Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN

MATKUL : METODOLOGI PENELITAN


DOSEN : PAK MESLO PARDED, SE, MM

TUGAS KELOMPOK : 4

1. BERKAT JAYA LASE


2. SARA YEMIMA BR AMBARITA
KATA PENGANTAR

Buku ajar metode penelitian bisnis ini mencakup metode, prosedur dan teknik
penelitian, konsep serta pendekatan dalam penelitian bisnis, terutama untuk bidang
manajemen. Materi yang dibahas ditekankan pada konsep dasar dan aplikasi
penelitianpenelitian manajemen dan bisnis, untuk semua konsentrasi manajemen yakni
manajemen sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen keuangan,
dan manajemen system informasi, serta konsentrasi manajemen yang lain. Buku ini
berisi penjelasan tentang ilmu dan penelitian, metode ilmiah, beberapa metode
penelitian, teknik merumuskan masalah, mengukur variable, merumuskan hipotesis,
dan teknik menguji hipotesis, juga teknik pengumpulan data, teknik sampling, dan
teknik analisis data. Buku ini merupakan pemikiran dari sejawat pengajar metodologi
penelitian dan hasil pemikiran-pemikiran penulis-penulis terdahulu.
H. KOMPOTENSI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

1. MENGUKUR  PENELITIAN KUALITATIF

Seiring dengan perkembangan metode penelitian kualitatif  beberapa kurun waktu


terakhir dan semakin diminatinya metode tersebut oleh banyak ilmuwan di
berbagai disiplin ilmu, mulai dari sosiologi, antropologi, pendidikan, sejarah,
psikologi, ekonomi, bahasa, hingga ilmu kesehatan, pertanyaan mengenai 
ukuran atau standar kualitas penelitian kualitatif tak dapat dihindari. Tak
ketinggalan, sebagai peminat metodologi penelitian kualitatif, saya juga sering
memperoleh pertanyaan tersebut, baik dari kalangan mahasiswa, teman sejawat,
maupun para peminat metode penelitian kualitatif. Tentu tidak salah, sebab,
sebagaimana penelitian kuantitatif yang memiliki standar baku untuk mengukur
kualitasnya, penelitian kualitatif juga mensyaratkan ukuran atau standar tertentu
untuk disebut berkualitas.

Sayangnya, penjelasan untuk menjawab pertanyaan tersebut selama ini tidak cukup
memuaskan dan kurang sistematis. Malah sering membingungkan. Tulisan pendek ini
bermaksud membantu menjawab pertanyaan tersebut yang disari dari berbagai sumber,
terutama karya Ines Steinke “Quality Criteria in Qualitative Research”, (dalam Flick, ed.,
2004: 184-194), dan  karya Simon C Kitto et. al, “Quality in qualitative research: Criteria
for authors and assessors in the submission and assessment of qualitative research
articles for the Medical Journal of Australia”, Volume 188 Number 4, 18 February 2008.

Sebagaimana diketahui penelitian kualitatif merupakan aktivitas ilmiah untuk


mengumpulkan data secara sistematik, mengurutkannya sesuai kategori tertentu,
mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang diperoleh dari wawancara atau
percakapan biasa, observasi dan dokumementasi. Datanya bisa berupa kata, gambar,
foto, catatan-catatan rapat, memo, dan sebagainya.

Tahapannya dimulai dari perolehan kasus yang unik, prosesnya berlangsung secara
induktif, teori digunakan sebagai piranti untuk memandu peneliti memahami fenomena,
lebih menekankan kedalaman daripada keluasan kajian, dan berakhir dengan teori baru.

Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang perilaku,


proses interaksi, makna suatu tindakan, nilai, dan pengalaman individu atau kelompok,
yang semuanya berlangsung  dalam latar alami.

Sebaliknya, penelitian kuantitatif berurusan dengan ukuran-ukuran secara statistik yang


datanya berupa angka, lebih menekankan keluasan wilayah kajian daripada
kedalamannya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan ketentuan prosedur
dan verifikasi  yang baku, analisis dilakukan melalui format statistik yang sudah standar,
dan hasilnya berupa prediksi atau generalisasi. Tujuannya adalah untuk menjelaskan
hubungan antar-variabel melalui pembuktian hipotesis dan berakhir dengan  kesimpulan
berupa generalisasi.
Secara konvensional, kriteria untuk mengukur kualitas penelitian kuantitatif adalah 
validitas, reliabilitas, objektivitas dan generalabilitas. Tentu saja kriteria tersebut tidak
bisa dipakai di dalam penelitian kualitatif, karena kerangka berpikir, subjek, ukuran
wilayah kajian dan tujuannya sangat berbeda. Karena objek dan tujuannya berbeda,
sudah barang tentu metode yang dipakai juga berbeda. Kalau pun ada yang
menggunakan kriteria  objektivitas, reliabilitas, dan validitas, maknanya berbeda jauh
dari makna yang lazim dipakai di dalam penelitian kualitatif. Begitu juga masalah
sampel. Beberapa peneliti kualitatif juga ada yang menggunakan istilah sampel untuk
menunjuk subjek penelitian. Tetapi maknanya berbeda dari makna sampel dalam
penelitian kuantitatif. Sampel dalam penelitian kualitatif tidak mewakili siapapun,
melainkan dirinya sendiri dan dipilih secara purposif. Karena itu,  dipilih yang paling
memenuhi syarat tertentu sesuai persoalan penelitiannya, yang oleh  Simon  C Kitto
(2008: 244) disebut sebagai maximum variety. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif,
sampel harus memenuhi syarat keterwakilan (representativeness) untuk mewakili
populasi. Semakin sampel mewakili populasi, hasil penelitian semakin bisa diberlakukan
untuk semua populasi yang diwakili. Sampel diperoleh secara random.

Kembali ke persoalan bagaimana mengukur kualitas penelitian kualitatif. Menurut


Simon C Kitto et el. (2008: 243), kualitas penelitian kualitatif ditentukan setidaknya oleh
tiga prinsip utama sebagai berikut:

1). Rigour (keseluruhan dan ketepatan penggunaan metode),

Maksudnya adalah karena penelitian kualitatif menekankan kedalaman pemahaman


persoalan yang diteliti,  maka peneliti wajib berusaha keras mengumpulkan informasi
yang kemudian menjadi data sekomprehensif mungkin untuk selanjutnya dianalisis
menjadi fakta. Prinsipnya tidak boleh ada informasi sekecil apa pun yang terkait dengan
tema atau masalah yang diteliti yang tertinggal, sehingga penelitian kualitatif memiliki
data yang kaya (thick description of data). Itu sebabnya penelitian kualitatif memakan
waktu relatif lebih lama daripada penelitian kuantitatif. Lamanya waktu yang diperlukan
terjadi karena peneliti harus berlama-lama dengan subjek dan bisa beberapa kali datang
ke lokasi penelitian jika data dirasa belum cukup. Kalaupun data sudah dirasa cukup,
peneliti wajib datang lagi ke lapangan untuk mengecek sekiranya ada data yang
simpang siur atau tumpang tindih antara satu subjek dan subjek yang lain. Bahkan untuk
kepentingan triangulasi temuan, peneliti juga akan datang lagi ke subjek untuk
mendialogkan hasil penelitiannya. Tentu proses demikian memerlukan waktu yang lama.

Selain terpenuhinya aspek keseluruhan atau comprehen- siveness, kualitas penelitian


kualitatif juga diukur dengan ketepatan metode penelitian dan analisis data yang dipakai.
Ini penting diungkapkan karena pada kenyataannya di lapangan  sering dijumpai
terjadinya kesalahan metode yang dipakai, dan akibatnya bisa fatal.

Ketepatan metodologis tidak saja mencakup ketepatan paradigma dan pendekatan yang
dipilih, tetapi juga secara operasional dan prosedural meliputi transparansi atau
keterbukaan (expliciteness) bagaimana penelitian dilakukan. Ini mencakup informasi 
mengenai subjek yang diteliti secara detail, tingkat kepercayaan subjek, bagaimana
data dikumpulkan, direkam, diberi  kode dan selanjutnya dianalisis. dan kemungkinan-
kemungkinan penolakan temuan oleh subjek. Karena itu, setidaknya terdapat sembilan
(9) pertanyaan standar yang bisa dipakai sebagai pedoman untuk mengukur procedural
dan methodological rigour.

Selain hal-hal yang bersifat prosedural dan metodologis seperti tersebut di atas, hal-hal
yang lebih teknis perlu menjadi perhatian. Sebab, di lapangan kesalahan bisa terjadi.
Sebagai contoh, peneliti bidang manajemen pendidikan ingin mengetahui pandangan
seorang kepala sekolah tentang kebijakan   mengenai Ujian Negara menggunakan
metode observasi. Tentu tidak tepat. Sebab, observasi digunakan untuk melihat aktivitas
seseorang. Begitu juga untuk mengetahui kompetensi seseorang dalam bidang tertentu
menggunakan metode wawancara. Padahal, seharusnya tes. Hal-hal semacam ini
masih sering dijumpai di lapangan, terutama di kalangan para peneliti pemula. Jika ini
terjadi, walaupun datanya cukup kaya, maka kualitas penelitian kualitatif menjadi rendah
karena kesalahan metode perolehan data, sehingga aspek rigour- nya tidak sepenuhnya
terpunuhi.

2. KUALITATIF

Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama
digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini
disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme.
Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah
ilmiah yaitu konkrit, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut
metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan
berbagai iptek baru. 
Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan
desain penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang banyak menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap
kesimpulan penelitian akan lebih baik bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau
tampilan lainnya. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yg menekankan
fenomena fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitass
desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan
statistik, struktur dan percobaan terkontrol. (Sukmadinata, N, 2013)
Menurut Sugiyono (14:2015), metode penelitian kuantitatif merupakan metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan,
relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.
Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang
representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan
masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis
tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan dan lapangan. Untuk mengumpulkan
data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif sehingga dapat disimpulkan 
hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya
diambil sampel random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan
pada populasi di mana sampel tersebut diambil.
Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai(value
free). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip
objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang
telãh diuji validitas dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif
mereduksi

sedemikian rupa hal-hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi
dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian
kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan
Danim, 2002: 35) dalam (Musafa Nanang, 2012)
Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-
variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan
dalam bentuk operasionalisasi variable masing-masing. Reliabilitas dan validitas
merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini
karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan
kemampuan replicasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis.
Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujian yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik
analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih
memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistic bukan pada
makna secara kebahasaan dan kulturalnya. (Musafa Nanang, 2012).
Penggunaan Metode Kuantitatif
Menurut Sugiono (2015:34) Metode Kuantitatif digunakan apabila:

1. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah
penyimpangan antara yang seharusnya dengan yang terjadi, antara aturan
dengan pelaksanaan, antara teori dan praktek, antara rencana dengan
pelaksanaan.
2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode
penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas
tetapi tidak mendalam.
3. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain.
Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan.
4. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian.
5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat.
6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas
pengetahuan, teori, dan produk tertentu.

Kompetensi Peneliti Kuantitatif

1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang pendidikan yang
akan diteliti.
2. Mampu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan
masalah penelitian pendidikan yang betul-betul maslah.
3. Mampu menggunakan teori pendidikan yang tepat sehingga dapat digunakan
untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian.
4. Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey,
eksperimen, action research, expost facto, evaluasi dan R & D.
5. Mampu menyusun instrument baik test maupun nontest untuk mengukur
berbagai variabel yang diteliti, mampubmenguji validitas dan reliabilitas
instrumen.
6. Mampu mengumpulkan data dengan kuesioner, maupun dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi.
7. Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab
rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan.
8. Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil
pengujian hipotesis.
9. Mampu membuat laporan secara sistematis, dan menyampaikan hasil penelitian
ke pihak-pihak yang terkait.

10. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untuk dimuat ke
dalam jurnal ilmiah.
11. Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.

Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam
melihat fakta atau gejala.
Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:

1. objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk,


struktur, sifat maupun dimensi lainnya.
2. suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu
tertentu.
3. Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan,
melainkan merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya
(Jonathan Sarwono, 2011).

Sejalan dengan penjelasan di atas, secara epistemologi paradigma kuantitatif


berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan
empiris. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi(sesuai dengan teori-teori
terdahulu) dan korespondensi (sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka
pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi
dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut
secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis
pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan verifikatif.
Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma,
karakteristik penelitian dan proses penelitian.

I. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP PENELITIAN


BISNIS
A. Pengertian Penelitian Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris
research yang artinya adalah proses pengumpulan informasi dengan tujuan
meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau
kelompok penyelidikan. Pada dasarnya riset atau penelitian adalah setiap
proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan. Secara etimologis, istilah
research berasal dari dua kata, yaitu re dan search. Re berarti kembali atau
berulang-ulang dan search berarti mencari,menjelajahi, atau menemukan
makna. Dengan demikian penelitian atauresearch berarti mencari,
menjelajahi atau menemukan makna kembalisecara berulang-ulang
(Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 29). Penelitian pada hakikatnya
merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah.
Para pakar mengemukakan pendapat yang berbeda dalam merumuskan
batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah, baik sebagai
usaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah. Penelitian (research)
merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu
permasalahan. Jadi penelitian merupakan bagian dari usaha
pemecahanmasalah. Fungsi penelitian adalah mencarikan penjelasan dan
jawaban terhadappermasalahan serta memberikan alternatip bagi
kemungkinan yang dapat digunakanuntuk pemecahan masalah. Penjelasan
dan jawaban terhadap permasalahan itu dapatbersifat abstrak dan umum
sebagaimana halnya dalam penelitian dasar (basic research) dan dapat pula
sangat konkret dan spesifik seperti biasanya ditemui pada penelitianterapan
(applied research). Penelitian dasar biasanya tidak langsung memberikan
informasi yang siap pakaiuntuk penyelesaian permasalahan akan tetapi lebih
menekankan bagi pengembangan model atau teori yang menunjukkan
semua variable terkait dalam suatu situasi dan berhipotesis mengenai
hubungan di antara variabel-variabel 2 tersebut. Oleh karena itu tidak jarang
pemecahan permasalahan baru dapat dicapai lewat pemaduan hasil
beberapa penelitian yang berkaitan. Secara umum, penelitian diartikan
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara
sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Pengumpulan dan
analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat
kuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau non eksperimental, interaktif atau
non interaktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif,
melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku.
Menurut Ary, Jacobs, dan Razafieh (1992 : 44), Penelitian dapat dirumuskan
sebagai pendekatan ilmiah pada pengkajian masalah. Penelitian merupakan
usaha sistematis dan objektif untuk mencaripengetahuan yang dapat
dipercaya. Menurut Ostle (Moh. Nazir, 1997 : 15), Penelitian dengan
mengunakan metoda ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah
(scientific research). Dalam penelitian ilmiah selalu ditemukan 2 unsur
penting, yaitu unsure observasi (empiris) dan nalar (rasional). Penelitiaan
merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan
dan menguji teori. Dalam
kaitannya dengan upaya pengembangan pengetahuan, Welberg (1986)
mengemukakan lima langkah pengembangan pengetahuan melalui
penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi
empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis)
dan mereview, dan (5) menggunakan dan mengevaluasi (McMillan dan
Schumacher, 2001: 6 ). Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan
proses penemuan melalui pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan
untuk mencari jawaban permasalahan atau persoalan sebagai suatu masalah
yang diteliti. Kerlinger (1986)dalam Indriantoro danSupomo (2002:3)
mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai
karakteristik sistematis, terkontrol, empiris, dan mendasarkan pada teori dan
hipotesis atau jawaban sementara. Hasil penemuan tersebut, baik discovery
atau invention. Hasil temuan sesuatu yang memang sudah ada dengan
dukungan fakta biasa disebut discovery. Sukardi (2005) mengatakan,
discovery diartikan sebagai hasil temuan memang sebetulnya sudah ada. Ia
mencontohkan, misalnya 3 penemuan Benua Amerika. Lebih lanjut ia
menjelaskan bahwa invention dapat diartikan sebagai penemuan hasil
penelitian yang betul-betul baru dengan dukungan fakta, misalnya hasil
kloning dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti
untuk menemukan jenis yang baru. Pengertian penelitian yang disarankan
oleh Leedy (1997) dalam Indriantoro dan Supomo (2002:4) sebagai berikut:
Penelitian (riset) adalah proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan
analisis informas (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang
fenomena yang kita minati atau menjadi perhatian kita. Mirip dengan
pengertian di atas, Dane (1990: 4) menyarankan definisi sebagai berikut:
Penelitian merupakan proses kritis untuk mengajukan pertanyaan dan
berupaya untuk menjawab pertanyaan tentang fakta dunia. Pengertian yang
benar tentang penelitian sebagai berikut, menurut dalam Indriantoro dan
Supomo (2002:5) Penelitian adalah suatu proses untuk mencapai (secara
sistematis dan didukung oleh data) jawaban terhadap suatu pertanyaan,
penyelesaian terhadap permasalahan, atau pemahaman yang dalam
terhadap suatu fenomena. Dari beberapa pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa penelitianilmiah merupakan suatu proses yang dilakukan
secara sistematis dan objektifyang melibatkan unsur penalaran dan observasi
untuk menemukan, memferivikasi, dan memperkuat teori serta untuk
memecahkan masalah yangmuncul dalam kehidupan. Penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar positivis dan banyak
diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi,
dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri penelitian yang
memiliki dasar positivis, antara lain sebagai berikut: a. Menekankan
objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang dan waktu. b.
Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka. c.
Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti. d.
Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban
permasalahan yang hendak diteliti. Proses tersebut, yang sering disebut
sebagai metodologi penelitian, mempunyai delapan macam karakteristik: 4 a.
Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan. b. Penelitian
memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.

c. Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik. d. Penelitian


biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-sub masalah yang
lebih dapat dikelola. e. Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan,
atau hipotesis penelitian yang spesifik. f. Penelitian menerima asumsi kritis
tertentu. g. Penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data dalam
upaya untuk mengatasi permasalahan yang mengawali penelitian. h.
Penelitian adalah, secara alamiahnya, berputar secara siklus; atau lebih
tepatnya, helikal—seperti terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 1. Siklus
Penelitian Sumber: Leedy (1997) B. Tujuan Penelitian Ada tujuan tertentu
yang akan dicapai melalui penelitian. Berdasarkankesimpulan tentang
pengertian penelitian sebagaimana dikemukakan di atas dapat diidentifikasi
tujuan penelitian, yaitu sebagai berikut: 5 a. Untuk memperoleh data empiris
yang dapat digunakan dalam merumuskan, memperluas, dan memverifikasi
teori. Tujuan penelitianseperti ini dimiliki oleh ilmu-ilmu murni (pure science)
b. Untuk memecahkan persoalan yang ada dalam kehidupan. Tujuan
penelitian semacam ini terdapat pada ilmu-ilmu terapan (applied sciences)
Tujuan suatu penelitian adalah untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan
dan menemukan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Tujuan
dapat beranak cabang yang mendorong penelitian lebih lanjut. Tidak satu
orangpun mampu mengajukan semua pertanyaan, dan demikian pula tak
seorangpun sanggup menemukan semua jawaban bahkan hanya untuk satu
pertanyaan saja. Maka, kita perlu membatasi upaya kita dengan cara
membatasi tujuan penelitian. Terdapat bermacam tujuan penelitian,
dipandang dari usaha untuk membatasi ini, yaitu: a. Eksplorasi Umumnya,
peneliti memilih tujuan eksplorasi karena tuga macam maksud, yaitu: (a)
memuaskan keingintahuan awal dan nantinya ingin lebih memahami, (b)
menguji kelayakandalam melakukan penelitian/studi yang lebih mendalam
nantinya, dan (c) mengembangkan metode yang akan dipakai dalam
penelitian yang lebih mendalam hasil penelitian eksplorasi, karena
merupakan penelitian penjelajahan, maka sering dianggap tidak memuaskan.
Kekurang-puasan terhadap hasil penelitian ini umumnya terkait dengan
masalah sampling (representativeness). Tapi perlu kita sadari bahwa
penjelajahan memang berarti ―pembukaan jalan‖, sehingga setelah ―pintu
terbuka lebar-lebar‖ maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam dan
terfokus pada sebagian dari ―ruang di balik pintu yang telah terbuka‖ tadi. b.
Deskripsi Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengkajian fenomena secara
lebih rinci atau membedakannya dengan fenomena yang lain. c. Prediksi
Penelitian prediksi berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang
memungkinkan kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X)
dengan mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y). Prediksi sering kita pakai
sehari-hari, 6 misalnya dalam menerima mahasiswa baru, kita gunakan skor
minimal tertentu—yang artinya dengan skor tersebut, mahasiswa mempunyai
kemungkinan besar untuk berhasil dalam studinya (prediksi hubungan antara
skor ujian masuk dengan tingkat keberhasilan studi nantinya). d. Eksplanasi
Penelitian eksplanasi mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua
fenomena atau lebih. Penelitian seperti ini dipakai untuk menentukan apakah
suatu eksplanasi (keterkaitan sebab-akibat) valid atau tidak, atau
menentukan mana

yang lebih valid diantara dua (atau lebih) eksplanasi yang saling bersaing.
Penelitian eksplanasi (menerangkan) juga dapat bertujuan menjelaskan,
misalnya, ―mengapa‖ suatu kota tipe tertentu mempunyai tingkat kejahatan
lebih tinggi dari kota-kota tipe lainnya. Catatan: dalam penelitian deskriptif
hanyadijelaskan bahwa tingkat kejahatan di kota tipe tersebut berbeda
dengan di kota-kota tipe lainnya, tapi tidak dijelaskan ―mengapa‖ (hubungan
sebab-akibat) hal tersebut terjadi. e. Aksi Penelitian aksi (tindakan) dapat
meneruskan salah satu tujuan di atas dengan penetapan persyaratan untuk
menemukan solusi dengan bertindak sesuatu. Penelitian ini umumnya
dilakukan dengan eksperimen tidakan dan mengamati hasilnya; berdasar
hasil tersebut disusun persyaratan solusi. Misal, diketahui fenomena bahwa
meskipun suhu udara luar sudah lebih dingin dari suhu ruang, orang tetap
memakai AC (tidak mematikannya). Dalam eksperimen penelitian tindakan
dibuat berbagai alat bantu mengingatkan orang bahwa udara luar sudah lebih
dingin dari udara dalam. Ternyata dari beberapa alat bantu,ada satu yang
paling dapat diterima. Dari temuan itu disusun persyaratan solusi terhadap
fenomena di atas. C. Fungsi Penelitian Fungsi penelitian adalah mencarikan
penjelasan dan jawababn terhadap permasalahan serta memberikan
alternatif bagi kemungkinan yang dapat digunakan untuk pemecahan
masalah. Pemecahan dan jawaban terhadap permasalahan itu 7 dapat
bersifat abstrak dan umum sebagaimana hanya dalam penelitian dasar (basic
research) dan dapat spesifik seperti biasanya ditemui pada penelitian terapan
(applied research). a. Mendiskripsikan, memberikan, data atau informasi.
Penelitian dengan tugas mendiskripsi gejala dan peristiwa yang terjadi,
maupun gejala-gejala yang terjadi disekitar kitaperlu mendapat perhatian dan
penanggulangan.gejala dan peristiwa yang terjadi itu ada yang besar dan ada
pula yang kecil tetapi, kalau dilihat dari segi perkembangan untuk masa
datang perlu mendapat perhatian segera. b. Menerangkan data atau kondisi
atau latar belakang terjadinya suatu peristiwa atau fenomena. Penelitian
dengan tugas menerangkan. Berbeda dengan penelitian yang menekankan
pengungkapan peristiwa apa adanya, maka penelitian dengan tugas
menerangkan peristiwa jauh lebih kompleks dan luas. Dapat dilihat dari
hubungan suatu dengan hubungan yang lain. c. Menyusun teori, Penyusunan
teori baru memakan waktu yang cukup panjang karena akan menyangkut
pembakua dalam berbagai instrumen, prosedur maupun populasi dan
sampel. d. Meramalkan, mengestimasi, dan memproyeksi suatu peristiwa
yang mungkin terjadi berdasarkan data-data yang telah diketahui dan
dikumpulkan,informasi yang didapat akan sangat berarti dalam
memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi untuk melalui masa
berikutnya. Melalui penelitian dikumpulkan data untuk meramalkan beberapa
kejadian atau situasi masa yag akan datang. e. Mengendalikan peristiwa
maupun gejala-gejala yang terjadi. Melalui penelitian juga dapat dikendalikan
peristiwa maupun gejala-gejala. Merancang sedemikian rupa suatu bentuk
penelitian untuk mengendalikan peristiwa itu. Perlakuannya disusun dalam
rancangan adalah membuat tindakan pengendalian pada variabel lain yang
mungkin mempengaruhi peristiwa itu.

Simpulan dan Saran


Pada bagian ini berisi simpulan yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan. Simpulan yang dimaksud adalah gambaran umum seluruh analisis
dan relevansinya dengan hipotesis yang sudah dikemukakan. Simpulan ini
diperoleh dari uraian analisis, interpretasi, dan deskripsi yang tertera pada
bab analisis. Selanjutnya, saran-saran penulis tentang metodologi penelitian
lanjutan, penerapan hasil penelitian, dan beberapa saran yang mempunyai
relevansi dengan hambatan yang dialami selama penelitian.

Anda mungkin juga menyukai