Dalam penelitian kuantitatif, ketiga rumusan masalah tersebut terkait dengan variable
penelitian, sehingga rumusan masalah peneleti sangat spesifik, dan akan digunakan
sebagai panduan bagi peneliti untuk menentukan landasan teori, hipotesis, insrumen, dan
teknik analisis data.
Dalam peneletian kualitatif seperti yang teleh di kemukakan, rumusan masalah yang
merupakan fokus penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
peneliti masuk lapangan atau situasi social tertantu. Namun demikian setiap peneliti baik
peneliti kuantitatif mau pun kualitatif harus membuat rumusan masakah. Pertanyaan
penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami gejala yang kompleks
dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang meggunakan
pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya. Ia akan mengembqangkan fokus
penelitian sambil mengumpulkan data. Proses seperti ini di sebut “emergent desingn”
(Loncoln dan Guba, 1985:102).
Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian tidak di rumuskan atas dasar definisi
operasional penelitian tidak di rumuskan atas dasar definisi operasional dari suatu variable
penelitian. Pertanyaan penelitian kualitatif di rumuskan dengan maksud untuk memahami
gejala yang kompleks, intiraksi social yang terjadi, dan kemungkinan di temukan hipotesis
atau teori baru.
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive
sampling dan snowball sampling.
Lincoln dan Guba (1985) mengemukakan bahwa penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif sanagt berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian kualitatif. Penentuan
sampel dalam kualitatif tidak didasarkan pada perhitungan statistik. Sampel yang dipilih
berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.
Dalam penelitian kualitatif spesifikasi sampel tidak ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri
khusus purposive, yaitu:
a. Emergent sampling design/sementara
b. Serial selection of sample/menggelinding seperti bola salju (snowball)
c. Continuous adjustment of ‘focusing’ of the sample /disesuaikan dengan kebutuhan
d. Selection to the point of redundancy/dipilh sampai jenuh.
Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan peneliti mulai memasuki
lapangan dan selama penelitian berlangsung (emertgent sampling deisgn). Caranya, yaitu
peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbang akan memberikan data yang diperlukan.
Selanjutnya berdasarkan data atau hasil yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu,
peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data
lebih lengkap.
Dalam proses sampel seperti dijelaskan di atas, berapa sampel tidak dapat ditentukan
sebelumnya. Dalam sampel purposive, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan
informasi. Dalam hubungan S. Nasution (1988) menjelaskan bahwwa unit sampel
(responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada tarf “redundancy” (datanya
telah jenuh, ditambah sampel lahi tidak memberiakn informasi yang baru), artinya bahwa
dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan informasi baru yang berarti.
Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih
bersifat sementara. Namun demikian pembuatan proposal menyebutkan siapa-siapa yang
kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. Misalnya akan meneliti gaya belajar
anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang-orang yang
dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya.
Dalam proposal penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama
sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang bisa “membukakan pintu”
untuk mengenali keseluruhan medan secara luas. Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan
C. Dari C dan B belum memperolah data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. Dari F
dan G belum memperoleh data yang akurat, maka peneliti pergi ke E, selanjutnya k H, ke
G, ke I dan terakhir ke J. Setelah sampai ke J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber
data usdah mencukupi dan tidak menambahkan sampel yang baru.
Sanafiah Faisal (1990) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa,
situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi soisal yang didalamnya
menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selajutnya dinyatakan bahwa
sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria
sebagai berikut:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga
sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimping atau terlibat pada kegiatan yang
tengah diteliti.
3. Mereka yang memepunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “kemasannya” sendiri.
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti sehingga lebih
menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber.
Seperti telah dikemukakan, penambahan sampel itu dihentikan, apabila datanya sudah
jenuh. Dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data
baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar jatuh pada subyek yang benar-
benar menguasai situasi sosial yang diteliti (obyek), maka keuntungan bagi peneliti, karena
tidak memrlukan banyak sampel lagi, sehingga cepat selesai. Jadi, yang menjadi
kepedulian bagi peneliti kaulitatif adalah “tuntasnya” perolehan informasi dengan
keragaman variasi yang ada, bikan banyaknya sampel sumber data.
7. Intrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti
itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa
jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapanngan.
Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan
peneliti untuk memasuki obyek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.
Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh
pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bisang
yang dieteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan. Peneliti kualitatif sebagai
human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu yang akan dicari dari obyek enelitian belum
jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas.
Rancangan penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki obyek penelitian. Selain itu, dalam memandang realitas penelitian berasumsi
bahwa realitas itu bersifat holistik (meneyeluruh), dinamis, tidak dapat dipisah-pisahkan ke
dalam variabel-variabel penelitian. Kalaupun dapat dipisahkan, variabelnya akan banyak
sekali. Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan
instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti merupakan kunci insrumen.