Anda di halaman 1dari 20

METODOLOGI PENELITIAN SOSIAL DAN TINDAKAN

Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif

Oleh :
Reynaldo L. Talengkera

Dosen :

Pdt. Denny Taruminggi, M. Pd. K

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON


YAYASAN GMIM Ds. A Z R WENAS
FAKULTAS TEOLOGI
2017

1|Page
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Aktivitas penelitian pada dasarnya sering dilakukan oleh manusia. Tidak hanya kalangan
professor, doktor, atau juga mahasiswa. Secara tak sadar ketika seorang ibu melakukan
pengamatan atas perkembangan anaknya jika dikorelasikan dengan susu formula yang diberikan,
pada saat itulah sebenarnya ibu tersebut telah melakukan salah satu tindak penelitian. Demikian
pula bapak tani ketika melakukan pengamatan atas jenis pupuk yang dipakai dikorelasikan
dengan hasil panennya. Hanya saja penelitian itu tidak terstruktur dengan metode tertentu.

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada
ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang
digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.
Antara penelitian dan metode ilmiah, kadang-kadang disamakan artinya. Penyamaan tersebut
terjadi karena adanya langkah-langkah yang relatif sama. Perbedaan pokok antara penelitian
dengan metode ilmiah dapat dilihat dari kegiatannya. Kerja penelitian menuntut objektivitas,
baik di dalam proses atau pengukurannya, maupun penyimpulan hasil. Suatu kerja penelitian
juga memerlukan proses intensif, sistematik, berfokus dan lebih formal. Selain itu, suatu kerja
penelitian dilakukan dalam rangka penemuan dan pengembangan bangunan ilmu
(pengembangan generalisasi, prinsip-prinsip dan teori-teori) yang memiliki kekuatan deskripsi
dan atau prediksi. Sedangkan metode ilmiah mementingkan aplikasi berpikir deduktif induktif di
dalam pemecahan masalah. Dalam hubungan ini, bisa mengikuti proses identifikasi masalah
(pengembangan hipotesis), melakukan observasi, menganalisis kemudian menyimpulkan
hasilnya. Proses-proses tersebut dapat dilakukan secara informal dalam kehidupan sehari-hari
dan belum tentu dapat disebut sebagai suatu kerja penelitian.

Dalam penelltian dikenal istilah kuantitatif dan kualitatif. Di tingkat metodologi, sejak awal
pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks
ini Sanapiah Faisal membaginya menjadi 2 yaitu: Pertama, mazhab penelitian sosial yang
menggunakan pendekatan kuantitatif, atau yang lebih populer dengan sebutan Pendekatan
Penelitian Kuantitatif. Kedua, mazhab penelitian sosial yang menggunakan pendekatan kualitatif,
atau yang biasa dikenal dengan sebutan Pendekatan Penelitian Kualitatif. Munculnya dua
mazhab pendekatan penelitian tersebut merupakan konsekuensi metodologis dari perbedaan
asumsi masing-masing tentang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia itu sendiri. Dengan
kata lain, kehadiran pendekatan penelitian kuantitatif di satu pihak dan kehadiran pendekatan

2|Page
penelitian kualitatif di lain pihak, tidak terlepas dari perbedaan paradigma antara keduanya di
dalam memandang hakikat realitas sosial dan hakikat manusia (Burhan Bungin, 2003: 25).

Suharsimi Arikunto berpendapat kaitan pilihan memulai dan memilih suatu pendekatan atau
metode ilmiah juga yang ada dalam penelitian tentu tidak bisa terlepas dari kebaikan dan
kelemahan, keuntungan dan kerugian. Oleh karena itu untuk dapat memberikan pertimbangan
dan keputusan mana yang lebih baik dalam penggunaan suatu pendekatan maka terlebih dahulu
perlu dipahami masing-masing pendekatan tersebut (Suharsimi Arikunto, 2006: 11).

Penelitian sangat perlu dalam proses studi, karena penelitian merupakan suatu keharusan
sesuai dengan Tirdarma Perguruan Tinggi. Dalam suatu penelitian supaya penelitian berjalan
dengan baik dan memberi hasil maka perlu ada metode untuk mengatur sebuah proses penelitian.
Metode itu ada berbagai macam dan salah satu metodologi penelitian kualitatif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Penelitian kualitatif ?
2. Penelitian kuantitatif ?

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN

I. PENELITIAN KUALITATIF
A. Pengertian Penelitian Kualitatif

Metodologi penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data
yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh sebab itu penelitian ini disebut metode
kualitatif. Istilah lainnya ialah the postpositivistic, etnografic,phenomenological,subjective,case
study,qualitative, and humanistic.

Metode kualitatif lebih berdasarkan pada filsafat fenomenologis yang mengutamakan


penghayatan (verstehen). Metode kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu
peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti
sendiri. Responden dalam metode kualitatif berkembang terus (snowball) secara bertujuan
(purposive) sampai data yang dikumpulkan dianggap memuaskan. Alat pengumpul data atau
instrument penelitian dalam metode kualitatif ialah si peneliti sendiri. Jadi peneliti merupakan
key instrument, dalam mengumpulkan data si peneliti harus terjun sendiri ke lapangan secara
aktif. Teknik pengumpulan data yang sering digunakan ialah observasi partisipasi, wawancara,
dan dokumentasi. Teknik angket tidak digunakan dalam pengumpulan data.

Pendekatan kualitatif mempunyai karakteristik: (a) realitas dari penelitian itu subjektif, (b)
peneliti lebih berinteraksi dengan fakta dengan cara menginterpretasikan fakta dengan pendapat-
pendapat pribadi, (c) nilai penelitian itu pada umumnya tidak bebas dan ada kecenderungan bisa,
(d) pendekatan yang digunakan dengan induktif yakni dari khusus ke umum, (e) lebih menarik
kesimpulan dengan penyusunan teori dengan analisa kualitatif atau melalui literature yang ada,
(f) teori yang dipakai sebagai hasil penelitian , (g) konsep harus ada, (h) kegunaan konsep untuk
memilih setting dan memahami realitas, (i) parameternya dibuktikan kebenarannya, (j) data
kualitatif dapat dikuantitatifkan, (k) analisis kualitatif dengan cara pemehaman, (l) skala yang
dipakai adalah skala nominal dan ordinal, (m) fungsi penelitian deskriptif hanya mengetahui
keadaan dari yang diteliti , (n) pendekatan induktif (kualitatif) melalui tahap: (1) realitas, (2)
observasi, (3) menemukan pola, (4) pemahaman, (5) teori baru.

Penelitian induktif dalam paradigm kualitatif biasa memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(a) peneliti mengumpulkan informasi, (b) peneliti menjawab pertanyaan-pertanyaan, (c) peneliti
membentuk kategori-kategori, (d) peneliti mencari teori-teori dan (e) peneliti menyusus
kontruksi teori atau membandingkan teori dengan teori lain.

Jenis penelitian berdasarkan pendekatan kualitatif dari sudut a) teori : sebagai hasil
penelitian, (b) konsep: harus ada di dalamnya, (c) kegunaan konsep: dibutuhkan keberadaannya,
(e) data: kualitatif dapat dikuantitatifkan, dan (f) analisi: kualitatif itu lebih condong ke analisa

4|Page
pemahaman fenomena-fenomena yang ada, (g) distribusi data tidak normal, (h) tidak memakai
uji signifikansi.

Penelitian deduktif (rasional-empiris) biasanya disebut penelitian kuantitatif, dan penelitian


induktif (empiris-rasional) biasanya disebut penelitian kualitatif.

Kuantitatif Kualitatif
- Pengukuran - Tujuan pemahaman
- Menguji Hipotesis - Merumuskan konsep
- Pemikiran Deduktif - Pemikiran induktif
- Pengumpulan refrensi - Pengamatan, yang penting perubahan
(informasi ilmiah) dari waktu ke
- Analisis-kajian - Observasi1

B. Langkah-Langkah Penelitian Kualitatif

Sebenarnya tidak ada lagkah yang baku dalam penelitian kualitatif. Karena langkah-langkah
tidak linier seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan sirkuler, sehingga dapat dimulai dari
manapun.

Jadi, dalam penelitian kualitatif, langkah-langkah penelitian tidak dapat ditentukan pasti
seperti halnya penelitian kuantitatif, karena langkah-langkah dalam penelitian kualitatif tidak
mempunyai batas-batas yang tegas. Tidak terdapatnya batas yang tegas ini disebabkan desain dan
focus penelitiannya dapat berubah-ubah atau bersifat emergent. Walaupun demikian langkah-
langkah penelitian kualitatif dapat dibagi atas (1) orientasi melalui bacaan, wawancara ke
lapangan (2) eksplorasi, yaitu mengumpulkan data berdasarkan focus penelitian yang sudah
jelas, (3) member check, yaitu memeriksakan laporan sementara penelitiannya kepada responden
atau kepada pembimbing.

Tujuan memberi check ini ialah agar responden dapat memberikan informasi baru lagi atau
responden dan pembimbing dapat menyetujui kebenarannya, sehingga hasil penelitian lebih
dapat dipercaya.

Walaupun demikian tidak terdapat langkah-langkah yang pasti, untuk memudahkan uraian
langkah-langkah setiap penelitian, maka pada bagian ini disajikan langkah-langkahnya.

1. Studi pendahuluan

Studi pendahuluan berguna untuk menjajaki keadaan di lapangan, masalah apakah kiranya
yang layak dan penting untuk diteliti. Studi lapangan bersifat anjuran sebelum mengadakan
penelitian, baik untuk penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Masalah pada mulanya sangat
1 Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), 1-11

5|Page
umum, kemudian mendapatkan focus yang ditujukan pada hal-hal yang lebih khusus. Tetapi
focus itu masih dapat berubah.

2. Pembuatan Pradesain Penelitian

Teori yang digunakan tidak dapat ditentukan sebelumnya secara apriori. Penelitian tidak
bertujuan untuk menguji atau membuktikan teori seperti dalam metode kuantitatif, melainkan
untuk dikembangkan yang akhirnya menelorkan atau menemukan teori berdasarkan data yang
didapatkannya di lapangan.

Teori mana yang dijadikan pegangan tidaklah dapat dipastikan. Tetapi tidak berarti bahwa
penelitian kualitatif tidak memerlukan teori sama sekali. Karena dalam menafsirkan makna,
peneliti memerlukan teori yang mendukungnya.

Populasi tidak ada dalam penelitian ini dan pengertian sampling ialah pilihan peneliti sendiri
secara purposive disesuaikan dengan tujuan penelitianya. Yang menjadi sampel hanyalah sumber
yang dapat memberikan informasi yang relevan saja. Sampel berupa perisiwa, ,manusia, dan
situasi yang diteliti. Responden yang dijadikan sampel kadang-kadang dapat menunjukkan orang
lain yang relevan untuk mendapatkan data, demikian seterusnya, sehingga sampel bertambah
terus yang disebut snowball sampling. Untuk ntu sampel dapat diteundancy, yaitu dengan
menggunakan sampel baru lainnya ternyata tidak menambah informasi baru yang bermakna.

Instrumen utama dalam penelitian kualitatif ialah si peneliti sendiri, umumnya dengan
observasi partisipasi. Analisis data berarti mencoba memahami data secara verstehen,
mendapatkan maknanya. Analisis dilakukan sejak penelitian dimulai sampai penelitian selesai.

3. Seminar Pradesain

Setelah pradesain selesai dibuat, maka perlu diseminarkan. Seminar ini berguna untuk
mendapatkan umpan balik terhadap hal-hal yang perlu mendapatkan perbaikan. Dan setelah
pradesain mendapat persetujuan pembimbig, barulah penelitian terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data yang relevan.

4. Memasuki Lapangan

Langkah awal dalam usaha memasuki lapangan ialah memilih lokasi situasi social. Setiap
situasi social mengandung unsure: (a) tempat, (b) pelaku, dan (c) kegiatan.

a) Tempat ialah wadah di mana manusia melakukan kegiatan tertentu. Misalnya :


kantor,sekolah, pasar dan sebagainya.
b) Pelaku ialah semua orang yang terdapat dalam wadah tertentu. Misalnya: kepala kantor,
pegawai, pembeli dan sebagainya.

6|Page
c) Kegiatan ialah aktivitas yang dilakukan orang dalam wadah tertentu. Kegiatan yang
saling berhubungan disebt peristiwa. Empat hal yang harus diperhatikan dalam memasuki
lapangan adalah : (1) mengadakan hubungan formal dan informl, (2) mendapatkan izin,
(3) menumpuk rasa saling menghormati dan mempercayai, dan (4) mengidentifikasi
responden sebagai informan.

5. Pengumpulan data

Data-data yang dikumpulkan meliputi tempat, pelaku dan kegiatan seperti yang telah
disinggung di atas tadi. Ketiga dimensi itu dapat dirumuskan seperti berikut :

a) Ruang atau tempat ditinjau dari penampilan fisiknya


b) Pelaku, yaitu semua orang yang terlibat dalam situasi
c) Kegiatan, yaitu apa yang dilakukan orang dalam situasi itu
d) Objek, yaitu benda-benda yang terdapat di tempat itu
e) Perbuatan, yaitu tindakan-tindakan tertentu
f) Kejadian atau peristiwa yaitu rangkaian kegiatan
g) Waktu, yaitu urutan kegiatan
h) Tujuan, yaitu sesuatu yang ingin dicapai orang berdasarkan makna perbuatan orang , dan
i) Perasaan, emosi yang dirasakan dan dinyatakan.

6. Analisis Data

Data harus segera dianalisis setelah dikumpulkan dan dituangkan dalam bentuk laporan
lapangan. Tujuan analisi data ialah untuk mengungkapkan a) data apa yang masih perlu dicari b)
hipotesis apa yang perlu diuji c) pertanyaan apa yang perlu dijawab, d) metode apa yang harus
digunakan mendapatkan informasi baru, dan e) kesalahan apa yang harus segera diperbaiki. Ada
berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis besarnya dengan langkah-langkah
sebagai berikut : (a) reduksi data, (b) display data (c) pengambilan kesimpulan dan
verifikasi.Istilah validitas,reliabilitas, dan objektivitas dalam penelitian kuantitatif berbeda dalam
penelitian kualitatif. Perbedaannya sebagai berikut :

ASPEK METODE METODE


KUANTITATIF KUALITATIF
Nilai Kebenaran Validitas internal Kredibilitas
(credibility)
Penerapan Validitas eksternal Fittingness
Aplikasi (generalisasi) Transferability
Konsistensi Reliabilitas Auditability,
Dependability
Netralitas Objektivitas Confirmability
(dapat dibenarkan)

7|Page
Beberapa usaha agar persyaratan tersebut di atas dipenuhi adalah sebagai berikut :

a) Kredibilitas adalah kesesuaian antara konsep peneliti dengan konsep responden.


b) Transferbilitas adalah apabila hasil penelitian kualitatif itu dapat digunakan atau
diterapkan pada kasus atau situasi lainyya. Dalam penelitian kualitatif biasanya bekerja
dengan sampel yang kecil mengakibatkan sangat sukar untuk mengadakan generalisasi
sepenuhnya yang dapat dipercaya.
c) Dependabilitas adalah apabila hasil penelitian kita memberikan hasil yang sama dengan
penelitian yang diulangi pihak lain. Dalam penelitian kualitatif sukar dapat diulangi pihak
lain, karena desainnya yang emergent, lahir selama penelitian berlangsung.

C. Ciri-Ciri Metode Kualitatif

Ciri-ciri metode kualitatif adalah seperti berikut ini :

1. Sumber data berada dalam situasi yang wajar (natural setting), tidak dimanupulasi
oleh angket dan tidak dibuat-buat sebagai kelompok eksperimen.
2. Laporannya sangat deskriptif
3. Mengutamakan proses dan produk
4. Peneliti sebagai instrumen penelitian (key instrument)
5. Mencari makna, dipandang dari pikiran dan perasaan responden
6. Mementingkan data langsung (tangan pertama), oleh sebab itu pengumpulan datanya
mengutamakan observasi partisipasi, dan dokumentasi.
7. Menggunakan triangulasi, yaitu memeriksakan kebenaran data yang diperoleh kepada
pihak lain
8. Menonjolkan rincian yang kontekstual, yaitu menguraikan sesuatu secara rinci tidak
terkotak-kotak
9. Subjek yang diteliti dianggap berkedudukan yang sama dengan peneliti, peneliti
bahkan belajar kepada respondennya.
10. Mengutamakan perspektif emic, yaitu pendapat responden, daripada pendapat peneliti
sendiri (etic).
11. Mengadakan verifikasi melalui kasus yang bertentangan.
12. Sampel dipilih secara purposive
13. Menggunakan audit trail yaitu memeriksa data mentah, analisis, dan kesimpulan
kepada pihak lain, biasanya pembimbing.
14. Partisipasi peneliti tidak mengganggu natural setting
15. Analisis data dilakukan sejak awal sampai penelitian berakhir.
16. Desain penelitian tampil selama proses penelitian (emergent).2

II. PENELITIAN KUANTITATIF

2 Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 81-91

8|Page
A. Pengertian Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif dibangun oleh paradigma positivisme. Sebuah paradigma yang diilhami
oleh David Hume, John Locke, dan Berkeley yang menekankan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan dan memandang pengetahuan memiliki kesamaan hubungan dengan aliran filsafat
yang dikenal dengan nama positivisme. Untuk selanjutnya penelitian kuantitatif dikembangkan
oleh para penganut paham positivisme yang dipelopori oleh August Comte. Mereka berpendapat
bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu social, maka metode metode Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial.

Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Definisi lain menyebutkan penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak
menuntut penggunaan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut,
serta penampilan dari hasilnya. Demikian pula pada tahap kesimpulan penelitian akan lebih baik
bila disertai dengan gambar, table, grafik, atau tampilan lainnya.

Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiono, 2009: 14).

Metode kuantitatif sering juga disebut metode tradisional, positivistik, scientific dan metode
discovery. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup
lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut
sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini disebut
sebagai metode ilmiah (scientific) karena metode ini telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu
konkrit, empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode
discovery karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baru.
Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik.

Penelitian kuantitatif merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value free).
Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan prinsip-prinsip objektivitas.
Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas
dan reliabilitasnya. Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-hal
yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan nilai-nilai pribadi. Jika dalam
penelaahan muncul adanya bias itu, penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik
ilmiah yang sesungguhnya (Sudarwan Danim, 2002: 35).

Dalam hal pendekatan, penelitian kuantitatif lebih mementingkan adanya variabel-variabel


sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk

9|Page
operasionalisasi variabel masing-masing. Reliabilitas dan validitas merupakan syarat mutlak
yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan
menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan
model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan
pengujian yang kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan
teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberikan
makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan pada makna secara
kebahasaan dan kulturalnya.

Dalam penelitian kuantitatif diyakini adanya sejumlah asumsi sebagai dasar dalam melihat
fakta atau gejala. Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah:

1. objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat
maupun dimensi lainnya.
2. suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu.
3. Suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan
merupakan akibat dari faktor-faktor yang mempengaruhinya (Jonathan Sarwono, 2011)

Sejalan dengan penjelasan diatas, secara epistemologi paradigma kuantitatif berpandangan


bahwa sumber ilmu terdiri dari dua hal, yaitu pemikiran rasional dan empiris. Karena itu, ukuran
kebenaran terletak pada koherensi (sesuai dengan teori-teori terdahulu) dan korespondensi
(sesuai dengan kenyataan empiris). Kerangka pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses
perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi
untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara
epistemologis pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico dan
verifikatif.

Ada tiga hal mendasar yang harus diketahui dalam penelitian kuantitatif yaitu aksioma,
karakteristik penelitian dan proses penelitian.

a. Aksioma (Pandangan Dasar)

Aksioma meliputi realitas, hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variable,
kemungkinan generalisasi dan peranan nilai.

 Aksioma Dasar
 Metode Kuantitatif
 Sifat realitas
 Dapat diklasifikasikan, konkrit, teramati, terukur
 Hubungan
 peneliti dengan yang diteliti
 Independen, supaya terbangun obyektivitas
 Hubungan variabel
 Kausalitas (sebab-akibat)

10 | P a g e
 Kemungkinan generalisasi
 Cenderung membuat generalisasi
 Peranan nilai
 Cenderung bebas nilai
b. Karakteristik Penelitian

Penelitian kuantitatif memiliki beberapa karakteristik berikut:

1) Desain
 Spesifik, jelas, rinci
 Ditentukan secara mantab sejak awal
 Menjadi pegangan langkah demi langkah.
2) Tujuan
 Menunjukkan hubungan antar variable
 Menguji teori
 Mencari generalisasi yang memiliki nilai prediktif
3) Tehnik Pengumpulan data
 Kuesioner
 Observasi dan wawancara terstruktur
4) Instrumen Penelitian
 Tes, angket, wawancara terstruktur
 Instrument yang telah terstandart
5) Data
 Kuantitatif
 Hasil pengukuran variable yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrument
6) Sampel
 Besar
 Representatif
 Sedapat mungkin random
 Ditentukan sejak awal
7) Analisis
 Setelah sèlesai pengumpulan
 Deduktif
 Menggunakan statistik
8) Hubungan dengan Responden
 Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif
 Kedudukan peneliti lebih tinggi daripada responden
 Jangka pendek sampai hipotesis dapat ditemukan.
9) Usulan Desain
 Luas dan rinci
 Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti
 Prosedur yang spesifik dan rinci langkah langkahnya
 Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas
 Hipotesis dirumuskan dengan jelas
 Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan

11 | P a g e
10) Kapan penelitian dianggap selesai?
 Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan
11) Kepercayaan terhadap hasil Penelitian
 Pengujian validitas dan realiabilitas instrument (Sugiono, 2009: 23-24).
c. Proses Penelitian

Seperti telah diketahui bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah.
Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi
sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek,
perencanaan dengan pelaksanaan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi
pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan hal yang betul-
betul menjadi masalah. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab maka masalah tersebut
dirumuskan secara spesifik dan pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya.

Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan
untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi
kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh
penelitian yang relevan tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu
disebut hipotesis.

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat rnemilih metode, strategi, pendekatan atau
desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat
ketelitian data yang diharapkan dan konsistensi yang dikehendaki. Sedangkan yang menjadi
pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu dan kemudahan-kemudahan yang lain.

Dalam penelitian kuantitatif, metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey,
ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research dan policy research (selain metode
naturalistik dan sejarah). Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat
menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang
dapat berbentuk test, angket/kuesioner untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum
instrumen digunakan untuk mengumpulkan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu
diuji validitas dan reliabilitasnya.

Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun
sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang
diambil harus representatif (mewakili). Setelah data terkumpul, selanjutnya dianalisis untuk
menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik
tertentu. Berdasarkan analisis apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima, atau apakah
penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Langkah terakhir dalam
penelitian kuantitatif adalah rumusan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap rumusan
masalah.

12 | P a g e
Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas maka tampak bahwa proses penelitian
kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari rumusan masalah,
berteori, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan serta saran.

d. Penggunaan Metode Penelilitan Kuantitatif

Metode penelitian kuantitatif tepat digunakan:

1. Jika masalah yang menjadi titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah kesenjangan
antara harapana dan kenyataan (das sollen dan das sein), antara aturan dengan
pelaksanaan, antara teori dengan praktek, antara rencana dengan pelaksanaan dan
sebagainya. Dalam menyusun proposal penelitian, masalah ini harus ditunjukkan dengan
data, baik data hasil penelitian sendiri maupun dokurnentasi. Misalnya akan meneliti
untuk menemukan pola pemberantasan kemiskinan, maka data orang miskin sebagai
rnasalah harus ditunjukkan.
2. Jika peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode
penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan infomasi yang luas tetapi tidak
mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi tersebut.
3. Jika ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk
kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan. Misalnya pengaruh jamu
tertentu terhadap derajat kesehatan.
4. Jika peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat
berbentuk hipotesis deskriptif komparatif dan asosiatif.
5. Jika peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris
dan dapat diukur. Misalnya ingin mengetahui IQ anak-anak dan masyarakat tertentu,
maka dilakukan pengukuran dengan test IQ.
6. Jika ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori
dan produk tertentu.
B. Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif
1. Penyusunan Latar Belakang Masalah

Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melandasi dilakukannya penelitian. Hal yang
menarik untuk dilakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara harapan dan
kenyataan (das sollen dan das sein), antara aturan dengan pelaksanaan, antara teori dengan
praktek, antara rencana dengan pelaksanaan dan sebagainya. Dalam bagian ini dimuat deskripsi
singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian dari peneliti-peneliti
sebelumnya. Secara rinci latar belakang masalah berisi:

a) Argumentasi; mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari segi
keilmuan maupun kebutuhan praktis.
b) Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c) Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian

13 | P a g e
d) Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan
kebutuhan zaman.
e) Relevansinya dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
f) Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi
perkembangan ilmu (Wardi Bachtiar, 1997: ).
2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah

Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan
sebagainya.

b. Pemilihan Masalah
1) Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji).
2) Fisible (biaya, waktu dan kondisi).
3) Sesuai dengan kualifikasi peneliti.
4) Menghubungkan dua variabel atau lebih (Nazir: 1988).
c. Sumber Masalah

Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.

d. Perumusan Masalah
1) Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
2) Jelas dan padat.
3) Dapat menjadi dasar dalam merumuskan hipotesa dan judul penelitian

Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, suatu masalah dapat dirumuskan dengan
menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam
kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat
memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan, sedangkan kalimat
tanya dapat lebih mengakibatkan adanya tantangan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.

Terlepas dari bentuk perumusan masalah yang digunakan, terdapat beberapa kriteria yang
dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan masalah, yaitu:

1) Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian tentang gejala-


gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya.
2) Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak mendua, artinya tidak ada maksud lain
yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan masalah tersebut juga harus dapat
menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan keterangan lain untuk
menjelaskannya. Masalah yang baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara
unsur sebab dan unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh.
3) Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empiris.
Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan antar gejala tetapi juga bagaimana
gejala-gejala tersebut dapat diukur (Ace Suryadi: 2000).

14 | P a g e
3. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/capai dari
masalah penelitian. Cara merumuskan tujuan masalah yang paling mudah adalah dengan
mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
4. Telaah Pustaka

Manfaat telaah pustaka adalah:

1) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti.


2) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran.
3) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa.
4) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian.
5. Pembentukan Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan
konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data
(Koentjaraningrat:1973). Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau
berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.

Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus memiliki relevansi yang kuat dengan
permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang
diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua
variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana
hubungan dua variabel tersebut.

6. Perumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap
paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesis merupakan kristalisasi dari
kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik, hipotesis merupakan
pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian.

7. Definisi Operasional dan Klasifikasi Variabel Penelitian

Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep
ada yang sederhana dan dapat dilihat, seperti konsep tentang meja, kursi dan sebagainya, juga
ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seperti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya.
Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka
perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada
definisi operasional yakni mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku
atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.

Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua:

15 | P a g e
a. Variabel deskrit/katagorikal, misalnya variabel jenis kelamin.
b. Variabel continues, misalnya variabel umur.

Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:

1) Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali


memiliki lebih dari satu dimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat
diukur maka semakin baik pula ukuran yang dihasilkan.
2) Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan,
barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi.
3) Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala:
nominal, ordinal, interval atau ratio.
4) Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah
alat ukur yang baru.

Contoh yang bagus dalam proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan
Stark yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut
pendapat mereka, konsep religiusitas mempunyai lima dimensi berikut:

1) Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di
dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang
beragama Islam.
2) Ideologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang
dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misal apakah seseorang yang
beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan hal lain yang
sifatnya dogmatik.
3) Intellectual Involvement, sebenarnya sejauh mana seseorang mengetahui tentang ajaran
agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya,
apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama Islam.
Bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-
buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan pemeluk agama lainnya, apakah dia
mengerjakan hal-hal yang serupa.
4) Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik
dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah
seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah dia pernah
merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan lain-lain.
5) Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku
seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan
ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. Misalnya, apakah dia pergi mengunjungi
tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir
miskin, menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain
(Djamaludddin Ancok, 1989: 32).

16 | P a g e
Dimensi-dimensi di atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk
pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijadikan komponen alat pengukur terhadap
dimensi tingkat religiusitas.

C. Sistematika Penulisan Proposal Penelitian Kuantitatif

Proposal penelitian pada umumnya memuat 3 bagian, yaitu: bagian awal, bagian utama dan
bagian akhir. Bagian awal memuat halaman judul, halaman persetujuan dan daftar isi. Bagian
utama memuat latar belakang masalah, rumusan masalah/fokus penelitian, tujuan penelitian,
hipotesis penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, kerangka
konseptual, paradigma penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Sedangkan
bagian akhir memuat daftar rujukan dan lampiran (Ahmad Tanzeh, 2011: 99).

Sebagai acuan, proposal penelitian kuantitatif dapat dikemas dalam sistematika penulisan
sebagai berikut:

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Pembatasan Masalah

D. Perumusan Masalah

E. Tujuan Penelitian

F. Kegunaan/Manfaat Penelitian

II. Deskripsi Teori, Kerangka Berpikir, Dan Hipotesis

A. Deskripsi Teoretik

B. Kerangka Berpikir

C. Hipotesis

III. Prosedur Penelitian

A. Metode Penelitian

B. Populasi dan Sampel

C. Instrumen Penelitian

D. Tehnik Pengumpulan Data

17 | P a g e
E. Tehnik Analisis Data

IV. Organisasi dan Jadwal Kegiatan Penelitian

A. Organisasi Penelitian

B. Jadwal Penelitian

V. Biaya yang Diperlukan (Sugiyono, 2009: 384).

18 | P a g e
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Metodologi penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting) dan data
yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Oleh sebab itu penelitian ini disebut metode
kualitatif. Istilah lainnya ialah the postpositivistic, etnografic,phenomenological,subjective,case
study,qualitative, and humanistic. Dan apabila kita melihat , merasakan atau mengalami dalam
suatu fenomena yang membuat kita kagum, heran atau ragu, maka kita akan mempertanyakan
apa sebabnya, bagaimana terjadinya, bagaimana mengatasinya dan berbagai pertanyaan atau
keingintahuan tersebut akan dicari jawabanya terus menerus dengan berbagai cara dari sumber
dan informasi secara rumit maupun sangat rumit, sedikit demi sedikit terkumpul dan menjadi
kumpulan keterangan dan informasi yang membangun pengetahuan (knowledge). Pengetahuan
yang telah dimiliki tersebut akan digunakan untuk membantu menjawab atau memecahkan
permasalahan yang timbul di kemudia hari. Pada dasarnya pengetahuan yang dimiliki seseorang
diperoleh dari dua sumber, yakni dari orang lain, dan dari pengamatan atau pengalaman kita
sendiri di masa lalu.

Penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah
sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak menuntut penggunaan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

Proses penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkah-langkahnya jelas, mulai dari
penyusunan latar belakang masalah; identifikasi, pemilihan dan perumusan masalah; perumusan
tujuan dan manfaat penelitian; telaah pustaka; pembentukan kerangka teori; perumusan hipotesis;
serta definisi operasional dan klasifikasi variabel penelitian.

19 | P a g e
Daftar Pustaka

Usman Husaini,1996, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: Bumi Aksara

Santoso Gempur,2005, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Jakarta: Prestasi


Pustaka

Silalahi Amin Gabriel, 2003, Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo: Citra Media

Ancok, Djamaluddin. (1989). Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta: PPK UGM.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bachtiar, Wardi. (1997). Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos.

Bungin, Burhan. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo.

Danim, Sudarwan. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

Jonathan, Sarwono. Perbedaan Dasar antara Pendekatan Kualittif dan Kuantitatif.


http://js.unikom.ac.id/kualitatif/beda.html. Didownload pada 27 Maret 2012.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tanzeh, Ahmad. (2011). Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

20 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai