan usaha
penentuan subjek yang akan diteliti beserta jenis analisis statistik yang sesuai.
Oleh karena itu, penentuan desain percobaan yang tepat sebelum melakukan
kegiatan percobaan sangat penting dilakukan. Hal ini untuk membantu
mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang
diteliti . Jenis rancangan percobaan yang dapat dijadikan pertimbangan bagi
peneliti untuk digunakan dalam penelitiannya. Pada bagian ini membahas
klasifikasi dari rancangan percobaan yang terdiri atas dua kelompok, yakni:
a. Rancangan Perlakuan Rancangan perlakuan terdiri atas berbagai rancangan
percobaan yang terkait dengan penerapan perlakuan-perlakuan dari satuan
percobaan . Hal ini berarti pengelompokkan rancangan ini didasarkan pada
jenis perlakuan yang diterapkan oleh peneliti terhadap objek percobaannya.
Jenis rancangan percobaan antara lain adalah Rancangan Faktorial, Rancangan
Petak Terbagi (RPB), Rancangan Petak Teratur (RPT), Rancangan Kelompok
Terbagi (RKB).
b. Rancangan Lingkungan Rancangan lingkungan terdiri atas berbagai
rancangan percobaan yang berkaitan dengan kondisi/lingkungan tempat
percobaan berlangsung. Rancangan percobaan yang termasuk ke dalam
kelompok rancangan lingkungan di antaranya adalah Rancangan Acak
Lengkap (RAL), Rancangan Acak Kelompok (RAK), Rancangan Acak
Kuadrat Latin (RAKL), dan Rancangan Kuadrat Graeco Latin (RKGL).

A. Quasy Eksperimental
Menurut Asmaul (2017), metode penelitian eksperimen merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh pada sesuatu yang diberi
perlakuan terhadap yang lain dalam kondisi yang dapat dikendalikan. Kuasi
eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group)
untuk diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil secara
acak.
Pada penelitian eksperimen murni kelompok subjek penelitian ditentukan
secara acak, sehingga akan diperoleh kesetaraan kelompok yang berada dalam batas-
batas fluktuasi acak. Namun, dalam dunia pendidikan khususnya dalam pebelajaran,
pelaksanaan penelitian tidak selalu memungkinkan untuk melakukan seleksi subjek
secara acak, karena subjek secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok utuh
(naturally formed intact group), seperti kelompok siswa dalam satu kelas. Kelompok-
kelompok ini juga sering kali jumlahnya sangat terbatas. Dalam keadaan seperti ini
kaidah-kaidah dalam penelitian eksperimen murni tidak dapat dipenuhi secara utuh,
karena pengendalian variabel yang terkait subjek penelitian tidak dapat dilakukan
sepenuhnya, sehingga penelitian harus dilakukan dengan menggunakan intact group.
Penelitian seperti ini disebut sebagai penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu).
Jadi penelitian kuasi eksperimen menggunakan seluruh subjek dalam
kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), bukan
menggunakan subjek yang diambil secara acak.Tidak adanya pengacakan dalam
menentukan subjek penelitian memungkinkan untuk munculnya masalah-masalah
yang terkait dengan validitas eksperimen, baik validitas internal maupun eksternal.
Akibatnya, interpreting and generalizing hasil penelitian menjadi sulit untuk
dilakukan. Oleh karena itu, limitasi hasil penelitian harus diidentifikasi secara jelas
dan subjek penelitian perlu dideskripsikan. Agar Generalizability dari hasil penelitian
dapat ditingkatkan, maka representativeness dari subjek harus diargumentasikan
secara logis
Dibandingkan dengan desain eksperimental sungguhan, desain eksperimental
semu lebih lemah validitas internalnya tetapi desain ini lebih kuat dari pada desain
praeksperimental. Perbedaan lain antara desain eksperimental sungguhan dan desain
eksperimental semu adalah desain yang terakhir ini tidak ada alokasi random.
Rancangan eksperimental kuas ini memiliki kesepakatan praktis antara eksperimen
kebenaran dan sikap asih manusia terhadap bahasa yang ingin kita teliti. Beberapa
rancangan eksperimen kuasi (eksperimen semu), yaitu:
a. Rancangan Rangkaian Waktu (time series design)
Rancangan dengan pretest posttest design, kecuali mempunyai keuntungan
dengan melakukan observasi (pengukuran yang berulang ulang) sehubungan dan
sesudah perlakuan Bentuk rancangan ini adalah sebagai berikut
Dengan menggunakan serangkaian observasi (tes), dapat memungkinkan
validitasnya lebih tinggi Karena pada rancangan pretes postes kemungkinan hasil 02
dipengaruhi oleh faktor lain di luar perlakuan sangat besar. Sedangkan pada
rancangan ini, oleh karena observasi dilakukan lebih dari satu kali (baik sebelum
maupun sesudah perlakuan). maka pengaruh faktor luar tersebut dapat dikurangi

b. Rancangan Rangkaian Waktu dengan Kelompok Pembanding (Control


Time Series Design)
Pada dasarnya rancangan ini adalah rancangan rangkaian waktu hanya saja
menggunakan kelompok pembanding (kontrol). Rancangan ini lebih memungkinkan
adanya kontrol terhadap validitas internal dan ini lebih menjamin internal yang tinggi.
Bentuk rancangan tersebut adalah sebagaimana tercantum sebagai berikut:

c. Rancangan Non Equivalent Control Group


Dalam penelitian lapangan, biasanya lebih dimungkinkan untuk membandingkan hasil
intervensi program kesehatan dengan suatu kelompok kontrol yang serupa, tetapi
tidak perlu kelompok yang benar-benar sama Misalnya, kita akan melakukan studi
tentang pengaruh pelatihan kader terhadap cakupan. Posyandu Kelompok kader yang
akan diberikan pelatihan, tidak mungkin sama betul dengan kelompok kader yang
tidak akan diberi pelatihan kelompok kontrol). Bentuk rancangan ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rancangan ini disebut non equivalent sangat baik digunakan untuk evaluasi program
pendidikan kesehatan atau pelatihan-pelatihan lainnya. Di samping itu rancangan ini
juga untuk baik membandingkan hasil intervensi program kesehatan di suatu
kecamatan desa, dengan kecamatan atau desa lainnya pengelompokan anggota sampel
pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak dilakukan secara random atau
acak oleh sebab itu rancangan ini sering disebut muga non randomized control group
pretest postest design.
d. Rancangan Separate Sample Pretest Posttest
Rancangan ini sering digunakan dalam penelitian-penelitian kesehatan dan keluarga
berencana Pengukuran pertama (pretest dilakukan terhadap sampel yang dipilih secara
acak dari populasi tertentu. Kemudian dilakukan intervensi atau program pada seluruh
populasi tersebut Selanjutnya, dilakukan pengukuran kedua Posttes) pada kelompok
sampel lain, yang juga dipilih secara acak (random) dari populasi yang sama
Rancangan ini sangat baik untuk menghindari pengaruh atau efek dari pretest
meskipun tidak dapat mengontrol sejarah maturitas, dan instrument. Rancangan ini
dapat diilustrasikan sebagai berikut

B. Penelitian Klinik
Menurut Harlan (2018), Penelitian kedokteran yang dilaksanakan dalam ranah
klinik. Merupakan penelitian yang berdasarkan pada masalah kesehatan di klinik dan
dipecahkan berdasarkan pada konsep keilmuan kedokteran dasar. Hasil penelitian
klinik : Meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran
(iptekdok) dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Berikut contoh desain
penelitian klinik
1. Desain paralel
a. Paling banyak digunakan
b. Bisa untuk penyakit akut atau kronis
c. Bisa 2 kelompok atau lebih
d. Perlu kelompok yang seimbang harus dilakukan randomisasi atau dibuat
pasangan serasi
e. Perlu penyamaran (kecuali untuk tindakan bedah
Kelebihan UK acak, tersamar, berpembanding:
• Bias diperkecil karena ada randomisasi dan penyamaran
• Hasil yang > konklusif karena faktor perancu dikontrol. Contoh: Berbagai
studi observasional secara konsisten membuktikan bahwa beta-karoten
menurunkan resiko mendapat kanker, tapi 4 UK membuktikan sebaliknya
•Terkadang lebih cepat dan murah: untuk penyakit yang berespons cepat
terhadap pengobatan. Mis. untuk mengetahui efektivitas obat penurun
kolesterol: tidak mungkin memakai desain observasional.
Kekurangan:
• Kompleks, mahal
• Terkadang sangat makan waktu
• Sering terbentur masalah etis karena memaparkan subyek terhadap risiko dan
ketidaknyamanan Mis: biopsi hati, endoskopi, fungsi sumsum tulang
2. Desain silang
Tiap subyek menjadi kontrol bagi dirinya sendiri
Keuntungan:
– Mengurangi variasi antar individu dan memperkecil sample size sampai
50% dari desain paralel
– Cocok untuk peyakit kronik dan stabil
Kerugian:
– Tidak cocok untuk penyakit yang cepat sembuh atau yang sembuh dalam 1
x terapi
– Ada carry over effect dan order effect
– Kemungkinan drop out lebih besar
– Perlu wash out period yang cukup
– Tidak dapat dikerjakan pada subyek dengan kepatuhan rendah
– Sering sulit mendapat data SDdiff
Contoh:
• Uji perbandingan efektivitas obat untuk:
– asma kronik
– reumatoid artritis
– hiperkolesterolemia
– hiperten
Daftar pustaka

1. Priyono, M. M. (2016). Metode penelitian kuantitatif. Taman Sidoarjo: Zifatama.

2. Harlan, J., & Johan, R.S,. (2018). Metode Penelitian Kesehatan Metode Penelitian
Kesehatan

3. Dr. Saleh Hidayat, M.Si DKK. (2018), Metodologi Penelitian Biologi

4. Imas Masturoh & Nauri Anggita. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan

5. Asmaul & Budi. (2017). Metodologi Penelitian dan Statistik

Anda mungkin juga menyukai