Anda di halaman 1dari 11

Nama : Luhjingga Panasari U.

NIM : F2B023006
Metode Penelitian Kuantitatif
Magister Sosiologi 2023

TUGAS RANGKUMAN 2 BUKU


A. Identitas Buku 1

Judul Buku : Dasar-Dasar Metode Penelitian Kualitatif


Penulis : Dr. Naidin Syamsudin, S.Ag., M.Pd.I., dkk.
Penerbit : Yayasan Hamjah Diha

Konsep Dasar Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif melibatkan studi mengenai fenomena yang bersifat kualitatif. Sebagai
contoh, ketika kita ingin memahami motivasi di balik perilaku manusia, seperti mengapa
mereka berpikir atau melakukan tindakan tertentu, seringkali kita memusatkan perhatian
pada 'Penelitian Motivasi', yang merupakan jenis penelitian kualitatif yang signifikan.
Dalam ilmu perilaku, penelitian kualitatif memiliki relevansi yang besar karena tujuannya
adalah untuk mengungkap motif yang mendasari perilaku manusia. Pendekatan kualitatif
dalam penelitian melibatkan evaluasi yang bersifat subjektif terhadap sikap, pendapat,
dan perilaku. Penelitian semacam ini sangat bergantung pada intuisi dan wawasan
peneliti. Hasilnya seringkali tidak berbentuk kuantitatif dan jarang dianalisis secara ketat.
Umumnya, teknik seperti wawancara kelompok fokus, teknik proyektif, dan wawancara
mendalam sering digunakan.

Menurut Brewer dan Hunter (dalam Denzin & Lincoln, 2009), penelitian kualitatif secara
alami menekankan penggunaan berbagai metode. Penting untuk diingat bahwa
penggunaan metode yang beragam atau triangulasi mencerminkan upaya untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang diteliti. Realitas
objektif tidak selalu dapat dimengerti sepenuhnya. Triangulasi bukanlah alat validasi,
melainkan alternatif untuk validasi. Oleh karena itu, Flick (dalam Denzin & Lincoln, 2009)
menjelaskan bahwa penggabungan metode, data empiris, sudut pandang, dan peneliti
dalam satu penelitian sebaiknya dipandang sebagai strategi untuk memperkuat,
memperluas, dan mendalami jenis penyelidikan apa pun.

Seorang peneliti kualitatif biasanya menggunakan dasar teori yang sudah ada. Lebih lanjut,
Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2010) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif,
teori diartikan sebagai pernyataan sistematis yang berasal dari data yang diuji kembali
secara empiris dengan menggunakan istilah paradigma. Paradigma adalah seperangkat
asumsi, konsep, atau proposisi yang mengarahkan cara berpikir dan penelitian. Orientasi
atau perspektif teoritis mencerminkan cara pandang seseorang terhadap dunia, asumsi
tentang hal yang penting, dan pemahaman tentang bagaimana dunia beroperasi. Dalam
suatu penelitian, baik secara eksplisit maupun tidak, paradigma peneliti atau orientasi
teoritis tertentu akan mempengaruhi jalannya penelitian. Seorang peneliti yang
berkualitas akan memahami dasar dari orientasi teoritisnya dan memanfaatkannya dalam
proses pengumpulan dan analisis data. Teori membantu dalam mengaitkan data dengan
konsep yang relevan.
Berdasarkan keterangan tersebut, terdapat beberapa jenis penelitian kualitatif; di
antaranya: etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, naratif, dan life history.
Teknik penelitian tersebut melibatkan eksplorasi dan pemahaman perilaku serta proses
sosial dalam masyarakat yang memiliki struktur yang khas dan teratur sebagai fokusnya.
Penelitian kualitatif juga menekankan pada proses dan signifikansi yang tidak terbatas
pada analisis ketat dari segi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensi.

Perspektif Metode Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif merupakan suatu proses eksplorasi yang bertujuan untuk memahami
fenomena manusia atau sosial dengan cara menggambarkan secara komprehensif dan
kompleks menggunakan bahasa, melaporkan pandangan yang terperinci dari sumber
informan, dan dilakukan dalam konteks alami (Walidin, Saifullah & Tabrani, 2015: 77).
Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang dilakukan dalam setting kehidupan nyata
(alamiah) dengan tujuan untuk menyelidiki dan memahami fenomena: apa yang terjadi,
mengapa terjadi, dan bagaimana terjadinya? Dengan demikian, penelitian kualitatif
berfokus pada konsep "going exploring" yang melibatkan studi mendalam dan
berorientasi kasus (Chariri, 2009: 9). Sebagaimana disebutkan oleh Denzin & Lincoln
(1994), penelitian kualitatif menggunakan setting alamiah untuk menafsirkan fenomena
yang terjadi dan menerapkan berbagai metode.

Penelitian kualitatif memiliki landasan pada filsafat post-positivisme karena bertujuan


untuk meneliti objek alamiah, di mana peneliti berperan sebagai instrumen utama,
pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan snowball, pengumpulan data
menggunakan teknik triangulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian menekankan pada makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2011: 299). Tujuan
utama penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena agar mudah dipahami dan
menghasilkan hipotesis baru sesuai dengan modelnya (Hennink, Hutter & Bailey, 2020;
Sarmanu, 2017).

Sebelum memulai tahapan penelitian, seorang peneliti memerlukan pemahaman yang


mendalam mengenai karakteristik penelitian kualitatif. Tujuannya adalah agar proses
penelitian dapat dilakukan dengan lancar dan efektif, serta mampu mengungkap informasi
kualitatif secara komprehensif dengan analisis yang mendalam, deskriptif, dan bermakna.
Penelitian kualitatif secara esensial mencoba mencerminkan realitas atau keadaan yang
sebenarnya, namun demikian, laporan yang dihasilkan haruslah memperhatikan aspek-
aspek interpretasi ilmiah agar menghasilkan hasil yang dapat dipertanggungjawabkan dan
bermutu. Menurut penjelasan dari Bogdan & Biklen (1982: 27-29) serta Frankel & Wallen
(1998: 379-401), karakteristik kualitatif penelitian kualitatif meliputi sejumlah aspek yang
penting. Pertama, penelitian kualitatif cenderung mengadopsi pendekatan naturalistik
dalam penyelidikan, yang menekankan pada pengamatan alami dan pemahaman
mendalam terhadap fenomena yang diteliti. Kedua, peran peneliti sebagai instrumen
utama dalam proses pengumpulan dan analisis data menjadi ciri khas tersendiri dalam
penelitian kualitatif, di mana peneliti secara aktif terlibat dalam mengumpulkan data serta
memberikan interpretasi terhadap temuan-temuan yang diperoleh. Ketiga, penelitian
kualitatif seringkali bersifat deskriptif, baik dalam pendekatan maupun pelaporan hasil,
yang memungkinkan untuk mengeksplorasi fenomena dengan mendalam dan
menyeluruh. Keempat, fokus utama dalam penelitian kualitatif lebih ditekankan pada
proses penelitian itu sendiri daripada pada hasil akhirnya, sehingga memungkinkan untuk
memahami konteks dan dinamika yang terlibat dalam fenomena yang diteliti. Kelima,
analisis data dalam penelitian kualitatif umumnya dilakukan secara induktif, di mana teori
dan temuan muncul dari data yang terkumpul, bukan dari hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya. Terakhir, penelitian kualitatif lebih menekankan pada penemuan makna yang
terkandung dalam data, sehingga memungkinkan untuk menggali pemahaman yang lebih
mendalam tentang kompleksitas fenomena yang diteliti. Dengan memahami karakteristik-
karakteristik ini, seorang peneliti dapat mengembangkan pendekatan yang tepat dan
relevan dalam menjalankan penelitian kualitatif serta memastikan bahwa hasilnya
memiliki keberhasilan yang optimal dan bermakna bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan pemecahan masalah di bidang yang diteliti.

Oleh karena itu, penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan hanya untuk
mendeskripsikan permukaan realitas seperti dalam penelitian kuantitatif dengan
pendekatan positivisme. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh
makna dari lingkungan sekitar dan bagaimana makna tersebut memengaruhi perilaku
mereka. Penelitian dilakukan dalam setting alami, bukan hasil dari perlakuan atau
manipulasi variabel yang terlibat.

Perumusan Masalah
Dalam penelitian kualitatif, peneliti memiliki tiga opsi yang mungkin terhadap "masalah"
yang dibawa dalam penelitiannya. Pertama, peneliti bisa tetap mempertahankan masalah
yang sama dari awal hingga akhir penelitian. Kedua, peneliti dapat mengembangkan atau
memperdalam masalah yang telah diidentifikasi setelah memulai penelitian, dengan
sedikit perubahan pada judul penelitian. Ketiga, peneliti mungkin harus mengganti
masalah tersebut sehingga judul proposal dan penelitian tidak lagi sama. Di beberapa
lembaga, mengubah judul penelitian bisa mengakibatkan kesulitan administrasi. Oleh
karena itu, lembaga yang mengelola penelitian kualitatif perlu bisa menyesuaikan diri
dengan karakteristik masalah kualitatif ini.

Peneliti kualitatif yang mampu mengubah atau mengganti masalah penelitiannya setelah
memulai atau menyelesaikan penelitian dianggap lebih baik karena mampu melepaskan
asumsi yang telah ada sebelumnya. Ini memungkinkan peneliti untuk melihat fenomena
secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan perubahan situasi sosial yang sedang
diteliti. Perbedaan antara masalah dan rumusan masalah harus dicatat. Masalah adalah
kesenjangan antara harapan dan realitas, sedangkan rumusan masalah adalah pertanyaan
penelitian yang ditentukan berdasarkan masalah yang perlu dijawab dengan
menggunakan data. Dalam proposal penelitian, idealnya masalah tersebut harus didukung
oleh data yang relevan. Misalnya, jika ada permasalahan tentang kualitas SDM yang
rendah, data kualitas SDM seperti Human Development Index bisa digunakan. Begitu pula,
masalah kemiskinan atau korupsi harus disertai dengan data yang menunjukkan jumlah
penduduk miskin atau kasus korupsi yang tercatat. Data tentang masalah dapat diperoleh
dari berbagai sumber, termasuk dokumentasi hasil penelitian sebelumnya, pengawasan,
evaluasi, pengamatan awal, dan pertanyaan kepada sumber yang dapat dipercaya.
Dalam konteks penelitian kualitatif, rumusan masalah masih belum tetap dan cenderung
berkembang setelah peneliti terlibat dalam situasi lapangan atau sosial tertentu.
Meskipun begitu, setiap peneliti, baik menggunakan metode kuantitatif maupun kualitatif,
tetap harus merumuskan masalah penelitiannya. Rumusan pertanyaan penelitian
kualitatif bertujuan untuk mengungkap fenomena yang kompleks dalam lingkup yang
lebih luas. Para peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif pada awalnya belum
memiliki pemahaman menyeluruh tentang berbagai aspek masalah yang akan mereka
teliti. Mereka akan mengembangkan fokus penelitian seiring dengan proses pengumpulan
data. Proses ini dikenal sebagai "desain emergen" (Lincoln & Guba dalam Sugiyono, 2013:
36).

Dalam penelitian kualitatif, pertanyaan penelitian tidak didasarkan pada definisi


operasional dari suatu variabel penelitian. Sebaliknya, pertanyaan penelitian kualitatif
dirumuskan untuk memahami fenomena yang kompleks dalam konteks yang lebih luas
dan berkaitan dengan berbagai aspek lainnya. Berdasarkan level of explanation pada suatu
gejala, umumnya terdapat tiga jenis rumusan masalah yang diterapkan, yaitu deskriptif,
komparatif, dan asosiatif. Rumusan masalah deskriptif mengarahkan peneliti untuk
menjelajahi atau merekam situasi sosial yang diteliti secara menyeluruh, luas, dan
mendalam. Rumusan masalah komparatif memandu peneliti untuk membandingkan satu
konteks sosial atau domain dengan yang lain. Sedangkan rumusan masalah asosiatif, atau
yang berhubungan, membimbing peneliti dalam membangun hubungan antara situasi
sosial atau domain yang satu dengan yang lainnya. Dalam kategori rumusan masalah
asosiatif, terdapat tiga jenis, yaitu hubungan simetris, kausal, dan reciprocal atau interaktif.
Hubungan kausal adalah jenis hubungan yang bersifat sebab akibat, sedangkan hubunga n
reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam konteks penelitian
kualitatif, hubungan yang umumnya diamati atau ditemukan adalah hubungan yang
bersifat reciprocal atau interaktif.

Kajian Teori Penelitian Kualitatif


Teori adalah kumpulan konsep, asumsi, definisi, konstruksi, dan proposisi yang disusun
secara sistematis untuk menjelaskan fenomena sosial dengan merumuskan interaksi
antara variabel. Dalam konsep tersebut, teori mencakup tiga hal. Pertama, teori terdiri dari
serangkaian proposisi yang menghubungkan konsep-konsep yang saling terkait. Kedua,
teori secara sistematis menjelaskan fenomena sosial dengan menetapkan relasi antara
konsep-konsep tersebut. Dan ketiga, teori memberikan penjelasan tentang fenomena
tertentu dengan menetapkan hubungan antara konsep yang berbeda serta cara hubungan
tersebut terbentuk.

Di dalam teori, kita akan menemukan banyak hal penting seperti ide-ide dasar, gagasan,
pendapat, dan prakiraan. Selain itu, ada juga bagian yang membahas tentang cara hidup
di masyarakat atau bahkan cara alam semesta berjalan. Ketika sebuah teori diuji, itu
berarti kita mencoba untuk melihat apakah apa yang dikatakan oleh teori itu benar atau
tidak dengan menggunakan contoh-contoh nyata. Ketika kita melakukan penelitian, sangat
penting untuk memahami teori-teori yang sudah ada. Hal tersebut seperti membangun
fondasi rumah sebelum mulai membangun bangunan utama. Kajian teori membantu kita
memahami dasar-dasar topik yang ingin kita pelajari. Kajian teori yang baik akan membuat
penelitian kita lebih kuat. Biasanya, di perguruan tinggi, kajian teori sangat penting,
hampir sama pentingnya dengan hasil penelitian itu sendiri.

Saat melakukan kajian teori, kita harus mencari satu teori yang tepat untuk topik yang
sedang kita teliti. Teori itu harus bisa membantu kita menjelaskan hal-hal yang kita
temukan. Selain itu, kajian teori juga harus bisa menjawab pertanyaan yang kita ajukan
dan memberi kita sedikit petunjuk tentang apa yang bisa kita harapkan dari penelitian kita.

Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat perbedaan antara teori dan kajian pustaka. Hal
tersebut juga menjadi perdebatan di kalangan mahasiswa. Kajian teori adalah serangkaian
konsep, definisi, dan perspektif yang tersusun dengan rapi, yang menjadi dasar dalam
melakukan penelitian. Sementara itu, tinjauan pustaka adalah hasil dari penelitian
sebelumnya yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti oleh peneliti. Tinjauan
pustaka ini akan menentukan kepentingan penelitian, apakah itu untuk menyempurnakan,
melengkapi, membandingkan, mengembangkan, atau menguji kembali penelitian
sebelumnya.

Tahapan Penelitian
Sebuah penelitian pada umumnya memerlukan perencanaan yang sistematis yang
menguraikan langkah-langkah yang harus diikuti, jangka waktu penelitian, sumber data
yang akan digunakan, teknik pengumpulan data, dan cara data tersebut akan dianalisis.
Tahapan-tahapan ini menjadi penting karena penelitian merupakan suatu metode studi
yang melibatkan penyelidikan yang cermat dan teliti terhadap suatu masalah, dengan
tujuan untuk menemukan solusi yang tepat terhadap masalah tersebut.

Terdapat beberapa tahapan penelitian dalam penelitian kualitatif. Tahapan pertama yaitu
identifikasi masalah. Tahap memerlukan peneliti untuk dengan jelas mengidentifikasi
masalah atau isu yang akan diteliti serta memahami urgensinya. Selanjutnya, tahap review
literatur yang memungkinkan peneliti untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
tentang konteks dan perkembangan terkini dalam bidang studi yang bersangkutan.
Dilanjutkan dengan penetapan tujuan penelitian yang spesifik dan jelas untuk
memberikan arah pada seluruh proses penelitian. Proses pengumpulan data menjadi
tahapan berikutnya yang melibatkan pengumpulan informasi yang relevan dan valid
melalui berbagai metode yang tersedia. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian
melakukan analisis data dengan tujuan menemukan pola, tema, atau hubungan yang
relevan dengan tujuan penelitian. Terakhir, peneliti menyusun laporan penelitian yang
mencakup hasil analisis data, interpretasi temuan, dan kesimpulan penelitian untuk
disampaikan kepada pembaca. Keseluruhan tahapan ini penting untuk memastikan bahwa
penelitian dilakukan secara valid, data yang dihasilkan akurat, dan menghasilkan
pemahaman yang mendalam tentang topik yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, strategi pengumpulan data dirancang untuk mendapatkan


pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang sedang diselidiki. Berikut adalah
beberapa strategi pengumpulan data yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif:
1. Wawancara
Ini melibatkan dialog langsung antara peneliti dan peserta penelitian. Wawancara
dapat memiliki struktur yang ketat, semi-terstruktur, atau tidak berstruktur, tergantung
pada panduan yang digunakan oleh peneliti.
2. Observasi
Peneliti mengamati perilaku, interaksi, atau peristiwa yang terjadi dalam lingkungan
yang relevan dengan penelitian. Observasi dapat dilakukan secara langsung, dengan
peneliti secara aktif hadir di lokasi, atau melalui pengamatan tidak langsung, seperti
melalui rekaman video atau audio.
3. Focus Group Discussion (FGD)
Ini melibatkan kelompok kecil peserta penelitian yang membahas topik tertentu di
bawah bimbingan seorang moderator. Diskusi kelompok fokus memungkinkan peneliti
untuk memahami sudut pandang dan pengalaman yang beragam tentang suatu
masalah.
4. Studi Kasus
Teknik ini melibatkan analisis mendalam terhadap satu kasus atau beberapa kasus
yang terkait dengan topik penelitian. Studi kasus memungkinkan peneliti untuk
memahami konteks dan kompleksitas fenomena secara menyeluruh.
5. Analisis Dokumen
Peneliti menganalisis dokumen atau bahan tertulis lainnya, seperti catatan, laporan,
surat, atau publikasi, yang relevan dengan topik penelitian. Ini membantu dalam
memahami konteks historis atau kebijakan terkait dengan fenomena yang sedang
diteliti.

B. Identitas Buku 2

Judul Buku : PENELITIAN KUALITATIF (Studi Fenomenologi Case


Study, Grounded Theory, Etnografi, Biografi)
Penulis : Abd Hadi, Asrori, & Rusman
Penerbit : CV Pena Persada

Penelitian Ilmiah
Pembahasan mengenai penelitian ilmiah didahului dengan mempertanyakan makna
‘kebenaran ilmiah’. Kebenaran adalah ketika kita mempercayai keputusan dan ide-ide kita
berdasarkan pengalaman nyata atau alam semesta apa adanya. Namun, kadang-kadang
kita tidak selalu bisa langsung membandingkan keputusan kita dengan situasi yang
sebenarnya. Oleh karena itu, kita bisa menguji keputusan kita dengan membandingkannya
dengan keputusan orang lain yang kita yakini benar, atau kita bisa mengevaluasi keputusan
itu berdasarkan manfaatnya dan hasil-hasil praktis yang dihasilkan.

Berdasarkan terminologis, kata research berasal dari dua kata, yaitu re dan search. Re
berarti kembali atau berulang-ulang, dan search berarti mencari, menjelajahi, atau
menemukan makna. Oleh karena itu, penelitian atau research dapat diartikan sebagai
mencari, menjelajahi, atau menemukan makna kembali secara berulang-ulang. Proses
penelitian melibatkan mendefinisikan ulang masalah, merumuskan hipotesis atau solusi
yang mungkin; mengumpulkan, mengatur, dan mengevaluasi data; membuat deduksi dan
menyimpulkan; dan akhirnya, dengan hati-hati menguji kesimpulan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan hipotesis yang telah dirumuskan.

Ketika melakukan penelitian, peneliti harus memiliki pola pemikiran yang kritis dan
analitis. Menurut Santrock, pemikiran kritis melibatkan refleksi dan produksi pikiran, serta
menilai bukti dengan teliti. Jensen mengatakan bahwa berpikir kritis adalah proses mental
yang efisien dan handal, digunakan untuk mencari pengetahuan yang relevan dan benar
tentang dunia. Cece Wijaya juga berbicara tentang kemampuan berpikir kritis, yang
mencakup analisis ide atau gagasan ke tingkat yang lebih terperinci, membedakannya
secara jelas, memilih, mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengembangkannya dengan
lebih baik. Sementara itu, berpikir analitis, menurut Rose, Colin, dan Malcom J. Nicholl,
adalah menempatkan situasi, masalah, subjek, atau keputusan di bawah pemeriksaan
yang ketat dan langkah-langkah logis. Ini mencakup kemampuan untuk memeriksa secara
cermat, merinci fakta-fakta, serta mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan masing-
masing.

Kemampuan berpikir kritis dan analitik sangat penting sebagai keahlian yang harus dimiliki
oleh setiap peneliti untuk menganalisis ide atau gagasan secara mendalam dan mengejar
pengetahuan yang relevan dengan menilai bukti yang ada. Menganalisis adalah proses di
mana materi dibagi menjadi bagian-bagian kecil dan hubungan antar bagian serta struktur
keseluruhan ditentukan. Proses menganalisis meliputi langkah-langkah kognitif seperti
membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Tujuan analisis adalah
mengidentifikasi informasi yang relevan dan penting (membedakan), menata informasi
tersebut dengan cara tertentu (mengorganisasikan), dan mengetahui tujuan di balik
informasi tersebut (mengatribusikan).

Proses penelitian dilakukan secara rasional, yang berarti kegiatan penelitian dilakukan
dengan metode yang masuk akal dan dapat dipahami oleh penalaran manusia. Secara
empiris, metode yang digunakan dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat melihat dan memahami langkah-langkah yang digunakan. Sistematis berarti proses
riset yang dilakukan oleh peneliti memiliki langkah-langkah yang terstruktur dan logis.

Jenis-Jenis Penelitian Kualitatif


1. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi adalah suatu metode dalam ilmu sosial dan humaniora yang
bertujuan untuk memahami secara mendalam pengalaman subjektif individu
terhadap suatu fenomena atau peristiwa. Fenomenologi menekankan pada
pemahaman langsung tentang makna yang terkandung dalam pengalaman manusia,
tanpa adanya penilaian atau interpretasi dari luar. Tujuan utama dari penelitian
fenomenologi adalah untuk memahami bagaimana individu mengartikan dan
memberi makna pada pengalaman mereka sendiri terhadap suatu fenomena atau
peristiwa. Penelitian ini mengakui bahwa setiap individu memiliki pengalaman yang
unik, dan penting untuk memahami perspektif mereka secara dalam.

Metode pengumpulan data dalam penelitian fenomenologi sering kali melibatkan


wawancara mendalam dengan responden yang memiliki pengalaman langsung terkait
fenomena yang diteliti. Wawancara ini dirancang untuk memahami secara mendalam
bagaimana responden memahami dan mengartikan pengalaman mereka.

Analisis data dalam penelitian fenomenologi dilakukan dengan pendekatan yang


berpusat pada fenomena. Peneliti berusaha untuk mengidentifikasi, mengkategorikan,
dan menganalisis tema atau pola yang muncul dari data wawancara untuk
menemukan makna umum yang terkandung dalam pengalaman individu. Penelitian
fenomenologi menekankan pada deskripsi mendalam tentang pengalaman subjektif.
Ini berarti bahwa peneliti berusaha untuk menggambarkan secara rinci dan jelas
bagaimana individu merasakan, memahami, dan memberi makna pada fenomena
yang diteliti. Konsep kunci dalam penelitian fenomenologi adalah reduksi
fenomenologis, yang mengacu pada proses menghilangkan asumsi, prasangka, atau
penilaian pribadi dari peneliti saat menganalisis data. Tujuannya adalah untuk
memahami pengalaman subjektif secara murni, sebagaimana yang dirasakan oleh
individu.

Meskipun bersifat deskriptif, penelitian fenomenologi kadang-kadang dapat mengarah


pada pengembangan teori baru atau pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena
yang diteliti. Pendekatan ini banyak digunakan dalam psikologi, sosiologi, antropologi,
dan ilmu pendidikan, memberikan kontribusi yang berharga dalam pemahaman
tentang bagaimana individu mengalami dan memberi makna pada dunia di sekitar
mereka.
2. Studi Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah rangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara mendalam dan
terinci tentang suatu program, peristiwa, atau kegiatan, baik di tingkat individu,
kelompok, lembaga, atau organisasi, dengan tujuan memperoleh pemahaman yang
mendalam tentang fenomena tersebut. Biasanya, kasus yang dipilih untuk diteliti
merupakan peristiwa yang sedang terjadi, bukan hal yang sudah berlalu.

Menurut Basuki, ada tiga jenis studi kasus: pertama, studi kasus intrinsik, di mana
kasus yang diteliti memiliki keunikan yang menarik untuk dipelajari atau minat
intrinsik; kedua, studi kasus instrumental, di mana kasus yang diteliti digunakan untuk
mengembangkan atau menyempurnakan teori yang ada atau menciptakan teori baru,
dengan minat eksternal; dan ketiga, studi kasus kolektif, di mana beberapa kasus atau
kelompok kasus diteliti untuk memperoleh gambaran umum karena setiap kasus
memiliki karakteristik yang berbeda.

Penelitian studi kasus merupakan metode penelitian yang mendalam, digunakan


untuk memahami fenomena dalam konteks nyata seperti kejadian, individu,
kelompok, atau organisasi. Tujuannya adalah untuk menyelami kasus secara
menyeluruh, termasuk konteks, karakteristik, dan dinamika yang terlibat. Dilakukan
dalam situasi nyata, penelitian ini memungkinkan penggunaan berbagai teknik
kualitatif seperti wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Analisis data dilakukan
secara terinci untuk mengidentifikasi pola, tema, dan hubungan yang muncul dari
kasus yang diteliti. Meskipun generalisasi dari temuan terbatas karena fokus pada
kasus tunggal atau beberapa kasus, penelitian ini penting dalam memahami
kompleksitas fenomena dalam berbagai disiplin ilmu seperti ilmu sosial, kesehatan,
dan pendidikan. Dengan menggali konteks dan menganalisis kasus secara mendalam,
penelitian studi kasus dapat memberikan kontribusi berharga terhadap pemahaman
teoritis dan praktis tentang berbagai fenomena.
3. Grounded Theory
Pendekatan grounded theory merupakan suatu metode penelitian kualitatif yang
mengikuti serangkaian prosedur tertentu untuk mengembangkan teori yang muncul
secara induktif dari data yang diperoleh, berkaitan dengan suatu fenomena tertentu.
Fokus utama dari pendekatan grounded theory adalah untuk memperluas
pemahaman tentang fenomena dengan mengidentifikasi elemen kunci yang terlibat,
serta mengelompokkan hubungan antara elemen-elemen tersebut dengan konteks
dan proses yang terlibat. Pendekatan ini bertujuan untuk bergerak dari hal yang umum
ke hal yang spesifik tanpa mengabaikan unsur-unsur yang membuat subjek studi
menjadi unik. Metode grounded theory sering dianggap sebagai pendekatan yang
memisahkan teori dan data, meskipun pendapat lain menyatakan bahwa metode
tersebut sebenarnya menggabungkan keduanya secara efektif.

Prosedur penelitian grounded theory yang disesuaikan dari Strauss & Corbin terdiri
dari beberapa langkah. Pertama, peneliti harus memastikan bahwa permasalahan
yang akan diteliti sesuai dengan penggunaan grounded theory. Metode ini cocok
digunakan ketika tidak ada teori yang dapat menjelaskan suatu proses atau
permasalahan, atau ketika teori yang ada tidak mencakup variabel yang penting bagi
peneliti. Kedua, menentukan partisipan dan merumuskan pertanyaan penelitian yang
terfokus pada pemahaman bagaimana partisipan mengalami suatu proses tertentu.
Peneliti juga perlu menyusun pertanyaan terkait inti dari fenomena, faktor yang
mempengaruhinya, strategi yang digunakan dalam menghadapinya, dan dampak yang
mungkin timbul dari fenomena tersebut. Selanjutnya, data penelitian dikumpulkan
melalui wawancara. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap: open coding, axial
coding, dan selective coding. Tahapan-tahapan ini membantu peneliti dalam
mengembangkan teori yang muncul dari data yang diperoleh.
4. Etnografi
Etnografi berasal dari gabungan kata Yunani "ethnos" yang berarti 'orang' dan
"graphein" yang berarti 'tulisan'. Istilah ini mengacu pada jenis tulisan yang dibuat
dengan menggunakan hasil penelitian lapangan untuk menggambarkan kebudayaan
manusia. Menurut Spradley, kebudayaan mencakup semua pengetahuan yang
dipelajari manusia dan digunakan untuk memahami pengalaman serta membentuk
perilaku, dan etnografi merupakan penelitian yang memperhatikan kebudayaan, baik
yang tampak jelas maupun yang tersirat. Model etnografi atau etnometodologi adalah
suatu pendekatan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan ciri-ciri
budaya yang dimiliki oleh individu atau kelompok yang menjadi bagian dari suatu
masyarakat. Menurut Michael Burawoy, etnografi adalah tentang memahami orang
dalam konteks ruang dan waktu mereka sendiri, dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Etnografi adalah jenis penelitian yang mengeksplorasi makna sosial melalui


pengamatan yang terperinci terhadap fenomena sosial dan budaya. Peneliti etnografi
sering memusatkan perhatian pada suatu komunitas, yang bisa mencakup kelompok
geografis atau kelompok sosial seperti pekerja, pengangguran, dan lainnya. Mereka
memilih informan yang memiliki pemahaman dan pandangan yang luas tentang
kehidupan masyarakat, dan informan ini membantu dalam mengidentifikasi orang lain
yang mewakili masyarakat tersebut. Proses pengumpulan data melibatkan wawancara
berulang dengan informan, di mana informasi dari wawancara sebelumnya digunakan
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang subjek yang sedang
diteliti. Dalam etnografi, pemahaman subjektif bahkan perspektif kolektif tentang
suatu masalah sering dianggap lebih bermakna daripada data yang objektif, seperti
perbedaan pendapat di antara individu.
5. Biografi
Biografi adalah catatan hidup seseorang yang disusun oleh orang lain, baik tokoh
tersebut masih hidup atau sudah meninggal. Di sisi lain, riwayat hidup yang ditulis
sendiri oleh tokoh tersebut disebut otobiografi. Otobiografi lebih berfokus pada
pengalaman nyata individu. Kuntowijoyo, dalam pengertiannya, menyebut otobiografi
sebagai refleksi autentik dari pengalaman seseorang. Sementara itu, memoar memiliki
kesamaan makna dengan otobiografi; perbedaannya terletak pada fokus memoar yang
ditulis oleh tokoh tersebut tentang satu peristiwa atau tonggak sejarah yang dianggap
penting. Syafii Maarif memberikan interpretasi yang mirip, bahwa otobiografi dan
memoar sama-sama merupakan narasi, riwayat, atau catatan pribadi yang ditulis oleh
individu yang bersangkutan.

Biasanya, biografi hanya dibuat untuk tokoh-tokoh yang dianggap berpengaruh dan
penting bagi masyarakat. Biografi bisa berupa artikel singkat dalam satu tulisan, namun
juga bisa berwujud buku tunggal atau serangkaian buku.

Populasi dan Sampel Penelitian Kualitatif


Dalam penelitian kualitatif, konsep sampel dan populasi memiliki makna yang serupa
dengan penelitian kuantitatif, namun dengan pendekatan yang berbeda. Populasi dalam
penelitian kualitatif mengacu pada kelompok individu, peristiwa, atau fenomena yang
menjadi fokus penelitian. Contohnya, jika penelitian berfokus pada pengalaman ibu yang
bekerja, populasi akan mencakup semua ibu yang bekerja di wilayah tertentu atau dalam
bidang pekerjaan tertentu.

Sampel adalah subset atau bagian dari populasi yang dipilih untuk dianalisis lebih
mendalam dalam penelitian. Dalam penelitian kualitatif, proses pemilihan sampel
seringkali didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang relevan dengan
tujuan penelitian dan karakteristik fenomena yang diteliti. Sampel dalam penelitian
kualitatif dipilih untuk memberikan wawasan yang kaya dan mendalam tentang fenomena
yang sedang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa jenis sampel yang digunakan untuk memilih
partisipan atau unit analisis yang akan menjadi fokus penelitian. Salah satu jenis sampel
yang umum digunakan adalah sampel bertujuan atau purposive sampling, di mana
partisipan dipilih berdasarkan karakteristik tertentu yang relevan dengan tujuan
penelitian. Selain itu, ada juga sampel jenuh atau saturation sampling, di mana
pengumpulan data dilakukan sampai tidak ada informasi baru yang muncul atau hingga
mencapai titik jenuh informasi. Sampel bola salju atau snowball sampling merupakan
metode di mana partisipan awal membantu peneliti untuk mengidentifikasi dan merekrut
partisipan berikutnya yang memiliki pengalaman atau karakteristik yang relevan.
Selanjutnya, sampel bertingkat atau stratified sampling digunakan untuk memilih
partisipan berdasarkan kategori atau strata tertentu, seperti usia, jenis kelamin, atau latar
belakang pendidikan. Setiap jenis sampel tersebut digunakan sesuai dengan kebutuhan
penelitian dan karakteristik fenomena yang sedang diteliti.

Meskipun sampel dalam penelitian kualitatif tidak seluas seperti dalam penelitian
kuantitatif, fokusnya lebih pada pengumpulan data yang kaya dan mendalam. Dalam
penelitian kualitatif, relevansi, representativitas, dan kekayaan informasi menjadi faktor
penting dalam pemilihan sampel, meskipun generalisasi tidak selalu menjadi tujuan
utama.

Pengumpulan Data & Analisis Data Penelitian Kualitatif


Pengumpulan data adalah tahap yang sangat penting dalam penelitian karena merupakan
sarana utama untuk mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, proses
pengumpulan data dilakukan di lingkungan alami (natural setting), menggunakan sumber
data primer, dan memanfaatkan berbagai teknik seperti observasi, wawancara, dan
dokumentasi secara lebih intensif.

Sementara itu, teknik analisis data melibatkan proses pengumpulan, pengorganisasian,


dan penafsiran data yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, serta dokumentasi.
Proses ini melibatkan pengelompokan data ke dalam kategori-kategori yang relevan,
menjabarkannya ke dalam unit-unit yang lebih kecil, melakukan sintesis, mengidentifikasi
pola-pola yang muncul, memprioritaskan informasi yang signifikan, dan menyimpulkan
temuan-temuan tersebut agar mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain.

Beberapa model analisis data yang umum digunakan dalam penelitian kualitatif antara
lain: Pertama, model Bogdan dan Biklen, yang melibatkan analisis data dan interpretasi
lapangan, analisis setelah pengumpulan data, serta pengembangan kategori-kategori
pengkodean. Kedua, model Miles dan Huberman, yang terdiri dari tiga kegiatan analisis,
yaitu reduksi data, model data atau tampilan data, dan penarikan atau verifikasi
kesimpulan. Ketiga, model Strauss dan Corbin (grounded theory), yang dilakukan melalui
pengkodean terbuka, pengkodean berporos, dan pengkodean selektif. Keempat, model
Spradley (etnografi), yang mencakup analisis domain, analisis taksonomi, analisis
komponensial, dan penemuan tema-tema budaya. Kelima, Model analisis isi dari Philipp
Mayring, yang melibatkan pengembangan kategori induktif dan aplikasi kategori deduktif.

Anda mungkin juga menyukai