Anda di halaman 1dari 45

Nama : Fathan Qalami Muthahhari

NIM : 12001283
Semester/Kelas : 6/H
Mata Kuliah : Metode Penelitian Kuantitatif
Tugas : Resume 3 Artikel – Pradigma Penelitian Kuantitatif

JURNAL/ARKITEL I

Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar Menggabungkannya


Oleh Mohammad Mulyadi
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA

Filsafat Positivistik dan Filsafat Fenomenologik


Penganut positivistic beranggapan bahwa keberadaan sesuatu merupakan besara yang
dapat diukur, peneliti adalah pengamat yang objektif atas peristiwa yang terjadi di lapangan.
Variable yang diteliti dianggap sudah ada, yang artinya kegiatan penelitian kuantitatif sudah
memiliki teori sebelumnya, sudah terdapat hasil sebelumnya, sehingga penelitian berfokus
kepada pembuktian teori-teori atau hasil hasil tersebut.
Sedangkan fenomenologik, menurut pengembangnya yaitu Jerman Edmund Husserl
adalah penelitian yang berusaha memahami makna sesungguhnya atas suatu kejadian yang
dialami berdasarkan pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja. Filsafat ini
didalam sosiologi dan antropologi bertujuan untuk memahami gejala yang terjadi tanpa harus
mengendalikan variable-variabel untuk mendapatkan kejadian khusus, dan tidak menganggap
gejala yang terjadi sebagai sesuatu yang umum untuk penelitian lainnya.

Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Kuantitatif Kualitatif
Rasionallistic Naturalistic
Inquiry from the Outside Inquiry from the inside
Functionalist Interpretative
Positivist Constructivist
Positivist Naturalistic-ethnographic

Perbedaan penting dari kedua penelitian tersebut adalah pengumpulan datanya. Dalam
penelitian kuantitatif instrument yang digunakan telah ditentukan sebelumnya dan tertata
dengan baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibelitas. Bisa dikatakan tidak
menerima data diluar instrument yang telah tertata. Sedangkan dalam kualitatif, penelitian
harus melibatkan diri peneliti untuk merasakan gejala yang terjadi melalui pengalaman
sekaligus mengikuti data yang ingin diteliti.
Penelitian kuantitatif memiliki kemampuan untuk menjadikan suatu penelitian menjadi
general atau umum, bahwa hasil dari penelitian kuantitatif cakupannya luas dan bisa
digeneralkan dengan penelitian yang sama. Sedangkan kualitatif tidak melakukan generalisasi,
karena yang diteliti adalah proses terjadinya gejala, tidak ada teori dan data yang dibakukan
sebelumnya.

Desain Eksplanasi dan Deskriptif


Penelitian Kuantitatif biasanya menggunakan desain Eksplanasi, desain eksplanasi
digunakan untuk menjelaskan hubungan, perbedaan, atau pengaruh dari satu variebel terhadap
variable yang lain. Oleh karena itu penelitian kuantitatif menggunakan sampel penelitian dan
hipotesis penelitian. Selain itu juga desain eksplanasi dapat digunakan untuk mengembangkan
dan menyempurnakan teori bahkan menggugurkan teori yang telah ada sebelumnya. Desain
penelitian eksplanasi dapat dilakukan dengan survey dan eksperimen.
Desain deskriptif biasa juga digunakan dalam penelitian, desain ini digunakan untuk
memberi gambaran yang lebih gelas tentang situasi-situasi atau gejala-gejala sosial seperti
kehidupan seorang tokoh agama, rekam jejak pendidikan, dan sebagainya.

Menggabungkan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif


Tidak mustahil untuk menggabungkan kedua penelitian yang berbeda ini, sehingga kita
pernah mendengar yang namanya mix method, contoh penelitian yang menggunakan
kombinasi antara kuantitatif dan kualitatif biasanya adalah penelitian sosial, hal ini karena jika
menggunakan kuantitatif saja maka tidak akan mempunyai makna, isinya hanya berupa angka-
angka. Begitu juga sebaliknya jika hanya menggunakan kualitatif, maka hasilnya hanya berupa
narasi deskriptif yang kemungkinan datanya berupa kalimat yang bahkan bisa direkayasa.
Kedua penelitian memang berbeda bahkan dari dasar dan filosofinya, namun keduanya bisa
digunakan bersama untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik dan lebih dapat
dipercaya.
Menurut Bryman ada 4 model dalam menggabungkan penelitian, yaitu sebagai berikut:
Model 1 Kualitatif Memfasilitasi Kuantitatif
Seperti temanya, penelitian dilakukan secara kualitatif terlebih dahulu
untuk mendapatkan data yang mendalam, kemudian membuat sebuah hipotesis
berdasarkan data yang telah diperoleh. Barulah menguji hipotesis menggunakan
kuantitatif untuk mendapatkan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Model 2 Kuantitatif Memfasilitasi Kualitatif
Dengan mengumpulkan data terlebih dahulu untuk mendapatkan data
angka yang tidak terbantahkan dan valid, barulah dilakukan penelitian kualitatif
terhadap data tersebut dengan melakukan wawancara dan pengamatan untuk
mendapatkan data yang mendalam dan melengkapi data angka kuantitatif.
Model 3 Kuantitatif dan Kualitatif Diberikan Bobot yang Sama
Penelitian dilakukan dalam waktu yang tidak terpisah, namun dilakukan
bersama-sama, tidak ada yang duluan mau itu kuantitatif ataupun kaulitatif.
Model 4 Triangulasi
Model Triangulasi menggunakan salah satu pendekatan sebagai pilihan
pertama, misalnya kuantitatif adalah pendekatan yang pertama, kemudian
melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif hingga mencapai hasilnya.
Setelahnya dilakukan pengecekan pendekatan kualitatif tentang kebenaran
hasil yang didapatkan dengan melakukan wawancara dan pengamatan terhadap
lokasi sekitar penelitian. Bisa juga dilakukan sebaliknya kualitatif baru kuantitatif.
Yang menjadi khas model ini adalah msaing-masing penelitian dilakukan oleh
peneliti yang berbeda dengan sampel dan latar tempat yang berbeda pula.
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF SERTA


PEMIKIRAN DASAR MENGGABUNGKANNYA
Mohammad Mulyadi
Doktor Ilmu Sosial alumnus Universitas Padjadjaran, saat ini bekerja pada Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI. e mail : mohammadmulyadi@yahoo.co.id.
(Naskah diterima 7 Maret 2011, disetujui terbit 6 April 2011)

ABSTRACT
Quantitative research is a research approach that represents the understanding of positivism,
while qualitative research is an approach that represents a familiar naturalistic research
(phenomenology). Research with quantitative and qualitative approach by some may not be
mixed, but knowledge is considered wrong by researchers who noticed that each research
approach has a weakness, and therefore deemed necessary to do a combination, for each
approach complement each other. The reason for the selection of both research approaches is
that both types of research are mutually reinforcing and complementing each other so that
research results will be achieved not only an objective, structured and measurable but it will be
achieved also in-depth research results and factual.

Key words : Quantitative research;Qualitative research; positivism; phenomenology;


quantitative, qualitative

ABSTRAK
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham positivisme,
sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham
naturalistik (fenomenologis). Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif oleh
sebagian kalangan tidak boleh dicampuradukan, namun pemahaman ini dianggap keliru oleh
para peneliti yang melihat bahwa masing-masing pendekatan penelitian mempunyai
kelemahan, dan oleh karenanya dianggap perlu untuk melakukan kombinasi, agar masing-
masing pendekatan saling melengkapi. Alasan pemilihan kedua pendekatan penelitian tersebut
adalah bahwa kedua jenis penelitian tersebut saling memperkuat dan saling melengkapi
sehingga akan dicapai hasil penelitian yang tidak hanya obyektif, terstruktur dan terukur namun
akan dicapai juga hasil penelitian yang mendalam dan faktual.

Kata-kata Kunci : Penelitian Kuantitatif; Penelitian Kualitatif, positivistik;


fenomenologik; kuantitatif; kualitatif

127
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

PENDAHULUAN

P enelitian adalah sebuah proses kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sesuatu secara
teliti, kritis dalam mencari fakta-fakta dengan menggunakan langkah-langkah tertentu.
Keinginan untuk mengetahui sesuatu tersebut secara teliti, muncul karena adanya suatu
masalah yang membutuhkan jawaban yang benar. Berbagai alasan yang menjadi sebab
munculnya sebuah penelitian. Misalnya, mengapa lalu lintas di Ibukota Jakarta sering macet?,
mengapa disiplin karyawan/pegawai rendah?, mengapa prestasi siswa rendah?, mengapa
kualitas pelayanan rendah?, mengapa kepuasan masyarakat terhadap kinerja instansi
pemerintah rendah?. Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah yang dituangkan
dalam pertanyaan penelitian, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan
penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation).
Diantara berbagai alasan, mengapa kita membutuhkan jawaban yang benar dari
sejumlah permasalahan tersebut adalah karena (1) permasalahan tersebut dirasakan saat ini, dan
(2) dirasakan oleh banyak orang. Oleh karena itu, agar jawaban yang kita peroleh tersebut baik,
maka diperlukan proses berpikir yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Berpikir adalah menyusun kata-kata menjadi saling berhubungan satu sama lain.
Berpikir juga berarti menghubungkan suatu fenomena dengan fenomena lainnya dalam pikiran.
Berpikir berarti menempatkan kesadaran kepada suatu objek sampai pikiran bergerak untuk
menyadari bagian-bagian lain dari objek yang disadari itu. Seperti seseorang yang sedang
berlatih mengemudikan mobil. Setelah memperhatikan tata cara mengemudikan mobil, ia dapat
menemukan bahwa terdapat fungsi dari masing-masing alat yang ada dimobil tersebut.
Kemudian ia melakukan suatu pencatatan dan dapat menghubungkan satu bagian dengan
bagian lainnya. Adanya bahasa lisan dan tulisan, menandai adanya aktifitas berpikir.
Ada berbagai macam cara seseorang berpikir. Diantaranya adalah berpikir analitik dan
berpikir sintetik. Berpikir analitik berarti menghubungkan satu objek dengan objek lainnya
yang merupakan kemestian bagi objek yang pertama. Seperti misalnya, “air” dengan “basah”.
Setiap air memiliki sifat basah . Contoh lainnya “api” dengan “panas”, dan “jatuh” dengan “ke
bawah”. Setiap api itu panas. Setiap benda atau sesuatu yang jatuh pasti ke bawah. Oleh karena
itu menghubungkan objek yang menjadi kemestian bagi objek lainnya disebut dengan berpikir
analitik. Sedangkan cara berpikir sintetik, berarti menghubungkan satu objek dengan objek
lainnya yang bukan merupakan kemestian bagi objek yang pertama. Semacam "rambut" dan
"basah". Sifat "basah" merupakan kemestian bagi "air" tapi bukan kemestian bagi "rambut".
Seseorang yang berkata, "rambutku basah", berarti dia telah berpikir dengan cara sintetik.
Cara berpikir lainnya adalah deduktif dan induktif. Deduksi berasal dari bahasa Inggris
deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang umum, menemukan
yang khusus dari yang umum.1 Dengan demikian deduksi adalah cara berpikir dimana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus.
Silogismus disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan2. Sedangkan induktif
adalah suatu upaya membangun teori berdasarkan data dan fakta yang ada di lapangan. Berpikir

1
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Tahun 2006, hal 273
2
Jujun.S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu. Sinar Harapan, Tahun 2005, hal 48-49

128
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

secara induktif merupakan suatu cara berpikir dengan mendasarkan pada pengalaman yang
berulang. Bisa juga merupakan sebuah kumpulan fakta yang berserakan yang kemudian kita
cari kesesuaian diantara fakta-fakta tersebut sehingga masing masing fakta memiliki
keterkaitan satu sama lain. Dengan demikian berpikir secara induktif merupakan suatu rekayasa
dari berbagai macam kasus yang unik atau khusus yang kemudian dikembangkan menjadi suatu
penalaran tunggal yang menggabungkan kasus-kasus khusus tersebut kedalam suatu bentuk
pemahaman yang umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti (generalisasi).
Metodologi penelitian yang baik akan menghasilkan paradigma yang baru dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil pemikiran paradigma selalu tidak mencukupi dan
terbuka untuk perubahan selanjutnya. Dengan kata lain hasil pemikiran melalui perubahan
paradigma akan selalu bersifat relative, hal ini bergantung pada data dan fakta yang diperoleh
dari dunia nyata yang kemudian dianalisis menurut kaidah-kaidah ilmiah.
Kaidah ilmiah yang dimaksud adalah dengan melakukan penelitian (research).
Penelitian atau research berasal dari kata “re” yang berarti kembali dan “search” yang berarti
mencari, apabila digabung menjadi research, maka artinya menjadi “mencari kembali”. Apa
yang dicari kembali ?. Yang dicari adalah sesuatu yang hilang. Hilang yang dimaksud adalah
sesuatu yang tidak ada dari sejumlah yang seharusnya ada. Jika yang seharusnya ada itu
berjumlah seratus, tetapi yang ada hanya delapan puluh, maka yang jadi pertanyaan, ke mana
yang dua puluhnya lagi. Inilah yang akan kita cari.
Mendengar kata penelitian, orang mulai mereka-reka tentang adanya hal yang “belum
ditemukan sehingga harus ditemukan”, “masih kurang jelas sehingga harus dijelaskan”, masih
menjadi “tanda tanya sehingga harus dijawab”, “masih kurang maksimal sehingga harus
dimaksimalkan”. Oleh karena itu diperlukan cara untuk mengungkapkan “ketidakjelasan”,
semua “tanda tanya”, dan semua yang masih “kurang maksimal”.
Konstruksi pemikiran ini sejalan dengan paham falsification, yaitu suatu paham atau
pemikiran, bahwa hasil pengamatan selalu bersifat fals. Artinya penemuan-penemuan ilmiah
selalu memiliki celah untuk diperbaharui, jika dikemudian hari ditemukan sesuatu yang baru.
Apakah itu bersifat menggugurkan konsep atau teori yang lama atau menguatkan, bahkan
mendapatkan konsep atau teori yang baru.
Terkait dengan fenomena upaya penemuan kebenaran ilmiah melalui proses riset
sebelumnya, tulisan ini telaahnya akan difokuskan pada persoalan penelitian kuantitatif dan
kualitatif serta upaya untuk menggabungkannya dalam proses riset. Dalam kaitan telaah
tersebut, maka dasar-dasar pemikiran dalam penggabungannya tadi, juga termasuk menjadi
bagian dari bahasan tulisan ini.

PEMBAHASAN
Filsafat Positivistik dan Filsafat Fenomenologik
Penganut filsafat positivistik berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan
besaran yang dapat diukur. Peneliti adalah pengamat yang objectif atas peristiwa yang terjadi di
dunia. Mereka percaya bahwa variabel yang mereka teliti, merupakan suatu yang telah ada di
dunia. Hubungan antara variabel yang mereka temukan, telah ada sebelumnya untuk dapat

129
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

diungkap. Pengetahuan merupakan pernyataan atas fakta atau keyakinan yang dapat diuji
secara empirik. Variabel dan pengetahuan tentang manusia, dapat dinyatakan dalam istilah
fisika seperti halnya dalam pengetahuan eksakta. Misalnya peran/pengaruh Kepemimpinan
Kepala Desa dapat dijabarkan meliputi variabel kemampuan membujuk, kemampuan
mengarahkan, dan kemampuan mengendalikan masyarakat desa.
Tradisi positivistik ini menggunakan landasan berpikir:”kalau sesuatu itu ada, maka
sesuatu itu mengandung besaran yang dapat diukur.” Banyak di antara kita menganggap bahwa
pernyataan itu masuk akal, sebab kalau kita tidak dapat mengukur dengan tepat, bagaimana kita
dapat mengetahui hubungan dengan variabel lain. Para positivis berpendapat bahwa penelitian
adalah pengamatan obyektif atas peristiwa yang ada di alam semesta, di mana peneliti tersebut
tidak mempunyai pengaruh atau dampak terhadap peristiwa tersebut.
Sedangkan filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorang
matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938). Menurutnya filsafat fenomenologik
berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan
pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena
pengalaman mengandung penampilan ke luar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada
ingatan, gambaran dan makna. Pendekatan fenomenologik/pascapostivistik berakar pada tradisi
dalam sosiologi dan antropologi yang bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa
adanya tanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha menggeneralisasi gejala tersebut
dalam gejala-gejala yang lain. Termasuk dalam penelitian ini adalah etnografi, studi kasus,
studi naturalistic, sejarah, biografi, teori membumi (grounded theory), dan studi deskriptif
(Creswell, 1994; Denzin dan Lincoln, 2003; Merriam, 1998).3

Paradigma Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif


Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang
cukup dominan adalah paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dari segi
peristilahan para ahli nampak menggunakan istilah atau penamaan yang berbeda-beda
meskipun mengacu pada hal yang sama, untuk itu guna menghindari kekaburan dalam
memahami kedua pendekatan ini, berikut akan dikemukakan penamaan yang dipakai para
ahli dalam penyebutan kedua istilah tersebut seperti terlihat dalam tabel 1 berikut ini :
Tabel 1.
Quantitative and Qualitative Research : Alternative Labels4

Quantitative Qualitative Authors

Rasionallistic Naturalistic Guba &Lincoln (1982)


Inquiry from the Outside Inquiry from the inside Evered & Louis (1981)
functionalist Interpretative Burrel & Morgan (1979)

3
John W. Creswell, Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approachs, Second
edition, London: Sage Publications, 1994.
4
Alan Bryman (1988) dalam Julia Brannen, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research.
Brookfield, USA: Avebury, Aldershot Publisher, 1992, hal. 58

130
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

Positivist Constructivist Guba (1990)


Positivist Naturalistic-ethnographic Hoshmand (1989)

Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang
kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah
pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman
bahasan yang tak terbatas.
Penelitian kualitatif lebih menekankan pada penggunaan diri si peneliti sebagai
instrumen. Lincoln dan Guba mengemukakan bahwa dalam pendekatan kualitatif peneliti
seyogianya memanfaatkan diri sebagai instrumen, karena instrumen nonmanusia sulit
digunakan secara luwes untuk menangkap berbagai realitas dan interaksi yang terjadi. Peneliti
harus mampu mengungkap gejala sosial di lapangan dengan mengerahkan segenap fungsi
inderawinya.5 Dengan demikian, peneliti harus dapat diterima oleh informan dan
lingkungannya agar mampu mengungkap data yang tersembunyi melalui bahasa tutur, bahasa
tubuh, perilaku maupun ungkapan-ungkapan yang berkembang dalam dunia dan lingkungan
informan.
Perbedaan penting kedua pendekatan berkaitan dengan pengumpulan data. Dalam
tradisi kuantitatif instrumen yang digunakan telah ditentukan sebelumnya dan tertata dengan
baik sehingga tidak banyak memberi peluang bagi fleksibilitas, masukan imajinatif dan
refleksitas. Instrumen yang biasa dipakai adalah angket (kuesioner). Dalam tradisi kualitatif,
peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural
sekaligus mengikuti data.
Kedua pendekatan tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Pendekatan kualitatif banyak memakan waktu, reliabiltasnya dipertanyakan, prosedurnya tidak
baku, desainnya tidak terstruktur dan tidak dapat dipakai untuk penelitian yang berskala besar
dan pada akhirnya hasil penelitian dapat terkontaminasi dengan subyektifitas peneliti.
Pendekatan kuantitatif memunculkan kesulitan dalam mengontrol variabel-variabel lain
yang dapat berpengaruh terhadap proses penelitian baik secara langsung ataupun tidak
langsung. Untuk menciptakan validitas yang tinggi juga diperlukan kecermatan dalam proses
penentuan sampel, pengambilan data dan penentuan alat analisisnya.
Jadi yang menjadi masalah penting dalam penelitian kuantitatif adalah kemampuan
untuk melakukan generalisasi hasil penelitian; seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasi pada populasi. Sedangkan penelitian kualitatif mencari data tidak untuk
melakukan generalisasi, karena penelitian kualitatif meneliti proses bukan meneliti permukaan
yang nampak.

5
Yvonna S. Lincoln & Egon G. Guba. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills : Sage Publications. 1985, hal.
52

131
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

Desain Eksplanasi dan Deskriptif


Penelitian kuantitatif biasanya menggunakan desain eksplanasi, di mana objek telaahan
penelitian eksplanasi (explanatory research) adalah untuk menguji hubungan antar-variabel
yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya.
Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel; untuk
mengetahui apakah sesuatu variabel berasosiasi ataukah tidak dengan variabel lainnya; atau
apakah sesuatu variabel disebabkan/dipengaruhi ataukah tidak oleh variabel lainnya.
Desain eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap
populasinya atau menjelaskan hubungan, perbedaan atau pengaruh dari satu variabel terhadap
veriabel yang lain. Oleh karena itu, dalam format eksplanasi peneliti menggunakan sampel dan
hipotesis penelitian. Desain eksplanasi memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji
hubungan sebab akibat dari dua atau lebih variabel dengan menggunakan analisis statistik
inferensial (induktif). Disamping itu penelitian eksplanasi juga dapat digunakan untuk
mengembangkan dan menyempurnakan teori bahkan sebaliknya melemahkan bahkan
mengugurkan teori.
Penelitian dengan desain eksplanasi dapat dilakukan dengan survei dan eksperimen.
Dalam format eksplanasi survey, peneliti diwajibkan membangun hipotesis penelitian dan
mengujinya di lapangan, karena format ini bertujuan mencari hubungan sebab akibat dari
variabel-variabel yang diteliti. Dengan demikian, alat utama yang digunakan untuk analisis data
adalah statistik inferensial. Sedangkan format eksplanasi eksperimen, disamping memiliki sifat-
sifat yang hampir sama dengan eksplanasi survei, juga lebih bersifat laboratoris, artinya dalam
eksperimen mengutamakan cara-cara memanipulasi obyek penelitian yang dilakukan
sedemikian rupa untuk tujuan penelitian. Dalam penelitian eksplanasi eksperimen terdapat
variabel yang dimanipulasi dan variabel yang tidak dimanipulasi, selain itu untuk mengontrol
pengaruh kedua varibel tersebut digunakan variabel kontrol.
Contoh permasalahan yang ditelaah, misalnya: ”Apakah motivasi seseorang dalam
bekerja mempengaruhi kinerjanya ?”, ”Apakah ada hubungan antara partispasi masyarakat
dengan pembangunan ?”, ”Apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam keharmonisan
rumah tangga di antara keluarga-keluarga yang suami-istrinya seiman dengan keluarga-
keluarga yang suami-istrinya tidak seiman ?”, ”Apakah ada korelasi antara tingkat pendidikan
seseorang dengan tinggi-rendahnya status ekonomi orang tuanya?” dan lain-lain permasalahan
yang serupa. Untuk menjawab pertanyaan yang dicontohkan tadi membutuhkan pengolahan
statistik yang relevan, apakah untuk mengetahui korelasi antarvariabel ataukah untuk
mengetahui signifikansi perbedaan mengenai sesuatu variabel di antara kelompok-kelompok
sampel yang diteliti (statistik yang digunakan adalah inferensial).
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memberi gambaran yang lebih jelas
tentang situasi-situasi sosial seperti kehidupan malam kelompok Penjaja Seks Komersial
(PSK), kehidupan kaum pendatang di kota, anak jalanan, dan lain sebagainya. Sering penelitian
deskriptif didahului oleh penelitian eksploratif dan memberi bahan yang memungkinkan
penelitian eksperimental.
Penelitian deskriptif (descriptive research), yang biasa disebut juga penelitian
taksonomik (taxonomic research), seperti telah disebutkan sebelumnya, dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis

132
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

penelitian ini tidak sampai mempersoalkan hubungan antar-variabel yang ada; tidak
dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang menjelaskan variabel-variabel
antecedent/independent yang menyebabkan sesuatu gejala kenyataan sosial terjadi
(consequence/dependent). Karenanya, pada suatu penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan
tidak melakukan pengujian hipotesis (seperti yang dilakukan dalam penelitian eksplanasi);
berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.
Dalam pengolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan pengolahan statistik yang bersifat
deskriptif (statistic deskriptif).
Contoh permasalahan penelitian yang tergolong penelitian deskriptif seperti:
”Bagaimanakah Gambaran Pelaksanaan Wajib Belajar 9 Tahun ?”, ”Bagaimanakah Gambaran
Pelaksanaan Otonomi Daerah di Bidang Pertanian?”, ”Bagaimanakah Gambaran Pelaksanaan
Pelayanan KTP di Kantor Kelurahan?”, dan lain-lain permasalahan yang serupa. Pada
permasalahan yang dicontohkan tadi, hasil penelitiannya hanyalah berupa deskripsi mengenai
variable-variabel tertentu, dengan menyajikan frekuensi, angka rata-rata, atau kualifikasi
lainnya untuk masing-masing kategori di suatu variabel.

Menggabungkan Penelitian Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif


Sejak awal, dalam melakukan penelitian sudah harus ditentukan dengan jelas
pendekatan atau desain penelitian apa yang akan diterapkan, hal ini dimaksudkan agar
penelitian tersebut dapat benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi
penelitian, disamping pemahaman hasil penelitian yang akan lebih proporsional apabila
pembaca mengetahui pendekatan atau desain yang diterapkan.
Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan
mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan. Tidak semua
obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan
pemahaman pendekatan lain yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti
tidak pas atau kurang sempurna dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat
digunakan, atau bahkan mungkin menggabungkannya.
Meskipun dalam tataran epistemologis/filosofis perbedaan antara keduanya tampak,
karena paham positivistik merupakan pendekatan penelitian yang umumnya disamakan dengan
penelitian kuantitatif, sementara itu paham naturalistik merupakan pendekatan penelitian yang
mewakili penelitian kualitatif, namun pada tataran praktis sebenarnya keduanya dapat
digunakan secara bersamaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Creswell bahwa : “In terms of
mixing methods, in 1959 Campbell and Fisk sought to use more than one method to measure a
psychological trait to ensure that the variance was reflected in the trait and not in the method
(see Brewer & Hunter 1989, for a summary of Campbell and Fisk’s multimethod-multitrait
approach).” 6
Hampir semua penelitian sosial merupakan kombinasi antara pendekatan kuantitatif
dan kualitatif, hal ini di karenakan penelitian sosial yang hanya menggunakan pendekatan

6
John W. Creswell, op. cit., hal. 174

133
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

kuantitatif saja tidak akan mempunyai makna, karena hanya menghasilkan angka-angka.
Begitupun sebaliknya jika penelitian itu hanya menggunakan pendekatan kualitatif saja, maka
hasilnya hanya berupa narasi atas fakta empirik yang kemungkinan datanya berupa kalimat bisa
direkayasa.
Kedua pendekatan tersebut memang dapat dibedakan karena latar belakang filsafatnya;
pendekatan kuantitatif digunakan bila seseorang memulainya dengan teori atau hipotesis dan
berusaha membuktikan kebenarannya, sedangkan pendekatan kualitatif bila seseorang berusaha
menafsirkan realitas dan berusaha membangun teori berdasarkan apa yang dialami.
Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang mewakili paham
positivisme, sementara itu penelitian kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang
mewakili paham naturalistik (fenomenologis). Penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan
kualitatif oleh sebagian kalangan tidak boleh dicampuradukan, namun pemahaman ini dianggap
keliru oleh para peneliti yang melihat bahwa masing-masing pendekatan penelitian mempunyai
kelemahan, dan oleh karenanya dianggap perlu untuk melakukan kombinasi, agar masing-
masing pendekatan saling melengkapi.
Beberapa pertentangan itu, terungkap dari pemahaman peneliti bahwa kegiatan
penelitian harus dilakukan dengan survei. Ditambah lagi ada pemahaman lain bahwa penelitian
yang benar jika menggunakan sebuah kuesioner dan datanya dianalisa dengan menggunakan
teknik statistik. Pemahaman ini berkembang karena kuatnya pengaruh aliran positivistik
dengan metode penelitian kuantitatif.
Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian
yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengakur gejala-gejala tertentu
dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan
pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu
digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara
lengkap dan menyeluruh.
Salah satu argumen yang dikedepankan oleh metode penelitian kualitatif adalah
keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat dianalisa dengan metode statistik. Metode
penelitian kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi dan dialog (wawancara
mendalam) di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara non-statistik.
Pendekatan kualitatif menekankan pada makna dan pemahaman dari dalam (verstehen),
penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu), lebih banyak meneliti hal-hal
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan kualitatif lebih mementingkan
pada proses dibandingkan dengan hasil akhir; oleh karena itu urut-urutan kegiatan dapat
berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan
Pada mulanya metode kuantitatif dianggap memenuhi syarat sebagai metode penilaian
yang baik, karena menggunakan alat-alat atau instrumen untuk mengukur gejala-gejala tertentu
dan diolah secara statistik. Tetapi dalam perkembangannya, data yang berupa angka dan
pengolahan matematis tidak dapat menerangkan kebenaran secara meyakinkan. Oleh sebab itu
digunakan metode kualitatif yang dianggap mampu menerangkan gejala atau fenomena secara

134
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

lengkap dan menyeluruh7. Hal ini sejalan dengan pendapat Strauss dan Corbin (1990) bahwa
teknik analisis kuantitatif dapat dikombinasikan dengan teknik analisis kualitatif.8
Menurut Bryman9 terdapat empat model dalam menggabungkan penelitian dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif, yaitu :
1. Penelitian kualitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kuantitatif.
2. Penelitian kuantitatif digunakan untuk memfasilitasi penelitian kualitatif
3. Kedua pendekatan diberikan bobot yang sama
4. Triangulasi

Model I : Kualitatif Memfasilitasi Kuantitatif


Model pertama ini peneliti dapat melakukannya dengan cara sebagai berikut, tahap
pertama dalam penelitian, peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan
data observasi dan wawancara. Observasi dan wawancara ini merupakan salah satu teknik
pengumpulan data utama dalam pendekatan kualitatif yang berfungsi sebagai bahan dalam
melakukan analisis data secara mendalam. Dari hasil analisis tersebut, diharapkan muncul
praduga penulis terhadap fenomena yang selama ini terjadi. Untuk melakukan hal itu, maka
peneliti membuat sebuah hipotesis, yang menunjukkan dugaan hubungan antar fakta yang satu
dengan fakta yang lainnya berdasarkan data empirik dari lapangan yang berhasil dikumpulkan,
dianalisis dan disintesiskan dalam bentuk hipotesis.
Tahap kedua dalam penelitian cara ini adalah menguji hipotesis yang telah dibuat dengan
tujuan apakah ada pengaruh/hubungan variabel yang mempengaruhi terhadap variabel yang
dipengaruhi.

Model II : Kuantitatif Memfasilitasi Kualitatif


Model kedua ini peneliti dapat melakukannya dengan cara sebagai berikut, tahap
pertama dalam penelitian, peneliti melakukan penelitian kuantitatif dengan teknik pengumpulan
data angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner ini merupakan salah satu teknik
pengumpulan data utama dalam pendekatan kuantitatif yang berfungsi sebagai bahan dalam
melakukan analisis data, baik data statistik deskriptif maupun data statistik inferensial. Dari
hasil analisis tersebut, peneliti melakukan tahap kedua, yaitu berusaha memberikan makna
yang mendalam terhadap data statistik yang diperoleh melalui instrumen wawancara terhadap
informan yang mengetahui secara persis obyek penelitian.

Model III : Kuantitatif dan Kualitatif Diberikan Bobot yang Sama


Model ketiga ini peneliti harus melaksanakan dua pendekatan penelitian ini secara
bersamaan, yaitu desain penelitian kuantitatif dan desain penelitian kualitatif. Untuk desain

7
Mohammad Mulyadi, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Serta Praktek Kombinasinya Dalam
Penelitian Sosial. Jakarta : Nadi Pustaka, 2010, hal. 9
8
Strauss dan Corbin (1990) dalam NormanK. Denzin & Tvona S. Lincoln (Eds.) (1997) Handbook of
Qualitative Research. Terjemahan Dariyatno dkk. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009, hal. 350.
9
Alan Bryman (1988) dalam Julia Brannen, op. cit., hal. 81

135
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

penelitian kuantitatif, instrumen pengumpulan datanya dengan cara angket atau kuesioner.
Sedangkan desain penelitian kualitatif menggunakan instrumen pengumpulan datanya dengan
cara wawancara.
Cara seperti ini dapat dilakukan dengan aplikasi judul kasus sebagai berikut : “Kajian Peranan
Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia”. Setelah peneliti melakukan
identifikasi masalah, maka masalah yang muncul ialah sbb: 1) Faktor-faktor apa saja yang
mendorong keluarga untuk meningkatkan kualitas SDM?, b) Bagaimana peran keluarga dalam
meningkatkan kualitas SDM?.
Masalah pertama dapat diselesaikan dengan menggunakan survei, yaitu meminta responden
untuk menjawab kuesioner yang diajukan. Untuk menjawab formulasi masalah kedua, peneliti
harus menggunakan pendekatan kualitatif, metode wawancara.

Model IV : Triangulasi
Model keempat ini peneliti yang menggunakan pendekatan kuantitatif sebagai
pendekatan pertama dalam penelitiannya, melakukan verifikasi hasil temuan penelitiannya
dengan hasil penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif atau sebaliknya. Dalam kasus
penelitian, misalnya seorang peneliti ingin mengetahui “seberapa besar pengaruh partisipasi
masyarakat terhadap pembangunan masyarakat di Kabupaten X.” Peneliti kemudian melakukan
survei ke masyarakat yang telah dipilih sebagai responden. Dalam studinya peneliti
menemukan besarnya pengaruh ditentukan oleh dimensi-dimensi dari varaibel partisipasi
masyarakat. Kemudian peneliti tersebut melakukan pengecekan dengan cara mewawancari
beberapa tokoh masyarakat atau melakukan pengamatan. Model ini dapat sebaliknya. Yang
terpenting ialah masing-masing penelitian dilakukan oleh peneliti yang berbeda dengan sampel
dan latar yang berbeda pula.

PENUTUP
Penelitian dengan model ini, menggabungkan dua pendekatan, yaitu penelitian dengan
pendekatan kuantitaif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat korelasi ataupun pengaruh independent variable terhadap dependent variable. Adapun
pendekatan kualitatif dilakukan dengan observation partisipation untuk membuat deskripsi,
gambaran, lukisan atau makna secara sistematik, mendalam, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar variabel yang diteliti.
Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian dengan model seperti ini menggunakan
explanatory research dan descriptive research. Penelitian eksplanasi (explanatory research)
digunakan untuk menguji hubungan antar-variabel yang dihipotesiskan. Hipotesis itu sendiri
menggambarkan hubungan antara dua variabel; untuk mengetahui apakah independent variable
mempengaruhi dependent variable.
Format Eksplanasi dimaksudkan untuk menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap
populasinya atau menjelaskan hubungan atau pengaruh dari satu variabel terhadap variabel
yang lain. Oleh karena itu, dalam format eksplanasi peneliti menggunakan sampel dan hipotesis
penelitian. Penelitian eksplanasi memiliki kredibilitas untuk mengukur, menguji hubungan
sebab akibat dari dua atau lebih variabel dengan menggunakan analisis statistik inferensial
(induktif). Disamping itu penelitian eksplanasi juga dapat digunakan untuk mengembangkan
dan menyempurnakan teori bahkan sebaliknya melemahkan bahkan mengugurkan teori.

136
PENELITIAN KUANTITATIF..... JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

Penelitian deskriptif (descriptive research), dimaksudkan untuk eksplorasi dan


klarifikasi mengenai korelasi atau pengaruh independent variable terhadap dependent variable,
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah indikator yang berkenaan dengan masalah dan unit
yang diteliti.
Alasan pemilihan kedua pendekatan penelitian tersebut adalah bahwa kedua jenis
penelitian tersebut saling memperkuat dan saling melengkapi sehingga akan dicapai hasil
penelitian yang tidak hanya obyektif, terstruktur dan terukur namun akan dicapai juga hasil
penelitian yang mendalam dan faktual.

Daftar Pustaka
Brannen, Julia. 1992. Mixing Methods: Qualitative and Quantitative Research. Brookfield,
USA: Avebury, Aldershot Publisher.
Creswell, John W. 1994. Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approachs, Second edition. London: Sage Publications.
Denzin, Norman K. & Tvona S. Lincoln (Eds.). Handbook of Qualitative Research.
Terjemahan oleh Dariyatno dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hal. 350.
Lincoln, Yvonna S. & Egon G. Guba. 1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage
Publications.
Mulyadi, Mohammad. 2010. Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Serta Praktek Kombinasinya
Dalam Penelitian Sosial. Jakarta : Nadi Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Suriasumantri, Jujun.S., 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta : Sinar Harapan.

137
JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA PENELITIAN KUANTITATIF.....
Vol. 15 No. 1 (Januari – Juni 2011)

Beberapa Konsep Teoritik Dalam Teori Penetrasi Sosial


The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-hubungan itu,
bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari tingkatan yang bukan bersifat inti menuju
ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini, maka
teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan
hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan
informasi.
Perkembangan hubungan sebagaimana dimaksudkan tadi, oleh Irwin Altman dan Dalmas
Taylor, berlangsung dalam empat tahap. Tahapan mana, perkembangan hubungan itu dianalogikannya
dengan sebuah bawang merah yang memiliki lapisan-lapisan kulit. Dengan analogi tersebut, maka
dijelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi mengenai diri
masing-masing. Ini pulalah apa yang dimaksudkan dengan penetrasi itu, yakni proses pengelupasan
bagian-bagian informasi setiap individu dari suatu pasangan secara perlahan.
Pada lapisan pertama atau terluar kulit bawang (tahap pertama), maka informasinya bersifat
superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain
sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang
baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi. Tahap kedua (lapisan kulit bawang
kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal
dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam
tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal
informasi yang berupaya menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi
makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya. Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap
pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya
tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-
masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti
kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani
“curhat”. Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan tahap
pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan
tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik.
Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan,
misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam.
Permasalahannya sekarang adalah, apakah proses penetrasi lewat interaksi yang terjadi pada
suatu pasangan selalu terjadi dalam proses yang linier melalui empat tahapan itu? Menurut Altman dan
Taylor, dengan mengacu pada teori pertukaran sosial dari John Thibaut dan Harold Kelley, itu tergantung
pada setiap individu suatu pasangan dalam melihat untung ruginya hubungan yang mereka buat terhadap
diri mereka masing-masing. Jika setiap individu menilai bahwa hubungan tersebut pada setiap tahapnya
(tahap 1, 2 dan 3) bisa saling menguntungkan diri masing-masing, maka tahapan tersebut akan berlanjut
hingga tahap empat. Namun bila yang terjadi sebaliknya, misalnya sejak tahap pertama menuju tahap
kedua sudah dinilai telah terjadi penurunan keuntungan dan peningkatan kerugian, maka hubungan akan
merenggang atau tahapan berikutnya tidak akan terjadi di antara sesama individu dalam suatu pasangan.
Lalu, apakah ukuran bagi setiap individu dalam suatu pasangan dalam menentukan dilanjutkan
tidaknya tahapan-tahapan hubungan dalam suatu proses penetrasi sosial lewat interaksi? Menurut Altman
dan Taylor, ada dua standar ukuran bagi keseimbangan antara cost and rewards. Pertama comparison
level (CL): Ukurannya adalah kepuasan yang dicapai seseorang dalam hubungan yang dibuatnya. Kedua,
comparison level of alternatives (CL alt). Ukuran yang digunakan adalah hasil terendah atau terburuk
dalam konteks cost and reward yang sifatnya dapat ditolerir seseorang dengan mempertimbangkan
alternatif-alternatif yang dimiliki seseorang. (Disajikan oleh Hasyim Ali Imran).

138
JURNAL/ARKITEL II

PEMAPARAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF


Oleh: Dr. Wahidmurni, M.Pd
UIN Maulana Malik Ibrahin Malang

Di dalam KBBI metode diartikan sebagai “cara yang digunakan untuk melaksanakan
suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerta yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. Dalam
dilihat bahwa metode ada cara yang sebelumnya sudah direncanakan kemudian digunakan
untuk melakukan kegiatan tertsentu. Maka metode penelitian adalah kegiatan yang sudah
operasional, yakni suatu cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan oleh peneliti
untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan.
Oleh karena itu dalam metode penelitian harus dipaparkan aktivitas-aktivitas yang akan
dilakukan peneliti untuk menjawab masalah penelitian. Untuk memastikan bahwa metode yang
akan dilakukan tersebut benar, maka diperlukan penguatan secara teoritis.
Secara umum bagian metode penelitian kuantitatif berisi beberapa hal yang harus ada, yaitu:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang memanfaatkan ilmu statistika
sebagai penguji keberhasilan penelitian. Dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa
jenis antara lain, penelitian tindakan, penelitian eksperiman, penelitian survey, dan
penelitian expost facto.
2. Populasi dan Sampel
KBBI versi online mendefinisikan populasi dan sampel adalah sebagai berikut,
populasi adalah seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu daerah; jumlah orang atau
pribadi dengan ciri-ciri yang sama; jumlah penghuni mau itu manusia atau makhluk hidup
lainnya dalam satuan ruang tertentu. Adapun definisi sampel adalah sesuatu kelompok kecil
yang digunakan untuk menunjukkan sifat kelompok yang lebih besar; bagian kecil yang
mewakili seluruh kelompok.
3. Instrument Penelitian
Merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian, dalam
kuantitatif instrument yang digunakan dikembangkan dari jabaran variable penelitian yang
berasald ari teori-teori yang akan diuji melalui kegiatan penelitian. Sebelum instrument
penelitian dikembangkan untuk mengumpulkan data, diperlukan pengujian insturmen yaitu
uji validitas dan reliabilitas, pengujian ini merupakan prasayarat untuk menggunakan
instrumen penelitian sebelum terjun ke lapangan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah tahap dimana peneliti melakukan kegiatan untuk
menemui responden dan mengambil data dari mereka dengan cara meminta responden
mengisi angket (jika menggunakan angket), mengamati kegiatan responden, mencatat
angka-angka atau hal-hal yang berkaitan dengan masalah penelitian, atau aktivitas lain
yang relevan.
5. Analisis Data
Melakukan analisis data tidak lari dari yang namanya statistika, ini merupakan
program mutlak untuk peneliti yang melakukan penelitian dengan pendekatan kuantitatif,
karena itu peneliti harus memperhatikan persyarakat penggunaan formula atau rumus-
rumus statistic dalam penelitiannya.
1

PEMAPARAN METODE PENELITIAN KUANTITATIF


Oleh: Dr. Wahidmurni, M.Pd
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: wahidmurni@pips.uin-malang.ac.id
Juli 2017

ABSTRAK

Metode penelitian kuantitatif merupakan suatu cara yang digunakan untuk


menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan data berupa angka dan
program statistik. Untuk dapat menjabarkan dengan baik tentang pendekatan
dan jenis penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, dan analisis data dalam suatu proposal dan/atau laporan
penelitian diperlukan pemahaman yang baik tentang masing-masing konsep
tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa jenis penelitian sampai
dengan analisis data yang dituangkan dalam proposal dan laporan penelitian
telah sesuai dengan kaidah penulisan karya ilmiah yang dipersyaratkan.
Pada artikel ini disajikan contoh-contoh riil pemaparan pendekatan dan jenis
penelitian sampai dengan analisis data penelitian kuantitatif.

Kata Kunci: metode penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif

A. Pendahuluan
Dalam KBBI metode diartikan sebagai “cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja
yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan”. Definisi ini menunjukkan bahwa metode itu suatu aktivitas yang
sudah operasional, artinya metode sudah dapat dijadikan pedoman untuk melakukan
kegiatan tertentu.
Dalam menyusun metode penelitian berarti bahwa pada bagian ini sudah harus
menggambarkan tentang cara-cara yang akan ditempuh atau digunakan oleh peneliti
untuk melaksanakan suatu kegiatan penelitian dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang dirumuskan dalam rumusan masalah atau fokus penelitian. Artinya dengan
membaca proposal penelitian, pembaca mengetahui cara-cara yang terperinci akan
dilakukan oleh peneliti untuk menjawab rumusan penelitian. Sebab, proposal penelitian
ini tentunya akan dibaca oleh pembimbing, calon subyek penelitian, atau orang lain
yang berkepentingan dengan proposal penelitian. Untuk itu mereka perlu mendapatkan
2

gambaran yang jelas dan rinci tentang kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh calon
peneliti.
Untuk itu calon peneliti harus dapat membedakan pengertian metodologi
penelitian dan metode penelitian. Secara umum metodologi penelitian ini masih bersifat
konseptual atau teoritis, sehingga ketika kita belajar metodologi penelitian kita banyak
berbicara tentang teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan metode
penelitian; artinya kita masih banyak mengutip pendapat pakar dari berbagai literatur
yang ada. Sedangkan yang dikehendaki dalam bagian metode penelitian dalam proposal
penelitian, lebih-lebih dalam laporan penelitian adalah uraian tentang cara-cara yang
akan dilakukan peneliti dalam menjawab pertanyaan yang dirumuskan dalam subbab
rumusan masalah penelitian atau fokus penelitian. Untuk itu, pada bagian metode
penelitian harus diuraikan cara-cara tersebut secara operasional, namun tetap didukung
oleh teori yang ada. Artinya cara atau langkah yang ditempuh mendapat dukungan atau
pembenaran dari suatu teori atau pendapat pakar.
Berikut beberapa contoh dalam memaparkan bagian metode penelitian.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa subbab-subbab yang ada pada bagian metode
penelitian, memiliki urutan yang mungkin berbeda antara perguruan
tinggi/instansi/lembaga yang satu dengan perguruan tinggi/instansi/lembaga yang lain.
Demikian juga subbab yang harus dikemukakan dalam kerangka penelitian kualitatif
juga berbeda dengan kerangka penelitian kuantitatif. Untuk itu, calon peneliti
hendaknya mampu untuk memilah dan memilihnya sendiri.
Secara umum bagian metode penelitian kuantitatif berisi subbab: (1)
pendekatan dan jenis penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4)
teknik pengumpulan data, dan (5) analisis data, sedangkan untuk metode penelitian
kualitatif berisi subbab: (1) pendekatan dan jenis penelitian, (2) kehadiran peneliti, (3)
lokasi penelitian, (4) sumber data, (5) teknik pengumpulan data, (6) analisis data, dan
(7) pengecekan keabsahan temuan.
Sebelum memulai menulis bagian ini hal penting yang harus diketahui adalah
bagaimana bentuk pertanyaan yang dirumuskan dalam bagian rumusan masalah
penelitian atau fokus penelitian?; kadang-kadang juga ada rumusan masalah dinyatakan
dalam kalimat pernyataan. Dari pertanyaan-pertanyaan ini dapat diketahui apakah
pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif atau
3

pendekatan penelitian kuantitatif. Kita dapat memutuskannya setelah mengetahui ciri-


ciri dari masing masing pendekatan penelitian yang dipelajari dalam matakuliah
Metodologi Penelitian.

B. Subbab dalam Metode Penelitian Kuantitatif


Subbab-subbab yang dideskripsikan dalam penelitian dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif setidaknya mencakup:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada bagian ini ada dua hal yang harus diuraikan yakni pendekatan penelitian dan
jenis penelitian. Untuk itu, calon peneliti diminta untuk memaparkan alasan
mengapa pendekatan kuantitatif digunakan dan mengapa pula jenis penelitian
tertentu itu dipilih. Sebab dalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa macam
jenis penelitian, yakni eksperimen dan non eksperimen. Masing-masing jenis ini
bentuknyapun beragam.
Untuk itu langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti adalah memahami
makna masing-masing arti pendekatan kualitatif dan jenis penelitian yang tepat
untuk digunakan menjawab rumusan masalah penelitian. Misalnya peneliti mencari
definisi pendekatan kuantitatif dan ciri-ciri yang ada pada pendekatan itu menurut
pakar (dalam literatur). Selanjutnya pemahaman atas pengetahuan itu
diterjemahkan dalam kegiatan operasional penelitian.
Sebagai contoh peneliti hendak meneliti ada tidaknya hubungan antara motivasi
dan hasil belajar di sekolah, maka ia hendaknya mencari literatur tentang
pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian korelasional. Misalnya ia menemukan
definisi penelitian kuantitatif seperti ini dari pakar sebagai berikut, “quantitative
research is an approach for testing objective theories by examining the relationship
among variables. These variables, in turn, can be measured, typically on
instruments, so that numbered data can be analyzed using statistical procedures
(Creswell, 2014:32); maka ia dapat mengoperasionalkan pengertian itu kedalam
penelitiannya, dan definisi pakar ini dapat dijadikan alasan mengapa ia
menggunakan pendekatan kuantitatif di dalam penelitiannya.
4

Contoh rumusannya adalah,


Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antara
motivasi dengan hasil belajar siswa di madrasah ibtidaiyah yang ada di kota
Malang. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yakni motivasi
belajar sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat. Indikator-
indikator variabel tersebut akan dikembangkan menjadi butir-butir pernyataan yang
dituangkan dalam kuesioner dengan menggunakan skala Likert untuk variabel
motivasi belajar, dan skor ujian tengah semester untuk hasil belajar, selanjutnya
data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan program statistik. Untuk
itu penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, hal ini sesuai dengan
pendapat Creswell (2014) yang menyatakan penelitian kuantitatif merupakan
pendekatan untuk menguji teori objektif dengan menguji hubungan antar variabel.
Variabel ini, pada gilirannya, dapat diukur dengan menggunakan instrumen,
sehingga data jumlah dapat dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik.
Untuk memaparkan jenis penelitian, peneliti mencari arti dari penelitian
korelasi, misalnya ia mendapatkan definisi dari pakar yang mengatakan bahwa,
“correlational research is a type of nonexperimental research in which the
researcher measures two variables and assesses the statistical relationship (i.e., the
correlation) between them with little or no effort to control extraneous variables
(Price, 2012:171)”. Creswell (dalam Creswell, 2014) menyatakan desain
korelasional di mana penyelidik menggunakan statistik korelasional untuk
menggambarkan dan mengukur tingkat atau asosiasi (atau hubungan) antara dua
atau lebih variabel atau rangkaian skor. Berdasarkan pemahaman ini selanjutnya ia
menuliskan dalam subbab ini misalnya sebagai berikut,
Dalam penelitian ini peneliti akan mengukur tingkat motivasi dan hasil belajar
siswa, selanjutnya data yang dihasilkan akan uji dengan menggunakan formula
Product Moment untuk megetahui besaran koefisien korelasinya dan menentukan
signifikan tidaknya hubungan kedua variabel tersebut. Untuk itu jenis penelitian ini
termasuk dalam jenis penelitian korelasional, hal ini sebagaimana dinyatakan oleh
Price (2012) dan Creswell (dalam Creswell, 2014) bahwa penelitian korelasional
merupakan jenis penelitian nonexperimental dimana peneliti mengukur dua variabel
5

dan menilai hubungan statistik (yaitu korelasi) antara mereka dengan sedikit atau
tidak ada usaha untuk mengendalikan variabel asing.
2. Populasi dan Sampel
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam
jaringan) mendefinisikan populasi dan sampel sebagai berikut,
populasi/po·pu·la·si/ n “1 seluruh jumlah orang atau penduduk di suatu
daerah; 2 jumlah orang atau pribadi yang mempunyai ciri-ciri yang sama; 3 jumlah
penghuni, baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu satuan ruang
tertentu; 4 sekelompok orang, benda, atau hal yang menjadi sumber pengambilan
sampel; suatu kumpulan yang memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan
masalah penelitian. Adapun definisi sampel/sam·pel/ n Stat adalah 1 sesuatu yang
digunakan untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar; 2 bagian
kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih besar; percontoh”.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, populasi dapat diartikan sebagai
jumlah semua orang atau non orang yang memiliki ciri-ciri yang sama dan
memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian dan dapat
dijadikan sebagai sumber pengambilan sampel. Sebagai contoh kita menyebutkan
mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester Ganjil tahun akademik
2017/2018, maka populasinya adalah jumlah seluruh mahasiswa program diploma,
sarjana, magister dan doktor yang melaksanakan registrasi pada semester dan tahun
akademik yang bersangkutan; sedangkan mahasiswa yang tidak melakukan
registrasi atau cuti tidak dihitung sebagai anggota populasi. Jadi kegiatan registrasi
merupakan contoh pemenuhan syarat-syarat disebut sebagai mahasiswa.
Bagaimana dengan sampel?. Dalam kegiatan penelitian sampel dapat diartikan
sebagai jumlah sebagian dari populasi yang kedudukannya mewakili populasi dan
dijadikan sebagai sumber pengumpulan data penelitian. Sebagai contoh, jika
peneliti menjadikan mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang semester
Ganjil tahun akademik 2017/2018 sebagai populasi, maka sampelnya adalah
sebagian para mahasiswa yang telah melakukan registrasi pada semester dan tahun
akademik yang bersangkutan. Ukuran tentang banyaknya sampel yang dibutuhkan,
dari program studi apa saja mereka harus diambil, berapa besaran jumlah sampel
6

dari masing-masing program (diploma sampai dengan doktor), dan sebagainya


perlu dikuasai oleh calon peneliti dengan mengkaji teknik pengambilan sampel.
Namun demikian dalam subbab populasi dan sampel definisi semacam ini tidak
harus dicantumkan, yang dipentingkan adalah mengemukakan (1) karakteristik
populasi, (2) prosedur dan formula (rumus) yang digunakan untuk menentukan
banyaknya sampel yang diambil serta teknik pengambilan sampel. Untuk itu alasan
teoritis perlu dikemukakan untuk memperkuat bahwa teknik pengambilan sampel
yang kita gunakan memang tepat.
Sebagai contoh subbab populasi dan sampel penelitian dari sebuah disertasi
yang berjudul Hubungan Kausal antara Faktor Manajerial, Perencanaan dan
Ketidakpastian Lingkungan dengan Kinerja UKM pada Sektor Manufaktur di Jawa
Timur karya Wahidmurni (2003:79) memaparkan sebagai berikut,
a. Populasi Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah para manajer perusahaan yang
bergerak pada sektor manufaktur skala menengah sebagaimana yang
ditetapkan dalam definisi operasional penelitian dan telah terdaftar pada
dinas industri dan perdagangan kota dan kabupaten yang ada di Jawa
Timur. Hal yang dipertimbangkan dalam penentuan populasi ini adalah,
bahwa UKM pada sektor manufaktur di Jawa Timur memiliki potensi
dan kontribusi yang sangat besar bagi pembentukan PRDB dan
penyerapan tenaga kerja, di samping itu propinsi ini juga merupakan
salah satu tolok ukur bagi keberhasilan pembangunan yang di dukung
oleh infrastuktur yang memadai (Kanwil Deperindag Jatim, 1996).
UKM sebagai obyek penelitian yang dimaksudkan dalam penelitian ini
adalah industri dalam skala usaha menengah sebagaimana dimasudkan
dalam definisi operasional, dengan menggunakan persepsi manajer
sebagai unit analisisnya. Dengan demikian responden dalam penelitian
ini adalah manajer perusahaan.
Dari segi kuantitas, jumlah usaha skala menengah sektor industri
pengolahan di Jawa Timur tidak teridentifikasi secara pasti. Hal demikian
sebagaimana diungkap oleh Bapak Djoko selaku Kepala Sub
Penyusunanan Program Kantor Wilayah Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Jawa Timur di Surabaya, bahwa: “tidak ada catatan yang
pasti tentang banyaknya sektor usaha kecil dan menengah di dinas ini,
lebih-lebih pada era otonomi daerah ini, hubungan antara kanwil dengan
dinas perindag daerah seolah-olah telah terputus, hanya pada hal-hal
tertentu saja ada koordinasi. Dengan demikian data mengenai UKM
yang ada adalah data tahun-tahun sebelum otonomi daerah diberlakukan,
berikut data dari bagian perijinan usaha. Untuk pendataan UKM
sepenuhnya diserahkan pada dinas perindag masing-masing kota dan
kabupaten”.
7

Setelah dilakukan pengecekan pada dua dinas perindag, yakni dinas


perindag kabupaten dan kota Malang diperoleh data bahwa pada dua
dinas tersebut, data mengenai UKM kurang begitu lengkap dan kurang
terperinci. Hal demikian dapat diketahui dari klasifikasi penggolongan
usaha; yakni tidak jelas klasifikasi mana perusahaan yang tergolong skala
usaha kecil, menengah dan besar. Hal demikian menunjukkan bahwa
kemungkinan data seperti itu juga akan ditemukan pada beberapa dinas
perindustrian dan perdagangan yang ada di kota dan kabupaten lainnya.
Akhirnya untuk memperoleh jumlah usaha skala menengah yang
tercakup dalam populasi penelitian ini adalah dengan merujuk pada hasil
sensus Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur tahun 2001 yang
diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul Direktori Perusahaan
Industri Besar dan Sedang di Jawa Timur 2001. Dalam buku tersebut
dapat diidentifikasi jumlah usaha industri skala sedang di Jawa Timur
pada tahun 2001 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.5 Jumlah Industri Sedang di Jawa Timur Tahun 2001


Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)

No. KLUI Jumlah Persentase


1. Industri makanan, minuman, tembakau 1.414 39,147
2. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 580 16,058
3. Industri kayu 423 11,710
4. Industri kertas 133 3,682
5. Industri kimia 349 9,662
6. Industri barang galian bukan logam 281 7,780
7. Industri logam dasar 31 0,858
8. Industri barang dari logam dan mesin 319 8,832
9. Industri pengolahan lainnya 82 2,270

Jumlah 3.612 100

Dengan mempertimbangkan konsep pembangunan Jawa Timur yang


dilakukan melaui empat koridor, yakni (1) Koridor Utara Selatan terdiri
dari Gresik-Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Pasuruan-Malang-Blitar, (2)
Koridor Barat Daya terdiri Jombang-Kediri-Tulungagung-Trenggalek-
Nganjuk-Madiun-Ponorogo-Pacitan dan Magetan, (3) Koridor Timur
terdiri atas Probolinggo-Situbondo-Bondowoso-Lumajang-Jember dan
Banyuwangi, dan (4) Koridor Utara terdiri dari Lamongan-Tuban-
Bojonegoro-Ngawi-Bangkalan-Sampang-Pamekasan dan Sumenep (D-
Infokom-Jatim, 2001); maka dalam pengambilan sampel juga
memperhatikan keempat koridor ini.

b. Sampel Penelitian
Berkaitan dengan sampel penelitian Sudjana (1988:72) menyatakan
bahwa “tidak ada ketentuan yang baku atau rumus yang pasti. Sebab
keabsahan sampel terletak pada sifat dan karakteristiknya mendekati
populasi atau tidak, bukan pada besar atau banyaknya … minimal 30
subyek. Ini didasarkan atas perhitungan atau syarat pengujian yang lazim
8

digunakan dalam statistika”. Gay (1981:98), McMillan &Schumacher


(1984:122) berpendapat bahwa “ untuk penelitian korelasional paling
tidak 30 subyek (orang)”.
Arikunto (1995:120), membedakan berdasarkan banyaknya subyek
penelitian, yakni untuk subyek yang kurang dari 100 dengan yang lebih
dari 100, yang menyatakan bahwa “untuk ancer-ancer maka apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi; selanjutnya jika jumlah
subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau antara 20-25% atau
lebih tergantung pada (1) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga
dan dana, (2) sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, dan
(3) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti”.
Pada dasarnya berbagai formula penentuan besarnya sampel di atas
adalah dirancang dalam rangka mencapai kerepresentatipan data sampel
untuk mewakili karakteristik populasi. Sekali lagi perlu ditekankan
bahwa tidak ada formula yang baku atau pasti dalam penentuan besarnya
sampel. Hal demikian juga dikemukakan Chadwick, Bahr dan Albrecht (-
:82) bahwa “tidak ada aturan mutlak mengenai penentuan besarnya
sampel; yang perlu ditinjau adalah sifat populasi, mempertimbangkan
sifat perilaku yang dikaji, dan waktu serta dana yang tersedia, kemudian
membuat keputusan tentang besarnya sampel”.
Berdasar atas (1) tingkat kemungkinan homogenitas populasi, (2) uraian
tentang penentuan besarnya sampel dari berbagai ahli di atas, dan (3)
informasi temuan survey yang dilakukan oleh Departemen Perindustrian
dan Perdagangan pada bulan April sampai dengan Juli 1998 terhadap 10
daerah yakni: Ujung Pandang, Bandung, Jabotabek, Cirebon,
Yogyakarta, Klaten, Nusa Tenggara Timur, Bali, Medan, dan Ambon
ditemukan bahwa sebesar 72,90 % UKM mengalami penurunan usaha
dan yang bertahan hanya sebesar 17,30% (Prawirokusumo, 2001), dan
(4) apa yang dikemukakan oleh wakil ketua Kamar Dagang dan Industri
Daerah (Kadinda) Jawa Timur Shahputra Woworuntu bahwa UKM Jawa
Timur yang masih dapat bertahan setelah peledakan bom Bali hanya
40%. Artinya dari total UKM se-Jatim yang berjumlah 6,6 juta unit,
hanya 2,6 juta unit yang masih bertahan dan terus berprodukasi,
sedangkan sisanya 4 juta unit sudah gulung tikar (Kompas, 9 Januari
2003); maka besarnya target sampel dalam penelitian ini ditetapkan
sebesar 100 unit.
Di samping itu, jumlah target sampel di atas juga ditetapkan dengan
berbagai pertimbangan yang terkait dengan masalah perolehan data,
antara lain:
1) Memenuhi asumsi metodologi dalam penerapan SEM, yakni sampel
yang sesuai adalah antara 100-200.
2) Dalam penerapan SEM, besarnya sampel minimum absolutnya adalah
50 (Solimun, 2002:83).
3) Dari berbagai penelitian yang menggunakan manajer sebagai
respondennya, jumlah sampel yang dipergunakan untuk penelitian
sejenis di Indonesia berkisar antara 50-90 orang (Indriantoro,1993,
Laksamana, 1995, Wignjohartoyo, 1995 dalam Hotama, 2001:103).
9

4) Jumlah ukuran sampel yang ditargetkan di atas telah memenuhi


batasan jumlah sampel yang sesuai dan memenuhi persyaratan sampel
yang terdistribusi normal dalam pengujian statistik (jumlah sampel = n
lebih dari atau sama dengan 30).
5) Yang terakhir adalah terbatasnya kemampuan peneliti baik berupa
waktu, tenaga, dan lebih-lebih dana yang dibutuhkan mengingat
luasnya wilayah penelitian dari setiap subyek yang hendak dicakup
dalam penelitian.
Jumlah target minimal di atas, dicapai dengan cara (1) mendatangi objek
penelitian baik oleh peneliti maupun petugas lapangan, dan (2)
pengiriman angket melalui pos, hal ini dilakukan untuk memudahkan
aspek jangkauan wilayah penelitian. Kedua cara tersebut dimaksudkan
agar informasi yang dikumpulkan dapat lebih banyak dan tersebar merata
dalam seluruh wilayah kabupaten dan kota yang ada di Jawa Timur;
meskipun disadari bahwa tidak semua daftar kuesioner akan
dikembalikan.
Adapun cara pengambilan sampel yang digunakan adalah cara
pengambilan sampel dengan jenis sampel kluster, yakni “kelompok yang
mempunyai sifat heterogen diidentifikasi terlebih dahulu lalu dipilih
secara random. Semua elemen dari hasil random tersebut diteliti”
(Zikmund; Cooper dan Schindler dalam Kuncoro, 2003:114). Kerangka
sampelnya adalah semua industri pengolahan skala menengah yang ada
di Jawa Timur. Dalam mana industri pengolahan ini dapat
dikelompokkan menjadi sembilan golongan usaha sebagaimana yang
telah dikelompokkan oleh BPS sebagaimana disajikan dalam tabel 3.1.
Dengan demikian, perolehan kerangka sampelnya adalah sebagai berikut,

Tabel 2.6 Jumlah Sampel yang Diharapkan Berdasar Klasifikasi


Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) Industri Sedang di
Jawa Timur

No. KLUI Jumlah Persentase Jumlah


Populasi Sampel

1. Industri makanan, minuman, tembakau 1.414 39,147 40


2. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit 580 16,058 16
3. Industri kayu 423 11,710 12
4. Industri kertas 133 3,682 4
5. Industri kimia 349 9,662 10
6. Industri barang galian bukan logam 281 7,780 8
7. Industri logam dasar 31 0,858 1
8. Industri barang dari logam dan mesin 319 8,832 9
9. Industri pengolahan lainnya 82 2,270 2

Jumlah 3.612 100 101

Dalam kasus tertentu anggota populasi dijadikan responden semuanya, artinya


semua anggota populasi menjadi sampel; untuk itu subbab populasi dan sampel
diubah menjadi subbab subyek penelitian. Dalam kasus semacam ini hendaknya
10

dikemukakan alasan mengapa seluruh anggota populasi dijadikan sampel


penelitian.

3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan dalam mengumpulkan data
penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, umumnya alat pengumpul data/instrumen
penelitian yang digunakan oleh peneliti dikembangkan dari jabaran variabel
penelitian yang dikembangkan dari teori-teori yang akan diuji melalui kegiatan
penelitian yang dikerjakan. Untuk itu sebelum instrumen penelitian yang
dikembangkan digunakan untuk mengumpulkan data pada obyek atau responden
yang sesungguhnya, hendaknya instrumen tersebut diuji validitas dan reliabilitasnya.
Pemahaman peneliti atas validitas dan reliabilitas instrumen merupakan prasyarat
mutlak bagi peneliti kuantitatif.
Berkaitan dengan instrumen penelitian kuantitatif terdapat tiga kemungkinan
instrumen penelitian yang dapat digunakan oleh peneliti, yakni (1) peneliti
menggunakan instrumen penelitian yang sudah baku, yakni instrumen yang telah
dikembangkan dan digunakan oleh lembaga atau peneliti sebelumnya, dimana
instrumen tersebut sudah teruji/ memenuhi persyaratan uji validitas dan
reliabilitasnya; (2) peneliti memodifikasi instrumen penelitian yang sudah ada
sebelumnya; dan (3) peneliti mengembangkan sendiri instrumen yang akan
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Untuk penggunaan instrument
penelitian yang pertama, uji validitas dan reliabilitas tidak perlu dilakukan,
sedangkan untuk penggunaan instrumen penelitian yang kedua dan ketiga perlu
dilakukan uji coba instrument penelitian untuk menentukan kelayakan instrumen
ditinjau dari uji validitas dan reliabilitasnya.
Untuk itu, pada subbab instrumen penelitian ini hal yang harus dikemukakan
adalah alasan pemilihan instrumen yang digunakan (hal ini sangat berkaitan dengan
bagian jabaran variabel penelitian yang tertuang dalam subbab ruang lingkup
penelitian di bab pendahuluan). Bagaimana proses mengembangkan instrumennya
(termasuk di dalamnya adalah bagaimana mengembangkan butir-butir pernyataan
atau pertanyaan, dan bagaimana teknik penskorannya). Proses yang dituangkan
11

dalam bagian ini seperti ketika pendidik mengembangkan instrumen penilaian hasil
belajar siswa.
Contoh pemaparannya adalah sebagaimana yang ditulis Wahidmurni (2003:85)
dalam disertasinya sebagai berikut,
Dalam penelitian ini alat pengumpul data (instrumen) yang digunakan
adalah non tes, yakni berupa angket atau kuesioner. Butir-butir
pertanyaan atau pernyataan dalam angket dikembangkan berdasar atas
teori manajemen yang relevan dengan masing-masing variabel
penelitian. Pertanyaan atau pernyataan dalam angket diukur dengan
menggunakan skala Likert, yaitu “suatu skala yang digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial” Sugiyono (1992:67). Jawaban dari setiap
item instrumen tersebut memiliki gradasi dari sangat positif sampai
dengan sangat negatif, yang berupa kata-kata seperti: selalu, sering,
kadang-kadang, jarang, tidak pernah; sangat memuaskan, memuaskan,
cukup memuaskan, tidak memuaskan, sangat tidak memuaskan.
Dengan demikian, dalam pengukuran variabel penelitian, responden
diminta untuk menyatakan persepsinya dengan memilih salah satu
dari alternatif jawaban dalam skala satu sampai dengan lima.
Adapun pengembangan instrumen untuk masing-masing variabel
penelitian adalah sebagai berikut:
...
Kuesioner untuk mendiagnosis tingkat itensitas perencanaan
operasional dirancang untuk mengungkap tingkat itensitas
perencanaan operasional yang telah dilaksanakan oleh manajer
perusahaan. Terdapat lima sub variabel yang diukur dalam
perencanaan operasional, yakni (1) perencanaan sumberdaya manusia,
(2) perencanaan persediaan, (3) perencanaan anggaran, (4)
perencanaan penjualan, dan (5) perencanaan pasar.
Terdapat dua puluh tiga buah pernyataan yang digunakan untuk
mengungkap tingkat itensitas perencanaan operasional ini. Semua
pernyataan dirumuskan dalam kalimat positif. Adapun alternatif
jawaban yang diberikan untuk menanggapi pernyataan yang ada
meliputi: (1) tidak pernah yang berarti bahwa aktivitas yang
diungkapkan dalam pernyataan tidak pernah dilakukan, terhadap
alternatif jawaban ini skor yang diberikan adalah satu; (2) jarang
yang berarti bahwa aktivitas yang diungkapkan dalam pernyataan
jarang dilakukan, terhadap alternatif jawaban ini skor yang diberikan
adalah dua; (3) kadang-kadang yang berarti bahwa aktivitas yang
diungkapkan dalam pernyataan kadang-kadang dilakukan dan kadang-
kadang tidak dilakukan, terhadap alternatif jawaban ini skor yang
diberikan adalah tiga; (4) sering yang berarti bahwa aktivitas yang
diungkapkan dalam pernyataan sering dilakukan, terhadap alternatif
jawaban ini skor yang diberikan adalah empat; dan (5) selalu yang
berarti bahwa aktivitas yang diungkapkan dalam pernyataan selalu
dilakukan, terhadap alternatif jawaban ini skor yang diberikan adalah
12

lima. Karena dalam instrumen ini terdapat dua puluh tiga buah
pernyataan, maka skor total terendah adalah 23 (yakni hasil perkalian
antara skor 1 dengan banyaknya jumlah pernyataan 23 buah); dan
skor total tertinggi adalah 115 (merupakan hasil perkalian antara skor
5 dengan banyaknya jumlah pernyataan 23 buah).
Secara visual rentang alternatif jawaban berikut skornya dapat
digambarkan sebagai berikut:

Tidak Jarang Kadang- Sering Selalu


Pernah kadang
1 2 3 4 5

Karena dalam variabel perencanaan operasional ini terbagi atas lima


buah subvariabel, maka skor total masing-masing subvariabel akan
berbeda-beda tergantung dari jumlah pernyataan yang dirumuskan
untuk menjaring data subvariabel yang bersangkutan. Secara
terperinci jumlah pernyataan, skor total terendah dan skor total
tertinggi masing-masing jenis perencanaan operasional adalah
sebagai berikut:

Tabel 1. Jabaran Variabel Perencanaan Operasional berikut


Jumlah Item Pernyataan, Skor Total Terendal dan
Skor Total Tertinggi
Skor Total Skor Total
Jenis Perencanaan Nomor Jumlah
No. Terendah Tertinggi
Operasional Pernyataan Pernyataan
1. Perencanaan SDM 1-5 5 5 25
2. Perenc. Persediaan 6-10 5 5 25
3. Perenc. Anggaran 11-14 4 4 16
4. Perenc. Penjualan 15-18 4 4 16
5. Perencanaan Pasar 19-23 5 5 25
Total 23 23 115

….

Contoh di atas adalah sebagian contoh dari proses penelitian yang sudah selesai
artinya diambil dari laporan penelitian yang sudah jadi. Boleh jadi apa yang tertuang
di atas adalah hasil modifikasi dari rumusan sebelumnya yang tertuang dalam
proposal penelitian. Hal ini penting untuk diketahui, bahwa apa yang tertuang dalam
proposal penelitian dapat berkembang atau bahkan berubah (umumnya terjadi pada
penelitian dengan pendekatan kualitatif) seiring dengan proses pengumpulan data di
lapangan.
Dalam penelitian kuantitatif, hasil pengujian validitas dan reliabilitas instrumen
penelitian dapat memungkinkan adanya perubahan jumlah butir
13

peryataan/pertanyaan yang diuji. Hal ini dapat terjadi, jika ada butir-butir
pernyataan/pertanyaan yang diuji hasilnya tidak valid. Butir pernyataan/pertanyaan
yang terbukti tidak valid ini kemungkinannya adalah (1) membuat butir
pernyataan/pertanyaan pengganti untuk diuji coba lagi, atau (2) menghapus butir
pernyataan/pertanyaan tersebut dengan alasan masih ada butir
pernyataan/pertanyaan yang dapat digunakan untuk menggambarkan indikator
variabel penelitian yang mewakilinya (misalnya satu indikator dikembangkan
menjadi beberapa butir pernyataan/pertanyaan). Untuk itu, hasil pengujiannya
harus dilaporkan pada subbab ini (instrumen penelitian), bukan pada bab hasil
penelitian (bab IV); sebab uji validitas dan realibilitas dilakukan pada subyek uji
coba (bukan pada responden yang sesungguhnya), sehingga dilakukan sebelum
pengumpulan data penelitian dilakukan.

4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahapan penelitian dimana peneliti melakukan
kegiatan untuk menemui responden penelitian dan meminta mereka untuk mengisi
angket penelitian (jika menggunakan angket sebagai instrumen penelitian);
mengamati kegiatan (jika menggunakan pedoman pengamatan semacam daftar cek);
mencatat angka-angka atau kata-kata yang berkaitan dengan topik penelitian (jika
menggunakan pedoman dokumentasi); atau aktivitas lainnya yang relevan. Untuk itu
pada subbab ini yang perlu dikemukakan adalah bagaimana cara yang akan
dilakukan peneliti untuk mendapatkan data penelitian dan kapan kegiatan
pengumpulan data dilakukan.
Oleh karena pada pengumpulan data penelitian dalam pendekatan kuantitatif
berbeda dengan dalam pendekatan kualitatif, dimana dalam penelitian dengan
pendekatan kualitatif peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument) penelitian
artinya peneliti wajib hadir di kancah penelitian bertemu langsung dengan para
informan penelitian, sedangkan dalam penelitian kuantitatif peneliti tidak wajib hadir
dan bertemu langsung dengan responden penelitian (peneliti dapat
menggunakan/memanfaatkan orang lain untuk mengumpulkan data); untuk itu pada
bagian ini juga perlu dikemukakan pihak-pihak yang dilibatkan dalam kegiatan
pengumpulan data penelitian, jika itu dilakukan.
14

Contoh memaparkan subbab pengumpulan data sebagimana ditulis Wahidmurni,


(2003:101) sebagai berikut,

Untuk memperoleh data, langkah-langkah dan teknik yang digunakan


adalah sebagai berikut: (1) untuk data faktor manajerial diperoleh dari
pendapat manajer tentang tingkat kepercayaannya terhadap adanya
hubungan antara perencanaan dengan kinerja usaha, dan tingkat
kemampuan yang dimiliki yang dijaring melalui angket, (2) untuk data
tingkat perencanaan diperoleh dari pendapat manajer tentang tingkat
perencanaan yang telah dibuat oleh pihak manajemen perusahaan yang
dijaring dengan menggunakan angket, (3) untuk data tentang tingkat
ketidakpastian lingkungan juga diperoleh melalui persepsi manajer
tentang ketidakpastian lingkungan yang dihadapi oleh perusahaannya,
yang dijaring dengan menggunakan angket, dan (4) data tentang kinerja
usaha juga diperoleh dari manajer dengan menggunakan angket. Dengan
demikian semua data penelitian diperoleh dengan menggunakan angket
dan bersumber dari manajer perusahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti terlibat sepenuhnya dalam pengumpulan
data. Peneliti melibatkan sebanyak 6 orang dalam proses pengumpulan
data, dan sebelum dilibatkan dalam proses pengumpulan data, orang-
orang tersebut diberi penjelasan tentang isi dan maksud dari penyebaran
angket. Seluruh orang yang terlibat dalam proses pengumpulan data
sepenuhnya masih dalam pengawasan peneliti. Adapun waktu
pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan
Nopember 2002.

5. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, penggunaan program statistik merupakan suatu
yang mutlak diperlukan. Untuk itu pemahaman tentang persyaratan penggunaan
formula atau rumus-rumus statistik itu harus diperhatikan. Hal ini penting, sebab
setiap formula/rumus dalam statistik memerlukan persyaratan-persyaratan tertentu,
misalnya persyaratan tentang skala data. Sebagai contoh, peneliti memiliki data
penelitian yang kesemuanya datanya berskala interval dan rasio, maka peneliti dapat
menggunakan formula atau rumus Product Moment dan Regresi untuk menguji
keterkaitan variabel satu dengan variabel lainnya, sebab kedua rumus ini dapat
digunakan jika data penelitian minimal berskala interval. Persyaratan lain misalnya
tentang perlunya lolos dalam uji asumsi klasik, jika peneliti hendak menggunakan
statistik parametrik, jika tidak lolos dalam uji asumsi klasik maka peneliti harus
menggunakan formula/rumus yang termasuk dalam statistik non parametrik.
15

Secara umum pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan,
yakni apakah menggunakan metode statistik deskriptif ataukah statistik inferensial.
Jika menggunakan statistik inferensial, sebutkan statistik parametrik atau statistik
nonparametrik yang digunakan, serta kemukakan alasan penggunaan metode statistik
tersebut.
Beberapa teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan
karenanya mampu memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan
dengan teknik analisis sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik
parametrik secara tepat harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan
penerapan statistik nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Catatan, apabila teknik analisis data yang digunakan sudah dikenal luas oleh
kalangan pembaca, maka pembahasannya tidak perlu panjang lebar. Demikian
sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan kurang populer, maka uraian
tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila dalam analisis ini
digunakan komputer perlu disebutkan nama programnya, misalnya SPSS for
Windows.
Berikut adalah contoh mengemukakan teknik analisis data dalam sebuah laporan
penelitian disertasi oleh Wahidmurni (2003),
Terdapat dua jenis analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni
(1) analisis deskriptif, dan (2) analisis inferensial. Analisis deskriptif
dilakukan dengan cara mendeskripsikan masing-masing variabel penelitian
berdasar data yang diperoleh; sedang analisis inferensial dilakukan dengan
cara mengkuantifikasikan data yang diperoleh sebagaimana yang telah
diuraikan dalam bagian instrumen penelitian, yang selanjutnya dianalisis
dengan SEM. Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan
skala interval, sebab dalam “model analisis jalur ini cocok untuk variabel-
variabel yang datanya berskala interval” (Hasan, 1992:1).
Secara keseluruhan, aplikasi SEM sebagaimana yang ditulis oleh Solimun
(2002:71) dan Ferdinand (2002:iv) keduanya disunting dari Hair,
Anderson, Tatham dan Black adalah sebagai berikut: (1) pengembangan
model berbasis konsep dan teori, (2) mengkontruksi atau pengembangan
diagram alur (path diagram), (3) konversi diagram path ke dalam
persamaan, (4) memilih matriks input dan tehnik estimasi model, (5)
analisis kemungkinan munculnya masalah identifikasi, (6) evaluasi kriteria
goodness of-fit, yang meliputi (a) asumsi-asumsi SEM, (b) uji kesesuaian
dan uji statistik, (c) uji reliabilitas, dan (7) interpretasi dan modifikasi
model. …
16

C. Penutup
1. Harus dibedakan antara istilah metodologi penelitian dan metode penelitian. Istilah
metodologi penelitian berarti ilmu yang mempelajari cara-cara (metode) yang dapat
dijadikan sebagai cara menjawab masalah penelitian, artinya perbincangan dalam
metodologi penelitian masih bersifat konseptual atau tataran teoritis, sedangkan
istilah metode penelitian sudah mengacu pada aktivitas yang sudah operasional,
yakni suatu cara-cara atau langkah-langkah yang akan dilakukan oleh calon peneliti
untuk menjawab masalah penelitian yang diajukan. Jadi dalam bagian metode
penelitian harus dipaparkan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan calon peneliti
untuk menjawab masalah penelitian. Untuk memastikan bahwa cara atau aktivitas
yang akan dilakukan tersebut adalah benar, maka perlu dikuatkan dengan dukungan
secara teoritis, sebagaimana yang telah dikaji dalam metodologi penelitian.
2. Secara umum bagian metode penelitian kuantitatif berisi subbab: (1) pendekatan
dan jenis penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen penelitian, (4) teknik
pengumpulan data, dan (5) analisis data. Namun demikian, boleh jadi pada
pedoman penulisan karya ilmiah yang digunakan oleh masing-masing instansi
berbeda, untuk itu calon peneliti harus berpedoman pada pedoman penulisan
dimana mereka bernaung. Namun demikian, secara umum isi yang harus
dijabarkan adalah sama, intinya adalah calon peneliti harus memastikan bahwa dari
masing-masing subbab tersebut sudah benar-benar telah diuraikan secara
operasional atau terinci dan telah mendapat dukungan dari teori.

DAFTAR RUJUKAN

Creswell, J. W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods


Approaches, 4 Edition. London: Sage

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan).

Price, P. C. 2012. Psychology Research Methods: Core Skills and Concepts (v. 1.0).
https://2012books.lardbucket.org/pdfs/psychology-research-methods-core-skills-
and-concepts.pdf, diakses tanggal 8 Juni 2017.

Wahidmurni. 2003. Hubungan Kausal antara Faktor Manajerial, Perencanaan dan


Ketidakpastian Lingkungan dengan Kinerja UKM pada Sektor Manufaktur di
Jawa Timur. Disertasi, tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
JURNAL/ARTIKEL III

STRATEGI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF DI DALAM


PENELITIAN AGAMA
Oleh: Sonny Eli Zaluchu
Sekolah Tinggi Teologia Baptis Indonesia (STBI) Semarang

Paradigma Penelitian
Sebuah penelitian dalam metode apapun yang digunakan untuk melakukannya
setidaknya memenuhi unsur pengamatan, pengujian, dan penjelasan. Karena semuanya
diarahkan pada satu titik yakni mengungkapkan kebenaran. Metode penelitian bervariasi,
semua penelitian tergantung peneliti dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan
metode penelitian. Dalam KBBI metode artinya sebagai sebuah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Sedangkan penelitian menurut KBBI juga adalah sebagai peneriksaan yang teliti; penyelidikan;
kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan objektif untuk memecahkan masalah atau melakukan pengujian pada hipotesis.
Maka metode penelitian dapat disimpulkan sebagai rangkaian langkah-langkah kerja
ilmiah yang dilakukan sistematis, terarah dan objektif di dalam rangka memecahkan masalah.
Rangkaian dimulai dari saat rancangan penelitian disusun hingga pada implikasi hasil
penelitian.

Menentukan Masalah Riset


Pada umumnya, kategori sumber masalah dapat dibagi menjadi dua yaitu masalah
bersumber dari pengalaman empiris dan masalah berdasarkan deduksi teoritis. Masalah yang
bersumber dari pengalaman empiris digunakan untuk menemukan jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dari fenomena atau gejala yang terjadi di lapangan. Sedangkan deduksi
teoritis adalah berbasis pada teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk kemudian diteliti
pengaplikasiannya secara empiris, diuji, dan disimpulkan apakah teori tersebut tetap atau perlu
penyempurnaan kembali. Hasil penelitian yang masalah bersumber dari deduksi teoritis dapat
menguatkan teori yang sudah ada atau melahirkan yang baru.
Sebuah penelitian berawal dari sebuah masalah, penelitian dilakukan karena adanya
ditemukan permasalahan yang membutuhkan solusi atau penyelesaian. Maka dalam penelitian,
sebuah masalah ada untuk dipaparkan, dianalisis, dan dipecahkan melalui langkah-langkah
yang dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Masalah penelitian yang bagus, sebaiknya
menarik, menantang untuk dikaji, menantang untuk dicarikan solusi, menghasilkan perbaikan
atau peningkatan kepada sesuatu yang lebih baik, serta masalah yang membawa kepada hal
baru dan Out of the Box. Oleh karena itu, di latar belakang sebuah penelitian harus benar-benar
mengungkapkan argument yang sesuai dengan gejala yang diteliti, untuk menunjukkan
kelayakan gejala yang diteliti melalui sebuah metode penelitian.
Ada beberapa hal yang patut direnungkan dalam mengambil keputusan untuk
menentukan sebuah masalah:
1. Apakah pokok permasalah tersebut menarik untuk diteliti
2. Apakah sebuah pokok permasalah, benar-benar hadir sebagai sebuah masalah yang layak
atau patut diteliti
3. Apakah pokok permasalahan yang diteliti tersebut setelah diteliti menyumbangkan
implikasi yang membawa penyelesaian, perbaikan atau pencerahan.
4. Apakah terdapat sebuah kesenjangan antara kondisi ideal dari pokok permasalahan dengan
realitas sehingga layak diteliti.
Pemilihan Metode
Pendektan Kuantitatif atau Kualitatif
Pemilihan metode pendekatan kuantitatif dalam penelitian tergantung pada beberapa
faktor, seperti tujuan penelitian, jenis data yang dikumpulkan, dan karakteristik sampel yang
diteliti. Pemilihan metode pendekatan kuantitatif harus mempertimbangkan masalah penelitian
yang diteliti, jenis data yang tersedia, dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk
menerapkan metode tersebut. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan batasan dan
kelebihan masing-masing metode dalam konteks penelitian yang spesifik.
Sama dengan penelitian kuantitatif, pemilihan metode pendekatan kualitatif dalam
penelitian tergantung pada tujuan penelitian, sifat fenomena yang diteliti, dan konteks
penelitian. Metode pendektan kualitatif berfokus pada pemahaman mendalam tentang makna,
persepsi, pengalaman, dan konteks sosial dari fenomena yang diamati.
Pemilihan metode pendekatan kualitatif harus didasarkan pada pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, dan jenis data yang dibutuhkan untuk memahami fenomena yang diamati
secara mendalam. Metode kualitatif memungkinkan penelitia untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang rumit dan kompleks serta menggali dimensi subjektif dan kontesktual dari
fenomena tersebut.
1. Metode Penelitian menurut Tingkat Eksplanasi
Berdasarkan tingkat eksplanasi, yaitu proses memberikan penjelasan tentang suatu
fenomena atau peristiwa. Metode penelitian dibagi menjadi 3 kategori yakni Deskriptif,
Eksploratori, dan Eksplanatori.
a. Deskriptif, pada umumnya bersifat memaparkan hasil penelitian beserta variable-
variabel yang terdapat di dalam penelitian secara akurat. Ciri khas metode ini adalah
memberikan gambaran yang berisikan penjelasan mengenai karakteristik hingga sifat
sebuah fenomena yang terjadi. Tujuan utama penggunakan metode despkriptif adalah
untuk mempertegas situasi atau kondisi tertentu.
b. Eksploratori, bersifat menggali dan mendalami. Lebih daripada sekedar memberikan
gambaran terhadap suatu fenomena, namun juga menjajaki temuan dan menjelajahi
setiap kemungkinan yang ada karena pengetahuan awal tentang masalah masih minim
bahkan tidak ada. Penyelidikan dilakukan untuk menemukan masalah dan apa yang
menjadi penyebabnya, serta mencari ide dan hubungan baru yang selama ini belum
terjelaskan dengan baik.
c. Eksplanatori, metode ini bukan menjajaki atau menjelajahi tapi bersifat menerangkan
atau menjelaskan. Perbedaannya dengan deskriptif? Kalau deskriptif menjawab
pertanyaan “apa”, maka eksplanatori menjawab “mengapa” dan “bagaimana” didalam
masalah penelitian.
2. Metode Penelitian menurut Metode Pelaksanaannya
Terdapat beberapa jenis penelitian menurut pelaksanaannya, sebagai berikut:
a. Penelitian Survey. Penelitian yang dilakukan dengan mengambil data pada populasi
dengan alat pengumpulan data, bisa berupa angket, wawancara, atau bahan-bahan lain
yang memberikan informasi.
b. Ex Post Facto. Penelitian yang dilakukan dengan cara kembali ke belakang dari sebuah
peristiwa yang telah terjadi di masa sekarang untuk mencari faktor penyebab yang
menjadi timbulnya peristiwa sekarang.
c. Eksperimen. Penelitian yang berusaha menguji hipotesis, berhubungan dengan variable
yang diteliti. Penelitian eksperimen melakukan control terhadap satu variable untuk
dilihat dampak fenomena yang ditimbulkan dari pengontrolan tersebut.
d. Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian yang bertujuan untuk melakukan
pengembangan atau menemukan pernaikan kualitas kinerja pada individu atau
kelompok untuk masa depan yang lebih baik. Selain itu penelitian ini juga digunakan
untuk meningkatkan kualitas subjek yang diteliti.
3. Metode Penelitian menurut Waktu Pelaksanaan
Terdapat dua jenis penelitian berdasarkan waktu pelaksanaannya, yang pertama apabila
penelitian dijalankan dalam waktu tertentu dan tidak berkesinambungan, data penelitian
diambil sekali dalam watu tersebut, maka disebut Cross-Sectional. Sedangkan penelitian
yang datanya diambil dalam periode tertentu, berulang-ulang dan membutuhkan
pengamatan yang panjang dalam pengumpulan data, maka disebut Longitudinal Research.

Pendekatan Analisis
Penelitian agama sebagai bagian dari social science adalah penelitian yang mengangkat makna,
interpretasi dan fenomena. Terdapat 4 jenis pendekatan analisis yakni pendekatan teori kritik
(Critical Theory), pendekatan interpretatif (Interpretative Design), pendekatan naratif
(Narrative Design), dan pendekatan fenomenologi (Phenomenology Design).
1. Pendekatan Teori Kritik (Critical Theory)
Pendekatan yang dilakukan dengan menilai objek atau realitas secara kritis, hal ini
menekankan pada pengamatan sehingga penelitian sangat bergantung pada sudut pandang
penelitia sebagai pengamat utama dalam penelitian.
2. Pendekatan Interpretatif (Interpretative Design)
Pendekatan Interpretatif tidak menerima penafsiran mutlak karena sebuah pengamatan di
dalam penelitian dapat menghasilkan makna yang berbeda tergantung pendekatan yang
digunakan.
3. Pendekatan Naratif (Narrative Design)
Narasi menekankan pada aspek sejarah, peristiwa-peristiwa yang menyertainya, setting
sosial dan orang-orang yang terlibat. Di dalam penelitian keagamaan, pendekatan narasi
memiliki berbagai macam bentuk sebagaimana berikut ini, yakni biografi, dokumen
kehidupan, kesaksian, life writing, life histories, oral histories, popular memories, dan
sebagainya.
4. Pendekatan Fenomenologi (Phenomenology Design)
Seperti namanya, penelitian ini memilih gejala atau fenomena yang terjadi sebagai titik
tumpu penelitian, sehingga pengalaman manusia menjadi acuan dalam pengamatan.
Agama membawa penganutnya ke dalam pengalaman-pengalaman spiritual, fenoman dari
pengalaman-pengalaman tersebut yang menjadi focus penelitian pendekatan fenomenologi.
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat ISSN 2548-7558 (Online)
Volume 4, Nomor 1, Januari 2020: 28-38 2548-7868 (Cetak)

STRATEGI PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF


DI DALAM PENELITIAN AGAMA
Sonny Eli Zaluchu
Pascasarjana Sekolah Tinggi Teologia Baptis Indonesia (STBI) Semarang
Jln. Simongan No. 1 Pusponjolo Selatan – Semarang 50141 – Jateng - Indonesia
Email: sonnyzaluchu@stbi@ac.id

ABSTRACT: Research does not start from the method but must depart from the root of the problem.
Formulating precisely the paradigm and background of the research will help researchers design the
research design and determine the method to use. In this case, quantitative, qualitative or a mixture of
both can use. Through this paper, it explains that religious research and various topics within it are open
with various approaches because of their nature as science. This paper builds research insights ranging
from understanding the research itself, determining and formulating research problems to choosing the
right approach by introducing various methods. Through this paper, it expected that there would be no
difficulty in colliding the paradigm in conducting religious research with a qualitative, quantitative or
both approaches.

Keywords:Research, Qualitative, Quantitative, Religion

ABSTRAK: Penelitian tidak dimulai dari metode tetapi harus berangkat dari akar permasalahan. Meru-
muskan secara tepat paradigma dan latar belakang penelitian akan membantu peneliti merancang desain
penelitian dan menentukan metode yang akan digunakan. Dalam hal ini, dapat digunakan pendekatan
kuantitatif, kualitatif atau campuran keduanya. Melalui tulisan ini dipaparkan bahwa penelitian agama
dan berbagai topik di dalamnya terbuka dengan berbagai pendekatan karena sifatnya sebagai ilmu pe-
ngetahuan. Paper ini membangun wawasan penelitian mulai dari pemahaman tentang penelitian itu sen-
diri, penentuan dan perumusan masalah penelitian hingga memilih pendekatan yang tepat melalui per-
kenalan terhadap berbagai metode. Melalui paper ini diharapkan tidak terdapat kesulitan benturan para-
digma di dalam menjalankan penelitian agama dengan pendekatan kualitatif, kuantitatif atau keduanya.

Kata Kunci: Riset, Kualitatif, Kuantitatif, Agama

PENDAHULUAN katkan pemahaman. Sementara itu, deskrispsi mem-


Penelitian berasal dari ‘research’ yang da- berikan gambaran atau laporan rinci mengenai feno-
lam bahasa Indonesia disebutriset (Booth, Colomb, mena. Jika penelitian dipusatkan pada analisis kausal
& Williams, 2008, p. 10). Kamus Merriam-Webster (sebab akibat) maka riset mengarah pada eksplanasi.
online menerjemahkan kata itu sebagai tindakan Jika penelitian dilakukan untuk menilai baik-buruk-
pencarian yang dilakukan secara cermat dan hati- nya sebuah fenomena, maka terjadilah penelitian
hati. Juga diartikan sebagai usaha penyelidikan atau evaluasi. Merujuk definisi yang dibangun oleh Vy-
pemeriksaan yang cermat; melalui sebuah investiga- hmeister (2001, p. 1), penelitian adalah sebuah studi
si atau percobaan yang bertujuan menemukan dan yang mana melaluinya dilakukan investigasi yang
menafsirkan fakta tertentu (Merriam-Webster Dic- cermat dan sistematis secara ilmiah, terhadap semua
tionary Online, 2019). Oleh sebab itu, sebuah pene- bukti atau data menyangkut masalah tertentu, untuk
litian memenuhi standar empirik-sistematis sebagai- akhirnya menghasilkan sebuah solusi. Karena men-
mana diungkapkan oleh Ruane (2013, pp. 18–20), cakup sebuah studi ilmiah, maka penelitian memer-
mencakup empat tujuan dasar yakni: eksplorasi, des- lukan langkah-langkah tertentu yang sistematis. Ilmu
kripsi, eksplanasi dan evaluasi. Eskplorasi adalah ri- tentang hal ini disebut sebagai Metodologi Peneli-
set yang diadakan untuk menjadi tahu atau mening- tian. Sedangkan langkah-langkah atau cara melaksa-

28 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020


nakan penelitian secara sistematis didefinisikan se- PEMBAHASAN
bagai Metode Penelitian (Silalahi, 2018, pp. 2–7).
Salah satu masalah di dalam penelitian aga- Paradigma Penelitian
ma adalah perdebatan mengenai pendekatan yang te- Menurut Carey (2015), sebuah penelitian di
pat terhadap penelitian agama, apakah mengarah pa- dalam metode apapun yang dipilih untuk menjalan-
da pendekatan kualitatif atau dapat juga dilakukan kannya setidaknya memenuhi unsur pengamatan, pe-
secara kuantitatif (Lumintang & Lumintang, 2016, p. ngujian dan penjelasan. Semua itu diarahkan pada
6). Hal ini terjadi karena peneliti memulainya de- satu titik yakni mengungkapkan kebenaran. Peneli-
ngan metode dan tidak menjadikan pokok penelitian tian yang baik dan berhasil adalah penelitian yang
sebagai dasar. Untuk membantu membentuk para- menemukan, menggali dan menghasilkan kebenaran.
digma dan langkah-langkah yang tepat di dalam pe- Tanpa kebenaran, maka penelitian tersebut adalah
nelitian agama, paper ini disusun. Dengan demikian, sebuah kegagalan (Golafshani, 2003).
peneliti diharapkan mampu merumuskan metode pe- Metode penelitian bervariasi. Tergantung
nelitian bagi setiap penelitian agama yang dijalankan dari keputusan peneliti berdasarkan pertimbangan-
setelah terlebih dahulu menetapkan pokok permasa- pertimbangan rasional dalam memilih metode pene-
lahan. Sebab, sebuah penelitian yang baik seharus- litiannya. Metode apapun yang akhirnya dipilih, se-
nya berangkat dari masalah yang menjadi pokok pe- buah penelitian berangkat dari pertanyaan dasar,
nelitian dan bukan pada metodenya (Zaluchu, 2019, mengapa dan untuk apa penelitian dilakukan. Ba-
p. 15). Metode mengikuti masalah. nyak kajian telah dipaparkan oleh para ahli menge-
nai rumusan yang tepat tentang metode penelitian.
METODE Kamus Bahasa Indonesia online menjelaskan bahwa
Paper ini ditulis secara deskriptif (Nassaji, metode artinya cara teratur yang digunakan untuk
2015) untuk memberikan uraian yang mengarah pa- melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
da pembentukan wawasan kualitatif dan kuantitatif dengan yang dikehendaki; juga diartikan sebagai se-
di dalam penelitian agama. Ketegasan terhadap wa- buah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
wasan mutlak diperlukan karena kualitatif dan kuan- pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
titatif hanyalah metode bagi penelitian yang dijalan- yang ditentukan (KBBI, 2017a). Sedangkan, menu-
kan. Hal pertama yang harus ditentukan bukanlah rut rujukan kamus yang sama, mendefinisikan pene-
metode melainkan topik penelitian. Berdasarkan to- litian sebagai pemeriksaan yang teliti; penyelidikan;
pik tersebut peneliti akan mengambil keputusan un- kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan pe-
tuk memilih metode penelitiannya. Oleh karena itu, nyajian data yang dilakukan secara sistematis dan
sebagai studi yang disusun dari bahan-bahan litera- objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau
tur (Knopf, 2006; Winchester & Salji, 2016), pem- menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prin-
bahasan pertama-tama diarahkan pada pembentukan sip-prinsip umum(KBBI, 2017b).
wawasan yang benar tentang penelitian, kemudian Dari sini dapat disimpulkan bahwa sebuah
penentuan masalah di dalam riset dan diakhiri de- metode penelitian adalah rangkaian prosedur kerja
ngan paradigma metode penelitian. Penekanan diuta- ilmiah yang dilakukan sistematis, terarah dan objek-
makan pada pembahasan tentang penemuan dan pe- tif di dalam rangka memecahkan masalah penelitian.
rumusan masalah penelitian. Sebab, hal inilah yang Rangkaian yang dimaksud dimulai dari saat ranca-
akan mengarahkan keputusan peneliti untuk memilih ngan penelitian mulai disusun, pengumpulan dan
metode, apakah kualitatif atau kuantitatif (Creswell, analisis data, pembuatan laporan hingga pada impli-
2009; Magnan & Creswell, 2006). kasi. Saebani menambahkan bahwa, metode peneli-
tian adalah metode yang digunakan dalam aktifitas

Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 29
penelitian, misalnya metode penelitian kuantitatif Penelitian berangkat dari sebuah masalah
atau kualitatif, metode penelitian deskriptif, studi ka- yang ingin diketahui bagaimana terjadinya dan solu-
sus dan eksploratif (Saebani, 2015, p. 182). Ditam- si apa yang dapat menyelesaikannya. Masalah juga
bahkannya, sebuah penelitian merupakan aktifitas dapat memberikan gambaran tentang situasi atau
yang bertujuan menyelidiki seluk-beluk sesuatu fakta empiris dari sebuah fenomena, dimana akhir-
yang menjadi masalah sehingga diperoleh kesimpu- nya ditarik sebuah kesimpulan tentang fakta tersebut
lan-kesimpulan tertentu. Untuk itu diperlukan meto- menjadi sebuah kebenaran ilmiah.
de-metode tertentu dalam melakukan penelitian. Ini- Masalah penelitian dapat didekati dari dua
lah yang disebutnya sebagai metode penelitian. Se- sisi. Pendekatan pertama adalah secara deduktif se-
dangkan, ilmu tentang metode penelitian adalah me- dangkan pendekatan kedua adalah secara induktif
todologi penelitian (Saebani, 2015). Dengan kata la- (Heit & Rotello, 2010; Lawson, 2005). Dalam cara
in, metode penelitian adalah metode yang dipakai deduktif, konsep dan teori digunakan sebagai pang-
untuk menjalankan penelitian itu sendiri sedangkan kal penelitian yang menjelaskan gejala atau fenome-
metodologi penelitian adalah cakupan keilmuan ten- na yang ada. Dari sana penelitian dilakukan untuk
tang metode penelitian (Mackenzie & Knipe, 2006). menguji apakah fenomena yang dijelaskan melalui
teori tersebut sudah tepat adanya atau menghasilkan
Menentukan Masalah Riset temuan baru yang sifatnya implikatif. Alur berpikir
Sebuah penelitian dimulai dari masalah induktif adalah kebalikan dari cara berpikir deduktif.
(Walliman, 2011). Pada umumnya, sumber masalah Induktif bertitik tolak dari ‘pengamatan empirik’ un-
dapat dibagi dalam dua kategori yakni pengalaman tuk kemudian melalui proses pengukuran dan pengu-
empiris dan deduksi teoritis. Masalah yang muncul jian dan akhirnya melahirkan sebuah kesimpulan
dari pengalaman empiris difokuskan untuk menemu- atau teori atau sesuatu yang baru. Pilihan untuk me-
kan jawaban dari realitas-realitas yang membutuh- milih metode berpikir berada di tangan peneliti. Ha-
kan jawaban, untuk menjawab pertanyaan-pertanya- rus disadari bahwa setiap metode berpikir mengan-
an dari fenomena yang berlangsung di lapangan. Se- dung implikasi dan cara kerja yang berbeda satu de-
mentara itu, masalah yang bersumber dari deduksi ngan yang lain. Kebanyakan metode induktif meng-
teoritis berbasis pada teori-teori yang sudah ada gunakan pendekatan kualitatif sedangkan metode de-
sebelumnya untuk kemudian diteliti aplikasinya se- duktif menggunakan pendekatan kuantitatif.
cara empiris, diuji dan disimpulkan apakah teori ter- Sebuah penelitian yang baik, haruslah be-
sebut tetap (tidak berubah) atau perlu dikoreksi. Ha- rangkat dari masalah. Itu sebabnya di dalam setiap
silnya dapat menguatkan atau melahirkan paradigma penelitian, selalu dimulai dari latar belakang masa-
teori yang baru. lah penelitian. Masalah muncul akibat terjadi perbe-
Masalah dan penyelesaian masalah adalah daan antara fakta empiris (lapangan atau kenyataan)
fondasi dari sebuah penelitian. Untuk mengkaji hal dengan kebenaran teoritis atau harapan. Bisa berasal
tersebut, peneliti dapat menempuhnya dengan berba- dari pengamatan atau justifikasi sepihak berdasarkan
gai pendekatan yang berbeda sesuai kebutuhan. Un- pengamatan atau pengalaman pribadi. Maka di da-
tuk itulah, peneliti dituntut memilih metode peneli- lam sebuah penelitian, sebuah masalah yang hadir
tian yang tepat, khususnya yang berkaitan dengan untuk diteliti menuntut untuk dipaparkan, dianalisis
usaha mencari jawaban dari masalah yang ada. Cres- dan dipecahkan melalui langkah-langkah yang dapat
well memberikan argumentasi bahwa masalah-masa- dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, tidak se-
lah tertentu ikut memberi andil dalam menentukan mua masalah menjadi topik penelitian. Peneliti di-
jenis penelitian yang digunakan peneliti (Creswell, tuntut untuk menyaring dan melakukan seleksi ter-
2010, p. 29). hadap semua identifikasi masalah menyangkut topik

30 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020


penelitian, sehingga hanya masalah-masalah yang Kebanyakan latar belakang penelitian teologis diba-
relevan dengan tujuan penelitian saja yang dipergu- ngun dengan alasan subjektif.
nakan sebagai landasan penelitian. Pembatasan ma- Natur dari sebuah riset adalah masalah. Un-
salah adalah usaha yang dilakukan peneliti untuk tuk memulainya dapat dilakukan dengan menetap-
mempersempit lingkup penelitian dan mengarahkan- kan atau merumuskan apa sebetulnya yang menjadi
nya pada tujuan penelitian yang seharusnya. Tanpa pokok penelitian yang dipermasalahkan. Misalnya
batasan masalah maka penelitian akan bisa, tidak terhadap pokok penelitian tentang Pelayanan Publik,
terarah dan memiliki terlalu banyak variabel. peneliti perlu menguraikan secara sistematis aspek-
Sebuah masalah penelitian yang baik harus- aspek yang menjadi masalah di dalam pokok terse-
lah menarik, menantang untuk dicari solusinya, me- but. Tentu saja, agar uraian tentang latar belakang
nghasilkan perbaikan atau peningkatan ke arah se- masalah itu mengalir dengan lancar, maka peneliti
suatu yang baik, membawa kepada sesuatu yang perlu merenungkan, mempelajari, memikirkan, me-
baru dan mencerahkan. Itu sebabnya di dalam sebu- lakukan berbagai kajian tentang pokok permasalahan
ah penelitian, latar belakang masalah harus benar- yang diteliti secara runtut dan sistematis sehingga
benar mengungkapkan argumen yang pas bahwa fe- orang yang membacanya mengerti bahwa pokok ter-
nomena yang sedang diteliti tersebut memang patut sebut memang layak untuk diteliti dan memiliki ala-
dan layak untuk diteliti melalui sebuah metode pe- san kuat untuk diangkat sebagai bahan penelitian.
nelitian. Hal-hal yang patut direnungkan adalah sebagai be-
Di dalam latar belakang masalah, peneliti rikut:
memaparkan argumentasi tentang latar belakang pe- • Apakah pokok permasalahan tersebut menarik
nelitian dan mengapa memilih topik atau fenomena untuk diteliti.
tertentu sebagai pokok penelitian. Secara sederhana, • Apakah sebuah pokok permasalahan, benar-benar
latar belakang masalah adalah uraian yang memberi- hadir sebagai sebuah masalah yang layak atau pa-
kan penjelasan mengapa sebuah pokok tertentu dija- tut diteliti (bukan dibuat-buat).
dikan bahan penelitian. Di dalam uraian tersebut pe- • Apakah pokok permasalahan yang diteliti terse-
neliti mengemukakan alasan-alasannya baik secara but setelah diteliti menyumbangkan implikasi yang
objektif maupun subjektif. Secara objektif artinya, membawa penyelesaian, perbaikan atau pencera-
peneliti menggunakan topik penelitian yang sudah han.
ada sebelumnya atau teori tertentu menyangkut topik • Apakah terdapat sebuah kesenjangan antara kon-
penelitiannya. Jika alasan ini yang muncul maka pe- disi ideal dari pokok permasalahan dengan reali-
neliti perlu memberikan referensi objektif berupa ha- tas menyangkut pokok permasalahan tersebut se-
sil-hasil penelitian di bagian awal latar belakang ma- hingga layak diselidiki penyebabnya.
salah, atau membeberkan secara singkat tinjauan pus- Peneliti dapat juga mengangkat di dalam la-
taka yang berkaitan dengan topik penelitian yang se- tar belakang masalah mengenai hal-hal tertentu yang
dang dibicarakan. Sedangkan secara subjektif arti- akhirnya menyebabkan peneliti tertarik melakukan
nya peneliti memiliki keterkaitan langsung dengan kajian atas topik yang dipilih tersebut. Selain fakta
objek penelitian. Dalam hal ini, peneliti memiliki pe- empirik, hasil penelitian sebelumnya, dapat juga di-
ngalaman tertentu menyangkut topik penelitian yang pakai sebagai argumen latar belakang untuk menje-
dibicarakan. Pengalaman peneliti dapat berangkat laskan ketertarikan peneliti. Khususnya mengenai
dari fakta empiris di lapangan, kenyataan atau masa- keterlibatan variabel baru atau melalui pendekatan
lah-masalah yang dihadapi, pengamatan kritis, se- riset yang berbeda. Tujuannya bersifat mendalami
hingga memicu keinginan untuk diteliti lebih lanjut. temuan, menggugat, memperkuat atau mengoreksi
hasil temuan orang lain. Itu sebabnya, kondisi ideal

Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 31
sebuah latar belakang masalah, dapat dilengkapi bu- ngan memakai kedua metode bersama-sama dalam
kan hanya semata-mata dari pendekatan teoretis te- fungsi masing-masing dalam sebuah mixedmethodo-
tapi juga berasal dari kajian penelitian orang lain logy. Buku-buku mengenai perpaduan kedua pende-
atau sumber-sumber ilmiah lainnya yang dapat di- katan ini sudah mulai muncul.
pertanggung-jawabkan kebenarannya. Dalam tahap Pendekatan kuantitatif dan kualitatif dalam
ini, peneliti ditantang untuk menyampaikan argu- sebuah penelitian, pada umumnya dibedakan dari
mentasi yang kuat mengapa harus memilih peneliti- sumbernya. Paradigma ilmiah yang bersumber dari
an tersebut. pandangan positivisme menjadi rujukan paradigma
Bagaimana kedudukan variabel bebas di da- penelitian kuantitatif. Sedangkan paradigma ilmiah
lam latar belakang masalah? Seperti dikemukakan yang bersumber dari pandangan fenomenologis, men-
sebelumnya, latar belakang masalah adalah uraian jadi dasar pijakan pendekatan kualitatif. Kedua pen-
menyeluruh tentang pokok permasalahan dan hal itu dekatan ini punya kelebihan dan kekurangan sehing-
secara dominan menyangkut variabel terikat (Y). ga tidak jarang dipakai berdua oleh para peneliti da-
Latar belakang adalah uraian panjang lebar yang lam sebuah mixedmethodology (Brannen, 2005).
argumentatif tentang pokok masalah (Y) (Kothari, Demikian halnya pada sifat penelitian, pen-
2004). Termasuk di dalam uraian itu, sejumlah fak- dekatan kualitatif lebih mengarah pada penyelidikan
tor yang diidentifikasi sebagai penyebab ‘pokok pe- kebenaran yang bersifat relatif, hermenetik dan in-
nelitian’ (Y) dan kita menyebutnya sebagai variabel terpretatif. Pilihan pada pendekatan ini lebih banyak
bebas (X), harus deskripsikan. Di dalam latar bela- menggunakan analisis teori, dan hermenetik yang
kang masalah peneliti menjelaskan hubungan-hubu- kuat untuk sampai pada sebuah kesimpulan. Sedang-
ngan yang mungkin terjadi antara pokok penelitian kan pendekatan kuantitatif lebih menekankan aspek
dan penyebabnya, sehingga tercipta gambaran kom- behavioristik dan empiris yang berasal dari fenome-
prehensif tentang argumentasi pokok penelitian dan na-fenomena di lapangan atau berdasarkan tingkah
penyebab-penyebabnya. Tentu saja faktor-faktornya laku di lapangan, yang kemudian dijadikan patokan
akan lebih dari satu. Peneliti perlu memberi proporsi penelitian.
yang seimbang dalam mendaftar dan menguraikan Dilihat dari instrumen penelitian yang men-
keberadaan faktor-faktor tersebut di dalam penjela- jadi alat pengumpulan data serta analisis, penelitian
san di latar belakang masalah. Tujuan utamanya ada- kualitatif banyak menggunakan data yang bersifat
lah agar pembaca mengerti keterkaitan antara pokok deskriptif seperti daftar wawancara, laporan hasil pe-
penelitian dengan variabel-variabel yang mempe- ngamatan lapangan, transkrip-transkrip pembicara-
ngaruhinya. Hal ini juga diperlukan untuk membantu an, dan catatan-catatan pengamatan. Laporan disusun
peneliti merumuskan dan menyusun identifikasi ma- dari rangkuman semua sumber-sumber tersebut de-
salah dan membebaskannya dari kebingungan meru- ngan dukungan teori yang ada, menjadi uraian ana-
muskan atau menentukan topik penelitian (Degeng lisis. Tahap analisis dalam pendekatan ini sudah di-
& Darmawan, 2017). mulai sejak penelitian dan data pertama telah dipe-
roleh. Sedangkan penelitian kuantitatif mengguna-
Pemilihan Metode kan angket dan data-data yang berupa angka, tabula-
si, perhitungan-perhitungan menggunakan sejumlah
Pendekatan Kuantitatif atau Kualitatif metode analisis matematik/statistik yang hasilnya
Kuantitatif atau kualitatif adalah pembagian menjadi dasar pijakan untuk mengambil keputusan
metode penelitian berdasarkan pendekatan yang di- atau kesimpulan. Data dari pendekatan kuantitatif le-
lakukan oleh peneliti. Tetapi akhir-akhir ini, para ah- bih banyak berbentuk angka dan tabel. Sementara
li telah memadukan kedua pendekatan tersebut de- itu, tahap analisis hanya dapat dilakukan jika data te-

32 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020


lah terkumpul dengan lengkap dan tersaji dalam ta- Berdasarkan tingkat eksplanasinya, metode
bulasi yang siap diolah secara statistik (Slevitch, penelitian dibagi dalam tiga kategori yakni Deskrip-
2011). tif, Eksploratori, dan Eksplanatori.
Dilihat dari tujuan yang hendak dicapai, pe- Metode penelitian deskriptif (descriptive re-
nelitian kualitatif dilakukan untuk memahami feno- search) pada umumnya bersifat memaparkan hasil
mena empiris, khususnya mencari gambaran yang penelitian dan variabel-variabel di dalam penelitian
sebanyak-banyaknya tentang fenomena tersebut tan- secara akurat. Pemaparan pada umumnya menyang-
pa memerincinya dalam hubungan antar variabel kut variabel di dalam penelitian, sehingga diperoleh
yang saling terkait. Tujuan akhir yang dihasilkan sajian informasi yang lengkap mengenai setiap va-
adalah sebuah teori. Sedangkan penelitian kuantita- riabel tersebut berdasarkan kategori yang telah dite-
tif, dilakukan untuk menguji dan membuktikan bah- tapkan peneliti sebelumnya. Penjelasan mengenai
wa gambaran sebuah fenomena yang dirumuskan da- karakteristik atau sifat dari sebuah fenomena yang
lam bentuk variabel-variabel terbukti benar atau ti- menjadi pokok penelitian menjadi ciri khas metode
dak benar dari teori yang telah diyakini selama ini. ini. Pilihan terhadap metode deskriptif pada umum-
Hubungan antar variabel menjadi sesuatu yang sa- nya dipakai jika peneliti ingin membeberkan infor-
ngat penting dan diutamakan. masi mengenai permasalahan yang sedang diteliti. Se-
Secara ringkas, perbedaan antara keduanya jumlah alat dapat dipakai untuk menjelaskan seperti
disajikan dalam tabel di bawah ini (Cooper & Schin- tabel, grafik, gambar dan bagan. Tujuan utamanya
dler, 2014, p. 147; Zaluchu, 2019, p. 20). adalah mempertegas situasi atau kondisi tertentu
(Neuman, 2016, p. 44; Sudaryono, 2018, p. 82).
Metode penelitian eksploratori (exploratory
research) bersifat menggali dan mendalami. Lebih
daripada sekedar mendeskripsikan. Juga bersifat men-
jajaki temuan dan menjelajahi setiap kemungkinan
yang ada karena pengetahuan awal tentang masalah
masih minim bahkan tidak ada. Penyelidikan diarah-
kan untuk menemukan masalah dan penyebabnya
serta mencari ide atau hubungan yang baru yang se-
lama ini belum terjelaskan. Teori dan kesimpulan
Tabel 1. Perbandingan Metode Kualitatif dan yang dihasilkan bersifat tentatif dan memberi pelu-
Kuantitatif ang untuk diuji pada penelitian lanjutan. Hanya saja,
Berdasarkan tabel tersebut, maka metode jenis penelitian ini bersifat terbuka dan sifat penje-
penelitian terbagi dua. Metode penelitian yang ter- lajahannya yang luas membuat metode ini seperti
golong dalam penelitian kualitatif adalah: Metode tanpa arah. Jenis penelitian ini banyak digunakan pa-
Etnografi, Studi Dokumen atau Teks, Pengamatan da studi kasus dan fenomena-fenomena sosial dalam
Alami, Studi Kasus, Hermeneutik, Grounded Theory ilmu humaniora. Sifatnya yang kreatif, fleksibel dan
dan Fenomenologi. Sedangkan metode penelitian terbuka menjadikan penelitian ini terbuka terhadap
yang tergolong dalam penelitian kuantitatif adalah: semua sumber informasi(Aaker, Kumar, & Day,
Metode Survey, Kausal Komparatif, Korelasional, 2003, p. 75; Neuman, 2016, p. 44).
Evaluasi dan Pengamatan Sistemik. Kebalikan dari metode eksploratori adalah
penelitian eksplanatori (explanatory research). Pe-
Metode Penelitian menurut Tingkat Eksplanasi nelitian ini bukan lagi menjajaki tetapi bersifat men-
jelaskan atau menerangkan. Kalau deskriptif men-

Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 33
jawab pertanyaan ‘apa’ maka eksplanatori menjawab Penelitian Survey. Penelitian yang dilakukan dengan
pertanyaan ‘mengapa’ dan ‘bagaimana’ di dalam ma- mengambil data pada populasi dengan alat pengum-
salah penelitian. Hal ini dapat terjadi karena bahan pul data berupa kuesioner, wawancara, atau bahan-
dan data menyangkut masalah penelitian sudah leng- bahan lain yang memberi informasi tentang realitas
kap sehingga menjadi bahan kajian. Penelitian ini populasi atau sampel secara faktual, jika populasinya
bertujuan menguji hipotesis untuk menguatkan atau terlalu besar. Data yang diperoleh berbentuk angka
melemahkannya, bahkan menggugurkannya melalui (Fink, 2010).
teori-teori yang ada dan bahan-bahan empiris lain- Penelitian Ex Post Facto. Penelitian yang di-
nya. Dalam metode ini hubungan-hubungan antara lakukan dengan cara merunut kebelakang dari se-
variabel di dalam model penelitian dianalisis sifat- buah peristiwa tertentu di masa sekarang untuk men-
nya dan saling mempengaruhinya. Kesimpulan yang cari faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya
muncul dapat memperkuat atau menggugurkan hasil peristiwa tersebut. Dapat dilakukan dengan eksperi-
yang telah diperoleh dalam penelitian sebelumnya men atau dengan survey.
melalui analisis yang akurat. Oleh karena itu, pene- Penelitian Eksperimen. Penelitian ini beru-
litian eksplanatori juga disebut sebagai penelitian saha menguji hipotesis terutama menyangkut hubu-
konfirmatori (confirmatory research) dan makin di- ngan antara variabel bebas dengan variabel terikat
kenal sebagai penelitian korelasional (correlational dalam model penelitian. Hanya saja, peneliti mela-
research) sehingga kadang kala muncul istilah con- kukan kontrol dengan menerapkan sejumlah peru-
firmatory-explanatory research (Neuman, 2016, p. bahan dalam variabel untuk mengamati dampak yang
44; Sudaryono, 2018, p. 82). ditimbulkannya pada variabel lain dan fenomena apa
Penelitian eksplanasi (atau eksplanatori) me- yang ditimbulkan dengan kontrol tersebut (Liu &
miliki dua tipe yakni penelitian asosiasi yang dike- Kulacki, 2019).
nal juga dengan nama penelitian kovariasional, dan Action Research. Penelitian yang bertujuan
penelitian kausal atau disebut juga dengan kausal- untuk mengembangkan atau menemukan perbaikan
komparatif. Kedua tipe ini berkaitan dengan ekspla- kualitas kinerja pada perorangan atau kelompok ter-
nasi hubungan antar variabel di dalam model peneli- tentu. Juga dapat digunakan untuk meningkatkan
tian. Apabila hubungan antara variabel tidak saling kualitas subjek yang diteliti. Sering juga disebut pe-
menjelaskan sebab-akibat, maka tipe eksplanatori- nelitian tindakan dan fokus pada kelas atau grup/
nya adalah asosiasi. Tetapi apabila, penelitian dia- kelompok tertentu (Mertler & Mertler, 2018).
rahkan untuk membuktikan hubungan sebab-akibat Penelitian Evaluasi. Penelitian yang berfung-
atau hubungan mempengaruhi-dipengaruhi antar va- si untuk menilai sebuah produk atau kebijakan telah
riabel serta membandingkan hubungan itu satu sama berjalan sebagaimana yang diharapkan atau tidak.
lain, maka riset eksplanatorinya termasuk di dalam Hasil penelitian ini adalah rekomendasi yang ber-
kategori kausal atau sering juga dinamakan kausal- sifat perbaikan atau dukungan atas keputusan yang
komparatif. Dalam lingkup penelitian ini, berbagai telah diambil sebelumnya. Penelitian bermanfaat un-
variabel dapat dilihat hubungan dan saling penga- tuk menemukan masalah dari penerapan kebijakan
ruhnya, kecenderungannya dan sifat-sifat yang mun- tertentu dan rekomendasi penyelesaiannya sehingga
cul antara variabel bebas dan variabel terikatnya. dilakukan perbaikan dan pengembangan yang baru
di dalam pelaksanaannya (Welch & Patton, 1992).
Metode Penelitian menurut Metode Pelaksanaan Penelitian Sejarah. Penelitian ini melakukan
Terdapat berbagai jenis metode penelitian analisis terhadap kejadian-kejadian yang berlang-
menurut metode pelaksanaannya. Beberapa jenis da- sung di dalam sejarah (masa lalu) sehingga ditemukan
ri metode itu dipaparkan secara singkat berikut ini. generalisasinya di masa sekarang, dan kenyataan-

34 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020


kenyataan sejarah tersebut dapat dipahami atau di- tung pada paradigma peneliti sebagai pengamat uta-
terima; sekaligus informasi yang terkumpul dapat di- ma. Nilai-nilai yang ada di dalam diri pengamat ikut
gunakan untuk meramalkan masa yang akan datang menentukan arah analisis. Itu sebabnya pendekatan
(Gray, 2009). kritik tergolong metode analisis yang sangat subjek-
Grounded Research. Penelitian ini dilaku- tif dan sangat berorientasi pada ideologi yang dimi-
kan dengan cara induktif dengan menjadikan data liki subjek (Mulyadi, Basuki, & Prabowo, 2019, p.
sebagai sumber utama teori. Pengumpulan dan ana- 94). Pendekatan ini lahir sebagai kritik atas pen-
lisis data berlangsung bersamaan dan pada umum- dekatan positivisme yang dianggap tidak bebas nilai
nya menghasilkan sebuah teori yang substantif dan di dalam menilai realitas. Osborne memasukkan ini
padat konsep. Data yang diperoleh dalam penelitian sebagai suplemen di dalam bukunya Spiral Herme-
ini adalah kenyataan sosial yang berlangsung dilapa- neutika saat membahas masalah interpretasi teks
ngan. Teori yang akhirnya dihasilkan dapat memper- yang tidak dapat dilepaskan dari paradigma yang di-
kokoh, memperluas dan melengkapi teori yang sebe- miliki oleh pembaca teks tersebut. Osborne me-
lumnya yang telah ada (Rennie, 1998). nyebutnya sebagai pendekatan Reader Response
Criticism (Osborne, 2006, pp. 583–587).
Metode Penelitian menurut Waktu Pelaksanaan
Ada dua jenis penelitian berdasarkan waktu Pendekatan Interpretatif (Interpretative Design)
pelaksanaannya. Apabila penelitian tersebut dijalan- Pendekatan naratif tidak dapat dipisahkan
kan dalam satu waktu tertentu dan tidak berkesinam- dari interpretasi hermenetik, sebuah analisis tradisio-
bungan, maka disebut Cross-Sectional. Data di da- nal di dalam penelitian agama. Pendekatan ini tidak
lam penelitian ini hanya diambil sekali dalam sebuah menerima penafsiran mutlak karena sebuah penga-
waktu tertentu. Akan tetapi jika data penelitian di- matan di dalam penelitian dapat melaporkan makna
ambil dalam sebuah periode waktu, berulang dan yang berbeda tergantung dari pendekatan yang digu-
membutuhkan pengamatan yang panjang dalam pe- nakan di dalam penemuan makna. Hal yang sangat
ngumpulan datanya maka penelitian berada dalam penting dari metode ini adalah wawasan yang me-
kategori Longitudinal Research (Rindfleisch, Malter, nyertai pendekatan hermenetik untuk interpretasi
Ganesan, & Moorman, 2008). (Mulyadi et al., 2019, pp. 96–97). Jika wawasannya
adalah biblikal mana makna teks diangkat sebagai-
Pendekatan Analisis mana teks tersebut berbicara. Akan tetapi jika wa-
Penelitian agama sebagai bagian dari social wasan hermenetik merupakan kritik sosial, maka
scienceterbuka untuk beberapa desain penelitian makna teks meluas dan menjadi kontekstual bukan
yang mengangkat makna, interpretasi dan fenomena. pada ‘konteks teks’ melainkan pada konteks herme-
Dalam hal ini terdapat tiga jenis pendekatan yang neutiknya atau pada tempat dimana teks tersebut
umum dikenali sebagai metode analisis di dalam pe- diterapkan secara interpretatif.
nelitian agama, yakni pendekatan kritik (Critical
Theory), pendekatan interpretatif (Interpretative De- Pendekatan Naratif (Narrative Design)
sign), pendekatan naratif (Narrative Design) dan Pendekatan ini memiliki banyak bentuk di
pendekatan fenomenologi (Phenomenology Design). dalam penelitian agama. Dapat dilaporkan dalam be-
berapa bentuk sebagaimana diusulkan oleh Ghozali
Pendekatan Teori-Kritik (Critical Theory) sebagai biografi atau life report, dokumen kehi-
Pendekatan kritik menilai objek atau realitas dupan, kesaksian, life writing, life histories, oral his-
secara kritis. Metodologinya menekankan pada pe- tories, popular memories, dsb (Ghozali, 2016, p. 418).
ngamatan sehingga dengan demikian sangat bergan- Sebagai bagian dari salah satu kritik Alkitab (mo-

Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 35
dern criticism), penekanan narasi adalah pada aspek gu-gugat dengan metodologi apapun. Tetapi kebe-
sejarah, peristiwa-peristwa yang menyertainya, se- naran pengetahuan yang lahir dari proses induksi
ting sosial dan orang-orang yang terlibat (Soulen & dan atau deduksi, da-pat diposisikan di dalam rang-
Soulen, 2001, p. 120). kaian metode ilmiah. Dengan demikian, kebenaran
itu dapat digugat, diperbaharui, dibantah atau diper-
Pendekatan Fenomenologi (Phenomenology tanyakan. Oleh sebab itu, sebuah penelitian agama,
Design) seharusnya ditempatkan di dalam kebenaran sains
Pendekatan ini memilih gejala atau fenome- daripada kebenaran iman. Dalil-dalil dan temuan
na sebagai titik tumpu penelitian, sehingga pengala- empirik di dalam kebenaran iman berada di dalam
man manusia menjadi acuan pengamatan. Agama mem- posisi abstrak. Tetapi dalan kebenaran sains, dalil
bawa penganutnya ke dalam pengalaman-pengala- dan temuan empirik di wilayah penelitian agama
man spiritual. Fenomena dari pengalaman-pengala- (religion research) selalu dapat diukur, di-lihat dan
man itulah yang menjadi fokus penelitian. Smith diamati, bahkan digugat.
mengutip Heidegger mengatakan, studi fenomeno- Poin yang sangat penting di dalam peneli-
logi tidak dapat dipisahkan dari orang yang terlibat tian agama bukanlah perdebatan tentang metode me-
dan konteks dimana orang tersebut berada (Smith, lainkan pokok masalah sebagai titik awal permasa-
2009). Dalam hal ini, studi fenomenologi agama lahan penelitian dan sumbangsih yang dihasilkan-
mengarah pada bagaimana pemahaman kea-gamaan nya. Sebab, pokok masalah apapun, selama ma-salah
terbentuk di dalam sejarah subjek (Petta-zzoni, itu berada di dalam kerangka ilmu pengetahuan, se-
2000, p. 170) berdasarkan apa yang tampak (feno- lalu dapat didekati, dibedah, dianalisis dan diteliti
mena) dan cara bagaimana sesuatu menampakkan melalui pendekatan kualitatif, kuantitatif atau gabu-
diri (Mulyadi et al., 2019, p. 109). ngan keduanya.
Agar dapat membebaskan dirinya dari pe-
KESIMPULAN ngaruh kebenaran iman, peneliti perlu merumuskan
Sebagai sebuah bidang ilmu yang berada di dengan tepat pokok permasalahan penelitian dan me-
dalam rumpun social sciences, ilmu teologi, terbuka rancang desain penelitian yang tepat sehingga apa
untuk metodologi dan pendekatan kebenaran apa- yang hendak diteliti tersebut, memang benar-benar
pun. Dalam hal kebenaran, terdapat perbedaan yang dapat diteliti dan diungkap kebenarannya.
sangat dikotom. Kebenaran iman tidak dapat digang-

DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A., Kumar, V., & Day, G. S. (2003). Cooper, D. R., & Schindler, P. S. (2014). Business
Marketing Research (8th ed.). New Jersey: Research Methods (12th ed.). New York:
John Wiley & Sons, Inc. McGraw Hill Irwin.
Booth, W. C., Colomb, G. G., & Williams, J. M. Creswell. (2009). Research design: qualitative,
(2008). The Craft of Research (5th ed.). quantitative and mixed approaches. Research
London: The University of Chicago Press. Design. https://doi.org/10.2307/1523157
Brannen, J. (2005). Mixing methods: The entry of Creswell, J. W. (2010). Research Design –
qualitative and quantitative approaches into the Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
research process. International Journal of Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Social Research Methodology: Theory and Degeng, I. N. S., & Darmawan, I. P. A. (2017).
Practice, 8(3), 173–184. Peningkatan Profesionalisme Pendidik Melalui
https://doi.org/10.1080/13645570500154642 Penelitian Dan Penulisan Karya Ilmiah. In
Carey, S. S. (2015). Kaidah Kaidah Metode Ilmiah - Seminar Nasional Pendidikan Agama Kristen
Penduan untuk Penelitian dan Critical dan call for papers (Vol. 0). Retrieved from
Thinking. Bandung: Nusa Media. http://semnas.sttsimpson.ac.id/index.php/SNP

36 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020


K/article/view/16 https://www.merriam-
Fink, A. (2010). Survey research methods. In webster.com/dictionary/research
International Encyclopedia of Education. Mertler, C. A., & Mertler, C. A. (2018). What is
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044894- action research? In Action Research
7.00296-7 Communities (pp. 5–30).
Ghozali, I. (2016). Desain Penelitian Kuantitatif & https://doi.org/10.4324/9781315164564-2
Kualitatif. Semarang: Yoga Pratama. Mulyadi, S., Basuki, A. M. H., & Prabowo, H.
Golafshani, N. (2003). Understanding Reliability (2019). Metode Penelitian KUalitatif dan
and Validity in Qualitative Research. The Mixed Method - Perspektif Yang Terbaru untuk
Qualitative Report, 8(4), 597–607. Retrieved Ilmu-ilmu Sosial, Kemusiaan dan Budaya.
from http://www.nova.edu/ssss/QR/QR8- Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
4/golafshani.pdf Nassaji, H. (2015). Qualitative and descriptive
Gray, D. E. (2009). Research design: qualitative research: Data type versus data analysis.
methods. In Doing research in the real world. Language Teaching Research, 19(2), 129–132.
Heit, E., & Rotello, C. M. (2010). Relations between https://doi.org/10.1177/1362168815572747
inductive reasoning and deductive reasoning. Neuman, W. L. (2016). Metodologi Penelitian
Journal of Experimental Psychology. Learning, Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif
Memory, and Cognition, 36(3), 805–812. (7th ed.). Jakarta: PT. Indeks.
https://doi.org/10.1037/a0018784 Osborne, G. R. (2006). The Hermeneutical Spiral
KBBI. (2017a). Metode. (2nd ed.). Downer s Grove, Illionis: IVP
KBBI. (2017b). Penelitian. Academic.
Knopf, J. W. (2006). Doing a Literature Review. PS Pettazzoni, R. (2000). Wujud Suprim: Struktur
- Political Science and Politics. Fenomenologis dan Perkembangan Historis. In
https://doi.org/10.1017/S1049096506060264 A. Abdullah (Ed.), Metodologi Studi Agama
Kothari, C. (2004). Research Methodology: Methods (1st ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
and Techniques. Vasa. Rennie, D. L. (1998). Grounded Theory
https://doi.org/http://196.29.172.66:8080/jspui/ Methodology: The Pressing Need for a
bitstream/123456789/2574/1/Research%20Met Coherent Logic of Justification. Theory
hodology.pdf &Psychology, 8(1), 101–119.
Lawson, A. E. (2005). What is the role of induction https://doi.org/10.1177/0959354398081006
and deduction in reasoning and scientific Rindfleisch, A., Malter, A. J., Ganesan, S., &
inquiry? Journal of Research in Science Moorman, C. (2008). Cross-Sectional versus
Teaching, 42(6), 716–740. Longitudinal Survey Research: Concepts,
https://doi.org/10.1002/tea.20067 Findings, and Guidelines. Journal of
Liu, Y., & Kulacki, F. A. (2019). Experimental Marketing Research, 45(3), 261–279.
design. In SpringerBriefs in Applied Sciences https://doi.org/10.1509/jmkr.45.3.261
and Technology (pp. 49–63). Ruane, J. M. (2013). Dasar Dasar Metode
https://doi.org/10.1007/978-3-030-02616-5_5 Penelitian. Bandung: Nusamedia.
Lumintang, S. I., & Lumintang, D. A. (2016). Saebani, B. A. (2015). Filsafat Ilmu dan Metode
Theologia Penelitian dan Penelitian Teologis. Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Jakarta: Geneva Insani Indonesia. Silalahi, U. (2018). Metodologi Analisis Data dan
Mackenzie, N., & Knipe, S. (2006). Research Interpretasi Hasil untuk Penelitian Sosial
dilemmas: Paradigms, methods and Kuantitatif. Bandung: Refika Aditama.
methodology. Issues in Educational Research, Slevitch, L. (2011). Qualitative and quantitative
16(2). Retrieved from methodologies compared: Ontological and
https://www.mendeley.com/catalogue/research epistemological perspectives. Journal of
-dilemmas-paradigms-methods-methodology- Quality Assurance in Hospitality and Tourism,
2/ 12(1), 73–81.
Magnan, S. S., & Creswell, J. W. (2006). Research https://doi.org/10.1080/1528008X.2011.54181
Design: Qualitative and Quantitative 0
Approaches. The Modern Language Journal, Smith, J. A. (2009). Psikologi Kualitatif: Panduan
81(2), 256. https://doi.org/10.2307/328794 Praktis Metode Riset. Yogyakarta: Pustaka
Merriam-Webster Dictionary Online. (2019). Pelajar.
Reasearch. Retrieved May 10, 2019, from Soulen, R. N., & Soulen, R. K. (2001). Handbook of

Sonny Eli Zaluchu, Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama 37
Biblical Criticism. Louisville, Kentucky: Welch, J. K., & Patton, M. Q. (1992). Qualitative
Westminster John Knox Press. Evaluation and Research Methods. The
Sudaryono. (2018). Metodologi Penelitian. Jakarta: Modern Language Journal, 76(4), 543.
PT. Raja Grafindo Persada. https://doi.org/10.2307/330063
Vyhmeister, N. J. (2001). Quality Research Papers. Winchester, C. L., & Salji, M. (2016). Writing a
Grand Rapids, Michigan: Zondervan. literature review. Journal of Clinical Urology,
Walliman, N. (2011). Research and the research 9(5), 308–312.
Problem. Your Research Project Designing and https://doi.org/10.1177/2051415816650133
Planning Your Work. SAGE Study Skills Zaluchu, S. E. (2019). Sistematika dan Analisis Data
Series, 1(13), 1–56. Retrieved from Riset Kuantitatif (3rd ed.). Semarang: Golden
http://www.sagepub.com/upm- Gate Publishing.
data/40600_9781849204620.pdf

38 Volume 4, Nomor 1, Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai