NIM : 12001283
Semester/Kelas : 6/H
Mata Kuliah : Metode Penelitian Kuantitatif
Tugas : Resume 3 Artikel – Pradigma Penelitian Kuantitatif
JURNAL/ARKITEL I
Perbedaan penting dari kedua penelitian tersebut adalah pengumpulan datanya. Dalam
penelitian kuantitatif instrument yang digunakan telah ditentukan sebelumnya dan tertata
dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibelitas. Bisa dikatakan tidak
menerima data diluar instrument yang telah tertata. Sedangkan dalam kualitatif, penelitian
harus melibatkan diri peneliti untuk merasakan gejala yang terjadi melalui pengalaman
sekaligus mengikuti data yang ingin diteliti.
Penelitian kuantitatif memiliki kemampuan untuk menjadikan suatu penelitian menjadi
general atau umum, bahwa hasil dari penelitian kuantitatif cakupannya luas dan bisa
digeneralkan dengan penelitian yang sama. Sedangkan kualitatif tidak melakukan generalisasi,
karena yang diteliti adalah proses terjadinya gejala, tidak ada teori dan data yang dibakukan
sebelumnya.
ABSTRACT
Quantitative research is a research approach that represents the understanding of positivism,
while qualitative research is an approach that represents a familiar naturalistic research
(phenomenology). Research with quantitative and qualitative approach by some may not be
mixed, but knowledge is considered wrong by researchers who noticed that each research
approach has a weakness, and therefore deemed necessary to do a combination, for each
approach complement each other. The reason for the selection of both research approaches is
that both types of research are mutually reinforcing and complementing each other so that
research results will be achieved not only an objective, structured and measurable but it will be
achieved also in-depth research results and factual.
ABSTRAK
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme,
sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham
naturalistik (fenomenologis). Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif oleh
sebagian kalangan tidak boleh dicampuradukan, namun pemahaman ini dianggap keliru oleh
para peneliti yang melihat bahwa masing-masing pendekatan penelitian mempunyai
kelemahan, dan oleh karenanya dianggap perlu untuk melakukan kombinasi, agar masing-
masing pendekatan saling melengkapi. Alasan pemilihan kedua pendekatan penelitian tersebut
adalah bahwa kedua jenis penelitian tersebut saling memperkuat dan saling melengkapi
sehingga akan dicapai hasil penelitian yang tidak hanya obyektif, terstruktur dan terukur namun
akan dicapai juga hasil penelitian yang mendalam dan faktual.
127
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
PENDAHULUAN
P enelitian adalah sebuah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu secara
teliti, kritis dalam mencari fakta-fakta dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.
Keinginan untuk mengetahui sesuatu tersebut secara teliti, muncul karena adanya suatu
masalah yang membutuhkan jawaban yang benar. Berbagai alasan yang menjadi sebab
munculnya sebuah penelitian. Misalnya, mengapa lalu lintas di Ibukota Jakarta sering macet?,
mengapa disiplin karyawan/pegawai rendah?, mengapa prestasi siswa rendah?, mengapa
kualitas pelayanan rendah?, mengapa kepuasan masyarakat terhadap kinerja instansi
pemerintah rendah?. Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah yang dituangkan
dalam pertanyaan penelitian, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan
penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation).
Diantara berbagai alasan, mengapa kita membutuhkan jawaban yang benar dari
sejumlah permasalahan tersebut adalah karena (1) permasalahan tersebut dirasakan saat ini, dan
(2) dirasakan oleh banyak orang. Oleh karena itu, agar jawaban yang kita peroleh tersebut baik,
maka diperlukan proses berpikir yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Berpikir adalah menyusun kata-kata menjadi saling berhubungan satu sama lain.
Berpikir juga berarti menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena lainnya dalam pikiran.
Berpikir berarti menempatkan kesadaran kepada suatu objek sampai pikiran bergerak untuk
menyadari bagian-bagian lain dari objek yang disadari itu. Seperti seseorang yang sedang
berlatih mengemudikan mobil. Setelah memperhatikan tata cara mengemudikan mobil, ia dapat
menemukan bahwa terdapat fungsi dari masing-masing alat yang ada dimobil tersebut.
Kemudian ia melakukan suatu pencatatan dan dapat menghubungkan satu bagian dengan
bagian lainnya. Adanya bahasa lisan dan tulisan, menandai adanya aktifitas berpikir.
Ada berbagai macam cara seseorang berpikir. Diantaranya adalah berpikir analitik dan
berpikir sintetik. Berpikir analitik berarti menghubungkan satu objek dengan objek lainnya
yang merupakan kemestian bagi objek yang pertama. Seperti misalnya, “air” dengan “basah”.
Setiap air memiliki sifat basah . Contoh lainnya “api” dengan “panas”, dan “jatuh” dengan “ke
bawah”. Setiap api itu panas. Setiap benda atau sesuatu yang jatuh pasti ke bawah. Oleh karena
itu menghubungkan objek yang menjadi kemestian bagi objek lainnya disebut dengan berpikir
analitik. Sedangkan cara berpikir sintetik, berarti menghubungkan satu objek dengan objek
lainnya yang bukan merupakan kemestian bagi objek yang pertama. Semacam "rambut" dan
"basah". Sifat "basah" merupakan kemestian bagi "air" tapi bukan kemestian bagi "rambut".
Seseorang yang berkata, "rambutku basah", berarti dia telah berpikir dengan cara sintetik.
Cara berpikir lainnya adalah deduktif dan induktif. Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan
yang khusus dari yang umum.1 Dengan demikian deduksi adalah cara berpikir dimana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan2. Sedangkan induktif
adalah suatu upaya membangun teori berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan. Berpikir
1
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Tahun 2006, hal 273
2
Jujun.S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu. Sinar Harapan, Tahun 2005, hal 48-49
128
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
secara induktif merupakan suatu cara berpikir dengan mendasarkan pada pengalaman yang
berulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan fakta yang berserakan yang kemudian kita
cari kesesuaian diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing masing fakta memiliki
keterkaitan satu sama lain. Dengan demikian berpikir secara induktif merupakan suatu rekayasa
dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu
penalaran tunggal yang menggabungkan kasus-kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk
pemahaman yang umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti (generalisasi).
Metodologi penelitian yang baik akan menghasilkan paradigma yang baru dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil pemikiran paradigma selalu tidak mencukupi dan
terbuka untuk perubahan selanjutnya. Dengan kata lain hasil pemikiran melalui perubahan
paradigma akan selalu bersifat relative, hal ini bergantung pada data dan fakta yang diperoleh
dari dunia nyata yang kemudian dianalisis menurut kaidah-kaidah ilmiah.
Kaidah ilmiah yang dimaksud adalah dengan melakukan penelitian (research).
Penelitian atau research berasal dari kata “re” yang berarti kembali dan “search” yang berarti
mencari, apabila digabung menjadi research, maka artinya menjadi “mencari kembali”. Apa
yang dicari kembali ?. Yang dicari adalah sesuatu yang hilang. Hilang yang dimaksud adalah
sesuatu yang tidak ada dari sejumlah yang seharusnya ada. Jika yang seharusnya ada itu
berjumlah seratus, tetapi yang ada hanya delapan puluh, maka yang jadi pertanyaan, ke mana
yang dua puluhnya lagi. Inilah yang akan kita cari.
Mendengar kata penelitian, orang mulai mereka-reka tentang adanya hal yang “belum
ditemukan sehingga harus ditemukan”, “masih kurang jelas sehingga harus dijelaskan”, masih
menjadi “tanda tanya sehingga harus dijawab”, “masih kurang maksimal sehingga harus
dimaksimalkan”. Oleh karena itu diperlukan cara untuk mengungkapkan “ketidakjelasan”,
semua “tanda tanya”, dan semua yang masih “kurang maksimal”.
Konstruksi pemikiran ini sejalan dengan paham falsification, yaitu suatu paham atau
pemikiran, bahwa hasil pengamatan selalu bersifat fals. Artinya penemuan-penemuan ilmiah
selalu memiliki celah untuk diperbaharui, jika dikemudian hari ditemukan sesuatu yang baru.
Apakah itu bersifat menggugurkan konsep atau teori yang lama atau menguatkan, bahkan
mendapatkan konsep atau teori yang baru.
Terkait dengan fenomena upaya penemuan kebenaran ilmiah melalui proses riset
sebelumnya, tulisan ini telaahnya akan difokuskan pada persoalan penelitian kuantitatif dan
kualitatif serta upaya untuk menggabungkannya dalam proses riset. Dalam kaitan telaah
tersebut, maka dasar-dasar pemikiran dalam penggabungannya tadi, juga termasuk menjadi
bagian dari bahasan tulisan ini.
PEMBAHASAN
Filsafat Positivistik dan Filsafat Fenomenologik
Penganut filsafat positivistik berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan
besaran yang dapat diukur. Peneliti adalah pengamat yang objectif atas peristiwa yang terjadi di
dunia. Mereka percaya bahwa variabel yang mereka teliti, merupakan suatu yang telah ada di
dunia. Hubungan antara variabel yang mereka temukan, telah ada sebelumnya untuk dapat
129
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
diungkap. Pengetahuan merupakan pernyataan atas fakta atau keyakinan yang dapat diuji
secara empirik. Variabel dan pengetahuan tentang manusia, dapat dinyatakan dalam istilah
fisika seperti halnya dalam pengetahuan eksakta. Misalnya peran/pengaruh Kepemimpinan
Kepala Desa dapat dijabarkan meliputi variabel kemampuan membujuk, kemampuan
mengarahkan, dan kemampuan mengendalikan masyarakat desa.
Tradisi positivistik ini menggunakan landasan berpikir:”kalau sesuatu itu ada, maka
sesuatu itu mengandung besaran yang dapat diukur.” Banyak di antara kita menganggap bahwa
pernyataan itu masuk akal, sebab kalau kita tidak dapat mengukur dengan tepat, bagaimana kita
dapat mengetahui hubungan dengan variabel lain. Para positivis berpendapat bahwa penelitian
adalah pengamatan obyektif atas peristiwa yang ada di alam semesta, di mana peneliti tersebut
tidak mempunyai pengaruh atau dampak terhadap peristiwa tersebut.
Sedangkan filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorang
matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938). Menurutnya filsafat fenomenologik
berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan
pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena
pengalaman mengandung penampilan ke luar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada
ingatan, gambaran dan makna. Pendekatan fenomenologik/pascapostivistik berakar pada tradisi
dalam sosiologi dan antropologi yang bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa
adanya tanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha menggeneralisasi gejala tersebut
dalam gejala-gejala yang lain. Termasuk dalam penelitian ini adalah etnografi, studi kasus,
studi naturalistic, sejarah, biografi, teori membumi (grounded theory), dan studi deskriptif
(Creswell, 1994; Denzin dan Lincoln, 2003; Merriam, 1998).3
3
John W. Creswell, Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approachs, Second
edition, London: Sage Publications, 1994.
4
Alan Bryman (1988) dalam Julia Brannen, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research.
Brookfield, USA: Avebury, Aldershot Publisher, 1992, hal. 58
130
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang
kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah
pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman
bahasan yang tak terbatas.
Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai
instrumen. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan kualitatif peneliti
seyogianya memanfaatkan diri sebagai instrumen, karena instrumen nonmanusia sulit
digunakan secara luwes untuk menangkap berbagai realitas dan interaksi yang terjadi. Peneliti
harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi
inderawinya.5 Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh informan dan
lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa
tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan
informan.
Perbedaan penting kedua pendekatan berkaitan dengan pengumpulan data. Dalam
tradisi kuantitatif instrumen yang digunakan telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan
baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibilitas, masukan imajinatif dan
refleksitas. Instrumen yang biasa dipakai adalah angket (kuesioner). Dalam tradisi kualitatif,
peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural
sekaligus mengikuti data.
Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak
baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar
dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variabel-variabel lain
yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses
penentuan sampel, pengambilan data dan penentuan alat analisisnya.
Jadi yang menjadi masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan
untuk melakukan generalisasi hasil penelitian; seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasi pada populasi. Sedangkan penelitian kualitatif mencari data tidak untuk
melakukan generalisasi, karena penelitian kualitatif meneliti proses bukan meneliti permukaan
yang nampak.
5
Yvonna S. Lincoln & Egon G. Guba. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills : Sage Publications. 1985, hal.
52
131
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
132
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
penelitian ini tidak sampai mempersoalkan hubungan antar-variabel yang ada; tidak
dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel
antecedent/independent yang menyebabkan sesuatu gejala kenyataan sosial terjadi
(consequence/dependent). Karenanya, pada suatu penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan
tidak melakukan pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan dalam penelitian eksplanasi);
berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.
Dalam pengolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pengolahan statistik yang bersifat
deskriptif (statistic deskriptif).
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti:
”Bagaimanakah Gambaran Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun ?”, ”Bagaimanakah Gambaran
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Bidang Pertanian?”, ”Bagaimanakah Gambaran Pelaksanaan
Pelayanan KTP di Kantor Kelurahan?”, dan lain-lain permasalahan yang serupa. Pada
permasalahan yang dicontohkan tadi, hasil penelitiannya hanyalah berupa deskripsi mengenai
variable-variabel tertentu, dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata, atau kualifikasi
lainnya untuk masing-masing kategori di suatu variabel.
6
John W. Creswell, op. cit., hal. 174
133
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
kuantitatif saja tidak akan mempunyai makna, karena hanya menghasilkan angka-angka.
Begitupun sebaliknya jika penelitian itu hanya menggunakan pendekatan kualitatif saja, maka
hasilnya hanya berupa narasi atas fakta empirik yang kemungkinan datanya berupa kalimat bisa
direkayasa.
Kedua pendekatan tersebut memang dapat dibedakan karena latar belakang filsafatnya;
pendekatan kuantitatif digunakan bila seseorang memulainya dengan teori atau hipotesis dan
berusaha membuktikan kebenarannya, sedangkan pendekatan kualitatif bila seseorang berusaha
menafsirkan realitas dan berusaha membangun teori berdasarkan apa yang dialami.
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham
positivisme, sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang
mewakili paham naturalistik (fenomenologis). Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif oleh sebagian kalangan tidak boleh dicampuradukan, namun pemahaman ini dianggap
keliru oleh para peneliti yang melihat bahwa masing-masing pendekatan penelitian mempunyai
kelemahan, dan oleh karenanya dianggap perlu untuk melakukan kombinasi, agar masing-
masing pendekatan saling melengkapi.
Beberapa pertentangan itu, terungkap dari pemahaman peneliti bahwa kegiatan
penelitian harus dilakukan dengan survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian
yang benar jika menggunakan sebuah kuesioner dan datanya dianalisa dengan menggunakan
teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik
dengan metode penelitian kuantitatif.
Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian
yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu
dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan
pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu
digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara
lengkap dan menyeluruh.
Salah satu argumen yang dikedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah
keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode statistik. Metode
penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi dan dialog (wawancara
mendalam) di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik.
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen),
penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan
pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat
berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan
Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian
yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengukur gejala-gejala tertentu
dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan
pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu
digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara
134
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
lengkap dan menyeluruh7. Hal ini sejalan dengan pendapat Strauss dan Corbin (1990) bahwa
teknik analisis kuantitatif dapat dikombinasikan dengan teknik analisis kualitatif.8
Menurut Bryman9 terdapat empat model dalam menggabungkan penelitian dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yaitu :
1. Penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kuantitatif.
2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kualitatif
3. Kedua pendekatan diberikan bobot yang sama
4. Triangulasi
7
Mohammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Serta Praktek Kombinasinya Dalam
Penelitian Sosial. Jakarta : Nadi Pustaka, 2010, hal. 9
8
Strauss dan Corbin (1990) dalam NormanK. Denzin & Tvona S. Lincoln (Eds.) (1997) Handbook of
Qualitative Research. Terjemahan Dariyatno dkk. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hal. 350.
9
Alan Bryman (1988) dalam Julia Brannen, op. cit., hal. 81
135
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
penelitian kuantitatif, instrumen pengumpulan datanya dengan cara angket atau kuesioner.
Sedangkan desain penelitian kualitatif menggunakan instrumen pengumpulan datanya dengan
cara wawancara.
Cara seperti ini dapat dilakukan dengan aplikasi judul kasus sebagai berikut : “Kajian Peranan
Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia”. Setelah peneliti melakukan
identifikasi masalah, maka masalah yang muncul ialah sbb: 1) Faktor-faktor apa saja yang
mendorong keluarga untuk meningkatkan kualitas SDM?, b) Bagaimana peran keluarga dalam
meningkatkan kualitas SDM?.
Masalah pertama dapat diselesaikan dengan menggunakan survei, yaitu meminta responden
untuk menjawab kuesioner yang diajukan. Untuk menjawab formulasi masalah kedua, peneliti
harus menggunakan pendekatan kualitatif, metode wawancara.
Model IV : Triangulasi
Model keempat ini peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai
pendekatan pertama dalam penelitiannya, melakukan verifikasi hasil temuan penelitiannya
dengan hasil penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif atau sebaliknya. Dalam kasus
penelitian, misalnya seorang peneliti ingin mengetahui “seberapa besar pengaruh partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan masyarakat di Kabupaten X.” Peneliti kemudian melakukan
survei ke masyarakat yang telah dipilih sebagai responden. Dalam studinya peneliti
menemukan besarnya pengaruh ditentukan oleh dimensi-dimensi dari varaibel partisipasi
masyarakat. Kemudian peneliti tersebut melakukan pengecekan dengan cara mewawancari
beberapa tokoh masyarakat atau melakukan pengamatan. Model ini dapat sebaliknya. Yang
terpenting ialah masing-masing penelitian dilakukan oleh peneliti yang berbeda dengan sampel
dan latar yang berbeda pula.
PENUTUP
Penelitian dengan model ini, menggabungkan dua pendekatan, yaitu penelitian dengan
pendekatan kuantitaif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat korelasi ataupun pengaruh independent variable terhadap dependent variable. Adapun
pendekatan kualitatif dilakukan dengan observation partisipation untuk membuat deskripsi,
gambaran, lukisan atau makna secara sistematik, mendalam, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian dengan model seperti ini menggunakan
explanatory research dan descriptive research. Penelitian eksplanasi (explanatory research)
digunakan untuk menguji hubungan antar-variabel yang dihipotesiskan. Hipotesis itu sendiri
menggambarkan hubungan antara dua variabel; untuk mengetahui apakah independent variable
mempengaruhi dependent variable.
Format Eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap
populasinya atau menjelaskan hubungan atau pengaruh dari satu variabel terhadap variabel
yang lain. Oleh karena itu, dalam format eksplanasi peneliti menggunakan sampel dan hipotesis
penelitian. Penelitian eksplanasi memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan
sebab akibat dari dua atau lebih variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial
(induktif). Disamping itu penelitian eksplanasi juga dapat digunakan untuk mengembangkan
dan menyempurnakan teori bahkan sebaliknya melemahkan bahkan mengugurkan teori.
136
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
Daftar Pustaka
Brannen, Julia. 1992. Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Brookfield,
USA: Avebury, Aldershot Publisher.
Creswell, John W. 1994. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approachs, Second edition. London: Sage Publications.
Denzin, Norman K. & Tvona S. Lincoln (Eds.). Handbook of Qualitative Research.
Terjemahan oleh Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal. 350.
Lincoln, Yvonna S. & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage
Publications.
Mulyadi, Mohammad. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Serta Praktek Kombinasinya
Dalam Penelitian Sosial. Jakarta : Nadi Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suriasumantri, Jujun.S., 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta : Sinar Harapan.
137
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)
138
JURNAL/ARKITEL II
Di dalam KBBI metode diartikan sebagai “cara yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerta yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Dalam
dilihat bahwa metode ada cara yang sebelumnya sudah direncanakan kemudian digunakan
untuk melakukan kegiatan tertsentu. Maka metode penelitian adalah kegiatan yang sudah
operasional, yakni suatu cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti
untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan.
Oleh karena itu dalam metode penelitian harus dipaparkan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Untuk memastikan bahwa metode yang
akan dilakukan tersebut benar, maka diperlukan penguatan secara teoritis.
Secara umum bagian metode penelitian kuantitatif berisi beberapa hal yang harus ada, yaitu:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang memanfaatkan ilmu statistika
sebagai penguji keberhasilan penelitian. Dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa
jenis antara lain, penelitian tindakan, penelitian eksperiman, penelitian survey, dan
penelitian expost facto.
2. Populasi dan Sampel
KBBI versi online mendefinisikan populasi dan sampel adalah sebagai berikut,
populasi adalah seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah; jumlah orang atau
pribadi dengan ciri-ciri yang sama; jumlah penghuni mau itu manusia atau makhluk hidup
lainnya dalam satuan ruang tertentu. Adapun definisi sampel adalah sesuatu kelompok kecil
yang digunakan untuk menunjukkan sifat kelompok yang lebih besar; bagian kecil yang
mewakili seluruh kelompok.
3. Instrument Penelitian
Merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian, dalam
kuantitatif instrument yang digunakan dikembangkan dari jabaran variable penelitian yang
berasald ari teori-teori yang akan diuji melalui kegiatan penelitian. Sebelum instrument
penelitian dikembangkan untuk mengumpulkan data, diperlukan pengujian insturmen yaitu
uji validitas dan reliabilitas, pengujian ini merupakan prasayarat untuk menggunakan
instrumen penelitian sebelum terjun ke lapangan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah tahap dimana peneliti melakukan kegiatan untuk
menemui responden dan mengambil data dari mereka dengan cara meminta responden
mengisi angket (jika menggunakan angket), mengamati kegiatan responden, mencatat
angka-angka atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, atau aktivitas lain
yang relevan.
5. Analisis Data
Melakukan analisis data tidak lari dari yang namanya statistika, ini merupakan
program mutlak untuk peneliti yang melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif,
karena itu peneliti harus memperhatikan persyarakat penggunaan formula atau rumus-
rumus statistic dalam penelitiannya.
1
ABSTRAK
A. Pendahuluan
Dalam KBBI metode diartikan sebagai “cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan”. Definisi ini menunjukkan bahwa metode itu suatu aktivitas yang
sudah operasional, artinya metode sudah dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
kegiatan tertentu.
Dalam menyusun metode penelitian berarti bahwa pada bagian ini sudah harus
menggambarkan tentang cara-cara yang akan ditempuh atau digunakan oleh peneliti
untuk melaksanakan suatu kegiatan penelitian dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dirumuskan dalam rumusan masalah atau fokus penelitian. Artinya dengan
membaca proposal penelitian, pembaca mengetahui cara-cara yang terperinci akan
dilakukan oleh peneliti untuk menjawab rumusan penelitian. Sebab, proposal penelitian
ini tentunya akan dibaca oleh pembimbing, calon subyek penelitian, atau orang lain
yang berkepentingan dengan proposal penelitian. Untuk itu mereka perlu mendapatkan
2
gambaran yang jelas dan rinci tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh calon
peneliti.
Untuk itu calon peneliti harus dapat membedakan pengertian metodologi
penelitian dan metode penelitian. Secara umum metodologi penelitian ini masih bersifat
konseptual atau teoritis, sehingga ketika kita belajar metodologi penelitian kita banyak
berbicara tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan metode
penelitian; artinya kita masih banyak mengutip pendapat pakar dari berbagai literatur
yang ada. Sedangkan yang dikehendaki dalam bagian metode penelitian dalam proposal
penelitian, lebih-lebih dalam laporan penelitian adalah uraian tentang cara-cara yang
akan dilakukan peneliti dalam menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam subbab
rumusan masalah penelitian atau fokus penelitian. Untuk itu, pada bagian metode
penelitian harus diuraikan cara-cara tersebut secara operasional, namun tetap didukung
oleh teori yang ada. Artinya cara atau langkah yang ditempuh mendapat dukungan atau
pembenaran dari suatu teori atau pendapat pakar.
Berikut beberapa contoh dalam memaparkan bagian metode penelitian.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa subbab-subbab yang ada pada bagian metode
penelitian, memiliki urutan yang mungkin berbeda antara perguruan
tinggi/instansi/lembaga yang satu dengan perguruan tinggi/instansi/lembaga yang lain.
Demikian juga subbab yang harus dikemukakan dalam kerangka penelitian kualitatif
juga berbeda dengan kerangka penelitian kuantitatif. Untuk itu, calon peneliti
hendaknya mampu untuk memilah dan memilihnya sendiri.
Secara umum bagian metode penelitian kuantitatif berisi subbab: (1)
pendekatan dan jenis penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4)
teknik pengumpulan data, dan (5) analisis data, sedangkan untuk metode penelitian
kualitatif berisi subbab: (1) pendekatan dan jenis penelitian, (2) kehadiran peneliti, (3)
lokasi penelitian, (4) sumber data, (5) teknik pengumpulan data, (6) analisis data, dan
(7) pengecekan keabsahan temuan.
Sebelum memulai menulis bagian ini hal penting yang harus diketahui adalah
bagaimana bentuk pertanyaan yang dirumuskan dalam bagian rumusan masalah
penelitian atau fokus penelitian?; kadang-kadang juga ada rumusan masalah dinyatakan
dalam kalimat pernyataan. Dari pertanyaan-pertanyaan ini dapat diketahui apakah
pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif atau
3
dan menilai hubungan statistik (yaitu korelasi) antara mereka dengan sedikit atau
tidak ada usaha untuk mengendalikan variabel asing.
2. Populasi dan Sampel
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam
jaringan) mendefinisikan populasi dan sampel sebagai berikut,
populasi/po·pu·la·si/ n “1 seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu
daerah; 2 jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; 3 jumlah
penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu satuan ruang
tertentu; 4 sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan
sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Adapun definisi sampel/sam·pel/ n Stat adalah 1 sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar; 2 bagian
kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar; percontoh”.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, populasi dapat diartikan sebagai
jumlah semua orang atau non orang yang memiliki ciri-ciri yang sama dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian dan dapat
dijadikan sebagai sumber pengambilan sampel. Sebagai contoh kita menyebutkan
mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester Ganjil tahun akademik
2017/2018, maka populasinya adalah jumlah seluruh mahasiswa program diploma,
sarjana, magister dan doktor yang melaksanakan registrasi pada semester dan tahun
akademik yang bersangkutan; sedangkan mahasiswa yang tidak melakukan
registrasi atau cuti tidak dihitung sebagai anggota populasi. Jadi kegiatan registrasi
merupakan contoh pemenuhan syarat-syarat disebut sebagai mahasiswa.
Bagaimana dengan sampel?. Dalam kegiatan penelitian sampel dapat diartikan
sebagai jumlah sebagian dari populasi yang kedudukannya mewakili populasi dan
dijadikan sebagai sumber pengumpulan data penelitian. Sebagai contoh, jika
peneliti menjadikan mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester
Ganjil tahun akademik 2017/2018 sebagai populasi, maka sampelnya adalah
sebagian para mahasiswa yang telah melakukan registrasi pada semester dan tahun
akademik yang bersangkutan. Ukuran tentang banyaknya sampel yang dibutuhkan,
dari program studi apa saja mereka harus diambil, berapa besaran jumlah sampel
6
b. Sampel Penelitian
Berkaitan dengan sampel penelitian Sudjana (1988:72) menyatakan
bahwa “tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Sebab
keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati
populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya … minimal 30
subyek. Ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lazim
8
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data
penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, umumnya alat pengumpul data/instrumen
penelitian yang digunakan oleh peneliti dikembangkan dari jabaran variabel
penelitian yang dikembangkan dari teori-teori yang akan diuji melalui kegiatan
penelitian yang dikerjakan. Untuk itu sebelum instrumen penelitian yang
dikembangkan digunakan untuk mengumpulkan data pada obyek atau responden
yang sesungguhnya, hendaknya instrumen tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya.
Pemahaman peneliti atas validitas dan reliabilitas instrumen merupakan prasyarat
mutlak bagi peneliti kuantitatif.
Berkaitan dengan instrumen penelitian kuantitatif terdapat tiga kemungkinan
instrumen penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti, yakni (1) peneliti
menggunakan instrumen penelitian yang sudah baku, yakni instrumen yang telah
dikembangkan dan digunakan oleh lembaga atau peneliti sebelumnya, dimana
instrumen tersebut sudah teruji/ memenuhi persyaratan uji validitas dan
reliabilitasnya; (2) peneliti memodifikasi instrumen penelitian yang sudah ada
sebelumnya; dan (3) peneliti mengembangkan sendiri instrumen yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Untuk penggunaan instrument
penelitian yang pertama, uji validitas dan reliabilitas tidak perlu dilakukan,
sedangkan untuk penggunaan instrumen penelitian yang kedua dan ketiga perlu
dilakukan uji coba instrument penelitian untuk menentukan kelayakan instrumen
ditinjau dari uji validitas dan reliabilitasnya.
Untuk itu, pada subbab instrumen penelitian ini hal yang harus dikemukakan
adalah alasan pemilihan instrumen yang digunakan (hal ini sangat berkaitan dengan
bagian jabaran variabel penelitian yang tertuang dalam subbab ruang lingkup
penelitian di bab pendahuluan). Bagaimana proses mengembangkan instrumennya
(termasuk di dalamnya adalah bagaimana mengembangkan butir-butir pernyataan
atau pertanyaan, dan bagaimana teknik penskorannya). Proses yang dituangkan
11
dalam bagian ini seperti ketika pendidik mengembangkan instrumen penilaian hasil
belajar siswa.
Contoh pemaparannya adalah sebagaimana yang ditulis Wahidmurni (2003:85)
dalam disertasinya sebagai berikut,
Dalam penelitian ini alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan
adalah non tes, yakni berupa angket atau kuesioner. Butir-butir
pertanyaan atau pernyataan dalam angket dikembangkan berdasar atas
teori manajemen yang relevan dengan masing-masing variabel
penelitian. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket diukur dengan
menggunakan skala Likert, yaitu “suatu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial” Sugiyono (1992:67). Jawaban dari setiap
item instrumen tersebut memiliki gradasi dari sangat positif sampai
dengan sangat negatif, yang berupa kata-kata seperti: selalu, sering,
kadang-kadang, jarang, tidak pernah; sangat memuaskan, memuaskan,
cukup memuaskan, tidak memuaskan, sangat tidak memuaskan.
Dengan demikian, dalam pengukuran variabel penelitian, responden
diminta untuk menyatakan persepsinya dengan memilih salah satu
dari alternatif jawaban dalam skala satu sampai dengan lima.
Adapun pengembangan instrumen untuk masing-masing variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
...
Kuesioner untuk mendiagnosis tingkat itensitas perencanaan
operasional dirancang untuk mengungkap tingkat itensitas
perencanaan operasional yang telah dilaksanakan oleh manajer
perusahaan. Terdapat lima sub variabel yang diukur dalam
perencanaan operasional, yakni (1) perencanaan sumberdaya manusia,
(2) perencanaan persediaan, (3) perencanaan anggaran, (4)
perencanaan penjualan, dan (5) perencanaan pasar.
Terdapat dua puluh tiga buah pernyataan yang digunakan untuk
mengungkap tingkat itensitas perencanaan operasional ini. Semua
pernyataan dirumuskan dalam kalimat positif. Adapun alternatif
jawaban yang diberikan untuk menanggapi pernyataan yang ada
meliputi: (1) tidak pernah yang berarti bahwa aktivitas yang
diungkapkan dalam pernyataan tidak pernah dilakukan, terhadap
alternatif jawaban ini skor yang diberikan adalah satu; (2) jarang
yang berarti bahwa aktivitas yang diungkapkan dalam pernyataan
jarang dilakukan, terhadap alternatif jawaban ini skor yang diberikan
adalah dua; (3) kadang-kadang yang berarti bahwa aktivitas yang
diungkapkan dalam pernyataan kadang-kadang dilakukan dan kadang-
kadang tidak dilakukan, terhadap alternatif jawaban ini skor yang
diberikan adalah tiga; (4) sering yang berarti bahwa aktivitas yang
diungkapkan dalam pernyataan sering dilakukan, terhadap alternatif
jawaban ini skor yang diberikan adalah empat; dan (5) selalu yang
berarti bahwa aktivitas yang diungkapkan dalam pernyataan selalu
dilakukan, terhadap alternatif jawaban ini skor yang diberikan adalah
12
lima. Karena dalam instrumen ini terdapat dua puluh tiga buah
pernyataan, maka skor total terendah adalah 23 (yakni hasil perkalian
antara skor 1 dengan banyaknya jumlah pernyataan 23 buah); dan
skor total tertinggi adalah 115 (merupakan hasil perkalian antara skor
5 dengan banyaknya jumlah pernyataan 23 buah).
Secara visual rentang alternatif jawaban berikut skornya dapat
digambarkan sebagai berikut:
….
Contoh di atas adalah sebagian contoh dari proses penelitian yang sudah selesai
artinya diambil dari laporan penelitian yang sudah jadi. Boleh jadi apa yang tertuang
di atas adalah hasil modifikasi dari rumusan sebelumnya yang tertuang dalam
proposal penelitian. Hal ini penting untuk diketahui, bahwa apa yang tertuang dalam
proposal penelitian dapat berkembang atau bahkan berubah (umumnya terjadi pada
penelitian dengan pendekatan kualitatif) seiring dengan proses pengumpulan data di
lapangan.
Dalam penelitian kuantitatif, hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian dapat memungkinkan adanya perubahan jumlah butir
13
peryataan/pertanyaan yang diuji. Hal ini dapat terjadi, jika ada butir-butir
pernyataan/pertanyaan yang diuji hasilnya tidak valid. Butir pernyataan/pertanyaan
yang terbukti tidak valid ini kemungkinannya adalah (1) membuat butir
pernyataan/pertanyaan pengganti untuk diuji coba lagi, atau (2) menghapus butir
pernyataan/pertanyaan tersebut dengan alasan masih ada butir
pernyataan/pertanyaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan indikator
variabel penelitian yang mewakilinya (misalnya satu indikator dikembangkan
menjadi beberapa butir pernyataan/pertanyaan). Untuk itu, hasil pengujiannya
harus dilaporkan pada subbab ini (instrumen penelitian), bukan pada bab hasil
penelitian (bab IV); sebab uji validitas dan realibilitas dilakukan pada subyek uji
coba (bukan pada responden yang sesungguhnya), sehingga dilakukan sebelum
pengumpulan data penelitian dilakukan.
4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan penelitian dimana peneliti melakukan
kegiatan untuk menemui responden penelitian dan meminta mereka untuk mengisi
angket penelitian (jika menggunakan angket sebagai instrumen penelitian);
mengamati kegiatan (jika menggunakan pedoman pengamatan semacam daftar cek);
mencatat angka-angka atau kata-kata yang berkaitan dengan topik penelitian (jika
menggunakan pedoman dokumentasi); atau aktivitas lainnya yang relevan. Untuk itu
pada subbab ini yang perlu dikemukakan adalah bagaimana cara yang akan
dilakukan peneliti untuk mendapatkan data penelitian dan kapan kegiatan
pengumpulan data dilakukan.
Oleh karena pada pengumpulan data penelitian dalam pendekatan kuantitatif
berbeda dengan dalam pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument) penelitian
artinya peneliti wajib hadir di kancah penelitian bertemu langsung dengan para
informan penelitian, sedangkan dalam penelitian kuantitatif peneliti tidak wajib hadir
dan bertemu langsung dengan responden penelitian (peneliti dapat
menggunakan/memanfaatkan orang lain untuk mengumpulkan data); untuk itu pada
bagian ini juga perlu dikemukakan pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan
pengumpulan data penelitian, jika itu dilakukan.
14
5. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan program statistik merupakan suatu
yang mutlak diperlukan. Untuk itu pemahaman tentang persyaratan penggunaan
formula atau rumus-rumus statistik itu harus diperhatikan. Hal ini penting, sebab
setiap formula/rumus dalam statistik memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu,
misalnya persyaratan tentang skala data. Sebagai contoh, peneliti memiliki data
penelitian yang kesemuanya datanya berskala interval dan rasio, maka peneliti dapat
menggunakan formula atau rumus Product Moment dan Regresi untuk menguji
keterkaitan variabel satu dengan variabel lainnya, sebab kedua rumus ini dapat
digunakan jika data penelitian minimal berskala interval. Persyaratan lain misalnya
tentang perlunya lolos dalam uji asumsi klasik, jika peneliti hendak menggunakan
statistik parametrik, jika tidak lolos dalam uji asumsi klasik maka peneliti harus
menggunakan formula/rumus yang termasuk dalam statistik non parametrik.
15
Secara umum pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan,
yakni apakah menggunakan metode statistik deskriptif ataukah statistik inferensial.
Jika menggunakan statistik inferensial, sebutkan statistik parametrik atau statistik
nonparametrik yang digunakan, serta kemukakan alasan penggunaan metode statistik
tersebut.
Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan
karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan
dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik
parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan
penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Catatan, apabila teknik analisis data yang digunakan sudah dikenal luas oleh
kalangan pembaca, maka pembahasannya tidak perlu panjang lebar. Demikian
sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan kurang populer, maka uraian
tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini
digunakan komputer perlu disebutkan nama programnya, misalnya SPSS for
Windows.
Berikut adalah contoh mengemukakan teknik analisis data dalam sebuah laporan
penelitian disertasi oleh Wahidmurni (2003),
Terdapat dua jenis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni
(1) analisis deskriptif, dan (2) analisis inferensial. Analisis deskriptif
dilakukan dengan cara mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian
berdasar data yang diperoleh; sedang analisis inferensial dilakukan dengan
cara mengkuantifikasikan data yang diperoleh sebagaimana yang telah
diuraikan dalam bagian instrumen penelitian, yang selanjutnya dianalisis
dengan SEM. Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan
skala interval, sebab dalam “model analisis jalur ini cocok untuk variabel-
variabel yang datanya berskala interval” (Hasan, 1992:1).
Secara keseluruhan, aplikasi SEM sebagaimana yang ditulis oleh Solimun
(2002:71) dan Ferdinand (2002:iv) keduanya disunting dari Hair,
Anderson, Tatham dan Black adalah sebagai berikut: (1) pengembangan
model berbasis konsep dan teori, (2) mengkontruksi atau pengembangan
diagram alur (path diagram), (3) konversi diagram path ke dalam
persamaan, (4) memilih matriks input dan tehnik estimasi model, (5)
analisis kemungkinan munculnya masalah identifikasi, (6) evaluasi kriteria
goodness of-fit, yang meliputi (a) asumsi-asumsi SEM, (b) uji kesesuaian
dan uji statistik, (c) uji reliabilitas, dan (7) interpretasi dan modifikasi
model. …
16
C. Penutup
1. Harus dibedakan antara istilah metodologi penelitian dan metode penelitian. Istilah
metodologi penelitian berarti ilmu yang mempelajari cara-cara (metode) yang dapat
dijadikan sebagai cara menjawab masalah penelitian, artinya perbincangan dalam
metodologi penelitian masih bersifat konseptual atau tataran teoritis, sedangkan
istilah metode penelitian sudah mengacu pada aktivitas yang sudah operasional,
yakni suatu cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan oleh calon peneliti
untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan. Jadi dalam bagian metode
penelitian harus dipaparkan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan calon peneliti
untuk menjawab masalah penelitian. Untuk memastikan bahwa cara atau aktivitas
yang akan dilakukan tersebut adalah benar, maka perlu dikuatkan dengan dukungan
secara teoritis, sebagaimana yang telah dikaji dalam metodologi penelitian.
2. Secara umum bagian metode penelitian kuantitatif berisi subbab: (1) pendekatan
dan jenis penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) teknik
pengumpulan data, dan (5) analisis data. Namun demikian, boleh jadi pada
pedoman penulisan karya ilmiah yang digunakan oleh masing-masing instansi
berbeda, untuk itu calon peneliti harus berpedoman pada pedoman penulisan
dimana mereka bernaung. Namun demikian, secara umum isi yang harus
dijabarkan adalah sama, intinya adalah calon peneliti harus memastikan bahwa dari
masing-masing subbab tersebut sudah benar-benar telah diuraikan secara
operasional atau terinci dan telah mendapat dukungan dari teori.
DAFTAR RUJUKAN
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan).
Price, P. C. 2012. Psychology Research Methods: Core Skills and Concepts (v. 1.0).
https://2012books.lardbucket.org/pdfs/psychology-research-methods-core-skills-
and-concepts.pdf, diakses tanggal 8 Juni 2017.
Paradigma Penelitian
Sebuah penelitian dalam metode apapun yang digunakan untuk melakukannya
setidaknya memenuhi unsur pengamatan, pengujian, dan penjelasan. Karena semuanya
diarahkan pada satu titik yakni mengungkapkan kebenaran. Metode penelitian bervariasi,
semua penelitian tergantung peneliti dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan
metode penelitian. Dalam KBBI metode artinya sebagai sebuah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan penelitian menurut KBBI juga adalah sebagai peneriksaan yang teliti; penyelidikan;
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk memecahkan masalah atau melakukan pengujian pada hipotesis.
Maka metode penelitian dapat disimpulkan sebagai rangkaian langkah-langkah kerja
ilmiah yang dilakukan sistematis, terarah dan objektif di dalam rangka memecahkan masalah.
Rangkaian dimulai dari saat rancangan penelitian disusun hingga pada implikasi hasil
penelitian.
Pendekatan Analisis
Penelitian agama sebagai bagian dari social science adalah penelitian yang mengangkat makna,
interpretasi dan fenomena. Terdapat 4 jenis pendekatan analisis yakni pendekatan teori kritik
(Critical Theory), pendekatan interpretatif (Interpretative Design), pendekatan naratif
(Narrative Design), dan pendekatan fenomenologi (Phenomenology Design).
1. Pendekatan Teori Kritik (Critical Theory)
Pendekatan yang dilakukan dengan menilai objek atau realitas secara kritis, hal ini
menekankan pada pengamatan sehingga penelitian sangat bergantung pada sudut pandang
penelitia sebagai pengamat utama dalam penelitian.
2. Pendekatan Interpretatif (Interpretative Design)
Pendekatan Interpretatif tidak menerima penafsiran mutlak karena sebuah pengamatan di
dalam penelitian dapat menghasilkan makna yang berbeda tergantung pendekatan yang
digunakan.
3. Pendekatan Naratif (Narrative Design)
Narasi menekankan pada aspek sejarah, peristiwa-peristiwa yang menyertainya, setting
sosial dan orang-orang yang terlibat. Di dalam penelitian keagamaan, pendekatan narasi
memiliki berbagai macam bentuk sebagaimana berikut ini, yakni biografi, dokumen
kehidupan, kesaksian, life writing, life histories, oral histories, popular memories, dan
sebagainya.
4. Pendekatan Fenomenologi (Phenomenology Design)
Seperti namanya, penelitian ini memilih gejala atau fenomena yang terjadi sebagai titik
tumpu penelitian, sehingga pengalaman manusia menjadi acuan dalam pengamatan.
Agama membawa penganutnya ke dalam pengalaman-pengalaman spiritual, fenoman dari
pengalaman-pengalaman tersebut yang menjadi focus penelitian pendekatan fenomenologi.
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2020: 28-38 2548-7868 (Cetak)
ABSTRACT: Research does not start from the method but must depart from the root of the problem.
Formulating precisely the paradigm and background of the research will help researchers design the
research design and determine the method to use. In this case, quantitative, qualitative or a mixture of
both can use. Through this paper, it explains that religious research and various topics within it are open
with various approaches because of their nature as science. This paper builds research insights ranging
from understanding the research itself, determining and formulating research problems to choosing the
right approach by introducing various methods. Through this paper, it expected that there would be no
difficulty in colliding the paradigm in conducting religious research with a qualitative, quantitative or
both approaches.
ABSTRAK: Penelitian tidak dimulai dari metode tetapi harus berangkat dari akar permasalahan. Meru-
muskan secara tepat paradigma dan latar belakang penelitian akan membantu peneliti merancang desain
penelitian dan menentukan metode yang akan digunakan. Dalam hal ini, dapat digunakan pendekatan
kuantitatif, kualitatif atau campuran keduanya. Melalui tulisan ini dipaparkan bahwa penelitian agama
dan berbagai topik di dalamnya terbuka dengan berbagai pendekatan karena sifatnya sebagai ilmu pe-
ngetahuan. Paper ini membangun wawasan penelitian mulai dari pemahaman tentang penelitian itu sen-
diri, penentuan dan perumusan masalah penelitian hingga memilih pendekatan yang tepat melalui per-
kenalan terhadap berbagai metode. Melalui paper ini diharapkan tidak terdapat kesulitan benturan para-
digma di dalam menjalankan penelitian agama dengan pendekatan kualitatif, kuantitatif atau keduanya.
Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 29
penelitian, misalnya metode penelitian kuantitatif Penelitian berangkat dari sebuah masalah
atau kualitatif, metode penelitian deskriptif, studi ka- yang ingin diketahui bagaimana terjadinya dan solu-
sus dan eksploratif (Saebani, 2015, p. 182). Ditam- si apa yang dapat menyelesaikannya. Masalah juga
bahkannya, sebuah penelitian merupakan aktifitas dapat memberikan gambaran tentang situasi atau
yang bertujuan menyelidiki seluk-beluk sesuatu fakta empiris dari sebuah fenomena, dimana akhir-
yang menjadi masalah sehingga diperoleh kesimpu- nya ditarik sebuah kesimpulan tentang fakta tersebut
lan-kesimpulan tertentu. Untuk itu diperlukan meto- menjadi sebuah kebenaran ilmiah.
de-metode tertentu dalam melakukan penelitian. Ini- Masalah penelitian dapat didekati dari dua
lah yang disebutnya sebagai metode penelitian. Se- sisi. Pendekatan pertama adalah secara deduktif se-
dangkan, ilmu tentang metode penelitian adalah me- dangkan pendekatan kedua adalah secara induktif
todologi penelitian (Saebani, 2015). Dengan kata la- (Heit & Rotello, 2010; Lawson, 2005). Dalam cara
in, metode penelitian adalah metode yang dipakai deduktif, konsep dan teori digunakan sebagai pang-
untuk menjalankan penelitian itu sendiri sedangkan kal penelitian yang menjelaskan gejala atau fenome-
metodologi penelitian adalah cakupan keilmuan ten- na yang ada. Dari sana penelitian dilakukan untuk
tang metode penelitian (Mackenzie & Knipe, 2006). menguji apakah fenomena yang dijelaskan melalui
teori tersebut sudah tepat adanya atau menghasilkan
Menentukan Masalah Riset temuan baru yang sifatnya implikatif. Alur berpikir
Sebuah penelitian dimulai dari masalah induktif adalah kebalikan dari cara berpikir deduktif.
(Walliman, 2011). Pada umumnya, sumber masalah Induktif bertitik tolak dari ‘pengamatan empirik’ un-
dapat dibagi dalam dua kategori yakni pengalaman tuk kemudian melalui proses pengukuran dan pengu-
empiris dan deduksi teoritis. Masalah yang muncul jian dan akhirnya melahirkan sebuah kesimpulan
dari pengalaman empiris difokuskan untuk menemu- atau teori atau sesuatu yang baru. Pilihan untuk me-
kan jawaban dari realitas-realitas yang membutuh- milih metode berpikir berada di tangan peneliti. Ha-
kan jawaban, untuk menjawab pertanyaan-pertanya- rus disadari bahwa setiap metode berpikir mengan-
an dari fenomena yang berlangsung di lapangan. Se- dung implikasi dan cara kerja yang berbeda satu de-
mentara itu, masalah yang bersumber dari deduksi ngan yang lain. Kebanyakan metode induktif meng-
teoritis berbasis pada teori-teori yang sudah ada gunakan pendekatan kualitatif sedangkan metode de-
sebelumnya untuk kemudian diteliti aplikasinya se- duktif menggunakan pendekatan kuantitatif.
cara empiris, diuji dan disimpulkan apakah teori ter- Sebuah penelitian yang baik, haruslah be-
sebut tetap (tidak berubah) atau perlu dikoreksi. Ha- rangkat dari masalah. Itu sebabnya di dalam setiap
silnya dapat menguatkan atau melahirkan paradigma penelitian, selalu dimulai dari latar belakang masa-
teori yang baru. lah penelitian. Masalah muncul akibat terjadi perbe-
Masalah dan penyelesaian masalah adalah daan antara fakta empiris (lapangan atau kenyataan)
fondasi dari sebuah penelitian. Untuk mengkaji hal dengan kebenaran teoritis atau harapan. Bisa berasal
tersebut, peneliti dapat menempuhnya dengan berba- dari pengamatan atau justifikasi sepihak berdasarkan
gai pendekatan yang berbeda sesuai kebutuhan. Un- pengamatan atau pengalaman pribadi. Maka di da-
tuk itulah, peneliti dituntut memilih metode peneli- lam sebuah penelitian, sebuah masalah yang hadir
tian yang tepat, khususnya yang berkaitan dengan untuk diteliti menuntut untuk dipaparkan, dianalisis
usaha mencari jawaban dari masalah yang ada. Cres- dan dipecahkan melalui langkah-langkah yang dapat
well memberikan argumentasi bahwa masalah-masa- dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, tidak se-
lah tertentu ikut memberi andil dalam menentukan mua masalah menjadi topik penelitian. Peneliti di-
jenis penelitian yang digunakan peneliti (Creswell, tuntut untuk menyaring dan melakukan seleksi ter-
2010, p. 29). hadap semua identifikasi masalah menyangkut topik
Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 31
sebuah latar belakang masalah, dapat dilengkapi bu- ngan memakai kedua metode bersama-sama dalam
kan hanya semata-mata dari pendekatan teoretis te- fungsi masing-masing dalam sebuah mixedmethodo-
tapi juga berasal dari kajian penelitian orang lain logy. Buku-buku mengenai perpaduan kedua pende-
atau sumber-sumber ilmiah lainnya yang dapat di- katan ini sudah mulai muncul.
pertanggung-jawabkan kebenarannya. Dalam tahap Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam
ini, peneliti ditantang untuk menyampaikan argu- sebuah penelitian, pada umumnya dibedakan dari
mentasi yang kuat mengapa harus memilih peneliti- sumbernya. Paradigma ilmiah yang bersumber dari
an tersebut. pandangan positivisme menjadi rujukan paradigma
Bagaimana kedudukan variabel bebas di da- penelitian kuantitatif. Sedangkan paradigma ilmiah
lam latar belakang masalah? Seperti dikemukakan yang bersumber dari pandangan fenomenologis, men-
sebelumnya, latar belakang masalah adalah uraian jadi dasar pijakan pendekatan kualitatif. Kedua pen-
menyeluruh tentang pokok permasalahan dan hal itu dekatan ini punya kelebihan dan kekurangan sehing-
secara dominan menyangkut variabel terikat (Y). ga tidak jarang dipakai berdua oleh para peneliti da-
Latar belakang adalah uraian panjang lebar yang lam sebuah mixedmethodology (Brannen, 2005).
argumentatif tentang pokok masalah (Y) (Kothari, Demikian halnya pada sifat penelitian, pen-
2004). Termasuk di dalam uraian itu, sejumlah fak- dekatan kualitatif lebih mengarah pada penyelidikan
tor yang diidentifikasi sebagai penyebab ‘pokok pe- kebenaran yang bersifat relatif, hermenetik dan in-
nelitian’ (Y) dan kita menyebutnya sebagai variabel terpretatif. Pilihan pada pendekatan ini lebih banyak
bebas (X), harus deskripsikan. Di dalam latar bela- menggunakan analisis teori, dan hermenetik yang
kang masalah peneliti menjelaskan hubungan-hubu- kuat untuk sampai pada sebuah kesimpulan. Sedang-
ngan yang mungkin terjadi antara pokok penelitian kan pendekatan kuantitatif lebih menekankan aspek
dan penyebabnya, sehingga tercipta gambaran kom- behavioristik dan empiris yang berasal dari fenome-
prehensif tentang argumentasi pokok penelitian dan na-fenomena di lapangan atau berdasarkan tingkah
penyebab-penyebabnya. Tentu saja faktor-faktornya laku di lapangan, yang kemudian dijadikan patokan
akan lebih dari satu. Peneliti perlu memberi proporsi penelitian.
yang seimbang dalam mendaftar dan menguraikan Dilihat dari instrumen penelitian yang men-
keberadaan faktor-faktor tersebut di dalam penjela- jadi alat pengumpulan data serta analisis, penelitian
san di latar belakang masalah. Tujuan utamanya ada- kualitatif banyak menggunakan data yang bersifat
lah agar pembaca mengerti keterkaitan antara pokok deskriptif seperti daftar wawancara, laporan hasil pe-
penelitian dengan variabel-variabel yang mempe- ngamatan lapangan, transkrip-transkrip pembicara-
ngaruhinya. Hal ini juga diperlukan untuk membantu an, dan catatan-catatan pengamatan. Laporan disusun
peneliti merumuskan dan menyusun identifikasi ma- dari rangkuman semua sumber-sumber tersebut de-
salah dan membebaskannya dari kebingungan meru- ngan dukungan teori yang ada, menjadi uraian ana-
muskan atau menentukan topik penelitian (Degeng lisis. Tahap analisis dalam pendekatan ini sudah di-
& Darmawan, 2017). mulai sejak penelitian dan data pertama telah dipe-
roleh. Sedangkan penelitian kuantitatif mengguna-
Pemilihan Metode kan angket dan data-data yang berupa angka, tabula-
si, perhitungan-perhitungan menggunakan sejumlah
Pendekatan Kuantitatif atau Kualitatif metode analisis matematik/statistik yang hasilnya
Kuantitatif atau kualitatif adalah pembagian menjadi dasar pijakan untuk mengambil keputusan
metode penelitian berdasarkan pendekatan yang di- atau kesimpulan. Data dari pendekatan kuantitatif le-
lakukan oleh peneliti. Tetapi akhir-akhir ini, para ah- bih banyak berbentuk angka dan tabel. Sementara
li telah memadukan kedua pendekatan tersebut de- itu, tahap analisis hanya dapat dilakukan jika data te-
Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 33
jawab pertanyaan ‘apa’ maka eksplanatori menjawab Penelitian Survey. Penelitian yang dilakukan dengan
pertanyaan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ di dalam ma- mengambil data pada populasi dengan alat pengum-
salah penelitian. Hal ini dapat terjadi karena bahan pul data berupa kuesioner, wawancara, atau bahan-
dan data menyangkut masalah penelitian sudah leng- bahan lain yang memberi informasi tentang realitas
kap sehingga menjadi bahan kajian. Penelitian ini populasi atau sampel secara faktual, jika populasinya
bertujuan menguji hipotesis untuk menguatkan atau terlalu besar. Data yang diperoleh berbentuk angka
melemahkannya, bahkan menggugurkannya melalui (Fink, 2010).
teori-teori yang ada dan bahan-bahan empiris lain- Penelitian Ex Post Facto. Penelitian yang di-
nya. Dalam metode ini hubungan-hubungan antara lakukan dengan cara merunut kebelakang dari se-
variabel di dalam model penelitian dianalisis sifat- buah peristiwa tertentu di masa sekarang untuk men-
nya dan saling mempengaruhinya. Kesimpulan yang cari faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya
muncul dapat memperkuat atau menggugurkan hasil peristiwa tersebut. Dapat dilakukan dengan eksperi-
yang telah diperoleh dalam penelitian sebelumnya men atau dengan survey.
melalui analisis yang akurat. Oleh karena itu, pene- Penelitian Eksperimen. Penelitian ini beru-
litian eksplanatori juga disebut sebagai penelitian saha menguji hipotesis terutama menyangkut hubu-
konfirmatori (confirmatory research) dan makin di- ngan antara variabel bebas dengan variabel terikat
kenal sebagai penelitian korelasional (correlational dalam model penelitian. Hanya saja, peneliti mela-
research) sehingga kadang kala muncul istilah con- kukan kontrol dengan menerapkan sejumlah peru-
firmatory-explanatory research (Neuman, 2016, p. bahan dalam variabel untuk mengamati dampak yang
44; Sudaryono, 2018, p. 82). ditimbulkannya pada variabel lain dan fenomena apa
Penelitian eksplanasi (atau eksplanatori) me- yang ditimbulkan dengan kontrol tersebut (Liu &
miliki dua tipe yakni penelitian asosiasi yang dike- Kulacki, 2019).
nal juga dengan nama penelitian kovariasional, dan Action Research. Penelitian yang bertujuan
penelitian kausal atau disebut juga dengan kausal- untuk mengembangkan atau menemukan perbaikan
komparatif. Kedua tipe ini berkaitan dengan ekspla- kualitas kinerja pada perorangan atau kelompok ter-
nasi hubungan antar variabel di dalam model peneli- tentu. Juga dapat digunakan untuk meningkatkan
tian. Apabila hubungan antara variabel tidak saling kualitas subjek yang diteliti. Sering juga disebut pe-
menjelaskan sebab-akibat, maka tipe eksplanatori- nelitian tindakan dan fokus pada kelas atau grup/
nya adalah asosiasi. Tetapi apabila, penelitian dia- kelompok tertentu (Mertler & Mertler, 2018).
rahkan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat Penelitian Evaluasi. Penelitian yang berfung-
atau hubungan mempengaruhi-dipengaruhi antar va- si untuk menilai sebuah produk atau kebijakan telah
riabel serta membandingkan hubungan itu satu sama berjalan sebagaimana yang diharapkan atau tidak.
lain, maka riset eksplanatorinya termasuk di dalam Hasil penelitian ini adalah rekomendasi yang ber-
kategori kausal atau sering juga dinamakan kausal- sifat perbaikan atau dukungan atas keputusan yang
komparatif. Dalam lingkup penelitian ini, berbagai telah diambil sebelumnya. Penelitian bermanfaat un-
variabel dapat dilihat hubungan dan saling penga- tuk menemukan masalah dari penerapan kebijakan
ruhnya, kecenderungannya dan sifat-sifat yang mun- tertentu dan rekomendasi penyelesaiannya sehingga
cul antara variabel bebas dan variabel terikatnya. dilakukan perbaikan dan pengembangan yang baru
di dalam pelaksanaannya (Welch & Patton, 1992).
Metode Penelitian menurut Metode Pelaksanaan Penelitian Sejarah. Penelitian ini melakukan
Terdapat berbagai jenis metode penelitian analisis terhadap kejadian-kejadian yang berlang-
menurut metode pelaksanaannya. Beberapa jenis da- sung di dalam sejarah (masa lalu) sehingga ditemukan
ri metode itu dipaparkan secara singkat berikut ini. generalisasinya di masa sekarang, dan kenyataan-
Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 35
dern criticism), penekanan narasi adalah pada aspek gu-gugat dengan metodologi apapun. Tetapi kebe-
sejarah, peristiwa-peristwa yang menyertainya, se- naran pengetahuan yang lahir dari proses induksi
ting sosial dan orang-orang yang terlibat (Soulen & dan atau deduksi, da-pat diposisikan di dalam rang-
Soulen, 2001, p. 120). kaian metode ilmiah. Dengan demikian, kebenaran
itu dapat digugat, diperbaharui, dibantah atau diper-
Pendekatan Fenomenologi (Phenomenology tanyakan. Oleh sebab itu, sebuah penelitian agama,
Design) seharusnya ditempatkan di dalam kebenaran sains
Pendekatan ini memilih gejala atau fenome- daripada kebenaran iman. Dalil-dalil dan temuan
na sebagai titik tumpu penelitian, sehingga pengala- empirik di dalam kebenaran iman berada di dalam
man manusia menjadi acuan pengamatan. Agama mem- posisi abstrak. Tetapi dalan kebenaran sains, dalil
bawa penganutnya ke dalam pengalaman-pengala- dan temuan empirik di wilayah penelitian agama
man spiritual. Fenomena dari pengalaman-pengala- (religion research) selalu dapat diukur, di-lihat dan
man itulah yang menjadi fokus penelitian. Smith diamati, bahkan digugat.
mengutip Heidegger mengatakan, studi fenomeno- Poin yang sangat penting di dalam peneli-
logi tidak dapat dipisahkan dari orang yang terlibat tian agama bukanlah perdebatan tentang metode me-
dan konteks dimana orang tersebut berada (Smith, lainkan pokok masalah sebagai titik awal permasa-
2009). Dalam hal ini, studi fenomenologi agama lahan penelitian dan sumbangsih yang dihasilkan-
mengarah pada bagaimana pemahaman kea-gamaan nya. Sebab, pokok masalah apapun, selama ma-salah
terbentuk di dalam sejarah subjek (Petta-zzoni, itu berada di dalam kerangka ilmu pengetahuan, se-
2000, p. 170) berdasarkan apa yang tampak (feno- lalu dapat didekati, dibedah, dianalisis dan diteliti
mena) dan cara bagaimana sesuatu menampakkan melalui pendekatan kualitatif, kuantitatif atau gabu-
diri (Mulyadi et al., 2019, p. 109). ngan keduanya.
Agar dapat membebaskan dirinya dari pe-
KESIMPULAN ngaruh kebenaran iman, peneliti perlu merumuskan
Sebagai sebuah bidang ilmu yang berada di dengan tepat pokok permasalahan penelitian dan me-
dalam rumpun social sciences, ilmu teologi, terbuka rancang desain penelitian yang tepat sehingga apa
untuk metodologi dan pendekatan kebenaran apa- yang hendak diteliti tersebut, memang benar-benar
pun. Dalam hal kebenaran, terdapat perbedaan yang dapat diteliti dan diungkap kebenarannya.
sangat dikotom. Kebenaran iman tidak dapat digang-
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A., Kumar, V., & Day, G. S. (2003). Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2014). Business
Marketing Research (8th ed.). New Jersey: Research Methods (12th ed.). New York:
John Wiley & Sons, Inc. McGraw Hill Irwin.
Booth, W. C., Colomb, G. G., & Williams, J. M. Creswell. (2009). Research design: qualitative,
(2008). The Craft of Research (5th ed.). quantitative and mixed approaches. Research
London: The University of Chicago Press. Design. https://doi.org/10.2307/1523157
Brannen, J. (2005). Mixing methods: The entry of Creswell, J. W. (2010). Research Design –
qualitative and quantitative approaches into the Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
research process. International Journal of Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Social Research Methodology: Theory and Degeng, I. N. S., & Darmawan, I. P. A. (2017).
Practice, 8(3), 173–184. Peningkatan Profesionalisme Pendidik Melalui
https://doi.org/10.1080/13645570500154642 Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah. In
Carey, S. S. (2015). Kaidah Kaidah Metode Ilmiah - Seminar Nasional Pendidikan Agama Kristen
Penduan untuk Penelitian dan Critical dan call for papers (Vol. 0). Retrieved from
Thinking. Bandung: Nusa Media. http://semnas.sttsimpson.ac.id/index.php/SNP
Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 37
Biblical Criticism. Louisville, Kentucky: Welch, J. K., & Patton, M. Q. (1992). Qualitative
Westminster John Knox Press. Evaluation and Research Methods. The
Sudaryono. (2018). Metodologi Penelitian. Jakarta: Modern Language Journal, 76(4), 543.
PT. Raja Grafindo Persada. https://doi.org/10.2307/330063
Vyhmeister, N. J. (2001). Quality Research Papers. Winchester, C. L., & Salji, M. (2016). Writing a
Grand Rapids, Michigan: Zondervan. literature review. Journal of Clinical Urology,
Walliman, N. (2011). Research and the research 9(5), 308–312.
Problem. Your Research Project Designing and https://doi.org/10.1177/2051415816650133
Planning Your Work. SAGE Study Skills Zaluchu, S. E. (2019). Sistematika dan Analisis Data
Series, 1(13), 1–56. Retrieved from Riset Kuantitatif (3rd ed.). Semarang: Golden
http://www.sagepub.com/upm- Gate Publishing.
data/40600_9781849204620.pdf